BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Manajemen Dalam

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Manajemen
Dalam menguraikan definisi manajemen ini, masing-masing
pengarang mempunyai tafsiran yang berbeda tergantung dari pendekatan
yang digunakan oleh pengarang itu. Beberapa pengarang mendefinisikan
manajemen dengan menekan kepada manajemen sebagai seni, ilmu atau
profesi, walaupun demikian jika disimak dari beberapa pendekatan
tersebut pada prinsipnya sama.
Yaitu agar terdapat tata kerja yang baik di dalam suatu organisasi
sehingga tujuan-tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap manusia
dalam perjalanan hidupnya selalu menjadi anggota dari beberapa macam
organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olahraga, kelompok
musik, militer ataupun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini
mempunyai kesamaan dasar walaupun dapat berbeda satu dengan yang
lain dalam beberapa hal. Dari sini terlihat bahwa dalam mengelola suatu
organisasi itu mereka harus melakukannya secara profesional ataupun
secara sederhana.
Ini menunjukkan bahwa ilmu manajemen bersifat universal dan
mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup
kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang cenderung benar
6
7
dalam semua situasi manajerial. Hal ini terbukti bahwa ilmu manajemen
dapat diterapkan dalam semua organisasi manusia, seperti perusahaan,
pemerintah, pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lain.
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa
manajemen, semua usaha sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit.
Disini jelas bahwa manajemen sangatlah dibutuhkan dalam suatu
organisasi.
Pendapat dari para ahli yang menyatakan pengertian manajemen antara
lain:
Menurut( James. A. F Stoner, 1996)
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
Sedangkan menurut (The Liang Gie, 1982) yaitu :
“Manajemen adalah unsur yang merupakan rangkaian perbuatan
menggerakkan karyawan-karyawan dan mengarahkan segenap fasilitas
kerja agar tujuan organisasi yang bersangkutan benar-benar tercapai.”
Menurut (T.Hani Handoko, 1998) alasan utama diperlukannya manajemen
yaitu:
1.
Untuk mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi dan pribadi.
2.
Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang sangat
bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
8
antara
tujuan-tujuan,
sasaran-sasaran
dan
kegiatan
yang
saling
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi,
seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, supplier,
serikat kerja, asosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
Dari uraian di atas terlihat bahwa salah satu ilmu manajemen
digunakan untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan dan efisiensi
dan efektivitas. Jadi disini menurut (James.A.F.Stoner, 1996) terlihat
bahwa ilmu manajemen boleh dikatakan suatu seni.
“Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain” Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai
tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau berarti
dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Para pakar ekonomi
mengatakan bahawa manajemen itu mempunyai arti yang sangat luas,
sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara
konsisten oleh semua orang.
Sedangkan (George R. Terry,1994) menyatakan sebagai berikut :
“Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.”
“Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
9
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber-sumber daya
manusia serta sumber-sumber lain.”
Dari definisi di atas bahwa ada yang mengatakan bahwa
manajemen itu adalah seni dan proses. Manajemen dikatakan sebagai seni
karena mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau
keterampilan pribadi. Sedangkan manajemen dikatakan sebagai suatu
proses karena ada cara sistematis untuk melakukan pekerjaan atau karena
tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka. Harus
melaksanakan kegiatan tertentu yang saling bersangkutan untuk tujuan
yang mereka inginkan.
Dari uraian diatas menunjukkan juga bahwa para manajer
menggunakan semua sumber daya organisasi keuangan, peralatan dan
informasi seperti halnya orang dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Orang atau manusia adalah sumber daya yang terpenting bagi
setiap organisasi, tetapi para manajer tidak akan mencapai tujuan secara
optimal bila mereka mengalihkan sumber daya organisasi lainnya.
2.2.Manajemen Sumber Daya Manusia
Didalam perusahaan,
manusia merupakan sumber daya yang
paling penting, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu
terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan ini tidak mungkin tercapai tanpa
peran aktif karyawan dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka diperlukan alat untuk mengolah dan mengatur peranan serta kegiatan
10
manusia didalam suatu organisasi yang disebut dengan manajemen sumber
daya manusia.
2.2.1. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan bidang strategi dari organisasi
untuk menciptakan pekerja yang handal dan berkualitas. MSDM harus
dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk mengelola
orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan pengetahuan tentang
perilaku manusia dan kemampuan untuk mengelolanya (Ulrich dalam
Setiawan, 2002:2). Fokus utama dari Manajemen sumber daya manusia
adalah memberikan kontribusi untuk suksesnya suatu organisasi.
