Ringkasan Skripsi Nama,NPM : Janitra Aradea Putra, 0806399054 Pembimbing : Dr. rer nat. Abdul Haris Judul (Indonesia) : Analisis Petrofisika dan Multiatribut Seismik Untuk Memetakan Reservoar Karbonat Pada Lapangan Danish North Sea Judul (Inggris) : Petrophysical Analysis and Multi-Attribute Seismic for Reservoir Mapping in Danish North Sea Field Abstrak Analisis petrofisika dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter petrofisika seperti porositas dan saturasi air yang berguna untuk karakterisasi batuan reservoar. Berdasarkan data sumur dari 4 buah sumur yang disediakan, Resevoar yang akan diteliti berada pada formasi Ekofisk yang batuannya didominasi oleh batuan chalk. Dari perhitungan analisis petrofisika, didapatkan nilai porositas berkisar antara 24%-28% dan saturasi air berkisar antara 35%-58%. Analisis petrofisika hanya mampu memberikan informasi tentang karakter resevoar secara vertikal. Untuk itu perlu dilakukan analisis multiatribut seismik. Dengan Analisis multiatribut seismik persebaran parameter petrofisika seperti porositas dan saturasi air pada volum seismik bisa didapatkan. Hasil dari log prediksi kandungan lempung, porositas dan saturasi akan disebar ke seluruh volum seismik untuk mendapatkan persebaran parameter tersebut dalam volum 3D. Kata kunci : petrofisik, multiatributs seismik, porositas, and saturasi air. Abstract The result of petrophysical analysis can provide vertical information about the character of the reservoir in porosity and water saturation parameter. However, this method is lacking on horizontal resolution. In this case we can provide the 3D information from multiattribute analysis. Based on 4 well data, the chalk formation in Danish North Sea Field is in the area that has potential as a reservoir. Petrophysical parameters that will be studied in this study, such as porosity and water saturation. From petrophysical analysis calculation, the value of obtained porosity are ranged between 24%-28% and the water saturation are ranged between 35%-38%. Petrophysical parameters throughout the seismic volume will be predicted by using multiattribute analysis. Model based inversion results will be used as an external attribute. The result from the log input will be spread throughout the seismic volume. Keywords : petrophysical, seismic multi attributes, porosity, and water saturation. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Pendahuluan Dalam penentuan kandungan hidrokarbon, diperlukan beberapa rangkaian penelitian berupa survey geologi, dan survey geofisika. Survey geofisika, termasuk di dalamnya survey seismik, menentukan zona prospek eksplorasi lalu dilakukan pengeboran untuk selanjutnya dilakukan analisis data log, dan pengembangan hingga evaluasi daerah produksi untuk proses eksploitasi. Peran Metode logging sangatlah penting karena memberikan gambaran detail sifat fisis dari batuan sekitar lubang pengeboran. Dengan melakukan analisis petrofisika menggunakan data log tersebut maka kita akan mampu mengetahui kedalaman tiap lapisan batuan atau memberikan informasi secara vertikal. Untuk dapat melakukan analisis petrofisika, kita diharuskan mampu memahami dasar-dasar well logging mulai dari akuisisinya hingga pembacaan kurva log yang memberikan banyak informasi. Dengan adanya analisis petrofisika dan evaluasi formasi ini, maka pendeskripsian reservoar akan lebih mudah dilakukan. Analisis petrofisika sangat berguna untuk karakterisasi reservoar. karakterisasi reservoar pada analisis petrofisika dilakukan dengan mempelajari litologi, porositas dan saturasi air lapisan di bawah pertmukaan. Penentuan litologi dengan log gamma ray dan SP bertujuan untuk membedakan lapisan permeabel atau bukan. Log densitas dan log neutron dapat digunakan untuk menghitung porositas lapisan. Dan log resistivitas digunakan untuk mencari saturasi air lapisan. Dengan menganalisis ketiga parameter tersebut kita dapat menentukan daerah reservoar dan evaluasi formasinya. Hasil akhirnya adalah mendeskripsikan zona reservoar berdasarkan zona net reservoar dan zona net pay dalam suatu formasi pada lapangan. Analisis multiatribut juga akan dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara log dengan data seismik. Analisis multiatribut dilakukan untuk memprediksi dan mendistribusikan parameter kandungan lempung, porositas dan saturasi air pada volume data seismik. Dengan melihat distribusi parameter petrofisika tersebut, akan lebih mudah bagi kita untuk mengetahui karakteristik reservoar lapisan tersebut. Tinjauan Geologi Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Danish North Sea Basin terletak di sebelah barat Negara Denmark. Terletak pada lempeng dari tiga benua, Avlonia, Laurentia dan Baltica yang bertabrakan pada zaman pertengahan Palaeozoic. Secara detail, lapangan ini berada pada koordinat 56°N 03°E. Geologi Regional Danish North Sea Basin Danish North Sea Basin merupakan salah satu basin yang terbentuk di Mid.Jurassic yang terdeposisi didalam North Sea akibat dari normal fault (Youngeetal,1975). Pada masa Late Triassic, kondisi topography dari wilayah west European sebelah utara relatif lebih rendah dari sekelilingnya dan mengalami transgresi yang dimulai pada formasi Keuper dan Rhaetian yang terjadi oleh pergerakan lempeng pada Early Kimmerian, yang pertama dari arah utara TethysSea dan satu lagi dari arah selatan Arctic. Pada bagian utara dari Norwegian Danish Basin, pada Lower Jurassic terlihat tidak tampak, sedangkan pada masa ini sebelah timur laut Danish ditemukan batuan serpih/shales dan