7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Bauran Pemasaran Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam bukunya Marketing Manajement mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran atau marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan perusahaannya di pasar sasaran. ( Kotler dan Keller, 2009:23 ). Menurut Murshid, 2009 “Marketing Mix adalah kerangka dari pada suatu keputusan pemasaran yang variable ( marketing decision variables ) dalam setiap perusahaan di dalam waktu atau sampai batas waktu tertentu atau khusus”. Sedangkan teori marketing mix menurut Assuari (2008, Hal 198) adalah kombinasi variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variable yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. 7 8 Marketing mix adalah sekumpulan perangkat pemasaranyang terdiri dari empat variable yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan untuk menghadapi persaingan dan memuaskan kebutuhan konsumen dalam pasar sasaran. Seperti menurut Kotler (2005:17) manyatakan bahwa ”bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran” keempat variable tersebut adalah produk, penetapan harga, pemilihan saluran distribusi, dan aktivitas promosi. Salah satu hal utama dan harus diperhatikan perusahaan dalam kegiatan pemasaran adalah bauran pemasaran, dimana dalam bauran pemasaran terdapat variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran. 9 Bauran Pemasaran Produk Harga Promosi Tempat Ragam Harga Promosi Saluran produk pennjualan Diskon Kualitas Potongan Design harga Fitur Periklanan Pilihan Tenaga Lokasi penjualan Periode pembayaran Nama merk Hubungan Persediaan Transportasi masyarakat Syarat kredit Kemasan Cakupan Pemasaran Ukuran langsung Pelayanan Jaminan Pengembalian Gambar 2.1 Sumber : Philip Kotler dan Keller, 2009 : 24 Variable-variabel didalam bauran pemasaran tersebut saling berkaitan antar satu variable dengan variable lainnya, maka variable-variabel tesebut akan menjalankan fungsinya sebagai penggerak strategi pemasaran sehingga sasaran dapat tercapai. 10 2.1.1 Product ( produk ) Menurut Kotler dan Keller, 2006:344 dalam Y.M Oesman, 2010,24 Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa produk bukan hanya sesuatu yang dapat dilihat secara fisik, melainkan apa saja yang dapat ditawarkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pasar. Variable yang pertama adalah produk menurut Kotler dalam buku Murshid (2010:71) merumuskan produk adalah sebagai “Hasil akhir yang mengandung elemen-elemen fisik, jasa dan hal-hal yang simbolis yang dibuat dan dijual oleh perusahaan untuk memberikan kepuasan dan keuntungan bagi pembelinya”. Maka jelas terlihat bahwa produk memiliki nilai yang dapat memberikan kepuasan dan keuntungan bagi konsumen. Menurut Philip Kotler dan Keller dalam manajemen pemasaran edisi 12 jilid satu (2007:5) hierarki produk dapat diidentifikasi dengan enam tingkatan sebagai berikut : a) Keluarga Kebutuhan (need family) Merupakan kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk, sebagai contoh adalah keamanan. b) Keluarga Produk (product family) Semua kelas produk yang dapat memenuhi kebutuhan inti dengan lumayan efektif.sebagai contoh tabungan dan penghasilan. 11 c) Lini Produk (product line) Sekelompok produk dalam kelas produk yang saling terkait erat karena produk tersebut melakukan fungsi yang sama, dan dipasarkan melalui saluran yang sama atau masuk dalam rentan harga tertentu. d) Jenis produk (product type) Sekelompok barang dalam lini produk yang sama-sama memiliki salah satu fungsi dari beberapa kemungkinan bentuk produk tersebut. e) Barang (item) Disebut juga dengan unit pencatatan persediaan (stock keeping unit) atau varian produk unit tersendiri dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran. Dalam pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan dalam atribut produk seperti kualitas, fitur, dan rancangan. Kualitas produk, merupakan kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Fitur (features) produk, merupakan alat bersaing untuk membedakan produk perusahaan dari produk pesaing. 