ETI NOFARIS

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODIFIKASI TiO2/GRAFIT DENGAN DEPOSISI CdS SECARA
CHEMICAL BATH DEPOSITION DAN UJI AKTIVITAS
FOTOKATALITIKNYA
Disusun Oleh:
ETI NOFARIS
M 0308033
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Februari, 2013
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “MODIFIKASI
TiO2/G DENGAN DEPOSISI CdS SECARA CHEMICAL BATH DEPOSITION
(CBD) DAN UJI AKTIVITAS FOTOKATALITIKNYA” adalah benar-benar
hasil penelitian sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Februari 2013
ETI NOFARIS
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODIFIKASI TIO2/G DENGAN DEPOSISI CdS SECARA CHEMICAL BATH
DEPOSITION DAN UJI AKTIVITAS FOTOKATALITIKNYA
ETI NOFARIS
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Telah dilakukan modifikasi TiO2/G dengan deposisi CdS secara chemical
bath deposition (CBD). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan
struktur kristal dari material semikonduktor TiO2/G akibat deposisi CdS dan
pengaruhnya terhadap aktivitas fotokatalitik semikonduktor TiO2/G.
Dilakukan variasi pencelupan CdS pada semikonduktor TiO2/G untuk
mendapatkan keadaan optimal pencelupan. Variasi pencelupan pada
semikonduktor TiO2/G dilakukan selama 15 menit pencelupan (CdS(1)-TiO2/G)
dan selama 1 jam pencelupan (CdS(4)-TiO2/G) dalam larutan prekursor CdS.
Material hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD untuk penentuan
struktur kristal sedangkan aktivitas fotokatalitik diperoleh melalui uji degradasi
isopropanol yang dilanjutkan dengan analisis FT-IR untuk mengetahui perubahan
molekular dari hasil degradasi isopropanol tersebut. Terjadinya proses degradasi
ditunjukkan oleh perubahan serapan UV-Vis larutan yang didegradasi yaitu
isopropanol dan adanya pergeseran serta penghilangan beberapa puncak IR dari
larutan hasil degradasi.
Pola XRD hasil modifikasi CdS-TiO2/G menunjukkan adanya pergeseran
puncak baru pada 2θ 26.54 yang diidentifikasi sebagai puncak dari CdS dengan
struktur kristal kubik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deposisi CdS telah
mengurangi rekombinasi elektron-hole sehingga meningkatkan quantum yield
(QY) dari
,
±
,
untuk TiO2/G menjadi
,
± ,
± ,
untuk
CdS(1)-TiO2/G sedangkan untuk CdS(4)-TiO2/G
. Quantum
yield tertinggi justru diperoleh dari radiasi foton 450 nm terhadap material
CdS(4)-TiO2/G, yaitu
,
±
.
Kata Kunci : Aktivitas Fotokatalitik, Deposisi CdS, TiO2/G.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODIFICATION OF TiO2/G BY CHEMICAL BATH DEPOSITION OF CDS
AND ITS PHOTOCATALYTIC ACTIVITY
ETI NOFARIS
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Naturals Sciences,
Sebelas Maret University
ABSTRACT
A TiO2/G modification by CdS deposition through Chemical Bath
Deposition method was carried out in this research with the objectives to study the
crystal structure changes and to study the photocatalytic activity of the prepared
materials.
In order to study the effect of CdS amount on TiO2/G, therefore the CdS
deposition was carried in two variation. The first is one step dipping which was
done for 15 minutes of dipping TiO2/G into CdS precursor solution. The second
variation is four steps dipping process, each step is 15 minutes. The prepared
materials were characterized by XRD to determine the crystal stucture meanwhile
the photocatalytic effectivity was obtained isopropanol degradation testing and it
was continued by FT-IR to analysis observed moleculer changes of isopropanol
degradation. The degradation process was occurred proven by the changes of
Uv-Vis absorbance spectrum and by the shifting and disappearance of some
infrared peaks of degraded solution.
The XRD pattern of modified CdS-TiO2/graphite shows a new peak at 2θ
26.540 which is identified as the peak of CdS in cubic crystal structure. The
research results shows that the deposition of CdS could reduce the electron-hole
recombination and therefore increase the quantum yield, QY from
,
±
,
for TiO2/G to
,
± ,
for CdS(1)-TiO2/G and
± ,
for CdS(4)-TiO2/G by 380 nm of phoon radiation.
Meanwhile, the best QY is achive at 450 nm photon radiation for CdS(4)-TiO2/G,
i.e
,
±
.
Keyword : Deposition of CdS, Photocatalytic Activity, TiO2/G.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Smile, Wise and Brave
Man Shabara Zhafira
Permasalahan dan Jalan Keluar Itu Jaraknya
Sejauh Kening dan Tempat Sujud
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
(Q.S Al-Fatihah 6-7)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Bapak dan Ibu untuk semua do’a, kasih sayang dan
perjuangan yang tiada hentinya
Kedua kakak terhebatku, Eni Wahyuni dan Diyan Arini
yang mendorong untuk terus mengejar impian, thanks
bro untuk motivasi dan doanya
Kimia 2008 atas kekeluaragaan dan kebersamaan
selama ini…
Para sahabat-sahabatku, kalian terhebat……
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala rahmat dan karunia yang Allah SWT berikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Modifikasi
TiO2/G Dengan Deposisi CdS Secara Chemical Bath Deposition (CBD) Dan Uji
Aktivitas Fotokatalitiknya”. Pada penyusunannya penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan segala kemudahan sehingga sudah sepantasnyalah penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibunda tercinta dan Ayahanda tersayang serta seluruh keluarga tercinta
yang telah banyak memberikan dukungan dan mendoakan penulis.
Terimakasih
atas
pengertian
dan
kesabarannya,
maafkan
atas
keterlambatan ini.
2.
Prof. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
3.
Dr. Eddy Heraldy, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
4.
Dr. Fitria Rahmawati, M. Si selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, bimbingan dan arahan demi terselesaikannya skripsi
ini.
5.
Edi Pramono, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak masukan dan nasihatnya.
6.
Seluruh Dosen Kimia FMIPA UNS, atas ilmu serta ajaran hidup yang
telah diberikan.
7.
Seluruh Laboran Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sebelas Maret.
8.
Ibu kos As-Syamsa atas semua kebaikannya dan untuk “Wuri, Aulijem,
Fitri” terimakasih atas tawa, kebersamaan dan semangat yang tiada
henti.
9.
Sahabat terkasih dan teman seperjuangan “Fauchi Tolijem, Ijoezen,
Pinna, Yuniar atas kasih sayang, do’a dan dukungannya.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
10.
digilib.uns.ac.id
Seluruh kakak serta adik tingkat kimia FMIPA UNS yang memberikan
semangat kepada penulis.
11.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang turut
memberikan
sumbangan
baik
moral
maupun
spiritual
demi
terselesaikannya skripsi ini.
“Tak ada gading yang tak retak”, demikian pula dalam penyusunan skripsi
ini yang sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari segala
pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan lainnya di masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh civitas akademika di Universitas Negeri Sebelas Maret khususnya Jurusan
Kimia F MIPA dan masyarakat pada umumnya.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................ iii
HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRACT........................................................................................ v
MOTTO................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL LAMPIRAN .......................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN ..................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
1. Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
2. Batasan Masalah ............................................................................ 5
3. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 7
1. Semikonduktor TiO2 ...................................................................... 7
2. Modifikasi Permukaan Semikonduktor ........................................... 9
3. Proses Fotokatalitik ..................................................................... 13
commit to user
4. Analisis .......................................................................................
17
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.a Difraksi Sinar-X ..................................................................... 17
4.b Metode Le Bail pada Program RIETICA ................................ 18
4.c Spektroskopi UV-Vis ............................................................. 19
4.d Spektroskopi Infra Merah (IR) ............................................... 20
4.e Spektroskopi UV-Vis Diffuse Reflectance ............................... 21
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 23
C. Hipotesis ............................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 25
A. Metode Penelitian .............................................................................. 25
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 25
C. Alat dan Bahan .................................................................................. 25
1. Alat ............................................................................................. 25
2. Bahan .......................................................................................... 26
D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 26
1. Sintesis semikonduktor lapis tipis TiO2/Grafit .............................. 26
2. Deposisi CdS Pada TiO2/Grafit ..................................................... 27
3. Karakterisasi ................................................................................ 27
a. Kristalinitas dan struktur kristal semikonduktor lapis tipis
TiO2/G dan CdS- /TiO2/G ...................................................... 27
b. Degradasi Isopropanol Dengan Tablet Fotokatalis................... 28
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 28
1. Analisis Data ............................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEBAHASAN ................................................................... 29
A. Sintesis Semikonduktor TiO2/G ........................................................ 29
B. Modifikasi Semikonduktor CdS-TiO2/G ........................................... 34
C. Degradasi Larutan Isopropanol ......................................................... 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 51
A. Kesimpulan ............................................................................................... 51
B. Saran ......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
commit to user
LAMPIRAN .........................................................................................................
56
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Daerah absorbsi spektra infra merah .................................................... 21
Tabel 2.
Perbandingan data parameter sel dan struktur kristal dari TiO2/G
dengan CdS(1)-TiO2/G ........................................................................ 37
Tabel 3.
Perbandingan data parameter sel dan struktur kristal dari TiO2/G
dengan CdS(4)-TiO2/G ........................................................................ 38
Tabel 4.
Puncak- puncak spektra FT-IR sebelum dan sesudah degradasi............ 45
Tabel 5.
Nilai Quantum Yield Pada semikonduktor,  adalah absorptivitas
molar dari larutan hasil degradasi......................................................... 47
Tabel 6.
Nilai
setelah mengalami deposisi .................................................. 50
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Skema fotoeksitasi yang diikuti oleh deeksitasi pada permukaan
semikonduktor (Linsebigler et al., 1995) ........................................ 7
Gambar 2(a). Struktur Kristal Anatase TiO2 (Licciulli, 2002) ............................... 8
Gambar 2(b). Struktur Kristal Rutile TiO2 (Licciulli, 2002)................................... 8
Gambar 3.
Skema fotoeksitasi komposit gabungan CdS-TiO2 (Linsebigler, et
al.,1995) ......................................................................................... 10
Gambar 4.
Mekanisme migrasi elektron pada permukaan semikonduktor
termodifikasi logam (Linsebigler, et al.,1995) ................................. 11
Gambar 5.
Model pembentukan lapisan silica mesopori pada grafit (Yang et
al.,1997). ........................................................................................ 12
Gambar 6.
Mekanisme reaksi isopropanol pada fotokatalis TiO2 serbuk (tanda
bintang menunjukkan atom) (Xu dan Raftery, 2001) ...................... 16
Gambar 7.
Mekanisme
reaksi
isopropanol
pada
fotokatalisTiO2 yang
terlapiskan pada substrat PVG (Xu dan Raftery, 2001) ................... 16
Gambar 8.
Difraksi sinar-X oleh kisi kristal (Atkins, 1996) ............................. 17
Gambar 9.
Ilustrasi sinar yang mengenai sampel pada Diffuse Reflectance ....... 22
Gambar 10.
Desain sel sintesis TiO2/Grafit dengan metode chemical bath
deposition (Rahmawati, 2006) ......................................................... 27
Gambar 11.
Foto semikonduktor lapis tipia TiO2/Grafit ...................................... 30
Gambar 12.
Perbandingan pola difraksi antara hasil sintesis dengan standar
ICSD…………………. ................................................................... 30
Gambar 13.
Hasil refinement data difraksi sinar X dari TiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan dua fasa TiO2 ..................................... 31
Gambar 14.
Hasil refinement data difraksi sinar X dari TiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan dua fasa TiO2 dan fasa CTAB ............ 32
Gambar 15.
Hasil refinement data difraksi sinar X dari TiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan dua fasa TiO2, satu fasa grafit dan
commit to user
satu fasa CTAB ..............................................................................
33
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 16(a). Struktur kristal fasa rutil (tetragonal) ............................................... 33
Gambar 16(b).Struktur kristal fasa anatase (tetragonal) .......................................... 33
Gambar 17.
Perbandingan pola difraksi CdS-TiO2/G dengan dengan hasil
modifikasinya……….. ................................................................... 35
Gambar 18.
Hasil
refinement data difraksi sinar X dari CdS(1)-TiO2/Grafit
hasil sintesis dengan memasukkan lima fasa TiO2 yaitu fasa rutile,
fasa anatase, CTAB,grafit dan CdS………………………………… 36
Gambar 19.
Hasil
refinement data difraksi sinar X dari CdS(4)-TiO2/Grafit
hasil sintesis dengan memasukkan lima fasa TiO2 yaitu fasa rutile,
fasa anatase, CTAB,grafit dan CdS………………………………… 36
Gambar 20.
Struktur kristal CdS (kubik) ............................................................ 37
Gambar 21(a) Plot fourier TiO2 antase dan CdS-TiO2 anatase ............................... 39
Gambar 21(b) Plot fourier TiO2 rutile dan CdS-TiO2 rutile ..................................... 39
Gambar 22.
Desain sel degradasi ....................................................................... 40
Gambar 23(a) Hasil degradasi dengan tablet fotokatalis TiO2/G pada penyinaran
foton 380 nm .................................................................................. 41
Gambar 23(b) Hasil degradasi dengan tablet fotokatalis TiO2/G pada penyinaran
foton 450 nm................................................................................... 41
Gambar 24(a) Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(1)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang 380 nm .................... 42
Gambar 24(b) Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(1)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang 450 nm ..................... 42
Gambar 25(a) Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(4)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang 380 nm .................... 42
Gambar 25(b) Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(4)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang 4500 nm .................. 42
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 26.
digilib.uns.ac.id
Perbandingan spektra FT-IR antara (a) larutan isopropanol awal
250X10-4 M dengan (b) larutan yang mengalami degradasi dengan
tablet fotokatalis TiO2/G dengan foton 380nm. ................................ 43
Gambar 27.