Sedarmayanti (2007:13) mengemukakan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktek menentukan aspek
“manusia” atau sumber daya manusia dalam manejemen, termasuk
merekrut, menyaring, melatih, memberikan penghargaan dan penilaian.
Lebih lanjut Hasibuan (2006:10) mendefinisikan manajemen sumber daya
manusia sebagai berikut:
“Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.”
11
Berdasarkan pendapat diatas Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan ilmu atau seni dalam suatu kebijakan maupun praktek
merekrut, menyaring, melatih serta memberikan penghargaan dan
penilaian terhadap tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan.
Sedangkan menurut Amstrong dalam Cahyani (2005:2)
Manajemen
Sumber Daya
Manusia
dapat didefinisikan
sebagai
pendekatan startegik dan koheran untuk mengelola asset paling berharga
dalam organisasi, orang-orang yang bekerja di dalam organsasi baik
secara individu maupaun secara kolektif, guna memberikan sumbangan
untuk pencapaian sasaran organisasi.
Senada dengan pendapat Amstrong, Mathias dalam Jacson (2001:4)
mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
“berhubungan dengan sistem rancangan formal dalam suatu organisasi
untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang
untuk mewujudkan sasaran organisasi”.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa MSDM berkaitan
dengan pengelolaan manusia didalam suatu organisasi untuk menciptakan
tenaga kerja yang handal untuk mencapai tujuan bersama yakni tujuan
organisasi. Dengan demikian manajemen sumber daya manusia sebagai
ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia dan
12
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien sehingga produktif,
merupakan hal yang paling penting untuk mencapai tujuan tertentu.
Lebih luas, Panggabean (2004:2) mendefinisikan Manajemen Sumber
Daya Manusia sebagai berikut :
“Suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
analisis pekerjaan, evaluasi, pekerjaan, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapi tujuan
yang telah ditetapkan”.
Adapun fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia :
1. Fungsi Manajerial
Adalah fungsi yang mempunyai wewenang kepemimpinan
terhadap personalia lain. Dalam hal ini direktur dan kepala bagian adalah
orang-orang yang mempunyai dan menjalankan posisi manajerial (disebut
juga manajer) yang mempunyai dan menjalankan fungsi manajerial.
Dengan demikian manajemen sumber daya manusia adaah seorang
manajer yang harus menjalankan funsi-fungsi manajemen umum.
Adapun fungsi manajerial terdiri dari:
a. Perencanaan (Planning)
13
Perencanaan
merupakan
penentuan
serangkaian
program
personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang telah disusun
untuk organisasi tersebut di dalam perencanaan,meliputi kegiatan untuk
menentukan apa yang harus dikerjakan,dimana dan siapa yang akan
mengerjakan tindakan untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian
adalah
pengelompokan
kegiatan
yang
diperlukan, oleh karena itu sumber daya manusia harus menyusun suatu
organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan,
karyawan dan faktor-faktor fisik.
c. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemberian
bimbingan, saran-saran,perintah atau instruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing. Dengan adanya pengarahan maka
rencana-rencana organisasi dapat dilaksanakan dengan baik dan benarbenar tertuju kepada sasaran yang telah ditetapkan semula.
d. Pengendalian (controlling)
Pengendalian
merupakan
pengamatan
atas
tindakan
dan
perbandingan dengan rencana serta perbaikan atas setiap penyimpangan
yang mungkin terjadi atau pada saat tertentu dan juga penyusunan
kembali rencana-rencana dan penyesuainnya terhadap penyimpangan
14
yang tidak dapat diubah. Jadi pengendalian adalah fungsi manajerial
yang berhubungan dengan pengaturan kegiatan agar sesuai dengan
rencana personalia yang sebelumnya telah dirumuskan berdasarkan
analisis terhadap sasaran dasar organisasi, fungsi pengendalian dapat
segera diketahui tepat pada waktunya dan kemungkinan dengan segera
dapat diambil tindakan guna mengatasi dan memperbaikinya.