12 Melalui tampilan model atau desain produk melalui kemasan, fungsi, tampilan, dan lain-lain sehingga konsumen akan mendapatkan nilai pembeda dengan produk sejenis lainnya. Rancangan produk, merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan gaya, rancangan lebih dari sekedar kulitnya tetapi lebih mencapai inti produk. Rancangan yang baik memberikan kontribusi pada kegunaan suatu produk seperti juga pada penampilannya. 2.1.2 Price (harga) Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu poduk karena harga adalah salah satu dari empat bauran pemasaran atau marketing mix. Harga merupakan suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga menurut Philip Kotler (2005:65) adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Y.M Oesman (2010: 25) juga menambahkan lagi bahwa, “Harga merupakan jumlah dari seluruh nilai yang diberikan konsumen untuk semua manfaat yang diterimanya atau digunakan dari suatu produk atau jasa”. 13 Sedangkan Stanton (2006:34) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Pengertian persepsi menurut Kotller dan Keller (2008) adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Menurut Schiffman, Kanuk (2007:160) persepsi harga atau pandangan mengenai harga adalah bagaimana konsumen memandang harga tertentu, tinggi, rendah, wajar. Hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan membeli. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu : Peranan alokasi dari harga Peranan informasi dari harga Dalam menentukan keputusan pembelian, informasi tentang harga sangat dibutuhkan dimana informasi ini akan diperhatikan, dipahami dan makna yang dihasilkan dari informasi harga ini dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Dan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dari hasil penjualan produknya baik beruppa barang atau jasa. Untuk menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika 14 harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh suatu organisasi perusahaan. Selanjutnya adalah bagaimana metode atau cara yang dilakukan untuk menetapkan harga suatu produk, diantaranya adalah : 1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach) Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. 2. Pendekatan Biaya (cost oriented approach) Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntunganyang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis. 3. Pendekatan Pasar (market approach) Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variable-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik persaingan, social budaya, dan lain-lain. Tujuan dari di tetapkannya harga adalah sebagai berikut : 1. Profit maximilmalization pricing (Maksimilisasi keuntungan), yaitu untuk mencapai kemaksimilisasi keuntungan. 15 2. Market Share Pricing (penetapan harga untuk merebut pangsa pasar), dengan harga rendah, maka pasar akan dengan mudah dikuasai, syaratnya : a. Pasar cukup sensitive terhadap harga b. Biaya produksi dan distribusi turun jika produksi naik. c. Harga turun, Pesaing sedikit. 3. Market skiming Pricing, jika ada sekelompok pembeli yang bersedia membayar dengan harga yang tinggi terhadap produk yang ditawarkan maka perusahaan akan menetapkan harga yang tinggi walaupun kemudian harga tersebut akan turun. 4. Current revenue pricing (penetapan laba untuk pendapatan pendapatan maksimal). Penetapan harga yang tinggi untuk memperoleh revenue yang cukup agar uang kas cukup dan uang kas cepat kembali. 5. Target profit Pricing (penetapan harga untuk sasaran). Harga berdasarkan produk. 6. Promotional pricing (penetapan harga untuk promosi). Penetapan harga untuk suatu produk dengan maksud untuk mendorong penjualan produk-produk lain. Ada dua macam, yaitu : a. Loss leader pricing, penetapan harga untuk suatu produk agar pasar mendorong penjualan produk lainnya. b. prestice pricing, penetapan harga yang tinggi untuk suatu produk guna meningkatkan image tentang kualitas. 