Perbandingan spektra FT-IR .. ........................................................ 44
Gambar 28.
Mekanisme migrasi elektron pada CdS-TiO2/G dimana saat disinari
dengan energi foton 450 nm .. ......................................................... 47
Gambar 29.
Mekanisme migrasi elektron pada CdS-TiO2/G dimana saat
disinari dengan energi foton 380 nm .. .......................................... 48
.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Bagan prosedur kerja sintesis semikonduktor TiO2/Grafit. ............... 56
Lampiran 2.
Bagan prosedur kerja sintesis semikonduktor CdS-TiO2/Grafit. ....... 57
Lampiran 3.
Bagan prosedur kerja sintesis semikonduktor lapis tipis TiO2/Grafit
dan CdS-TiO2/G. ............................................................................. 59
Lampiran 4.
Bagan prosedur kerja analisis FT-IR dari Larutan Isopropanol Hasil
Degradasi dengan Tablet Fotokatalis TiO2/G dan CdS-TiO2/G. ....... 60
Lampiran 5.
Perhitungan Komposisi Larutan Sintesis ......................................... 61
Lampiran 6.
Pola Difraksi Sinar-X TiO2/G dan CdS-TiO2/G ............................... 63
Lampiran 7.
Grafik UV-Vis Hasil Degradasi 2-propanol Menggunakan TiO2/G
dan CdS-TiO2/G ............................................................................. 65
Lampiran 8.
Grafik Uv-Vis DR TiO2/G dan CdS-TiO2/G .................................... 75
Lampiran 9.
Spektra FT-IR Larutan Hasil Degradasi ........................................... 78
Lampiran 10. Perhitungan Nilai % DR (Diffuse Reflectance) ................................ 80
Lampiran 11. Perhitungan Nilai % Quantum Yield (QY) ....................................... 82
Lampiran 12. Grafik Persamaan Linear % R versus Panjang Gelombang .............. 84
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dunia
tentang pentingnya upaya pencegahan pencemaran, upaya untuk menggantikan
bahan bakar berbasis fosil semakin meningkat. Bahan bakar fosil memiliki banyak
kekurangan diantaranya menimbulkan pencemaran lingkungan contohnya efek
rumah kaca. Salah satu sumber energi alternatif masa depan yang sangat potensial
adalah hidrogen. Hidrogen merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan
karena tidak menghasilkan polutan atau gas rumah kaca seperti NOx, CO dan CO2
ketika dibakar (Iriondo et al., 2009; Daskalaski et al., 2008) dan sumber energi
yang efisien karena dari proses pembakarannya di udara menghasilkan uap air dan
energi panas dengan kalor pembakaran 122 Mj/kg, nilai ini lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak bumi (40 Mj/kg). Hidrogen juga merupakan energi
bersih yang dapat diperbaharui (clean renewable energy) karena tidak
melepaskan polutan (CO2) ke atmosfir bumi.
Berbagai upaya untuk memproduksi hidrogen telah banyak dilakukan,
namun hingga saat ini sekitar 95% H2 masih diproduksi dari bahan bakar berbasis
fosil melalui proses pirolisis atau steam reforming (Adhikari et al., 2007 ; Iriondo
et al., 2009) dan hanya sekitar 5% yang diproduksi melalui sumber terbarukan.
Salah satu teknologi yang digunakan adalah melalui proses elektrolisis air (Park et
al., 2008). Proses pirolisis dan elektrolisis air dalam memproduksi hidrogen
tersebut masih merupakan teknologi antara (masih memerlukan kajian dan
penelitian lanjut) karena membutuhkan energi yang besar untuk memproduksi
hidrogen (Nianjun et al., 2009). Berdasarkan hal itu, maka penelitian-penelitian
tentang peningkatan efisiensi produksi gas hidrogen dari sumber terbarukan masih
terus dilakukan. Penelitian terutama terfokus pada penggunaan material katalis
yang bisa mempercepat laju pembentukan gas hidrogen dari elektrolisis air serta
usaha untuk menggunakan sumber energi alternatif sebagai sumber energi reaksi
commit to user
elektrolisis air.
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Aplikasi energi matahari untuk produksi H2 memerlukan material katalis
yang dapat aktif setelah mendapatkan energi foton. Material dengan karakter
seperti itu disebut dengan fotokatalis. TiO2 merupakan material fotokatalis yang
banyak diteliti karena sangat potensial. TiO2 merupakan spesies oksidator kuat
yang ditunjukkan adanya hole (h+) pada permukaannya. Oleh karenanya TiO2
mampu mengoksidasi spesies kimia yang mempunyai potensial standar reduksi
yang lebih kecil. Selain itu juga bersifat stabil, bahkan dalam kondisi ekstrim (Xu
et al., 1999). Beberapa peneliti telah menggunakan material fotokatalis untuk
memproduksi gas hidrogen dengan bantuan sinar matahari. Misalnya, penelitian
tentang peningkatan kinerja katalis TiO2 dalam memproduksi hidrogen secara
fotokatalisis dari gliserol dan air dengan dopan Cu (Agus, 2010). Selain itu,
penelitian tentang mekanisme reaksi antara gliserol dan air secara fotokatalitik
dengan TiO2 (Li et al., 2009). Disamping itu, TiO2 juga memenuhi persyaratan
khusus untuk water-splitting, yaitu posisi pita konduksi dan pita valensi yang
sesuai untuk pembentukan hidrogen dan oksigen dari air (Radecka, 2008).
Pada proses fotokatalitik konvensional, digunakan titanium dioksida
serbuk untuk mendegradasi polutan organik tetapi penggunaannya memberikan
dua hambatan yang cukup serius. Pertama, diperlukannya tahap pemisahan TiO2
dari suspensi. Pemisahan ini memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Kedua,
dalam sistem suspensi, penetrasi sinar UV menjadi terbatas karena absorbsi yang
kuat dari TiO2. Sehingga imobilisasi TiO2 pada suatu substrat dijadikan alternatif
yang cukup baik. Metode penempelan lapis tipis dengan memanfaatkan sifat aktif
antarmuka surfaktan, seperti yang dilakukan pada metode chemical bath
deposition merupakan inovasi metode penempelan lapis tipis yang relatif
sederhana dan mudah dibandingkan metode pembuatan lapis tipis yang sudah ada,
seperti magnetron sputtering dan vapor phase deposition. Karena metode CBD
(chemical bath deposition) tidak memerlukan peralatan yang spesifik, tidak
memerlukan suhu tinggi, dapat diaplikasikan pada area yang luas dan deposisi
dapat dilakukan secara kontinyu (Rahmawati et al., 2010).
Dalam penggunaan TiO2 untuk katalisis dengan sumber foton sinar
user
matahari, TiO2 perlu dimodifikasicommit
karena to
band
gap dari TiO2 anatase ialah sebesar
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3,2 eV dimana hanya sinar aktif dalam radiasi sinar UV untuk produksi hydrogen
maupun proses fotokatalitik. Padahal UV hanya terdapat sekitar 10% dari energi
radiasi sinar matahari sementara sinar tampak terdapat sekitar 50%, maka
ketidakmampuan untuk menggunakan sinar tampak membatasi efisiensi dari
produksi hidrogen pada reaksi fotokatalitik dengan energi matahari (Linsebigler et
al., 1995). Sehingga penempelan suatu material lain yang memiliki energi gap
lebih rendah diperlukan untuk menangkap energi foton dari sinar tampak. Dalam
penelitian ini CdS dideposisikan pada permukaan TiO2 karena CdS dengan energi
gap yang lebih kecil yaitu 2,4 eV dapat mengalami eksitasi di daerah sinar
tampak, sehingga material sudah dapat aktif dengan hanya menggunakan radiasi
sinar tampak dalam sinar matahari. Penempelan CdS tersebut selain mampu
memperlebar spektrum aktif dari tablet fotokatalis TiO2/G juga diharapkan
mampu meningkatkan aktivitas fotokatalitik TiO2/G melalui pengurangan
rekombinasi antara elektron tereksitasi dengan hole.
Dalam rangka analisis aktivitas fotokatalitik suatu material fotokatalis,
perlu dilakukan suatu uji degradasi untuk mendapatkan parameter aktivitas
fotokatalitik, yaitu nilai quantum yield. Nilai quantum yield ini merupakan nilai
yang merepresentasikan kinerja suatu fotokatalis dalam mendegradasi suatu
molekul pada satuan waktu tertentu. Pada penelitian ini material tablet TiO2/Grafit
dan hasil modifikasinya diujicobakan pada degradasi fotokatalitik terhadap
isopropanol pada panjang gelombang tertentu dari sinar ultraviolet dan sinar
tampak. Pemilihan isopropanol dilakukan dengan pertimbangan bahwa molekul
tersebut sederhana, sehingga mengeliminasi hambatan dari efek kompleksitas
molekul. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka proses degradasi fotokatalitik
pada penelitian ini akan benar-benar merepresentasikan kinerja dari tablet katalis
yang dipergunakan.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
TiO2 mempunyai sifat kurang menguntungkan yaitu mempunyai gap
energi lebar (3,2 eV; 387 nm) yang hanya aktif dalam cahaya ultraviolet dimana
cahaya tersebut hanya 10% dari cahaya matahari ( Linsebigler et al., 1995). Oleh
karena sinar UV hanya sekitar 10% dari energi radiasi dari matahari, sementara
sinar tampak terdapat sekitar 50%, maka ketidakmampuan untuk menggunakan
sinar tampak tersebut membatasi efisiensi dari produksi hidrogen pada reaksi
fotokatalitik dengan energi matahari.
Efektivitas fotokatalitik semikonduktor TiO2 dapat berkurang karena
adanya rekombinasi elektron dengan hole yang merupakan lubang positif yang
ditinggalkan oleh elektron yang tereksitasi (Gunlazuardi et al., 2001). Jika foton
dengan energi hv sesuai atau lebih besar dari gap energi TiO2 yaitu 3,2 eV maka
elektron pada pita valensi akan tereksitasi ke pita konduksi dan menghasilkan hole
pada pita valensi. Adanya kemungkinan rekombinasi electron-hole menyebabkan
efektivitas fotokatalitik semikonduktor menurun (Hoffman et al., 1995).
Produksi hidrogen secara fotokatalitik yang biasanya memiliki kendala,
yaitu tingginya reaksi rekombinasi elektron dan hole, sehingga hanya 10% yang
berhasil bermigrasi ke permukaan katalis dan berinteraksi dengan molekulmolekul target untuk didegradasi. Sedangkan 90% sisanya mengalami
rekombinasi dengan hole (Linsebigler et al., 1995). Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi rekombinasi antara elektron dan hole yaitu dengan
melakukan modifikasi TiO2/G dengan deposisi cadmium sulfida. Cadmium
Sulfida (CdS) sendiri mampu membentuk pasangan electron-hole pada
permukaan katalis semikonduktor ketika diinduksi oleh energi foton yang sesuai
(Linsebigler et al., 1995). Penempelan CdS dengan band gap yang lebih rendah
(2,4 eV) akan menyebabkan material sudah dapat aktif dengan hanya
menggunakan radiasi sinar tampak dalam sinar matahari. Dengan penempelan
CdS, foton berenergi rendah dari sinar tampak dapat mengeksitasi elektron dari
pita valensi CdS ke pita konduksi CdS. Elektron dari pita konduksi CdS dapat
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpindah ke pita konduksi TiO2, sehingga hole dan elektron tereksitasi terpisah
lebih jauh sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya rekombinasi.
Deposisi CdS secara CBD dilakukan dari prekursor dalam bentuk terlarut.
Sehingga dimungkinkan bahwa CdS tidak hanya menempel pada permukaan,
kemudian membentuk komposit CdS-TiO2, tetapi dimungkinkan juga ion-ion
Cd2+ atau S2- masuk ke dalam struktur kristal TiO2 sehingga menghasilkan
fenomena doping. Dalam rangka mempelajari hal tersebut maka dilakukan
analisis struktural terhadap material hasil sintesis dan hasil modifikasinya.
Dalam metode pelapisan CBD, jumlah perulangan deposisi dimungkinkan
berpengaruh pada jumlah kristal terdeposisi. Jumlah kristal terdeposisi akan
memberikan pengaruh pada efektivitas fotokatalitik material yang dihasilkan.
Oleh karena itu, dilakukan deposisi CdS secara bertahap pada TiO2/Grafit.
Selanjutnya aktivitas fotokatalitiknya diuji melalui penggunaannya dalam
degradasi isopropanol. Keberhasilan proses degradasi isopropanol bisa dideteksi
dari perubahan spektra UV-Visnya serta perubahan spektra IRnya.
