12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Pustaka
1.
Pasar Modal
a.
Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan
Publik berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) pasar modal (capital market) adalah:
Merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan
jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivative, dan
instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lainnya (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasaran kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Fahmi (2012) mengatakan bahwa :
Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil
penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana
atau untuk memperkuat modal perusahaan.
Herlianto (2013) berpendapat bahwa :
Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena
menjalankan dua fungsi sekaligus: ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal,
pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan
harapan memperoleh imbalan (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini
perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa
harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
b. Jenis – Jenis Pasar Modal
Jenis–jenis pasar modal tersebut menurut Sunariyah (2011) ada beberapa
macam, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
1)
Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut
menunjukkan,
bahwa
pasar
perdana
merupakan
pasar
modal
yang
memperdagangkan saham–saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk
pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.
Sebelum menawarkan saham dipasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya
akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara detail atau disebut juga
dengan prospektus. Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan adanya informasi
tersebut, maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan dimasa datang
dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.
2) Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder merupakan saham dan
sekuritas lain yang diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di
pasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan
penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
Perdagangan pasar sekunder, bisa dibandingkan dengan perdagangan pasar
perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3) Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar
bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar
sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan
Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Jadi dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang
dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada di pasar ketiga berupa
pemusatan informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang
diberikan meliputi harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya
mengenai surat berharga yang bersangkutan.
4) Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke pemegang
saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah yang relatif besar
(block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham tersebut terjadi secara
langsung antara pemodal yang satu dengan pemodal yang lain, mekanisme kerja
dalam pasar modal menghendaki pelaporan terhadap transaksi block sale tersebut
kepada bursa efek secara terbuka.
Selain
itu
menurut
Sunariyah
(2011),
pasar
modal
dapat
pula
diklasifikasikan menurut proses penyelenggaraan transaksi perdagangan. Ditinjau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
dari proses penyelenggaraan transaksi pasar modal terdiri dari tiga katagori pasar,
yaitu :
1) Pasar Spot
Pasar Spot adalah bentuk pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas
atau jasa keuangan untuk diserah-terimakan secara spontan. Artinya, jika
seseorang membeli suatu jasa–jasa finansial, maka pada saat itu juga akan
menerima jasa yang dibeli tersebut. Meskipun serah terima sekuritas atau jasa
keuangan tidak dapat dilakukan segera, yang dipentingkan adalah proses transaksi
tersebut menunjukkan saat terjadinya perpindahan kekayaan diantara kedua belah
pihak.
2)
Pasar Futures Atau Forward
Pasar futures adalah pasar keuangan dimana sekuritas atau jasa keuangan
yang akan diselesaikan pada kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan
ketentuan. Proses transaksi memuat kesepakatan saat terjadinya transaksi dan saat
penyerahan harus dilakukan. Dengan demikian perpindahan kekayaan dalam
transaksi semacam ini memerlukan jangka waktu tertentu dengan kata lain harga
transaksi ditentukan hari ini, sedangkan penyerahan barang akan dilakukan
dimasa yang akan datang.
3)
Pasar Opsi
Pasar opsi merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan hal untuk
menentukan pilihan terhadap saham atau obligasi. Pilihan tersebut adalah
persetujuan atau kontrak hal pemegang saham untuk membeli atau menjual dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
waktu tertentu diantara entitas yang melakukan kontrak terhadap opsi yang
diperjualbelikan. Hak opsi harus menegaskan dalam kontrak bahwa kesempatan
hanya dapat digunakan dalam periode waktu tertentu.
c.
Manfaat Pasar Modal
Manfaat keberadaan Pasar Modal adalah sebagai berikut (Darmadji dan
Fakhruddin,2011) :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi
negara
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan
masyarakat menengah.
5. Memungkinkan
penyebaran
kepemilikan,
keterbukaan,
dan
profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.
6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek.
8. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan
dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan,
likuiditas, dan diversifikasi investasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses
kontrol sosial.
10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
pemanfaatan manajemen sosial.