16 Dalam persaingan memperebutkan konsumen, sebuah perusahaan harus dapat memahami konsumen dengan lebih baik dibanding pesaingnya. Salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah harga. Pergeseranpergeseran paradigma, dinamika gaya hidup, serta berbagai perubahan lingkungan lain telah memberi dampak pada bagaimana konsumen memandang harga produk/jasa yang akan dikonsumsinya (Budiadi, 2009). Menurut Monroe dalam Sukotjo dan Radix (2010) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak. Menurut Schifman and Kanuk dalam Sukotjo dan Radix(2010) harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu. Persepsi harga didefinisikan sebagai sesuatu yang diberikan atau dikorbankan untuk mendapatkan jasa atau produk (Athanasopoulus, 2000; Cronin, Brudy and Hult, 2000; Voss, Parasuraman and Grewal, 1998). Dalam memandang suatu harga konsumen mempunyai beberapa pandangan berbeda. Harga yang ditetapkan di atas harga pesaing dipandang mencerminkan 17 kualitas yang lebih baik atau mungkin juga dipandang sebagai harga yang terlalu mahal. Sementara harga yang ditetapkan di bawah harga produk pesaing akan dipandang sebagai produk yang murah atau dipandang sebagai produk yang berkualitas rendah (Leliana dan Suryandari, 2004) Dari sudut pandang produsen, harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya. Sebagian konsumen menganggap harga yang tinggi menunjukkan kualitas suatu produk, sebagian lagi beranggapan bahwa kualitas ditentukan oleh desain produknya (Sumarno dan Sitawati, 2007). Menurut Tjiptono (2002) harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan antara manfaat yang dirasakan terhadap harga atau dapat dirumuskan sebagai berikut : = Persepsi konsumen atas kualitas seperti itu menunjukkan bahwa betapa penetapan harga merupakan elemen kritis bagi pemasaran, karena persepsi 18 konsumen atas harga adalah komponen penting dalam evaluasi dan respon konsumen terhadap harga. Dari perspektif produsen, harga adalah apa yang ingin dibayar oleh konsumen atau nilai dari sekumpulan atribut yang ditawarkan dan dari perspektif pembeli harga adalah sesuatu yang diberikan atau pengorbanan untuk mendapatkan suatu produk (Sumarno dan Sitawati, 2007). Menurut Tjiptono (2002), harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenisbarang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’ konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. 19 Tujuan penetapan harga (Tjiptono, 2002): 1. Tujuan Berorientasi pada Laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi laba. 2. Tujuan Berorientasi pada Volume Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. 3. Tujuan Berorientasi pada Citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. 4. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatuperusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pulaharga mereka. 5. Tujuan-tujuan Lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. 20 Dalam penetapan harga, seorang manajer yang efektif harus mengetahui perilaku pembelian yang berhubungan dengan bergai tipe yang berbeda dari konsumennya. Nagle dan Holden (2002) dalam Van (2009) menyebutkan terdapat 3 tipe konsumen berdasarkan sensitifitas harga, yaitu : - Price buyers : yaitu individu / konsumen yang keputusan pembeliannya berdasarkan harga terendah. Konsumen tipe ini tidak mempedulikan masalah kualitas produk yang dibelinya. Konsumen tipe ini selalu memulai proses pembelian dengan harga paling bawah di pikiran mereka. Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk konsumen jenis ini, antara lain meningkatkan nilai dari produk dan komunikasi yang efektif untuk meningkatkan kemauan mereka untuk membeli. Bagaimanapun kebanyakan dari price buyer tidak akan pernah berubah, sehingga manajer sebaiknya tidak akan berpartisipasi dengan mereka dalam resolusi harga tanpa mendapatkan keuntungan. Karena price buyers biasanya merupakan segmen pasar yang besar, negosiasi menjadi faktor penting agar tidak kalah terhadap konsumen tipe ini. - Relationship buyer. Merupakan konsumen yang telah memiliki preferensi yang kuat terhadap salah satu brand. Mereka memiliki pengalaman yang baik terhadap merek tersebut dan tidak ingin mencoba alternatif baru. Untuk pembeli jenis ini, memelihara hubungan yang telah terjadi dengan mengingat kinerja masa lalu merupakan hal yang sangat penting. 