BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Profitabilitas
Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003)
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan
perusahaan. Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas,
aktivitas dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Sedangkan menurut Halim (2003) rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas perusahaan yang
tinggi
dapat
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajibannya.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan
(analisis
fundamental
merupakan
indikator
perusahaan)
karena
laba
perusahaan
selain
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi
para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai
perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa
yang
akan
datang.
9
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003) pada
tingkat profitabilitas rendah perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai
operasional sebaliknya pada tingkat profitabilitas tinggi perusahaan mengurangi
penggunaan hutang. Hal ini disebabkan perusahaan mengalokasikan sebagian
besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber internal dan
menggunakan hutang rendah tetapi pada saat menghadapi profitabilitas rendah
perusahaan menggunakan hutang tinggi sebagai mekanisme pentransfer kekayaan
antara kreditur kepada prinsipal.
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas juga menentukan
keputusan tentang kebijakan hutang yang akan diambil dalam perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi umumnya menggunakan
hutang dalam jumlah yang relatif sedikit karena dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi perusahaan dapat melakukan permodalan dengan laba
ditahan saja.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan
hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston (1997),
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
hutang
yang
relatif
kecil
karena
tingkat
pengembalian
yang
tinggi
memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal.
Dengan penahanan laba yang besar, perusahaan akan dapat menggunakan laba
tersebut sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Kepemilikan Insider
Kepemilikan insider sama halnya dengan struktur kepemilikan saham
yang merupakan manajemen dari perusahaan yang memiliki kemampuan di
bidang
masing-masing
yang
bertugas
menjalankan
perusahaan
untuk
meningkatkan profit. Struktur kepemilikan insider dapat dijelaskan dari dua
pendekatan yaitu, pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan
ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach). Pendekatan
keagenan menganggap struktur kepemilikan saham sebagai sebuah instrumen
atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara berbagai pemegang klaim.
Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur
kepemilikan saham sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan
informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam
pasar modal. Strukur kepemilikan insider secara umun terbagi atas kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
2.1.2.1 Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris). Dengan adanya kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga
manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan
benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama
keputusan mengenai hutang.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan sehingga manajer
tidak mungkin bertindak opportunistik lagi dan akan semakin hati-hati dalam
menggunakan utang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh negatif dengan kebijakan hutang perusahaan. Wahidahwati
(2002) dengan menggunakan perusahaan industri antara tahun 1995-1996
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Moh. et al (1998) dalam Wahyuning (2007) bahwa kepemilikan
saham manajerial yang tinggi akan meningkatkan risiko hutang yang nondiversiviable, sehingga manajer akan semakin hati-hati dalam menggunakan
utang. Hal ini menyebabkan rasio utang menurun jika tingkat kepemilikan saham
oleh manajerial meningkat. Penelitian lain yang membuktikan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan memiliki arah hubungan
yang negatif terhadap kebijakan utang adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mahadwartha (2003) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEJ dengan periode pengamatan tahun 1990 sampai tahun 2000.
2.1.2.2 Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership)
Kepemilikan institutional merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi
maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. Kepemilikan ini mewakili
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya
terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya kepemilikan institutional
Universitas Sumatera Utara
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002)
menunjukkan
bahwa
kehadiran
kepemilikan
institutional
pada
industri
manufaktur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan utang
perusahaan.
2.1.3 Kebijakan Hutang
Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang, saham preferen, dan saham biasa.
Menurut Brigham (1999), setiap perusahaan menganalisis sejumlah faktor, dan
kemudian menetapkan struktur pendanaan yang ditargetkan. Target ini selalu
berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak
manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur dana yang ditargetkan.
Jika tingkat utang yang sesungguhnya berada di bawah target, mungkin perlu
dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio utang
sudah melampaui target, barangkali saham perlu dijual.
Adanya selisih antara pendapatan dengan pengeluaran yang lebih besar
akan menimbulkan utang. Maka besarnya pendapatan yang dihasilkan harus
sesuai dengan pengeluaran-pengeluaran agar terjadi balance. Pendapatan
merupakan hasil dari penjualan baik jasa dan barang untuk menambah kas
perusahaan, ada beberapa sumber dana lain yang dapat menambah kas
perusahaan seperti dana yang diperoleh dari pemiliki perusahaan itu sendiri
disebut modal sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan
perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar memiliki
keuntungan lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan oleh perusahaan besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dapat mengakses pasar
modal, karena kemudahan tersebut maka perusahaan memiliki fleksibilitas dan
kemampuan untuk mendapatkan dana menurut Wahidahwati (2002).
Jensen dan Meckling (1999) menyatakan bahwa dengan hutang maka
perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pokok
pinjaman. Kebijakan utang akan memberikan dampak pada pendisiplinan bagi
manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Karena hutang yang
cukup besar akan menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko kebangkrutan.
