JAMAL 6-3 DES 2015.indd - Jurnal Akuntansi Multiparadigma

advertisement
ANALISA KEPEMILIKAN TERKONSENTRASI DAN ASIMETRI INFORMASI
TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
Ita Yuni Kartika
Bambang Subroto
Yeney Widya Prihatiningtyas
Universitas Brawijaya, Jl.Mayjen Haryono 165 Malang, 65145
Surel : [email protected]
http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6040
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Volume 6
Nomor 3
Halaman 341-511
Malang, Desember 2015
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
Tanggal Masuk:
27 November 2015
Tanggal Revisi:
1 Desember 2015
Tanggal Diterima:
31 Desember 2015
Abstrak: Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi
Terhadap Konservatisma Akuntansi. Penelitian ini bertujuan menguji
pengaruh konsentrasi kepemilikan insider dan outsider yang menimbulkan asimetri informasi, pada pengaplikasian konservatisme akuntansi. Kepemilikan insider dan outsider diukur berdasarkan presentase
kepemilikan, asimetri informasi diukur dari bid-ask spread, sedangkan
konservatisme akuntansi diukur dengan menggunakan ukuran akrual.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI pada tahun 2012, serta menggunakan metode purpossive sampling diperoleh 99 perusahaan. Ditemukan bahwa kepemilikan outsider
memengaruhi konservatisme akuntansi, sedangkan kepemilikan insider
dan asimetri informasi tidak memengaruhi konservatisme akuntansi.
Abstract: The Analyst of Ownership Concentration and Information
Asymmetry to Accounting Conservatism. The study aims to analyse
the effect of concentration of ownership between insider shareholders and
outsider shareholders that would lead to information asymmetry, and their
effect to accounting conservatism application. Insider shareholders and
outsider shareholders were measured by using the percentage of ownership, information asymmetry was masured by using spread, and accounting conservatism was measured by using accrual measure. By analysing
99 non finance firms listed on Indonesia Stock Exchange in 2012, it was
found that outsider shareholders of ownership concentration has a significant effect to accounting concervatism, but insider shareholders and information asymmetry have no significant effects to accounting concervatism.
Kata kunci: Kepemilikan insider, kepemilikan outsider, asimetri informasi, konservatisma akuntansi.
Konservatisma akuntansi merupakan
salah satu prinsip kualitatif dalam penyusunan pelaporan keuangan. Prinsip ini secara
sederhana menekankan pada pemilihan
metode pencatatan yang memiliki kemungkinan terkecil untuk menghasilkan penilaian
terhadap aset dan pendapatan. Dampak dari
pemilihan metode tersebut, akuntansi tidak
mengungkapkan true value secara tepat tapi
cenderung menetapkan angka laporan yang
lebih rendah dari true value. Namun seiring
perkembangan atas keseragaman penyajian
laporan keuangan secara global untuk meningkatkan keinformasian dan komparasi
dalam pelaporan keuangan, maka di tahun
2012 Indonesia telah memasuki penerapan
IFRS. IFRS merupakan bentuk langkah atas
tidak berlakunya prinsip konservatisma
akuntansi lagi, karena telah diperkenankan
untuk menggunakan prinsip fair value yang
lebih menekankan pada relevansi. Dengan
demikian, keberadaan prinsip konservatisma akuntansi menjadi kajian yang menarik
di bawah Standar Pelaporan Keuangan International (IFRS).
Konservatisma akuntansi secara modern menyatakan, bahwa prinsip ini membuat
akuntan lebih mengenal tingkat yang wajar
dalam kehati-hatian untuk mengakui transaksi berdasarkan ketidakpastian ekonomi
504
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
secara nyata (Wang 2009). Adapun salah satu faktor yang memengaruhi tingkat konservatisma akuntansi di setiap negara adalah
karakteristik dari struktur kepemilikan.
Indonesia merupakan negara yang banyak
terdiri dari perusahaan dengan karakteristik
kepemilikan terkonsentrasi (Claessens et al.
1999). Konflik utama pada kepemilikan terkonsentrasi adalah konflik antara pemegang
saham mayoritas yang memiliki pengendalian yang besar dan pemegang saham luar
yang minoritas (La Porta et al. 2000), bahkan
di Malaysia berkembang menjadi konflik antara kepemilikan insider (pemegang saham
mayoritas dan manajemen) dan kepemilikan
outsider (Yunos 2011).