21 Mencoba memahami sumber dari nilai yang mereka harapkan, akan membantu perusahaan untuk melayani dan memuaskan mereka di masa yang akan datang. Manajer seharusnya tidak hanya fokus pada kinerja masa lalu, akan tetapi juga menekankan pada komitment di masa yang akan datang. - Value buyers. Individu / konsumen jenis ini melihat dari kualitas dan nilai dari produk yang dibelinya. Mereka akan mencoba berbagai alternatif untuk mendapatkan jual beli yang terbaik antara harga dan aspek lainnya. Kadang-kadang tipe individu jenis ini merupakan market terbesar dalam beberapa jenis bisnis. Tidak seperti price buyers yang hanya fokus pada harga, value buyers menyadari mengenai kualitas dari setiap produk untuk setiap harga. Value buyers juga mau untuk mencoba produk atau jasa baru selama mereka merasa nilainya dapat diterima. Hal ini merupakan kesempatan bagi para penjual. Ketika bernegosiasi dengan konsumen tipe ini, perbedaan nilai atas setiap produk yang dijual harus di perlihatkan. Akan sangat sulit untuk mengharapkan konsumen jenis ini untuk menjadi loyal. Dengan mengetahui kebutuhan konsumen apakah harga terendah atau komitmen terhadap penjual, seorang penjual dapat mengurangi usaha penjualan ketika terjadi negosiasi harga - Convenience buyers.Individu / konsumen jenis ini tidak mencoba membeda-bedakan perbedaan antara setiap merek. Mereka memperkecil usaha dari evaluasi merek atau negosiasi ketika waktu sangat mendesak. 22 Bagaimanapun untuk menjadi untung, perusahaan harus memiliki harga berbeda untuk tipe konsumen yang berbeda. Menurut Lichtenstein, Ridgway dan Netemeyer dalam Budiadi (2009) terdapat tujuh konsepsi yang berhubungan dengan interprestasi dan persepsi harga. Lima diantara tujuh konsepsi tersebut mempengaruhi secara negatif probabilitas pembelian dengan semakin tingginya harga dan disebut sebagai “peran negatif”. Kelima konsep yang memiliki peran negatif tersebut adalah 1. Price Consciousness,(Kesadaran harga) Maksud kesadaran harga disini adalah kesadaran konsumen akan pentingnya harga yang rendah dalam membeli produk. Semakin rendah harga, semakin dipilih sesuai dengan preferensi terhadap harga rendah. 2. Value Conciousness,(Kesadaran nilai fisik produk) Merupakan kesadaran konsumen akan pentingnya nilai produk yang diukur dari harga terhadap wujud/fisiknya. Semakin rendah harga dianggap semakin tinggi nilai produk tersebut, sehingga lebih dipilih. 3. Coupon Proneness, Peningkatan kecenderungan untuk menanggapi tawaran pembelian karena bentuk kupon dari penawaran pembelian secara positif mempengaruhi evaluasi pembelian 23 4. Sale Proneness(Potongan harga) Merupakan peningkatan kecenderungan untuk menanggapi penawaran pembelian karena bentuk penjualan di mana harga tersebut disajikan secara positif mempengaruhi evaluasi pembelian. Variabel ini berkaitan dengan persepsi konsumen mengenai produkproduk yang ditawarkan dalam potongan harga. potongan harga dianggap menguntungkan karena harganya lebih rendah dari harga semestinya. 5. Price mavenism. Sejauh mana seseorang menjadi sumber untuk informasi harga untuk berbagai jenis produk dan tempat untuk berbelanja untuk harga terendah, memulai diskusi dengan konsumen, dan menanggapi permintaan dari konsumen untuk informasi harga pasar Sedangkan dua konsep yang lainnya memiliki peran positif tersebut yaitu : 6. Price quality scheme (Skema harga – kualitas) Hubungan harga – kualitas berkaitan dengan anggapan bahwa harga produk sebanding dengan kualitasnya. Semakin tinggi harga semakin dipilih, karena dianggap mencerminkan kualitas yang semakin bagus. 7. Prestige sensitivity. (Harga prestis) Hubungan harga dan prestis berkaitan dengan anggapan bahwa produk yang dibeli menunjukkan status atau gengsi. Semakin tinggi harga akan semakin dipilih karena dianggap semakin memberikan prestis. 24 1.1.3. Place of Distribution (Saluran Distribusi) Saluran distribusi merupakan variable ketiga yaitu segala aktifitas yang dilakukan perusahaan sebagai produsen kekonsumen maka faktor saluran distribusi sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Murshid ( 2010: 85 ) “ Kebijakan saluran distribusi adalah salah satu bentuk dari kebijakan penjualan. Saluran distribusi adalah lembagalembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen “. Selain itu Philip Kotler (2007:279) juga mendefinisikan saluran distribusi sebagai sekelompok perusahaan atau perseorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen ke konsumen. a. Faktor yang mendorong suatu perusahaan menggunakan distributor, adalah : Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keuangan terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung. Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena skala operasi mereka dengan pengecer dan keahlian khususnya. Pengecer yang menjual banyak lebih sering senang menggunakan dana mereka untuk ekspansi dari pada untuk melakukan kegiatan promosi. 