lanau/siltstone(Youngeetal, 1975;Michelsen,1976). Pada area Norwegia terdapat batas antara Triassic dan Jurassic yang ditandai dengan proses sedimentasi. Pada Mid. Jurassic ditemukan batu pasir, kemungkinan terendapkan di laut dangkal atau delta.Pada kondisi batuan Mid. Jurassic di lapis oleh batuan serpih gelap yang kemungkinan berasal berumur Callovian sampai akhir Jurassic. Selama proses sedimentasi pada pertengahan jurassic terjadi di cekungan Vestland Pada Late Jurassic transgresi membuat semua bagian terendam (Ziegler, 1975); pada kondisi ini bagian batu serpih yang kaya akan organik terdeposit. Hasi dari transgresi terlihat adanya batas Tethys dengan Boreal yang menyebabkan adanya perbedaan struktur ketinggian yang bertindak sebagai penyebab dari sedimen. Lalu terjadi proses Regresi yang merupakan akhir dari Jurassic (Al Kasim et al, 1975). Proses Transgresi terjadi dari pertengahan Jurassic sampai akhir Jurassic dan kemungkinan terjadi secara lateral menuju ke baratlaut. Hal ini menyebabkan terbentuk delta dan pengendapan pada laut dangkal di sebelah barat. Pada Bathonian dan Bajocian(area timur) dan awal Jurassic (area barat) memiliki lapisan yang sama dengan Norwegian Danish Basin yang tersedimentasi seperti dengan formasi Danish Haldager. Batuan yang dianalisis kemungkinan terdeposit di deltafront, bagian mulut delta(mouth bars). Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Stratigrafi Sektor Danish terbentang dari bagian tengah sampai ke timur North Sea yang mencakup 3 elemen struktur utama yaitu :Central Graben, The Norwegian-Danish Basin dan Ringkobing-Fyn High. Rifting aktif terjadi di Central Graben pada periode awal dan akhir Jurassic bersamaan dengan tren patahan Palaezoic yang mulai terbentuk. Aktivitas tektonik yang terjadi pada struktur periode Palaezoic hingga periode Jurassic sebagian besar telah terhenti pada periode Cretaceous akhir, dan basin sedimen dibawah Central North Sea sebagian besar telah diketahui dengan adanya penurunan pada daerah sekitarnya. Gambar 2.2 Stratigrafi umum North Sea(Hemmet, M. 2005) Lark Formation Formasi Lark memanjang diseluruh bagiandari Danish North Sea. Depocenternya berada di bagian tengah dan utara sector Danish, di sepanjang batas timur Danish Central Graben.Formasi ini terdiri dari mudstone coklat hingga abu-abu dan silt di beberapa bagianya. Lapisan tipis dari carbonate putih dan coklat kemerahan juga terlihat di bagian bawah lark formation. Dua unit sandstone tebal juga terlihat di formasi lark yang berada di Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Ringkøbing–Fyn High dan dikategorikan pada dua member yang berbeda (Dufa and Freja Members). Formasi Ekofisk Pada tahun 1971 telah dilakukan pemboran sumur pada lapangan Ekofisk yang terletak di daerah selatan dari Norwegian North Sea dioperasikan oleh ConocoPhillips. Produksi dimulai dengan 4 unit sumur eksplorasi. Fasilitas produksi permanen beroperasi pada tahun 1975 dan masih terus berjalan dengan perencanaan produksi hingga tahun 2028. Lapangan Ekofisk merupakan yang terbesar pada North Sea Chalk Play. Formasi ini tersebar pada sebelah selatan dan tengah dari North Sea.Formasi ini berumur Lower Paleocene. Pada formasi ini mengandung batu kapur putih, coklat, atau krem, keras, padat, dan crystalline halus,. Pada formasi ini, dibagi atas 2 bagian: Lower Ekofisk dan Upper Ekofisik. Pada bagian Lower memiliki porosity yang rendah sampai tinggi dengan konten clay yang terrigenous. Formasi Kimmeridgian Kimmeridge Clay pada akhir Jurassic dianggap sebagai batuan induk utama dari hidrokarbon pada daerah North Sea. Keberadaan Kimmeridge Clay umunya diindikasikan dengan nilai gamma ray yang tinggi yang disebut juga sebagai “hot shale”, dan sonic velocity yang rendah. Karbon organic yang terkandung umunya tinggi dan berasal dari laut. Sistem Petroleum Sistem petroleum utama pada lapangan Danish North Sea yaitu Mesozoic Play pada formasi Kimmerian Clay dan Cenozoic Play pada formasi Top Chalk Ekofisk. Batuan Induk Di daerah North Sea, shale diyakini berperan sebagai batuan sumber petroleum. Fasies material kaya organic tersebut mengandung 2 - 15% dari Total Organic Carbon (TOC)dan diindikasikan daril og gamma ray yang cenderung tinggi .Interval statigraphy seperti ini biasa disebut dengan “Hot Shales”. Formasi yang mengandung “Hot Shales”yaitu Kimmeridge Formation di Moray Firth/Witch ground. Rata-rata Hot Shale mengandung 5% TOC danmemiliki HC rasiosebesar 0.9-1.2 . Sedimentasi yang cepat dan pengendapan Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 yang dalam menandakan bahwa hot shale sudah terkubur pada masa Cretaceous dan mulai matang secara thermal hingga masa Neogene. Oil generation diperkirakan dimulai pada sebagaian besa rdaerah North Sea pada masa Eocene. Batuan Reservoar, Penutup, dan Penutup (Seal) Reservoar merupakan batuan yang memiliki celah-celah kecil (porositas) yang saling berhubungan dan menciptakan suatu permeabilitas. Batuan reservoar akan memiliki potensi akumulasi fluida, dalam hal ini adalah hidrokarbon. Sistim batuan reservoar juga harus memiliki hal penting, yaitu batuan penutup (seal) yang berlaku sebagai jebakan (trap). Jebakan dapat berupa struktur atau stratigrafi, dimana fluida (air, gas, dan minyak) dapat terperangkap di dalamnya. Reservoar merupakan tempat terakumulasinya hidrokarbon terjadi dan reservoar harus memiliki sifat fisis batuan yang baik, seperti porositas dan permeabilitas. Reservoir hidrokarbon pada lapangan Danish North Sea diduga berada pada Formasi Ekofisk yang berisi batuan karbonat