4 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA AKAR

advertisement
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA AKAR BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.) TERHADAP Shigella flexneri
Farida Nuriyatun
P
ABSTRAK
enelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa akar bayam duri
(Amaranthus spinosus L) terhadap Shigella flexneri secara in vitro, untuk mengetahui
Konsentarasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
infusa akar bayam duri (Amaranthus spinosus L) terhadap bakteri Shigella flexneri.
Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan konsentrasi infusa akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yaitu 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125%. Pembuatan infusa dilakukan
dengan metode infundasi, sedangkan uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair. KHM
(Konsentrasi Hambat Minimum) ditentukan dengan pengamatan kekeruhan dan kejernihan dari
masing–masing larutan uji dan dibandingkan dengan larutan kontrol, sedangkan KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) ditentukan dengan pengamatan ada tidaknya bakteri yang tumbuh
pada media Mc Conkey . Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KHM tidak dapat ditentukan karena infusanya keruh
dan KBM juga tidak dapat ditentukan karena semua ruang pada cawan petri ditumbuhi bakteri, sehingga dapat disimpulkan bahwa infusa akar bayam duri (Amaranthus spinosus L) tidak
memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Shigella flexneri. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber belajar biologi di SMA kelas X semester I untuk
mencapai Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Ciri–Ciri Archaeobacteria dan Eubacteria dan
Peranannya dalam Kehidupan.
Kata kunci : antibakteri, infusa akar bayam duri (Amaranthus spinosus. L), Shigella flexneri.
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
47
PENDAHULUAN
akar suatu tumbuhan yang mengandung zat
kimia yang memiliki pengaruh dalam pen-
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
gobatan penyakit. Usaha pemanfaatan tum-
bakteri atau virus merupakan salah satu pe-
buhan obat pada hakekatnya adalah mem-
nyakit yang sering terjadi di daerah Indone-
beri pengetahuan kepada masyarakat tentang
sia. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa
macam-macam tumbuhan yang berguna se-
Indonesia merupakan negara berkembang
bagai obat tradisional sehingga masyarakat
dengan jumlah penduduk golongan ekono-
dapat menolong dirinya sendiri dalam bi-
mi menengah ke bawah cukup tinggi, juga
dang kesehatan.
cara hidup yang kurang sehat dan rendahnya
Salah satu tanaman yang digunakan
tingkat pendidikan menyebabkan rendahnya
sebagai obat tradisional adalah Amaranthus
kesadaran tentang pentingnya kesehatan.
spinosus L. atau yang lebih dikenal dengan
Dengan rendahnya kesadaran tersebut me-
bayam duri. Tumbuhan ini digunakan seb-
nyebabkan cepatnya penularan penyakit yang
agai diuretika yang biasanya direbus atau di-
disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyem-
peras lalu diminum. Bayam duri digunakan
buhan penyakit yang disebabkan oleh bak-
sebagai obat karena mengandung beberapa
teri atau virus masih banyak menggunakan
zat kimia yang memiliki efek farmakologis
obat antibakteri dalam bentuk kimia sintetik.
seperti tanin dan flavonoid (Wijayakusuma,
Penggunaan obat antibakteri kimia dapat me-
1994). Tanin dan flavonoid merupakan se-
nyebabkan timbulnya resistensi bakteri pada
nyawa fenol yang bersifat polar. Senyawa
penggunaan yang tidak tepat. Kebanyakan
polar akan larut dalam pelarut polar. Se-
masyarakat tidak mengetahui adanya baha-
nyawa polar yang biasa digunakan untuk
ya (efek samping) yang ditimbulkan apabila
menyari glikosida flavonoid adalah air,
menggunakan obat antibakteri kimiawi sin-
metanol, etanol, butanol, aseton, dimetilsu-
tetik dengan tidak tepat, maka perhatian du-
loksida, dan dimetil formamid (Sardjoko,
nia sekarang berbalik pada cara pengobatan
1989).Tanin dan flavonoid dapat berfungsi
tradisional (Wijayakusuma, 1994).
sebagai antimikrobia dan antivirus (Robin-
Penggunaan tumbuhan obat sebagai
son, 1995). Salah satu mikrobia yang me-
obat tradisional dipercaya cukup efektif
nyebabkan penyakit adalah Shigella flexne-
dan aman karena jarang menimbulkan efek
ri. Shigella flexneri termasuk bakteri gram
samping dan harganya relatif murah. Obat
negatif yang
tradisional dapat diperoleh dari biji, daging
buah, daun, kulit, batang, bunga, maupun
48
JURNAL BIOEDUKATIKA
menyebabkan penyakit disentri (Volk
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
aranthus spinosus L.) dengan konsentrasi
dan Wheeler, 1990).