25 b. Fungsi – fungsi saluran distribusi menurut Philip Kotler adalah : Information, konsumen yaitu dan mengumpulkan pesaing untuk informasi merencanakan penting dan tentang membantu pertukaran. Promotion, yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasife tentang produk yang ditawarkan. Negotiation, yaitu mencoba untuk menyepakati harga dan syaratsyarat lain, sehingga memungkinkan perpindahan hak kepemilikan. Ordering, yaitu pihak distributor memesan barang kepada perusahaan. Payment, yaitu pembeli membayar tagihan kepada penjual melalui bank atau lembaga keuangan lainnya. Title, yaitu perpindahan kepemilikan barang dari suatu organisasi atau orang kepada organisasi / orang lain. Physical posesion, yaitu mengangkut dan menyimpan barang-barang dari bahan mentah hingga barang jadi dan akhirnya sampai ke konsumen akhir. Financing, yaitu meminta dan memanfaatkan dana untuk biaya-biaya dalam pekerjaan saluran distribusi Risk taking, yaitu menanggung resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran distribusi. 26 Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran,pada lokasi yang tepat,sebuah usaha akan lebih sukses dibandingkan dengan usaha yang lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun sama-sama punya setting atau ambience yang bagus. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam letak atau tempat usaha yang akan dibuka atau didirikan, yaitu: 1) lalu lintas pejalan kaki 2) lalu lintas kendaraan informasi tentang jumlah dan karakteristik mobil-mobil atau kendaraan yang melintas, faktor lebar jalan, dan kemacetan akan menjadi nilai kurang bagi pelanggan itu menjadi perhatian penting bagi seorang pemasar. 3) Fasilitas parkir Untuk kota-kota besar, pertokoan atau pusat perbelanjaan yang memiliki fasilitas parker yang memadai dapatmenjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan pertokoan dan pusat belanja yang fasilitasnya tidak memadai. 4) Transportasi umum Transportasi umumyang banyak melintas di depan pusat perbelanjaan akan member daya tarik yang lebih tinggi karena membantu konsumen dengan mudah langsung masuk kearea perbelanjaan. 27 5) Komposisi toko Seseorang yangingin membuka toko harus mempelajari terlebih dahulu toko-toko apa saja yang ada disekitarnya, karena toko yang saling melengkapi akan menimbulkan sinergi. 6) Letak berdirinya gerai Letak berdirinya gerai sering kali dikaitkan dengan visibility (keterlihatan), yaitu mudah terlihatnya toko dan plang namanya oleh pejalan kaki dan pengendara mobil yang melintas dijalan. 7) Penilaian keseluruhan Penilaian keseluruhan atauoverall rating perlu dilakukan berdasarkan factor-faktor agar dapat menentukan pilihan lokasi yang tepat. Untuk mendapatkan perkiraan yang lebih akurat, diperlukan rumusan yang lebih spesifik. (Hendry Ma’ruf, 2005:132) Area perdagangan adalah area geografis yang berdekatan yang memiliki mayoritas pelanggan dan penjualan dari sebuah toko. Tiga zona dalam perdagangan adalah : 1. Zona Primer Zona primer adalah area geografis dari mana toko atau pusat perbelanjaan tersebut mendapatkan sekitar 60% dari para pelanggannya. 28 2. Zona Sekunder Zona sekunder adalah area geografis dari kepentingan sekkunder dalam tingkat penjualan pelanggan, yang menghasilkan sekitar 20 persen dari penjualan sebuah toko. 3. Zona Tersier Zona tersier termasuk para pelanggan yang kadang berbelanja ditoko atau pusat perbelanjaan tersebut. Ada beberapa alasan untuk zona tersier, yaitu: 1. Para pelanggan kekurangan fasilitas-fasilitas ritel yang memadai yang lebih dekat dengan tempat tinggal. 2. System jalan raya yang strategis menuju toko atau pusat perbelanjaan tersebut dimana para pelanggan dapat dijangkau dengan mudah. 3. Para pelanggan yang sedang melewati toko atau pusat perbelanjaan tersebut ketika menuju tempat kerja atau tujuan lainnya. 4. Para pelanggan tertarik pergi ke toko atau pusat perbelanjaan karena toko atau pusat perbelanjaan tersebut dekat atau ada didalam area pariwisata. (C. Widya Utami, 2006:105-106) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan area perdagangan : 1. Skala Ekonomi dibandingkan dengan proses kanibalisasi Pada awalnya, sebuah ritel seharusnya memilih lokasi terbaik dalam suatu area perdagangan. 