KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd) Oleh Noviana Heni Rahmawati 111-12-091 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 i KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DALAM KITAB ZAADUL MA’AD KARANGAN IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH ii iii iv v vi MOTTO Mens sana in corpore sano (GIOVENALE, Satire,X,356) Akal yang sehat itu terletak pada badan yang sehat “Jauh lebih sulit untuk membuat orang sehat daripada membuat mereka sakit” (DeForest Clinton Jarvis) “Saya percaya bahwa apa yang anda rasakan sangat penting seperti bagaimana anda terlihat cantik dan sehat” (Victoria Principal) vii PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan rahmat Allah yang Maha Kuasa, penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orangtua saya, Bapak Ruhadi, SE dan Ibu Umi Hani, M.PdI , yang telah mendidik serta membesarkan penulis dan selalu memberikan doa tanpa henti untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari . 2. Saudara- saudaraku tercinta, Mas Syarif Fanani M.Pd dan Mba Nur Aini Luthfia, M.PdI , Dek Khoirul Huda, Dek Alfia Nikmatul Fadhila yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu. 3. Ibu Yayuk Sri Rahayu, S.Pd selaku Kepala RA Glory Islamic yang selalu mendoakan dan memberikan semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil. yang selalu membimbing dan memotivasi penulis. 5. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu saling memberikan dukungan semangat dan doa: Sayidatul, Ika, Tri, Dedi, Putri, Nia, Hikmah, Afifah dan masih banyak lagi yang tidak bisa di sebutkan satu persatu. 6. Keluarga besar PAI C dan teman-teman PAI 2012. 7. Keluarga besar UKM SMC IAIN SALATIGA tercinta. 8. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya skripsi ini serta para pembaca yang budiman. viii KATA PENGANTAR Assalammu‟alaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil analisis ini yang berjudul “Konsep Pendidikan Jasmani dalam Kitab Zaadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah” sesuai dengan rencana. Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak M. Ali Zamroni, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik. ix x ABSTRAK Rahmawati, Noviana Heni. 2016. Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Kitab Zaadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Skripsi. Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Mufiq, S.Ag, M.Phil. Kata Kunci : Konsep Pendidikan Jasmani, Kitab Zaadul Ma‟ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah Penelitian ini membahas tentang konsep pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pendapat Ibnu Qayyim tentang konsep Pendidikan Jasmani? , 2. Bagaimana relevansi pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam pendidikan Islam?. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan ( Library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisan-tulisan lainnya. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) konsep Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim adalah :Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa islam mengarahkan manusia agar menjaga selalu kesehatan, menolak berbagai penyakit fisik maupun jiwa; Menurut Ibnu Qayyim tidak semua permainan dalam olahraga boleh dilakukan; Ibnu Qayyim berpendapat bahwa, waktu yang paling baik untuk melakukan olahraga adalah ketika setelah tercernanya makanan secara sempurna; Menurut Ibnu Qayyim kurikulum pada pendidikan jasmani adalah: Menunggang kuda, melempar lembing, gulat, lomba lari, memanah dan renang;Menurut Ibnu Qayyim manfaat olahraga ada tiga, yaitu: menjaga kesehatan, menguatkan jasmani dan mendapatkan pahala yang berlimpah; Menurut Ibnu Qayyim sarana yang tepat bagi pendidikan olah raga adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba –Nya, seperti shalat dan ibadah haji. (2) Relevansi Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim dalam pendidikan Islam yaitu, dari semua konsep pendidikan jasmani yang dipaparkan Ibnu Qayyim di dalam kitab Zaadul Ma‟ad hanya sebagian yang di praktekkan dalam pendidikan islam. xi DAFTAR ISI SAMPUL ......................................................................................................... i JUDUL ............................................................................................................ ii LEMBAR BERLOGO ................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi MOTTO ………………………………….............................................. ....... vii PERSEMBAHAN........................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian....................................................................... 6 E. Metode Penelitian ………………….............................................. 7 1. Jenis Penelitian ......................................................................... 7 2. Metode Pengumpulan Data …………………………………. 8 3. Sumber Data ……………………………………………….. .. 8 4. Metode Analisis Data………………………………………. .. 8 xii F. Penegasan Istilah ........................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 10 BAB II Biografi Ibnu Qayyim Al Jauziyah ............................................... 12 A. Nama dan Kelahiran Ibnu Qayyim Al Jauziyah ……………... .... 12 B. Akhlak dan Ibadah Ibnu Qayyim Al Jauziyah ............................... 12 C. Keilmuan Ibnu Qayyim Al Jauziyah ………………………….. ... 13 D. Karangan –Karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………….. .... 18 E. Manhaj dalam karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………..... . 23 F. Guru-guru Ibnu Qayyim Al Jauziyah…………………………. .... 27 G. Murid-murid Ibnu Qayyim Al Jauziyah ……………………… .... 28 H. Wafatnya Ibnu Qayyim Al Jauziyah …………………………... .. 28 BAB III Deskripsi Pemikiran: Konsep Pendidikan Jasmani Menurut A. B. C. D. E. F. BAB IV A. Ibnu Qayyim Al Jauziyah .......................................................... 29 Menjaga Kesehatan ........................................................................ Macam- Macam Permainan dalam Olahraga ................................ Waktu Yang Tepat Untuk Olahraga ............................................... Kurikulum Pemdidikan Jasmani ……………………………... .... Manfaat Olahraga ……………………………………………... ... Sarana Pendidikan Olahraga ……………… ................................. 31 31 32 33 34 36 Analisis Pendidikan Jasmani dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam.......................................................................... 38 Tinjauan Jasmani Secara Umum .................................................... 38 a. Hakikat Pendidikan Jasmani..................................................... 38 b. Tujuan Pendidikan Jasmani ………………………………... .. 39 c. Kurikulum Pendidikan Jasmani……………………………. ... 43 xiii B. Relevansi Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam pendidikan islam................................................... 46 a. Menjaga Kesehatan ………………… ..................................... 46 b. Macam-macam Permainan dalam Olahraga…………………. 47 c. Waktu tepat untuk Olahraga …………………………… ........ 47 d. Kurikulum Pendidikan Jasmani ……………….. ..................... 48 e. Manfaat Olahraga……………………. .................................... 53 f. Sarana Pendidikan Olahraga …………………........................ 56 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 58 A. Kesimpulan .................................................................................... 58 B. Saran-saran .................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika membahas tentang tujuan pendidikan Islam, para pakar pendidikan sering memulai dengan pembahasan tentang hakikat manusia. Mengapa perlu mengetahui hakikat manusia? Karena manusia yang menjadi objek utama kerja pendidikan. Dengan mengetahui hakikat manusia maka konsep tarbiyah yang benar dapat dirumuskan. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Hasan bin Ali Al Hijazy, 2001:21) hakikat diri manusia merupakan perpaduan beberapa unsur yang saling berkaitan dan tidak mungkin dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa unsur yang di maksud adalah: ruh, akal, dan jasmani. Hal itu tidak berarti bahwa setiap unsur yang ada dalam diri manusia bekerja sehari-hari dan terpisah dari yang lainnya. Hakikat manusia bukan hanya terdiri dari unsur badan saja yang tidak ada kaitannya dengan unsur ruh dan akal. Atau ia hanya terdiri dari ruh semata yang tidak ada kaitannya dengan akal dan jism (badan). Tetapi hakikat manusia adalah bangunan dzat yang satu yang terpadu di dalam beberapa unsur yang saling berkaitan. Menurut Ahmad Tafsir (2008:37) hakikat wujud manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia berkembang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia berkecenderungan beragama. Dia juga menjelaskan bahwa 1 manusia adalah makhluk yang utuh yang terdiri atas jasmani, akal dan rohani sebagai potensi pokok. Al- Qur‟an menjelaskan bahwa manusia mempunyai aspek jasmani. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77, yaitu: )77 : خ َر َج ََىَا تَ ْىصَ َوصٍِْ َثلَ مِىَاىذُّوٍَْا (اىقصص ِ َك اىيًُّ اىذَّارَا َ ََتْتَػِ فٍِْمَآاَتَا “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi” (Al Qashash: 77, Mushaf Al Qur‟an Terjemah, Departemen Agama RI, 2005: 395). Yang dimaksud “dunia” dalam hal ini adalah hal-hal yang diperlukan oleh jasmani (Ahmad tafsir, 2008:37) Setelah memahami hakikat manusia, yaitu terdiri dari unsur yang berupa ruh, jasmani dan akal maka konsep pendidikan (tarbiyah) yang benar adalah senantiasa memperhatikan dan memenuhi kebutuhan setiap komponen yang ada dalam diri manusia tersebut. Semua komponen harus mendapat haknya untuk mendidik sehingga manusia bisa berkembang dengan seimbang antara akal, ruh dan jasmani. Ciri manusia yang sempurna menurut Islam ( Ahmad Tafsir , 2008:46) adalah jasmani yang sehat kuat dan berketrampilan, cerdas serta pandai (akal) dan rohani yang berkualitas tinggi. Ketiga ciri-ciri ini dapat dicapai oleh manusia apabila ruh, akal dan jasmani tersebut mendapat hak pendidikannya secara seimbang. Keterangan di atas menunjukkan pentingnya pendidikan jasmani. Karena jasmani termasuk salah satu dari unsur manusia yang harus mendapatkan hak pendidikan, sebagaimana ruh dan akal. Sehingga di antara 2 tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang jasmaninya sehat serta kuat dan berketerampilan. Islam adalah agama sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik dari unsur yang kecil sampai urusan yang besar. Termasuk masalah pendidikan, Islam telah mengajarkan pemeluknya bagaimana mendidik aspek jasmani anak didik. Islam secara tegas memerintahkan para pemeluknya agar sehat dan kuat jasmaninya. Allah berfirman: ًِّه رِّتَاطِ اىْخٍَْوِ ُترٌِْ ُث ُْنَ تِ ًِ عَذََُّاىي ْ ُُجٍ ََّ ِم َّ ِذَْاىٍَُم مَّااضْ َتطَعْتُمْ ِّمهْ ق ُّ ََأَع ََْعَذََُّمُم “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang di tambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu” (Al Anfal: 60, Departemen Agama RI, Mushaf Al Qur‟an Terjemah, 2005: 185). Dari abu hurairah dia berkata, “ Rasulullah s.a.w bersabda : ٌف ََفًِ مُوِّ خَ ٍْر ِ ٍْ ِه اىضَّع ِ ه اى ُمؤْ ِم َ َة ِإىَى اىيًِّ ِم ُّ ه َا ْى َقُِيُّ خَ ٍْرٌ ََأَح ُ َاىْ ُمؤْ ِم “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Dan masing-masing dari mereka terdapat kebaikan” (HR. Muslim, Imam An Nawawi, Terjemah Lengkap Riyadush Shalihin, 2010: 139). Pada kenyataannya sangat disayangkan, kebanyakan pendidikan (baik orang tua maupun Lembaga Pendidikan Islam) yang tidak memperhatikan pendidikan jasmani. Mereka lebih cenderung mengutamakan pendidikan akal (intelektual) dan mengesampingkan pendidikan jasmani. Akibatnya lahirlah generasi yang bagus intelektualnya namun lemah fisiknya. 