Disentri adalah peradangan usus, diare buang air besar yang berair dan bercam-
50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%. Bakteri
yang digunakan adalah Shigella flexneri.
pur darah, lendir dan nanah. Pada disentri
Metode penelitian yang dilakukan
seringkali disertai muntah-muntah sehingga
adalah:
tubuh kehilangan air dan garam-garamnya,
1. (Amaranthus spinosus L.)
keadaan ini sering disebut dehidrasi (Pelczar
dan Chan, 1988).
Identifikasi tanaman bayam duri
Dilakukan di Laboratorium Biologi
Berdasarkan uraian tersebut penting
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gad-
kiranya dilakukan penelitian tentang uji ak-
jah Mada Yogyakarta dengan menggunakan
tivitas antibakteri infusa akar bayam duri
buku Flora of Java (Spermathophytes only)
(Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri
Vol 1 karangan Becker CA dan Bagu Khuis-
Shigella flexneri. Penelitian ini penting un-
en van den Bring (1962).
tuk dilakukan karena bakteri dapat mengala-
2. Pembuatan simplisia dan infusa
mi resistensi sehingga diperlukan obat baru
akar bayam duri (Amaranthus spi-
yang lebih efektif dan murah.
nosus L ).
Dalam penelitian ini digunakan infusa
Akar bayam duri (Amaranthus spino-
akar
sus L) sebanyak 1 kg dibersihkan dan dicuci
bayam duri (Amaranthus spinosus. L) yaitu
dengan air mengalir sampai bersih, dan dira-
tanin dan flavonoid bersifat polar yang dapat
jang. Setelah itu dikeringkan di bawah sinar
larut dalam air. Selain itu masyarakat biasa
matahari langsung dengan cara ditutupi kain
menggunakan obat tradisional dengan cara
hitam, yang bertujuan untuk melindungi ba-
merebusnya dengan air saja. Hasil peneli-
han terhadap pengaruh sinar ultra violet dari
tian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
matahari.
alternatif sumber belajar biologi di SMA
kelas X untuk mencapai kompetensi dasar
diblender sehingga menjadi serbuk. Infusa
mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria
akar bayam duri 100% dibuat dengan men-
dan Eubacteria dan peranannya dalam ke-
imbang 100 g serbuk akar bayam duri ke-
hidupan.
mudian ditambahkan dengan air 100 ml, dan
karena kandungan zat kimia dalam
Setelah kering akar bayam duri
ditambahkan air ekstra 2 kali jumlah simpliMETODE PENELITIAN
sia
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah infusa akar bayam duri (AmJURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
Kemudian dipanaskan dalam pen-
angas air selama 15 menit, dihitung mulai
JULI 2013
HAL. 1 - 96
49
suhu di dalam panci mencapai 90°C sam-
CFU/ml.
bil sekali-kali diaduk. Infusa diseka dengan
kain flanel kemudian ditambahkan air mendidih melalui ampasnya sehingga diperoleh
5.
Pembuatan larutan sampel.
Disiapkan infusa akar bayam duri
volume 100 ml (Anonim, 1986).
(Amaranthus spinosus L.) dengan konsentra-
3.
Sterilisasi
si 100%. Disiapkan 9 tabung reaksi, tabung
Semua alat dicuci bersih dan diker-
reaksi satu sampai dengan delapan diberi
ingkan, alat-alat seperti cawan petri, pipet
tanda 1 sampai 5 dan tabung yang lain K (1)
ukur dibungkus dengan kertas koran, sedan-
kontrol media BHI DS , K (II) kontrol sus-
gkan tabung reaksi disumbat dengan kapas
pensi bakteri, K(III) kontrol infusa akar bay-
dengan metode panas kering. Kemudian
am duri (Amaranthus spinosus L.), K (VI)
disterilkan dengan oven pada suhu 170°C-
kontrol pelarut (aquadest steril). Tabung no
180°C
selama 2 jam. Bahan-bahan dis-
2 sampai 5 ditambah masing-masing 1 ml
terilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C,
aquadest steril. Tabung no 1 diisi dengan 2
tekanan 1 atm selama 15 menit (Anonim,
ml infusa akar bayam duri (Amaranthus spi-
1993).
nosus L.) konsentrasi 100% sehingga kon-
4.
Pembuatan suspensi Shigella flexne-
sentrasi pada tabung 1 adalah 100%. Diam-
ri
bil 1 ml dari tabung 1, dimasukkan ke dalam
Diambil satu ose dari biakan Shigella
tabung 2 sehingga konsentrasi infusa pada
flexneri dimasukkan ke dalam 2 ml media
tabung 2 adalah 50%, kemudian divortek.