yang cukup tebal dan memiliki porositas yang cukup baik.Formasi Lark yang berada di atas formasi Ekofisk diduga berfungsi sebagai lapisan penutup. Formasi Lark yang didominasi oleh mudstone ini sangat berpotensi untuk menjadi lapisan penutup dari reservoir. Konsep Dasar Log dan Analisa Petrofisika Tujuan utama dari analisa petrofisika adalah mengidentifikasi reservoar, perkiraan cadangan hidrokarbon, dan perkiraan perolehan hidrokarbon. Pengukuran pada lubang bor dapat digolongkan menjadi 4 kategori (Harsono, 1997): a. Log operasi pemboran (log lumpur (mud logs), MWD, dan LWD (Logging While Drilling)) b. Analisa batu inti c. Log sumur dengan kabel d. Uji produksi kandungan lapisan Wireline Log Log adalah suatu grafik kedalaman atau waktu dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Kurva log mampu memberikan informasi tentang sifat-sifat batuan dan fluida pada kondisi yang sesungguhnya di dalam sumur. Log Gamma Ray Log gamma ray (GR) merupakan salah satu aplikasi dari log radioaktif. Prinsip dasar log gamma ray yaitu melakukan pengukuran tingkat radioaktivitas alami bumi. Log gamma ray berfungsi untuk mendeskripsikan suatu batuan yang berpotensi sebagai reservoar atau tidak serta memisahkan batuan permeabel dan shale yang impermeabel.Unsur radioaktif pada umumnya banyak berada pada shale (serpih), sedangkan pada sandstone, limestone, dan dolomit sangat sedikit jumlahnya kecuali pada batuan tersebut terendapkan mineralmineral yang mengandung unsur radioaktif. Log Spontaneous Potential Prinsip pengukuran log spontaneous potential (SP) adalah merekam beda potensial antara elektroda yang ada di permukaan dengan elektroda yang berada di dalam lubang bor. Satuan log SP adalah milivolt (mV). Log SP berguna untuk mengidentifikasi lapisan permeabel bersama log GR, mencari batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batas lapisan, menentukan resistivitas air formasi (Rw), dan memberikan analisa kuantitatif kandungan shale (Harsono, 1997). Log Resistivitas Prinsip dasar log resistivitas, yaitu mengukur sifat resistivitas listrik batuan formasi. Besaran resistivitas dideskripsikan dalam satuan ohm-meter dan ditampilkan dalam skala logaritmik dengan interval nilai 0.2 - 2000 ohm-meter. Untuk mengukur resistivitas dari formasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan alat laterolog (memfokuskan arus listrik bolak-balik secara lateral ke dalam formasi) dan alat induksi (menginduksikan arus listrik hasil dari medan magnet pada kumparan). Alat induksi dikenal dengan alat konduktivitas karena parameter yang diukur adalah konduktivitas yang dikonversikan ke resistivitas. Alat DLT (Dual Laterolog Tool) terdiri dari dua bagian, satu bagian mempunyai elektroda yang berjarak tertentu untuk mengalirkan arus utama masuk sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur resistivitas laterolog dalam (LLD) sedangkan bagian yang lain Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 mempunyai elektroda membiarkan arus utama terbuka dan mengukur resistivitas laterolog dangkal (LLS). Pada log induksi, saat arus listrik dialirkan ke dalam kumparan pemancar, maka akan timbul medan magnet primer di sekitar kumparan. Medan magnet tersebut akan menghasilkan arus eddy (eddy curent) di dalam formasi sekitar alat. Arus eddy tersebut akan menghasilkan medan magnet sekunder yang dideteksi oleh kumparan penerima. Kuat arus yang terjadi di kumparan penerima akan sebanding dengan kekuatan medan magnet sekunder dan sebanding dengan arus eddy serta sebanding dengan konduktivita formasi. Karena parameter yang diukur adalah konduktivitas maka alat ini disebut alat konduktivitas, sedangkan alat laterolog disebut alat resistivitas.Alat induksi lebih tepat bila digunakan untuk resistivitas rendah hingga menengah, sedangkan alat laterolog untuk resistivitas menengah hingga tinggi. Log Neutron Log neutron merupakan salah satu log porositas bersama densitas dan sonik.Log ini termasuk ke dalam salah satu log radioaktif. Pengukuran log neutron dengan cara memancarkan neutron secara kontinu ke dalam formasi batuan. Alat log neutron disebut dengan CNT (Compensated Neutron Tool) atau CNL (Compensated Neutron Log). Prinsip kerja dari alat log neutron ini adalah dengan memanfaatkan tumbukan elastis. Alat CNT/CNL memancarkan neutron ke dalam formasi secara kontinu. Dengan energi awal yang besar, maka neutron akan kehilangan energinya seiring bertumbuknya neutron tersebut dengan atom hidrogen pada formasi. Saat neutron sudah kehilangan energinya, akhirnya neutron tertangkap oleh detektor.Tanggapan alat neutron mencerminkan banyaknya keberadaan atom hidrogen, bukan mengukur banyaknya hidrokarbon.Semakin sering/banyak neutron mengalami tumbukan, dikarenakan semakin banyaknya atom hidrogen di dalam suatu formasi. Oleh karena itu tanggapan log neutron menunjukkan nilai tinggi. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Log Densitas Log densitas merupakan satu satu log porositas selain neutron dan sonik. Prinsip kerja log densitas ini dengan memanfaatkan teori fotolistrik menggunakan sumber radioaktif berupa gamma ray. Sinar gamma ray sebagai foton dipancarkan ke dalam formasi kemudian menumbuk elektron.Semula energi foton cukup besar, saat menumbuk elektron, energi tersebut berkurang karena diserap oleh elektron tersebut untuk melepaskan diri menjadi elektron bebas. Energi yang tersisa membuat foton terus menumbuk elektron lain dalam proses yang sama. Oleh karena itu elektron bebas akan semakin banyak dan elektronelektron tersebut terdeteksi oleh alat densitas. Jumlah elektron yang diserap detektor secara tidak langsung menunjukkan besarnya densitas formasi. Tanggapan log densitas berupa densitas bulk atau densitas keseluruhan formasi termasuk matriks, fluida, atau mineral yang terkandung di dalamnya. Untuk mendapatkan nilai porositas, nilai densitas bulk harus dikonversi ke dalam porositas untuk mengetahui kondisi litologi dan keberadaan fluida. Log Sonik Log porositas yang terakhir ini adalah log porositas yang mengukur waktu tempuh (travel time) gelombang akustik di dalam formasi batuan pada jarak tertentu. Selain mencari porositas batuan dan identifikasi batuan, log sonik berguna sebagai informasi utama korelasi dan kalibrasi data log dengan seismik. Dalam proses well-seismic tie dibutuhkan data sonik sebagai fungsi dari impedansi akustik yang kemudian digunakan untuk pembuatan sintetik seismogram. Log sonik ini memiliki besaran µs/ft atau µs/m dengan skala 140-40 µs/ft. Data Batu Inti (Core) Data batu inti atau biasa disebut core, memberikan berbagai informasi langsung sebagai bahan evaluasi dan rujukan dalam analisa petrofisika.Sampel yang diambil biasanya hanya memiliki panjang beberapa meter saja, sangat kecil dibandingkan reservoarnya. Sampel batu inti ini diambil dari sumur pilihan dan dianalisa secara rinci untuk mengembangkan model geologi dan parameter petrofisika formasi seperti porositas, permeabilitas, dan juga saturasi air. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Parameter Petrofisika Batuan Sifat batuan yang penting digunakan dalam analisa petrofisika adalah kandungan lempung, porositas, dan saturasi air. Parameter lain yang sangat penting dalam mendeskripsikan kualitas reservoar adalah permeabilitas. Dengan diketahuinya tingkat saturasi air, maka akan diketahui pula tingkat saturasi hidrokarbon yang terdapat di dalam reservoar. Hidrokarbon sangat efektif untuk di produksi apabila reservoar memiliki permeabilitas yang besar. Kandungan Lempung (Vcl) Evaluasi kandungan lempung ini merupakan rasio keberadaan lempung di dalam suatu formasi dan dinyatakan dalam fraksi atau persen. Kandungan lempung dapat diperoleh dengan indikator kurva tunggal berupa log gamma ray, SP, resistivitas, dan neutron sedangkan indikator kurva ganda dari log densitas-neutron dan densitas-sonik. Yang lebih sering digunakan adalah indikator dari log gamma ray karena dapat langsung mendeskripsikan litologi target reservoar. !" !!" !"# !"# !!" = !" !!" !"# !!" = kandungan lempung (frac) !" = GR pada pembacaan log (API) !"# (2.1) !"!"# = GR pada formasi bersih (API) !"!"# = GR pada formasi lempung (API) Porositas Porositas adalah ruang kosong di antara matriks batuan atau dengan kata lain volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat. Porositas ditentukan berdasarkan bentuk butiran dan sortasi. Bentuk butiran semakin bundar (rounded) maka porositas akan semakin baik Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 dan sebaliknya. Sedangkan sortasi merupakan pemilahan ukuran butir yang bila semakin sama besar butir maka porositas akan besar dan bila sortasi buruk maka butiran yang kecilkecil akan mengisi pori di antara pori butir besar. Porositas yang menjadi target penelitian adalah nilai porositas efektif atau porositas total yang telah dikurangi oleh faktor kandungan lempung. Porositas total didapat berdasarkan model porositas neutron-densitas. Koreksi kandungan lempung terhadap neutron dan densitas menggunakan persamaan berikut. Koreksi lempung dengan log densitas: !! = !!.!"#$% . 1 − !!"#$ + !!.!"#$ . !!"#$ !!.!"#$% = !! !!!.!"#$ .!!"!" !!!!"#$ (2.2) (2.3) Koreksi lempung dengan neutron: !! = !!.!"#$% . 1 − !!"#$ + !!.!"#$ . !!"#$ !!.!"#$% = !! !!!.!"#$ .!!"#$ !!!!"#$ (2.4) (2.5) !!.!"#$% = densitas bulk pada formasi bebas lempung (gr/cc) !!.!"#$% = porositas neutron pada formasi bebas lempung (v/v) !!"#$ = volume kandungan lempung (frac) Dengan demikian nilai porositas didapat dengan persamaan: !!" = ! !! ! !! ! ! Dimana !! = porositas neutron, !! = porositas densitas. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 (2.6) Saturasi Air (Sw) Volume pori batuan yang terisi oleh air disebut dengan saturasi air (Sw), sedangkan bagian yang terisi oleh hidrokarbon disebut saturasi hidrokarbon (Sh) dengan nilai (1-Sw). Bermula batuan terisi oleh air formasi yang kemudian terdesak oleh hidrokarbon selama proses migrasi. Air yang terdesak tidak semuanya pindah, masih ada air yang tersisa karena tegangan permukaan butiran.Air sisa tersebut dinamakan saturasi air sisa (Swirr). Ada beberapa metode atau model saturasi yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan pengendapan, kandungan lempung, dan litologi target reservoar antara lain Archie, Simandoux, Indonesian, Juhasz, dan Waxman Smit. Persamaan yang digunakan adalah model saturasi air Indonesian: ! !! = ! !!" !! !" ! !!" + ! ! ! !.!! ! . !! ! (2.7) Permeabilitas Permeabilitas (k) adalah ukuran kemampuan batuan untuk dapat melewati fluida. Permeabilitas berhubungan dengan porositas yang saling berhubungan (connected) dan butiran matriks yang besar. Sedimen dengan matriks yang besar dan porositas besar akan memiliki permeabilitas yang besar pula. Sedangkan batuan dengan matriks dan porositas kecil akan menyulitkan fluida untuk mengalir yang berarti permeabilitasnya kecil. Permeabilitas dinyatakan dalam milidarcy (mD) dengan interval 0.1 – 1000 mD untuk ukuran produksi. Persamaan permeabilitas Timur: ! = 8581 !"#$ !.! !! ! Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 (2.8) Lumping (Pembungkalan) Untuk melakukan pemetaan dan gridding diperlukan pendeskripsian yang lebih sederhana dari parameter-prameter petrofisika di dalam zona reservoar di setiap sumur. Proses tersebut disebut lumping atau pembungkalan. Pembungkalan memiliki nilai kumulatif dari parameter itu di dalam zona tersebut.Nilai kumulatif memiliki definisi jumlah dari parameter pada setiap kedalaman sampling.Nilai interval sampling ditentukan dengan nilai penggal (cutoff) yang menghilangkan zona tidak poduktif sehingga di dapatkan zona net reservoir dan net pay.Net reservoir merupakan zona produktif reservoar dengan nilai porositas besar dan kandungan lempung kecil, sedangkan net pay zona produktif reservoar yang hanya tersaturasi hidrokarbon sehingga ditambahkan nilai penggal saturasi air dimana saturasi air yang tinggi tidak diperlukan. Metode Seismik Refleksi Dalam Eksplorasi Hidrokarbon Metode seismik refleksi didasari oleh perekaman dan pengukuran refleksi dari beberapa batas lapisan bawah permukaan bumi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami sifat gelombang refleksi yang terpantulkan pertama kali dan informasi yang dicirikan oleh refleksi itu sendiri. Untuk mengetahui batas-batas reflektor dari sinyal yang dikirim kedalam bumi. Sinyal dikirim kedalam bumi sebagai gelombang elastik. Pantulan dari gelombang seismik tersebut terjadi pada saat adanya perubahan impedansi akustik sebagai fungsi dari kecepatan dan densitas. Tahap interpretasi bertujuan untuk menerjemahkan data seismik ke dalam pengertian geologi. Pada tahap ini keluaran dari tahap pengolahan dapat langsung diinterpretasikan maupun diolah secara lanjut untuk memudahkan penginterpretasian. Komponen Seismik Refleksi Komponen yang dihasilkan disini adalah hal-hal yang dihasilkan atau diturunkan (derivative value) dari parameter dasarseismik refleksi. Impedansi Akustik Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Impedansi akustik adalah fungsi perkalian antara densitas media rambat dengan kecepatan media rambat dan dinyatakan dalam rumus: AI= ρ.V (2.9) AI= Impendasi Akustik ρ = densitas V = kecepatan Kecepatan memiliki peran yang lebih penting dalam mengontrol harga impedansi akustik karena perubahan kecepatan lebih signifikan daripada perubahan densitas secara lateral maupun vertikal. Perubahan nilai impedansi akustik dapat menandakan perubahan karakteristik batuan seperti litologi, porositas, kekerasan dan kandungan fluida. impedansi akustik dapat dianalogikan berbanding lurus terhadap kekerasan batuan dan berbandingterbalik dengan porositas. Koefisien Refleksi Reflektivitas disebut juga sebagai koefisien refleksi (KR),adalah merupakan konsep fisika dalam metode seismik. Padadasarnya setiap koefisien refleksi dapat dianggap sebuah respondari wavelet seismik terhadap sebuah perubahan impedansi akustik di dalam bumi yang didefinisikan sebagai hasilperkalian antara kecepatan kompresional dan densitas. Secaramatematis, konversi dari impedansi akustik ke reflektivitasmeliputi pembagian beda impedansi akustik dengan jumlahimpedansi akustik tersebut. Hal ini akan memberikan persamaankoefisien refleksi pada batas antara kedua lapisan yaitu (Sukmono, 1999) : !" !(!!!) !!(!!!) !!! !!" !!! = !"! = ! ! (!!!) !!(!!!) ! !! !!" !!!" !"!!! = !"! !!!"! ! (2.10) (2.11) Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Jika harga impedansi akustik suatu lapisan diketahui, makaharga impedansi akustik lapisan berikutnya adalah: !"(!!!) = !"! !!!! !!!! (2.12) dengan : KR0= koefisien refleksi ρi= densitas medium i ρi+1= densitas medium i+1 Vpi= kecepatan gelombang P pada medium i Vpi+1= kecepatan gelombang P pada medium i+1 AIi= ρiVpi= nilai impedansi akustik pada lapisan ke i AIi+1 = ρ(i+1) Vp(i+1) = nilai impedansi akustik pada lapisan ke i+1 Koefisien refleksi ini dapat bernilai positif atau negatiftergantung pada besarnya nilai impedansi akustik kedua medium.Nilai mutlak koefisien refleksi tidak lebih dari satu. Nilai positifatau negatif ini akan berpengaruh pada polaritas gelombangseismik yang dihasilkan.Koefisien refleksi memiliki range antara –1 dan +1. Jikaimpedansi akustik pada Z2 lebih besar dari impedansi akustikpada Z1, dimana gelombang menjalar dari batuan dengan hargadensitas dan kecepatan yang lebih tinggi, maka harga koefisienrefleksi akan positif. Harga koefisien refleksi pada umumnyasemakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman karenapersentasi dari variasi impedansi akustik yang juga semakin kecilterhadap kedalaman. Polaritas Seismik Salah satu hal penting yang harus diketahui oleh seoranginterpreter ketika melakukan analisis data seismik adalah tipepolaritas yang digunakan dalam rekaman seismik. Tipe polaritasyang digunakan akan menjelaskan bagaimana waveletmencerminkan koefisien refleksi baik positif maupun negatif. Brown dalam Sukmono, (2001) membagi kedua jenispolaritas tersebut menjadi polaritas konvensi Amerika (SEG) dankonvensi Eropa yang polanya saling berkebalikan. Dari Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 keduajenis polaritas tersebut, polaritas konvensi Amerika (SEG)adalah yang sering digunakan sebagai polaritas standar. DefinisiSEG (Society of Exploration Geophysicist), terhadap polaritasnormal menyatakan bahwa sinyal yang memiliki polaritas positif(menandakan adanya kenaikan impedansi akustik) direkamdengan angka negatif pada perekam, memiliki defleksigelombang negatif pada monitor dan ditampilkan sebagai lembah(trough) pada tampilan seismik. Sedangkan sinyal yang memilikipolaritas negatif (menandakan adanya penurunan nilai impedansiakustik), dinyatakan dengan puncak (peak). Dengan menggunakan polaritas normal konvensi SEG tersebut maka: 1. Pada bidang batas refleksi dimana impedansi akustiklapisan kedua lebih besar dari impedansi akustik lapisanpertama, defleksinya akan berupa trough. 