Dari beberapa manfaat pasar modal yang dijabarkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa manfaat pasar modal yaitu sebagai wahana/tempat bagi para investor untuk
melakukan investasi , sehingga para investor bisa mengembangkan investasinya
serta mendapatkan keuntungan yang besar.
2.
Investasi
a. Pengertian Investasi
Kata investasi sudah tidak asing terdengar ditelinga masyarakat, tetapi pada
hakikatnya belum banyak yang tahu apa itu investasi. Investasi sebenarnya adalah
meluangkan/memanfaatkan
waktu,
uang,
dan
tenaga
dengan
harapan
mendapatkan keuntungan/manfaat dimasa yang akan datang. Jadi pada dasarnya
investasi adalah “membeli” sesuatu yang diharapkan bisa “dijual kembali”
dimasa yang akan datang dengan nilai yang lebih tinggi.
Investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan dimasa yang akan
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang tinggi. Investasi adalah penanaman
modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah,
2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Herlianto (2013) berpendapat bahwa :
Investasi pada dasarnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang
akan datang. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk
menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan dimasa datang.
b. Tujuan Investasi
Tujuan investasi secara luas, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang dapat
diukur dengan jumlah pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa
yang akan datang. Menurut Tandelilin (2010) ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
2. Mengurangi tekanan inflasi
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Dari beberapa alasan diatas, dapat disimpulkan bahwa alasan seseorang
melakukan investasi adalah untuk menyimpan dana nya dalam jangka panjang
dengan harapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3.
Saham
a.
Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang
atau badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian saham ini artinya adalah surat
berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik
saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan
demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau
pemegang saham perusahaan.
Darmadji dan Fakhruddin(2011) mengatakan bahwa :
Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanamkan diperusahaan tersebut.
Menurut Sutedi (2011) saham didefnisikan “sebagai tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”.
Menurut Fahmi (2012) saham adalah :
a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Menurut Herlianto (2013) saham atau stock adalah “merupakan surat bukti bagian
modal pada suatu perseroan terbatas”
b. Jenis-Jenis Saham
Menurut Fahmi (2012) dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling
umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa
(preference stock). Dimana kedua jenis ini memiliki arti dan aturannya masingmasing.
a. Common stocks (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat
umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham
terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk dividen.
b. Preferred stocks (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam
bentuk dividen yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan atas (Darmadji dan
Fakhruddin, 2011) :
a. Saham atas unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka
dialah yang diakui sebagai pemiiknya dan berhak untuk ikut hadir dalam
RUPS.
b. Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui
prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas
(Darmadji dan Fakhruddin, 2011) :
a. Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan
yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Saham pendapatan (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen
yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya
mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak
mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
c. Saham pertumbuhan (growth stocks-well-known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi. Selain itu
terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang
tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.
Umunya saham ini berasal dari daerah dan kurang popular dikalangan
emiten.
d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang
tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa
mendatang, meskipun belum pasti.
e. Saham siklikal (conter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat
resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalan memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti
ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan
masyarakat seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari
(consumer goods).
c.
Manfaat Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli
atau memiliki saham,yaitu (Darmadji dan Fakhruddin, 2011):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Investor yang berhak menerima dividen adalah investor
yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh
perusahaan pada saat pengumuman dividen. Umumnya dividen
merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi
jangka panjang, misalnya investor institusi atau dana pension dan lainlain.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yaitu
kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula
berupa dividen saham, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang
investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham dipasar
sekunder. Misalnya seorang investor membeli saham Telkom (TLKM)
dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Rp 3.500 yang berarti investor tersebut mendapatkan capital gain
sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar
keuntungan melalui capital gain. Misalnya, seorang investor membeli
saham pada pagi hari kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika
saham mengalami kenaikan.
Disamping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan
untuk mendapatkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2011) :
-
Saham bonus (jika ada)
Saham bonus, yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih
antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat
perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana. Misalnya setiap
saham dengan nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800 maka setiap
saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp300 setiap
sahamnya.
Dipasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari,
harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun. Pembentukan harga saham
terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan
kata lain harga saham terbentuk oleh penawaran (supply) dan permintaan
(demand) atas saham tersebut. Supply dan Demand tersebut terjadi karena adanya
banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya
makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun rumorrumor yang berkembang.
d. Resiko Saham
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi,risiko tinggi” (high
risk,high return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan
peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi. Saham
memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain)
dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya
harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian
besar dalam waktu singkat. Risiko Investor yang memiliki saham, diantaranya
(Darmadji dan Fakhruddin, 2011):
1. Tidak Mendapat Dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
perusahaan tersebut mengalami kerugian.
Dengan demikian potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen
ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
beli. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss. Misalnya
seorang investor memiliki saham Indosat (ISAT) dengan harga Rp 9.000
namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp 8.000 per
saham, maka investor tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk
setiap saham yang dijual.
Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian
yang makin besar akibat penurunan harga saham, maka seorang investor
rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan
penghentian kerugian (cut loss).
Disamping risiko tersebut, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan
dengan potensi risiko lainnya,yaitu:
1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan
pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau
dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan
dikeluarkan dari Bursa atu di-delist.
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi,
artinya setelah semua asset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu
dibagikan kepada para kreditur atau pemegang obligasi, dan jika masih
terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2. Saham dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham
perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk,
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbgai kondisi lainnya sesuai
dengan Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di luar
bursa, meskipun saham tersebut tetap dapat diperdagangkan di luar bursa,
tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan
harga yang jauh dari harga sebelumnya.
3. Saham dihentikan Sementara (Suspensi)
Disamping dua resiko tersebut maka risiko lain yang juga “mengganggu”
para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di
suspensi alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek.
Dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspense
dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya
satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung
dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan
otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang
luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh krediturnya, atau berbagai
kondisi lain yang mengharuskan Otoritas Bursa menghentikan sementara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
perdagangan saham hingga perusahaan yang bersangkutan memberikan
atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut
tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang
jelas, maka suspensi atas saham dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan seperti semula
Dari Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi memegang
peranan penting dalam aktivitas perdagangan saham. Informasi merupakan basis
pengambilan keputusan bagi para investor. Dengan demikian keterbukaan
informasi (information disclosure) memegang peranan vital dalam aktivitas
perdagangan saham.
4.
Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
harga saham dalam suatu periode. Dengan membaca indeks ini, kita dapat
mengetahui trend yang sedang terjadi di pasar, apakah sedang naik, turun, atau
stabil sehingga investor dapat menentukan kapan untuk menjual, menahan atau
membeli saham.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat berbagai jenis indeks, antara lain:
-
Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham
terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat
di BEI.
-
Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk
dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu:
pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi,
properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
-
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (composite stock price index),
menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan
indeks.
-
Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu
kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar.
Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45
tersebut.
-
Indeks Kompas 100, merupakan suatu indeks saham dari 100 saham
perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks
ini merupakan bentuk kerjasama antara BEI dengan media cetak dalam hal
ini kompas, dan diterbitkan pada tanggal 10 Agustus 2007. Seratus saham
yang terpilih adalah saham yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi,
nilai kapitalisasi pasar yang besar, memiliki fundamental serta kinerja
yang baik.
-
Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang
terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks
yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat
Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten
yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
 Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
 Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
 Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram
 Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Serta telah memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut :
 Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas
tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus);
 Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan
lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
-
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham
yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI
yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
-
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham syariah
yang diluncurkan pada 12 mei 2011 dengan menggunakan perhitungan
rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar.
a.
Indeks LQ45
Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas tinggi dan
kapitalisasi pasar besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih ke-45 saham indeks LQ45,
sebagai berikut:
1.
Masuk dalam urutan 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
2.
Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir)
3.
Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
4.