29 Tetapi kebanyakan waralaba mengarah pada area dengan sebuah jaringan pertokoan. Selain itu, skala dari promosi dan distribusi ekonomi bisa lebih mudah dicapai dengan likasi seperti ini. Demografi dan karakteristik gaya hidup Area – area dengan populasi bertumbuh lebih dinikmati dibandingkan dengan area yang populasinya menunjukan penurunan. Selain itu gaya hidup dari populasi mungkin relevan pula untuk dipahami dalam menentukan lokasi ritel. Iklim Bisnis Pengamatan tren atau kecenderungan pekerjaan konsumen pada pasar sasaran ritel sangat penting karena pekerjaan tertentu identik dengan penghasilan yang tinggi, dan biasanya berarti pula konsumen mempunyai daya beli yang lebih tinggi. Kompetisi Tingkat kompetisi juga mempengaruhi permintaan atas barang dagangan ritel. Tingkat kompetisi bisa diperinci sebagai berikut : Tingkat kompetisi yang mengalami kejenuhan Sebuah area perdagangan yang jenuh (saturated trade area) menawarkan pada konsumen sejumlah pilihan barang atau jasa yang cukup, tetapi memungkinkan ritel untuk terus berkompetisi dalam mendapatkan keuntungan. Hal ini terjadi 30 karena konsumen tetap tertarik pada area ini, disebabkan terjadinya banyak pilihan toko maupun barang dagangan. Tingkat kompetisi yang kurang Strategi yang lain adalah untuk menemukan lokasi area perdagangan yang kekurangan toko (under store area), artinya sebuah area yang hanya terdapat sedikit toko yang menjual barang atau jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan populasi. Tingkat kompetisi yang berlebih Area perdagangan dengan tingkat kompetisi yang berlebih dapat dilihat dengan adanya terlalu banyak toko (overstore trade area). Area ini memiliki banyak toko yang menjualbarang secar spesifik dan tidak bisa dibedakan. (C.Widya Utama,2006:103-104) Faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah lokasi : a. Aksesbilitas 1. Analisis makro Analisis ini mempertimbangkan area perdagangan primer, seperti area dua hingga tiga mil disekitar lokasi tersebut. 2. Analisis mikro Analisis ini berorientasi pada masalah-masalah pada sekitar lokasi, seperti vasibilitas, arus lalu lintas, parker, keramaian, dan jalan masuk atau jalan keluar. 31 b. Keuntungan secara lokasi sebagai pusatnya Setelah aksesbilitas pusat dievaluasi, analis harus mengevaluasi lokasi didalamnya. Karena lokasi yang lebih baik memerlukan biaya yang lebih. (C. Widya Utami, 2006:104-105) 2.1.4. Promotion (promosi) Menurut Murshid ( 2010 : 95 ) “ Promosi adalah komunikasi yang persuasive, mengajak, mendesak, membujuk, meyakinkan “. Ciri dari komunikasi yang persuasif adalah ada komunikator yang secara terancam mengatur berita dan cara penyampaiannya untuk mendapatkan akibat tertentu dalam sikap dan tingkah laku si penerima (target pendengar ). Unsur bauran pemasaran berikutnya adalah promosi (promotion). Tidak ada program pemasaran yang berhasil tanpa komunikasi yang baik. Unsur ini memiliki tiga peran utama, yaitu memberikan informasi dan nasihat yang dibutuhkan, Membujuk konsumen sasaran dan meningkatkan mereka untuk melakukan pada waktu yang tepat. ( Oesman 2010 : 27 ) 32 Ada lima jenis kegiatan promosi antara lain, Philip Kotler (2006:98-100) : a) Periklanan (advertising) Yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian. b) Penjualan tatap muka (personal selling) Yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian. c) Publisitas (publisty) Yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi / berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah). d) Promosi penjualan (sales promotion) Yaitu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian. e) Pemasaran langsung (direct marketing) Yaitu suatu bentuk penjualan perorangan secara langsung ditujukan untuk mempengaruhi pembelian konsumen. Kotler (2009) menyatakan bahwa Sales Promotion (Promosi Penjualan) memiliki beberapa tujuan, antara lain : 33 1. Menarik konsumen baru untuk melakukan uji coba terhadap suatu produk. Cara ini bisa ditempuh dengan menawarkan harga produk dengan murah atau melalui promosi buy one get one. 2. Memberikan penghargaan pada pelanggan yang loyal, misalnya dalam bisnis penerbangan, pelanggan yang pernah melakukan penerbangan dengan United Airlines sejauh jarak tertentu akan mendapatkan beberapa keuntungan, antara lain : potongan harga untuk penerbangan berikutnya, upgrade seat, dan hadiah berupa perhiasan, peralatan golf, dan lain-lain. 3. Peningkatan frekuensi dan kuantitas pembelian. Dengan adanya promosi seperti buy one get one dan diskon, konsumen akan lebih tertarik untuk membeli lebih sering produk suatu perusahaan. 