2. Fungsi Operasional
Fungsi operasional merupakan fungsi-fungsi yang tercakup di
dalam fungsi dasar manajemen yang dilaksanakan orang yang tidak
mempunyai wewenang atas orang lain tetapi telah diberikan tugas khusus
untuk dilaksanakan dibawah pengawasan manajerial :
a. Pengadaan Tenaga Kerja
Pengadaan tenaga kerja adalah usaha untuk memperoleh jenis dan
jumlah yang tepat dari personalia yang diperlukan untuk mencapai dan
menyelesaikan sasaran organisasi. Fungsi ini terutama menyangkut
penentuan
kebutuhan
tenaga
kerja,
perekrutan,
seleksi
dan
penempatannya. Penentuan sumber daya manusia yang diperlukan
harus bersandar pada tugas-tugas yang tercantum pada perancang
pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam seleksi dilakukan
pemilihan dan penarikan tenaga kerja, peninjauan formulir-formulir
lamaran,
tes
psikologis,
penyelenggaraan wawancara.
pemeriksaan
surat
rekomendasi
dan
15
b. Pengembangan (development)
Pengembangan merupakan pengingkatan keterampilan karyawan
melalui pelatihan yang perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Pelatihan
bisa
juga
diberikan
dalam
bentuk
pendidikan
dalam
usaha
mengembangkan karyawan untuk jangka panjang.
c. Kompensasi (compensation)
Fungsi ini dapat didefinisikan sebagai balas jasa dan pemberian
penghargaan yang memadai dan layak kepada para karyawan sesuai
dengan sumbangan mereka dalam mencapai tujuan organisasi.
d. Integrasi (Integration)
Integrasi adalah tingkat (usaha) untuk mempertemukan keinginan
karyawan sebagai individual dan keinginan-keinginan perusahaan
sehingga menghasilkan suatu kecocokan antara keduanya. Dengan
adanya integrasi, maka para karyawan akan mampu dan memiliki
keinginan serta dengan penuh kesadaran untuk bekerja sama dengan
pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.
e. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan merupakan usaha untuk memelihara suatu angkatan
kerja yang telah dibentuk sehingga menjadi efektif dengan memiliki
kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Terpeliharanya kemauan kerja sangat dipengaruhi oleh komunikasi
dengan para karyawan. Keadaan fisik karyawan dan kesehatan serta
keselamatan kerja karyawan, semua itu harus terpelihara.
16
f. Pemberhentian (separation)
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja
seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh
keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir,
pensiun dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur UU No.12 tahun
1964.
Maksud dari semua fungsi-fungsi manajemen sumber daya
manusia (manajerial dan operasional) adalah untuk membantu dan
menyelesaikan sasaran dasar yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
operasional manajemen sumber daya manusia, insentif termasuk pada
kegiatan kompensasi yaitu balas jasa yang memadai dan layak diberikan
kepada karyawan atas sumbangan mereka kepada tujuan perusahaan.
Insentif juga merupakan perangsang kepada karyawan yang memberikan
semangat kerja untuk meningkatkan kerja karyawan.
2.3.
2.3.1.
Teori Insentif
Pengertian Insentif
Pemberian insentif yang adil dan layak merupakan daya
penggerak yang merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena
dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian dan
pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya, sehingga semangat kerja
dan sikap loyal karyawan akan lebih baik.
17
Pelaksanaan pemberian
terutama
untuk
meningkatkan
insentif dimaksudkan perusahaan
prestasi
kerja
karyawan
dan
mempertahankan karyawan yang mempunyai produktivitas tinggi untuk
tetap berada didalam perusahaan. Insentif itu sendiri merupakan
rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk
mendorong karyawan dalam bertindak dan berbuat sesuatu untuk tujuan
perusahaan. Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk motivasi bagi
karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk
berprestasi bagi perusahaan.
Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
insentif seperti :
1.
Menurut Sarwoto (1996), insentif merupakan sarana motivasi,
dapat
berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan
sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul
semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi.
2.
Menurut
Hasibuan
(2004),
insentif
merupakan
suatu
perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja
kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat
yang lebih besar untuk berprestasi bagi perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
insentif Merupakan salah satu bentuk rangsangan atau motivasi yang
sengaja diberikan kepada karyawan untuk mendorong semangat kerja
18
karyawan agar mereka bekerja lebih produktif lagi didalam peningkatan
prestasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.3.2.