Pembiayaan dengan hutang memiliki tiga implikasi penting (1)
memperoleh
dana
melalui
hutang
membuat
pemegang
saham
dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas,
(2) kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian
kecil dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur, (3) Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding dengan pembayaran
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Utang jangka
pendek maupun jangka panjang harus dibayar kembali. Semakin panjang periode
pembayaran kembali utang dan semakin sedikit cadangan pembayaran kembali,
Universitas Sumatera Utara
semakin mudah bagi suatu perusahaan untuk mendapatkan modal hutang.
Namun, utang harus dibayar kembali pada waktu tertentu tanpa memperhatikan
kondisi keuangan perusahaan, juga bunga berkala pada sebagian utang perlu
dibayar.
Kegagalan membayar pokok utang dan bunga biasanya menyebabkan
proses hukum dimana pemegang saham biasanya kehilangan kendali atas
perusahaan dan sebagian atau seluruh perusahaan mereka. Semakin besar
proporsi utang pada struktur modal suatu perusahaan, semakin tinggi beban tetap
dan komitmen pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan perusahaan
tidak mampu membayar bunga dan pokok pinjaman jatuh tempo dan
kemungkinan kerugian kreditor juga meningkat. Bagi investor saham biasa, utang
mencerminkan resiko kerugian investasi, namun diimbangi dengan potensi
keuntungan dari leverage keuangan. Leverage keuangan ( financial leverage)
merupakan
penggunaan
hutang
untuk
meningkatkan
laba.
Leverage
meningkatkan baik keberhasilan (laba) maupun kegagalan (rugi) manajerial.
Hutang yang terlalu besar menghambat inisiatif dan fleksibilitas manajemen
untuk mengejar kesempatan mengejar keuntungan. Kreditor lebih menyukai
peningkatan modal ekuitas sebagai pelindung atas kerugian pada saat yang sulit.
Menurunkan modal ekuitas sebagai proporsi pendanaan perusahaan akan
menurunkan
perlindungan
kreditor
terhadap
kerugian
dan
karenanya
meningkatkan resiko kredit. Tugas analisis adalah mengukur tingkat resiko yang
berasal dari struktur modal suatu perusahaan. Sisa bagian ini akan melihat
motivasi hutang dan mengukur dampaknya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Struktur Aset
Struktur aset yang dikatakan dapat menjadi jaminan yang aman dan
fleksibel akan cenderung menggunakan hutang. Besarnya masing-masing dana
yang diperlukan tidak bisa sama, sehingga persyaratan yang diajukan pemilik
kepada pihak investor pun harus benar-benar meyakinkan agar dapat diberi
pinjaman atau hutang.
Sebelum memutuskan sumber dana mana yang akan dipergunakan, pihak
manajemen
perusahaan
melakukan
analisis
perbandingan
biaya
serta
pengorbanan yang ditanggung perusahaan dengan manfaat yang diperoleh dari
masing-masing sumber dana. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan
jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan
selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan (Brigham dan
Houston, 2006). Rasio ini berguna untuk menetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (investor) dengan pemilik perusahaan atau berfungsi untuk mengetahui
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang.
Weston dan Copeland (1997:175) menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut
akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, dengan harapan aktiva
tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Sebaliknya, perusahaan
yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan
barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas
masing-masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang
jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
Sehari-harinya kita bisa melihat langsung maupun dari media bahwa ada
perusahaan yang mengalami peningkatan yang pesat karena profit yang besar dan
tak lepas juga ada perusahaan yang gulung tikar (bangkrut). Biasanya perusahaan
yang sukses tidak ambil pusing untuk memikirkan menggadaikan asset sebagai
jaminan. Mereka akan menyimpan dan menambah lagi asset perusahaan untuk
masa depan, apabila terjadi kebangkrutan karena manajemen yang tidak baik,
saham turun, fraud dan ancaman yang lain. Perusahaan dapat meminjam kepada
pihak investor dengan jaminan asset yang sesuai untuk dijadikan jaminan kredit.
2.2
Review Peneliti Terdahulu
1. Erni Masdupi (2005)
Dalam penelitiannya Masdupi mengangkat judul “Analisis Dampak
Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik
Keagenan”. Variabel dependen yang diambil adalah kebijakan hutang sedangkan
variabel dependennya adalah Insider Ownership, Number of Shareholders, dan
Institutional Holdings dengan variabel kontrol dividend payment, ukuran
perusahaan, asset structure, profitabilitas dan pajak. Dalam hasil penelitiannya
ditemukan bahwa variabel insider ownership dan institutional investor memiliki
hubungan signifikan negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hubungan
signifikan positif ditemukan pada pengaruh variabel dividend payour ratio, firm
size dan asset structure terhadap debt ratio. Sedangkan pada variabel firm
profitability ditemukan tanda negatif namun dalam penelitian ini tidak terdapat
hubungan signifikan terhadap debt ratio. Hal yang berbeda ditemukan pada dua
variabel sisanya yaitu shareholders dispersion dan tax rate yang tidak
berpengaruh terhadap debt ratio-nya.