Konservatisma akuntansi pada penelitian ini, dapat dijelaskan melalui prespektif
teori keagenan. Hal ini disebabkan tingkat
asimetri informasi antara manajer dan outside equity sangat berkaitan dengan tingkat
konservatisma akuntansi pada perusahaan
(LaFond dan Watts 2008). Permasalahan
keagenan yang muncul dalam kondisi kepemilikan terkonsentrasi adalah keagenan
tipe dua. Konflik kepentingan yang dapat
diintepretasikan ketika manajer yang terpilih merupakan bagian dari pemilik saham
mayoritas atau manajer merupakan pilihan
yang sesuai kriteria bagi pemilik saham
mayoritas, sehingga mempermudah dalam
proses pengawasan operasional perusahaan
melalui manajer terebut. Oleh karena itu,
keputusan yang diambil oleh manajer akan
selalu berpihak pada pemilik saham mayoritas. Implikasinya tidak menemui adanya
kendala dalam akses informasi, sehingga antara manajer dan pemilik saham mayoritas
sama-sama memiliki informasi yang lebih
jelas dalam pengambilan keputusan dibandingkan pihak pemilik saham minoritas (Fuad
2012). Keberpihakan manajer dalam pengambilan keputusan pada pemilik saham
mayoritas, mengindikasikan variasi informasi yang menurun pada perusahaan yang
berkarakteristik kepemilikan terkonsentrasi.
Terkait kepemilikan terkonsentrasi
pada perusahaan yang mengaplikasikan
prinsip konservatisma, terdapat 2 hal yang
dapat dilakukan oleh manajer. Jika manajer berorientasi pada jangka panjang, maka
manajer bersama dengan pemilik saham
mayoritas berfungsi sebagai pengawas untuk
meningkatkan proses pelaporan keuangan.
Namun jika sebaliknya, manajer berperan
sebagai pemicu dalam melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas.
505
Hal ini dapat digunakan sebagai indikator, ketika manajer dan pemegang saham
mayoritas melakukan fungsi pengawasan
yang baik, maka perusahaan terkonsentrasi
mengunakan konservatisma sebagai kebijakan dalam proses pelaporan keuangan.
Jika konservatisma akuntansi menjadi kebijakan perusahaan tersebut, maka informasi
keuangan yang dihasilkan menjadi berkualitas karena tidak dibayangi oleh manipulasi
keuangan yang menghasilkan overstatement.
Adapun motivasi pada penelitian, berdasarkan hasil dari beberapa penelitian
sebelumnya yang belum konsisten dan dikarenakan Indonesia mulai mengaplikasikan
adopsi penuh IFRS di tahun 2012. Sesuai
adopsi penuh IFRS, maka pengaplikasian
fair value merupakan salah satu prinsip
dalam penyusunan pelaporan akuntansi.
Secara konsep peran prinsip konservatisma
akuntansi berlawanan dengan prinsip fair
value, maka melalui penelitian ini dapat
mengetahui peran prinsip konservatisma
akuntansi di tahun 2012 ini. Berdasarkan
latar belakang yang telah dimukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji
secara empiris analisa kepemilikan insider,
kepemilikan outsider dan asimetri informasi
terhadap konservatisma akuntansi.
METODE
Populasi yang menjadi objek dalam
penelitian ini meliputi seluruh perusahaan
dalam kelompok non keuangan yang go
public di Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2012. Periode penelitian tersebut dipilih karena pada tahun tersebut, Indonesia mulai mengadopsi penuh IFRS. Namun
peneliti juga menggunakan data 2011 hanya
untuk akun account receivable, inventories,
prepaid expenses, account payable dan tax
payable. Berdasarkan 5 akun tersebut digunakan untuk perhitungan konservatisma
akuntansi dalam perhitungan Δ (delta), serta
dari akun-akun tersebut telah dipastikan tidak terdapat perubahan dalam standar pengukurannya setelah membandingkan SAK
2009 dan SAK 2012. Sampel dipilih dengan
menggunakan metoda purposive sampling
berdasarkan kriteria-keriteria tertentu. Kriteria tersebut yaitu, (1) perusahaan termasuk perusahaan non keuangan yang mempublikasikan laporan keuangan dan tahunan 2012 secara lengkap, (2) menggunakan
mata uang Rupiah, (3) laporan keuangan
yang bersifat konservatif, (4) perusahaan
berjenis kepemilikan terkonsentrasi, (4) me-
506
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
miliki data harga bid dan harga ask. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder dapat
berupa laporan keuangan auditan, profil
perusahaan (company profile), sumber publikasi dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan 3 variabel,
dimana setiap variabel diukur dengan menggunakan proksi tertentu. Variabel independen terdiri dari kepemilikan terkonsentrasi
dan asimetri informasi, serta variabel dependennya konservatisma akuntansi. Variabel
itu diantaranya adalah konservatisma akuntansi (KA).