Bentuk-bentuk Insentif
Pada dasarnya didalam organisasi terdapat berbagai kebutuhan
individu atau kelompok yang berbeda satu sama lainnya, oleh sebab itu
terdapat bermacam-macam pola corak insentif yang dapat digunakan untuk
memotivasi para karyawannya. Walaupun demikian, terdapat tiga bentuk
insentif yang lazim diberikan oleh perusahaan kepada pegawainya, sesuai
dengan pembagian bentuk-bentuk insentif secara umum, yaitu :
a. Financial Insentif
Adalah suatu dorongan yang diberikan kepada karyawan dalam
bentuk keuangan. Insentif yang berwujud uang jauh lebih mudah
diukur dengan pengaruhnya diatas prestasi kerja yang relatif lebih
konstan, insentif dalam bentuk materi terdiri dari :
1. Bonus
Pembayaran ekstra diluar gaji atau upah yang merupakan hadiah
dari perusahaan
yang berhubungan dengan
perorangan maupun kelompok.
2. Komisi
prestasi kerja
19
Sejenis bonus yang dibayar kepada pegawai, khususnya yang
bekerja dibagian penjualan, yang berhasil menjual diatas maupun
sesuai dengan target.
3. Upah Lembur
Merupakan hasil yang diberikan diluar gaji karena pegawaipegawai bekerja diluar jam rutin. Biasanya besar kecilnya upah
lembur itu telah ditetapkan secara standar oleh perusahaan dan
setiap karyawan yang ikut bekerja lembur akan memperoleh secara
rata dan otomatis.
4. Tunjangan-tunjangan
Yaitu insentif yang diberikan oleh perusahaan secara kolektif,
karena ini tidak ada unsur kompetitifnya. Setiap pegawai akan
dapat memperoleh secara rata dan otomatis, contohnya : tunjangan
keluarga, tunjangan kesehatan, tunjangan pengobatan, pembayaran
kerja lembur, cuti hamil atau melahirkan dan lain-lain.
5. Premi atas Bagian Keuangan Perusahaan
Yaitu pemberian hadiah dari perusahaan pada setiap karyawan
yang umumnya menerima sejumlah bonus berdasarkan jabatan dari
prestasi keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Pembagian
biasanya dibayarkan pada tiap-tiap akhir tahun dan dibayarkan
secara langsung kepada para karyawan yang bersangkutan, ada tiga
20
kemungkinan bonus ini tidak lagi dibagikan kepada karyawan,
tetapi disimpan sebagai dana hari tua misalnya dan cara ini disebut
dengan penundaan dari pada pembagian keuntungan ini perusahaan
berharap akan mampu memberikan kesehjahteraan kepada pegawai
kelak dihari tua tuanya.
b. Non Financial Insentif
Yaitu daya perangsang yang tidak dapat dinilai dengan
materi/uang, dimana hal ini dapat berupa :
1. Pembagian gelar atau tittle secara resmi
Pembagian gelar yang ditunjukkan bagi karyawan yang telah
berjasa pada perusahaan. Contohnya bila menemukan suatu cara
produksi baru yang paling penting untuk kelancaran jalannya
perusahaan.
2. Kenaikan pangkat atau promosi
Apabila pegawai telah memiliki masa kerja yang baik, maka
perusahaan dapat memberikan kenaikan pangkat atau promosi.
3. Tersedia fasilitas penunjang
Seperti : fasilitas rekreasi, kantin, tempat istirahat yang baik dan
lainnya.
4. Ucapan terima kasih secara formal ataupun informal.
21
2.3.3.
Program Insentif yang efektif
Sebuah sistem insentif biasanya akan memiliki kesempatan
sukses yang lebih besar jika semua karyawan didalam organisasi diberi
kesempatan berpartisipasi. Jika beberapa karyawan dikucilkan, mereka
mungkin akan menjadi iri dan benci kepada orang-orang yang memiliki
kesempatan memperoleh bayaran insentif ekstra dan akibatnya akan
kurang mau bekerja sama sampai maksimal.
Program insentif yang dirancang dengan baik akan berjalan
karena program tersebut didasarkan pada dua prinsip psikologis yang
diterima dengan baik yaitu motivasi yang meningkat menyebabkan
melejitnya kinerja dan pengakuan merupakan faktor utama dan motivasi.
Sayangnya, banyak program insentif yang dirancang secara tidak tepat dan
program tersebut akhirnya tersendat-sendat.
2.4.
2.4.1.