BHI (Brain Heart Infusion), kemudian di-
Dari tabung 2 diambil 1 ml, dimasukkan ke
inkubasi pada suhu 37° C selama 24 jam.
dalam tabung 3 sehingga konsentrasi infusa
Kemudian hasil dari inkubasi diambil 200
pada tabung 3 adalah setengah dari konsen-
µl dimasukkan ke dalam 2 ml media BHI,
trasi tabung 2 (sebelumnya). Begitu seter-
kemudian diinkubasi pada suhu 37°C se-
usnya sampai tabung 5. Sisa pengenceran
lama 4-8 jam. Diencerkan sedikit demi se-
dari tabung 8 dibuang (Anonim, 1979). Dari
dikit dengan larutan NaCl 0,9% steril hingga
tabung reaksi no 1 sampai 5 masing-mas-
kekeruhan sesuai dengan standar Mc Farland
ing ditambahkan 1 ml suspensi bakteri ( 106
(konsentrasi bakteri 108CFU/ml ). Dari sus-
CFU/ml), sehingga jika pada masing-masing
pensi bakteri yang memiliki angka kekeru-
konsentrasi tersebut ditambah suspensi bak-
han 108 CFU/ml, kemudian diambil 100µl
teri dengan perbandingan volume 1 ml : 1
suspensi dimasukkan ke dalam 10ml BHI
ml, maka konsentrasi akhir infusa menjadi
DS sehingga diperoleh angka kuman 106
50%, 25%, 12, 5%, 6,3%, 3,1% kemudian
50
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
dilakukan pemvortekan mulai dari tabung 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampai tabung 5.
Sesudah terjadi pengenceran diinku-
1.
Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman perlu dilakukan
basi ke dalam inkubator selama 24 jam pada
suhu 37oC .
untuk memastikan bahwa tanaman yang
6.
Uji Antibakteri
digunakan dalam penelitian benar-benar
a.
Ditentukan KHM (Konsentrasi Ham-
tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus
bat Minimum)nya, KHM ditentukan
L) sehingga tidak terjadi kekeliruan den-
dengan pengamatan kekeruhan dan
gan tanaman lain yang mirip. Identifikasi
kejernihan dari masing-masing larutan
di lakukan dengan mengamati ciri-ciri mor-
uji dan dibandingkan dengan larutan
fologi tanaman.
kontrol media. Konsentrasi paling ren-
Ciri-ciri morfologi tanaman bayam
dah yang memperlihatkan pengham-
duri yang digunakan dalam penelitian ini
batan pertumbuhan bakteri ditandai
batang berwarna kemerahan, bagian pangkal
dengan jernihnya larutan uji merupak-
polos, bagian atas sedikit berambut. Daun
an KHM (Kuswandi dkk, 2000).
tunggal tumbuh berseling, warnanya kehi-
K= keruh
jauan, bentuknya bundar telur memanjang
J = jernih
sampai lanset, ujung daun tumpul dan pang-
b.
Diambil 1 ose bakteri dari masing-ma-
kalnya runcing, diketiak daun terdapat sepa-
sing tabung uji kemudian digoreskan
sang duri keras. Ciri-ciri morfologi tanaman
pada media agar Mc Conkey, diinku-
tersebut menunjukkan bahwa tanaman yang
basi pada suhu 370C selama 24 jam.
digunakan dalam penelitian ini adalah bay-
Ditentukan KBM (Konsentrasi Bunuh
am duri (Amaranthus spinosus L).
c.
Minimum)-nya, KBM ditentukan den-
Identifikasi tanaman dilakukan di labo-
gan pengamatan ada tidaknya bakteri
ratorium Farmasi Universitas Gadjah Mada.
yang tumbuh pada media Mc Conkey,
Hasil identifikasi tanaman di atas menunjuk-
Konsentrasi terendah yang memperli-
kan bahwa tanaman yang digunakan dalam
hatkan kematian bakteri ditandai den-
penelitian ini adalah tanaman bayam duri
gan tidak adanya bakteri yang tumbuh
(Amaranthus spinosus L.). Bukti identifikasi
pada media Mc Conkey tersebut meru-
terhadap tanaman bayam duri (Amaranthus
pakan KBM (Kuswandi dkk, 2000).
spinosus L.) terdapat pada surat keterangan
+ = tidak ada bakteri yang tumbuh
determinasi yang terlampir pada lampiran 3.
-= ada bakteri yang tumbuh
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
51
2.
Hasil Penyarian Simplisia
Pembuatan simplisia akar bayam duri
ditutup dengan kain hitam untuk mencegah
yaitu tanin dan flavonoid bersifat polar yang
dapat larut dalam air (Sardjoko, 1989).
3.