Penelitian ini menggunakan metoda
akrual sebagai proksi konservatisma akuntansi (KA) yang telah dikembangkan Givoly
dan Hayn (2000). Jika diperoleh akrual negatif, maka laba digolongkan konservatif yang
disebabkan laba bersih rendah dari cash
flow yang diperoleh oleh perusahaan pada
periode tertentu. Pengukuran ini dilakukan
oleh Givoly dan Hayn (2000) dan Darsono
(2012). Pengukuran konservatisma dioperasikan sebagai berikut:
KAit = -NAit = TAit – OAit
Dimana:
KAit = Konservatisma perusahaan i periode
t
-NAit = Non operating accrual perusahaan i
periode t
TAit =Total accruals perusahaan i periode t,
total accruals: net income + depreciations – cash flow from operations
OAit = Operating accruals perusahaan i
periode t, operating accruals: Δ accounts receivable + Δ inventories + Δ
prepaid expenses – Δ accounts payable – Δ taxes payable
Perhitungan operating accruals menggunakan data 2011 dan 2012, untuk mengetahui selisih dalam perhitungan Δ (delta).
Namun telah dipastikan dalam akun-akun
tersebut tidak terjadi perubahan dalam
standar pengukurannya, setelah menbandingkan SAK 2009 dan SAK 2012.
Untuk variabel bebas yang berikutnya
adalah kepemilikan terkonsentrasi. Kepemilikan terkonsentrasi terdiri dari pemegang
saham insider dan pemegang saham outsider. Pemegang saham insider (KINS) adalah
pemegang saham yang dimiliki oleh manajer
dan pemegang saham utama atau mayoritas
(tidak kurang dari lima persen), sedangkan
pemegang saham outsider (KOUT) adalah
pemegang saham secara individu atau masyarakat (kurang dari lima persen) yang independen dari perusahaan (Yunos 2011).
a. Kepemilikan Insider (KINS)
Σ kepemilikan saham oleh insider
=
x100%
Σ saham yang beredar
b. Kepemilikan Outsider (KOUT)
Σ kepemilikan saham oleh outsider
=
x100%
Σ saham yang beredar
Untuk variabel bebas berikutnya adalah
asimetri informasi (AI). Proksi asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian diukur dengan menggunakan bid-ask spread.
Venkatesh dan Chiang (1986) mendefinisikan bid-ask spread sebagai selish harga beli
tertinggi dengan harga jual terendah saham
trader. Beberapa pengujian empiris terhadap keterkaitan asimetri informasi dengan
bid-ask spread antara lain dilakukan oleh
Dwitayanti (2010); Venkatesh dan Chiang
(1986). Penggunaan relative bid-ask spread
yang dioperasikan sebagai berikut:
SPREAD = (askj,t – bidj,t) / {(askj,t + bidj,t)/2}
x 100
Dimana:
SPREADj,t = Variabel independen sebagai
proksi asimetri informasi
Askj,t
= Harga penawaran saham
tertinggi perusahaan j pada
tahun ke-t
Bidj,t
= Harga permintaan saham
terendah perusahaan j pada
tahun ke-t
Analisa data dilakukan dengan statistik deskriptif, uji asumsi klasik (normalitas,
heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas) dan regresi linier berganda
serta pengujian hipotesa (uji-F, koefisien determinasi dan uji-t). Adapun bentuk modal
analisa regresi linier berganda adalah:
KA = α + b1 KINS + b2 KOUT + b3 AI + e
Dimana:
KA
= Konservatisma akuntansi
KINS = Kepemilikan Insider
KOUT= Kepemilikan Outsider
AI
= Asimetri Informasi
e
= Error
α
= Konstanta
b1 – b2 = Koefisien Regresi HASIL
DAN
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
PEMBAHASAN
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di
BEI (ICMD 2013). Berdasarkan metoda purposive sampiling, maka dari 334 perusahaan non keuangan menjadi 99 perusahaan
yang menjadi sampel karena berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya
data perusahaan tersebut dianalisa dengan
menggunakan alat regresi linier berganda
untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabelindependen terhadap variabel
dependen.
Hasil analisa deskriptif dan uji asumsi klasik. Analisa statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
deviasi standar, nilai maksimum dan nilai
minimum dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisa deskriptif dari variabelvariabel menunjukkan bahwa nilai KA (konservatisma akuntansi) adalah antara Rp.