2. Batasan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dibatasi sebagai berikut :
a. Modifikasi yang dilakukan terhadap semikonduktor TiO2/G adalah melalui
deposisi CdS yang dilakukan dengan metode Chemical Bath Deposition. Pada
penelitian ini akan dikaji pengaruh deposisi CdS tersebut terhadap aktivitas
fotokatalitik semikonduktor TiO2/G. Uji aktivitas fotokatalitik dilakukan
melalui degradasi isopropanol.
b. Studi karakteristik struktural material TiO2/Grafit dan pengaruh deposisi CdS
terhadap struktur kristal TiO2.
c. Studi awal pengaruh jumlah CdS terdeposisi yang dihasilkan melalui
perbedaan jumlah perulangan deposisi CdS, terhadap aktifitas fotokatalitik
TiO2.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang akan
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana pengaruh deposisi CdS dengan metode chemical bath
deposition terhadap aktivitas fotokatalitik semikonduktor TiO2/Grafit yang
diujikan untuk mendegradasi isopropanol ?
b. Bagaimana struktur kristal dari lapisan TiO2 yang dilapiskan pada grafit
serta bagaimana pengaruh deposisi CdS pada struktur kristal substratnya,
yaitu TiO2 ?
c. Bagaimana pengaruh jumlah perulangan deposisi CdS terhadap aktivitas
fotokatalitik TiO2/G ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan modifikasi semikonduktor TiO2/G dengan pelapisan lapis tipis
CdS dengan metode chemical bath deposition (CBD), hasil modifikasi
semikonduktor diujikan untuk degradasi isopropanol dalam rangka
mengetahui aktivitas fotokatalitiknya.
b. Mengetahui perubahan struktur kristal TiO2/G yang dimodifikasi dengan
deposisi CdS.
c. Studi awal tentang pengaruh jumlah perulangan deposisi CdS terhadap
sifat fotokatalitik TiO2/G.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan
informasi
tentang
usaha
peningkatan
aktivitas
semikonduktor TiO2/Grafit pada daerah sinar tampak.
commit to user
fotokatalitik
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Semikondukor TiO2
Semikonduktor adalah material yang memiliki konduktivitas listrik
diantara logam (konduktor) dan isolator sedangkan semikonduktor dapat diartikan
pula bahan yang mempunyai struktur elektronik yang dikarakterisasi oleh pita
valensi dan pita konduksi dengan energi yang dihasilkan oleh kedua pita tersebut
yang disebut dengan Energi Gap (Eg) (Kirk-Othmer, 1993). Pita valensi adalah
pita yang berkarakter ikatan dan terisis elektron. Pita konduksi adalah pita yang
berkarakter antiikatan dan tidak terisi elektron (kosong). Eg terjadi karena adanya
overlaping orbital atom yang akan memberikan pelebaran dan penyempitan pita.
Hal ini menjadikan bahan tersebut dapat menyerap energi radiasi sebesar Eg yang
dimiliki sehingga dapat meningkatkan kepekaan reaksi oksidasi reduksi yang
diinduksi oleh cahaya, apabila terjadi penyerapan cahaya oleh Eg diantara kedua
pita tersebut.
Semikonduktor mempunyai daerah energi kosong yang dibatasi oleh pita
valensi dan pita konduksi yang disebut band gap. Absorpsi cahaya dengan energi
yang sama atau lebih besar dari energi gap semikonduktor tersebut, menyebabkan
elektron tereksitasi dari pita valensi ke pita konduksi. Selanjutnya elektron
tereksitasi dan lubang (hole) yang terbentuk pada pita valensi dapat mengalami
beberapa alternatif seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema fotoeksitasicommit
yang diikuti
oleh deeksitasi pada permukaan
to user
semikonduktor (Linsebigler, et al, 1995).
7
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas TiO2 sebagai fotokatalis
adalah bentuk kristalnya (Tjahjanto et al., 2001). Katalis TiO2 memiliki 3 jenis
struktur kristal yaitu anatase, rutile dan brookite. Struktur kristal brookite sulit
untuk dipreparasi sehingga biasanya hanya struktur kristal rutile dan anatase yang
umum digunakan pada reaksi fotokatalitik. Secara fotokatalitik, struktur anatase
menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari segi kereaktifan dibandingkan dengan
struktur rutile (Su et al., 2004). Struktur anatase merupakan bentuk yang paling
sering digunakan karena memiliki luas permukaan serbuk yang lebih besar serta
ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur rutile dan struktur
ini muncul pada rentang suhu pemanasan dekomposisi senyawa titanium (4006500C). Gambaran struktur anatase dan rutile dapat dilihat pada Gambar 2a dan
2b.
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Struktur Kristal Anatase TiO2 dan (b) struktur Kristal Rutile TiO2
(b) (Licciulli et al., 2002)
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anatase merupakan tipe yang paling aktif karena memiliki band gap
energi (energi celah yang menggambarkan energi cahaya minimum yang
dibutuhkan untuk mengeksitasi elektron) sebesar 3,2 eV (lebih dekat ke sinar UV,
panjang gelombang maksimum 388 nm), sedangkan rutile 3,0 eV (lebih dekat ke
sinar tampak, panjang gelombang maksimum 413 nm). Perbedaan ini membuat
letak conduction band (CB : tingkat energi hasil hibridisasi yang berasal dari kulit
3d titanium) dari anatase lebih tinggi daripada rutile, sedangkan valence band
(VB : tingkat energi hasil hibridisasi dari kulit 2p oksigen) anatase dan rutile
sama. Hal ini membuat anatase mampu mereduksi oksigen molekular menjadi
superoksida serta mereduksi air menjadi hidrogen (Linsebigler et al., 1995).
Energi celah yang cukup besar dari TiO2 yaitu 3,2 eV, mengindikasikan
bahwa h+ pada permukaan TiO2 merupakan spesi oksidator kuat, karenanya akan
mengoksidasi spesi kimia lainnya yang mempunyai potensial reduksi lebih kecil,
termasuk dalam hal ini molekul air dan/atau gugus hidroksil yang akan
menghasilkan radikal hidroksil. Radikal hidroksil ini pada pH =1 mempunyai
potensial sebesar 2,8 V, dan kebanyakan zat organik mempunyai potensial redoks
yang lebih kecil dari potensial tersebut (Gunlazuardi et al., 2001).
Semakin kecil band gap, semakin mudah pula fotokatalis menyerap foton
dengan tingkat energi lebih kecil namun kemungkinan hole dan elektron untuk
berekombinasi juga semakin besar. Oleh karenanya, kedua aspek ini perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan fasa semikonduktor TiO2.
2. Modifikasi Permukaan Semikonduktor
Aktivitas fotokatalitik secara menyeluruh dari suatu semikonduktor dapat
diketahui dari beberapa faktor yang terukur meliputi stabilitas semikonduktor,
efisiensi proses fotokatalitik, selektifitas produk dan respon kisaran panjang
gelombang. Misalnya, semikonduktor dengan gap energi kecil seperti CdS dapat
mengalami eksitasi di daerah sinar tampak, tetapi bersifat tidak stabil dan
terdegradasi oleh cahaya dalam waktu tertentu. Sedangkan TiO2 yang bersifat
lebih stabil, mempunyai gap energi yang lebar yang hanya aktif dalam cahaya
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ultraviolet, di mana cahaya ultraviolet tersebut hanya 10% dari seluruh cahaya
matahari (Linsebigler et al.,1995).
Keterbatasan sifat semikonduktor tersebut dapat diatasi dengan cara
memodifikasi permukaan atau struktur semikonduktor. Sampai saat ini telah
diketahui terdapat tiga keuntungan yang diperoleh dari modifikasi bahan
semikonduktor pada sistem fotokatalis yaitu: 1) menghambat rekombinasi dengan
cara meningkatkan pemisahan muatan (elektron tereksitasi dengan holenya)
sehingga meningkatkan efisiensi proses fotokatalitik, 2) meningkatkan kisaran
respon panjang gelombang (khususnya pada daerah sinar tampak) dan 3)
mengubah selektifitas atau mempengaruhi hasil fotokatalitik (Linsebigler, et
al.,1995).
Semikonduktor
fotokatalis
gabungan
(semikonduktor
komposit)
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi proses fotokatalisis
dengan bertambahnya pemisahan muatan serta memperlebar kisaran energi
fotoeksitasi pada sistem. Semikonduktor fotokatalis gabungan misalnya CdSTiO2. Gambar 3 menunjukkan secara geometris dan energetik proses fotoeksitasi
dari semikonduktor komposit gabungan CdS-TiO2.
Gambar 3. Skema fotoeksitasi komposit gabungan CdS-TiO2 (Linsebigler et al.,
1995).
Energi
cahaya
pengeksitasi
terlalu
kecil
jika
digunakan
untuk
mengeksitasi bagian TiO2 pada fotokatalis, tapi cukup besar untuk mengeksitasi
sebuah e- dari pita valensi melewati band gap CdS (Eg = 2,5 eV) menuju pita
konduksi. Spektrum serapan dari fotokatalis komposit CdS-TiO2 menunjukkan
commit
to user TiO2. Hanya bagian CdS pada
penangkapan e- di bagian Ti4+ pada
permukaan
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fotokatalis komposit yang menunjukkan pita serapan didaerah visibel. CdS-TiO2
memperlihatkan pita serapan yang lebar pada daerah 550-750 nm setelah
menerima sinar laser picosecond sebesar 355 nm (3,5 eV). Pita ini merupakan
karakteristik dari perubahan kimia dan penagkapan e- pada permukaan TiO2.
Kekurangan aktivitas serapan pada daerah 550-750 nm telah diuji dengan sinar
laser yang sama dengan partikel TiO2. Hanya pada bagian CdS dari fotokatalis
komposit yang menunjukkan pita serapan pada daerah visible. Spektrum serapan
tidak menunjukkan serapan TiO2. Hasil percobaan menunjukkan bahwa coupling
dari semikonduktor dengan tingkat energi yang sesuai dapat memberikan efisiensi
yang lebih baik melalui pemisahan muatan (Linsebigler et al., 1995).
Penempelan logam pada permukaan semikonduktor merupakan salah satu
metode modifikasi permukaan semikonduktor. Logam dapat meningkatkan
produk
fotokatalisis
atau
meningkatkan
kecepatan
reaksi
fotokatalitik.
Peningkatan reaktifitas fotokatalitik tersebut pertama kali diamati oleh Sato dan
White (1980) pada fotokonversi H2O menjadi O2 dan H2. Selain itu, penempelan
logam juga dimungkinkan bisa merubah produk reaksi. Rahmawati et al., (2008)
telah melakukan modifikasi permukaan TiO2/G dengan penempelan Cu secara
elektrodeposisi dan mendapatkan peningkatan efisiensi konversi induksi foton
menjadi arus listrik dibandingkan dengan tanpa penempelan Cu. Mekanisme
migrasi elektron pada permukaan semikonduktor termodifikasi logam dapat
dijelaskan pada Gambar 4.
Gambar 4. Mekanisme migrasi elektron pada permukaan semikonduktor
termodifikasi logam (Linsebigler et al.,1995).
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mekanisme
migrasi
elektron
pada
permukaan
semikonduktor
termodifikasi logam yaitu setelah mengalami eksitasi, elektron bermigrasi menuju
logam dan terperangkap dalam logam (Gambar 4) sehingga rekombinasi e-/h+
dapat ditekan dan h+ leluasa berdifusi ke permukaan semikonduktor, dimana pada
permukaan tersebut akan terjadi oksidasi senyawa-senyawa yang didegradasi.
Logam sendiri memiliki aktifitas katalitik dan memodifikasi sifat fotokatalitik
semikonduktor melalui perubahan distribusi elektronnya.
Beberapa penelitian tentang penempelan TiO2 pada suatu substrat telah
dilakukan. Penempelan TiO2 pada grafit ini juga memungkinkan untuk dilakukan
modifikasi dengan penempelan logam Cu secara elektrolisis karena sifat
konduktif
dari
grafit.
Semikonduktor
TiO2
yang
dilapiskan
atau
diimmobilisasikan pada suatu substrat akan lebih banyak variasi cara dan lebih
mudah untuk melakukan modifikasi lapisan TiO2 tersebut. Karena itu beberapa
peneliti lebih memilih bentuk immobilized TiO2 daripada serbuk TiO2. Beberapa
jenis substrat telah dipakai antara lain ITO (Indium Tin Oxide), FTO (Fluorine Tin
Oxide) (Yang et al.,1997), grafit (Rahmawati et al., 2010), dan plat titania
(Andaryani et al., 2007). Penumbuhan lapisan TiO2 pada permukaan grafit dapat
dilakukan dari prekursor TEOS (Tetraorthosilicate) yang dihidrolisis dengan
asam klorida, HCl, seperti yang telah dilakukan oleh Yang et al., (1997).
Pembentukan titania network pada permukaan grafit difasilitasi oleh adanya
lapisan monolayer surfaktan hemisilindris CTACl (cetyltrimethylammonium
chloride) pada antarmuka grafit dengan larutan sintesis. Interaksi hidrofobik
antara rantai alkana surfaktan dengan grafit menyebabkan surfaktan terorientasi
pada permukaan grafit. Kesesuaian geometris gugus metilen dalam rantai alkana
dengan cincin aromatik karbon pada permukaan grafit, menyebabkan orientasi
head-to-head dan tail-to-tail surfaktan sepanjang sumbu simetri grafit. Orientasi
tersebut dipicu oleh gaya hidrofobik, gaya elektrostatik antar ion-pair dan gaya
antar dipole antara surfaktan dan permukaan grafit yang secara elektrik bersifat
konduktif (Gambar 5). Mekanisme pembentukan titania network yang sama juga
dilakukan oleh Rahmawati et al., (2006) yang menggunakan fasilitator molekulcommit tobromide)
user
molekul CTAB (cetyltrymethyl ammonium
dan prekursor TiCl
4.
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 5. Model pembentukan lapisan silica mesopori pada grafit.
Merah, tail surfaktan; kuning, gugus kepala surfaktan; biru
terang, building block silikat; biru gelap, silica; hitam, grafit
(Yang et al.,1997).
3. Proses Fotokatalitik
Fotokatalitik adalah suatu proses yang dibantu oleh adanya cahaya dan
material katalis. Satu atau lebih langkah reaksi fotokatalitik melibatkan pasangan
elektron- hole (e- dan h+, lubang positif-elektron) pada permukaan semikonduktor.
Maka, langkah-langkah fotokatalisis adalah merupakan reaksi redoks yang
melibatkan pasangan e- dan h+. Fotokatalitik adalah suatu proses yang dibantu
oleh adanya cahaya dan material katalis. Dengan pencahayaan ultraviolet
permukaan TiO2 mempunyai kemampuan menginisiasi reaksi kimiawi. Dalam
media air, kebanyakan senyawa organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida
dan air, berarti proses tersebut dapat membersihkan air dari pencemar (Hofman et
al., 1995). Absorbsi cahaya dengan energi yang sama atau lebih besar dengan
energi sela semikonduktor tersebut, menyebabkan elektron tereksitasi dari pita
valensi ke pita konduksi. Selanjutnya elektron tereksitasi dan hole yang terbentuk
pada pita valensi dapat mengalami beberapa alternatif seperti terlihat pada
Gambar 1.