Hasil Uji Bakteri
kerusakan bahan kimia dalam tanaman. Se-
Pada pengujian aktivitas antibakteri
lain itu kain hitam dapat menyerap panas
semua alat dan bahan yang digunakan harus
lebih banyak sehingga dapat mempercepat
disterilisasi terlebih dahulu, untuk mence-
proses pengeringan. Manfaat pengeringan
gah kontaminasi. Adanya kontaminasi akan
adalah untuk mengurangi kandungan air se-
mempersulit dalam proses penentuan hasil
hingga mencegah terjadinya pembusukan,
akhir. Pada pengujian aktifitas antibakteri di-
tumbuh jamur dan untuk menghentikan ter-
lakukan dengan metode dilusi cair. Metode
jadinya reaksi enzimatis di dalam sel, kerja
ini digunakan karena, homogenitas antar
bakteri serta perubahan kimia.
media dalam bahan uji dan kuman lebih
Apabila kadar air tinggi maka dapat
terjamin sehingga interaksi ketiganya lebih
menyebabkan terjadinya proses hidrolisis
sempurna. Media dan bahan uji digunakan
dan oksidasi, yang akan mempengaruhi kan-
juga lebih sedikit sehingga menghemat me-
dungan aktif bahan tersebut. Tujuan penger-
dia dan bahan uji. Kegunaan dari metode di-
ingan adalah untuk mendapatkan simplisia
lusi ini adalah untuk mencari Kadar Hambat
yang tidak mudah rusak sehingga dapat dis-
Minimum (KHM) yaitu kadar obat terendah
impan dalam waktu lama (Anonim, 1985).
yang menghambat pertumbuhan bakteri
Akar yang sudah kering diserbuk den-
(Anonim,1993).
gan menggunakan blender. Dengan demiki-
Pengujian antibakteri dilakukan seban-
an ukuran partikel menjadi lebih kecil se-
yak 5 kali perlakuan yaitu pada konsentrasi
hingga penyarian akan berlangsung secara
50%, 25%, 12.5%, 6.3%, dan 3.1% dengan
efektif. Sebab semakin kecil ukuran partikel
5 kali ulangan. Hasil uji penentuan KHM in-
serbuk maka semakin luas permukaannya
fusa akar bayam duri (Amarantus spinosus
dan kontak antara serbuk dengan cairan pe-
L.) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Tabel 1
nyari akan lebih baik. Tetapi kecilnya uku-
berikut:
ran serbuk tidak sampai merusak sel dalam
akar bayam duri tersebut.
Setelah menjadi serbuk kemudian
dibuat infusa. Dalam penelitian ini digunakan infusa karena kandungan zat kimia dalam
akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.)
52
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Gambar 6. Foto Hasil KHM Infusa Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L) terhadap Shigella flexneri
Keterangan:
Tabung I
Tabung II
Tabung III
Tabung IV
Tabung V
K I
K II
K III
K IV
: infusa akar bayam duri dengan konsentrasi akhir 50% b/v
: infusa akar bayam duri dengan konsentrasi akhir 25% b/v
: infusa akar bayam duri dengan konsentrasi akhir 12,5% b/v
: infusa akar bayam duri dengan konsentrasi akhir 6,3% b/v
: infusa akar bayam duri dengan konsentrasi akhir 3,1% b/v
: kontrol BHI DS
: kontrol Suspensi bakteri (Shigella flexneri)
: kontrol infusa (akar bayam duri)
: kontrol aquades
Konsentrasi akhhir infusa
No akar bayam duri (Amaran- KHM
tus spinosus L)
1
50%
K
2
25%
K
3
12.5%
K
4
6.3%
K
5
3.1%
K
6
K (I)
J
7
K (II)
K
8
K (III)
K
9
K (IV)
J
1Tabel 1. Hasil uji penentuan KHM infusa akar bayam duri (Amarantus spinosus L.) terhadap Shigella flexneri.
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
Keterangan:
K
: keruh
J
: jernih
K(I ) : kontrol BHI DS
K(II) : kontrol suspensi bakteri
K(III) : kontrol infusa
K(IV) : kontrol aquades
Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 1
dapat dilihat bahwa pada pengujian KHM
semua tabung keruh sehingga nilai KHM
sulit ditentukan, untuk itu perlu dilakukan
penggoresan di dalam media Mc Conkey
HAL. 1 - 96
53
JULI 2013
untuk menguji nilai KBM-nya. Hasil pengu-
Keterangan:
jian KBM dapat dilihat pada Gambar 7 dan
K I : kontrol BHI DS
Tabel 2 berikut ini:
K II : kontrol Suspensi bakteri (Shigella
flexneri)
K III : kontrol infusa (akar bayam duri)
6,3%
K IV : kontrol aquades
3, 1%
12,5%
No
50%
25%
Gambar 7. Foto Hasil Uji Penentuan
KBM Infusa Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L)
Keterangan:
Ruang I : infusa akar bayam duri
konsentrasi akhir 50% b/v
Ruang II : infusa akar bayam duri
konsentrasi akhir 25% b/v
Ruang III : infusa akar bayam duri
konsentrasi akhir 12,5% b/v
Ruang IV : infusa akar bayam duri
konsentrasi akhir 6,3% b/v
Ruang V : infusa akar bayam duri
konsentrasi akhir 3,1% b/v
dengan
dengan
dengan
dengan
dengan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Konsentrasi akhhir infusa
akar bayam duri (Amarantus spinosus L)
50%
25%
12.5%
6.3%
3.1%
K (I)
K (II)
K (III)
K (IV)
KBM
+
+
+
Keterangan:
(+)
: bakteri tidak tumbuh
(-)
: bakteri tumbuh K I
: kontrol BHI DS
K II
: kontrol Suspensi bakteri (Shigella
flexneri)
K III : kontrol infusa (akar bayam duri)
K IV : kontrol aquades
K III
K IV
K II
Pembahasan
Dalam pengujian antibakteri konsentrasi akhir infusa akar bayam duri (Amaran-
KI
thus spinosus L) adalah 50%, 25%, 12.5%,
6.3%, dan 3.1%. Dalam penelitian ini diper-
Gambar 8. Foto Hasil Uji Kontrol
Dalam Penentuan KBM Infusa Akar
Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
lukan beberapa larutan kontrol yang berfungsi sebagai pembanding maupun untuk mengetahui sterilitas dari bahan yang dipakai.