-253.828 sampai dengan Rp. -2.134.756.000
dengan rata-rata Rp. -242.261.219 dan deviasi standar Rp. -395.525.765. Perhitungan
KA (konservatisma akuntansi) merupakan
hasil dari perhitungan nonoperating accruals, maka semakin tinggi nilai KA semakin
tinggi tingkat konservatisma akuntansi yang
dimiliki perusahaan. Nilai komposisi KINS
(kepemilikan insider) antara 21,10% sampai
dengan 96,31% dengan rata-rata 64,24%
dan deviasi standar 17,37%. Tampak bahwa
terdapat perusahaan yang mempunyai KINS
(kepemilikan insider) 21%, hal ini dikarenakan didalam CALK telah diperoleh keterangan jika kepemilikan tersebut adalah kepemilikan mayoritas. Nilai komposisi KOUT
(kepemilikan outsider) antara 0,91% sampai
dengan 61,85% dengan rata-rata 23,02%
dan deviasi standar 14,80%. Tampak bahwa
terdapat perusahaan dengan kepemilikan
oleh publik hingga mencapai 61%. Nilai AI
(asimetri informasi) antara 9,30 sampai dengan 171,73 dengan rata-rata 65,42 dan deviasi standar 33,04.
Pada pengujian asumsi klasik, uji normalitas dilakukan dengan menngunakan
507
uji Kolmogorov Sminrnov. Hasil dari uji
Kolmogorov Sminrnov telah diperoleh taraf
signinifikansi yaitu sebesar 0,316. Hal ini
dikarenakan signifikansi lebih dari 0,005
(0,316 > 0,05), maka nilai residual tersebut
adalah normal. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park. Uji
park dilakukan dengan cara meregresikan
antara variabel KINS, KOUT dan AI dengan
logaritma residual. Nilai keofisien dari uji
Park adalah 0,338 (KINS), 0,192 (KOUT) dan
0,139 (AI). Ketiga nilai variabel independen
dengan logaritma dari kuadrat residual memiliki signifikansi dari 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi masalah hetrokedastisitas
pada model regresi. Uji autokorelasi yang
digunakan adalah Durbin-Watson Test (DW-Test). Regresi yang bebas dari gangguan
autokorelasi jika dU<DW<(4-dU). Adapun
nilai yang diperoleh 1,732 <1,734 < 2,268.
Dapat disimpulkan model telah memenuhi
asumsi autokorelasi. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat besaran VIF dan
Tolerance. Hasil dari analisa pada regresi ini
diperoleh nilai Tolerance 0,480 (KINS), 0,481
(KOUT) dan 0,994 (AI). Nilai VIF diperoleh
2,083 (KINS), 2,079 (KOUT) dan 0,994 (AI).
Hasil analisa dari ketiga variabel nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari
10, maka model persamaan ini bebas dari
gejala multikolinieritas.
Hasil uji hubungan variabel. Hasil
pengujian analisa statistik pengaruh variabel independen yaitu kepemilikan insider
(KINS), kepemilikan outsider (KOUT) dan
asimetri informasi (AI) terhadap variabel dependen yaitu konservatisma akuntansi (KA)
diperoleh sebagai berikut:
Berdasarkan uji-F pada perhitungan
pada tabel diatas, nilai F pada hasil regresi
adalah sebesar 3,408 dengan p-value sebesar 0,021. Nilai tersebut lebih kecil ditingkat
α=0,05 (0,021 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama kepemilikan saham oleh insider (KINS), kepemilikan
outsider (KOUT) dan asimetri informasi (AI)
mempengaruhi secara signifikan terhadap
konservatisma akuntansi (KA).
Tabel 1. Hasil Uji Hubungan Variabel
No
Agreements
Koefisien
t-stat
Sig
Keterangan
1
KINS
115,386
1,434
0,155
Ditolak
2
KOUT
265,236
2,812
0,006
Diterima
3
AI
-35,344
-1,204
0,232
Ditolak
508
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
Berdasarkan koefisien determinasi (R2)
pada tabel diatas, nilai adjusted R2 adalah
0,069 atau 6,9%, artinya kepemilikan insider (KINS), kepemilikan outsider (KOUT)
dan asimetri informasi (AI) mempengaruhi
konservatisma akuntansi (KA) hanya sebesar 6,9%. Sedangkan sisanya 93,1% (100%6,9% = 93,1%) dipengaruhi oleh variabel lain
atau variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan uji-t bahwa masing-masing variabel menggunakan tingkat signifikan
< 0,05 , maka untuk variabel kepemilikan
outsider mempunyai pengaruh terhadap
konservatisma akuntansi. Hal ini dikarenakan tingak signifikan lebih kecil dari 0,05.