3 Beberapa lembaga pendidikan Islam memang memasukkan penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan) dalam Kurikulum, namun materi yang diajarkan tidak sesuai dengan pendidikan jasmani menurut Islam. Mereka menerapkan pendidikan jasmani sebagaimana sekolah-sekolah umum lainnya, yaitu dengan menerapkan kurikulum pendidikan jasmani yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Padahal kurikulum yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional banyak yang tidak sesuai dengan pendidikan jasmani menurut Islam. Sehingga tidak ada ciri khas keislaman dalam pendidikan jasmani pada lembaga tersebut. Hal ini bisa kita lihat kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dari tingkat SD/MI sampai SMA/MA , bahkan di pondok pesantren, baik yang salafiyah maupun yang modern sedikit yang sesuai dengan ajaran Islam. Berkenaan pendidikan jasmani Atha meriwayatkan: َُو اَحَذ َّ فَم،ِه عَمِ ٍْرِاْالَ ْوصَارِيّ ٌَرْمٍَِان َ َراَ ٌْتُ جَا ِترَ ْت:ُعطَاء فَ ٍَ ُقُْه َ ٌَ ْرَِي ًٍَِعي َ ًُ ّه اىيّ ًِ صَيَّى اىي َ ُْض ُ َمَطِيتَ؟ ضَمِ ْعتُ ر:ه ىَ ًُ اْالَخر َ َفقَا،َجَيص َ ٌَُمَ ف ٌٍََُْسََجَوَّ فَ ٍَُُ ىٌٍَُّْ َأَْ ض َّ ًءٍ ىَ ٍْصَ ِمهْ رِ ْمرِاىيًِّ ع ْ َ مُوُّ ش:ََُضََّيمَ ٌَقُو :ٍخصَاه ِ َإِالَ َأرْتَع ُ ََتَعََّيم، ًَُعثَحُ اَ ٌْي َ ال َ ُ ََم، ًُ َ ََتَؤْرٌِثًُُ فَرَض، ِه اى َغ َرضٍَه َ ٍْ ًَ اىرَّجُوِ ت ُش ْ َم )اىطِّثَاحَحِ ( رَاي تثروى تئضىاد حطه “Aku pernah melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair Anshari r.a. keduannya selalu melempar (panah atau tombak). Ketika salah satu mereka bosan, maka dia hanya duduk. Lalu ditegur, “Apakah kamu merasa malas?” Aku pernah mendengar Rasulullah saw 4 bersabda: “Setiap perbuatan yang bukan zikrullah (mengingat Allah swt) adalah lahwu (permainan yang tidak bermanfaat) atau syahwun (kelengahan), kecuali empat perbuaan yaitu, berjalannya seseorang di antara dua tanda (berlari),mendidik kudanya (belajar menunggang kuda), bercumbu dengan istrinya dan mengajarkan berenang”. (HR. Imam Thabrani dengan Isnad Hasan). Sudah selayaknya para pendidik anak-anak kaum muslim untuk kembali kepada pendidikan Islam. Bukan mengekor pendidikan barat atas nama pendidikan modern. Karena agama Islam telah mengajarkan umatnya bagaimana mendidik jasmani anak didik. Oleh karena itu diperlukan kajian mendalam tentang pendidikan jasmani dalam Islam. Banyak ulama dan pakar pendidikan Islam telah membahas pendidikan jasmani dalam agama islam. Di antaranya adalah Ibnu Qayim AlJauziah. Beliau adalah seorang ulama‟ yang ahli dalam masalah kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Hal ini dapat dilihat dalam tulisan beliau, seperti Zaadul Ma‟ad kitab ke empat yang membahas tentang kesehatan. Selain itu beliau juga seorang ahli pendidikan Islam, karena Ibnu Qayyim terjun langsung di dunia pendidikan. Beliau mengajar di perguruan AlJauziyah milik ayahnya. Maka, pemikiran pendidikan menurut beliau layak untuk diteliti, khususnya pendidikan jasmani, karena memang beliau ahli dalam masalah ini. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1990: 316) manusia untuk bisa bertahan hidup memerlukan makanan dan minuman. Makanan tidak seluruhnya menjadi bagian dari tubuh. Karena setiap proses pencernaan makanan masih akan menghasilkan ampas. Apabila ampas tersebut terlalu banyak dalam waktu lama maka akan menumpuk dalam jumlah banyak pula. 5 Dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang banyak dan kualitas yang berat ampas tersebut akan berbahaya, bisa menyebabkan penyumbatan atau menyebabkan kegemukan, selain itu juga akan menyebabkan beberapa penyakit dalam. Olahraga adalah cara terbaik untuk mencegah menumpuknya ampas makanan tersebut. Karena olahraga dapat memanaskan tubuh, mencairkan sisa ampas sehingga tidak mendekam terlalu lama. Masih menurut Ibnu Qayyim, di antara jenis olahraga fisik adalah menuggang kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari. Semua jenis olahraga ini dapat menghilangkan penyakit kronis seperti serangan jantung. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti pemikiran Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah tentang pendidikan, khususnya pendidikan jasmani. Oleh karena itu skripsi ini saya beri judul Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Kitab Zaadul Ma’ad Karangan Ibnu Al Qayyim Al Jauziyah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim ? 2. Bagaimana relevansi pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim dalam pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 6 1. Pendapat Ibnu Qayyim tentang konsep pendidikan jasmani. 2. Pendapat Ibnu Qayyim tentang relevansi pendidikan jasmani dalam pendidikan Islam. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan Islam. Bagi kalangan akademik yang ingin meneliti masalah pendidikan dalam Islam, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman berupa sumbangan teoritis. 2. Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi para pendidik atau lembaga pendidikan Islam serta pihak lain yang berkepentingan untuk menambah khazanah pengetahuan tentang pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta wawasan kepada kaum muslimin, para pendidik atau lembaga pendidikan islam tentang pendidikan jasmani menurut Islam, dengan harapan pendidikan jasmani yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan Islam. 7 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan ( Library research), yaitu penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literatur-literatur baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun tulisantulisan lainnya. Penelusuran pustaka lebih dari pada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan (Zed, 2008: 1-2). 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006:231. Namun dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa buku saja. 3. Sumber Data Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari sumber data primer dan sekunder. a. Data primer Berupa Mukhtashar Zadul Ma‟ad karangan Ibnu Qayyim AlJauziyah yang telah diringkas oleh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi yang diterbitkan oleh Darul-Fikr pada tahun 1990 dan 8 diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi dan diterbitkan oleh Pustaka Azzam pada tahun 2000. b. Data sekunder Sumber data sekunder dari buku-buku yang berkaitan, seperti buku tentang pendidikan jasmani, buku karya Ibnu Qayyim AlJauziyah, kurikulum Penjas Orkes MTs dan MAN serta buku-buku, ebook, PDF, dan jurnal lain yang berhubungan dengan penelitian serta website tentang pendidikan jasmani. F. Penegasan Istilah Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kekurang jelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilahistilah yang terdapat dalam judul penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya.Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut: 1. Konsep yaitu gambaran mental suatu objek, proses, atau apapun yang berada diluar bahasan dan yang digunakan oleh akal budi untuk memahami masalah-masalah lainnya, atau dengan kata lain, ide atau pendapat yang diabsatrakkan melalui peristiwa nyata. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer : 764). Dalam wilayah filsafat ilmu, konsep 9 dalam bahasa Inggris adalah concept (bhs latin concepere, conceptum,) yaitu kesan mental, sebuah pikiran, pernyataan gagasan dari sebarang tingkat kenyataan atau abstraksi yang digunakan dalam berpikir abstrak. (Kamus Filsafat: 56) 2. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.( Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007: 263) 3. Jasmani adalah tubuh, badan.(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007: 461) Pengertian judul secara keseluruhan adalah Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Kitab Zadul Ma‟ad Karangan Ibnu Qayyim Al jauziyah, maksudnya adalah konsep pemikiran Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengenai pendidikan jasmani dalam kitab Zaadul Ma‟ad filsafat pendidikan dan relevansinya dalam bidang pendidikan Islam, dalam hal teori atau konsep maupun praktik pendidikan . G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika di sini yang penulis maksud adalah sistematika penyusunan karya ilmiah dari bab ke bab. Sehingga karya ilmiah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulis terhadap skripsi ini. Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan berisi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi. 10 Bab II, Biografi Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, berisi: Nama dan kelahiran, Akhlak dan ibadah, Keilmuan, Karangan-karangan, manhaj, Guruguru, Murid-murid dan wafatnya Ibnu Qayyim. Bab III, Deskripsi Pemikiran Pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, berisi: Menjaga Kesehatan, Macam-macam Permainan , Waktu yang tepat untuk Olahraga, Kurikulum Pendidikan Jasmani, Manfaat Olahraga, Sarana Pendidikan Jasmani. Bab IV, Analisis Pendidikan Jasmani dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam, berisi: Tinjauan Pendidikan Jasmani secara Umum dan Relevansi Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim dalam Pendidikan Islam. Bab V, Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran. 11 BAB II BIOGRAFI IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH A. Nama dan Kelahiran Ibnu Qayyim Aljauziyah Nama lengkapnya Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa‟ad Zur‟I Ad-Damsyiq yang biasa dipanggil Abu Abdullah dengan gelar Syamsudin (Muhammad Sa‟id Musri,2007:366). Ayahnya seorang tokoh di perguruan Al-Jauziyah yang terletak di pasar Al- Bazzuriyah di kota Damaskus. Dan itu sebabnya beliau dipanggil dengan nama Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Beliau dilahirkan pada tahun 591 H (1292 M) di Damaskus, tepatnya setahun setelah kemenangan kaum Salib ( Muhammad Suwaid Al Qadhi, 2001:13). B. Akhlak dan Ibadah Ibnu Qayyim Al Jauziyah Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang yang alim pasti memiliki murid dan pengikut yang mencintainya, demikian juga dengan Ibnu Qayyim. Mari kita dengar pengakuan sebagian murid beliau tentang akhlak dan ibadah Ibnu Qayyim (Al Hijazi,2001: 11) : Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau adalah orang yang selalu sibuk siang dan malam, beliau sangat banyak shalat dan membaca Al-Qur‟an. Baik akhlaknya, luas kasih sayangnya serta tidak pernah dengki dan hasud.” Ibnu Rajab berkata, “Beliau banyak beribadah dan selalu melaksanakan tahajjud, panjang shalatnya, tekun berdzikir, banyak mahabbahnya, Inabah, istighfar, iftiqar kepada Allah, dan khusyu‟ dalam beribadah. Saya tidak mengetahui oran yang luas ilmunya kecuali beliau dan tidak ada orang yang 12 mengetahui makna AlQur‟an dan Sunnah selain beliau, dan saya tidak mengetahui orang yang mengetahui tentang hakikat ilmu kecuali beliau. Beliau bukanlah orang yang maksum, tetapi saya tidak pernah melihat kesalahan pada dirinya.” Ibnu Hajar menatakan, “Beliau adalah seorang pemberani, luas ilmunya, banyak tahu tentang perselisihan pendapat di antara para ulama dan madzab kaum salaf. Beliau sangat mencintai Ibnu Taimiyah, sehingga tak satupun pendapatnya yang menentang dari pendapat Ibnu Taimiyah. Beliau pernah dipenjara bersama Ibnu Taimiyah, beliau selalu membela pendapat Ibnu Taimiyah, bahkan beliaulah yang meneruskan dan menyebarkan ajarannya.” Imam Asy-Syaukani mengatakan, Beliau selalu berpegang kepada dalildalil yang shahih, bangga dengan mengamalkan dalil yang shahih tersebut, tidak bersikeras memenangkan pendapatnya, berpegang pada kebenaran dan pemberani. C. Keilmuan Ibnu Qayyim Al jauziyah Disebutkan dalam kitab-kitab biografi, bahwa beliau mendengar hadis, belajar ilmu hingga menguasai beberapa disiplin ilmu terutama ilmu tafsir, hadis, akidah dan fiqh. Ketika gurunya, Tauqiuddin Ibnu Taimiyah, pulang dari Mesir pada tahun 712 H, Ibnu Qayyim senantiasa menyertainya (mulazamah) hingga beliau (Ibnu Taimiyah) wafat. Ibnu Qayyim banyak mengambil ilmu dari Ibnu Taimiyah. Maka jadilah beliau ulama yang piawai 13 dalam ilmunya. Kendatipun demikian, beliau tetap mencari ilmu siang dan malam. Beliau adalah ulama yang mahir dan ahli dalam ilmu qira‟ah. Salah seorang muridnya menuturkan, “Beliau adalah ahli fiqh, ahli ushul, ahli tafsir dan ahli nahwu.” Dalam Fiqh, beliau bermadzhab Hanbali. Di antara bukti ketinggian ilmunya adalah ( Al Hijazy, 2001: 1-3) : 1. Bantahannya terhadap para penganut paham dan pemikiran yang menyimpang yang hanya dibangun di atas sangkaan dan khayalan, sebagaimana bantahannya terhadap paranormal. Beliau menyebutkan bantahan-bantahannya ini dalam beberapa kitab karangannya hingga mencapai seratus karangan bahkan mungkin lebih. 2. Beliau memiliki pendapat bahwa penanggalan dengan bulan itu lebih baik dari pada penanggalan dengan matahari, karena penanggalan dengan bulan selamat dari kesalahan dan kesimpangsiuran. Yang demikian itu berdasarkan firman Allah tentang bulan, )٥: (ٌُوص ب َ ه ََآىْحِطَا َ ٍْ ِه ىِتَ ْعيَمُُْا عَذَ َد آىطِّى َ ِ مَىَاز،َُذ َري َّ ََق “Dan ditetapkannya manzilah- manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengerti bilangan tahun dan perhitungan waktu.”(yunus: 5) Beliau berkata, “Ayat ini adalah bukti bahwa penanggalan berdasarkan rembulan itu lebih baik dari pada berdasarkan matahari karena Allah telah berfirman mengenai penanggalan dengan bulan dan tidak dengan matahari. 14 3. Penjelasan beliau mengenai madu dan manfaatnya. Beliau menjelaskan manfaat madu. Madu menurut beliau adalah obat yang paling bermanfaat, melebihi manfaat gula, ia sangat bergua bagi pencernaan dan kesehatan dan kesehatan tubuh. 4. Penjelasannya mengenai alam, bahwa alam ini berjalan sesuai dengan kehendak, kekuasaan dan pengaturan Allah Ta‟ala. Dalam hal ini beliau membantah ahli biologiyang mengatakan bahwa alam ini tercipta dan berjalan dengan sendirinya (secara kebetulan). 5. Penjelasannya mengenai magnet, bahwa kelebihannya adalah menarik setiap sesuatu yang dekat dengannya. Beliau berkata, “Mahasuci Dzat yang telah mengkhususkan rahmat dan kemuliaan kepada siapa saja yang dikehendaki- Nya dari gunung-gunung dan lainnya. Dengan rahmat-Nya Dia menjadikan gunung-gunung sebagai magnet hati, hingga seakanakan hati itu memiliki magnet, yang akan meluncur kepadannya jika ia menyebutnya.” 6. Penjelasannya mengenai udara dan kebutuhan makhluk hidup kepadanya. Beliau mejelaskan bahwa manfaat udara adalah mengantarkan suara. Udara adalah kehidupan bagi badan, ia yang mengikat sesuatu yang dihirup darinya kedalam tubuh, dan mengambil dari luar apa-apa yang dirasakan oleh rohnya. Dari udara badan ini mengambil gizinya, baik yang zhahir maupun yang batin, dan dari udara semua suara bersumber, 15 ia yang membawanya kemudian menyampaikannya kepada yang dekat maupun yang jauh, sebagai tukang pos dan utusan, yang tugasnya menyampaikan berita dan surat pemberitaan. Maha Mulia Dzat yang dengan kebijaksanaan-Nya telah menjadikan udara ini sebagai kertas yang lembut, memuat berita dan pemberitaan sesuai dengan kebutuhan yang di inginkan penerimanya, kemudian dengan izin Rabbnya ia menghapus berita dan pemberitaan itu, kemudian kembali lagi menjadi bersih dan putih tiada tertulis di dalamnya sesuatupun tentang yang siapa menghantarkannya dan menuliskan segala sesuatu yang setiap waktu. 7. Penjelasan tentang teori mengapung, dia berkata, “suatu bisa mengapung karena di dalamnya ada udara, dan udara itu menghalangi sesuatu untuk tenggelam kedalam air.” 8. Beliau juga menjelaskan tetang perputaran bintang- bintang sebagai permisalan dan bukti bagi hakikat perputaran sesuatu. Bahwa semua planet ini berputar dengan dua utaran yang berbeda, yaitu perputaran umum, di mana setiap planet berputar pada orbitnya dan perputaran khusus, yaitu setiap berputar pada porosnya. Hal ini sebagaimana halnya semut yang berputar dari arah kiri dalam gilingan, sedang gilingan itu berputar dari arah kanan, maka semut itu memiliki dua gerakan yang berbeda menuju dua arah yang berbeda. Pertama gerakan dan arah yang di tuju oleh dirinya sendiri, dan satu arah lagi mengikuti gerakan gilingan yang hal itu tidak sesuai dengan tujuannya yang asli. 16 9. Penjelasannya mengenai grafitasi bumi, yang oleh beliau disebut sebagai “kekuatan memegang”. Beliau bekata, “Perhatikanlah apa yang diberikan oleh api berupa gerakan meninggi, yang memang tabiat api itu bergerak meninggi. Kalau bukan adanya kekuatan unsur yang mampu “memegang” sesuatu (grafitasi bumi), maka api itu akan terbang meninggi. Hal ini bagaikan badan yang memiliki bobot, kalau tidak ada unsur yang menahannya, maka ia akan roboh dan turun. Siapakah yang memberi kekuatan ini yang bisa menarik sesuatu yang meninggi hingga tetap berada di tempatnya dan bisa menarik sesuatu ke bawah kemudian menempatkannya di tempatnya, semua itu tidak lain adalah berkat kekuasaan Dzat yang Mahamulia dan Maha Mengetahui.” 10. Begitu juga penjelasan beliau mengenai batasan waktu siang dan malam yang berjumlah dua puluh empat jam, tentang nama angin rahmat dan angin adzab. Angin rahmat disebut Mubassyirat (kabar gembira), Nasyr (penebar rahmat), Dzariyat (penumbuh), Ar-Raha‟, Al-Mursalat (utusan) dan Al-La-Waqih (pembiakan) sedang angin adzab, kalau di laut disebut: Al-Ashif dan Al-Qashif (badai), sedang kalau di darat disebut Al-Aqiem dan Shar-shar (angin kencang). Beliau juga berbicara mengenai hujan dan manfaatnya dalam menumbuhkan tumbuh- tumbuhan (denga pembicaraan itu seakan-akan beliau adalah ulama di idang tumbuhtumbuhan). Beliau jega berbicaa mengenai lautan yang keberadaannya lebih luas dari daratan. Beliau juga berbicara mengenai gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Semua itu beliau sebutkan 17 dengan terperinci dalam kitabnya yang berjudul Miftahu Dar Sa‟adah wa Mansuru wilayati Ahli ilmi wa Iradah. Dan semuanya itu cukup sebagai bukti atas luasnya ilmu dan banyaknya belajar. D. Karangan- karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah Tulisan Ibnu Qayyim sangat bagus sehingga beliau menulis karyanya dengan tangannya sendiri kemudian dicetak (Muhammad Sa‟id Musri, 2007: 366) . Di antara kitab-kitab karangannya yaitu (Al Hijazy, 2001: 3-6). : 1. Kitab At-Tahbir Lima Yuhilu wa Yuhramu min Libasit Tahrir 2. Kitab MiftahuDar Sa‟adah wa Mansur Wilayati Ahli Ilmu wa Iradah 3. Kitab Tahdzib Sunan Abi Daud 4. Kitab Aimanul Qur‟an 5. Kitab Ijtimaul Juyus Al-Islamiyah Ala Harbi Mu‟attilah wa Jahmiyah 6. Kitab Ma‟rifatur Ruh wa Nafs, kitab ini bukan kitab Ar-Ruh yang sudah dicetak. 7. Kitab At-Ta‟liq Ala Ahkam 8. Kitab Tuhfatuk Nazilin Bijiwari Rabbil Alamin 9. Kitab Al-Ijtihad wa Taklid 10. Kitab Fi Ahkami Ahli Milal Yang disebutkan oleh muridnya, yaitu Ibnu Rajab. 11. Kitab Safaru Hijratain wa Babu Sa‟adataini 18 12. Kitab Marahili Sairin Baina Manazili (nama lain dari kitab Madarijus Salikin) “Iyyaa kana‟budu wa iyyaaka Nasta‟in”, Kitab ini adalah syarah dari kitab Manazili Sairin karangan Syaikhul Islam Al-Anshari 13. Kitab Akdu Muhtamil Ahibba‟ Baina Kalimi Tayyib wa Amal Shalih Almarfu‟ ila Rabbis Sama‟. 