Teori Motivasi
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan
atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya
ditujukan untuk sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan
potensi bawahan agar mau bekerjasama secara produktif berhasil
mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2004).
22
Sperling dalam Mangkunegara (2002) mengemukakan bahwa
motivasi itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas,
mulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian
diri. Stanton mendefinisikan motivasi suatu motif adalah kebutuhan yang
distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa
puas.
Selanjutnya Mangkunegara (2002), mengatakan bahwa motivasi
terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Menurut Moekijat (2002), bahwa kata motivasi (motivation) kata
dasarnya adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu
kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan
suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Pengertian motivasi menurut Gibson et all (1996) adalah
kemauan mengerjakan sesuatu karena adanya motif, kebutuhan, keinginan,
dorongan dan desakan hati dalam diri individu yang diarahkan pada
tujuan. Hingga dapat diketahui bahwa perilaku akan muncul dari dorongan
kebutuhan yang akan dirubah menjadi keinginan sehingga seseorang
berusaha
memenuhinya.
Kootz
et
al.
Dalam
Winardi
(2002)
mendefinisikan motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya
23
kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan,
selanjutnya menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya
tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan
serta ketidakseimbangan. Rangsangan terhadap hal termaksud akan
menumbuhkan tingkat motivasi dan motivasi yang telah tumbuh
merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau
pencapaian keseimbangan. Motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan
dari dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah
kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya.
2.4.2.
Macam-macam teori Motivasi
Teori yang mendasarkan usaha pemberian motivasi kerja ada beberapa
Macam yaitu :
b. Teori Hierarki Kebutuhan (Need Hierarchi Theory)
Maslow
dalam
Gitosudarmo
(1997)
menyatakan
bahwa
kebutuhan Manusia mengandung unsur bertingkat atau memiliki hierarki
dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi. Kebutuhan
manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum
dan pakaian. Apabila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi secara cukup
24
maka kebutuhan tersebut akan menduduki hierarki yang tertinggi dan
kebutuhan yang lain menduduki hierarki rendah. Adapun kebutuhan
manusia terdiri dari beberapa tingkat dengan urutan sebagai berikut :
1. Fisik
2. Rasa aman
3. Sosial/kemasyarakatan
4. Penghargaan
5. Aktualisasi diri
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang paling dasar yaitu
kebutuhan yang berhubungan dengan biologis seperti makanan, minuman,
pakaian dan papan tempat berteduh. Kebutuhan rasa aman adalah
kebutuhan atas perlindungan dari gangguan pihak lain baik yang berasal
dari manusia lain maupun dari makhluk lain seperti binatang buas dan
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat berupa pemilikan alat-alat
perlindungan, alat pertahanan diri, persenjataan, alat tanda bahaya dan
sebagainya. Kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan fisik
terpenuhi.
Setelah kebutuhan urutan kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman
terpenuhi maka akan muncul kebutuhan urutan ketiga yaitu kebutuhan
sosial. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk bergaul dengan manusia
lain atau anggota masyarakat lain. Kebutuhan ini dapat berupa memberi
dan menerima rasa cinta kasih, rasa diterima dalam kelompok, rasa
25
membutuhkan dan dibutuhkan, rasa berteman atau bekerja sama. Apabila
kebutuhan urutan ketiga ini telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan
berikutnya yaitu kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri). Kebutuhan
ini dapat berupa tuntutan atau keinginan untuk dianggap sebagai pimpinan
yang baik, sekretaris yang baik, dosen yang rajin, karyawan yang
berprestasi, mahasiswa teladan dan sebagainya.
Kebutuhan pada urutan terakhir adalah kebutuhan atas
aktualisasi diri yaitu suatu kebutuhan untuk menunjukkan kepribadian
khusus seseorang, dengan mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan seseorang untuk
menghasilkan sesuatu yang dapat diakui oleh umum bahwa hasil karyanya
sangat baik dan bermanfaat bagi masyarakat atau orang lain.
Dari beberapa urutan kebutuhan manusia tersebut diatas apabila
kebutuhan yang paling dasar sudah terpenuhi maka kebutuhan tingkat
berikutnya menjadi dominan dan kebutuhan yang lain akan menjadi
kurang dominan atau pada hierarki yang rendah.
c.