Variabel kepemilikan insider dan asimetri
informasi, memiliki tingkat signifikan lebih
dari 0,05. Artinya kedua variabel tersebut
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap konservatisma akuntansi.
Hasil pengujian hubungan kepemilikan
insider terhadap konservatisma menunjukkan bahwa variabel kepemilikan insider tidak memengaruhi secara signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Jika diperhatikan hubungan antara kepemilikan insider
pada konservatisma akuntansi. Jika kepemilikan terkonsentrasi merupakan investasi
yang besar di dalam perusahaan serta memiliki akses informasi private yang mudah
ke manajer, sehingga mengurangi konflik
keagenan tradisional antara manajer dan
pemegang saham. Keuntungan pada kondisi
ini, kepemilikan terkonsentrasi sebagai pemegang saham mayoritas dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Hal ini dikarenakan manajemen merupakan bagian dari
pemegang saham mayoritas. Pada kondisi
kepemilikan terkonsentrasi terdapat masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham berkurang, namun muncul
masalah keagenan lain yaitu antara pemegang saham insider (manajer dan pemegang
saham mayoritas) dan pemegang saham outsider (Yunos 2011).Penelitian yang relevan
dilakukan oleh Nekounam et al. (2012) yang
berasumsi bahwa kerjasama antara blocker
dan manajer adalah hal yang sangat berguna dan kerjasama ini mengurangi tugas
untuk monitoring, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan mempengaruhi
persepsi pemegang saham lainnya tentang
kualitas laba. Oleh karena itu, dalam penelitiannya ini disimpulkan bahwa dengan
mempertimbangkan manfaat konservatisma
sebagai kriteria kualitas laba, maka hal ini
akan membuat kepemilikan terkonsentrasi
akan berhubungan negatif terhadap konservatisma. Berikutnya Yunos (2011), berpendapat bahwa kepemilikan saham oleh
insider (manajemen dan pemegang saham
mayoritas) akan menyebabkan kurangnya
konservatisma karena tidak membutuhkan
alat ini untuk mengedalikan dan memonitor
bagi jalannya mekanisme manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan manajer yang
merupakan pemilik, memiliki kepentingan
yang sejalan dengan pemegang saham mayoritas dan sebagai konsekuensinya penggunaan konservatisma sebagai alat pengawasan menjadi menurun. Berbeda dengan
pendapat Thai dan Kuntisook (2009), yang
menyatakan adanya dampak keselarasan
para pemegang saham mayoritas melalui
kepemilikan keluarga kurang cenderung terlibat dalam perilaku oportunistik dalam melaporkan laba akuntansi, karena berpotensi
merusak reputasi keluarga dan kekayaannya dalam jangka panjang kinerja perusahaan. Dengan demikian, pemegang saham
mayoritas termotivasi untuk melaporkan
laba yang berkualitas yaitu menggunakan
pelaporan yang lebih konservatif.
Pada penelitian ini prediksi yang pertama (H1) ditolak, karena tidak sesuai prediksinya bahwa ”kepemilikan insider memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi”.
Hasil studi empiris ini sesuai dengan Yunos
et al. (2011), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh insider tidak memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi. Hal
ini dikarenakan pemegang saham insider selaku pengendali menggunakan kekuasannya
untuk kepentingan pribadinya. Dampaknya pemegang saham insider menghindari
konservatisma akuntansi, agar dapat menyembunyikan aktivitas pengambilalihan
kekayaan dari pemegang saham outsider.
Hasil penelitian ini telah memberi implikasi bahwa kepemilikan saham oleh insider
pada perusahaan terkonsentrasi, mampu
mengendalikan dan memonitor manajemen
tanpa melibatkan konservatisma akuntansi
dalam mengoperasionalkan sebuah perusahaan. Apabila dilihat dari manfaat konservatima akuntansi yang mampu membatasi
oportunistik manajer terkait penyajian laba
dan aktiva, menjadikan mekanisme konservatisma akuntansi kurang berfungsi tepat
ketika dalam pengaplikasiannya ditentukan
oleh pihak manajemen itu sendiri sebagai
pengambil keputusan.