54
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
Penelitian ini menggunakan 4 kontrol
larutan uji ke dalam media Mc. Conkey.
yaitu kontrol BHI DS, kontrol suspensi bak-
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat
teri, kontrol infusa dan kontrol aquades. Dari
bahwa kontrol suspensi ditumbuhi bakteri,
hasil uji KHM dengan mengamati tingkat
kontrol BHI DS, kontrol aquades dan kon-
kekeruhan dan kejernihan dari masing-mas-
trol infusa tidak ditumbuhi bakteri, sehingga
ing larutan uji setelah dibandingkan dengan
dapat dinyatakan semua bahan dan media
larutan kontrol media di dapat bahwa semua
uji bersifat steril. Sedangkan pada Gambar
tabung keruh kecuali pada tabung kontrol
7 semua larutan uji infusa akar bayam duri
BHI DS dan kontrol aquades. Kekeruhan
dengan
pada kontrol infusa dapat disebabkan karena
6,3%, 3,1%) tampak ditumbuhi bakteri. Hal
infusa akar bayam duri tersebut keruh atau
ini dapat menandakan bahwa infusa akar
mungkin karena adanya pertumbuhan bak-
bayam duri (Amaranthus spinosus. L) tidak
teri. Oleh karena itu dilakukan pembuktian
dapat membunuh bakteri Shigella flexneri,
dengan menggoreskan kontrol infusa pada
tetapi berdasarkan hasil penelitian Feteri-
media Mc Conkey. Hasil penggoresan terse-
yani (2004) tentang uji aktivitas antibakteri
but didapatkan bahwa tidak ada mikroorgan-
infusa akar bayam duri (Amaranthus spi-
isme yang tumbuh. Hal itu membuktikan
nosus. L) terhadap Staphylococcus aureus
bahwa kontrol infusa akar bayam duri (Am-
ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC
aranthus spinosus L) bersifat steril.
35218 dihasilkan bahwa hasil uji KHM in-
konsentrasi (50%, 25%, 12,5%,
Pada tabung larutan uji didapat semua
fusa akar bayam duri untuk Staphylococcus
tabung keruh sehingga KHM tidak dapat
aureus ATCC 25923 adalah 22,5%b/v dan
ditentukan. Kekeruhan pada larutan uji be-
KBM-nya adalah 25%b/v sedangkan untuk
lum dapat menunjukkan bahwa infusa akar
Escherichia coli ATCC 35218 didapatkan ni-
bayam duri tidak dapat menghambat per-
lai KHM-nya sebesar 20%b/v dan KBMnya
tumbuhan bakteri Shigella flexneri. Kekeru-
sebesar 22,5%b/v. Hal tersebut membukti-
han pada larutan uji belum tentu disebab-
kan bahwa infusa akar bayam duri (Amaran-
kan oleh adanya bakteri yang tumbuh tetapi
thus spinosus. L) dapat membunuh bakteri
dapat disebabkan karena infusa akar bayam
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
duri tersebut keruh atau mungkin karena ad-
Escherichia coli ATCC 35218.
anya pertumbuhan bakteri, seperti kekeruhan
Penyebab infusa akar bayam duri (Am-
pada kontrol infusa. Oleh karena itu, perlu
aranthus spinosus. L) dapat membunuh bak-
dilanjutkan dengan uji KBM yaitu dengan
teri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
menggoreskan 1 ose dari masing-masing
Escherichia coli ATCC 35218 adalah senya-
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
55
wa yang terkandung dalam akar bayam duri.
mempengaruhi kadar senyawa aktif dalam
Beberapa senyawa yang terkandung dalam
simplisia yaitu bagian tanaman yang di-
akar bayam duri adalah tanin dan flavonoid
gunakan, umur tanaman, waktu panen dan
(Wijayakusuma, 1994).
