Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) atau Quantitative

advertisement
Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA)
atau
Quantitative Structure–Activity Relationship (QSAR)
MAKALAH
KIMIA MEDISINAL
“HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-AKTIVITAS”
Oleh:
Kelompok 4
Feni Puspita D.
(142210101053)
Anjar Rina Rahayu
(142210101071)
Eva W.
(142210101063)
Rizka Illa Chassana
(142210101065)
Laurensia Jeny
(142210101057)
Mila Nur A.
(142210101065)
Intan Fahri Safitri
(142210101069)
Tsulsiyah Zahroh Putri
(142210101051)
Widyaning Dwi A.
(142210101065)
Rofiko Nuning
(132210101039)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehinga makalah dengan judul “Hubungan Kuantitatif
Struktur-Aktivitas” ini dapat terselesaikan sebagai tugas Kimia Medisinal.
Tanpa adanya semangat, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Indah Purnama Sary , M.Farm , Apt. sebagai dosen Kimia Medisinal, serta teman-teman
yang memberikan bantuan materil maupun doa sehingga pembuatan makalah ini dapat
berjalan dengan lancar, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kimia komputasi menawarkan sebuah solusi dalam desain
senyawa obat baru. Salah satu metode kimia komputasi yang populer dalam desain
obat adalah Hubungaan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA). Hubungan kuantitatif
struktur dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan bagian penting rancangan
obat, dalam usaha mendapatkan suatu obat baru dengan aktivitas yang lebih besar,
keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas atau efek samping sekecil mungkin dan
kenyamanan yang lebih besar. Selain itu dengan menggunakan model HKSA, akan
lebih banyak menghemat biaya atau lebih ekonomis, karena untuk mendapatkan obat
baru dengan aktivitas yang dikehendaki, faktor coba-coba ditekan sekecil mungkin
sehingga jalur sintesis menjadi lebih pendek.
Dalam mempelajari aktivitas suatu obat dengan metode Quantitative Structure
Activity Relationship (QSAR) atau Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA),
diperlukan parameter-parameter fisika kimia tertentu yang berkaitan, sehingga dapat
digunakan untuk memprediksi molekul obat baru yang lebih potensial. Ada tiga
macam parameter fisika kimia, yaitu parameter hidrofobik, efek elektronik, dan efek
sterik.
Sampai saat ini ,hubungan kuantitatif antara aktivitas biologis dan parameter
yang menggambarkan perubahan sifat kimia fisika, yaitu parameter hidrofobik,
elektronik dan sterik, pada suatu seri molekul, mulai dikembangkan secara lebih
intensif. Pengembangan atau adanya Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas
(HKSA) ini dapat menunjang interaksi obat-reseptor dan meramalkan jalur sintesis
obat yang lebih menguntungkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dari Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR)
atau Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas (HKSA) ?
1.2.2 Apa saja metode yang digunakan dalam kajian HKSA ?
1.2.3 Bagaimana pendekatan dalam model HKSA ?
1.2.4 Bagaimana analisis statistik menggunakan HKSA ?
1.3 Tujuan
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin didapat, antara
lain:
1.3.1Mahasiswa dapat mengetahui pengertian tentang Hubungan Kuantitatif Struktur
1.3.2
1.3.3
(HKSA) atau Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR)
Mahasiswa dapat mengetahui metode yang digunakan dalam HKSA
Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan dalam model HKSa dan dapat
memberikan contoh penggunaan pemodelan molekul dalam menentukan
Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas (HKSA) obat dengan sifat suatu
1.3.4
senyawa
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana analisis statistik menggunakan
HKSA
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Quantitative Structure Activity Relationship (QSAR) atau Hubungan Kuantitatif
Struktur Aktivitas (HKSA), merupakan salah satu bidang kajian kimia yang menghubungkan sifat struktur dengan aktivitas obat suatu senyawa. Kimia komputasi
dapat digunakan sebagai data prediktor teoritis seperti muatan atom, dipol dan
spektra senyawa untuk digunakan sebagai masukan dalam menghasilkan persamaan
HKSA. Jika persamaan HKSA telah dihasilkan, maka dapat didesain suatu senyawa
dengan aktivitas tertentu dan memberikan prediksi tersebut kepada ilmuwan sintesis
untuk mensintesis senyawa tersebut.
Berikut beberapa pengertian HKSA menurut beberapa ahli :

Menurut Crum, Brown, dan Fraser (1869)
HKSA adalah aktivitas biologis alkaloida alam, seperti striknin, brusin, tebain,
kodein, morfin dan nikotin akan menurun atau hilang bila direaksikan dengan
matil iodida è efek biologis suatu senyawa (ɸ) merupakan fungsi dari struktur
kimianya (C)

Menurut Overton (1897) dan Mayer (1899)
HKSA adalah efek narkosis senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kimia
bervariasi berhubungan dengan nilai koefisien partisi lemak/air.

Menurut Ferguson (1939)
HKSA adalah aktivitas bakterisid turunan fenol mempunyai hubungan linier
dengan kelarutan dalam air.