Jika suatu semikonduktor dikenai cahaya (h ) dengan energi yang sesuai,
maka elektron (e-) pada pita valensi akan pindah ke pita konduksi, dan
meninggalkan lubang positif (hole, disingkat h+) pada pita valensi. Sebagian besar
pasangan e- dan h+ dapat bertahan sampai pada permukaan semikonduktor (jalur C
dan D). Dimana h+ dapat menginisiasi reaksi oksidasi dan di lain pihak e- akan
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menginisiasi reaksi reduksi zat kimia yang ada di sekitar permukaan
semikonduktor (Gunlazuardi et al., 2001).
Mekanisme reaksi reduksi-oksidasi yang terjadi adalah h+ pada pita valensi
(h+
vb)
dapat bereaksi dengan air yang terabsorb pada permukaan untuk
membentuk radikal hidroksi (OH·), di lain pihak, elektron pada pita konduksi (ecb)
dapat mereduksi oksigen yang terabsorb untuk membentuk anion radikal
peroksida yang dapat lebih lanjut membentuk OH· melalui beberapa mekanisme.
Selama proses fotokatalitik, oksigen radikal juga dapat dibentuk menjadi anion
radikal superoksida dan radikal hidroksiperoksida (Wang, 2006).
Mekanisme reaksi yang diusulkan adalah :
TiO2
+
h
→
+ hν
+ H2O
H2O
h+
+ OH-
hole+ + e●
+
(1)
→
OH
+H
(2)
↔
H+ + OH-
(3)
→
OH●
→
produk
(4)
OH●
+ substrat
Jika ada elektron
(e-cb)
(5)
yang bereaksi dengan oksigen (O2) maka reaksi
tambahan yang terjadi adalah :
e-
O2
→
O2●-
(6)
2 O2●- +
2 H2O
→
H2O2 + 2OH- + O2
(7)
H2O2 +
e-
→
OH● + OH-
(8)
OH-
+
h+
→
OH●
(9)
●
+
substrat
→
produk
+
OH
(10)
Efisiensi fotokatalitik dikendalikan oleh efektivitas dari penekanan
rekombinasi elektron-hole. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi reaksi, seperti :
pH larutan, konsentrasi molekul, suhu dari sistem fotokatalitik dan penyerapan
foton. Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas akan menyebabkan
berkurangnya nilai quantum yield. Hal ini membuktikan bahwa hasil pengukuran
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
quantum yield dalam proses fotokatalitik heterogen sangat sulit karena masalah
hamburan cahaya (Sun et al., 2000).
Quantum yield ( ) menyatakan jumlah molekul, N mol yang mengalami
reaksi relatif terhadap jumlah quanta, N foton yang yang diserap oleh fotokatalis.
Dimana tetapan Einstein yaitu energi dari 1 mol foton yang dibawa oleh suatu
sinar monokromatis (1 Einstein =
,
Jmol-1) sehingga quantum yield bisa
dihitung dengan menggunakan Persamaan (11).
(
=
(
)
)
=
(11)
(Okte et al., 2000)
Dalam persamaan di atas, Einstein merupakan energi dari 1 mol foton
yang dibawa oleh suatu sinar monokromatis (1 Einstein =
,
Jmol-1). Alasan
mengapa laju penyerapan foton sangat sulit untuk diukur yaitu karena partikel
semikonduktor dapat menyerap, menghamburkan (scatter) ataupun meneruskan
cahaya. Partikel TiO2 tidak mampu menyerap semua fluks foton sumber cahaya
yang diberikan karena adanya hamburan cahaya dari permukaan partikel.
Intensitas hamburan cahaya oleh suspensi tergantung pada indeks bias dari
molekul yang terhambur/partikel (n1) dan medium sekitarnya (n0) (Mills et al.,
1997).
Berdasarkan persamaan (11), sifat permukaan katalis penting dipelajari
karena mekanisme reaksi tergantung pada karakteristik permukaan pada saat
teraktivasioleh cahaya. Selain itu, penyinaran/sinar yang diberikan akan
berpengaruh dalam menentukan hasil kuantum. Langkah-langkah ini meliputi
penyerapan foton, pembentukan hidroksil radikal pada permukaan katalis,
peristiwa adsorpsi/desorpsi dan reaksi hidroksil radikal dengan substrat
teradsorpsi.
Reaksi dekomposisi fotokatalitik dari 2-propanol merupakan metode yang
cukup sederhana untuk studi kinetika karena 2-propanol akan terdekomposisi
secara efisien menjadi menjadi aseton. Mekanisme fotodekomposisi 2-propanol
tidak melibatkan reaksi berantai.commit
Hanyatosebuah
user foton saja yang terlibat dalam
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan satu molekul aseton. Oleh karena itu, dapat dikatakan juga bahwa
quantum yield (QY) dari dekomposisi fotokatalitik 2-propanol merupakan rasio
dari jumlah molekul aseton yang dihasilkan dengan jumlah foton yang diabsorbsi
( Fujishima et al., 2000). Akan tetapi, mekanisme reaksi degradasi isopropanol
masih merupakan studi yang sangat dinamis karena perbedaan karakter
fotokatalis dapat memberikan hasil dan mekanisme reaksi yang berbeda. Xu and
Raftery (2001) mendapatkan adanya perbedaan mekanisme reaksi isopropanol
pada fotokatalis TiO2 serbuk dengan TiO2 terlapiskan pada substrat PVG (Poly
Vinyl Glikol). Mekanisme reaksi isopropanol pada fotokatalis TiO2 serbuk dapat
dilihat pada Gambar 6 dan mekanisme reaksi isopropanol pada fotokatalis
TiO2 yang terlapiskan pada substrat PVG dapat dilihat pada Gambar 7.
CH3
CH3
sangat
lambat
UV/O2
HO
C
cepat
CH3
O
(124,9 ppm)
CH3
(67,7 ppm pada konsentrasi jenuh)
(64,4 ppmpada keadaan fisisorpsi)
CO2
206,8 ppm
UV O2
OH
CH3
absorbsi
HO
TiO2
CH3
H3C
C
CH3
HO
Ti
Gambar 6. Mekanisme reaksi isopropanol pada fotokatalis TiO2 serbuk (Xu and
Raftery, 2001)
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
O
CH3
absorbsi pada
HO
TiO2/PVG
H3C
CH
CH3
UV/O2
H3C
(64,4 ppm)
CH3
C
CH3
(212 ppm)
kondensasi
aldol
CH3
CH3
CH3
C
H2C
CH3
(140 ppm)
+
O
keadaan
O
C
H
198 ppm
gelap
H3C
C
(205 ppm)
C
CH3
C
H
(160 ppm)
Gambar 7. Mekanisme reaksi isopropanol pada fotokatalisTiO2 yang terlapiskan
pada substrat PVG (Xu and Raftery, 2001)
Proses fotooksidasi 2-propanol dapat mengalami dua mekanisme reaksi.
Mekanisme reaksi yang pertama terjadi melalui pembentukan aseton dari ikatanH pada 2-propanol kemudian diikuti oleh kondensasi aldol pada aseton untuk
membentuk mesityl oksida. Fotooksidasi selanjutnya terjadi pada mesityloksida,
namun mekanisme yang terjadi lambat. Dalam kondisi gelap, mesityl oksida dan
produk hasil fragmentasinya (asetaldehida dan isobutilena) ditemukan dalam
kondisi kesetimbangan termal.
Mekanisme reaksi yang kedua terjadi melalui proses oksidasi yang relatif
cepat dari 2-propoxide untuk membentuk CO2. Pada TiO2/PVG, berkurangnya
gugus fungsi pada molekul 2-propoxide membuat hanya satu reaksi fotooksida
saja yang mungkin terjadi dan menghasilkan laju reaksi oksidasi yang sangat
lambat pada CO2 (Xu dan Raftery, 2001).
4. Analisis
a. Difraksi Sinar-X
Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
sekitar 100 pm, dihasilkan dari penembakan logam dengan elektron berenergi
tinggi. Elektron itu mengalami commit
perlambatan
saat masuk ke dalam logam dan
to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan radiasi dengan jarak panjang gelombang kontinyu disebut
bremsstrahlung (Bremsse adalah kata Jerman artinya rem, strahlung berarti sinar).
Pada kontinum itu, tertumpuk beberapa puncak tajam berintensitas tinggi. Puncak
ini berasal dari anataraksi antara elektron datang dengan elektron pada kulit dalam
atom. Tumbukan itu mengeluarkan sebuah elektron, dan elektron dengan energi
tinggi masuk ke tampat kosong, dengan memancarkan kelebihan energinya
sebagai foton sinar-X (Atkins, 1996).
Elektron-elektron dari suatu kawat pijar yang dipanasi dipercepat melalui
suatu perbedaan potensial yang besar dan diperbolehkan menumbuk suatu sasaran
logam di dalam sebuah tabung sinar-X maka sinar-X dihasilkan dengan suatu
distribusi panjang gelombang yang kontinyu yang disebut Bremsstrahlung
(Bremsse adalah kata Jerman yang berarti rem, strahlung berarti sinar). Tumbukan
itu akan mengeluarkan sebuah elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk ke
tempat kosong dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar-X
(Atkins, 1998).
Sinar-X akan menunjukkan pola difraksi jika jatuh pada benda yang jarak
antar bidangnya kira-kira sama dengan
, jatuh mengenai kristal dengan sudut θ
pada bidang-bidang kristal. Sudut difraksi sinar-X ditunjukkan oleh Gambar 8.
Gambar 8. Difraksi sinar-X oleh kisi kristal
Berdasarkan Gambar 8, jika gelombang direfleksikan dari C (sinar datang)
memperkuat gelombang yang direfleksikan dari A (sinar pantul), maka perbedaan
lintasan antara gelombang tersebut sebanding dengan nλ. Perbedaan lintasan
adalah BC+CD, jadi BC+CD = nλ. Sedangkan BC = CD dan CD = d sin θ,
sehingga menjadi persamaan Bragg’s, ditunjukkan pada persamaan 12 :
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2 d sin θ = nλ
(12)
Keterangan :
d = jarak interplanar atau interatom
λ = panjang gelombang logam standar
θ = kisi difraksi sinar-X
Nilai d spasing tidak dapat digunakan untuk menentukan jarak interatom
dari suatu molekul, namun dapat digunakan untuk merefleksikan jarak interplanar
atau jarak interlayer antar kisi-kisi atom dalam suatu material. Nilai d spasing
sangat tergantung pada pengaturan atom dan stuktur jaringan polimer dalam
material. Jarak antar interplanar atau interlayer dapat dikalkulasikan melalui
persamaan Bragg’s (Park et al., 2002).
Difraksi sinar-X sangat penting pada identifikasi senyawa kristalin.
Kekuatan dari cahaya yang terdifraksi tergantung pada kuantitas material kristalin
yang sesuai di dalam sampel sehingga sangat mungkin mendapatkan analisa
kuantitatif dari sejumlah relatif konstituen dari campuran senyawa padatan
(Ewing, 1960).
Suatu zat selalu memberikan pola difraksi yang khas. Apakah zat itu
dalam keadaan murni atau merupakan campuran zat. Hal ini merupakan dasar dari
analisis kualitatif secara difraksi dengan membandingkan pola difraksi sampel
dengan pola difraksi senyawa standarnya.
b. Metode Le Bail Pada Program Rietica
Pola difraksi sinar-X dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif difraksi sinar-X serbuk dapat dilakukan dengan menggunakan
database yang ada pada PCPDFWIN (Powder diffraction file) atau atau ICSD
(Inorganic Crystallite Structure Database). Analisis lebih lanjut dilakukan dengan
menggunakan program komputer yaitu dengan menggunakan metode Le Bail.
Analisis pola difraksi dilakukan dengan metode profile matching
menggunakan metode Le Bail untuk menentukan secara akurat fungsi bentuk
commit to user
profil, latar, posisi nol detektor dan parameter kisi. Metode ini tidak memerlukan
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi struktur seperti posisi atom kecuali grup ruang dan parameter kisi.
Karena latar pola difraksi hasil eksperimen sedikit rumit, maka parameternya
menggunakan interpolasi linier antara sejumlah titik yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu dalam file tersendiri. Kemudian parameter kisi dan profil di-refine
satu demi satu dengan melakukan pengecekan apakah kesesuaian antara data
observasi dan kalkulasi menjadi lebih baik atau tidak (Cui et al., 2006).
c. Spektra UV-Vis
Pada spektrofotometer UV, sinar kontinyu dihasilkan oleh lampu awan
muatan hidrogen atau deuterium (D2), sedangkan sinar Visibel dihasilkan oleh
lampu Wolfram. Panjang gelombang cahaya UV-Vis jauh lebih pendek daripada
panjang gelombang radiasi IR. Panjang gelombang UV-Vis berada pada kisaran
180-800 nm (Dean, 1992).
Prinsip dasar spektroskopi UV-Vis adalah terjadinya transisi elektronik
yang disebabkan penyerapan sinar UV-Vis yang mampu mengeksitasi electron
dari orbital kosong. Umumnya, transisi yang paling mungkin adalah transisi pada
tingkat tertinggi (HOMO) ke orbital molekul yang kosong pada tingkat terendah
(LUMO). Pada sebagian besar molekul, orbital molekul terisi pada tingkat energi
terendah adalah orbital σ yang berhubungan dengan ikatan σ, sedangkan orbital π
berada pada tingkat energi yang lebih tinggi. Orbital non ikatan (n) yang
mengandung elektron-elektron yang belum berpasangan berada pada tingkat
energi yang lebih tinggi lagi, sedangkan orbital-orbital anti ikatan yang kosong
yaitu σ* dan π* menempati tingkat energi yang tertinggi (Pavia et al, 2001).
Absorpsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan dasar yang berenergi tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300 kkal/mol.
Panjang gelombang cahaya UV-Vis bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron
akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
memerlukan energy yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang
commit
to user
yang lebih panjang. Senyawa yang
menyerap
cahaya pada tampak (yaitu senyawa
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada
senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
Terdapat dua jenis pergeseran pada spectra UV-Vis, yaitu pergeseran ke
panjang gelombang yang lebih besar disebut pergeseran merah (red shift), yaitu
menuju ke tingkat energi yang lebih rendah, dan pergeseran ke panjang
gelombang yang lebih pendek disebut pergeseran biru (blue shift), yaitu menuju
ke tingkat energi yang lebih tinggi (Hendayana, 1994).
Intensitas penyerapan dijelaskan dengan hokum Lambert-Beer, dimana
fraksi cahaya yang diabsorbsi tidak tergantung pada kekuatan sumber cahaya
mula-mula dan fraksi yang diabsorbsi tergantung pada banyaknya mol
(ketebalan/konsentrasi) yang dapat mengabsorbsi, maka cara yang tepat untuk
menyatakan absorbansi menggunakan persamaan 13
A=εbC
(13)
Keterangan :
ε
= absorptivitas molar (mol-1 cm-1 L )
b
= tebal lintasan (cm)
C
= konsentrasi larutan (mol L-1)
d. Spektroskopi Infra Merah (IR)
Atom-atom didalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi
(bergetar). Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai
dua bola yang dihubungkan oleh suatu pegas. Bila radiasi infra merah dilewatkan
melalui suatu cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat menyerap energi dan
terjadilah transisi diantara tingkat vibrasi dasar (ground state) dan tingkat vibrasi
tereksitasi (excited state).
Hokum Hooke dapat membantu memperkirakan daerah dimana vibrasi
terjadi :
ν=
( 1+
2)/ 1. 2
keterangan :
ν
= bilangan gelombang (cm-1)
c
= kecepatan cahaya (cm s-1)
commit to user
= massa atom 1 (g)
m1
(14)
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
m2
= massa atom 2 (g)
f
= tetapan gaya (dyne cm-1 g det-1)
Walaupun spektrum infra merah suatu molekul poli atom sangat rumit untuk
dianalisis dalam setiap absorpsi, gugus fungsional untuk suatu molekul tampak
pada daerah-daerah spesifik, seperti misalnya ikatan C-C, C-N, dan CO biasanya
terletak pada daerah 800-1300 cm-1, sementara ikatan C=C, C=N, dan C=O
biasanya pada daerah 1500-1900 cm-1 (Hendayana, 1994). Harga absorbansi infra
merah beberapa gugus fungsi ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Daerah absorbansi spektra IR (Silverstein et al., 1986)
Ikatan
Daerah absorbsi (cm-1)
Tekukan C-H aromatik sidik jari
900-675
Uluran C-C lemah
1200-800
C-O
1300-800
Tekukan O-H
1420-1330
Tekukan C-H
1439-1398
Uluran C-H
3000-2840
Uluran CH2 tak simetris
2930-2920
Uluran O-H melebar dari air
3550-3200
e. Spektroskopi UV-Vis Diffuse Reflectance
Alat Diffuse Reflectance digunakan untuk sampel yang berbentuk serbuk
dan padatan. Alat ini sangat bergantung pada fokus dari sinar yang diberikan pada
sampel. Sinar yang mengenai sampel dapat mengalami tiga kemungkinan
kejadian, yaitu :
1. Sinar akan dipantulkan kembali (reffected)
2. Sinar akan tersebar (scattered)
3. Sinar akan diteruskan/dipancarkan (transmitted)
Ketiga peristiwa di atas dapat dilihat pada Gambar 9.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 9. Ilustrasi sinar yang mengenai sampel pada alat Diffuse Reflectance
Sinar yang diteruskan/diserap oleh sampel dikumpulkan dan diarahkan ke
detektor optik dan selanjutnya akan dihasilkan spektrum dari alat Diffuse
Reflectance (http://www.piketech.com/files/pdfs/diffuseAN611.pdf).
Data yang diperoleh dari spektrofotometer UV-Vis DR berupa grafik
hubungan antara jumlah relatif radiasi UV-Vis dari panjang gelombang yang
direfleksikan dan ditransmisikan melalui sampel dengan panjang gelombang
radiasi UV-Vis (Rahmanto, 2002). Kegunaan dari spektrofotometer UV-Vis DR
antara lain untuk menetukan harga Eg dari bahan semikonduktor, yang didasarkan
pada panjang gelombang serapan tepi maksimum (λmak ) sesuai persamaan 15.
Eg =
eV
(15)
Keterangan :
λg
= panjang gelombang serapan tepi maksimum (nm)
Eg
= energi sela (eV)
B. Kerangka Pemikiran
Modifikasi permukaan semikonduktor TiO2 dapat dilakukan dengan
penempelan logam Cadmium Sulfida (CdS). Semikonduktor dengan gap energi
kecil seperti CdS dapat mengalami eksitasi di daerah sinar tampak, sedangkan
TiO2 yang bersifat lebih stabil, mempunyai gap energi yang lebar yang hanya
aktif dalam cahaya ultraviolet, di mana cahaya ultraviolet tersebut hanya 5% dari
seluruh cahaya matahari (Linsebigler, et al.,1995). Penangkapan e- oleh CdS
dengan band gap yang lebih rendah akan mengurangi kemungkinan rekombinasi
commit to user
e-/h. Dimana rekombinasi e- (pada pita konduksi) dengan h+ (pada pita valensi)
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat mengurangi efektivitas fotokatalitik semikonduktor. Dengan demikian, akan
diperoleh semikonduktor lapis tipis CdS-TiO2/G dengan sifat fotoelektrokimia
yang jauh lebih baik dibandingkan semikonduktor TiO2/G tanpa dimodifikasi
dengan penempelan Cadmium Sulfida.
Penempelan CdS pada prekursor TiO2/G dilakukan dengan metode chemical
bath deposition, dari larutan prekursor CdS. Karena prekursor berada dalam
bentuk ion-ionnya, yaitu Cd2+ dan S2-, maka dimungkinkan ion-ion tersebut
masuk ke dalam struktur kristal TiO2 dan menyebabkan perubahan struktur pada
kristal TiO2. Jumlah CdS terdeposisi, yang ditentukan melalui jumlah pencelupan
TiO2/G ke dalam larutan prekursor CdS dapat mempengaruhi aktivitas
fotokatalitik.
Uji aktivitas fotokatalitk TiO2/G dan CdS-TiO2/G dapat dilakukan melalui
degradasi isopropanol. Isopropanol sebagai alkohol sekunder apabila dikenai sinar
dengan bantuan semikonduktor TiO2/G diprediksikan menghasilkan produk lain.
Aktivitas fotokatalitik dapat dinyatakan dalam nilai quantum yield. Makin besar
nilai quantum yield suatu material mengindikasikan aktivitas fotokatalitiknya
semakin besar.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat diajukan hipotesis yaitu;
1. Modifikasi material TiO2/G dengan deposisi CdS akan meningkatkan aktivitas
fotokatalitik dibuktikan dalam degradasi isopropanol. Hasil degradasi
isopropanol dengan semikonduktor CdS-TiO2/G akan jauh lebih baik
dibandingkan semikonduktor TiO2/G tanpa dimodifikasi dengan deposisi CdS.
2. Lapisan TiO2 pada substrat grafit akan tersusun dari fasa anatase dan rutil.
Deposisi CdS pada TiO2 dimungkinkan akan menghasilkan fenomena dopping
dimana ion Cd2+ atau S2- akan masuk ke dalam struktur kristal TiO2.
3. Deposisi CdS pada semikonduktor lapis tipis TiO2/Grafit akan meningkatkan
aktivitas fotokatalitik dari semikonduktor, semakin banyak jumlah perulangan
deposisi CdS, maka aktivitas fotokatalitiknya akan semakin tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah menggunakan metode eksperimental di
laboratorium. Penelitian ini meliputi sintesis TiO2/Grafit, deposisi film CdS
pada permukaan TiO2/Grafit serta melakukan karakterisasinya, uji aktivitas
fotokatalitik melalui degradasi isopropanol dan analisis gugus fungsi setelah
proses degradasi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 hingga
September 2012 di Laboratorium Dasar Kimia MIPA UNS, dan Laboratorium
Pusat Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Sub Laboratorium Kimia.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Difraksi Sinar X (Bruker),
b.
UV-Vis Mini 1240 Spektrofotometri Kasugawa 500 VA (Shimadzu),
c.
HR-UV Vis Spectrofotometri (UV 1700 Pharmaspec Shimadzu),
d.
UV-Vis Spektrofotometri Lambda 25 (Parkin Elmer),
e.
FTIR Prestige-21 (Shimadzu),
f. Oven Listrik MOT 600 (Maspion, suhu maksimum 6000C) ,
g. Oven Memmert,
h. Furnance Thermolyne 48000 C,
i.
Neraca Analitik (Bueco, Germany, maks 120 g)
j.
Jangka Sorong (skala mm),
k. Ultrasonic Cleaner,
l.
Desikator,
m. Stirer magnetik,
commit to user
n. Alat-alat gelas dan plastik (Pyrex)
25
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Titanium (IV) klorida (TiCl4) p.a.,
b. Cetyl trimethyl ammonium bromide (CTABr) p.a.,
c. Asam klorida 37 % p.a.,
d. CdSO4 Merck,
e. ZnSO4 Merck,
f. Isopropanol Merck,
g. SC(NH2)2 Merck,
h. (NH4)2SO4 Merck,
i.
Deionized water,
j.
Akuades.
D. Prosedur Penelitian
1. Sintesis tablet TiO2/G
Sebanyak 100 mL larutan sintesis dibuat dengan melarutkan 1,1 mL TiCl4
ke dalam 100 mL HCl 1 M kemudian ditambahkan CTAB dengan konsentrasi
16.10-3 M. Larutan tersebut diaduk selam 2 menit pada temperatur kamar
kemudian dibiarkan dulu selama 5 menit untuk menstabilkan antar muka
udara/air. Untuk kemudian larutan ini disebut larutan sintesis utama (mengacu
pada penelitian Rahmawati et al., 2006).
Plat grafit yang telah diberi tali dicelupkan dan digantung pada gelas/botol
yang telah terisi sel sintesis (Gambar 9). Kemudian sel sintesis dimasukkan ke
dalam inkubator pada temperature 60°C. Proses pembentukan lapisan dilakukan
selama 4 hari. Plat grafit yang sudah terlapisi lapisan sintesis diambil dan dicuci
dengan deionized water, kemudian dikalsinasi dalam furnance dengan pemanasan
bertahap pada temperatur 450°C selama 4 jam.
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tali penggantung
plat grafit
Plat grafit
Botol kaca
Larutan sintesis
Gambar 10. Desain sel sintesis TiO2/G dengan metode chemical bath deposition
(Rahmawati et al., 2006)
2. Deposisi CdS pada TiO2/G
Sebanyak 0,1386 gram CdSO4 (0,665 mmol setiap reagen) digunakan
sebagai prekursor Cd, kemudian ditambah dengan 0,1013 gram thiourea (1,33
mmol) sebagai
prekursor sulfur dan (NH4)2SO4 sebagai agen pengompleks
(Kitaev et al., 1965). Untuk menstabilkan kompleks, ditambahkan garam NH3
sebagai buffer. Selanjutnya, setiap reagen tersebut dilarutkan sedikit demi sedikit
pada deionized water. Kemudian dilakukan pengenceran pada labu ukur 500 ml.
Selanjutnya tablet TiO2/Grafit dicelupkan ke dalam larutan prekursor CdS.
Pada penelitian ini jumlah pencelupan divariasikan 1 dan 4 kali dimana masingmasing pencelupan dilakukan selama 15 menit. Dalam oven pada suhu 70°C. Plat
TiO2/Grafit yang sudah terlapisi CdS diambil dan dicuci dengan deionized water.
3. Karakterisasi
a. Kristalinitas dan struktur kristal semikonduktor lapis tipis TiO2/G dan CdSTiO2/G.
Sistem kristal dan struktur kristal semikonduktor hasil sintesis dapat diketahui
berdasarkan spektra XRD. Data yang diperoleh adalah perubahan sudut lengan
kristal (2θ). Data difraksi sinar X diolah melalui refinement menggunakan
metoda Le Bail dalam perangkat lunak RIETICA. Refinement tersebut
bermaksud untuk mendapatkan struktur kristal, gugus ruang, parameterparameter sel kristalnya serta kerapatan elektron disekitar ion-ion atom
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembentuk kristal tersebut. Selain itu, refinement struktur kristal juga berguna
untuk identifikasi puncak-puncak yang muncul pada pola dfraksi.
b. Degradasi isopropanol dengan tablet fotokatalis
Tablet fotokatalis TiO2/G dan CdS-TiO2/G digunakan untuk mendegradasi
larutan isopropanol dengan konsentrasi 2,5x10-2 M atau 1500 ppm. Degradasi
dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang 380 nm dan 450 nm, 380
nm digunakan untuk mewakili sinar UV dan 450 nm digunakan untuk
mewakili sinar Visibel. Degradasi dilakukan selama 90 menit dengan
menggunakan spectrofotometer UV-Vis pada setelan aplikasi fotometri. Profil
spektra pada daerah UV-Vis direkam pada setiap 30 menit penyinaran.