Teori Dua Faktor (Motivator-Hygiene Theory)
Teori dua faktor dari Herzberg (Gitosudarmo, 1997) berusaha
mencari sebab-sebab adanya rasa puas dan rasa tidak puas dari seseorang
terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab
tersebut, maka akan
diusahakan
untuk dapat diciptakan kepuasan
sehingga para pekerja dapat terdorong atau termotivasi untuk bekerja
26
dengan lebih baik. Teori ini memberikan gambaran bahwa kepuasan akan
hasil pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh suatu faktor yang disebut
faktor pemuas (satisfier factor).
Faktor pemuas tersebut timbul didalam diri pekerja terhadap
hasil pekerjaannya dan kemudian menciptakan perasaan berprestasi,
dihargai, memperoleh kemajuan, telah mengerjakan yang cukup penting
serta rasa tanggung jawab. Di pihak lain pada diri pekerja juga terdapat
rasa ketidakpuasan yang disebut faktor kesehatan (higiene factor).
Hygiene factor berupa pengaruh lingkungan kerja yaitu antara lain
berupa hubungan dengan supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa
tidak aman dalam bekerja, kondisi kerja, status pekerjaan atau jabatan,
serta gaji yang cukup. Tersedianya faktor kesehatan berarti terciptanya
lingkungan kerja yang sehat baik sehat fisik maupun sehat mental
(Gitosudarmo, 1997).
Kedua faktor yaitu satisfier factor dan hygiene factor harus tersedia
atau disediakan oleh manajer sehingga terjadi dorongan untuk bekerja
bersama secara efektif dan efisien. Implikasi teori ini bahwa seorang
pekerja mempunyai dorongan untuk berkarya tidak sekedar mencari
nafkah akan tetapi sebagai wahana untuk memuaskan berbagai
kepentingan
dan
kebutuhannya,
dikategorisasikan (Siagian, 1995).
bagaimanapun
kebutuhan
itu
27
d. Teori X dan Teori Y
Menurut Gregor dalam Gitosudarmo (1997) terdapat dua macam
sikap dasar dari setiap orang yaitu :
1) Sikap dasar yang didasari oleh teori X
Dalam teori ini diasumsikan bahwa pada dasarnya manusia memiliki
sifat pemalas,
lebih senang kepadanya diberikan petunjuk-petunjuk
praktis saja dari pada diberikan kebebasan berfikir dan memilih atau
mengambil keputusan. dalam hal ini mereka tidak senang menerima
tanggung jawab, dia hanya menyenangi haknya saja serta selalu ingin
aman. Motivasi kerja hanyalah untuk mendapatkan uang atau finansial saja
(motif finansial). Manajer yang mendasarkan teori ini akan melakukan
pengawasan sangat ketat dengan tidak memberikan kebebasan kepada
bawahan, pekerjaan disusun dengan berstruktur secara rapi dan teliti,
sedangkan pekerja tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk pelaksanaan kerja
tanpa kebebasan, kemudian memberikan hukuman, hadiah dan ganjaran.
Kebijaksanaan manajer dengan teori X mengandung bahaya karena
pengawasan yang terlalu ketat dan tanpa kebebasan akan menimbulkan
perlawanan dan ketidakpuasan. Teori X banyak menunjukkan kebenaran
pada masyarakat yang masih berpendidikan rendah yang pada umumnya
mereka masih mendasarkan diri pada motif fisik dan rasa aman saja.
28
Penerapan teori X bagi seorang manajer tercermin pada sikap atau
pandangannya terhadap bawahan yang berupa :
a) Karyawan pada umumnya tidak suka bekerja dan akan selalu berusaha
untuk menghindar apabila terdapat kesempatan untuk menghindari
pekerjaan yang menjadi tugasnya.
b) Karyawan harus dipaksa diarahkan, diawasi dan apabila perlu
diberikan ancaman hukuman agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
c) Kebanyakan orang tidak kreatif, tidak berinisiatif dan tidak suka
bertanggung jawab,
maka manajer harus selalu memberikan
pengarahan dan petunjuk kepada karyawannya.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Teori Y berasumsi bahwa manusia pada dasarnya senang bekerja.
Bekerja adalah faktor alamiah bagi orang dewasa seperti halnya bermain
bagi anak-anak kecil. Oleh karena itu, sebenarnya dimanapun dan
kapanpun setiap orang dewasa akan selalu mencoba untuk bekerja. Dalam
hal ini, manusia akan selalu bekerja untuk mencapai tujuannya.