Kondisi keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan perusahaan,
frekuensi dan jumlah hari transaksi pasar regular
Saham-saham yang termasuk dalam LQ45 terus dipantau dan setiap 6
bulan akan diadakan review (awal Februari dan Agustus). Apabila ada saham
yang sudah tidak masuk kriteria, maka akan diganti dengan saham lain yang
memenuhi syarat. Pemilihan saham-saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEI
mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM,
Universitas dan profesional di bidang pasar modal.(Tandelilin, 2010).
b. Indeks Kompas100
Indeks kompas 100 adalah merupakan suatu indeks saham dari 100 saham
perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks Kompas
100 secara resmi diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan
harian Kompas pada hari jumat tanggal 10 agustus 2007. Saham-saham yang
terpilih untuk dimasukkan dalam indeks Kompas100 ini selain memiliki likuiditas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan sahamsaham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.
Saham-saham yang termasuk dalam Kompas100 diperkirakan mewakili
sekitar 70-80% dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham
yang tercatat di BEI, maka dengan demikian investor bisa melihat kecenderungan
arah pergerakan indeks dengan mengamati pergerakan indeks Kompas100. Akan
tetapi, ini bisa saja berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG)
maupun indeks lainnya.
Beberapa kriteria-kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat
masuk dalam perhitungan indeks kompas 100 adalah :
1. Tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2. Dipilih 150 berdasarkan nilai transaksi di Pasar Reguler.
3. Dari 150 saham tersebut, 60 saham dengan nilai transaksi
terbesar otomatis masuk perhitungan indeks.
4. Untuk mendapatkan 100 saham, dipilih 40 saham lagi
dengan kriteria Hari Transaksi dan Frekuensi Transaksi dipasar reguler
dan Kapitalisasi Pasar.Metode pemilihan 40 saham:
- Dari 90 sisanya, dipilih 75 saham berdasarkan hari transaksi di pasar
reguler.
- Dari 75 saham tersebut, dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi
di pasar reguler.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
- Dari 60 saham tersebut, dipilih 40 saham berdasarkan Kapitalisasi Pasar,
sehingga didapat 100saham.
5. Langkah terakhir, BEJ mempertimbangkan faktor fundamental emiten dan
pola transaksi di bursa. Perhitungan indeks KOMPAS100 dimulai 2
Januari 2002. Sejak 10 Agustus 2007, perhitungan KOMPAS100
dilakukan melalui mesin JATS (Jakarta Automatic Trading System).
Saham-saham KOMPAS100 di-review setiap Februari dan Agustus.
5.
Portofolio
a.
Pengertian Portofolio
Pengenalan konsep portofolio dalam dunia investasi mengalami proses
perubahan yang cepat setiap waktunya. Pemahaman portofolio konvensional dan
modern memberikan arti bahwa penelitian investasi (investment research) adalah
begitu mengemukan untuk dikaji dan di diskusikan secara intensif dan dinamis.
Ada banyak definisi tentang portofolio yang dikemukakan oleh berbagai pakar
dari berbagai negara, terutama negara maju (newly countries) seperti Amerika
Serikat, Italia, Jerman, Kanada, Perancis, Inggris, dan juga termasuk negara pada
kawasan Eropa Timur (East Europe) seperti Rusia.
Menurut Fahmi (2012) portofolio adalah :
Sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang
dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
secara
seminimal
mungkin,
termasuk
salah
satunya
dengan
menganekaragamkan risiko tersebut.
b. Tujuan Pembentukan Portofolio
Banyak pakar finance merumuskan bahwa tujuan pembentukan portofolio
secara umum ada dua. Dimana dua-duanya bertujuan untuk memberikan kepuasan
yang maksimum kepada para pemegang saham. Para pemegang saham selalu saja
menuntut secara maksimal kepada pihak manajemen untuk bekerja dan mampu
meningkatkan keuntungan setiap tahunnya, dan jika pihak manajemen tidak
mampu untuk meningkatkan keuntungan maka pihak pemegang saham khususnya
komisaris perusahaan bisa langsung mendapat teguran. Ini disebabkan komisaris
perusahaan adalah memiliki karakteristik sebagai para penghindar risiko.
Adapun tujuan pembentukan portofolio adalah (Fahmi:2012) :
1. Berusaha untuk memberikan keuntungan yang maksismum sesuai dengan
yang diharapkan atau adanya return yang diharapkan (expected return).