Menurut Corwin Hansch dkk (1963)
HKSA adalah menghubungkan struktur kimia dan aktivitas biologis obat melalui
sifat-sifat kimia fisika è kelarutan dalam lemak (lipofilik), derajat ionisasi
(elektronik), dan ukuran molekul (sterik).
2.2 Metode Yang Digunakan Dalam Kajian HKSA
Konsep bahwa aktivitas biologis suatu senyawa berhubungan dengan struktur
kimia, pertama kali di kemukakan oleh Crum, Brown dan Fraser (1869). Mereka
menunjukkan bahwa aktivitas biologis beberapa alkaloida alam seperti striknin,
brusin, tebain, kodein, morfin dan nikotin yang mengandung gugus ammonium
tersier akan menurun atau hilang bila direaksikan dengan metyl iodide, melalui
reaksi metilasi membentuk ammonium kuartener. Mereka juga memberikan postulat
bahwa efek biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya.
Ada beberapa model pendekatan hubungan kuantitatif struktur-aktivitas antara
lain adalah pendekatan HKSA Free-Wilson, pendekatan HKSA Hansch, pendekatan
mekanika kuantum dan pendekatan konektivitas molekul.
A. Model Pendekatan HKSA Free-Wilson
Free dan Wilson (1964), mengembangkan suatu konsep hubungan
struktur dan aktivitas biologis obat, yang dinamakan model de novo atau model
matematik Free-Wilson. Mereka mengemukakan bahwa respons biologis
merupakan sumbangan aktivitas dari gugus-gugus substituent terhadap aktivitas
biologis senyawa induk yang dinyatakan melalui persamaan berikut
Log 1/C = Σ S + μ
[1]
Log 1/C
: logaritma aktivitas biologis
ΣS
: total sumbangan substituent terhadap aktivitas biologis senyawa
induk
Μ
: aktivitas biologis senyawa induk
Pada substitusi bermacam-macam gugus pada daerah atau zona yang
berbeda dalam struktur senyawa induk, maka:
Log 1/C = Σ An . Bn + μ
[2]
Σ A n . Bn
: total sumbangan aktivitas dari n substituen dalam n zona
terhadap aktivitas senyawa induk
Jumlah senyawa yang di sintesis merupakan hasil kali jumlah substituen pada
tiap-tiap zona dari senyawa induk.
B. Model Pendekatan HKSA Hansch
Metode HKSA pertama dan yang paling terkenal adalah model yang
diusulkan oleh Hansch yang menyatakan hubungan lipofilitas relatif dengan
potensi biologi yang digabungkan dengan hubungan energi bebas linier (LFER)
untuk model persamaan umum HKSA dalam konteks biologi . Lebih jauh,
Hansch menyatakan bahwa hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis
(log 1/C) suatu turunan senyawa dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui
parameter-parameter sifat fisika kimia dari substituen yaitu parameter
hidrofofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es) yang terdapat pada molekul .
Hansch (1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubungan struktur
kimia dengan aktivitas biologis (Log 1/C) suatu turunan senyawa dapat
dinyatakan secara kuantitatif melalui paramneter-parameter sifat kimia fisika
dari substituen yaitu parameter hidrofobik (π), elektronik (σ) dan sterik (Es).
Model pendekatan ini di sebut pula model hubungan energy bebas linier (Linier
Free Energy Relationship = LFER) atau pendekatan ekstratermodinamik.
Pendekatan ini menggunakan dasar persamaan Hammett yang didapat dari
kecepatan hidrolisis turunan asam benzoate, sebagai berikut:
Log 1/C = a Σ π + b Σ σ + c Σ Es + d
C
: kadar untuk respons biologis baku
Σ π, Σ σ dan Σ Es
: sumbangan sifat-sifat lipofilik, elektronik dan sterik dari
gugus-gugus terhadap sifat-sifat senyawa induk yang
berhubungan dengan aktivitas biologis
a, b, c, dan d
: bilangan (tetapan) yang di dapat dari perhitungan
analisis regresi linier
Dalam HKSA model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak di
gunakan dibanding model de novo Free-Wilson, karena lebih sederhana serta
konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia fisika organik
yang sudah ada, dapat untuk hubungan linier dan non-linier, data parameter sifat
kimia fisika substituent sudah banyak tersedia dalam banyak tabel, model
Hansch telah banyak di gunakan untuk menjelaskan hubungan struktur aktifitas
turunan obat.
Model de novo ini kurang berkembang, Karena :
1. Tidak dapat digunakan bila efek substituen tidak bersifat linier.
2. Bila ada interaksi antar substituen.
3. Memerlukan banyak senyawa dengan kombinasi substituen bervariasi untuk
menarik kesimpulan yang benar.
Keuntungannya :
1.
Dengan menguji HKSA turunan senyawa dengan bermacam-macam gugus
substitusi pada berbagai zona.
2.
Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisikadari senyawa dan uji
aktivitas lebih lambat dibanding sengan sintesis turunan senyawa.
Dalam HKSA, model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak digunakan
dibanding model de novo Free-Wilson, oleh karena :
1.
Lebih sederhana.
2.
Konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia fisika
organik yang sudah ada.
3.
Dapat untuk hubungan linier dan non-linier.
4.
Data parameter sifat kimia fisika substituen sudah banyak tersedia dalam
tabel-tabel.
5.
Model Hansch telah banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan
struktur aktivitas turunan obat.
C. Metode HKSA-3D
Analisis HKSA tiga dimensi (3D) dikembangkan sebagai antisipasi
permasalahan yang terdapat pada analisis Hansch, yaitu senyawa-senyawa
enantiomer yang memiliki kuantitas kimia fisika sama tetapi aktivitas biologi
berbeda. Ternyata diketahui bahwa efek stereokimia memegang peranan penting
pada harga aktivitas biologis.
Metode HKSA 3D menggunakan analisis perbandingan medan
molekular atau Comparative Molecular Field Analysis (CoMFA). CoMFA
dikembangkan sebagai pendekatan lain yang memasukkan bentuk deskriptor
dalam HKSA. Metode ini berusaha menyusun suatu hubungan antara aktivitas
biologi dan sifat sterik dan atau elektrostatik dari suatu seri senyawa.
Metode CoMFA berdasarkan pada congeneric suatu seri molekul.
Molekul-molekul tersebut terhampar sehingga strukturnya tumpang tindih dan
berada pada konformasi dengan aktivitas optimum. Medan molekular masing-
masing molekul kemudian dihitung dengan menempatkan molekul yang
tumpang tindih dalam bentuk tiga dimensi .
2.3 Teori Obat-Reseptor
Reseptor adalah komponen sel yang bergabung dengan obat secara kimia agar
dapat menimbulkan efek, istilah reseptor menggambarkan tempat dimana obat
berinteraksi untuk menimbulkan efek.
Wujud dan kriteria reseptor antara lain :
1) Lipoprotein atau glikoprotein adalah jenis reseptor yang paling umum keduanya
biasanya terpadu kuat dalam membrane plasma atau membran organel sel
sebagai protein intrinsic. Akibatnya mereka sulit diisolasi karena strukturnya
(dank arena itu fungsinya) terkungkung oleh membrane sekitarnya. Isolasi
molekul reseptor dapat merusak bentuk atau melumpuhkan struktur, bahkan
hingga hilang sifat khasnya untuk mengikat. Hal demikian terjadi sewaktu
pertama kali dicoba mengisolasi reseptor opiate, dalam hal ini keadaannya lebih
menguntungkan seperti misalnya dibuktikan dengan berhasilnya pengisolasian
reseptor kolinergik.
2) Lipid sendiri kadang-kadang dapat di anggap sebagai reseptor. Efek tak khas
anastetika local terhadap ionofor kolinergik dapat di kaitkan dengan antaraksi
obat amfifilik ini dengan ‘annnulus’ (cincin) lipid dari protein ionofor. Walaupun
lapisan lipid ini hanya beberapa molekul tebalnya, dia membungkus protein
dengan sempurna dan sangat berpengaruh pada bentuk protein it. Baru baru ini
di kemukakan adanya subunit ikatan anestetika local pada senyawa kompleks
reseptor kolinergik.
3) Protein murni sering berfungsi sebagai reseptor obat seperti halnya enzim.
Banyak obat menimbulkan efeknya dengan secara khusus mempengaruhi enzim
yang penting dalam reraksi biokimia, dan dengan demikian mengubah
fungsinya.
Reseptor
meneruskan
pesan
pemberita
pertama
yaitu
neurotransmitter, hormone, atau obat melalui membrane sel, reseptor itu di
gabungkan kepada system efektor atau molekul.
4) Asam nukleat terdiri dari atas kelompok reseptr obat yang penting dalam arti
yang luas, sejumlah antibiotic dan zat anti tumor langsung mengganggu replikasi
atau transkripsi AND atau menghambat translasi pesan genetika pada ribosom,
sisi akseptor hormone steroid juga AND dan menunjukkan kekhasan yang sangat
tinggi yang tidak kita pahami sama sekali.
2.4 Aktivitas Obat
Aktivitas senyawa bioaktif disebabkan oleh interaksi antara molekul obat
dengan bagian molekul dari obyek biologis yaitu reseptor spesifik. Untuk dapat
berinteraksi dengan reseptor spesifik dan menimbulkan aktivitas spesifik, senyawa
bioaktif harus mempunyai struktur sterik dan distribusi muatan yang spesifik pula.
ada beberapa fasa yang mempengaruhi aktivitas obat, diantaranya fasa farmasetik,
fasa farmakokinetik dan fasa farmakodinamik.
Berikut beberapa fasa yang mempengaruhi aktifitas obat :
1) Fasa farmasetik meliputi fasa I, dimana sediaan mengalami desinegrasi
kemudian senyawa aktif mengalami dispersi molekul dan melarut.
2) Fasa farmakokinetik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses
absorbsi molekul obat yang menghasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu
senyawa aktif dalam cairan darah (pH=7,4) yang akan didistribusikan kejaringan
atau organ tubuh. Fasa III adalah fasa yang melibatkan proses distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat yang menentukan kadar senyawa aktif pada
kompartemen tempat reseptor berada.
3) Fasa Farmakodinamik meliputi proses fasa IV dan fasa V, fasa IV adalah tahap
interaksi molekul senyawa aktif dengan tempat aksi spesifik atau reseptor pada
jaringan target, yang dipengaruhi oleh ikatan kimia yang terlibat, seperti ikatan
kovalen, ion, van der Waal's, hidrogen, hidrofob, ion-dipol, keserasian bentuk
dan ukuran molekul. Fasa V adalah induksi rangsangan, dengan melalui proses
biokimia, menyebabkan terjadinya respon biologis. Hubungan antara rangsangan
dan respons tidak tergantung pada sifat molekul obat. Rancangan obat dapat
dilakukan pada fasa I sampai IV.
Berikut beberapa aktivitas obat :
1) Aktivitas pada Fasa Farmakokinetik
Faktor penentunya diantaranya adalah :