14. Kitab Syahru Asmai Kitabil Aziz 15. Kitab Zadul Musafirin ila Manazili Su‟ada Fi Hadyi Khatamil anbiya‟ 16. Kitab Zadul Ma‟ad fi Hadfi Khoiril Ibad 17. Kitab Jalaul Afham fi Dzikri Shalati wasalam Ala Khairil Anam wa Bayanu Ahaditsiha wa Ilaalihaa 18. Kitab Bayanu Dalil Ala Istighnai musabaqah Anit Tahlil 19. Kitab Nakdul Manku wa Muhki Mumayyiz Bainal Mardudu wa Makbul 20. Kitab „Ilamul Muwaqiin An Rabbil Alamin 21. Kitab Badaiul Fawaid 22. Kitab As-Syafiyatus Kafiyah lill Intishari lil Firqah An-Naziyah 23. Kitab Ash-Shawaiq Al-Munazzalah Alal Jahmiyah wa Muatthilah 24. Kitab Arwah ila Biladil Arab 25. Kitab Nuhzatul Mustaqim wa Raudhatul Muhibbin 26. Kitab Ad-Da‟wad Dawa‟ 27. Kitab Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud 28. Kitab Mashayidus Syaithan 29. Kitab At-Turuq Al-Hukmiyah 30. Kitab Raf‟ul Yadain fis Shalat 19 31. Kitab Nikahul Muhrim 32. Kitab Tafdhilul Makkah Alal Madinah 33. Kitab Fadlul Ulama 34. Kitab Uddatus Shabrin 35. Kitab Al-Kabair 36. Kitab Hukmu Tariki Shalat 37. Kitab Nurul Mukmin wa Hayatuhu 38. Kitab Ighmami Hilali Ramadhan 39. Kitab Jawabat Abidi Shalban wa anna Ma hamma Alaihi Dienus Syaithan 40. Kitab Butlanul Kimiyai Min Arbaina Wajhan 41. Kitab Al- Farqu Baina Khullah wa Mahabbah wa Munadhiratul Khalil Lil Qaumihi 42. Kitab Kalimatul Thayyib wa Amal Shalih 43. Kitab Al-Fathul Qudsy 44. Kitab At-Tuhfatul Makkiyah 45. Kitab Asmaul Qur‟an 46. Kitab Syarhu Asmaul Husna 47. Kitab Masailul At-Tharabilisiyah 48. Kitab Ash-Shiratul Mustaqiem fi Ahkamil Ahlil Jahiem 49. Kitab Kitabut Tha‟un (yang disebutkan oleh As-Shafadi yang wafat tahun 764 H) 20 50. Kitab Ar-Risalah Al-Halabiyah Fit Thariqah Al-Muhammadiyah 51. Kitab Al-Furusiyah Al-Muhammadiyah 52. Kitab Tafsir Al-Fatihah 53. Kitab Iqtidhau Dzikir bi Hushuli Khair wa Daf‟I Syar‟i 54. Kitab Kasyful Ghitha „An Hukmi Simail Ghina 55. Kitab Ar-Risalah As-Syafiyah fi Asraril Muawwidzataini 56. Kitab Maaniyul Adawat wa Huruf (Yang disebutkan oleh Bakr bin Abdillah Abu Zaid) 57. Kitab Asmaul Mullafati Ibnu Taimiyah 58. Kitab Ushulut Tafsir 59. Kitab Al-Alam bit Tisait Turuqil Ahkam 60. Kitab Ighasatul lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadban 61. Kitab Al-Ijaz 62. Kitab Tadribu Riasah fil Qawaid Al-Hukmiyah Bid Dzakai Al-Fatihah 63. Kitab Al-Jami Baina Sunnah wa Atsar 64. Kitab Al-Jawabus Syafii liman Sa‟ala Ani Tsamratil Du‟ai Idza kana ma Qad Quddira Waqiun 65. Kitab Al-Hamil Hal Tahidhu Am La? 66. Kitab Al-Hawi 67. Kitab Hukmu Tafdhil Ba‟dil Aulad Ala-Ba‟di fi Athiyah 68. Kitab Dawaul Qulub 69. Kitab Rabiul Abrar fis Shalati Alan Nabiyi Mukhtar 21 70. Kitab Risalati Ibnu Qayyim Ila Ahadi Ihkwani 71. Kitab Ar-Risalah At-Tabukiyah 72. Kitab Raf‟ul Tanzil 73. Kitab Ar-Ruh 74. Kitab As-Sunnah wal Bid‟ah 75. Kitab Syifaul „Alil fi Masail Qadha wa Qadar wal Hikma wat Ta‟lil 76. Kitab Ash-Shabr was Sakan 77. Kitab Tibul Qulub 78. Kitab At-Tibbun Nabawi 79. Kitab Tariqatul Bashair ila Hadiqati Sarair fi Nudzumil Kabair 80. Kitab Thalaqul Haid 81. Kitab Al-Fatawa 82. Kitab Al-Fathu Makkiy 83. Kitab Al-Furusiyah 84. Kitab Al-Furusiyah Asy-Syar‟iyah 85. Kitab Fadlul Ilmi Wa Ahluhu 86. Kitab Fawaidun fi Kalam Ala Hadits Ghumamah wa Haditsi Ghuzalah Wadh-Dhabbi wa Ghairihi 87. Kitab Al-Fawaid 88. Kitab Qurratu „Uyunil Muhibbin wa Raudhatul Qulubil „Arifin 89. Kitab Kafiyatus Syafiyatun fi Nahwi 90. Kitab Al-Lamhah fi Raddi Ala Ibnu Thalhah 22 91. Kitab Al-Manarul Munif fi Shahih wa Dhaif 92. Kitab Muqtadha Siyasah fi Syarhi Nikatil Hamasah 93. Kitab Al-Mauridus Shafi wa Dhilli wafie 94. Kitab Maulidun Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam 95. Kitab Al-Mahd 96. Kitab Al-Muhaddzab 97. Kitab Hidayatul Hayari fi Ajwabati Yahudi wa Nashara Dan masih banyak lagi karangan-karangan beliau yang berbentuk makalah dan lembaran-lembaran (Al Hijazy, 2001: 3-6). E. Manhaj dalam karangan Ibnu Qayyim Al Jauziyah Manhaj merupakan metode atau cara tentang seluk beluk pemikiran seseorang. Dalam hal ini akan disebutkan manhaj Ibnu Qayyim dalam mengarang kitab-kitabnya di antaranya adalah (Al Hijazy, 2001: 6-10) : 1. Beliau selalu bersandar kepada dasar-dasar madzab imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah yang tidak pernah mendahului Al-Qur‟an dan Hadis Shahih. Jika didapatkan hadis shahih dalam hal apapun, maka beliau tidak mendahuluinya (mengedepankan pendapatnya atas hadis). Jika tidak mendapatkannya kecuali hadis yang dhaif, tetapi tidak ada yang menentangnya, maka beliau mengamalkan hadis tersebut, tetapi jika menentangnya dan ia lebih kuat, maka beliau tinggalkan hadis dhaif tersebut jika dalam suatu masalah beliau mendapatkan hadis dhaif dan 23 qiyas, maka yang didahulukan adalah hadis dhaif. Jika dalam suatu masalah tidak didapatkan satupun hadis pun, beliau mengambil aqwal(pendapat) shahabah. Jika pendapat-pendapat itu saling bertentangan, beliau memilihyang lebih rajih (kuat) dan tidak sedikit pun keluar dari pendapat mereka. Jika dalam suatu masalah terdapat dua riwayat (pendapat) atau lebih, maka beliau mengikuti ushul madzab Hanbali, dan beliau sangat memuji imam madzabnya, katanya, “Imam Ahmad adalah orang yang mauquf.” Akan tetapi hal itu tidak membuatnya ta‟ashub (fanatik) kepada pendapat madzabnya, dan tidak pula berpegang kepada pendapatnya jika pendapat lain lebih shahih dan lebih benar. Beliau berkata, “Jika ada perbedaan antara pendapat Imam Ahmad dengan ahli hadist lainnya mengenai sebuah hadis, maka dalillah yang menghukumi dan memutuskannya dan pendapat Imam Ahmad sama sekali tidak menjadi bantahan atas mereka. 2. Sikap Ibnu Qayyim terhadap madzab Hanbali yang seperti itu menunjukkan kuatnya sikap beliau dalam berpegang kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Bukti lain dalam hal ini adalah, jika beliau menemukan ijtihad atau pendapat sebagian shahabat dalam beberapa hadis, sementara ijtihad itu adalah marjuh (lemah), beliau tidak mengambil pendapat tersebut, bahkan beliau menjelaskan bahwa pendapat tersebut marjuh. 3. Berdasarkan kepada nash-nash Al-Qur‟an dan As-Sunnah serta ijma, sebagai contoh adalah ketika beliau menjelaskan tentang hukum nikah yang tidak disebutkan maharnya sewaktu akad, beliau berkata, “Telah 24 tetap dalam Al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma, bahwa akad nikah dianggap sah walaupun padanya tidak disebutkan maharnya, tetapi hal itu wajib dengan memberikan mahar mitsal (mahar yang disamakan dengan mahar saudara perempuannya). 4. Al-Qur‟an dan As-Sunnah dijadikan sebagai timbangan terhadap pendapat seseorang, apa saja yang sesuai dengan keduanya beliau ambil, dan apa yang menyalahi keduanya beliau tolak dan sama sekalitidak diterima dari mana pun datangnya. Beliau melarang sikap taklid dan ta‟ashub kepada pendapat dan pemikiran ulama. Beliau berkata, “Kita berpaling dari ta‟ashub kepada ulama, kita memilih pendapat mereka yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Dengan keduannya kita menerima pendapat mereka dan bukan karena salah seorang dari mereka, siapapun dia. Kita tidak mengakatakan benar dan salah terhadap pendapat seseorang kecuali berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, kemudian kita mengikuti semua pendapatnya tanpa sedikit pun bimbang dengan keduanya. Kemudian kita mengharamkan mengikuti selainnya dalam hal-hal yang menyalahi Al-Qur‟an dan Sunnah. Demikianlah para imam yang shahih berwasiat kepada kita dan dengan ini mereka berjanji untuk taat kepada-Nya. Maka dengan hal itulah kita bermanhaj, dan di atas jalan dan petunjuk-Nya pula kita berjalan. Pernyataan ini bermanfaat bagi setiap pencari ilmu, agar mereka senantiasa menghiasi diri dengan amalam Ilahiyah dan menjaui sikap ta‟ashub kepada pendapat seseorang, dan membebaskan diri dari 25 kurungan hawa nafsu, dan agar senantiasa mencari hikmah (keadilan dan kebijakan) karena ia adalah mutiara yang hilang dari diri orang Mukmin. Dan hendaklah kita memisahkan antara pemikiran dan tokohnya, tidak terikat dan bergantung kepada seorang tokoh tertentu serta tidak ta‟ashub terhadap pendapat merekan. Pemikiran yang benar dan kalimat yang lurus harus diambil meskipun keluar dari mulut dan akal musuh bebuyutan, sementara pemikiran dan kalimat yang salah harus ditolak meskipun keluar dari teman karib. 5. Beliau bersandar pada akal yang sehat dan fitrah yang selamat, di samping berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Rasullah, karena antara akal sehat dan fitrah yang selamat tidak akan bertentangan dengan nash(nakl) yang shahih. Beliau melihat bahwa setiap perkara yang bertentangan dengan akal sehat, fitrah yang selamat dan dalil yang shahih tidak boleh diperhitungkan dan wajib ditolak. 6. Dalam istidlal (mengambil dalil), beliau bersandar kepada hadis yang shahih, kemudian yang hasan. Namun tidak menutup kemungkinan untuk mengambil hadits dhaif, jika hanya sebatas sebagai syahid(penguat) dan tabiin (mengikuti). 7. Bersandar kepada dalil akal dalam mematahkan syubuhat para munharrif (yang menyimpang) dan Muaththil (yang menafikan arti). 8. Terkadang beliau menukil hadis yang tidak jelas kedudukannya menurut pandangannya, kemudian beliau berkata, “Saya tidak tahu kedudukan hadis ini”, atau menukil atsar dan berkata seperti itu, bahkan adakalanya 26 menukil atsar israilliyat tetapi dengan menjelaskan kedudukan dan hakikatnya. 9. Jika dalam sebuah masalah terdapat banyak pendapat yang berlawanan dan kontraindikasi, beliau menyebutkan semua pendapat tersebut, kemudian menjelaskan pendapat yang benar, yang sesuai dengan kebenaran menurut pendapatnya. 10. Dalam menulis, adakalanya beliau menggunakan cara iqtibas (menukil) dari ayat Al-Qur‟an. 11. Beliau menggunakan uslub (metode) cerita dalam karangannya. Seperti yang dilakukannya ketika berbicara tentang keutamaan ilmu dan ahlinya, beliau bercerita, “Diceritakan dari ulama, konon ada seorang alim yang sedang naik perahu bersama seorang pedagang. Tiba-tiba perahu yang ditumpanginya pecah, akhirnya mereka jatuh miskin karena kekayaannya tenggelam dalam laut, ketika seorang alim itu tiba di suatu daerah, ia dihormati dan dimuliakan bahkan diberi beberapa hadiah dan penghormatan, dan ketika para pedagang itu hendak kembali ke daerahnya, mereka berkata, “Wahai guru, apakah paduka hendak mengirim surat atau pesan untuk kaum- mu ? Seorang alim berkata, “Ya, sampaikan kepada mereka , jika kalian menginginkan harta, yang walaupun perahu yang ditumpangi pecah, tetapi hartanya itu tidak akan ikut tenggelam, maka jadikanlah ilmu sebagai perniagaannya.” 12. Ibnu Qayyim terkenal dengan panjangnya susunan kalimat yang ditulisnya. Dan hal itu tidak aib. Sesungguhnya panjangnya tulisan itu 27 terjadi karena dalamnya tsaqafah dan luasnya cakrawala serta derasnya ilmu seseorang. Dan juga terjadi karena keyakinan penulis bahwa memperpanjang tulisan(kalimat) itu diperlukan dalam sebagian hal yang penting. F. Guru-guru Ibnu Qayyim Al Jauziyah Ibnu Qayyim menjadikan sang ayah sebagai guru nya. Ia pun menjalani pendidikan dasar sebagai murid sang ayah. Selain itu, ia juga berguru pada Ibnu Syirazi dan Ahmad Ibnu Taimiyah, seorang ulama besar. Ibnu Qayyim juga pernah berguru pada Ibnu Abi al-Fatah al-Ba‟bi, sang ahli gramatika Arab. Selain itu guru yang lainnya adalah: Syaikh Majduddin at-Tunisi, syaikh Shafiyudin al-Hindi dan Syaikh Isma‟il bin Muhammad al-Harani (Wahyu Murtiningsih, 2008:184-185). G. Murid-murid Ibnu Qayyim Al Jauziyah Ibnu qayyim adalah seorang murabbi yang mulia, telah bekerja di medan tarbiyah dengan seluruh tenaga dan ilmunya. Maka tak heran jika murid-muridnya tersebar di mana-mana. Dan muridnya yang paling terkenal adalah Ibnu Katsir (pengarang kitab Al-Bidayah wan Nihayah), kemudian Ibnu Rajah (pengarang Kitab Ad-Dhail Al-Madzahibil Hanabilah), kemudian Ibnu Abdul Hadi dan anaknya yang bernama Abdullah. Juga termasuk murid beliau adalah Syamsudin Muhammad bin Abdullah bin Abdul Qadir AnNabilisy (pengarang kitab Mukhtasar Thabaqat Hanabilah) (Al Hijazy, 2001: 11). 