4. Memperkuat brand image dan memperkuat brand relationship, karena melalui promosi penjualan yang diadakan akan mampu untuk terus-menerus mengingatkan konsumen akan merk suatu produk sehingga dapat membentuk image produk tersebut dan secara tidak langsung membangun hubungan dengan pelanggan. 2.2 Positioning Menurut Tjiptono, Chandra, dan Adriana (2008) yang dimaksud dengan posisi (position) dalam konteks pemasaran adalah cara produk, merek atau organisasi perusahaan dipersepsikan secara relative dibandingkan dengan 34 produk, merek atau organisasi para pesaing oleh pelanggan saat ini maupun calon pelanggan. Positioning bukan sesuatu yang anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu yang anda lakukan terhadap otak calon pelanggan ( Ries & Trout, 1986 dalam Kasali 2005) Positioning menurut Philip Kotler 1997 dalam Kasali (2005) adalah tindakan yang dilakukan pemasar untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya. Myers 1996 dalam Kasali (2005) membedakan struktur persaingan ke dalam tiga tingkat, yaitu : Superioritas, yaitu suatu struktur persaingan yang dialami suatu merek yang unggul diberbagai bidang terhadap para pesaingnya. Diferensiasi, yaitu keadaan yang sedikit berbeda, produsen bertindak lebih rasional. Produk Paritas, yaitu disini barang/jasa sama sekali tidak dapat dibedakan dengan jelas antara buatan satu produsen dengan produsen lainnya. 35 untuk menentukan positioning produk, diperlukan proses positioning. Langkah-langkah dalam positioning adalah sebagai berikut : a) Determinant attribut, yaitu mengidentifikasi kumpulan produk kompetitor yang relevan. b) Mengidentifikasikan kumpulan atribut yang menentukan. c) Mengumpulkan informasi dari sampel konsumen dan konsumen potensial tentang persepsi terhadap tiap produk. d) Melakukan analisis intensitas posisi produk sekarang dalam pikiran konsumen. e) Product positioning, yaitu menentukan positioning produk dalam product space. f) Menentukan kombinasi attribut yang paling disukai. g) Marketing positioning, yaitu memeriksa kesesuaian antara preferensi dari segmen pasar dan positioning saat ini. h) Memilih strategi positioning/repositioning. Popo Yusri dalam penelitian terdahulu Analisis Brand, (2009) terdapat dua kategori dalam positioning produk, yaitu : 1. Physical product positioning, kategori ini dilihat dari harga, teknologi, performa, dan sebagainya, yang dimiliki oleh produk yang bersifat fisik. Positioning produk secara fisik dapat dilihat secara internal dan eksternal. 36 a. Secara internal, positioning produk dapat dilihat dari lini produk tersebut, yaitu : Product line filling, yaitu pengisian dan perbedaan internal diantara produk lini yang ada. Produk line stretching, meliputi penambahan produk baru dalam lini produk. Produk line extention, yaitu pengenalan produk baru yang sama sekali berbeda dengan lini produk yang ada. b. Secara ekternal, posisi relative terhadap produk pesaing dengan strategi diferensiasi dan imitasi. 2. Perceptual product positioning, positioning secara fisik seringkali gagal karena tidak memperhitungkan konsumen. Positioning lebih banyak pada bagaimana produk diposisikan dalam pikiran konsumen dari pada berbuat terhadap produk itu sendiri. Selanjutnya adalah strategi positioning yang merupakan mix component dalam set koordinasi untuk melakukan sebuah action sesuai rancangan konsep untuk mencapai tujuan positioning, tahap ini mencangkup seleksi aktifitas dan hasil dari masing-masing program pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi). 37 Kunci dari strategi positioning adalah membentuk brand image yang baik dimata konsumen. Oleh karena itu, strategi positioning harus berhubungan dengan marketing mix. 2.3 Penelitian Terdahulu Table 2.1 Judul Antik Puspita Variabel Bauran Pemasaran Hasil Secara keseluruhan jawaban responden pada bauran (2012), (Produk, Price, “Pengaruh Place, Bauran Promotion). pemasaran menunjukan positif, hal terhadap Keputusan Keputusan Pembelian. yang dan dapat disimpulkan responden Pemasaran variable bauran bahwa menganggap pemasaran mempengaruhi dapat penjualan Pocari Sweat. a) Konsumen Pocari Sweat Pembelian minuman isotonic yang dijadikan responden mayoritas memberikan tanggapan yang terhadap Pocari Sweat”. baik indicator- indikator dari keputusan pembelian. 