PENGANTAR Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Susu berperan untuk kesehatan, kecerdasan, dan pertumbuhan. Susu mempunyai protein dengan susunan asam amino esensial sempurna yang baik untuk tubuh manusia. Soeparno (2015) menyatakan susu mengandung zat-zat makanan yang penting bagi tubuh yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Susu umumnya mudah rusak, karena kontaminasi mikrobia yang berasal dari lingkungan. Secara alamiah, susu terkontaminasi oleh mikrobia yang bersumber dari puting, ambing, bulu ternak, dan lingkungan. Susu yang baru diperah perlu ditangani secara cepat dan tepat untuk mengurangi berkembangnya mikrobia. Suwito (2010) menjelaskan bahwa mikrobia patogen yang mengkontaminasi susu meliputi Staphylococcus aureus, Escherchia coli, Salmonella sp, dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan SNI 3141.1:2011, batas cemaran mikroba dalam susu segar adalah 1x106 cfu/ml, Staphylococcus aureus 1x102 cfu/ml, Enterobateriaceae 1x103 cfu/ml, dan Escherichia coli negatif. Kontaminasi mikrobia dapat diminimalkan dengan proses pemanasan dan pengolahan. Pengolahan susu dengan proses pasteurisasi dimaksudkan untuk membunuh mikrobia patogen. Codex Alimentarius (CAC/RCP 57- 2004) menyatakan proses pasteurisasi High Temperatur Short Time (HTST) minimum 72°C selama 15 detik disarankan untuk continuous flow pasteurization dan Low Temperatur Long Time (LTLT) minimum 63°C selama 30 menit untuk batch pasteurization. Proses pasteurisasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan 1 untuk membunuh mikrobia patogen. Proses pasteurisasi tidak dapat menghilangkan spora, sehingga susu pasteurisasi hanya memiliki masa kadaluarsa sekitar satu minggu. Diversifikasi produk susu pasteurisasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas susu dan daya tahan susu, salah satunya dengan penambahan ekstrak serbuk kayu secang. Kayu secang (Chaesalpinia sappan L.) sangat dikenal di berbagai daerah sebagai bahan herbal yang berwarna merah dan sering di jadikan minuman yang dikenal dengan teh secang. Kayu secang banyak diteliti di negara Asia sebagai obat tradisional yang memiliki manfaat untuk kesehatan. Banyak penelitian manfaat ekstrak kayu secang sebagai anti-inflamasi, anti-tumor, anti-virus, antimikroba, antioksidan, dan anti-koagulan. Kusmiati et al (2013) menyatakan hasil analisa fitokimia dari ekstrak kayu secang terdapat senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, fenol, triterpenoid, steroid, dan glikosida. Kayu secang mengandung senyawa antibakteri dan memiliki sifat koagulan (anti penggumpalan). Ekstrak kayu secang dapat digunakan sebagai pewarna dan pengawet alami. Ekstrak kayu secang juga berkhasiat sebagai antioksidan dan antibakteri sehingga dapat mengurangi bakteri dalam bahan pangan. Zat tanin yang dikandung ekstrak kayu secang dapat menghambat aktivitas Salmonella thypii dan Escherichia coli. Penambahan ekstrak serbuk kayu secang pada susu diharapkan akan memperbaiki kulitas susu dan meningkatkan nilai tambah pada produk susu yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan diharapkan mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Penambahan kayu secang ke susu dapat menjadi minuman yang mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Rina (2012) menyatakan bahwa kayu secang mengandung lima senyawa aktif jenis flavonoid 2 yang berfungsi sebagai antioksidan seperti terpenoid, fenilpropan, alkoloid steroid, sapanin, dan fenolik. Berdasarkan pemaparan diatas, dianggap perlu mengetahui level ekstrak serbuk kayu secang yang digunakan dalam pengolahan susu dan berapa lama daya simpan susu tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui level dan daya simpan susu dengan penambahan ekstrak serbuk kayu secang terhadap kualitas fisiko-kimia, jumlah bakteri, penghambatan terhadap patogen (aktivitas antibakteri), dan aktivitas antioksidan yang terkandung pada susu ekstrak secang. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh penambahan ekstrak serbuk kayu secang dengan level 0, 2, 4, 6, dan 8% terhadap kualitas fisiko-kimia, mikrobiologi, aktivitas antioksidan, dan organoleptik. 2. Mengetahui kualitas susu pasteurisasi dengan penambahan ekstrak kayu secang selama penyimpanan 0, 3, 7, dan 14 hari . Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan meningkatkan pengembangan produk susu pasteurisasi sebagai alternatif untuk makanan fungsional antibakteri, antioksidan dan pangan kesehatan. 3