28 H. Wafatnya Ibnu Qayyim Al Jauziyah Ibnu Qayyim meninggal dunia pada malam kamis (di akhir malam) di Damaskus pada tanggal 23 bulan Rajab tahun 751 H. Dishalatkan di Masjid Jami‟ setelah shalat zhuhur dan Dimakamkan di kuburan Al- Babus Saghir (Al Hijazy, 2001: 12). 29 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN: PENDIDIKAN JASMANI MENURUT IBNU QAYYIM AL JAUZIYAH Beban hidup itu sangat berat, cita-cita dan pendidikan tidak akan pernah berhenti, sehingga untuk mengurangi bahtera kehidupan diperlukan jiwa yang kuat, disertai fisik yang sehat. Seperti yang sering terdengar ungkapannya dalam bahasa Latin yang berbunyi “Mens sana in corpore sano”, yang artinya Akal yang sehat terletak dalam badan yang sehat. Jiwa yang lemah tidak akan dapat menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, dan pasti tidak sabar menghadapi musibah dan ujian. Demikian pula fisik yang lemah tidak akan dapat berbuat banyak dalam melaksanakan tugas atau kewajiban hidup di dunia ini. Karena itulah, Islam tidak hanya memperhatikan faktor-faktor kesehatan rohani, tetapi juga kesehatan fisik. Olahraga (yang diperkenankan dan diperintahkan dalam Islam) sangat efektif untuk kesehatan jasmani manusia yang kuat fisik, kuat mentalnya, mulia akhlaknya, dan banyak karyanya. Hal itu di isyaratkan Rasulullah saw. Melalui hadisnya, ٌف ََفًِ مُوِّ خَ ٍْر ِ ٍْ ِه اىضَّع ِ ه اى ُمؤْ ِم َ َة ِإىَى اىيًِّ ِم ُّ ه َا ْى َقُِيُّ خَ ٍْرٌ ََأَح ُ َاىْ ُمؤْ ِم “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Dan masing-masing dari mereka terdapat kebaikan” (HR. Muslim, Imam An Nawawi, Terjemah Lengkap Riyadush Shalihin, 2010: 139). Islam (dalam menetapkan hukumnya) selalu memperhatikan dan memperhitungkan kesehatan umatnya. Islam juga tidak membebani manusia kecuali yang sesuai dengan kesehatan dan kemampuan fisiknya, sehingga Islam 30 membolehkan seseorang untuk melaksanakan shalat dengan cara duduk jika dia tidak mampu berdiri tegak. Demikian pula orang yang sedang sakit dibolehkan Islam menunda puasa pada bulan Ramadhan lalu kemudian dia menggantinya pada bulan lain, setelah dia sehat kembali. Beberapa ibadah dalam Islam juga mengandung unsur olah tubuh, shalat misalnya, sejak gerakan-gerakan ketika membasuh atau mengusap anggota wudhu dan mandi, ketika ruku‟ dan sujud, ketika berdiri dan duduk, dan gerakan-gerakan lainnya. Demikian pula pelaksanaan ibadah haji, ada perjalanan sa‟i (lari-lari kecil), bertawaf, dan berusaha melemparkan jumrah dengan tepat, dan lain-lain. Banyak pula ajaran Islam, khususnya yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya, yang ditentukan oleh gerak badan dan memerlukan tubuh yang sehat. Misalnya, mencari rezeki, mempersiapkan umat untuk menghadapi musuh (seperti yang diperintahkan AlQur‟an), banyak melangkah ke masjid (untuk beribadah), banyak bepergian ke tiga masjid yang sangat mulia (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid AlAqsha di Palestina), menjenguk orang sakit, mengurus jenazah (memandikan, menshalatkan, mengkafani dan menguburkannya). Semua itu menunjukkan, bahwa ibadah yang diperintakan Islam mengandung unsur kesehatan baik untuk jasmani maupun untuk mental spiritual (Al Basyuni, 1994:327). Dari penjelasan di atas tentang Islam dan olahraga, penulis akan memfokuskan penelitian tentang pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. 31 A. Menjaga Kesehatan Islam diturunkan Allah swt. untuk memperbaiki jiwa dan batin manusia dengan keyakinan, ibadah dan mu‟amalah. Kedatangannya juga untuk memperbaiki fisik manusia supaya selalu bersih dan sehat. Ibnu Qayyim berkata (Zadul Ma‟ad :310 ),: “ Kesehatan dan afiat merupakan nikmat Allah yang paling agung, yang diberikan-Nya kepada Hamba, karunia yang paling besar dan pemberian yang paling mulia. Maka sudah selayaknya jika orang yang diberi karunia ini untuk menjaga dan memperhatikannya serta memeliharanya dari hal-hal yang berlawanan dengannya. Dalam pendapat tersebut Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa kesehatan dan afiat merupakan nikmat Allah yang paling besar dan mulia yang diberikan kepada hamba-Nya. Maka sudah selayaknya jika orang yang diberi nikmat dan karunia berupa kesehatan, untuk menjaga dan memperhatikan serta mempelihara dari hal-hal yang berlawanan yaitu menolak berbagai penyakit dan penyebabnya. Al-Bukhari meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari hadis Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: .ُش اىصِّحَّ ُح ََا ْى َفرَاغ ِ ه اىىَّا َ وِعْمَتَانِ مَغْثُُنٌ فٍٍِِمَا مَثٍِرٌ ِم “Dua nikmat yang karenanya banyak yang tertipu: kesehatan dan waktu kosong” B. Macam-macam Permainan dalam Olahraga Islam tidak melarang umatnya bermain olahraga, tetapi membuka pintu seluas-luasnya dalam bermain. Ibnu Qayyim mengatakan bahwa permainan itu terbagi kepada tiga, yaitu (Al-Hijazi: 246) : 32 a. Pertama, Permainan yang dicintai dan diridhai Allah dan Rasul-Nya, seperti pacuan kuda dan memanah. b. Kedua, Permainan yang dibenci dan dimurkai Allah dan Rasul-Nya, seperti semua bentuk permainan yang akan menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara para pemain bahkan merembet kepada orang disekitarnya. Contoh permainan yang dibenci adalah Matador (manusia melawan banteng) . c. Ketiga, bentuk permainan yang tidak dicintai dan tidak dibenci Allah serta dibolehkan melakukannya karena tidak ada bahaya yang terkandung di dalamnya seperti lomba lari, renang dan gulat. C. Waktu yang tepat untuk Olah Raga Dalam pandangan Ibnu Qayyim (Zadul Ma‟ad :316): “Waktu yang tepat untuk berolahraga ialah setelah leramnya makanan dan pencernakannya. Olahraga yang seimbang bisa memerahkan kulit dan menumbuhkan badan. Tidak perlu olahraga yang terlalu memeras keringat. Apapun anggota tubuh yang banyak berolahraga akan menjadi kuat. Maksud dari kalimat diatas adalah waktu yang tepat untuk olahraga ialah setelah tercernanya makanan secara sempurna. Sesungguhnya olahraga yang dilakukan sebelum makanan dicerna dengan sempurna akan berbahaya bagi kesehatan. Olahraga yang dilakukan tidaklah harus yang berat / memeras keringat secara berlebihan. Beliau memandang bahwa melakukan olahraga dengan teratur akan membuat anggota tubuh menjadi kuat. 33 D. Kurikulum Pendidikan Jasmani Kurikulum atau materi pendidikan jasmani yang harus diterapkan menurut Ibnu Qayyim adalah sebagai berikut : Menurut Ibnu Qayyim (Zadul Ma‟ad :316): “Olahraga naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari merupakan jenis olahraga yang menggerakkan semua anggota tubuh sehingga bisa menghindarkan penyakit kronis.” Selain olahraga tersebut, materi pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim yang lain adalah (Al Hijazi: 246): “Bentuk permainan yang dicintai dan diridhai Allah dan Rasul-Nya, seperti pacuan kuda dan memanah. Bentuk permainan yang tidak dicintai dan tidak dibenci Allah sera dibolehkan melakukannya karena tidak berbahaya yang terkandung didalamnya seperti lomba lari,renang dan gulat. Dari sumber-sumber yang dikumpulkan penulis menemukan kurikulum atau materi pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim sebagai berikut: Diantara olah raga yang dapat dilakukan agar tubuh bisa bergerak secara menyeluruh adalah: 1. Olah raga naik kuda 2. Melempar lembing 3. Gulat 4. Dan lomba lari Olah raga tersebut bisa menghindarkan penyakit kronis seperti jantung dan lain-lain. Selain itu olah raga yang bermanfaat lainnya yang beliau anjurkan yaitu: 34 5. Memanah 6. Dan renang E. Manfaat Olahraga Di antara banyaknya manfaat olah raga, di penelitian ini penulis hanya menyebutkan manfaat olah raga yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim. Di antaranya adalah: a. Menjaga Kesehatan Badan membutuhkan makanan dan minuman untuk menjaga kelangsungannya. Makanan tidak berubah seketika secara keseluruhan lalu menjadi bagian dari tubuh, tapi tentu ada yang tersisa dari proses pencernaannya. Jika sisa ini semakin banyak dan berjalan sekian lama, maka ia akan menumpuk menjadi jumlah yang banyak, hingga bisa menjadi penghambat dan memberati badan, dan akhirnya menimbulkan berbagai macam penyakit. Menurut Ibnu Qayyim (1990:316): “Gerakan merupakan sebab yang paling dominan untuk mencegah terjadinya penumpukan sisa-sisa pencernakan itu. Karena gerakan ini mampu menghangatkan seluruh anggota tubuh, mengalirkan sisa-sisa tersebut dan tidak menimbulkan penumpukan, lalu membuat tubuh menjadi ringan dan bergairah, layak diisi makanan lagi, menguatkan sendi-sendi dan otot serta melindungi dari berbagai macam penyakit.” Dari pemaparan tersebut salah satu manfaat dari gerakan atau olahraga ialah mencegah terjadinya penumpukan sisa-sisa makanan dalam pencernaan. Karena dengan melakukan olahraga seluruh tubuh akan menjadi hangat, mengalirkan sisa-sisa makanan dan menghindari 35 menumpuknya sisa-sisa pencernaan. Dan setelah itu membuat tubuh menjadi ringan, bertenaga dan bisa makan kembali, menguatkan otot serta melindungi dari berbagai penyakit atau secara singkatnya adalah menjadikan tubuh sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya. Di antara jenis olah raga yang dianjurkan seperti naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari dapat menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga bisa menghindarkan penyakit kronis, seperti jantung dan lain-lain. b. Menguatkan jasmani Menurut Ibnu Qayyim (1990:316): “Tidak perlu olahraga yang terlalu memeras keringat. Apapun anggota tubuh yang banyak berolahraga akan menjadi kuat.” Dari pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa selain membuat tubuh menjadi sehat, manfaat olahraga ialah dapat menguatkan anggota tubuh atau jasmani. Olah raga dapat menguatkan sendi-sendi dan otot-otot. Namun olahraga menurut Ibnu Qayyim jangan dilakukan secara berlebihan karena hanya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Adapun jenis olahraga yang disarankan adalah naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari karena pada olah raga tersebut dapat menggerakkan semua anggota tubuh. c. Mendapatkan pahala yang melimpah “Tidur Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah tidur yang paling baik dan bermanfaat bagi tubuh dan kekuatannya, begitu pula bangun beliau. Setelah bangun beliau bersiwak, wudhu, shalat seperti yang telah ditetapkan Allah. Dengan begitu setiap organ tubuh dan kekuatannya bisa mengambil manfaat dari tidur 36 dan istirahatnya serta manfaat dari olahraga, yang disertai pahala yang melimpah. Yang demikian itu tentu akan mendatangkan kebaikan bagi hati dan badan, di dunia dan di akhirat.” (Ibnu Qayyim, 1990: 314) Dari pemaparan Ibnu Qayyim di atas tentang rutinitas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam tidur, bangun tidur dan setelah bangun tidur. Di situ dapat diambil kesimpulan bahwasannya salah satu manfaat dari olahraga selain menjaga kesehatan dan menguatkan otot adalah mendapatkan pahala yang melimpah. Karena nabi melakukan olahraga yang secara bersamaan dengan ibadah kepada Allah yaitu bersiwak, wudlu dan shalat. Dan semua kegiatan tersebut adalah beliau lakukan karena ibadah kepada Allah swt. F. Sarana Pendidikan Jasmani Menurut Ibnu Qayyim sarana yang tepat bagi pendidikan jasmani adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba -Nya, seperti shalat, puasa dan haji. Jika ini dikerjakan dengan ikhlas karena Allah maka semua itu akan bermanfaat bagi ruh dan badan (Al Hijazi, 2001:246). Shalat misalnya, ia bisa mendatangkan rizki, menjaga kesehatan, menolak penyakit, mengusir gangguan, menguatkan hati, mencerahkan wajah, menyenangkan jiwa, menghilangkan kemalasan, membangkitkan semangat dan kekuatan, melapangkan dada, menjadi santapan rohani, melapangkan hati, memelihara nikmat, menyingkirkan penderitaan, mendatangkan barakah, menjauhkan syetan dan mendekatkan kepada Allah. 