Selanjutnya larutan hasil degradasi diserap ke dalam karbon aktif dengan
perbandingan berat karbon aktif : larutan yaitu 0,75 gram : 4 ml larutan hasil
degradasi. Proses adsorpsi dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit dan
dilanjutkan dengan penyaringan. Selanjutnya residu dibiarkan mengering di
udara terbuka, kemudian dianalisis dengan spektrometer IR.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data
Kristalinitas dan stuktur kristal dari material fotokatalis tablet CdS-TiO2/G
ditentukan dari data XRD. Puncak yang melebar menunjukkan tingkat kristalinitas
yang rendah. Pergeseran puncak atau munculnya puncak baru menandakan
terjadinya perubahan atau transformasi struktur kristal. Struktur kristal ditentukan
melalui refinement data XRD menggunakan metode Le Bail dalam perangkat
lunak RIETICA.
Quantum Yield
Nilai Quantum Yield ditentukan dengan menggunakan persamaan (11).
Detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran.
=
(
(
)
)
=
(11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
i.
SINTESIS SEMIKONDUKTOR TiO2/G
Sintesis TiO2/G dilakukan dengan mengacu pada penelitian Rahmawati
(2006) dengan metode chemical bath deposition, yaitu menggunakan TiCl4
sebagai prekursor Ti dan CTABr 16.10-3 M sebagai substrat penghubung antara
grafit dan larutan sintesis. TiO2 dibuat dengan menghidrolisis TiCl4, reaksi
hidrolisis tersebut adalah :
TiCl4 ⎯⎯⎯
Ti(OH)2Cl2(OH2)2 + 4H+ + 4Cl-
(16)
+4 2
2 Ti(OH)2Cl2(OH2)2 ⎯⎯⎯ [Ti(OH)2Cl2(OH2)2]2
(17)
n [Ti(OH)2Cl2(OH2)2]2 ⎯⎯⎯ [Ti(OH)2Cl2]n
(18)
[Ti(OH)2Cl2]n ⎯⎯⎯⎯ [TiO2]n
(19)
[TiO2]n
(20)
TiO2(anatase dan rutile)
Sintesis TiO2 pada grafit dilakukan menggunakan katalis asam (HCl 1 M).
penggunaan katalis asam ini bertujuan untuk membentuk pengikatan Ti terhadap
OH dalam suasana asam (Setyaningsih, 2005). HCl dalam larutan sintesis tersebut
berperan sebagai katalis sedangkan surfaktan CTAB berfungsi sebagai linking
agent atau agen penghubung antara substrat grafit dengan material TiO2 dan
sebagai media pencetak pori pada lapisan TiO2. Proses kalsinasi pada suhu 450°C
selama 4 jam berfungsi untuk menghilangkan molekul-molekul surfaktan,
sehingga akan terbentuk pori-pori pada lapis tipis TiO2. TiO2 hasil sintesis
berbentuk lapisan semikonduktor TiO2 berwarna putih yang tertempel pada
substrat grafit. Bentuk dari TiO2/G (berupa gambar) hasil sintesis dapat dilihat
pada Gambar 11.
commit to user
29
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d =7,5 mm
Gambar 11. Foto semikonduktor lapis tipis TiO2/Grafit
Semikonduktor lapis tipis TiO2/Grafit dianalisis menggunakan XRD untuk
mengetahui karakter kristalinitas dan analisis komponen dalam lapisan TiO2 pada
semikonduktor TiO2/G hasil sintesis. Analisis dilakukan dengan membandingkan
puncak-puncak yang muncul dalam
standar
dari
difraktogram
dengan
puncak-puncak
TiO2 anatase dan rutil yang diperoleh dari ICSD (Inorganics
Crystal Structure Database). Perbandingan pola difraksi menggunakan standar
ICSD#109649 untuk fasa rutile sedangkan untuk fasa anatase menggunakan
standar ICSD#172916.
intensitas(a.u)
Anatase ICSD#172916
Rutile ICSD#109649
R
A
0
20
R
TiO2/G
RR
R
R+A A
40
60
A
A
80
100
0
2( )
Gambar 12. Perbandingan pola difraksi antara hasil sintesis dengan standar ICSD.
Pola difraksi dari Gambar 12 menunjukkan bahwa lapisan TiO2 terdiri dari
dua fasa yaitu fase rutile dan anatase. Masing-masing diidentifikasi dengan
commit to user
kesesuaian puncak-puncaknya yang muncul dengan pola difraksi standar rutile
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
dan anatase. Berdasarkan pola difraksinya dapat dilihat bahwa lapisan TiO2 pada
grafit berkarakter amorf ditunjukkan oleh puncak-puncak pola difraksi yang
melebar. Sementara terdapat tiga puncak yang belum teridentifikasi yaitu pada 2θ
21,3202 ; 24,0444 dan pada 2θ 44,37 yang dimungkinkan sebagai puncak
karakteristik dari substrat CTAB dan grafit.
Selanjutnya dilakukan refinement terhadap data difraksi dengan metode Le
Bail Refinement untuk mengetahui kesesuaian data difraksi sinar X dengan
struktur kristal yang diajukan berdasarkan perbandingan dengan data ICSD.
refinement dilakukan dengan memasukkan data-data standar ICSD#172916 yaitu
struktur kristal tetragonal dan gugus ruang I41/AMD dari TiO2 anatase dan
standar ICSD#109469 dengan struktur kristal tetragonal dan gugus ruang
P42/MNM dari TiO2 rutile. Hasil refinement dengan menggunakan kedua fasa
tersebut ditunjukkan oleh Gambar 13.
Gambar 13. Hasil refinement data difraksi sinar X dariTiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan dua fasa TiO2 yaitu fasa rutile
dan fasa anatase. + : data eksperimen,
: hasil kalkulasi;
:
: perbedaan data eksperimen dan hasil kalkulasi.
Dari hasil refinement (Gambar 13) dapat dilihat bahwa terdapat beberapa
puncak yang belum sesuai dengan kalkulasi sehingga nilai residual masih besar
yaitu nilai Rp = 9,39 dan Rwp = 19,08. Sehingga, selanjutnya dilakukan
refinement dengan memasukkan 3 fase yaitu rutile, anatase dan surfaktan CTAB.
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Puncak pada 2θ 21,3202 dan 24,0444 diduga merupakan puncak karakteristik
dari cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) (berdasarkan perbandingan
dengan data ICSD#110459) yang masih tertinggal dalam lapis tipis TiO2
meskipun telah dilakukan pemanasan sampai 450°C. Hasil refinement dengan
tiga fasa ditunjukkan dengan Gambar 14.
Gambar 14. Hasil refinement data difraksi sinar X dariTiO2/Grafit hasil sintesis
dengan memasukkan tiga fasa TiO2 yaitu fasa rutile,fasa anatase dan
CTAB. + : data eksperimen,
: hasil kalkulasi ;
:perbedaan
data eksperimen dan hasil kalkulasi.
Pada refinement tahap kedua, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 14
diketahui masih ada puncak yang belum masuk dalam kalkulasi yaitu pada 2θ 26,30
dan 2θ 44,37 diduga sebagai puncak dari pengotor grafit. Puncak ini diperkirakan
sebagai puncak karakteristik dari substrat grafit sesuai dengan standar ICSD# 31170.
Sehingga selanjutnya dilakukan refinement tahap ketiga dengan memasukkan empat
fasa, yaitu fasa anatase, rutile, CTAB dan grafit yang berstruktur kristal heksagonal
dengan gugus ruang P 63 MC. Hasil refinement tahap
Gambar 15.
commit to user
ketiga ditunjukkan dalam
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 15. Hasil refinement data difraksi sinar X dariTiO2/Grafit hasil sintesis
dengan memasukkan empat fasa TiO2 yaitu fasa rutile,fasa anatase,
CTAB dan grafit. + : data eksperimen,
: hasil kalkulasi,
:
perbedaan data eksperimen dan hasil kalkulasi.
Hasil refinement dengan empat fasa menunjukkan kesesuaian antara data
eksperimen dengan hasil kalkulasi, hal ini menunjukkan bahwa tablet TiO2/G
hasil sintesis berada dalam empat fasa yaitu fasa anatase, rutile, CTAB dan grafit
dengan nilai residual Rp = 3,79; Rwp = 7,39 dan χ2=1,54. Parameter-parameter
sel hasil refinement dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan struktur kristal anatase
dan rutile dideskripsikan pada Gambar 16 (a) dan 16 (b).
(a)
(b)
Gambar 16. (a) Fasa anatase dengan struktur tetragonal dan (b) fasa rutile
dengan struktur kristal tetragonal.
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ii.
MODIFIKASI SEMIKONDUKTOR CdS-TiO2/G
Modifikasi semikonduktor TiO2/G dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
fotokatalitik pada semikonduktor tersebut. Digunakan CdS karena CdS memiliki
energi sela (gap energi) (Eg) sebesar 2,4 eV yang lebih rendah daripada energi
sela TiO2/G sehingga diharapkan mampu meningkatkan aktivitas fotokatalitik
melalui pelebaran daerah aktif material ke sinar tampak. Deposisi CdS dilakukan
dengan metode chemical bath depositon, dimana
CdSO4 digunakan sebagai
prekursor Cd, kemudian thiourea sebagai prekursor sulfur dan (NH4)2SO4 sebagai
agen pengompleks (Kitaev et al., 2008). Deposisi CdS pada TiO2/G dilakukan
dengan dua variasi perulangan deposisi, yaitu deposisi selama 15 menit (deposisi
1 tahap) dilambangkan CdS(1)-TiO2/G dan deposisi empat tahap (15 menit dikali
empat) dilambangkan CdS(4)-TiO2/G. hal ini dilakukan untuk mempelajari
pengaruh jumlah CdS yang terdeposisi terhadap aktivitas fotokatalitik yang
dihasilkan.
Pembentukan CdS dengan metode chemical bath deposition biasanya dalam
keadaan alkali digunakan suhu 700C (Kitaev et al., 2008). Sumber cadmium bisa
berasal dari senyawa CdCl2, Cd(CH3COO)2, CdSO4, atau Cd(NO3)2. Namun,
pembentukan film dengan sumber CdSO4 menghasilkan pembentukan yang lebih
bagus (Kitaev et al., 2008). Sedangkan ion S2- diperoleh dari dekomposisi tiourea
atau natrium sulfat. Mekanisme reaksi pembentukan CdS melibatkan reaksi antara
garam kadmium (CdSO4), tiourea (SC(NH2)2) dengan garam amonium (NH3)
sebagai penyangga (Isaiah et al., 1997).
CdSO → Cd
+ SO
NH OH →
Cd
+ NH
.
(21)
+ OH
(22)
→ Cd(NH3) 4NH + Cd
(23)
CdSO4 digunakan sebagai prekursor Cd2+ dan thiourea memberikan ion S2melalui proses hidrolisis pada medium yang bersifat basa.
SC(NH2)2 + OHSH- +OH-
SH- + CH2N2 +H2O
S2- + H2O
commit to user
(24)
(25)
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kompleks Cd(NH ) dan ion sulfida bermigrasi ke permukaan substrat dan
kemudian bereaksi untuk membentuk CdS.
Cd(NH )
+
CdS + 4NH
(26)
Pola difraksi sinar X dari CdS-TiO2/G dan perbandingannya dengan
standar CdS ICSD#81925 ditampilkan pada Gambar 17.
Gambar 17. Perbandingan pola diftaksi TiO2/G dan hasil modifikasinya.
CdS(1)-TiO2/G : CdS dideposisi satu kali ; CdS(4)-TiO2/G :
CdS dideposisi empat kali. ● : puncak yang diindikasi sebagai
CdS.
Pola difraksi (Gambar 17) menunjukkan bahwa puncak pada 2θ 26.54°
merupakan puncak dari CdS, berdasarkan perbandingan dengan data ICSD#
81925. Puncak ini dimungkinkan menyatu dengan puncak TiO2 rutile. Tetapi
puncak pada 2θ 26.54° lebih tinggi dari puncak sebelumnya yaitu pada 2θ 27,360.
Hal ini mengindikasikan keberadaan CdS dalam lapisan TiO2 tersebut.
Selanjutnya, refinement dilakukan untuk membuktikan lebih lanjut kesesuaian
struktur kristal dan gugus ruang CdS dari standar ICSD dengan CdS hasil
deposisi. Refinement dilakukan dengan melanjutkan refinement dari empat fasa
sebelumnya (refinement pada TiO2/G) dengan ditambah satu fasa (fasa kelima)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
yaitu fasa CdS dengan struktur kristal struktur kristal kubik dan gugus ruang F-4 3
M.
Gambar 18. Hasil refinement data difraksi sinar X dari CdS(1)-TiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan lima fasa TiO2 yaitu fasa rutile, fasa
anatase, CTAB,grafit dan CdS. + : data eksperimen,
: hasil
kalkulasi,
: perbedaan data eksperimen dan hasil kalkulasi.
Gambar 19. Hasil refinement data difraksi sinar X dari CdS(4)-TiO2/Grafit hasil
sintesis dengan memasukkan lima fasa TiO2 yaitu fasa rutile, fasa
anatase, CTAB,grafit dan CdS. + : data eksperimen,
: hasil
kalkulasi,
: perbedaan data eksperimen dan hasil kalkulasi.