Sistem kompartemen dalam cairan tubuh, seperti : cairan intrasel, cairan
ekstrasel (plasma darah, cairan interstitiel, cairan serebrospinal) dan berbagai
fasa lipofil dalam tubuh.

Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa biologis yang
mungkin dapat mengikat obat.

Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen biologis, terutama
hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat
menentukan kinetika obat.

Dosis dan sediaan obat, ttranspor antar kompartemen seperti proses absorbsi,
bioaktivasi, biodegradasi dan eksresi, yang menentukan lama obat dalam
tubuh.
2) Aktivitas yang Terjadi pada Proses Farmakokinetik Lingkungan
Farmakokinetik lingkungan mempelajari tentang interaksi antara mahluk
hidup, manusia, hewan, dan tumbuhan dengan senyawa-senyawa kimia yang
tersebar dilingkungan. Studi farmakokinetik meliputi :

Ekosistem atau populasi dalam lingkungan seperti udara, tanah, air tanah dan
air permukaan, serta berbagai spesies tanaman dan hewan atau biomasa.

Polutan adalah tingkat akumulasi polutan atau senyawa radioaktif perlu
ditentukan dengan satuan unit per waktu, juga waktu paro dan kecepatan
eliminasi biologisnya.

Senyawa anorganik.
3) Aktivitas oleh Induksi dari Efek
Aktivitas biologis obat diperoleh setelah senyawa berinteraksi dengan
molekul spesifik dalam obyek biologis. kekuatan respon biologis obat
tergantung pada :

Jumlah tempat reseptor yang diduduki.