37 Secara umum shalat mendatangkan pengaruh yang menakjubkan untuk menjaga kesehatan hati dan badan serta kekuatan keduanya, menolak unsurunsur yang buruk (Ibnu Qayyim,1990:338). Shalat mempunyai pengaruh yang menakjubkan untuk mendatangkan kesenangan dunia, terlebih lagi jika dilaksanakan secara sempurna, lahir dan batin. Gerakan-gerakan shalat seperti ruku‟, sujud dan duduk tahiyat akan menggerakkan sendi-sendi manusia, melancarkan peredaran darah dan pencernaan serta akan menanggulangi tumpukan sisa-sisa makanan dalam tubuh. Demikian juga dengan Shaum atau puasa merupakan penawar untuk berbagai penyakit roh, hati, dan badan, manfaatnya tak terhitung dan mempunyai pengaruh yang dari hal-hal yang berbahaya, apalagi jika dilakukan dengan cara yang benar menurut syariat. Puasa menunjang kekuatan tubuh, menguatkan hati untuk jangka panjang maupun jangka pendek, sangat baik untuk orang yang memiliki karakter dingin dan lembab (Ibnu Qayyim, 1990: 339) 38 BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN JASMANI DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Tinjauan Pendidikan Jasmani secara umum. a. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui aktifitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama, keterampilan, dan lain sebagainya (Bandi Utama : 2). Beberapa pengetian tentang pendidikan jasmani di antaranya yaitu: Undang-Undang no. 4 Tahun 1950 tentang Dasar Pendidikan dan Pengajaran Bab IV pasal 9 tertulis pendidikan jasmani menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir batin diberikan kepada segala jenis sekolah. UNESCO memberikan pengertian pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan manusia sebagai undividu atau anggota masyarakat dilakukan secara sadar dan sistematis melalui bebagai kegiatan jasmani untuk memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembangunan watak. 39 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari mengembangkan pendidikan aspek secara kebugaran keseluruhan, jasmani, bertujuan untuk keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Permendiknas No.22, 2006: 648) Dari berbagai pengertian tadi jelaslah bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya melalui aktivitas jasmani yang dapat dilakukan oleh berbagai jenjang sekolah. Melalui aktivitas jasmani ini peserta didik memperoleh beragam pengalaman kehidupan yang nyata sehingga benar-benar membawa anak ke arah sikap dan tindakan yang baik. b. Tujuan Pendidikan Jasmani Berdasarkan pemahaman mengenai hakikat pendidikan jasmani maka tujuan pendidikan jasmani sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya, karena pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral (tidak terpisahkan) dari pendidikan pada umumnya melalui aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani yang meliputi berbagai aktivitas jasmani dan olah raga hanya sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya. Secara umum tujuan pendidikan digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu (Bandi Utama: 4) : 40 1. Ranah kognitif Mencakup tujuan berkenaan dengan kecerdasan, pegetahuan, pemahaman, konsep, keterampilan berfikir, analisis, dan evaluasi. Dengan mengikuti pembelajaran Pendidikan Jasmani diharapkan pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran bertambah, selain pengetahuan tentang materi yang sering diartikan materi secara teoritis, lebih dari sekedar pengetahuan yang bersifat teoritis, selama melaksanakan pembelajaran praktik sebenarnya banyak yang bersifat kognitif yang bisa dikembangkan, yaitu memikirkan apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, setelah itu yaitu kemampuan untuk membuat keputusan. 2. Ranah Afektif Mencakup tujuan berkenaan dengan aspek sikap. Sikap dalam pembelajaran bisa dikaitkan dengan nilai-nilai yang dikembangakan dalam pembelajaran, seperti kejujuran, sportifitas, percaya diri, karakter, dan lain-lain. Diharapkan dalam pembelajaran, dengan mengikuti berbagai macam materi pembelajaran Pendidikan Jasmani siswa bisa berkembang aspek afektifnya, sebagai contoh, dengan mengikuti materi permainan sepakbola diharapkan bisa mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam permainan sepakbola, selain itu setelah mengikuti permainan sepakbola nilai-nilai tersebut bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 41 3. Ranah psikomotor Mencakup tujuan berkenaan dengan keterampilan gerak, sikap tubuh, kebugaran jasmani, dan kondisi fisik. Aspek psikomotor bisa dikatakan salah satu unsur pokok dari pendidikan jasmani, karena dalam pendidikan jasmani, media utama dalam siswa belajar adalah aktivitas jasmani itu sendiri. Psikomotor ini menyoroti tentang pentingnya penguasaan keterampilan jika seorang anak mengikuti suatu materi pembelajaran. Dalam hal ini fisik sangat berkaitan dengan pengembangan unsur kebugaran jasmani. Dengan melakukan aktifitas fisik selama pembelajaran diharapkan komponen fisik yang banyak digunakan dalam beraktivitas tersebut akan berkembang. Secara rinci tujuan pendidikan di Indonesia terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedang dalam UU no 4 Tahun 1954 Bab VI pasal 9 tujuan pendidikan jasmani jangka panjang adalah untuk menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu 42 usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan sehat lahir dan batin. Dalam jangka pendek tujuan pendidikan jasmani adalah untuk : 1. Memberi rangsang pertumbuhan badan, 2. Memperbaiki dan membentuk gerak dan sikap tubuh, 3. Memperbesar daya prestasi, 4. Mengembangkan kebiasaan hidup sehat, 5. Memajukan semangat kerja sama, 6. Menangkal pengaruh buruk kehidupan dari luar, 7. Membentuk dan mempertahankan kegemaran bergerak. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Penjas tahun 2006, tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembanga dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olah raga yang dipilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan 43 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6. Mengembangkan keterampilan untuk mejaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif. c. Kurikulum Pendidikan Jasmani Materi pendidikan jasmani yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan tertera dalam Standar Kompetensi Pendidikan Jasmani (Dinas Pendidikan Nasional : 2003) dari tingkat pendidikan dasar sampai sekolah menengah tingkat atas terdiri dari tujuh komponen atau bidang, yaitu: 1. Permainan dan Olahraga Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Permainan dan olahraga berisi tentang berbagai permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak yang dilakukan 44 secara perseorangan, berpasangan maupun beregu. Dalam aktifitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan / konsep yang relevan serta sistem nilai yang terkandung di dalamnya seperti: kerjasama, sportifitas, jujur, berfikir kritis dan patuh pada peraturan yang berlaku. 2. Aktivitas Pengembangan Meliputi mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal dan pengembangan kebugaran jasmani, seperti: kekuatan daya tahan, keseimbangan dan kelenturan tubuh. Latihan yang dilakukan misalnya: pull-up, sit-up, push-up, squat-jump dan lain-lain. Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan aspek pengetahuan konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 3. Aktivitas senam Meliputi ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang berhubungan dengan ketangkasan seperti senam lantai, senam lantai, senam alat, dan aktivitas fisik lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak. Di samping melatih keberanian, kapasitas diri, pengembangan aspek pengetahuan konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 4. Aktivitas Ritmik 45 Adalah pengembangan keterampilan irama gerak dan seni gerak berirama serta pemngembangan aspek pengetahuan konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. 5. Akuatik (aktivitas air) Akuatik berisi tentang kegiatan di air seperti: permainan air, gayagaya renang, keselamatan diri di air , serta pengembangan aspek pengetahuan konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 6. Pendidikan luar kelas Aktivitas luar kelas berisi tentang aktivitas luar sekolah / kelas dan alam bebas lainnya, seperti bermain di lingkungan sekolah, taman perkampungan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat petualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 7. Kesehatan Meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. 46 B. Relevansi Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam pendidikan islam. a. Menjaga kesehatan Ibnu Qayyim memberikan perhatian perhatian lebih dalam pendidikan jasmani. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa kesehatan dan afiat merupakan nikmat Allah yang paling besar dan mulia yang diberikan kepada hambaNya. Maka sudah selayaknya jika orang yang diberi nikmat dan karunia berupa kesehatan, untuk menjaga dan memperhatikan serta mempelihara dari hal-hal yang berlawanan yaitu menolak berbagai penyakit dan penyebabnya. Karena syariat islam secara terperinci adalah buah pemikiran dari akal pemikiran yang sehat melalui ijtihad seperti dalam masalah-masalah fiqh Furu‟iyah (cabang). Selain akal yang sehat badan juga membutuhkan makanan dan minuman untuk menjaga kelangsungannya. Namun makanan tidak akan berubah seketika secara keseluruhan lalu menjadi bagian dari tubuh, tapi tentu ada yang tersisa dari proses pencernaannya. Jika sisa ini semakin banyak maka akan terjadi penumpukan sisa makanan yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Gerakan merupakan sebab yang paling dominan untuk mencegah terjadinya penumpukan sisa-sisa pencernaan itu. Karena gerakan ini mampu menghangatkan seluruh anggota tubuh, mengalirkan sisa-sisa tersebut dan tidak menimbulkan penumpukan, lalu membuat tubuh menjadi ringan dan bergairah, menguatkan sendi-sendi dan otot serta melindungi dari berbagai macam penyakit. Di antara olahraga yang 47 dianjurkan yaitu seperti naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari. Karena olahraga tersebut dapat menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga dapat menghindarkan tubuh dari berbagai macam penyakit. b. Macam-macam permainan dalam olahraga Menurut Ibnu Qayyim tidak semua permainan dalam olahraga boleh dilakukan, karena beliau membaginya menjadi tiga macam, yaitu: 1. Permainan yang dicintai dan diridhai Allah dan Rasul-Nya seperti pacuan kuda dan memanah. Dengan berkuda anak akan belajar mengendalikan diri dan melatih ketangkasan dalam mengendarainya. Begitu juga dengan memanah akan melatih kejelian dalam mengarahkan sasaran serta akan melatih kekuatan pula. 2. Permainan yag dibenci dan dimurkai Allah dan Rasulnya, seperti semua bentuk permainan yang akan menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara para pemain bahkan merembet kepada orang di sekitarnya. Contoh bentuk permainan yang dibenci Allah adalah Matador (manusia melawan banteng). 3. Permainan yang tidak dicintai dan dibenci Allah serta dibolehkan melakukannya karena tidak ada bahaya yang terkandung di dalamnya seperti contohnya lomba lari, renang, dan gulat. c. Waktu yang tepat untuk olahraga Ibnu Qayyim berpendapat bahwa, waktu yang paling baik untuk melakukan olahraga adalah ketika setelah tercernanya makanan secara sempurna. Sesungguhnya olah raga yang dilakukan sebelum makanan 48 dicerna dengan sempurna akan berbahaya bagi kesehatan. Olahraga yang seimbang bisa menyehatkan badan. Beliau memandang olahraga dengan pandangan yang menyeluruh bahwa setiap anggota tubuh memiliki bentuk olahraga tertentu yang sesuai dengan karakter dan ciri-cirinya masing-masing. d. Kurikulum pendidikan jasmani Menurut Ibnu Qayyim olahraga tidak perlu dilakukan secara berlebihan untuk mendapatkan keringat. Karena hanya akan menimbulkan efek yang tidak baik. Olahraga yang baik adalah dilakukan secara teratur namun tidak berlebihan. Anggota tubuh yang rutin digunakan untuk berolahraga akan menjadi sehat dan kuat. Kurikulum atau materi yang perlu diajarkan pada pendidikan jasmani dalam Islam menurut Ibnu Qayyim adalah: 1. Menunggang kuda Menurut Ibnu Qayyim, menunggang kuda termasuk kurikulum pendidikan jasmani dalam Islam. Beliau juga berpendapat, bahwa menunggang kuda termasuk dalam kategori pemainan yang dicintai dan diridhai Allah. Olahraga tersebut dapat menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga dapat menghindarkan tubuh dari berbagai macam penyakit kronis. Al-Qur‟anul Karim secara tersurat sangat menghargai dan memuliakan kemampuan kuda, bahkan kuda dijadikan salah satu alat perang yang baik dan sangat penting, yang dapat melahirkan 49 kemenangan. Allah „Azza wa Jalla telah bersumpah dengan menggunakan kuda sebagai alat sumpahnya. Kuda berlari sangat kencang dan entakan kakinya menimbulkan suara-suara yang khas (Al Basyuni,1994: 328-329). Dalam konteks di atas, Allah swt. berfirman dalam Q.S Al-„Aadiyaat: 1-5 yang artinya: “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengahengah dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya), dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba diwaktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengahtengah kumpulan musuh.” Al-Qur‟anul Karim juga memerintahkan umat Islam supaya memelihara kuda. Kuda sangat potensial bila untuk digunakan berperang melawan musuh-musuh orang-orang yang menyerang umat Islam (Al Basyuni,1994: 329). Allah swt. berfirman, ًِِط اىْخٍَْوِ ُترٌِْ ُث ُْنَ ت ِ ه رِّتَا ْ ُُ ٍج ََّ ِم َّ ِذَْا ىٍَُمْ مَّاآضْ َتطَعْتُمْ ِّمهْ ق ُّ َََاع )٠ٓ: (االوفو ْخرِ ٌْهَ مِىْ ُذَْوِ ٍِم َ عَذََُّاىيّ ًِ ََعَذََُّمُ ْم ََآ “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka. (Q.S. Al-Anfaal: 60) 2. Melempar Lembing Menurut Ibnu Qayyim melempar lembing atau tombak harus dijadikan bahan pengajaran pendidikan jasmani. Permainan ini termasuk dalam kategori permainan yang menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga bisa menghindarkan penyakit kronis. Kaum 50 muslim harus diajarkan bermain tombak dengan baik, karena para shahabat Rasulullah juga melakukan latihan barmain tombak. Hal ini juga sangat berguna dalam rangka persiapan menghadapi musuhmusuh Allah. 3. Gulat Gulat adalah pertandingan fisik antara seseorang dan orang lain yang masing-masing berusaha menjatuhkan lawannya ketanah dan siapa yang mampu menjatuhkan lawannya maka dialah pemenangnya (Al Basyuni : 333). Menurut Ibnu Qayyim gulat adalah salah satu cabang olahraga dalam islam yang dianjurkan. Gulat masuk dalam kategori permainan yang tidak dicintai dan tidak dibenci Allah dan Rasulullah karena tidak membahayakan selain itu masih menurut Ibnu Qayyim, permainan ini dapat menggerakkan seluruh badan dan menghindarkan dari penyakit kronis. Rasulullah pernah melakukan gulat. Beliau pernah menjatuhkan seorang ahli gulat (al mulakamah) yaitu Rukanah bin Abdu Yazid bin hasyim bin Abdul Muthalib. Rukanah adalah orang Mekah yang pandai dan jago bergulat, sehingga banyak orang dari luar Mekah yang datang untuk bergulat dengannya dan dia selalu mengalahkan mereka (Al Basyuni,1994: 333). 4. Lomba Lari Menurut Ibnu Qayyim lari dapat dikategorikan sebagai olahraga yang boleh dilakukan dan diajarkan kepada anak didik 51 karena permainan ini tidak dibenci dan tidak dicintai Allah. Olahraga ini juga salah satu olahraga yang menurut Ibnu Qayyim dapat menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga bisa menghindarkan penyakit kronis. Rasulullah pernah melakukan bersama istrinya, yaitu Siti Aisyah r.a. mereka melakukan lomba lari, yang pada satu kesempatan Rasulullah saw. yang terkalahkan, sedang pada kesempatan lain Rasulullah saw. mengalahkannya. Beliau terus melebihi (mengalahkan)nya lagi, ketika Siti Aisyah semakin gendut dan badannya semakin besar (Al-Basyuni,1994:328). 5. Memanah Menurut Ibnu Qayyim memanah merupakan olahraga yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Beliau mengkategorikan memanah sebagai olahraga yang dicintai dan diridhai Allah. Dengan memanah bisa melatih kejelian dalam mengarahkan sasaran serta akan melatih kekuatan pula (Abdul Hafizh, 1997: 226) . Didalam Shahih-nya, Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi saw. melewati para sahabat di lapangan. Beliau memberikan semangat kepada mereka, seraya bersabda (Nashih Ulwan,1981:227) : ِْارْ ُمُْا ََأَوَا مَعَنُمْ مُيُّنُم “Panahlah ! Sesungguhnya aku bersama kamu sekalian” 52 Dengan isnad yang jayyid, Al-Bazzar dan Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda (Nashih Ulwan,1981:227): ْعيٍَْنُمْ تِاىرَّ ْمًِ فَئِوًَُّ ِمهْ خَ ٍْ ِرىَ ٍُِْمُم َ “Hendaklah kamu bermain panah. Karena hal itu adalah sebaik-baiknya permainan.” 6. Renang Menurut Ibnu Qayyim renang termasuk dalam materi atau kurikulum pendidikan jasmani. Olahraga ini termasuk dalam kategori permainan yang tidak dibenci dan tidak dicintai Allah. Dengan berenang anak akan dilatih ketahanan tubuh dan pernapasannya agar lebih kuat (Abdul Hafizh, 1997: 226). Olahraga renang sangat berguna untuk menguatkan jasmani. Hal ini disebabkan renang menggerakkan seluruh otot, baik otot leher, tangan, dada,, perut, dan kaki. Bahkan olahraga ini dianjurkan oleh Islam. Nabi Muhammad saw. suka berenang dengan teman sebayanya ketika masih kecil. Beliau dalam beberapa kesempatan memerintahkan umat islam supaya mempelajari dan berlatih renang. Karena olahraga ini dapat menguatkan otot fisik, melatih kecepatan gerak, dan yang paling penting dapat menyelamatkan seseorang (dan orang lain) dari bahaya yang sangat besar dan fatal, yakni tenggelam (Al-Basyuni,1994:333-334). Atha meriwayatkan: 53 َّفَمَو،ِه عَمِ ٍْرِاْالَ ْوصَارِيّ ٌَرْمٍَِان َ َراَ ٌْتُ جَا ِترَ ْت:ُعطَاء فَ ٍَ ُقُْه َ ٌَ ْرَِي ه اىيّ ًِ صَيَّى َ ُْض ُ َت ر ُ مَطِيتَ؟ ضَمِ ْع:ه ىَ ًُ اْالَخر َ َفقَا،َجَيص َ َاَحَذُ ٌُمَ ف ٍَُُ ََسََجَوَّ ف َّ ً ٍء ىَ ٍْصَ مِهْ رِ ْمرِاىيّ ًِ ع ْ ش َ ُّ مُو:ُعيٍَ ًِ ََضََّيمَ ٌَقُو َ ًُ ّاىي :ٍخصَاه ِ َُْ َأَْ ضَ ٍْ ٌُ إِالَ َأرْتَع ٌّ ٍَى ، ًَُالعَثَ ُح اَ ٌْي َ ََ ُم، ًُ َ ََتَؤْرٌِثًُُ فَرَض، ه ِ ٍَه اى َغ َرض َ ٍْ ًَ اىرَّجُوِ ت ُش ْ َم )ََتَعََّي ُم اىطِّثَاحَحِ ( رَاي تثروى تئضىاد حطه “Aku pernah melihat Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair Anshari r.a. keduannya selalu melempar (panah atau tombak). Ketika salah satu mereka bosan, maka dia hanya duduk. Lalu ditegur, “Apakah kamu merasa malas?” Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Setiap perbuatan yang bukan zikrullah (mengingat Allah swt) adalah lahwu (permainan yang tidak bermanfaat) atau syahwun (kelengahan), kecuali empat perbuaan yaitu, berjalannya seseorang di antara dua tanda (berlari),mendidik kudanya (belajar menunggang kuda), bercumbu dengan istrinya dan mengajarkan berenang”. (HR. Imam Thabrani dengan Isnad Hasan). e. Manfaat Olahraga Berdasarkan pemaparan pada bab III maka dapat diketahui manfaat olahraga atau pendidikan jasmani dalam islam menurut Ibnu Qayyim adalah sebagai berikut: d. Menjaga Kesehatan Badan membutuhkan makanan dan minuman untuk menjaga kelangsungannya. Makanan tidak berubah seketika secara keseluruhan lalu menjadi bagian dari tubuh, tapi tentu ada yang tersisa dari proses pencernaannya. Jika sisa ini semakin banyak dan 54 berjalan sekian lama, maka ia akan menumpuk menjadi jumlah yang banyak, hingga bisa menjadi penghambat dan memberati badan, dan akhirnya menimbulkan berbagai macam penyakit. Menurut Ibnu Qayyim gerakan merupakan sebab yang paling dominan untuk mencegah terjadinya penumpukan sisa-sisa pencernaan itu. Karena gerakan ini mampu menghangatkan seluruh anggota tubuh, mengalirkan sisa-sisa tersebut dan tidak menimbulkan penumpukan, lalu membuat tubuh menjadi ringan dan bergairah, layak diisi makanan lagi, menguatkan sendi-sendi dan otot serta melindungi dari berbagai macam penyakit. Di antara jenis olahraga seperti naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari dapat menggerakkan semua anggota tubuh, sehingga bisa menghindarkan penyakit kronis, seperti jantung dan lain-lain. e. Menguatkan jasmani Menurut Ibnu Qayyim olahraga selain dapat menjaga kesehatan manfaat olahraga ialah dapat menguatkan anggota tubuh atau jasmani. Olahraga dapat menguatkan sendi-sendi dan otot-otot. Namun olahraga menurut Ibnu Qayyim jangan dilakukan secara berlebihan karena hanya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Adapun jenis olahraga yang disarankan adalah naik kuda, melempar lembing, gulat dan lomba lari karena pada olahraga tersebut dapat menggerakkan semua anggota tubuh. 