Pengendalian dan penempatan diri sendiri merupakan dasar motivasi kerja
guna mencapai tujuan organisasi. Pencerminan dari manajer yang
menerapkan teori Y ini adalah berupa pemberian kelonggaran yang lebih
besar kepada bawahan untuk berinisiatif, mengembangkan kreasi-kreasi
mereka guna selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian
tujuan organisasi. Disamping itu manajer akan bersifat terbuka (open
29
management) yaitu berusaha memberikan informasi-informasi yang
diperlukan untuk peningkatan kegiatan kerja baik diminta maupun tidak
diminta oleh bawahan atau karyawannya. Gejala ini akan banyak dijumpai
pada masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi.
Penerapan teori Y bagi seorang manajer tercermin dalam sikap dan
tindakannya yang berupa :
a) Karyawan diberi kebebasan untuk bekerja dan berinisiatif karena
bekerja
adalah pada hakekatnya seperti halnya bermain pada anak-
anak kecil.
b) Paksaan dan pengawasan ketat tidak banyak dilakukan akan tetapi
lebih
banyak diadakan komitmen atau persetujuan dan kesepakatan
bersama, karena dengan kesepakatan itu akan timbul dorongan dari
dalam diri karyawan itu sendiri, dorongan yang timbul dari dalam diri
adalah yang terbaik.
c) Kreativitas
karyawan
karyawan
dikembangkan
karena
pada
hakekatnya
tidak hanya ingin memperoleh tanggung jawab dari orang
lain akan tetapi
mereka juga mencari tanggung jawab dari dirinya
sendiri.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dengan adanya
motivasi akan terjadilah kemauan kerja dan dengan adanya kemauan untuk
bekerja serta bekerjasama itu maka produktivitas akan meningkat.
Motivasi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan
30
pendekatan finansial maupun pendekatan non finansial. Pendekatan
finansial
untuk
menimbulkan
motivasi
dapat
dilakukan
dengan
memberikan upah serta upah insentif kepada karyawan, sedangkan
pendekatan non finansial dapat dilakukan dengan cara mengadakan
sinkronisasi kepentingan individu dengan kepentingan bersama atau
kepentingan perusahaan.
Disamping itu motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan
pengaturan kondisi kerja yang sehat. Hal-hal tersebut akan menimbulkan
motivasi kerja sehingga karyawan mau dan rela untuk mengerahkan
kemampuan dalam bentuk keahlian, keterampilan, tenaga dan waktunya
untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan
dan berbagai sasaran organisasi.
2.4.3. Faktor-faktor Motivasi
Faktor-faktor motivasi yang diuraikan dalam hal ini dikutip dari
teori dua faktor Herzberg. Faktor-faktor motivasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Gaji (Salary)
Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi
kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi
memenuhi kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan
untuk menjadi daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan
31
penuh semangat. Menurut Braid (dalam Ishak dan Tanjung, 2003)
tidak ada satu organisasi pun yang dapat memberikan kekuatan baru
kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak
memiliki sistem kompensasi yang realitas dan gaji bila digunakan
dengan benar akan memotivasi pegawai. Program kompensasi yang
baik mempunyai tiga ciri penting yaitu bersaing, rasional, berdasarkan
performa.
Stephen et al. (dalam Ishak dan Tanjung, 2003) menyatakan
bahwa uang/gaji tidak dapat memotivasi terkecuali pegawai menyadari
keterkaitannya dengan performa.
Sedangkan menurut Nitisemito dalam Saydam (2002) agar
karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, dalam
pemberian kompensasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.
Dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum
b.
Dapat mengikat karyawan agar tidak keluar dari perusahaan
c.
Dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja
d.
Selalu ditinjau kembali
e.
Mencapai sasaran yang diinginkan
f.
Mengangkat harkat kemanusiaan
g.
Berpijak pada peraturan yang berlaku
32
2) Supervisi
Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan produktivitas
melalui penyelenggaraan kerja yang baik, pemberian petunjuk sesuai
standar kerja dan perlengkapan pembekalan yang memadai serta
dukungan lainnya. Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah
mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan sistem
kerja pada unit kerjanya secara efektif (Dharma, 2005)
Supervisor mengkoordinasikan sistem kerjanya itu dalam tiga hal
penting yaitu melakukan dengan memberi petunjuk/pengarahan,
memantau proses pelaksanaan pekerjaan dan menilai hasil dari sistem
kerja yang diikuti dengan melakukan umpan balik (feed back).