lingkungan tempat tumbuh. Perbedaan tem-
Tanin adalah suatu kelompok dari un-
pat tumbuh tanaman bayam duri (Amaran-
sur polimer fenol yang berfungsi sebagai
thus spinosus L.) ini menyebabkan perbe-
astringen. Tanin mampu mengganggu sinte-
daan kandungan zat aktifnya. Pertumbuhan
sis dinding sel, yaitu dengan cara bereaksi
tanaman dipengaruhi oleh ketinggian tempat
dengan protein dan bekerja mengendapkan
tumbuh, keadaan tanah dan cuaca (Anonim,
protein. Apabila terjadi pengendapan protein
1985). Hal tersebut menyebabkan perbedaan
maka pertumbuhan bakteri akan terganggu
kandungan zat aktif dalam simplisia akar
(Volk dan Margareth, 1993).
bayam duri tersebut.
Menurut Robinson (1995) flavonoid
Pengambilan zat aktif dalam suatu
dapat menginaktifkan DNA polimerase.
tanaman dilakukan dengan proses penyar-
Jika DNA polimerase tidak aktif maka sin-
ian. Jenis metode penyarian juga berpenga-
tesis protein akan dihambat. Flavonoid juga
ruh terhadap jumlah zat aktif yang tersaring.
dapat merusak membran sel sehingga terjadi
Penyarian dalam penelitian ini dalam bentuk
perubahan permeabilitas sel yang akan men-
infusa yaitu menyari simplisia nabati dengan
gakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel
air pada suhu 90°C selama 15 menit. Ada ke-
atau matinya sel (Pelezar dan Chan, 1988).
mungkinan bahwa dengan metode penyarian
Sebenarnya tanin dan flavonoid bersi-
infusa ini, senyawa yang bersifat antibakte-
fat antibakteri, walaupun dalam kenyataan-
rial (khususnya terhadap bakteri Shigella
nya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
flexneri) yang terkandung dalam tanaman
infusa akar bayam duri (Amaranthus spino-
akar bayam duri tidak dapat tersaring secara
sus L.) dengan konsentrasi 50% ke bawah
sempurna. Hal itu menyebabkan infusa akar
tidak dapat membunuh bakteri Shigella
bayam duri tidak dapat membunuh bakteri
flexneri. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
Shigella flexneri.
banyak faktor antara lain kadar senyawa ak-
Selain itu struktur bakteri Shigella
tif dalam simplisia akar bayam duri, infusa
flexneri juga berpengaruh terhadap kekeba-
akar bayam duri dan struktur lipopolisakari-
lan bakteri Shigella flexneri terhadap zat an-
da pada dinding sel bakteri.
tibakteri. Salah satunya yaitu lipopolisakari-
Kadar senyawa aktif dalam suatu
da. Lipopolisakarida (LPS) atau lebih dikenal
simplisia berbeda-beda. Faktor-faktor yang
dengan nama endotoksin. Endotoksin adalah
56
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
suatu senyawa kompleks yang terdapat pada
ternatif sumber belajar biologi di SMA ke-
dinding sel bakteri gram negatif.
las X untuk mencapai kompetensi dasar
Lipopolysaccaride (LPS) adalah suatu
mendiskripsikan ciri-ciri archaebacteria dan
komponen yang utama dari amplop Gram-
eubacteria dan peranannya dalam kehidu-
negatif. Lipopolisakarida pada bakteri Shi-
pan. Pemanfaatan hasil penelitian sebagai
gella flexneri berperan untuk patogenesis.
sumber belajar diwujudkan dalam bentuk
LPS terdiri dari dua bagian utama, yaitu
modul pembelajaran. Tujuan pengalaman
bagian polisakarida dan bagian lipid. Ba-
belajar dengan menggunakan modul adalah
gian polisakarida merupakan rangkaian dari
untuk membantu peserta didik mencapai
berbagai macam gula, yang dibagi lagi men-
tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan
jadi 3 segmen, yaitu segmen pertama berupa
efisien, serta memungkinkan peserta didik
rantai O-spesifik (dibentuk oleh sedikitnya 3
untuk melakukan pembelajaran secara ak-
rangkaian gula yang berulang). Segmen ini
tif, tidak sekedar membaca dan mendengar,
merupakan segmen yang sangat bervariasi
sehingga siswa dapat mencapai kompetensi
dan memberikan efek kekebalan yang spesi-
dasar yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat
fik (Winarno, 1995).
Satuan Pendidikan (KTSP).