Rata-rata lama pendudukan, yang tergantung pada kecepatan disosiasi
kompleks obat-reseptor.

kemampuan atau kapasitas molekul obat untuk menginduksi perubahan
bentuk konfirmasi biopolimer, yang dibutuhkan sebagai pemicu rangsangan
timbulnya respon biologis.
4) Afinitas dan Aktivitas Instrinsik
Afinitas adalah ukuran kemampuan obat untuk mengikat reseptor
sedangkan Aktivitas intrinsik adalah ukuran kemampuan obat untuk dapat
memulai timbulnya respons biologis.
5) Aktivitas pada Percobaan in vivo dan in vitro
Aktivitas biologis pada percobaan in vivo adalah satu integrasi dan
keseimbangan yang kompleks dari sifat kimia fisika senyawa yang ditentukan
oleh berbagai kondisi biologis atau biokimia dan biofisika pada berbagai fasa
dari aktivitas obat. Studi obat in vitro pada percobaan dengan menggunakkan
organ yang terisolasi, pengaruh dari transpor, perubahan kimia, metaboisme dan
ekskresi obat menjadi minimal dan distribusi menjadi lebih sederhana, sehingga
diharapkan hubungan struktur aktivitas menjadi lebih jelas
6) Aktivitas dari Senyawa Multipoten
Beberapa senyawa dalam satu turunan obat dapat menunjukkan aktivitas
biologis yang bermacam-macam.Hubungan antara komponen yang bervariasi
dalam spektrum aktivitas senyawa multipoten mempunyai kemungkinan
bervariasi, yaitu:

Komponen yang bervariasi dalam aktivitas biologis disebabkan oleh interaksi
obat dengan tipe reseptor yang berbeda.

Komponen yang bervariasi dalam
spektrum aktivitas
kemungkinan
disebabkan oleh tipe molekul yang berbeda. Molekul obat sendiri dapat
menimbulkan satu efek sedang metabolitnya menimbulkan efek yang lain

Komponen yang bervariasi dalam
spektrum aktivitas
kemungkinan
merupakan aspek yang mendasar dari satu tipe unit aksi farmakologis d.
Hilangnya satu komponen aktivitas dalam spektrum aktivitas dari turunan
obat tertentu kemungkinan disebabkan oleh perbedaan distribusi, tidak oleh
pemisahan yang mendasar dari aktivitas komponen.
7) Efek Terapetik dan Senyawa Efek Samping
Spektrum efek dari senyawa multipoten dapat dibedakan dalam efek
terapetik dan efek samping atau efek yang diinginkan dan efek yang tidak
diinginkan. Kualifikasi efek terapetik atau efek samping dapat relatif subyektif.
Untuk mencapai tujuan pengembangan obat dapat dilakukan dengan
menghilangkan salah satu komponen aktivitas dari spektrum aktivitas obat atau
memisahkan dua komponen aktivitas dari satu obat menjadi dua senyawa yang
berbeda, melalui manipulasi molekul.
2.5 Hubungan Struktur-Aktivitas Obat Antihistamin
A. Histamin
Histamine adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu
pada jaringan sel mast dan peredaran basofil yang berperan terhadap berbagai
proses fisiologis. Histamine adalah mediator kimia yang di keluarkan pada
fenomena alergi, penderita yang sensitive terhadap histamine atau mudah
terkena alergi di sebabkan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di
tubuh seperti histamine dan diamino oksidase lebih rendah dari normal.
Histamine tidak di gunakan untuk pengobatan, garam fosfatnya di gunakan
untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk diagnosis
karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi kulit
B. Mekanisme kerja
Histamine dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor
histaminergik, yaitu reseptor H1, H2 dan H3. Interaksi histamine dengan
reseptor H1 menyebabkankontraksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan
permeabilitas vaskulardan meningkatkan sekresi mucus yang di hubungkan
dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga
menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma
protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria, efek ini di
blok oleh antagonis-H1.
Interaksi histamine dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam
lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan
penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam
lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonisH2.Reseptor H3 adalah reseptor histamine yang baru di ketemukan pada tahun
1987 oleh Arrang dan kawan kawan terletak pada ujung saraf jaringan otak dan
jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamine, mediator
alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok oleh antagonis-H3.
C. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada
sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen –
antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang
sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamine, antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing
interaksi histamine dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi
tiga kelompok yaitu antagonis-H1, antagonis-H2, dan antagonis-H3

Antagonis-H1 terutama di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat
reaksi alergi.

Antagoni-H2 di gunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada
pengobatan penderita tukak lambung.