55 Apabila seorang mukmin jasmaninya kuat, maka ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah, karena seorang mukmin yang jasmaninya kuat lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang jasmaninya lemah, walaupun keduanya sama-sama mempunyai kebaikan. Dari abu hurairah dia berkata, “ Rasulullah s.a.w bersabda : ِه اىضَّعِ ٍْف ِ ه اى ُمؤْ ِم َ َة ِإىَى اىيًِّ ِم ُّ ه َا ْى َقُِيُّ خَ ٍْرٌ ََأَح ُ َاىْ ُمؤْ ِم ٌََفًِ مُوِّ خَ ٍْر “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah. Dan masingmasing dari mereka terdapat kebaikan” (HR. Muslim, Imam An Nawawi, Terjemah Lengkap Riyadush Shalihin, 2010: 139). f. Mendapatkan pahala yang melimpah “Tidur Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah tidur yang paling baik dan bermanfaat bagi tubuh dan kekuatannya, begitu pula bangun beliau. Setelah bangun beliau bersiwak, wudhu, shalat seperti yang telah ditetapkan Allah. Dengan begitu setiap organ tubuh dan kekuatannya bisa mengambil manfaat dari tidur dan istirahatnya serta manfaat dari olahraga, yang disertai pahala yang melimpah. Yang demikian itu tentu akan mendatangkan kebaikan bagi hati dan badan, di dunia dan di akhirat.” (Ibnu Qayyim, 1990: 314) Dari pemaparan Ibnu Qayyim di atas tentang rutinitas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam tidur, bangun tidur dan setelah bangun tidur. Di situ dapat diambil kesimpulan bahwasannya salah satu manfaat dari olahraga selain menjaga kesehatan dan menguatkan otot adalah mendapatkan pahala yang melimpah. Karena nabi melakukan olahraga yang secara bersamaan dengan 56 ibadah kepada Allah yaitu bersiwak, wudlu dan shalat. Dan semua kegiatan tersebut adalah beliau lakukan karena ibadah kepada Allah swt. Bila kita melakukan segala sesuatu dengan niat ibadah kepada Allah maka kita akan mendapatkan pahala. Begitu juga dengan olahraga dengan niat ibadah kepada Allah seperti yang dilakukan Rasulullah setiap harinya maka selain akan mendapatkan jasmani yang kuat dan sehat, maka kita akan mendapatkan pahala yang melimpah. f. Sarana Pendidikan Jasmani Berdasarkan pemaparan pada bab III, menurut Ibnu Qayyim sarana yang tepat bagi pendidikan jasmani adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba – Nya, seperti shalat, puasa dan haji. Jika ini dikerjakan dengan ikhlas karena Allah maka semua itu akan bermanfaat bagi ruh dan badan (Al Hijazi,2001:246). Shalat misalnya, ia bisa mendatangkan rizki, menjaga kesehatan, menolak penyakit, mengusir gangguan, menguatkan hati, mencerahkan wajah, menyenangkan jiwa, menghilangkan kemalasan, membangkitkan semangat dan kekuatan, melapangkan dada, menjadi santapan rohani, melapangkan hati, memelihara nikmat, menyingkirkan penderitaan, mendatangkan barakah, menjauhkan syetan dan mendekatkan kepada Allah. Secara umum shalat mendatangkan pengaruh yang menakjubkan 57 untuk menjaga kesehatan hati dan badan serta kekuatan keduanya, menolak unsur-unsur yang buruk (Ibnu Qayyim,1990:338). Shalat mempunyai pengaruh yang menakjubkan untuk mendatangkan kesenangan dunia, terlebih lagi jika dilaksanakan secara sempurna, lahir dan batin. Gerakan-gerakan shalat seperti ruku‟, sujud dan duduk tahiyat akan menggerakkan sendi-sendi manusia, melancarkan peredaran darah dan pencernaan serta akan menanggulangi tumpukan sisa-sisa makanan dalam tubuh. Demikian juga dengan Shaum atau puasa merupakan penawar untuk berbagai penyakit roh, hati, dan badan, manfaatnya tak terhitung dan mempunyai pengaruh yang dari hal-hal yang berbahaya, apalagi jika dilakukan dengan cara yang benar menurut syariat. Puasa menunjang kekuatan tubuh, menguatkan hati untuk jangka panjang maupun jangka pendek, sangat baik untuk orang yang memiliki karakter dingin dan lembab (Ibnu Qayyim, 1990: 339) 58 BAB V PENUTUP Pada bab lima ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari bab sebelumnya dan saran-saran. A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan hasil analisis penulis tentang Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konsep Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim adalah: a. Agar menjaga selalu kesehatan, menolak berbagai penyakit fisik maupun jiwa. b. Permainan dibagi menjadi menjadi tiga macam, yaitu: Permainan yang dicintai dan diridhai Allah dan Rasul-Nya, Permainan yag dibenci dan dimurkai Allah dan Rasulnya, Permainan yang tidak di cintai dan dibenci Allah serta dibolehkan melakukannya. c. Ibnu Qayyim berpendapat bahwa, waktu yang paling baik untuk melakukan olahraga adalah ketika setelah tercernanya makanan secara sempurna. d. Menurut Ibnu Qayyim kurikulum pendidikan jasmani atau olah raga adalah: Olah raga naik kuda, Melempar lembing, Gulat, Lomba lari, Memanah, dan renang. 59 e. Manfaat olahraga atau pendidikan jasmani dalam islam menurut Ibnu Qayyim adalah sebagai berikut: Menjaga kesehatan , Menguatkan jasmani, Mendapatkan pahala yang berlimpah. f. Sarana yang tepat bagi pendidikan jasmani adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba –Nya, seperti shalat, puasa dan haji. 2. Relevansi Pendidikan Jasmani menurut Ibnu Qayyim dalam pendidikan Islam yaitu, dari semua konsep pendidikan jasmani yang dipaparkan Ibnu Qayyim di dalam kitab Zaadul Ma‟ad hanya sebagian yang di praktekkan dalam pendidikan islam. B. Saran- saran Berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan jasmani menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, penulis memberikan saran-saran kepada: 1. Pendidik di Sekolah Islam a. Hendaknya para pendidik mendalami konsep pendidikan Islam, khususnya pendidikan jasmani dalam Islam dan menerapkan pada pembelajaran pendidikan jasmani. Karena pendidikan jasmani yang diterapkan di sekolah Islam yang ada di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan konsep pendidikan jasmani yang Islami secara keseluruhan. b. Hendaknya dalam mendidik pendidikan jasmani, agar menghindari berbagai macam olahraga yang membahayakan dan dilarang oleh 60 Islam. Namun mendidik mereka dengan pendidikan jasmani yang sesuai dengan ajaran Islam. c. Hendaknya pendidik memberikan penjelasan dan mengajarkan kepada para peserta didik tentang sarana olahraga terbaik adalah syiar (bentuk) ta‟abuddiyah (beribadah) yang telah diperintahkan oleh Allah atas hamba-hamba –Nya, seperti shalat, puasa dan haji. Jika ini dikerjakan dengan ikhlas karena Allah maka semua itu akan bermanfaat bagi ruh dan badan, serta mendapatkan pahala yang berlimpah. 2. Peserta didik a. Hendaknya peserta didik dalam melaksanakan pendidikan jasmani atau olahraga di awali dengan niat untuk beribadah melaksanakan perintah Allah, karena dalam berolahraga selain untuk menyehatkan dan menguatkan badan olahraga merupakan salah satu dari sarana untuk beribadah kepada Allah. b. Hendaknya peserta didik mempelajari dan mempraktekkan pendidikan jasmani yang dicintai dan diridhai Allah selain materi yang telah diajarkan di sekolah. Dan menghindari olahraga yang di benci Allah, yaitu olahraga yang membahayakan dan mendatangkan maksiat. c. Hendaknya peserta didik rutin melakukan latihan olahraga. Karena dengan rutinnya latihan maka selain mendapat kemahiran dalam bermain, akan mendapatkan jasmani yang sehat dan kuat. 61 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hafizh, Muhammad Nur.1997. Mendidik Anak Bersama Nabi Terjemahan dari Kitab Manhaj Al-Tarbiyyah Al-Nabawiyyah Li AlThifl. Bandung: Al Bayan. Al Basyuni, Syekh Ahmad. 1994. Syarah Hadis: Cuplikan dari Sunah Nabi Muhammad SAW – Terjemahan dari Kitab Syarah Hadis: Qabasaat Min As Sunnah An Nabawiyyah. Bandung: Trigenda Karya. Al Hijazy, Hasan bin Ali.2001. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qayyim- Terjemahan dari Kitab Al-Fikru Tarbawy Inda Ibni Qayyim.Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar. Al Jauziyah, Ibnu Qayyim.2012.Praktek Kedokteran Nabi-Terjemahan dari Kitab Thibbun Nabawi.Jogjakarta: Hikmah Pustaka. _________ 1990.Zadul Ma‟ad Bekal Perjalanan ke Akhirat- terjemahan dari Kitab Mukhtasar Zadul Ma‟ad. Jakarta: Pustaka Azzam. An Nawawi, Imam. 2010. Terjemahan Lengkap Riyadhus Shalihin. Solo: Cordova Mediatama. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. BSNP,2006. Panduan Penyusunan Kurikulum KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. 62 Departemen Agama RI. 2005. Mushaf Al Qur‟an Terjemah. Departemen Pendidikan Nasional.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3. Balai Pustaka. Murtiningsih, Wahyu.2008. Biografi Para Ilmuwan Muslim.Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Musri, Muhammad Sa‟id.2007. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta Timur: Pustaka Al- Kautsar. Ulwan, Abdullah Nashih.1981.Pedoman Pendidikan Anak dalam IslamTerjemahan dari Kitab Tarbiyatu „l-Aulad fi „l-Islam. Semarang:Asy Syifa‟. Nazir, Moh.1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Peter Salim, Yenni Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press. Ratna, Qori‟.2014. 100 Ilmuwan Muslim. Klaten: Galmas Publisher. Sumargono, Sujono.1980. Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Nur Cahya. Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Penulis Rosda. 1995. Kamus Filsafat. Bandung: Rosda Karya. 63 Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian kepustakaan . Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. File.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_OLAHRAGA/196509091991021 -BAMBANG_ABDULJABAR/Pengertian_Penjas.Pdf Staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ahmad%20Rithaudin,%20S.Pd .%20Jas.%20M.Or/BAHAN%20AJAR%20DASARDASAR%2PENJAS%203.%20TUJUAN%20PENDIDIKAN%20 JASMANI.Pdf. Staff.uny.ac.id/sites/defaul/files/peendidikan/AM.%20Bandi%20Utama,%2 0M.Pd./ Bahan%20Ajar%20DDP.Pdf. 64 Lampiran: Gambar 1: Tokoh Ibnu Qayyim Al Jauziyah Gambar 2: Sampul depan Kitab Zadul Ma’ad Bekal Menuju Akherat 65 66