Selain struktur bakteri resistensi bak-
Guru menentukan metode yang akan
teri terhadap zat antibakteri juga berpengaruh
digunakan dalam melaksanakan kegiatan
terhadap perbedaan bakteri Shigella flexneri
belajar mengajar. Metode yang digunakan
dan bakteri Escherichia coli. Menurut Tri-
dalam pembelajaran ini adalah ceramah,
admojo (1996), bakteri Shigella flexneri
tanya jawab, dan diskusi.
lebih resisten daripada bakteri Escherichia
Hasil penelitian uji aktivitas antibak-
coli. Hal tersebut yang menyebabkan bak-
teri infusa akar bayam duri (Amaranthus spi-
teri Escherichia coli dapat dibunuh dengan
nosus L.) terhadap Shigella flexneri sebagai
infusa akar bayam duri sedangkan bakteri
alternatif sumber belajar akan disampaikan
Shigella flexneri tidak dapat dibunuh dengan
dalam 2 kali pertemuan. Adapun Langkah-
infusa akar bayam duri.
langkah
Implementasi Hasil Penelitian dalam
Pembelajaran Biologi di SMA.
pembelajaran ini adalah sebagai
berikut:
1.
Pendahuluan
Hasil penelitian uji aktivitas antibak-
Pada pertemuan pertama guru membu-
teri infusa akar bayam duri (Amaranthus
ka pelajaran dengan memberikan pertanyaan
spinosus L.) terhadap Shigella flexneri ini
awal tentang bakteri secara umum. Kemudi-
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai al-
an pada pertemuan kedua guru mengingatkan
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
57
kembali tugas mempelajari modul pembela-
untuk mempelajari modul pembelajaran ar-
jaran Archaeobacteria dan Eubacteria yang
chaeobacteria dan eubacteria di rumah. Pada
diberikan pada pertemuan sebelumnya.
pertemuan kedua guru mengakhiri kegiatan
2.
pembelajaran dengan membuat kesimpulan
Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama, dengan
hasil diskusi tentang tentang peranan bakteri
metode ceramah dan tanya jawab guru
Shigella flexneri dalam kehidupan dan cara
menjelaskan tentang ciri-ciri archaeobacteria
pengendalian bakteri Shigella flexneri.
dan eubacteria, perbedaan archaeobacteria
Di dalam proses pembelajaran
dan eubacteria, contoh-contoh archaeobac-
rus disesuikan dengan kurikulum. Dalam
teria dan eubacteria, penggolongan bakteri,
pelaksanaan penyusunan kurikulum terdapat
perkembangbiakkan bakteri, peranan bak-
pengembangan silabus dan Rencana Pelak-
teri dalam kehidupan dan cara pengendalian
sanaan Pembelajaran (RPP). Berikut ini
bakteri patogen khususnya pada bakteri Shi-
adalah pengembangan silabus dan Rencana
gella flexneri. Pada pertemuan kedua guru
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
ha-
membagi siswa menjadi 8 kelompok diskusi,
tiap kelompok berisi 5 siswa. Siswa melaku-
KESIMPULAN
kan diskusi tentang peranan bakteri Shigella
Berdasarkan penelitian uji aktivitas
flexneri dalam kehidupan dan cara pengen-
antibakteri infusa akar bayam duri (Amaran-
dalian bakteri Shigella flexneri, kemudian
thus spinosus L) terhadap Shigella flexneri
dilanjutkan dengan mengerjakan lembar
dapat disimpulkan bahwa:
kerja siswa yang ada di dalam modul.
1.
3.
Penutup
Infusa akar bayam duri (Amaranthus
spinosus L) tidak memperlihatkan ak-
Guru mengakhiri kegiatan pembe-
tivitas antibakteri terhadap Shigella
lajaran pada pertemuan pertama dengan
membuat kesimpulan tentang ciri-ciri ar-
flexneri.
2.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
chaeobacteria dan eubacteria, perbedaan
infusa akar bayam duri (Amaranthus
archaeobacteria dan eubacteria, contoh ar-
spinosus L) terhadap Shigella flexne-
chaeobacteria dan eubacteria
ri sulit ditentukan karena larutan uji
penggolon-
gan bakteri, penggolongan bakteri, perkembangbiakkan bakteri, peranan bakteri dalam
keruh.
3.
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
kehidupan, dan cara pengendalian bakteri
infusa akar bayam duri (Amaranthus
patogen
khususnya pada bakteri Shigella
spinosus L) pada konsentrasi 50%,
flexneri; dan memberi tugas kepada siswa
25%; 12,5%; 6,25% dan 3,125% ter-
58
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
hadap Shigella flexneri tidak dapat di-
Anonim. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
tentukan karena pada semua perlakuan
Pendidikan. Direktorat Pendidikan
ditumbuhi bakteri.
Menengah Umum, Ditjen, Dikdasmen. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20071. Amaranthus spinosus http://
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan
www.realgreenlawns.com/
Republik Indonesia.
austin_tx_texas/weedidentification_
files/image005.pngVikipedi, özgür ansiklopedi. Download tanggal 12 Mei
Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.
2007.
Jakarta: Departemen Kesehatan ReAnonim. 20072. Amaranthus spinosus http://
publik Indonesia.
cal.vet.upenn.edu/poison/plants/
Anonim. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik In-
slides/1050lg.jpg. Download tanggal
12 Mei 2007.
donesia.