Hasil refinement dari CdS dengan menggunakan lima fasa yaitu fasa
commit to user
anatase, fasa rutile, CTAB, grafit dan CdS menunjukkan adanya kesesuian antara
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil eksperimen dengan hasil dari kalkulasi. Refinement dengan menggunakan
data eksperimen dari CdS(1)-TiO2/G menghasilkan nilai residual Rp = 3,96 % ;
Rwp = 8,14% dan χ2 = 1,54, sedangkan untuk CdS(4)-TiO2/G menghasilkan nilai
residual Rp = 5,27%; Rwp = 8,70% dan χ2 = 1,54. Adanya kesesuaian antara hasil
eksperimen dengan hasil kalkulasi menunjukkan semikonduktor TiO2/G telah
termodifikasi dengan CdS. Pada Tabel 2 dan Tabel 3 ditampilkan parameterparameter sel hasil refinement dari TiO2/G dan CdS-TiO2/G. Sedangkan struktur
kristal CdS yang terdeposisi pada TiO2/G dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Struktur kristal Cadmium sulfida (Kubik)
Tabel 2. Perbandingan data parameter sel dan struktur kristal dari TiO2/G dan
CdS(1)-TiO2/G
TiO2/Grafit
CdS(1)-TiO2/Grafit
Parameter sel
Rutil
Anatase
Rutil
Anatase
CdS
Struktur Kristal
Gugus ruang
a (Å)
b (Å)
c (Å)
Sudut
Volume sel
(Å3)
Z
Persentase
molar
Rp (%)
Rwp (%)
χ2
Tetragonal
P42/MNM
4,56
4,56
2,87
α=β=γ=90°
57,84
Tetragonal
I41/AMD
3,76
3,76
9,51
α=β=γ=90°
135,98(2)
Tetragonal
P42/MNM
4,61
4,61
2,94
α=β=γ=90°
62,44(3)
Tetragonal
I41/AMD
3,78
3,78
9,55
α=β=γ=90°
135,92(5)
Kubik
F4-3M
5,81
5,81
5,81
α=β=γ=90°
196,23(3)
1
5,97(4)
2
26,10(6)
1
3,44(2)
2
14,98(5)
4
43,25(7)
3,79
7,39
1,54
3,96
8,14
1,54
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Perbandingan data parameter sel dan struktur kristal dari TiO2/G dan
CdS(4)-TiO2/G
TiO2/Grafit
CdS(4)-TiO2/Grafit
Parameter sel
Rutil
Anatase
Rutil
Anatase
CdS
Struktur Kristal
Tetragonal
Tetragonal
Tetragonal
Tetragonal
Kubik
Gugus ruang
P42/MNM
I41/AMD
P42/MNM
I41/AMD
F4-3M
a (Å)
4,56
3,76
4,63(2)
3,78
5,81
b (Å)
4,56
3,76
4,63(2)
3,78
5,81
c (Å)
2,87
9,51
4,04(3)
9,53
5,81
Sudut
α=β=γ=90°
α=β=γ=90°
α=β=γ=90°
α=β=γ=90°
α=β=γ=90°
Volume sel
57,84
135,98(2)
86,67(6)
136,12(2)
196,23
Z
1
2
1
2
4
Persentase
5,97(4)
26,10(6)
4,69(3)
14,73(2)
42,46(2)
(Å3)
molar
Rp (%)
3,79
5,27
Rwp (%)
7,39
8,70
1,54
1,54
2
χ
Data parameter sel pada Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan antara CdS(1)TiO2/G dan CdS(4)-TiO2/G terjadi perubahan parameter sel. Untuk CdS(1)TiO2/G terjadi peningkatan parameter sel TiO2 rutil dari a=b=4,56 Å menjadi
a=b=4,61 Å dan dari c=2,87 Å menjadi c=2,94 Å. Disamping itu juga terjadi
peningkatan parameter sel dari TiO2 anatase dari a=b=3,76 Å menjadi a=b=3,78 Å
sedangkan nilai c=9,51 Å menjadi c=9,55 Å. Kenaikan parameter sel tersebut
menyebabkan kenaikan volume sel TiO2 rutil dari yang semula 57,84 Å3 menjadi
62,44 Å3 dan volume sel TiO2 anatase dari 135,98 (2) Å3 menjadi 136,92 Å3.
Sedangkan untuk CdS(4)-TiO2/G terjadi peningkatan parameter sel TiO2 rutil dari
a=b=4,56 Å menjadi a=b=4,63(2) Å dan dari c=2,87 Å menjadi c=4,04 Å.
commit toparameter
user
Disamping itu juga terjadi peningkatan
sel dari TiO2 anatase dari
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a=b=3,76 Å menjadi a=b=3,78 Å sedangkan nilai c=9,51 Å menjadi c=9,53 Å.
Kenaikan parameter sel tersebut menyebabkan kenaikan volume sel TiO2 rutil dari
yang semula 57,84 Å3 menjadi 86,67 Å3 dan volume sel TiO2 anatase dari 135,98
(2) Å3 menjadi 136,12 Å3. Adanya perubahan tersebut mengindikasikan bahwa
kemungkinan sebagian ion Cd2+ ataupun S2- masuk ke dalam struktur kristal TiO2
dan bertindak sebagai dopan sehingga menyebabkan perubahan kerapatan
elektron pada daerah sekitar Ti(IV) dan O2- seperti terlihat pada Gambar 21.
(a) Plot fourier TiO2 anatase
(a) Plot fourier CdS-TiO2 anatase
(b) Plot fourier TiO2 rutile
(b) Plot fourier CdS-TiO2 rutile
Gambar 21. (a) TiO2 antase dan CdS-TiO2 anatase dan (b) TiO2 rutile dan CdSTiO2 rutile.
Perubahan kerapatan elektron disekitar ion-ion dalam struktur kristal
TiO2/G tersebut menyebabkan perubahan jari-jari ion efektif, perubahan jari-jari
ion efektif mengakibatkan berubahnya parameter sel, dengan berubahnya
parameter sel akan mengubah pula volume selnya.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
iii.
DEGRADASI ISOPROPANOL
Setelah dilakukan analisis dengan XRD yang dilanjutkan dengan
refinement struktur kristal, maka material hasil sintesis diujikan untuk
mendegradasi isopropanol. Degradasi isopropanol dilakukan untuk mengetahui
aktivitas fotokatalitik dari masing-masing material yang dihasilkan dalam
penelitian ini. Degradasi dilakukan pada radiasi sinar dengan panjang gelombang
380 nm, yang mewakili sinar UV dan energi fotonnya sesuai dengan energi sela
dari TiO2/G.
Aktivitas fotokatalitik dari masing-masing material ditentukan berdasarkan
nilai quantum yield. Quantum yield adalah nilai yang menyatakan kemampuan
suatu katalis untuk mendegradasi suatu senyawa tertentu menjadi produk pada
panjang gelombang tertentu pada waktu tertentu. Penentuan nilai quantum yield
diperoleh dari persamaan (22). Desain sel degradasai dapat dilihat pada Gambar
22. Hasil degradasi dengan menggunakan tablet fotokatalis TiO2/G.
Quartz glass (kuvet)
Material tablet fotokatalis
sumber sinar
Larutan isopropnaol 2,5X10-2 M
Gambar 22. Desain sel degradasi. Sumber sinar yaitu lampu Deuterium (D2) untuk
sinar UV dan
Wolfram untuk Visibel (sinar tampak) dari
spektrofotometer Uv-Vis Kasugawa 500 VA (Shimadzu) yang
disetting pada menu fotometri.
Hasil degradasi dengan tablet fotokatalis TiO2/G dengan penyinaran foton
380 nm dan 450 nm pada menit ke 0, 30, 60 dan 90 dapat dilihat pada Gambar
23.
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menit ke30 ;60 ;90
0 menit
30 menit
60,90 menit
menit
ke-0
(a)
(b)
Gambar 23. Hasil degradasi dengan tablet fotokatalis TiO2/G pada penyinaran
foton (a) 380 nm ; (b) 450 nm pada menit ke-0 sampai dengan menit
ke-90.
Gambar 23 (a) menunjukkan bahwa setelah radiasi dengan foton 380 nm
telah terjadi pergeseran panjang gelombang maksimum dari larutan yang
didegradasi yaitu semula dari 220 nm (nilai A 0,09) menjadi 210-215 nm setelah
proses degradasi berlangsung pada menit ke 30, 60 dan menit ke 90. Spektrum
larutan hasil degradasi pada menit ke 30,60 dan 90 relatif sama atau berhimpit.
Hal ini menunjukkan bahwa degradasi kemungkinan telah selesai pada menit ke30 dan setelah itu tidak terjadi perubahan atau degradasi selanjutnya.
Sedangkan pada proses degradasi dengan menggunakan radiasi foton 450
nm, relatif tidak terjadi perubahan spektrum absorbansi seperti terlihat pada
Gambar 23 (b). Nilai absorbansi maksimum terekam pada 0,03-0,04. Hal ini
menunjukkan penyinaran pada semikonduktor TiO2/G saat disinari dengan sinar
tampak 450 nm, semikonduktor atau material tersebut belum mampu aktif pada
proses degradasi isopropanol karena tidak mempunyai cukup energi untuk dapat
mengeksitasikan elektron (e-) pada pita valensi ke pita konduksi TiO2/G. Hal ini
didukung oleh data spektroskopi UV-Vis DR dari TiO2/G yang menghasilkan %R
pada 450 nm sebesar 102,831% menunujukkan sinar pada panjang gelombang
450 nm tersebut tidak terserap oleh material TiO2/G.
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Degradasi isopropanol dengan menggunakan CdS(1)-TiO2/G dan CdS(4)TiO2/G pada radiasi dengan panjang gelombang foton 380 nm dan 450 nm
menghasilkan spektrum absorbansi pada Gambar 24 dan Gambar 25.
(a)
(b)
Gambar 24. Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(1)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang (a) 380 nm dan (b)
450 nm.
(a)
(b)
Gambar 25. Kurva absorbansi dari larutan hasil degradasi dengan tablet
fotokatalis CdS(4)-TiO2/G pada waktu-waktu tertentu pada
penyinaran foton dengan panjang gelombang (a) 380 nm dan (b)
450 nm.
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 24 (a) menunjukkan bahwa degradasi isopropanol dengan radiasi
foton 380 nm dengan tablet fotokatalis CdS(1)-TiO2/G menghasilkan pergeseran
panjang gelombang maksimum dari 200 nm (sebelum degradasi) menjadi 195 nm.
Tipe pergeseran ini sama dengan tipe pergeseran saat degradasi isopropanol
dengan tablet fotokatalis TiO2/G. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi
proses degradasi. Pernyataan ini didukung oleh perubahan dari spektrum FT-IR
yang ditunjukkan pada Gambar 26.
50
pengotor
%T
45
40
2862,72
a
b
2922,16
30
3414,00 3419,79
35
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
500
-1
bilangan gelombang (cm )
Gambar 26. Perbandingan spektra FT-IR antara (a) larutan isopropanol awal
250X10-4 M dengan (b) larutan yang mengalami degradasi dengan
tablet fotokatalis TiO2/G dengan foton 380nm.
Hasil degradasi dengan tablet fotokatalis TiO2/G dengan disinari foton 380
nm menunjukkan terjadi perubahan spekturm FT-IR dimana pada panjang
gelombang 2900-2800 cm-1
terjadi penghilangan
molekul tertentu. Pada
isopropanol muncul serapan di 2922,16 cm-1 dan 2852,72 cm-1 sedangkan pada
spektrum FT-IR TiO2/G tidak muncul serapan didaerah itu. Berarti telah terjadi
degradasi isopropanol.
Gambar 24 (b) menunjukkan bahwa tidak terjadi proses degradasi
terhadap isopropanol. Hal ini terlihat pada puncak larutan degradasi yang relatif
tidak mengalami perubahan. Sama halnya yang terjadi saat didegradasi dengan
commit to user
TiO2/G. tablet fotokatalis CdS(1)-TiO2/G pada saat diberi radiasi sinar 450 nm
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan nilai % R sebesar 105,613 dan data A -0,017 sehingga nilai quantum
yield 0. Hal ini menunjukkan deposisi CdS pada semikonduktor TiO2/G belum
mampu memperbaiki sifat semikonduktor tersebut. CdS(1)-TiO2/G saat diberi
foton 450 nm hanya bisa menyerap absorbansi dari foton tersebut tetapi tidak bisa
mereflektansikan. Hal ini mungkin terjadi karena pengukuran reflektansi yang
hanya singkat dan sifat logam CdS tersebut yang mengkilat sehingga terjadi
penyebaran sinar dari energi foton yang diberikan sehingga tidak mampu
mereflektansikan sinar yang diberikan.
Gambar 25 (a) menunjukkan bahwa setelah degradasi pada menit ke-30
puncak isopropanol pada panjang gelombang 225 nm hilang. Hal ini
menunjukkan telah terjadi degradasi isopropanol. Pernyataan ini didukung oleh
data spektrum FT-IR (Gambar 26).
Sedangkan Gambar 25 (b) menunjukkan pada menit ke-30 absorbansi
isopropanol pada panjang gelombang 201 nm sudah hilang atau sudah tidak
muncul absorbansi (absorbansi 0). Berarti telah terjadi degradasi isopropanol, hal
1568,13
1568,13
1697,36
c
2922,16
b
a
2862,72
2331,94
%T
1570,06
ini didukung oleh spektrum FT-IR pada Gambar 27.
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
500
-1
bilangan gelombang (cm )
Gambar 27. Perbandingan spektra FT-IR antara (a) larutan isopropanol awal
250X10-4 M dengan (b) larutan yang mengalami degradasi dengan
tablet fotokatalis CdS(4)-TiO2/G dengan foton 380nm dan (c)
larutan yang mengalami degradasi dengan tablet fotokatalis CdS(4)TiO2/G dengan foton
450nm.
commit
to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada Gambar 26 dan Gambar 27 terlihat adanya perubahan gugus-gugus
fungsi setelah mengalami proses degradasi. Perbandingan spektra FT-IR sebelum
dan sesudah degradasi ditunjukkan oleh Tabel 4.