2. Pada bidang batas refleksi dimana impedansi akustiklapisan kedua lebih kecil dari impedansi akustik lapisanpertama, defleksinya akan berupa peak. Wavelet Wavelet merupakan kumpulan dari sejumlah gelombangharmonik yang mempunyai amplitudo, frekuensi, dan fasatertentu. Suatu gelombang harmonik dapat dilihat secara unikmelalui tiga karakter gelombang, yaitu: 1. Amplitudo maksimum adalah simpangan maksimumgelombang harmonik simpangan rata rata. 2. Frekuensi adalah jumlah putaran gelombang perdetik.Frekuensi dapat ditentukan dengan menghitung jumlahpuncak dalam interval satu detik. 3. Fasa selalu diukur relatif terhadap suatu referensi. Ada empat macam jenis wavelet (Gambar 2.15) berdasarkanfase gelombangnya yaitu wavelet fase nol, fase maksimum, faseminimum, dan fase campuran. Tipe-tipe wavelet ini mempunyailetak konsentrasi energi yang berbeda-beda. Wavelet fase nolmempunyai konsentrasi energi maksimum di tengah, mempunyaiwaktu tunda nol dan sempit dalam kawasan waktu. Wavelet faseminimum mempunyai energi terpusat pada bagian depan danmempunyai pergeseran fase kecil pada setiap frekuensi. Waveletfase Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 maksimum mempunyai konsentrasi energi di akhir.Sedangkan wavelet campuran merupakan wavelet yangmempunyai energi campuran dari ketiga bentuk wavelet yanglain. Trace Seismik Model dasar dan yang sering digunakan dalam model satudimensi untuk trace seismik yaitu mengacu pada modelkonvolusi yang menyatakan bahwa tiap trace merupakan hasilkonvolusi sederhana dari refelektivitas bumi dengan fungsisumber seismik ditambah dengan noise. Dalam bentukpersamaan dapat dituliskan sebagai berikut (tanda * menyatakankonvolusi) : S (t) = W (t) * r (t) + n (t) (2.14) Dimana : S (t) = trace seismik W (t) = wavelet seismik r (t) = reflektivitas bumi, dan n (t) = noise. Konvolusi dapat dinyatakan sebagai “penggantian(replacing)” setiap koefisien refleksi dalam skala waveletkemudian menjumlahkan hasilnya seperti yang dinyatakan olehRussell (1996) : “Convolution can be thought of as “replacing” eachreflection coefficient with ascaled version of waletet andsumming the result”. Sudah diketahui bahwa refleksi utama bersosiasi denganperubahan harga impedansi. Selain itu wavelet seismik umumnyalebih panjang daripada spasi antara kontras impedansi yangmenghasilkan koefisien refleksi. Dapat diperhatikan bahwakonvolusi dengan wavelet cenderung “mereduksi” koefisienrefleksi sehingga mengurangi resolusi untuk memisahkanreflektor yang berdekatan. Well Seismic Tie Well seismic tie merupakan suatu tahapan untukmengikatkan data sumur terhadap data seismik. Ini digunakanuntuk menempatkan even reflektor seismik pada kedalaman Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 yangsebenarnya serta untuk mengkorelasikan informasi geologi yangdiperoleh dari data sumur dengan data seismik. Prinsip yangdigunakan adalah mencocokkan even refleksi pada data seismikdengan seismogram sintetik yang bersesuaian dengan suatubidang batas. Pencocokkan dilakukan dengan mengkoreksi nilaitabel time-depth dari data check-shot tiap sumur agar twt even-evenpada seismogram sintetik sama dengan data seismik. Analisa well seismic tie memperlihatkan bahwa seismogramsintetik memiliki even-even refleksi yang berkorelasi denganhorizon-horizon pada data seismik yang merepresentasikanperubahan koefisien refleksi atau suatu bidang batas perlapisanbatuan. Pola refleksi yang direpresentasikan dengan amplitudowavelet seismogram sintetik bersesuaian dengan waveletseismik. Metode Inversi Seismik Inversi seismik adalah suatu metode untuk mendapatkan model geologi bawah permukaan dari data seismik dengan data log (sumur) sebagai kontrolnya (Sukmono, 2007). Parameter yang didapatkan dari inversi seismik adalah impedansi akustik (Z).Dari data densitas dan sonik dari sumur didapatkan nilai impedans kemudian didapatkan nilai koefisien refleksi. Koefisien refleksi tersebut dikonvolusikan dengan wavelet sehingga didapatkan seismogram sintetik yang selanjutkan akan digunakan untuk well-seismik tie. Terdapat beberapa model inversi seismik, tapi dalam penelitian ini menggunakan inversi model-based. Secara umum, inversi model-based menggunakan model awal impedansi yang berasal dari sumur lokal dan kemudian di generate ke dalam volum seismik secara lateral dengan panduan horizon. Hasil inversi dapat digunakan untuk melakukan karakterisasi reservoar. Analisa Multiatribut Seismik Analisa multiatribut merupakan salah satu metode statistika yang menggunakan lebih dari satu atribut untuk memprediksi beberapa properti fisik dari dalam bumi. Dengan analisis ini dicari hubungan antara log dengan data seismik, kemudian digunakan untuk mengestimasi atau memprediksi volum dari properti log pada volum seismik. Atribut sendiri didefinisikan oleh Chen dan Sydney (1997) sebagai segala informasi yang bisa didapatkan dari seismik, baik dengan pengukuran secara langsung atau dengan Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 analisis berdasarkan pengalaman. Barnes (1999) mendefinisikan atribut seismik sebagai sifat kuantitatif dan deskriptif dari seismik yang dapat ditampilkan pada skala yang sama dengan data orisinal. Sedangkan definisi atribut menurut Brown (1999) adalah suatu derivatif pengukuran seismik dasar. Gambar 2.16 adalah gambar diagram atribut seismik. Gambar 2.16 Diagram