Anonim. 20073. Shigellaflexneri. http://upAnonim. 1993. Dasar-Dasar Pemeriksaan
Mikrobiologi.
Yogyakarta:
Bagian
load.wikimedia.org/wikipedia/
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
UGM.
Commons/thumb/2/29/Shigella_stool.
jpg/260px-Shigella_stool.jpg
.Download tanggal 12 Mei 2007.
Anonim, 2001. Inventaris Tanaman Obat
Anonim. 20074. Pengembangan Bahan Ajar.
(1) Jilid 2 Bakti Husada Departemen
http://www.google.co.id/searh?q= mo
Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial
dul+pembelajaran&hl=id&start=0&s
Republik Indonesia.
a.
Anonim, 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedo-
Ansel, Howard, C. 1989. Pengantar Bentuk
man Khusus Pengembangan Silabus
Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Direktorat Pendidikan Menengah
Backer, CA dan RC.B Van den Brink. 1962.
Flora of Java. Volume I Neterland.
Umum, Ditjen, Dikdasmen. Jakarta.
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
59
Breed, R, S, 1957. Bergey’s Manual Of De-
Farmasi Indonesia, Pharmacon Phar-
terminative Bacteriology. The William
maceutical Journal of Indonesia, Vol
and Wilkins Company.
no 2. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Jawetz. Melnick,dan Adelberrg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salem-
Feteriyani, R, 2004. Uji Aktivitas Antibakteri
ba Medika.
Infusa Akar Bayam Duri (Amaranthus
spinosus. L) terhadap Staphylococcus
Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kom-
aureus ATCC 25923 dan Escherichia
petensi. Bandung: PT Remaja Rosada-
coli ATCC 35218 serta Profil Kro-
karya.
matografi Lapis Tipis, Skripsi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Bandung: PT
Ganiswarna, dan Nafrialdi, 1995. Pharma-
Remaja Rosadakarya.
kologi Dan Terapi. Edisi IV. Jakarta:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedok-
Nasution S. 2000. Berbagai Pendekatan
Dalam Proses Belajar Dan Mengajar.
teran UI.
Jakarta: PT Bina Aksara.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Pelczar and Chand., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Harborne.J. B,1987. Metode Fitokimia
Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan. Jakarta : EGC
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Kuswandi, M, Susi Iravati, Rahayu, Ratna
Sardjoko. 1989. Analisis Metabolit Sekunder.
T. D, Ani Setyaningsih. 2000. Daya
Yogyakarta: Pusat Antar Universi-
Antibakteri Minyak Atsiri Adas Manis
tas Bioteknologi Universitas Gadjah
(Foeniculum vulgare) Terhadap Bak-
Mada.
teri Yang Resisten Antibiotik, Jurnal
60
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
Shulman. 1994. Dasar Biologi Dan Klinis
Triadmojo, Pudjarwoto. 1996. Infeksi Bak-
Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Gadjah
teri Enteropatogen pada Balita Pen-
Mada University Press.
derita Diare di Jawa Barat dan Pola
Resistensinya
terhadap
Beberapa
Sudjoko. 2000. Pengajaran Biologi Berba-
Antibiotik Jurnal Cermin Dunia Ke-
sis Sekolah. Yogyakarta: FMIPA Uni-
dokteran Jakarta: Badan Penelitian
versitas Negeri Yogyakarta.
dan Pengembangan
Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Susilo, M. J. 2004. Pondasi Bagi Calon
Guru Dalam Kegiatan Belajar Men-
Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru
gajar. Universitas Ahmad Dahlan Yo-
Profesional. Bandung: PT. Remaja
gyakarta.
Rosda Karya.
Sugiman. 1989. Petunjuk Laboratorium Iso-
Voigth, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
lasi Dan Identifikasi Mikroorganisme.
Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
Volk dan Wheeler,1990. Mikrobiologi Dasar
jilid 2 edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Supardi, Imam. 1999. Mikrobiologi Dan
Pengolahan Dan Kemasan Pangan.
Wijayakusuma. H.M.H., 1994. Tanaman
Obat Berkhasiat Di Indonesia jilid 1.
Bandung: Penerbit Alumni.
Jakarta: Pustaka Kartini.
Suryobroto, B. 1986. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan
Winarno, Hendik. 1995. Lipid A- Pusat Aktif
Baru dalam Proses Belajar Mengajar.
Endotoksin, Struktur Kimia dan Biok-
Yogyakarta: Penerbit Amarta.
tivita Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Pusat Aplikasi Isotop dan
Syaefoellah, L, M. 1996. Ilmu Penyakit
Radiasi-BATAN.
Dalam. Jakarta: FKUI.
Trease, E, G dan Evans, W, C. 1989. Pharmacognosy 13th . London: ELBS
JURNAL BIOEDUKATIKA
VOL. 1 NO. 1
JULI 2013
HAL. 1 - 96
61
Download