Antagonis-H3 sampai sekarang belum di gunakan untuk pengobatan, masih
dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan
system kardiovaskular, pengobatan alergi dan kelainan mental.
2.6 Parameter Sifat Kimia dan Fisika Dalam HKSA
1) Parameter hidrofobik
Koefisien partisi oktanol/air yang dinyatakan dalam log P merupakan
standar kuantitas untuk menentukan sifat hidrofobik/hidrofilik suatu molekul.
Parameter hidrofobik/hidrofilik adalah sifat yang sangat penting dalam aplikasi
biomedis. Sebagai contoh aplikasinya adalah untuk memperkirakan distribusi
obat dalam tubuh. Obat-obat yang bersifat hidrofobik dengan koefisien partisi
tinggi akan terdistribusi pada kompartemen yang bersifat hidrofobik pula,
misalnya lapisan lemak, sedangkan obat-obat yang bersifat hidrofilik dengan
koefisien partisi rendah akan terdistribusi pada kompartemen hidrofilik,
misalnya serum darah.
Nilai log P dalam oktanol/air merupakan rasio
logaritma konsentrasi zat terlarut dalam oktanol dengan konsentrasi zat terlarut
dalam air.
2) Parameter elektronik
Penggunaan struktur elektronik sebagai prediktor dalam studi HKSA
cenderung disukai karena dapat ditentukan secara teoritik dan hasil yang
diperoleh cukup memuaskan. Dalam hal ini, metode kimia kuatum dapat
digunakan untuk meminimalkan energi potensial dalam struktur molekul serta
memperkirakan muatan atom, energi molekular orbital, dan deskriptor
elektronik lainnya yang dapat menunjang studi HKSA.
Postulat mekanika kuantum menjadi dasar perhitungan dalam kimia
kuantum. Dalam kimia kuantum, sistem digambarkan sebagai fungsi
gelombang
yang
dapat
diperoleh
dengan
menyelesaikan
persamaan
Schrödinger. Persamaan ini terkait dengan sistem dalam keadaan stasioner dan
energi sistem dinyatakan dalam operator Hamiltonian. Operator Hamiltonian
dapat dilihat sebagai aturan untuk mendapatkan energi terasosiasi dengan
sebuah fungsi gelombang yang menggambarkan posisi dari inti atom dan
elektron dalam sistem.Metode yang berdasarkan medan gaya molekular klasik
dan metode kimia kuantum, masing-masing dapat digunakan untuk
meminimalkan energi potensial struktur molekul. Kedua pendekatan tersebut
dapat digunakan untuk perhitungan secara termodinamik dan momen dwi kutub
tetapi hanya metode kimia kuantum yang dapat memperkirakan muatan-muatan
atom, energi orbital molekul, dan beberapa deskriptor elektronik lainnya dalam
studi HKSA. Metode kimia kuantum dapat diaplikasikan dalam HKSA dengan
menurunkan deskriptor elektronik secara langsung dari fungsi gelombang
molekular.
3) Parameter sterik
Parameter sterik yang sering digunakan dalam penelitian adalah berupa
indeks topologi. Pada hampir setiap kasus, para kimiawan lebih memilih untuk
menggunakan indeks topologi sebagai parameter sterik untuk melakukan
evaluasi terhadap toksisitas dan untuk memprediksi aktivitas biologi. Hal ini
karena indeks topologi menawarkan cara yang mudah dalam pengukuran
cabang
molekul,
bentuk,
ukuran,
siklisitas,
simetri,
sentrisitas,
dan
kompleksitas.
2.6 Pendekatan Untuk Membuat HKSA
Obat menunjukkan pengaruh biologi mereka dengan partisipasi serangkaian
kejadian termasuk transportasi, ikatan dengan reseptor dan metabolisme pada
spesies tak aktif. Akibat dari fakta bahwa mekanisme interaksi antara molekul dan
reseptor tidak diketahui dalam beberapa kasus (tidak ada struktur kristal terikat),
maka dilakukan langkah deduksi untuk membuat kesimpulan dari sifat-sifat yang
dapat secara mudah diperoleh (sifat molekul dan deskriptor) untuk menjelaskan
sifat interaksi untuk senyawa yang diketahui. Jika satu hubungan didapatkan
mekanismenya, maka model mekanisme
ini digunakan sebagai bantuan
memprediksi perilaku molekul yang belum diketahui.
Pendekatan pertama untuk membuat hubungan kuantitatif yang dapat
menggambarkan aktivitas sebagai fungsi struktur kimia terdapat pada prinsip
termodinamika. Suku energi bebas, DE, DH dan DS dinyatakan dengan satu seri
parameter yang dapat diturunkan dari molekul yang di-analisis. Pengaruh elektronik
seperti kecenderungan untuk memberi dan menarik elektron, perubahan atom
parsial dan kerapatan medan elektrostatis, telah didefinisikan dengan tetapan
Hammet berupa tetapan , parameter resonansi (harga R), parameter induksi
(harga F) dan harga substituen Taft (r*, s*, Es). Pengaruh sterik seperti volume
molar dan luas permukaan dinyatakan dalam harga refraktivitas molar (Molar
Refractivity, MR) dan parameter sterik Taft. Pengaruh entalpi dihitung dengan
menggunakan koefiesien partisi (log P) atau parameter hidrofobik, p, yang
diturunkan dari koefisien partisi. Sebagai tambahan, penandaan indek struktur yang
digunakan untuk menujukkan gugus fungsi yang spesifik pada posisi dalam
molekul. Persamaan linear yang menggam-barkan hubungan antara aktivitas dan
kumpulan parameter telah dinyatakan dengan persamaan Hansch.
Log 1/[C]=A (log P) – B (log P)2 + c (Es) + D (r s) + E + …
Analisis regresi linear berganda telah banyak digunakan dalam menurunkan
koefisien. Secara umum, Hansch mempelajari senyawa yang sudah mempunyai
kerangka/ template (misalnya senyawa aromatis) dengan variasi struktur terbatas
pada perubahan gugus fungsional pada sisi yang spesifik.
Hansch menggunakan pendekatan ini untuk mempelajari senyawa 256 senyawa
4,6-diamino-1,2-dihidro-2,3-dime-til-1-(X-fenil)-s-triazina
yang
mempunyai
aktivitas sebagai anti tumor dihidrofolat reduktase. Telah dibuktikan bahwa 244
senyawa aktivitasnya dapat berkorelasi dengan kehadiran gugus hidrofobik pada
posisi tiga dan empat dari cincin N-fenil. Parameter yang digunakan untuk
menurunkan korelasi ini adalah tetapan hidrofobik (p) dan tetapan refraktivitas
molar (MR) untuk posisi para dan meta cincin N-fenil dan 6 indikator variabel I 1-I6
yang digunakan untuk menandai kehadiran (harga 1) atau ketidakhadiran (harga 0)
dari gambaran struktural. Persamaan yang diformulasikan dari data ini
menggunakan azas kuadrat terkecil / kerangka senyawa model dan persamaan
QSAR dari Hansch
log 1/[C] = 0,680 (p3) – 0,118 (p3)2 + 0,230(MR4) -0,024(MR4)2 + 0,238(I1)2,530(I2) – 1,991(I3) + 0,877(I4) + 0,686(I5) + 0,704 (I6) + 6,489
n = 244, r = 0,923, s = 0,377
Harga optimum MR4 (4,7) dan p3 (2,9) didapatkan dari turunan parsial dari
persamaan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah senyawa dalam kumpulan data telah
direduksi menjadi 244. Hansch dan Silipo melaporkan peningkatan harga r dan s
dengan menghilangkan 12 senyawa yang tidak dapat diprediksi dengan aktor 10
atau lebih.
Jika terdapat keterbatasan penggunaan Hansch, hal ini masih memungkinkan
sistem biologi yang kompleks dapat dimodelkan secara sukses menggunakan
parameter sederhana. Pendekatan telah berhasil diterapkan dalam mempre-diksi
pengaruh substituen dalam sejumlah besar uji biologis. Masalah utama dengan
pendekatan ini adalah jumlah besar senyawa diperlukan untuk mengeksplorasi
secara cukup semua kombinasi struktur molekul. Metode analisis tidak
meminjamkan mereka sendiri untuk penjelasan pengaruh konformasi. Beberapa
peneliti telah mempublikasikan artikel dalam rangka memperluas dasar dari