2. Menciptakan risiko yang minimum.
3. Menciptakan continuity dalam bisnis.
Dari beberpa tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembetukan
portofolio yaitu untuk menciptakan risiko yang minimum dengan harapan
mendapatkan keuntungan yang maksimum.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
c.
Memilih Portofolio Optimum
Saat
investor
memilih
portofolio
akan
timbul
suatu
masalah.
Permasalahannya adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang
dapat dipilih investor. Pemilihan portofolio optimal dapat didasarkan pada
preferensi investor terhadap return yang diharapkan dan risiko yang ditunjukan
oleh kurva indiferen.(Herlianto,2013)
6.
Menghitung Return dan Risiko Portofolio
a.
Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Pengembalian (return)
Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan
return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspetasi. Return
ekspetasi (expected return) adalah return
yang diharapkan akan diperoleh
investor dimasa yang akan datang, tetapi bila investasi telah selesai dilakukan
maka investor akan mendapatkan realized return.
Realized return merupakan return
yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan nilai historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return
ekspetasi untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Mengukur
tingkat
pengembalian
portofolio
(Herlianto,2013):
Rp = (W1- W0) / W0
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menggunakan
rumus
37
Dimana :
Rp= ROR portofolio
W1= harga awal pembelian keseluruhan sekuritas
W0= nilai pasar akhir keseluruhan sekuritas
b. Perhitungan Kinerja Berdasarkan Tingkat Risiko (risk)
Risiko dapat diartikan sebagai, “bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu
keadaan yang akan terjadinya nanti (future) dengan keputusan yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini” (Fahmi,2012).
Ada model perhitungan risiko, dengan menggunakan standar deviasi dan beta.
Perhitungan risiko dalam suatu investasi menyangkut dengan perhitungan
terhadap return yang diharapkan dari suatu investasi atau apa yang biasa disebut
dengan return on investmen (ROI).
1. Standar Deviasi
Standar deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas
perbedaan return nyata dari return yang diharapkan. Dalam konsep
dijelaskan bahwa semakin besar angka standar deviasi yang diperoleh
maka artinya semakin besar risiko yang akan diterima, begitu pula
sebaliknya semakin kecil angkanya maka semakin kecil standar
deviasinya.
Rumus menghitung standar deviasi (Fahmi, 2012) :
σ = (σ2)1/2
Keterangan :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
σ = standar deviasi
σ2 = Varians return
2. Beta
Beta merupakan suatu pengukur sensitifitas return sekuritas atau
return portofolio terhadap return pasar (indeks harga pasar). Beta
pasar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Herlianto, 2013) :
βiI= σiI / σ2I
Dimana :
σiI= Kovarian antara return sekuritas I dengan return pasar;
σ2I = Varian dari return pasar.
Beta bernilai 1 menunjukan risiko sistematis suatu sekuritas atau
portofolio sama dengan risiko pasar. Menunjukan pula jika return
pasar bergerak naik (turun), return suatu sekuritas atau portofolio juga
bergerak naik (turun) sama besarnya mengikuti return pasar. Beta
bernilai 1 ini menunjukan bahwa return pasar sebesar (x%), return
sekuritas atau portofolio akan berubah juga sebesar (x%). Saham
dengan beta lebih dari 1 lebih tidak stabil dibandingkan indeks pasar,
dan ini disebut saham agresif (aggressive stock). Sebaliknya saham
dengan beta yang kurang dari 1 lebih stabil dibanding indeks pasar dan
disebut saham defensive.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
c.
Risk Adjusted Performance
Untuk melihat kinerja sebuah portofolio kita tidak bisa hanya melihat tingkat
return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan
faktor-faktor lain seperti tingkat risiko portoflio tersebut. Dengan berdasarkan
pada teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan
faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio
yang sudah memasukkan faktor risiko adalah indeks sharpe, indeks treynor, dan
indeks jensen.