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
Hasil pengujian hubungan kepemilikan
outsider terhadap konservatisma akuntansi
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
outsider memengaruhi secara signifikan
terhadap konservatisma akuntansi. Adanya
pandangan bahwa kepemilikan outsider
merupakan presentase saham yang dimiliki
oleh publik dibandingkan dengan jumlah
seluruh saham yang beredar. Keberadaan
kepemilikan outsider pada perusahaan dengan berkarakteristik kepemilikan terkonsentrasi, menjadi posisi yang paling sulit
dalam hal informasional. Menurut Givoly et
al. (2010) adanya tuntutan dari investor terhadap manajemen dalam bentuk peraturan
dan hukum lingkungan dimana perusahaan
tersebut beroperasi, dapat menyebabkan
pelaporan akuntansi dituntut untuk lebih
berkualita. Oleh karena itu, kepemilikan
saham outsider lebih menuntut pelaporan
keuangan yang konservatif, guna membatasi
oportunistik dari manajemennya. Menurut
Yunos (2011), kepemilikan outsider selalu
menuntut transparasi informasi untuk menyejajarkan informasi dengan kepemilikan
insider. Fungsi konservatisma akuntansi
dianggap menghasilkan informasi yang tidak transparan. Oleh karena itu, temuannya pemegang saham outsider menuntut
transparasi atas informasi keuangan yang
berkualitas untuk mengamankan investasinya dalam perusahaan yang didominasi
oleh kepemilikan insider.
Adapun hasil dari penelitian ini prediksi yang kedua (H2) diterima, karena sesuai
dengan rumusan prediksinya “ kepemilikan
outsider memengaruhi terhadap konservatisma akuntansi”. Hasil pengujian ini sesuai dengan Widya (2004) bahwa struktur
kepemilikan memengaruhi secara signifikan
terhadap konservatisma akuntansi. Hasil
pengujian ini juga mendukung penelitian
Yu (2012) terkait kepemilikan saham oleh
outsider cenderung menuntut pelaporan
keuangan yang konservatif. Oleh karena itu
bagi kepemilikan saham oleh outsider, konservatisma merupakan alat untuk mengontrol aset perusahaan dalam memaksimalkan
laba. Implikasinya bahwa pelaksanaan kebijakan konservatisma akuntansi membentuk
veriabilitas asimetri untuk menghapus bias
manajerial dan menghalangi oportunistik
manajer terkait penyajian pelaporan laba
dan aktiva. Konservatima akuntansi dapat
digunakan sebagai alat governance yang
berpotensi dan berguna bagi pemegang saham outsider untuk memonitor perilaku
manajerial.
509
Hasil pengujian hubungan asimetri informasi terhadap konservatisma akuntansi
menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi tidak memengaruhi secara signifikan
terhadap konservatisma akuntansi. Pada
saat terdapat ketidaksamaan dalam memperoleh informasi antara pihak manajemen
sebagai penyedia informasi, dengan para
pemegang saham dan stakeholders sebagai
pengguna informasi, maka terjadi asimetri
informasi. Asimetri informasi dan perbedaan
kepentingan menimbulkan fenomena pemilihan yang keliru (adverse selection) dan
bahaya moral (moral hazard). Adanya asumsi bagi manajer, asimetri informasi akan
memengaruhi harga saham di pasar. Hal
ini juga dipaparkan oleh LaFond dan Watts
(2008) bahwa perbedaan informasi yang ada
di antara para investor dan manajer dapat
menimbulkan dead weight lossed yang kemudian dapat menurunkan expected cash
flow perusahaan, sehingga dapat meningkatkan equilibrium return saham perusahaan
dan berdampak menurunkan harga saham.
Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh
LaFond dan Watts (2008) yang menemukan
bahwa asimetri informasi antara insider perusahaan dan outsider investor menghasilkan konservatisma dalam laporan keuangan.
Hal in adanya pemahaman bahwa manajer cenderung mendapatkan insentif tinggi
dengan melebih-lebihkan kinerja keuangan
melalui penggunaan informasi pribadi untuk mentrasfer kekayaan dari pemegang
saham untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasar sebagai pihak eksternal mengakui
akan tindakan manajer cenderung seperti
ini. Implikasinya harga penawaran terhadap
saham menjadi turun. Namun dengan adanya konservatisma, maka dapat mengurangi
insentif manajer karena membatasi ruang
gerak manajer dalam melakukan laporan
keuangan overstatement. Studi relevan lainnya juga dilakukan Chi dan Wang (2008)
yang menguji hubungan antara asimetri informasi dan konservatisma akuntansi. Bukti
empirisnya merumuskan bahwa adanya
asimetri informasi yang terjadi pada periode
berjalan akan lebih mendorong meningkatnya konservatisma akuntansi pada periode
berikutnya. Hal ini dikarenakan semakin
besar asimetri informasi antara insider (saham mayoritas) dan uninformed (saham
minoritas), maka semakin sedikit keuntungan dan semakin meningkat kerugian yang
terefleksikan dalam arus kas perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat
510
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 504-511
bahwa semakin tinggi asimetri informasi antara insider (manajer dan pemegang saham
mayoritas) dan outsider (pemegang saham
minoritas) akan memicu tingginya tingkat
konservatisma akuntansi.