Supervisor dalam melaksanakan penilaian kinerja, menurut Harper
dalam Ishak dan Tanjung (2003) pendekatan pengkajian dan
pengembangan kinerja (performance review and development) lebih
efektif dari sistem penilaian kinerja karena seorang pimpinan tidak
hanya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan,
potensi karier dan keberhasilan profesional setiap karyawan.
Pendekatan pengkajian dan pengembangan kinerja mencakup
penciptaan sasaran dan standar kinerja, mengkaji kinerja aktual,
membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah ditentukan,
mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat rencana pengembangan
dan menyepakati sasaran dan standar kinerja masa depan.
33
3) Kebijakan dan Administrasi
Keterpaduan antara pimpinan dan bawahan sebagai suatu
keutuhan atau totalitas sistem merupakan faktor yang sangat penting
untuk menjamin keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Melalui pendekatan manajemen partisipatif, bawahan
tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek
(Mangkuprawira, 2002). Dengan komunikasi dua arah akan terjadi
komunikasi antar pribadi sehingga berbagai kebijakan yang diambil
dalam organisasi bukan hanya merupakan keinginan dari pimpinan
saja tetapi merupakan kesepakatan dari semua anggota organisasi.
Para pendukung manajemen partisipatif selalu menegaskan bahwa
manajemen
karyawan,
partisipatif
melalui
mempunyai
partisipasi,
para
pengaruh
positif
karyawan
akan
terhadap
mampu
mengumpulkan informasi, pengetahuan, kekuatan dan kreativitas
untuk memecahkan persoalan (Mangkuprawira, 2002)
Selanjutnya berdasarkan teori kebutuhan Maslow (dalam Gomes,
2004) ada tiga variabel utama dalam menjelaskan motivasi kerja, yaitu
:
a.
Employee
needs.
Seorang
pekerja
mempunyai
sejumlah
kebutuhan yang hendak dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan tersebut
merupakan stimuli internal (motivasi) yang menyebabkan
perilaku.
34
b.
Organizational
incentives.
Organisasi
atau
perusahaan
mempunyai sejumlah rewards (insentif) untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pekerja. Faktor insentif ini berpengaruh
terhadap arah dari perilaku pekerja.
c.
Perceptual outcomes. Pekerja biasanya mempunyai sejumlah
persepsi mengenai : nilai dari rewards organisasi, hubungan
antara performance dan rewards dan kemungkinan yang bisa
dihasilkan melalui usaha-usaha mereka dalam performansi
kerjanya.
2.4.4.
Kaitan Insentif terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Mutiara S Pangabean (2002 : 77) mengemukakan bahwa
Insentif merupaka imbalan langsung yang dibayarkan kepada
karyawan karena prestasi melebihi standar yang ditentukan
dengan mengasumsikan bahwa uang dapat mendorong karyawan
bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih
menyukai gajinya diayarkan berdasarkan hasil kerja
Pemberian Insentif, Motivasi kerja sangat erat kaitannya
dimana diantaranya ada hubungan yang positif, dimana tanpa
adanya insentif maka sulit untuk memotivasi pegawai dan tanpa
motivasi yang tinggi dari pegawai untuk bekerja maka mungkin
tidak terwujud suatu produktivitas kerja yang tinggi dari pegawai
untuk bekerja
35
Berbagai upaya dilakukan seorang pemimpin dalam upaya
memotivasi pegawainya baik melalui pemberian insentif dan cara
lainnya. Dengan melihat kenyataan jika seorang pegawai diberi
daya perangsang (insentif) akan lebih termotivasi bekerja lebih
giat, maka perusahaan atau organisasi tersebut telah maju satu
langkah dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.
Dapat disimpulkan bahwa insentif adalah dorongan pada
seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih dapat
mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat
membangkitkan gairah kerja dan motivasi seorang pegawai, jadi
seseorang mau bekerja dengan baik apabila dalam dirinya
terdapat motivasi, yang menjadi masalah adalah bagaimana
menciptakan gairah kerja dan motivasinya, sebab walaupun
motivasi sudah terbentuk apabila tidak disertai dengan gairah
kerjanya maka tetap saja pegawai tersebut tidak akan bisa bekerja
sesuai yang diharapkan.
Download