atribut seismik (Sukmono, 2007) Pada sifat reservoar tertentu beberapa atribut seismik lebih sensitif dibandingkan dengan atribut seismik lainnya, sedangkan atribut seismik lainnya juga dapat menampilkan informasi bawah permukaan yang mula-mula tersembunyi menjadi lebih baik, atau bahkan dapat mendeteksi Direct Hydrocarbon Indicator (DHI). Beberapa atribut seismik sangat berkaitan erat dengan porositas karena porositas memiliki peran besar dalam mempengaruhi efek penjalaran gelombang dalam medium. Atribut seismik dapat dikategorikan menjadi 2 kelompak, yaitu: a. Atribut Horizontal-Based : dihitung sebagai nilai rata-rata antara 2 horizon. b. Atribut Sampled-Based : nilai dihitung per sampel. Atribut yang digunakan dalam analisa multiatribut menggunakan software Humpson Russell (EMERGE) dalam bentuk sampled-based attributes.Terdapat 6 macam atribut yang digunakan dalam atribut sample-based yang digunakan sebagai atribut internal: a. Atribut sesaat atau atribut kompleks b. Atribut jendela frekuensi c. Atribut filter slice Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 d. Derivatif attributes e. Integrated attributes f. Atribut waktu Regresi Linear Multiatribut Pengembangan dari crossplot konvensional adalah dengan menggunakan multiple attribute. Dalam metode ini bertujuan mencari sebuah operator yang dapat memprediksi log sumur dari data seismik di dekatnya. Pada kenyataannya kita menganalisa data atribut seismik bukan data seismik itu sendiri.Karena data atribut lebih menguntungkan data seismik itu sendiri, sehingga mampu meningkatkan kemampuan prediksi. Pada tiap sampel waktu, log target dimodelkan oleh persamaan linier: ! ! = !! + !! !! ! + !! !! ! + !! !! ! (2.15) Pembobotan pada persamaan ini dihasilkan dengan meminimalisasi mean squared prediction error. !! = ! ! ! !!! (!! − !! − !! !!! − !! !!! − !! !!! )! (2.16) Untuk mendapatkan kombinasi atribut yang paling baik untuk memprediksi log target dilakukan proses stepwise regression. Tahap awal proses ini dengan menggunakan trial and error untuk mencari atribut tunggal pertama yang paling baik. Atribut terbaik adalah yang memberikan eror prediksi yang paling rendah.Tahap kedua, dicari pasangan atribut yang paling baik, yaitu pasangan yang memberikan eror paling kecil. Tahap pertama dan kedua akan terus berulang sebanyak yang diinginkan. Eror prediksi untuk n atribut selalu lebih kecil atau sama dengan n-1 atribut. Semakin banyak jumlah atribut yang digunakan, maka eror prediksi akan semakin berkurang. Namun makin banyak atribut yang digunakan data yang dihasilkan akan buruk bila diterapkan pada data baru (yang tidak termasuk data training) karena atribut tersebut terlalu dicocokkan dengan data training. Hal ini dinamakan over training. Hasil dan Pembahasan Kandungan Lempung dan Porositas Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Perhitungan kandungan lempung dilakukan pada ketiga sumur dengan menggunakan indikator tunggal GR, resistivitas, dan indikator ganda neutron-densitas.Evaluasi kandungan lempung ini dilakukan pada masing-masing zona di tiap sumurnya. Gambar 4.1 Zona Target pada sumur 1 Pada sumur 1 zona yang diangap potensial dengan kandungan lempung sedikit adalah zona yang ditandai dengan kotak berwarna hijau yang berada pada kedalaman 5100-5300 feet. Zona tersebut berada pada formasi Top Chalk, yaitu formasi ekofisk yang memiliki besar kandungan lempung 3%. Zona resevoar tersebut merupakan Limestone/Chalk yang memiliki Porositas sebesar 27-32%. Dari analisis log berdasarkan parameter Gamma Ray, Resistivity dan Crossover antara porositas neutron dan densitas dapat dilihat bahwa zona tersebut memiliki kemungkinan menjadi sebuah reservoir yang baik, tetapi ada kendala berupa Sw yang cenderung mendekati 1, yang berarti zona tersebut tidak memenuhi keadaan yang menandakan adanya HC. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Gambar 4.2 Zona Target pada sumur 2 Pada sumur 2 ini terdapat kesulitan untuk menentukan zona target pada log akibat data log yang tidak komplit. Tetapi dari data log Gamma Ray dan Resistivity kita masih dapat menganalisa kemungkinan adanya potensi hidrokarbon. Gamma Ray yang rendah pada zona di dalam kotak berwarna hijau menandakan adanya zona permeabel sebagai sebuah reservoir dan resistivitas yang tinggi menandakan kemungkinan terdapat HC. Kendala yang terdapat di log ini adalah tidak lengkapnya log porositas neutron dan densitas sehingga kita tidak dapat menentukan porositas di daerah target. Pada sumur 3 terdapat zona potensial yang cukup tebal dimana ada indikasi HC dari log resistivitas dan Crossover porositas neutron dan densitas. Sw yang terdapat di zona target juga berkisar 28-40%. Kemungkinan besar terdapat kandungan HC pada reservoir tesebut. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Gambar 4.3 Zona Target pada sumur 3 Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Gambar 4.4 Zona Target pada sumur 4 Cutoff dan Lumping Berdasarkan proses penentuan cutoff pada BAB III, masing-masing sumur memiliki nilai cutoff porositas dan kandungan lempung. Masing-masing nilai di semua sumur dirataratakan sehingga didapatkan suatu nilai yang digunakan untuk pembuatan lumping. Untuk nilai saturasi air cutoffyang digunakan 50%. Nilai cutoff tiap sumurnya berada pada tabel 4.1. Dengan memasukkan nilai cutoff porositas sebesar 0,06 (pembulatan) atau 6% dan cutoff kandungan lempung sebesar 60% sehingga dihasilkan net reservoir. Bila net reservoir ditambahkan nilai cutoff saturasi air maka didapatkan net pay sebagai indikator zona potensial akan hidrokarbon. Tabel 4.1 Cutoff porositas, Sw dan kandungan lempung Sumur WELL 1 WELL 2 Well 3 WELL 4 PHIE 0.296 0.183 0.45 0.262 VWCL 0.153 0.122 0 0.09 SW 0.832 0.209 0.425 0.55 Reservoar yang potensial dengan produksi banyak, sebaiknya memiliki nilai net to gross (NTG) yang besar sebagai representasi rasio reservoar yang dapat menampung hidrokarbon.NTG yang baik adalah NTG dengan rasio mendekati 1. Nilai tersebut dipengaruhi oleh nilai porositas, kandungan lempung, dan saturasi air pada reservoar. Analisa Multiatribut Untuk membuat volum pseudo log, harus membutuhkan suatu parameter untuk saling mengintegrasikan antara data seismik di sekitar sumur dengan data log. Parameter itu adalah atribut seismik. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Proses analisa multiatribut berawal dari pemilihan property log dari sumur yang ingin diintegrasikan dengan data seismik sebagai parameter pembuatan pseudo volum.Dalam penelitian ini, property log yang akan dipilih adalah porositas efektif (PHIE) dan saturasi air (SW). Kemudian dilajutkan dengan memasukkan data RAW seismik dan hasil inversi sebagai atribut eksternal.Pemilihan time window dalam analisa atribut ini akan menentukan seberapa besar korelasi antara atribut log sebenarnya dengan atribut log hasil prediksi melalui analisa multiatribut ini. Hasil dari multiatribut menggunakan data porositas menunjukkan hasil penyebaran porositas pada penampang seismik dapat dilihat pada Gambar 4.5. Selain porositas kita juga menggunakan saturasi air agar kita dapat melihat persebaran saturasi air pada penampang seismic Gambar 4.6. Gambar 4.5 Penampang porositas hasil multiatribut Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Gambar 4.6 Penampang Sw hasil multiatribut Gambar 4.7 Hasil korelasi Data Multiatribut Dari hasil pendistribusian Porositas dan Water Saturation dapat kita peroleh peta penyebaran porositas dan saturasi air pada surface seismik. Peta penyebaran porositas dan saturasi air dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Gambar 4.8 Peta penyebaran Porositas Gambar 4.9 Peta penyebaran Sw Dari peta penyebaran porositas kita dapat melihat bahwa porositas yang baik berwarna merah hingga ungu. Kemudian dari peta penyebaran Sw kita dapat juga melihat bahwa daerah yang memiliki Sw yang rendah berwarna hijau. Reservoar yang baik memiliki porositas yang tinggi dan Sw yang rendah, maka kita memeprkirakan daerah mana yang merupakan sebuah reservoar yang potensial. Zona yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru merupakan zona yang memiliki porositas dan Sw yang baik untuk sebuah reservoar. Nilai porositas di zona tersebut berkisar antara 18-22% dan nilai Sw berkisar antara 20-46%. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Kesimpulan 1. Dilihat dari data petrofisiknya, formasi karbonat yang terdapat di lapangan Danish North Sea. 2. Nilai penggal (cutoff) porositas sebesar 6%, kandungan lempung 60%, dan saturasi air 50%. 3. Pembuatan lumping sangat memudahkan dalam pendeskripsian reservoar. 4. Dari hasil perhitungan petrofisika, formasi yang memiliki prospek sebagai reservoar yang baik memiliki nilai porositas 20%-40% dan saturasi air 30-40%. 5. Metode seismik inversi dapat memprediksi penyebaran porositas berdasarkan hasil properti AI. 6. Analisa multiatribut dapat memprediksi distribusi sifat fisik batuan keseluruhan pada volume data seismik. 7. Dengan melihat distribusi parameter petrofisika, akan memudahkan dalam melakukan interpretasi hingga tahap pemodelan. Daftar Referensi Hampson-Russell Software Service, Ltd., 2000, Strata Analysis Tutorial. Hampson, Dan., Todorov, Todor., and Russel, Brian., 2000, Using multi-attribute transforms to predict log properties from seismic data, Exploration Geophysics (2000) vol. 31 No. 3, 481-487. Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield Service, Edisi ke-8, Jakarta. Schultz, P. S., Ronen, S., Hattori, M., dan Corbett, C., 1994, Seismic Guided Estimation of Log Properties, The Leading Edge, Vol. 13, hal. 305-315. Sukmono, S., 1999, Interpretasi Seismik Refleksi, Geophysical Engineering, Bandung Institute of Techology Bandung. Sukmono, S., 2000, Seismik Inversi untuk Karakterisasi Reservoir, Bandung, ITB. Sukmono, S., 2001, Seismic Inversion and AVO Analysis for Reservoir Characterization, Departemen Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014 Asquith, G. dan Krygowski, D. 2004, Basic Well Log Analysis, The American Association of Petroleum Geologist, Tjulsa, Oklahoma. Bassiouni, Zaki. 1994. Theory, Measurement, and Interpretation of Well Logs, volume 4, Society of Petroleum Engineers, Louisiana. Glover, Paul. 2007. Petrophysics MSc course notes Harsono, Adi. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi log. Schlumberger Oilfield Services Sukmono, S. 2007. Fundamentals of Seismic Interpretation, Geophysical Engineering, Bandung Institute of Technology, Bandung. Sukmono, S. 2001. Seismik Atribut Untuk Karakterisasi Reservoar.Lab. Geofisika Reservoar. Jurusan Teknik Geofisika ITB, Bandung. Zain, Riki P. 2012. Analisa Petrofisika dan Multiatribut Seismik Untuk Karakterisasi Reservoar pada Lapangan Spinel Cekungan Cooper-Eromanga, Australia Selatan. Kekhususan Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Nainggolan, Sufrianto M. 2013. Analisis Petrofisika Dan Multiatribut Seismik Untuk Karakterisasi Reservoar Pada Lapangan Penobscot, Nova Skotia,Kanada. Kekhususan Geofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Analisis petrofisika dan..., Janitra Aradea Putra, FMIPA, UI, 2014