1. Ukuran Kinerja Treynor
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh
Jack Treynor dan indeks ini sering disebut juga dengan Reward-to-Volatility Ratio
(RVOL). RVOL adalah ukuran kinerja yang disesuaikan risiko dengan
menggunakan Security Market Line (SML) untuk membentuk tolak ukur evaluasi
kinerja. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko
sistematis (Beta). RVOL portofolio dapat dihitung dengan menggunakan
(Herlianto,2013) :
RVOLp =
ar𝑝−𝑎𝑟𝑓
𝑝
Dimana:
- arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi;
- arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi;
-
p=
Beta portofolio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Jika nilai RVOL positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik.
2.
Ukuran Kinerja Sharpe
Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio investasi berdasarkan tingkat imbal
hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko
portofolio
total
sebagaimana
diukur
dengan
standar
deviasi
pada
denominatornya). Oleh karena itu indeks Sharpe lebih sesuai untuk portofolio
yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko
portofolio. Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut
juga dengan Reward to Variability Ratio (RVAR) atau rasio Sharpe adalah ukuran
kinerja yang disesuaikan risiko dengan Capital Market Line (CML) untuk
membentuk tolak ukur evaluasi kinerja. Rasio ini mengukur return relative
terhadap risiko total portofolio, sehingga risiko yang dianggap relevan adalah
risiko total (Standard deviasi). RVAR portofolio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Herlianto,2013):
RVAR p =
𝑎𝑟𝑝 −𝑎𝑟𝑓
𝜎𝑝
Keterangan:
- arp = Rata-rata return portofolio selama periode investasi;
- arf = Tingkat return bebas risiko selama periode investasi;
- σp = Merupakan standar deviasi portofolio.
Jika nilai RVAR positif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3. Ukuran Kinerja Jensen
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara
tingkat return actual yang diperoleh portfolio dengan tingkat return yang
diharapkan, jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Dengan kata
lain indeks Jensen ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (SML) yang
merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar kesempatan investasi
yang bebas risiko. Dalam keadaan Equilibrium semua portofolio diharapkan
berada pada SML. Rumus Indeks Jensen sebagai berikut (Herlianto,2013):
Jpi= (Rpi - Rf) – [(Rm-Rf)βpi]
Dimana:
- Jpi
= indeks Jensen;
- Rpi
= return portofolio pada periode t;
- Rf
= return pada investasi bebas resiko pada periode t;
- Rm
= bp = koefisien beta pasar;
- βpi
= Beta portofolio (risiko pasar – risiko sistematis);
- Rpi – Rf
= Premi risiko portofolio;
- Rm-Rf
= Merupakan Premi risiko pasar.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengukuran kinerja portofolio dengan metode risk
adjusted performance telah banyak dilakukan tetapi hasil yang didapat tidak
selalu sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Ary (2011), melakukan penelitian tentang “ Evaluasi Kinerja Portofolio
Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional Di Bursa Efek Indonesia”
dengan menggunakan metode pendekatan Risk- Adjusted Return Index dan
metode Sharpe ,Treynor dan Jensen menjelaskan bahwa hasil perbandingan
kinerja portofolio optimal antara portofolio optimal yang terbentuk berdasarkan
saham tergolong indeks Kompas 100, LQ 45 dan Jakarta Islamic Indeks (JII)
menunjukan hasil bahwa kinerja portofolio optimal saham JII tidak lebih baik dari
Kompas 100 dan LQ 45.
Uswatun (2011) melakukan penelitian tentang “Perbandingan Kinerja Saham
Syariah Periode 2007-2009” dengan menggunakan metode pengukuran Risk
Adjusted Performance, metode Sharpe, Treynor, dan Jensen Index menyatakan
bahwa kinerja saham syariah tahun 2007 lebih baik jika dibandingkan dengan
tahun 2008 dan 2009.