Adapun hasil penelitian pada prediksi
yang ketiga (H3) ditolak, karena tidak sesuai
dengan rumusan prediksinya “asimetri informasi memengaruhi terhadap konservatisma
akuntansi”. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Dwitayanti (2010) yang menyatakan bahwa tingkat asimetri informasi
tidak memengaruhi tingkat konservatisma
akuntansi. Hal ini dikarenakan pada penelitiannya terjadi pelanggaran dua asumsi klasik yang tidak terpenuhi yaitu uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Berdasarkan
sudut pandang yang berbeda, dalam penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik.
Adapun pendapat dari penelitian ini bahwa
mengindikasikan dampak wajib adopsi IFRS ditahun 2012 sesuai tahun data yang
digunakan dalam penelitian ini. Sebagai
salah satu dampak adopsi IFRS dalam perhitungan konservatisma akuntansi dalam
penulisan ini , yaitu penggunaan atas laba
komprehensif. Informasi ini diperoleh dari
laporan laba rugi komprehensif. Salah satu
contohnya pada akun surplus revaluasi,
yang merupakan elemen nominal yang tercantum di laporan laba rugi komprehensif.
Hal ini berdampak dari diperkenankannya
atas penggunaan prinsip fair value, sehingga
mampu mengurangi asimetri informasi terhadap perubahan aset tetap perusahaan.
Aset tetap sangat memengaruhi dalam
penilaian modal dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. Aset tetap pada
kenyataannya memiliki masa pemakaian
lebih dari satu tahun, tetapi harapannya
aset tetap dapat memberikan masa manfaat
dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, seiring waktu berjalan manfaat dari
aset tetap cenderung semakin lama semakin menurun. Hal inilah yang menyebabkan timbulmya penyusutan (depreciation).
Penerapan historical cost dianggap kurang
mencerminkan keadaan nilai aset tetap yang
sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan
revaluasi terhadap aset tetap untuk penyajian nilai yang wajar.
Nilai yang wajar dapat terpenuhi, pada
saat prinsip fair value telah diperkenankan
di era IFRS ini. Fair value menjadikan salah
satu opsi (model revaluasi) selain nilai buku
(Historical cost) dalam penentuan nilai aset.
Perubahan ini telah memberikan efek atas
kewajaran penilaian aset tetap yang terefleksikan pada akun surplus revaluasi. Akun
surplus revaluasi, merupakan hasil dari
penilaian dari appraisal yang meningkatkan nilai harga tetap. Pada akun surpluss
revaluasi tersebut, telah menginformasikan
apabila terjadi perubahan harga aset tetap
yang disebabkan adanya kenaikan nilai di
pasar. Melalui proses inilah, nilai yang diinformasikan aset tetap tersebut menjadi
informasi dengan nilai yang wajar. Hasilnya
nilai aset tetap yang disajikan, mencerminkan kemampuan perusahaan sebenarnya.
Hal ini sebagai salah satu bukti IFRS mampu menurunkan asimetri informasi bagi
para investor. Adapun tujuan dari adopsi
IFRS yaitu, untuk meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan, meningkatkan komparabilitas, mengurangi asimetri informasi
dan biaya modal. Pada hakekatnya, standar
setter selalu berusaha untuk mengurangi
asimetri informasi antara perusahaan dan
investor luar dengan menyajikan nilai yang
lebih diverifikasi kedalam laporan keuangan,
implikasinya tidak lagi memerlukan konservatisma akuntansi untuk menurunkan
asimetri informasi.
SIMPULAN
Penelitian ini menguji kepemilikan
terkonsentrasi yang diproksikan kepemilikan insider dan kepemilikan outsider, serta
asimetri informasi terhadap konservatisma
akuntansi. Perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah dipilih oleh peneliti sebagai objek studi. Hasil
penelitian ini bahwa penggunaan prinsip
konservatisma akuntansi dipengaruhi oleh
kepemilikan saham oleh outsider telah terbukti, namun penelitian ini merumuskan
jika prinsip konservatisma akuntansi tidak
dipengaruhi oleh kepemilikan saham oleh
insider dan asimetri informasi yang ada
di dalam perusahaan dengan kepemilikan
terkonsentrasi.
Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia yang didominasi oleh perusahaan dengan
struktur kepemilikan yang terkonsentrasi
yang terdiri dari kepemilikan insider dan
kepemilikan outsider, serta telah menerapkan IFRS secara penuh, namun hanya kepemilikan outsider yang cenderung menuntut
perusahaan untuk menggunakan prinsip
konservatisma akuntansi pada laporan
keuangan. Penelitian ini konsisten dengan
pandangan bahwa besarnya pemegang saham mampu menurunkan agency problem,
Kartika, Subroto, Prihatiningtyas, Analisa Kepemilikan Terkonsentrasi dan Asimetri Informasi ...
karena kepemilikan outsider merupakan kepentingan umum dalam memaksimalisasi
laba dan cukup kontrol atas aset perusahaan (Fuad 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan kepemilikan insider dan
asimetri informasi dalam mengambil keputusan untuk menggunakan prinsip konservatisma akuntansi pada laporan keuangan
atau tidak. Harapan untuk pengembangan
penelitian ini:
DAFTAR PUSTAKA
Chi, W., danC. Wang. 2008. “Information
Asymmetry and Accounting Conservatism: Evidence from Taiwan”. Diunduh
tanggal 30 Maret 2013.<http://www.
ssrn.com>.
Claessens, S., S. Djankov, J. Fan, dan L.H.P.
Lang. 1999. “Who Control East Asian
Corporations”. Journal of Finansial Economic, Vol. 58, hlm 81-112.
Darsono, 2012. Dampak Konservatisma
Terhadap Relavansi Nilai Informasi
Akuntansi Di Indonesia. Disertasi tidak
Dipublikasikan. Universitas Gadjah
Mada.
Dwitayanti, Y. 2010. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Konservatisme Akuntansi. Tesis tidak Dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada.
Fuad. 2012. “Dampak Konservatisme Akuntansi Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Relevansi Informasi Akuntansi”.
Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 9, No.
1, hlm 43-45.
Givoly, D., dan C. Hayn. 2000. “The Changing Time-Series Properties of Earnings,
Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 29, hlm 287-320.
Givoly, D., C.K Hayn, dan S.P. Katz. 2010.
“Does Public Ownership of Equity Improve Earning Quality?”. The Accounting Review, Vol. 85, No.1, hlm 195-225.
LaFond, R. dan R.L. Watts. 2008. “The information Role of Conservatism”. The
511
Accounting Review, Vol. 83, No. 2, hlm
447-478.
La Porta, R., A. Shleifer, dan R.W. Vishny.
2000. “Investor Protection and Corporate Governance”. Journal of Financial
Economics, Vol. 58, hlm 3-27.
Neukounam, J., M.A. Sefiddashti, M. Goodarzi, dan J. Khademi. 2012. “Study of
Relation Between Ownership Concentration and Accounting Conservatism”.
Journal of Basic and Applied Scientific
Research, Vol. 2, No. 8, hlm 7560-7565.
Thai, K. Dan K. Kuntisook. 2009. Accounting
Conservatism and Controlling Shareholder Characteristics: Empirical Evidence from Thailand. Diunduh tanggal 30 Maret 2014. < http://www.ssrn.
com>.
Venkatesh, P.C., dan R. Chiang. 1986. “Information Asymmetry and The Dealer’s
Bid-Ask Spread: A Case Study of Earnings and Dividend Announcements”.
The Journal of Finance, Vol. 41, No. 5,
hlm 1089-1102.
Wang, Z. R. 2009. Accounting Conservatism.
Disertasi Dipublikasikan. University
Victoria.
Wydia. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VII
Denpasar.
Yu, K. 2012. “Block Ownership and Accounting Conservatism”. Journal Corporate
Ownership & Control, Vol. 3, No.10, hlm
272-293.
Yunos, R.M. 2011. The Effect of Ownership
Concentration, Board of Directors, Audit Committee and Ethnicity on Concervative Accounting: Malaysian Evidence.
Disertasi Dipublikasikan. University of
Perth.
Yunos, R.M., M. Smith, Z. Ismail, dan A.S.
Ahmad. 2011. Inside Concentration
Owners, Board of Directors and Accounting Conservatism. Diunduh 30
Desember 2012.<http://www.google.
com>.
Download