Universitas Sumatera Utara
2. Yeniatie dan Nicken Destriana (2010)
Dalam penelitian mereka meneliti mengenai Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka hasil yang diperoleh adalah kepemilikan
manajerial, kebijakan deviden, profitabilitas, dan resiko bisnis berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan pertumbuhan perusahaan dan
struktur asset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
3. Wahidahwati (2002)
Wahidahwati meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial dan
kepemilikan
institusional
pada
kebijakan
hutang
perusahaan
dengan
menggunakan perspektif agency theory. Hasil penelitian menemukan adanya
pengaruh signifikan negatif dan signifikan pada variabel managerial ownership,
institutional ownership, terhadap kebijakan hutang yang dalam penelitian ini
diproksikan dengan debt ratio.
4. Wahyuning Kurniati (2007)
Wahyuning meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan insider
terhadap kebijakan hutang perusahaan (studi pada perusahaan textile/garments di
Bursa Efek Jakarta). Hasil penelitian menemukan kepemilikan saham oleh
manajemen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang
sedangkan kepemilikan saham oleh institusi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
No
Nama Peneliti
Tahun
& Judul Penelitian
1.
Erni Masdupi
Analisis
(2005)
Dampak
Struktur
Kepemilikan
pada
Kebijakan
Hutang dalam
Mengontrol
Konflik
Keagenan
Variabel
Penelitian
Hasil dari Penelitian
debt ratio (DR), Insiders
insiders
ownership dan
ownership,
institutional investor
shareholders
menghasilkan
dispersion,
hubungan
institutional
signifikan negatif
investor
terhadap debt
Kontrol :
ratio.
dividend
Terdapat
payout
ratio (DPR),
hubungan
firm assets,
signifikan positif
asset structure,
antara variabel
firm
dividend payout
profitability,
tax
ratio, firm size
rate
structure terhadap
dan assets
debt ratio.
Variabel firm
profitability
memiliki nilai
negatif namun
Universitas Sumatera Utara
tidak signifikan
hubungannya
terhadap debt
ratio.
Shareholders
dispersion dan tax
rate tidak
berpengaruh
terhadap debt
ratio.
2.
Yeniatie dan Nicken Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Destriana (2010)
Kebijakan Hutang
pada Perusahaan
Nonkeuangan
yang Terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI)
kepemilikan
managerial,
kebijakan
deviden,
struktur asset,
profitabilitas,
pertumbuhan
perusahaan,
risiko bisnis.
kepemilikan manajerial,
kebijakan
deviden,
profitabilitas, dan resiko
bisnis
berpengaruh
negatif
terhadap
kebijakan
hutang
sedangkan
pertumbuhan
perusahaan dan struktur
asset
berpengaruh
positif
terhadap
kebijakan hutang
3.
Wahidahwati (2002)
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan
hutang
kepemilikan manajerial
dan
institusional
berpengaruh negatif dan
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan.
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial
dan
Kepemilikan
Institusional
terhadap
Kebijakan Hutang
pada perusahaan
industri di Bursa
Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4.
Wahyuning Kurniati Pengaruh Struktur struktur
Kepemilikan
kepemilikan,ke
(2007)
Terhadap
bijakan hutang
Kebijakan Hutang
Perusahaan (Studi
Pada
PerusahaanTextile
/ Garments di
Bursa
Efek
Jakarta)
kepemilikan saham
oleh manajemen
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kebijakan hutang,
sedangkan kepemilikan
saham oleh institusi
berpengaruh negatif dan
signifikan
terhadap
kebijakan
hutang
perusahaan.
Sumber:www.google.com
Penelitian ini direplikasi dari penelitian Wahidahwati (2002), yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian wahidahwati terletak pada variabel
independennya. Peneliti menambahkan variabel independen yaitu “profitabilitas”
dan variabel moderating yaitu “Struktur Aset”. Objek penelitian Wahidahwati
pada perusahaan industri sedangkan peneliti meneliti dengan objek perusahaan
manufaktur. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel dependennya yaitu
“kebijakan hutang”.
Dengan demikian peneliti ingin mengetahui hasil yang akan diperoleh
untuk dapat dibandingkan dengan peneliti terdahulu.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Profitabilitas yang terdiri dari ROA serta kepemilikan insider yang
merupakan variabel bebas akan mempengaruhi kebijakan hutang, dengan
Struktur Aset sebagai variabel moderating.
Peneliti dapat menduga bahwa profitabilitas dan kepemilikan insider akan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang baik secara simultan maupun
parsial. Untuk lebih jelasnya berikut gambar kerangka konsepual yang akan
diteliti.
PROFITABILITAS
ROA
(X1)
KEBIJAKAN
HUTANG
KEPEMILIKAN
INSIDER
(Y)
(X2)
STRUKTUR
ASET
(X3)
Gambar 3.1 Kerangka konseptual
3.2
Hipotesis Penelitian
Menurut Sekaran (2000:103), ”Hipotesis adalah hubungan yang diduga
21
secara logis antara 2 variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji
Universitas Sumatera Utara
secara empiris. Jadi hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan
teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Profitabilitas dan Kepemilikan Insider berpengaruh secara parsial dan
simultan terhadap Kebijakan Hutang.
2. Struktur Aset dapat memoderasi pengaruh profitabilitas dan kepemilikan
insider terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Download