Maya (2012) melakukan penelitian tentang “Analisis Perbandingan Risk dan
Return Antara Saham Syariah Dengan Saham Konvensional ( Studi Pada Saham
JII dan LQ45 Pada Sektor Industri Barang Konsumsi)” menjelaskan bahwa ratarata return harian saham syariah lebih kecil dibandingkan dengan saham
konvensional. Namun perolehan return tertinggi dan terendah di tahun 2011 di
dapatkan oleh saham syariah. Secara uji statistik dengan menggunakan uji t test
independent dengan taraf signifikan 5% didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan secara siginifikan risk dan return antara saham syariah dengan saham
konvensional dalam artian bahwa risk dan return saham syariah dan konvensional
adalah sama.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Rizki (2011) melakukan penelitian tentang “Analisis Perbandingan Portofolio
Optimal menggunakan Metode Efficient Frontier dan Single Index Model (Studi
kasus Pada LQ45 dan JII)” menjelaskan bahwa expected return portofolio JII
mengungguli expected return portofolio LQ45, Sedangkan dari segi risiko,
portofolio LQ45 lebih disukai daripada portofolio JII karena memiliki tingkat
risiko yang lebih kecil. Kesimpulannya adalah kinerja portofolio JII lebih unggul
daripada portofolio LQ45.
Edy (2013) melakukan penelitian tentang “Analisis Perbandingan Kinerja
Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Studi Kasus
Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2012)” mengemukakan
bahwa Selama periode penelitian perusahaan yang memiliki kinerja terbaik
menurut indeks Sharpe adalah INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk.) dengan
nilai positif 0,326, selanjutnya perusahaan yang memiliki kinerja terbaik menurut
indeks Treynor adalah BBCA (Bank Central Asia Tbk.) yaitu dengan nilai positif
sebesar 0,295, sedangkan menurut indeks Jensen adalah INDF (Indofood Sukses
Makmur Tbk.) yaitu dengan nilai positif sebesar 0,175. Selanjutnya dilakukan
stadarisasi ukuran kinerja dengan menggunakan trasnsformasi Z-Score dengan uji
Kruskal Wallish yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang
signifikan antara pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode dan
Alat
Gap
Hasil
Analisis
Noviastut
Evaluasi
t – test, Risk-
Menentukan
Menyatakan
y, 2011
Kinerja
Adjusted
susunan
bahwa kinerja
Portofolio
Return Index
portofolio
portofolio optimal
Antara Saham
dan metode
yang tepat
saham JII tidak
Syariah
Sharpe
untuk
lebih baik dari
Dengan
,Treynor dan
mendapatkan Kompas 100 dan
Saham
Jensen
estimasi
Konvensionl
resiko yang
Di Bursa Efek
lebih baik
LQ 45.
Indonesia
2
Uswatun,
Perbandingan
Indeks
Membanding Menyatakan
2011
Kinerja
Sharpe,
kan kinerja
bahwa kinerja
Saham
Jensen dan
saham tidak
saham syariah
Syariah
Treynor
hanya
tahun 2007 lebih
Periode 2007-
mencakup
baik jika
2009
saham
dibandingkan
syariah
dengan tahun 2008
dan 2009.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
3
Maya,
“Analisis
Uji t-test
Disarankan
Menyatakan
2012
Perbandingan
Independent
menggunaka
bahwa rata-rata
Risk dan
n metode
return harian
Return Antara
lain, untuk
saham syariah
Saham
pengukuran
lebih kecil
Syariah
kinerja
dibandingkan
Dengan
portofolio
dengan saham
Saham
saham
konvensional.
Konvensional
Namun perolehan
( Studi Pada
return tertinggi
Saham JII dan
dan terendah di
LQ45 Pada
tahun 2011 di
Sektor
dapatkan oleh
Industri
saham syariah
Barang
Konsumsi)”
4
Rizki,
Analisis
Metode
Untuk
Menyatakan
2011
Perbandingan
Efficient
penelitian
bahwa expected
Portofolio
Frontier dan
selanjutnya ,
return portofolio
Optimal
Single Index
disarankan
JII mengungguli
menggunakan
Model
menggunaka
expected return
Metode
n metode
portofolio LQ45,
Efficient
pengukuran
Sedangkan dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Frontier dan
konerja
segi risiko,
Single Index
portofolio
portofolio LQ45
Model (Studi
yang lebih
lebih disukai
kasus Pada
bervariasi
daripada
LQ45 dan JII)
portofolio JII
karena memiliki
tingkat risiko yang
lebih kecil.