pendekatan Hansch.
Pendekatan alternatif untuk mendesain senyawa diusulkan untuk mengatasi
masalah kombinatorial yang ditemui pada analisis Hansch. Free dan Wilson
menggunakan sederet tetapan substituen yang berhubungan dengan aktivitas biologi
untuk keberadaan gugus fungsional spesifik pada lokasi spesifik pada molekul
sejenis. Hubungan antara aktivitas biologis dan keberadaan atau hilangnya
substituen dinyatakan dengan persamaan berikut:
A didefinisikan sebagai rerata aktivitas biologis untuk seri senyawa, G ij
memberikan kontribusi pada aktivitas gugus fungsional i pada posisi ke-j dan Xij
menyatakan keberadaan (1,0) atau hilangnya (0,0) dari gugus fungsi i dalam posisi
ke-j.
Pada tahun 1972, John Topliss mempublikasikan paper yang menjelaskan
secara detail metodologi untuk pendekatan Hansch. Metode ini mengasumsikan
bahwa senyawa sederhana yang penting mengandung paling tidak satu cincin fenil
yang dapat berfungsi sebagai template untuk modifikasi gugus fungsional.
Penggunaan QSAR klasik diperluas selama tahun 1960 yaitu sebagai cara
dalam mempelajari korelasi aktivitas dengan sifat kimia. Namun demikian, terdapat
berbagai bidang yang tidak dapat menerapkan konsep QSAR atau mereka akan
salah dalam menghasilkan korelasi yang ber-manfaat. Hal ini termasuk situasi yang
terjadi karena aktivitas harus didapatkan dengan penentuan geometri 3-dimensi (3D), yaitu kumpulan penguji yang jelek dari senyawa diguna-kan atau sekumpulan
senyawa terlalu sedikit atau tidak cukup terdispersi dan jika aktivitas biologis tidak
dapat diukur dengan baik. Beberapa masalah ini mengarah pada ekstensi metode
Hansch dan membangun pendekatan alternatif pada QSAR.
Ada suatu kasus yang ditandai oleh harga aktivitas biologis yang tidak dapat
secara akurat ditentukan dengan berbagai alasan, misalnya dalam sensitifitas pada
sistem pengujian. Teknik statistik alternatif dapat digunakan dalam hal ini. Masalah
ini disederhanakan pada skema klasifikasi dalam katagori senyawa dengan label
aktif, aktif sebagian, tidak aktif dan lain-lain. Kumpulan data hasil, kemudian dicari
untuk sifat yang diprediksi dengan kategori tersebut. Metode yang menggunakan
cara analisis seperti ini adalah SIMCA (Soft, Independent Modeling of Class
Analogy), ADAPT (Automated Data Analysis by Pattern Recognation Techniques),
CASE (Computer Automated Struktur Evaluation) dan CSA (Cluster Significance
Analysis).
Metode pengenalan pola (Pattern Recognation) bermaksud mendefinikan
kumpulan harga parameter yang dihasilkan dalam senyawa klaster dari aktifitas
yang mirip ke dalam daerah ruang n-dimensi. Metode ini dapat menggunakan
parametrik maupun non-parametrik. Metode parametrik mencari ruang n-dimensi
untuk kluster dari senyawa berda-sarkan sifat terhitung mereka. Metode ini tidak
menggunakan harga penuruan (seperti vektor harga tengah dan matrik kovarian).
Tetapi menggunakan data original untuk mencari definisi kluster dan menerapkan
prosedur iteratif untuk mendapatkan kumpulan linear dari paramater yang didefinikan secara baik dari skema klasifikasi.
Metode SIMCA menggunakan Principle Component Analisis (PCA) untuk
menggambarkan kumpulan data. Tujuan PCA adalah membuat pengurangan jumlah
variabel yang menjelaskan aktifitas biologis atau sifat kimia ke dalam variabel
independen yang lebih kecil. Hal ini dapat dicapai melalui analisis dari matrik
korelasi dari sifat biologi atau kimia.
Pendekatan lain untuk menguji pengaruh struktur kimia pada aktivitas telah
disusun oleh Jurs. Jurs menggu-nakan kombinasi analisis kluster dan teknik
pengenalan pola sebagai alat untuk menyusun korelasi ini. Program ADAPT
menghasilkan kumpulan data diskriptor (topologi geometri dan fisiko-kimia) yang
diturunkan dari bagunan model 3-D, memproyeksikan titik data ke permukaan ndimensi dan dianalisis data tersebut menggunakan metode pengenalan pola. Tujuan
akhir dari analisis ini adalah untuk membe-dakan antara senyawa yang aktif dan
tidak aktif dalam sebuah seri senyawa. Jurs melaporkan bahwa sifat karsinogen
suatu bahan kimia, fungsi diskripminan linear diturunkan dari 28 struktur yang
dihitung, termasuk diskriptor fragmen, disktiptor substruktur, disktiptor lingkungan,
diskriptor konektivitas molekul dan diskriptor geometrik. 209 senyawa dari 20
struktur yang khas (130 karsinogen, 79 nonkarsinogen) dipilih dalam kajian ini.
Program digunakan untuk meng-identifikasi kumpulan uji dari 192 senyawa yang
digunakan untuk mendapatkan diskriptor terbaik dan kumpulan data yang tersedia
dianalisis. Prediksi sukses 90% dari senyawa karsinogen dan 78% untuk senyawa
non-karsinogen didapat-kan dengan uji secara random.
Pada tahun 1979, Marshall mengembangkan pende-katan 3-D untuk QSAR
dengan secara eksplisit mempertim-bangkan fleksibilitas konformasi dari suatu seri
yang diasum-sikan oleh bentuk 3-D mereka. Langkah awal dari pendekatan analog
aktif adalah pencarian konformasi senyawa yang mempunyai tingkat aktif sangat
besar dalam uji biologis. Hasil pencarian ini dipetakan dari jarak interatomik yang
diguna-kan sebagai penyaring pencarian konformasi yang menggam-barkan profil
aktifitas kemiripan yang dapat diambil sebagai konformasi yang mirip. Jika
konformasi aktif telah ditentu-kan, volume molekul untuk setiap molekul dihitung
dan dibandingkan. Analisis regresi dari volume digunakan untuk menyatakan
hubungan terhadap aktivitas biologis. Marshall mengkomersialkan pendekatan
analog aktif ini dan teknik desain obat yang lain dalam program pemodelan
molekul dengan nama SYBYL.
Hapfinger juga menggunakan bentuk 3-D dalam QSAR. Dalam analisis bentuk
molekul, bentuk umum yang digunakan adalah menghitung suatu seri senyawa dan
perbedaan dalam medan energi potensialnya. Jika perhitungan ini digabung dengan
satu kumpulan aturan untuk tumpang tindih suatu seri, indek komperatif bentuk
molekul yang berbeda akan diperoleh. Dengan memasukkan diskriptor bentuk ke
dalam analisis skema Hansch standar menghasil-kan peningkatan penggambaran
parameter terhitung terhadap aktivitas biologis seperti tidak ada senyawa dalam
data awal yang harus dibuang dari perhitungan. Program pemodelan molekul yang
diciptakan oleh Hopfinger adalah CAMSEQ, CAMSEQ-II, CHEMLAB dan
CAMSEQ-M.
2.7 Analisis HKSA
Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) merupakan salah satu
aplikasi dari kimia komputasi dan juga bagian yang dipelajari dalam bidang kimia
medisinal. Dengan metoda analisis HKSA, senyawa yang akan disintesis dapat
didesain terlebih dahulu berdasarkan hubungan antara sifat-sifat kimia serta fisik
molekul dengan aktivitas biologisnya, dengan menggunakan hubungan tersebut,
aktivitas teoritik suatu senyawa baru dapat diprediksi, dan dengan demikian fokus
riset dapat dipersempit, biaya dan waktu pun dapat dihemat.
HKSA bertujuan untuk menghubungkan struktur molekul dengan aktivitas atau
sifat biologi yang menggunakan metode statistik.Tujuan utama upaya desain suatu
obat dalam ilmu kimia medisinal adalah supaya dapat menemukan suatu molekul
yang akan menghasilkan efek biologis yang bermanfaat tanpa berakibat efek