Tabel 4. Puncak-puncak spektra FT-IR sebelum dan sesudah degradasi
Puncak yang
Sebelum Sesudah
CdS(4)-TiO2/G
380 nm
Sebelum Sesudah
CdS(4)-TiO2/G
450 nm
Sebelum Sesudah
O-H stretching
3419
3414
3419
3433
3419
Hilang
C-H alifatik
2922
Hilang
2922
Hilang
2922
Hilang
Serapan pure H2O
1697
Hilang
1697
Hilang
1697
Hilang
C-H bending
1568
1566
1568
1570
1568
1568
C-H bending
1398
Hilang
1398
Hilang
1398
Hilang
C-O
1043
1138
1043
1144
1043
1144
muncul
TiO2/G 380nm
Pada Tabel 4 terlihat bahwa terjadi perubahan gugus fungsi isopropanol
setelah proses degradasi. Pada larutan isopropanol yang didegradasi menggunakan
tablet fotokatalis TiO2/G terjadi penghilangan gugus C-H alifatik, C-H bending
dan serapan pure H2O. Sedangkan pergeseran spektra terjadi pada gugus O-H
stretching, C-H bending dan C-O. Pada larutan isopropanol yang didegradasi
menggunakan tablet fotokatalis CdS(4)-TiO2/G terjadi penghilangan gugus C-H
alifatik, C-H bending, O-H stretching dan serapan pure H2O. Sedangkan
pergeseran spektra terjadi pada gugus C-H bending dan C-O.
Reaksi degradasi fotokatalitik dari isopropanol dapat memberikan hasil
dan mekanisme reaksi yang berbeda karena perbedaan karakter fotokatalis. Xu
dan Raftery (2001) menemukan adanya perbedaan mekanisme reaksi degradasi
isopropanol pada fotokatalis TiO2 serbuk dengan TiO2 yang terlapiskan pada
substrat PVG. Reaksi degradasi 2-propanol menggunakan fotokatalis TiO2 serbuk
akan mengalami reaksi dehidrogenasi dan menghasilkan produk berupa aseton
(Gambar 6). Sedangkan degradasi isopropanol menggunakan fotokatalisTiO2 yang
to user
terlapiskan pada substrat PVG commit
akan mengalami
reaksi dehidrasi membentuk
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produk berupa aseton dan propena (Gambar 7). Wibowo, et al (2007) mempelajari
reaksi konversi katalisis isopropanol menggunakan katalis dan katalis pendukung
γ-Al2O3. Hasil dari penelitian
menyebutkan propilen dan aseton merupakan
produk-produk primer reaksi konversi yang mudah bereaksi lebih lanjut
menghasilkan produk-produk sekunder yang stabil. Katalis γ-Al2O3 hanya
mengkonversi isopropanol menjadi propilen, karena sifat basanya tidak cukup
kuat untuk mendorong reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton. Katalis
Mg-Al-hidrotalsit mengkonversi hampir 100%
isopropanol menjadi propilen
pada suhu 175oC dan menghasilkan aseton paling banyak pada 225oC dengan
konversi produk sebesar 53,36 %, sedangkan dengan katalis superbasa γ-Al2O3NaOH-Na diperoleh konversi aseton sebesar 66,0% pada 225oC. Produk-produk
sekunder hasil konversi isopropanol dengan katalis Mg-Al-hidrotalsit secara batch
diidentifikasi dengan GC-MS dan diperoleh senyawa yang dominan adalah 4metil-2-pentanol dan 3,3,5-trimetil sikloheksanol.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa proses degradasi telah
terjadi pada degradasi isopropanol menggunakan tablet fotokatalis TiO2/G dan
CdS-TiO2/G. Degradasi larutan isopropanol lebih efektif dilakukan menggunakan
tablet fotokatalis CdS(4)-TiO2/G pada penyinaran foton 450 nm karena lebih
banyak terjadi penghilangan gugus fungsi dari isopropanol itu sendiri.
Kemungkinan produk baru yang terbentuk adalah propena atau aseton, namun
analisis menggunakan IR belum mendeteksi munculnya serapan baru pada daerah
propena. Propena merupakan senyawa yang berwujud gas, memiliki kelarutan
yang rendah di dalam air (0,61 gr/m3) serta mudah menguap pada suhu kamar.
Sedangkan bila produk yang terbentuk adalah aseton, maka karena aseton
merupakan senyawa yang berwujud cair dan berwarna bening, memiliki kelarutan
dalam air sebesar 0,79 gr/m3 serta mudah menguap pada suhu kamar, maka
keberadaan produk tersebut juga belum dapat terdeteksi oleh spektrofotometer IR
karena telah menguap. Oleh karena itu, spektra IR tidak mendeteksi keberadaan
produk-produk tersebut.
Penelitian
lebih
lanjut
mengidentifikasi senyawa produk yang terbentuk.
commit to user
perlu
dilakukan
untuk
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu, perhitungan nilai quantum yield (QY) dari masing-masing
material fotokatalis dengan menggunakan persamaan 11, tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Quantum Yield Pada semikonduktor,  adalah absorptivitas molar
dari larutan hasil degradasi.
TiO2/G
λ foton
(nm)
380
TiO2/G
450
CdS(1)-TiO2/G
380
CdS(1)-TiO2/G
CdS(4)-TiO2/G
450
380
CdS(4)-TiO2/G
450
Material
QY
4,00 10
±0
0
5,00
10
± 1,40 10
0
± 9,40
2,89 10
,
10
±
* Pada penelitian ini  belum bisa ditentukan, karena identifikasi
produk dan komponen ikutan dalam larutan hasil degradasi belum
ditentukan. % A diperoleh dari perhitungan seperti tercantum dalam
Lampiran 10.
Berdasarkan nilai
QY diketahui bahwa CdS(4)-TiO2/G yang disinari
foton 450 nmmempunyai nilai
,
yang disinari foton 380 nm yaitu
± ,
,
lebih besar daripada CdS(4)-TiO2/G
± ,
. Nilai quantum yield yang
lebih besar menunjukkan bahwa mekanisme penyinaran foton 450 nm (pada
Gambar 28) lebih efektif.
Gambar 28. Mekanisme migrasi elektron pada CdS-TiO2/G dimana
saat disinari dengan energi foton 450 nm.
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CdS yang memiliki band gap 2,4 eV yang sudah dapat aktif pada area
sinar tampak maka dapat mengeksitasi elektron (e-) dari pita valensi CdS akan
tereksitasi ke pita konduksi CdS dan disaat yang bersamaan, partikel fotokatalis
TiO2 tidak aktif. Sehingga elektron dari CdS menuju pita konduksi dari TiO2.
Peran TiO2 disini adalah sebagai penjebak elektron (electron trapper). Elektron
pada pita valensi CdS tereksitasi menuju pita konduksinya kemudian e -tersebut
akan dengan mudah berpindah menuju pita konduksi TiO2 yang masih kosong,
sehingga terjadi pencegahan rekombinasi e- dan h+ yang cukup baik. Sehingga
dengan modifikasi CdS pada TiO2/G diharapakan mampu meningkatkan efek
fotokatalis pada TiO2/G dengan memperkecil terjadinya rekombinasi elektron dan
hole. Dan karena alasan tersebut, aktivitas fotokatalitik semikonduktor lapis tipis
CdS(4)-TiO2/G lebih tinggi pada saat penyinaran dengan energi foton 450 nm
dibandingkan saat penyinaran dengan energi foton 380 nm (Gambar 29).
+
Gambar 29. Mekanisme migrasi elektron pada CdS-TiO2/G dimana saat disinari
dengan energi foton 380 nm.
Gambar 29, menunjukkan penyinaran radiasi foton 380 nm ini akan
mengaktifkan partikel fotokatalis TiO2 dan CdS. Pada CdS dan TiO2, elektron (e-)
pada pita valensi akan tereksitasi ke pita konduksi dan meninggalkan lubang
positif (h+) pada pita valensi. Kedua semikonduktor yaitu CdS dan TiO2
mengalami migrasi elektron sehingga tidak ada tempat untuk bergeraknya
elektron sehingga e- pada pita konduksi akan dengan cepat kembali ke pita valensi
(rekombinasi e- dan h+). Sehingga saat disinari dengan energi foton 380 nm
kurang menguntungkan dalam degradasi karena kemungkinan rekombinasi e- dan
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h+ cukup besar menyebabkan pasangan e- dan h+ ini akan berekombinasi kembali,
baik di permukaan atau di dalam bulk (fasa ruah) partikel. Sementara itu, sebagian
pasangan e- dan h+ dapat bertahan sampai pada permukaan semikonduktor.
Dimana h+ dapat menginisiasi reaksi oksidasi sedangkan e- akan menginisiasi
reaksi reduksi dengan zat kimia yang ada di sekitar permukaan semikonduktor
(Linsebigler et al., 1995).
Selain penggunaan radiasi foton yang berbeda yang mempengaruhi besar
nilai quantum yield yang lain adanya penggunaan material yang berbeda dalam
hal ini TiO2/G dan CdS-TiO2/G khususnya CdS(4)-TiO2/G. CdS(4)-TiO2/G hasil
modifikasi dari TiO2/G menunjukkan mampu mendegradasi isopropanol dengan
radiasi foton 380 nm dan 450 nm. Saat dilakukan degradasi dengan TiO2/G dan
CdS(1)-TiO2/G degradasi dari isopropanol hanya menunjukkan terjadinya
pergeseran panjang gelombang maksimum bahkan saat dilakukan penyinaran
dengan radiasi foton 450 nm relatif tidak terjadi perubahan (spektra berhimpit).
Namun, setelah dilakukan degradasi dengan CdS(4)-TiO2/G dengan radiasi foton
380 nm dan 450 nm pada menit ke-30 sudah terjadi degradasi dibuktikan
hilangnya puncak isopropanol. Hal ini membuktikan CdS(4)-TiO2/G lebih tinggi
aktivitas fotokatalitiknya.
Refinement dari CdS(1)-TiO2/G dan CdS(4)-TiO2/G (Tabel 2 dan Tabel 3),
menunjukkan adanya fasa CdS yang direpresentasikan melalui nilai persentase
molar tidak jauh berbeda. Namun, hasil dari refinenment menunjukkan volume
dari fasa anatase dan rutile (terutama fasa rutile) setelah dideposisi dengan
CdS(4)-TiO2/G mengalami perubahan dan merubah parameter-parameter sel. Hal
ini membuktikan bukan jumlah material CdS yang terdeposisi tetapi banyaknya
Cd2+ dan S2- yang terdopan ke dalam TiO2/G sehingga menyebabkan kenaikan
parameter sel yang dibuktikan dengan kenaikan volume setelah dideposisi dengan
CdS(1)-TiO2/G dan CdS(4)-TiO2/G. Hal ini merupakan fenomena yang
menguntungkan karena mampu meningkatkan nilai quantum yield sehingga
membuktikan
modifikasi
TiO2
dengan
larutan
meningkatkan efek fotokatalitik.
commit to user
prekursor
CdS
mampu
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perubahan struktural dari TiO2 setelah didoping oleh Cd2+ dan S2dimungkinkan dapat merubah energi sela (Eg) dari material tersebut (TiO2/G yang
sudah terdoping). Hal ini didukung oleh data % A pada penyinaran foton 200 nm
sampai 500 nm dari UV-Vis DR yang menunjukkan terjadinya perubahan serapan
tepi maksimum (
) dari material yang sudah terdeposisi. Perubahan
dapat
dilihat pada Tabel 6 dan perhitungan Eg dapat dihitung berdasarkan persamaan
15.
Tabel 6. Nilai
dan Eg setelah mengalami deposisi
Material
TiO2/G
CdS(1)-TiO2/G
CdS(4)-TiO2/G
369,00
389,95
423,55
3,36
3,18
2,93
Penentuan energi sela sebagai karakter fotokatalis ditentukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis DR dari % A versus λ pada pengukuran panjang
gelombang 200-500 nm. Dari gambar grafik % A versus λ tersebut dapat
ditentukan
panjang
gelombang
serapan
tepi
maksimum (
) .
Nilai
ditentukan dengan membuat garis linear berupa persamaan y sebagai fungsi X
pada serapan tepi lereng
maksimum untuk menentukan λ perpotongan (λ pada
absorbansi 0). Sehingga diperoleh
sebagai titik perpotongan grafik terhadap
panajng gelombang (sumbu X). Energi sel (Eg) dapat dihitung dengan persamaan
15, dan didapat nilai pergeseran Eg setelah didedosisi dengan CdS seperti
tercantum pada Tabel 6.
Energi sela (Eg) setelah dideposisi dengan CdS menghasilkan pergeseran
Eg menjadi lebih kecil. Sebelum dideposisi dengan CdS energi sela dari TiO2
sebesar 3,36 eV setelah dideposisi dengan CdS(1)-TiO2/G menjadi 3,18 eV dan
deposisi dengan CdS(4)-TiO2/G menjadi 2,93 eV. Hal ini menunjukkan TiO2 yang
telah terdoping hanya membutuhkan energi yang lebih kecil untuk mengalami
eksitasi dari pita valensi ke pita konduksi atau dengan kata lain TiO2 yang telah
terdeposisi lebih aktif di daerah berenergi rendah atau daerah sinar tampak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari
hasil
analisis
XRD
yang
dilanjutkan
dengan
refinement,
semikonduktor TiO2/G telah terdeposisi dengan CdS dibuktikan adanya
puncak baru pada 2θ 26.54 yang diidentifikasi sebagai puncak dari CdS
dengan struktur kristal kubik
2. Deposisi CdS pada kristal TiO2 menyebabkan terjadinya peningkatan
parameter sel dan volume sel dari TiO2. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa telah terjadi fenomena doping dimana sebagian ion Cd2+ ataupun
S2- masuk ke dalam struktur kristal TiO2 dan bertindak sebagai dopan.
3. Jumlah perulangan pencelupan CdS pada TiO2/G meningkatkan efektivitas
fotokatalitik. CdS(4)-TiO2/G memiliki efektivitas fotokatalitik yang lebih
baik daripada CdS(1)-TiO2/G dibuktikan dengan tingginya nilai quantum
yield, yaitu sebesar
,
±
.
B. SARAN
1. Studi selanjutnya bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai turnover
number, yaitu nilai yang merepresentasikan kapasitas pemakaian
fotokatalis hingga tidak mampu bertindak sebagai katalis reaksi lagi.
2. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap larutan hasil degradasi
dengan menggunakan alat yang lebih spesifik sehingga senyawa hasil
degradasi dapat diidentifikasi dengan pasti
commit to user
51
Download