Kesimpulannya
adalah kinerja
portofolio JII lebih
unggul daripada
portofolio LQ45.
5
Edy, 2013
Analisis
Indeks
Untuk
Menyatakan
Perbandingan
Sharpe,Jense
penelitian
bahwa dengan
Kinerja
n dan
selanjutnya,
menggunakan
Portofolio
Treynor dan
hendaknya
trasnsformasi Z-
Saham dengan Uji Z - score
menambah
Score dengan uji
Metode
variabel
Kruskal Wallish
Sharpe,
yang akan
yang menunjukkan
Treynor dan
diuji atau
bahwa tidak
Jensen (Studi
membanding
adanya perbedaan
Kasus Indeks
kan dua
yang signifikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
LQ45 Di
indeks
antara pengujian
Bursa Efek
dengan Metode
Indonesia
Sharpe, Treynor
Periode 2008
dan Jensen.
– 2012)
Perbedaan dengan penelitian ini :
Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan yang
lainnya adalah terdapat pada objeknya penelitiannya yaitu saham yang terdaftar
pada LQ45 dan Kompas100, penulis melakukan penelitian tentang analisis
perbandingan portofolio saham studi kasus pada LQ45 dan Kompas100 pada
emiten yang bergerak dalam bidang properti. Serta pada penelitian ini periode
yang digunakan pada 2013-2015 dengan menggunakan metode risk adjusted
performance.
C. Kerangka Pemikiran
Proses seleksi saham yang dimasukkan kedalam indeks merupakan saham
yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik, seperti indeks Kompas 100,
indeks ini memasukkan saham-saham emiten yang memiliki likuiditas yang
tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham
yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik. Sedangkan, Indeks LQ45
terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar
serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih ke-45 saham indeks LQ45,
sebagai berikut:
1.
Masuk dalam urutan 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir)
2.
Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir)
3.
Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
4.
Kondisi keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan perusahaan,
frekuensi dan jumlah hari transaksi pasar regular
Kondisi fundamental dan kinerja emiten akan mempengaruhi pergerakan
harga saham emiten itu sendiri, semakin baik kinerja emiten maka akan semakin
besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya
semakin buruk kinerja emiten maka akan semakin besar kemungkinan merosotnya
harga saham yang diperdagangkan dilantai bursa. Kinerja saham yang baik akan
menghasilkan tingkat return yang lebih tinggi dan mempunyai tingkat risiko yang
lebih kecil,begitu juga sebaliknya.
Dalam berinvestasi tentunya investor ingin mengetahui bagaimana kinerja
investasinya, relevan dengan hal tersebut kinerja investasi perlu di evaluasi.
Karena kecenderungan berinvestasi tidak hanya investasi pada instrument tunggal
maka evaluasi (penilaian) kinerja didasarkan pada portofolio investasi. Dalam
mengevaluasi kinerja portofolio hal tersebut tidak terlepas dari return dan risiko,
karena pada dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan
return yang sebesar-besarnya dengan meminimalkan risiko sekecil-kecilnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Return dan risiko dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja portofolio.
Konsep ini didasarkan pada gabungan antara return dan risiko atau disebut dengan
istilah
Risk-adjusted
performance.
Dengan
risk-adjusted
performance
memungkinkan dilakukannya pembandingan secara langsung dengan tingkat
risiko dan return. Dalam pengukuran kinerja portofolio sudah ada beberapa
diantaranya
yang
memasukkan
faktor
return
dan
risiko
dalam
perhitungannya,yaitu ukuran kinerja portofolio dengan indeks Sharpe,Treynor,
dan Jensen.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pasar Modal Indonesia
Indeks Harga Saham BEI
Indeks LQ45
Indeks Kompas100
Risk Adjusted Performance
Indeks Sharpe
Indeks Treynor
Indeks Jensen
Hasil kesimpulan perhitungan kinerja potofolio LQ45 dan portofolio
Kompas100 dengan menggunakan pengukuran kinerja Risk Adjusted
Performance menggunakan Sharpe, Treynor, dan Jensen Ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download