38 Judul Variabel Hasil b) Hasil uji F menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) ke empat variabel bebas bauran yaitu pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan variabel terhadap terikat yaitu keputusan pembelian. c) Kemudian secara parsial variabel bauran pemasaran juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Judul Parysca Yuanjany (2012) ”Bauran Variabel Bauran Hasil a) Produk berpengaruh Pemasaran signifikan terhadap Pemasaran terhadap (Produk, Price, keputusan pembelian Keputusan Place, artinya produk kosmetik Pembelian Promotion) Oriflame, 39 Judul Produk Oriflame” kosmetik Variabel Keputusan Pembelian Hasil sesuai dengan apa yang diharapkan konsumennya. b) Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian artinya dalam pengambilan keputusan pembelian para konsumen mempertimbangkan harganya. c) Distribusi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian artinya konsumen membeli produk Oriflame karena letak kantor cabang yang dekat dengan lingkungan konsumen. d) Promosi signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian artinya konsumen mengetahui informasi tentang produk Oriflame, 40 Judul Variabel Hasil dari promosi dilakukan yang perusahaan Oriflame. e) Produk, Harga, Distribusi dan Promosi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya strategi bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan Oriflame menarik berhasil minat beli konsumen. f) Promosi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan pembelian artinya kegiatan promosi yang perusahaan dilakukan Oriflame memberikan informasi yang cukup untuk konsumen, dan meyakinkan untuk membeli. konsumen 41 Judul Variabel Marta Yandry (2011) “Efektivitas Brand Ambasador Positioning Brand Ambasador Hasil Penelitian selanjutnya tentang Positioning dilakukan oleh Secara keseluruhan Ambassador untuk Brand Citra peningkatan setelah Positioning masih dipersepsikan negatif peningkatan oleh responden. Responden Positioning produk Citra” market mempunyai image positif terhadap brand Citra dalam hal: Organizational associations, dan Brand personality Sedangkan responden mempunyai image negatif terhadap brand Citra dalam hal: Product attributes, User imagery, Consumer benefits, dan Brand-consumer relationships 42 Judul Variabel Hasil a) Dalam hal kesesuaian antara image responden brand dan brand tentang ambassador identity dari Citra yang diinginkan dapat pemasar disimpulkan sebagai berikut : Yang sesuai, antara lain organizational associations dan brand personality Yang tidak sesuai, antara lain produk attributes, user imagery, consumer benefits dan brand-consumer relationships b) Niat beli responden terhadap rangkaian produk Citra sangat rendah, 43 Judul Variabel Hasil dengan kata lain responden tidak berniat untuk membeli seluruh rangkaian produk Citra. Hal ini disebabkan karena persepsi responden terhadap sub-sub variabel dari brand ambassador Citra setelah peningkatan Positioning masih terbilang negatif. c) Terdapat hubungan positif yang signifikan variabel brand ambassador Citra setelah peningkatan positioning dan niat beli responden secara keseluruhan, 44 Judul Variabel Hasil artinya kenaikan atau penurunan nilai-nilai variabel dan sub variabel X (brand image) akan diikuti dengan kenaikan nilai-nilai variabel beli Y (niat responden), dengan koefisien determinasi sebesar (R) 30,25%, angka ini menunjukan besarnya kontribusi brand ambassador Citra setelah peningkatan Positioning terhadap niat responden untuk membeli produk citra white lotion, 45 Judul Variabel Hasil dan angka koefisien korelasi pearson (rp) sebesar menunjukan 0,55 adanya hubungan yang bersifat kuat (moderately high association). Sumber : Dari berbagai literatur 46 2.4 Model Penelitian Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah disampaikan di atas maka dapat dibuat model sebagai berikut : PRODUK (X1) H1 HARGA (X2) H2 POSITIONING (Y) TEMPAT H3 (X3) PROMOSI H4 (X4) Gambar 2.2