biologis yang merugikan. Sebagai contoh, suatu senyawa yang dapat menurunkan
tekanan darah dapat juga memiliki efek samping pada sistem saraf pusat. Dengan
demikian merupakan suatu kesalahan apabila tujuan utama akan dapat tercapai
dengan sempurna, tetapi efek negatif obat tersebut juga cukup merugikan. Taylor
dan Kennewal, memberi batasan kimia medisinal yang lebih spesifik yaitu sebagai
studi kimiawi senyawa atau obat yang dapat memberikan efek menguntungkan
dalam sistem kehidupan, yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa
dengan aktivitas biologis dan model kerja senyawa pada sistem biologis, dalam
usaha mendapatkan efek terapetik obat yang maksimal dan memperkecil efek
samping yang tidak diinginkan .
Rancangan obat diterapkan dalam upaya untuk mendapatkan obat baru
berdasarkan penalaran yang rasional dengan semaksimal mungkin mengurangi
faktor coba-coba. Secara tidak langsung hal ini akan menghemat waktu, biaya,
tenaga dan pikiran. Penalaran yang rasional mengandung pengertian tidak
merasionalkan data yang telah ada, tetapi cenderung terletak pada hasil pengolahan
data. Kesimpulan yang mengandung kekuatan perkiraan jauh lebih berguna
daripada hanya berupa ringkasan dari sekumpulan pengamatan. Perkiraan yang
didasarkan pada perhitungan kuantitatif antara sifat-sifat fisikokimia dan potensi
suatu seri senyawa mempunyai kekuatan yang berarti sebagai salah satu usaha
untuk menemukan obat baru.
Hubungan antara struktur dan aktivitas biologis tersebut dinyatakan secara
matematis, sehingga disebut Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas atau
Quantitative Structure Activity Relationship. Asumsi mendasar dari HKSA adalah
bahwa terdapat hubungan kuantitatif antara sifat mikroskopis (struktur molekul) dan
sifat makroskopik/empiris (aktivitas biologis) dari suatu molekul. Istilah struktur
tidak hanya terbatas pada pengertian pengaturan ruang dan hubungan antar atom
dalam molekul saja, tetapi juga termasuk sifat fisika dan kimia yang melekat pada
susunan tersebut .
2.7.1
Analisis Statistik dalam HKSA
Analisis statistik diperlukan dalam pengolahan data-data untuk
menemukan sebuah persamaan HKSA. Hubungan antara struktur dan aktivitas
biologi suatu zat adalah linier. Linieritas suatu fungsi dapat ditentukan dengan
metode regresi linier. Bila dilihat dari jumlah variabel bebas, analisis regresi
linier terdiri dari dua macam, yaitu analisis regresi linier tunggal dan analisis
regresi multilinier atau Multilinear Regression (MLR). Regresi terkait dengan
prediksi, yang dengannya dapat digunakan untuk membuat model statistik yang
menggunakan beberapa data berupa satu set variabel bebas (prediktor) untuk
memperkirakan harga variabel tergantung prediksi (Berenson, 1983). Dalam hal
ini, analisis korelasi sangat penting untuk mengetahui hubungan antarvariabel.
Perhitungan statistic yang sering digunakan dalam hubungan struktur dan
aktivitas melalui parameter-parameter kimia fisika adalah analisa regresi linier
dan non linier. Untuk mengetahui hubungan kuantitatif antara struktur kimia dan
aktivitas biologis melalui parameter kimia fisika, dapat dilakukan perhitungan
statistic
dengan
bantuan
computer,menggunakan
program
MICROSAT,ABSTAT,QSAR,STATGRAPHIC, STATISTICA, SIGMASTAT,
SPSS, atau program statistic lainnya .
Analisa regresi linier bila dilihat dari jumlah variabel bebas yang
digunakan, terbagi menjadi dua yaitu analisa regresi linier tunggal yang
menggunakan satu variabel bebas dan analisa regresi multi linier (Multilinier
Regresion) yang menggunakan lebih dari satu variabel bebas. Analisis Regresi
multilinier (Multi Linear Regression, MLR) dalam HKSA menghubungkan
satu/lebih variabel bebas X (disebut prediktor/deskriptor) dengan suatu variabel
tak bebas Y (aktivitas biologis). Variabel tak bebas Y mengandung suku nilai
kesalahan (error, e), sedangkan variabel bebas X disusun untuk tidak
mengandung kesalahan apapun.Dalam kenyataannya, hal ini hanyalah suatu
pendekatan saja karena parameter sifat fisikokimia mengandung kesalahan
eksperimental, walau lebih kecil dibanding kesalahan eksperimental pada
aktivitas biologis. Dalam banyak kasus,kesalahan yang terjadi pada variabel
bebas telah diketahui (terprediksi) atau mempunyai nilai konstan.Perhitungan
regresi linier digunakan untuk mencari hubungan antara aktivitas biologis
dengan satu parameter kimia fisika atau lebih. Ada analisis korelasi antar
variabel yang terjadi, data parameter fisika kimia digunakan sebagai variabel
bebas dikaitkan dengan aktivitas antiradikal biologis sebagai variabel tidak
bebas. Pembahasan korelasi antar variabel digunakan untuk melihat bagaimana
hubungan
antar
variabel
sesungguhnya
dari
awal.
Arah
korelasi
positifmenunjukkan bahwa variabel tersebut sebanding dengan aktivitas,
sedangkan arah korelasi negatif menunjukkan pengaruh yang berlawanan.
Analisis statistik yang menggunakan Principal Component Regression (PCR)
Analisis PCR diawali dengan analisis faktor (PCA) dengan analisis reduksi
variabel-variabel bebas. Analisis ini dilakukan dengan memasukkan seluruh
variabel bebas, kemudian akan didapatkan sebuah komponen matriks baru.
Analisis PCA digunakan untuk menentukan jumlah komponen matrik yang akan
digunakan. Bobot dari komponen yang diperoleh digunakan untuk menghitung
nilai variabel laten (sesuai jumlah komponen) sehingga diperoleh matriks
baru.Analisis MLR secara eksak adalah prosedur perhitungan matematis biasa
untuk fitting data. Teknik fitting data ini akan melakukan minimisasi harga
selisih dari nilai kesalahan total (random error).Analisa regresi nonlinier terdiri
dari Genetic Algorithm dan Neural Network.
2.7.2
Kriteria Statistik
Kebenaran persamaan yang diperoleh ,serta dari perbedaan parameter
yang digunakan dalam hubungan struktur-aktivitas model Hansch, dapat dilihat
dengan beberapa kriteria statistik, seperti r, r2, F, t dan s. arti kriteria statistik:
a. Nilai r (koefisien kolerasi) menunjukkan tingkat hubungan antara data
aktivitas biologis pengamatan percobaan dengan data hasil perhitungan
berdasarkan persamaan yang diperoleh dari analisi regresi. Koefisien
korelasi adalah angka bervariasi mulai dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai
koefisien kolerasi maka semakin baik hubungannya.
b. Nilai r2 menunjukkan berapa % aktivitas biologis yang dapat dijelaskan
hubungannya dengan parameter sifat fisika-kimia yang digunakan.
c. Nilai F adalah indikator bilangan untuk menunjukkan bahwa hubungan yang
dinyatakan oleh persamaan yang didapat, adalah benar atau merupakan
kejadian kebetulan. Semakin tinggi nilai F semakin kecil kemungkinan
hubungan tersebut adalah karena kebetulan.
d. Nilai t menunjukkan perbedaan koefisien regresi a, b, c, dan d dari
persamaan regresi bila dibandingkan dengan tabel t
e. Nilai s (simpangan baku) menunjukkan nilai variasi kesalahan dalam
percobaan.
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan yang didapat dari makalah ‘Hubungan Kuantitatif StrukturAktivitas’ ini antara lain sebagai berikut:
3.1
Kesimpulan

Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas (HKSA) merupakan salah
satu bagian yang dipelajari dalam bidang kimia medisinal untuk memetakan
hubungan antara struktur dengan aktivitas suatu senyawa kimia, sehingga
didapatkan suatu model yang dapat menjelaskan jenis senyawa yang paling
potensial untuk dikembangkan dalam penemuan obat baru.

Hubungan kuantitatif struktur kimia dan aktivitas biologis obat (HKSA)
merupakan bagian penting dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru
dengan efikasi yang lebih tinggi

Metode HKSA yang sering digunakan dalam penentuan obat baru yaitu
metode Hansch, Free-Wilson, dan metode HKSA-3D.

Parameter sifat kimia dan fisika yang terdapat pada molekul senyawa dan
berhubungan dengan HKSA yaitu parameter hidrofofobik (π), elektronik
(σ), dan sterik (Es).

Dalam penemuan dan pengembangan obat baru analisa statistik diperlukan
untuk menemukan sebuah persamaan HKSA.
3.2
Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Hubungan
Kuantitatif
Struktur-Aktivitas
(HKSA) ,
sehingga
dapat
menambah pengetahuan mengenai materi tersebut

Meskipun merupakan bukan merupakan materi kajian yang baru, hendaknya
kita terutama para farmasis atau apoteker ikut berperan aktif dalam
pengembangan HKSA ini
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Kumpulan Kuliah
Farmakologi Edisi 2 Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bultink et al . 2004 . Computational Medicinal Chemistry for Drug Discovery . New
York : Marcel Dekker Inc.
Gupta, S.P., 1989, QSAR Studies on Drugs Acting at the Central Nervous System, Chem.
Rev., 89 (8), pp 1765-1800
Jensen, Frank, 1999, Introduction to Computationa Chemistry, Canada: John Wiley &
Sons
Download
Study collections