STUDY PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI SENGON (Paraserienthes moluccana) Oleh : AL-HAMIDI NIM. 070500004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010 STUDY PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI SENGON (Paraserienthes moluccana) Oleh : AL-HAMIDI NIM. 070500004 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pe rtanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Nama NIM Program Studi Jurusan : : : : STUDY PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI SENGON (Paraserienthes moluccana) Al-Hamidi 070500004 Manajemen Hutan Pengelolaan Hutan Menyetujui, Pembimbing, Penguji I, Ilyas Teba, MP NIP. 19681119 199802 1 001 Ir. Rudy Nurhayadi, MP NIP. 19590111 198703 1 002 Penguji II, Agustina Murniyati, S.Hut.,MP NIP. 19720803 199802 2 001 Mengesahkan Direktur, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028 198803 1 003 Lulus ujian pada tanggal: …………………………………… ABSTRAK AL-HAMIDI, studi Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Semai Sengon (Paraserienthes moluccana), di areal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan ILYAS TEBA) Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena Sengon (Paraserienthes moluccana) adalah jenis tanaman yang mudah tumbuh. Jenis ini tidak menuntut kesuburan yang lebih tinggi, dapat tumbuh baik pada tanah – tanah kering, tanah lembab, bahkan tanah yang mengandung garam dan juga dapat bertahan terhadap kekurangan oksigen. Dengan sifat – sifat demikian Sengon (paraserienthes moluccana) memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan dalam bentuk hutan tanaman yang besar. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pangaruh pupuk kandang terhadap semai Sengon (Paraserienthes moluccana). Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan mulai dari Bulan Juni sampai bulan Juli 2010, meliputi kegiatan : persiapan penelitian, pengamatan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan karya ilmiah. Dari penelitian ini dapat di ketahui bahwa Topsoil mengalami pertumbuhan lebih baik dari pada K1 dan K2 serta pemberian pupuk kandang dengan dosis 1gram dan 2 gram tidak sesuai untuk semai Sengon (Paraserienthes moluccana) usia 2 bulan. RIWAYAT HIDUP AL-HAMIDI lahir tanggal 30 Desember 1987 di Pengadan, Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari pasanganan Ayah Suta Sudi (Alm) dan Ibu Norma. Pada tahun 1992 memulai Pendidikan pada Taman Kanak-kanak (TK) lulus tahun 1993. Pada tahun 1993 melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) No.066 (sekarang SDN 22 terpadu) kemudian pindah ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) No.058 Pengadan Baru, Kutai Timur dan lulus tahun 1999. Pada tahun 1999 melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 16 Samarinda dan memperoleh ijazah pada tahun 2002. Pada tahun 2002 melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Bhakti) Loa Janan dan lulus tahun 2005. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2005 di LPK EL-Rahma Samarinda dan lulus tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007 lanjut ke Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Pengelolaan Hutan Program Study Manajemen Hutan. Pada tanggal 10 Maret sampai de ngan 10 Mei 2010 melakukan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.Sumalindo Lestari Jaya II Site Long Bagun, Kecamatan Long Bagun, Kutai Barat. KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T, karena atas berkat rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Persemaian Politeknik Pertanaian Negeri Samarinda selama ± 2 bulan mulai dari bulan Juni sampai bulan Juli 2010, sebagai salah syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sebagai lulusan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada : 1. Bapak Ilyas Teba, S. Hut, MP selaku dosen pembimbing karya Ilmiah. 2. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta yang telah banyak memberikan do’a serta dorongan semangat. 3. Bapak ibu dosen beserta staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Seluruh saudara – saudari penulis, Siti Aminah, Fatimah, Nur Indra Dinata, Maya Marinda, Alfiansyah, Icha, yang sudah mendukung penulis dengan sepenuh hati. 5. Rekan Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Khususnya angkatan 2007 serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan Karya Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu. Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah di berikan kepada penulis mendapatkan imbalan yang setimpal dari ALLAH SWT , Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat menyempurnakan laporan ini. Semoga apa yang tertulis dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukanya. Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2010 1. PENDAHULUAN Paraserienthes muluccana (Sengon) yang juga disebut sengon laut atau jeungjing adalah jenis tanaman yang mudah tumbuh. Jenis ini tidak menuntut kesuburan yang lebih tingg, dapat tumbuh baik pada tanah-tanah kering, tanah lembab, bahkann pada tanah yang mengandung garam dan juga dapat bertahan terhadap kekurangan oksigen. Kayu cukup bernilai ekonomis karena merupakan bahan yang baik untuk peti kemas, bahan pembuat tripleks, bahan pembuat korek api, konstruksi ringan di bawah atap serta memenuhi syarat untuk bahan-bahan pulp dan kertas. Dengan sifat-sifat demikian Paraserienthes muluccana memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan dalam bentuk hutan tanaman yang besar. Hal yang mendorong untuk mengembangkan jenis ini ialah sifat pertumbuhan yang cepat dari Paraserienthes muluccana, pada umur 6 tahun dapat menghasilkan kayu bulat sebesar 156 m3/h dan pada umur 15 tahun dapat menghasilkan kayu bulat 372 m3/h. Kayu Paraserienthes muluccana dapat digolongkan kedalam kelas kuat III atau IV dan kelas awet IV atau V, dibandingkan dengan jenis -jenis lain, yang termasuk kelas berat jenis yang sama, keawetannya dari kayu jenis ini lebih tinggi. Oleh karena itu jenis kayu ini lebih banyak dipergunakan sebagai baha n bangunan. Teknik penanaman Paraserienthes muluccana diharapkan dapat menunjang keberhasilan penanaman dan penyebaran Paraserienthes muluccana khususnya dan keberhasilan pembangunan HTI pada umumnya. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit yang baik adalah dengan melakukan pemupukan. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang keberhasilan penanaman dan pertumbuhan dari Paraserienthes falcataria. Dalam pemilihan pupuk paraserienthes muluccana di pilih pupuk kandang karena pupuk kandang itu berasal dari bahan organik yang tidak mencemari lingkungan (ramah lingkungan) dan mampu memperbaiki stuktur tanah, lagi pula pupuk yang berasal dari bahan organic lebih mudah didapat dan harganya terjangkau dari pada pupuk yang berasal dari bahan anorganik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetuhui perbedaan hasil pertumbuhan semai sengon yang diberikan pupuk kandang. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pupuk kandang terhadap semai sengon. II. A. TINJAUAN PUSTAKA Profil Umum Sengon 1. Klasifikasi Sengon Sebelum kita mengenal sengon lebih jauh ada baik kita mengetahui klasifikasi sengon terlebih dahulu menurut Nasution (2008). Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Fabales Famili : Fabaceae Subfamili : Mimosoidae Marga : Paraserianthes Jenis : Paraserianthes falcataria 2. Morfologi Sengon Menurut Santoso, B, Heiroremus (1994), Sengon yang dalam bahasa latin di sebut Albizia falcataria,termasuk famili mimosaceae, keluarga petai-pataia n, kadang-kadang sengon disebut pula “Albizia”, yang sesungguhnya berasal dari bahasa latin tersebut. Di Indonesia sengon memiliki beberapa nama daerah seperti sebagai berikut : Jawa : Jeunjing, Jeunjing Laut (sunda), Kalbi, Sengon Landi, Sengon Laut atau Sengon Sebrang (jawa) Maluku : Seia (ambon), Sikat (banda), Tawa (ternate) dan Gusui (tidore) Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30-45 meter dan diameter batang sekitar 70-80 cm. kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, tripleks, papan, peti kemas, perabotan rumah tangga, pagar, batang korek api, bahan-bahan pulp dan kertas. a. Batang Batang sengon tumbuh tegak lurus, kulit luar batngnya licin dan berwarna kelabu keputih-putihan. Oleh karena itu, orang melayu menyebut kayu sengon dengan nama kayu Selawaku Putih. b. Tajuk Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai paying yang tidak rimbun daunnya. Kita ketahui, daun sengon tersusun mejemuk menyirip ganda, sedangkan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Daunnya yang rontok itu justru cepat meningkatkan kesuburan tanah. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen (N2 ), karbon di oksida (Co2 ) dan udara bebas. c. Akar Akar sengon relatif menguntungkan di banding alar pohon lainnya. Akar tunggangnnya cukup kuat menembus ke dalam tanah, semakin besar pohonnya semakin dalam akar tunggangnya menembus ke dalam tanah. Sementara itu akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun atau semrawut, dan tidak merojol kepermukaan tanah. Akar rambut tersebut justru di manfaatkan oleh pohon induknya untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah di sekitar pohon sengon akan menjadi subur. Dengan melihat sifat-sifat kelebihan akar sengon, maka sungguh tepat jika sengon di tanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi. Sebagaimana kebijakan pemerintah menggalakkan “sengonisasi” di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di jawa, bali dan Sumatra. d. Bunga Perbungaan tana man sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran kecil sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga yang mekar terdiri dari bunga jantan dan betina dengan cara penyerbukan dibantu dengan perentara angin dan serangga. e. Buah Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. setiap polong buah berisi 15 – 30 biji, biji tersebut biasanya terlepas dari polongnya yang terbuka bila masak. Bentuk bijinya mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji tersebut berwarna coklat kehitam-hitaman agak keras dan berlilin. B. Pupuk 1. Definisi Pupuk Menurut Syareif (1986), yang dimaksud dengan pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman, sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sesuai tuntutan tanaman. Menurut Muhali (1987), adalah bahan yang diberikan kedalam tanah, baik bahan organik maupun bahan anorganik, dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanah dalam faktor lingkungan yang baik. Selanjutnya Hardjowigeno (1987), menyatakan bahwa pupuk terbagi ke dalam 2 golongan yaitu : a. Pupuk alam (pupuk organik) adalah pupuk yang langsung dari alam, yaitu sisa tanaman, hewan dan manusia antara lain : pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos. b. Pupuk buatan (pupuk anorganik) adalah pupuk yang di buat oleh pabrik dengan jenis dan kadar unsur hara sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dengan jumlah tertentu. 2. Definisi Pemupukan Buchman & Brady (1982), mengemukan bahwa pemupukan adalah satu diantara cara untuk menyuburkan tanah, karena pada tanah yang subur, bibit akan cepat menjadi besar dan sehat. Unsur – unsur penting dan diperlukan dalam jumlah besar oleh tanaman adalah unsur M, P, dan K untuk itu ketiga unsur tersebut merupakan unsur – unsur utama dalam pemupukan Tisdale & Nelson (1966). Muhali (1979), menjelaskan bahwa peranan pupuk terhadap tanaman adalah untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi suatu tanaman (produksi biji, getah, dan kayu) karena dalam pupuk terkadang unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pada pemupukan diusahakan supaya pemberian pupuk pada tanaman tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit untuk keperluan tersebut, besarnya dosis atau konsentrasi pupuk dapat ditetapkan dengan jalan mengadakan serangkaian percobaan pemupukan Subagio & Sarad (1970) Untuk menghindari kerugian pemupukan, maka pelaksanaannya harus di lakukan dengan tepat dan dengan dasar pertimbangan yang matang. Yang harus dipertimbangkan dalam perlakuan pemupukan tersebut adalah tingkat kesuburan tanahnya, jenis dan umur tanaman, waktu serta dosis pemupukan Kramer & Kozlowski, 1960. Tisdale & Nelson (1975) 3. Jenis Pupuk a. Pupuk Kandang 1) Pengertian Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan pupuk organic dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia (sapi, kambing, babi, kuda) dan unggas (ayam, burung). Pupuk kandang ini paling umum dan sering digunakan petani untuk menyuburkan tanah pertanian. 2) Bahan Bahan pupuk kandang adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang ternak atau unggas, jerami padi yang dikompos atau residu tanaman lainnya, kotoran pada saluran air, bungkil, pupuk hijau, dan potongan leguminosa. 3) Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan dari pupuk kandang adalah : a) Menambah zat makanan b) Mempertinggi kadar humus c) Memperbaiki struktur tanah d) Ramah lingkungan e) Lebih murah f) Mendorong kehidupan jasat renik g) Menaikkan daya serap tanah terhadap air Kekurangan dari pupuk kandang : a) sifatnya yang ruah (bulky), dengan biaya penanganan dan transpor yang tinggi. b) dapat memiliki biaya yang tinggi per unit hara. c) tidak selalu tersedia. d) harus digunakan di awal pertanaman (maka penggunaan awal mungkin tidak memenuhi permintaan tanaman untuk hara pada fase lanjut). e) dapat memiliki aroma yang tidak enak. III. A. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama ± 2 bulan mulai dimulai dari 1 Juni 2010 sampai dengan 30 Juli 2010, meliputi kegiatan: persiapan penelitian, pengamatan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat tulis untuk mencatat data pertumbuhan pada semai sengon. b. Penggaris untuk mengukur tinggi semai sengon. c. Sprayer untuk menyiram semai sengon. d. Kamera untuk dokumentasi penelitian. 2. Bahan a. Semai sengon sebagai obyek penelitian. b. Pupuk kandang sebagai media tanaman / pupuk. C. Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persiapan alat dan bahan Sebelum melakukan pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan alat dan bahan yang akan dipergunakan pada saat penelitian. 2. Asal tanaman Sengon Dalam pengamatan ini yang digunakan adalah semai sengon yang berumur 2 bulan, semai berasal dari persemaian Politeknik Pertanaian Negeri Samarinda. 3. Seleksi Semai Sengon Jumlah semai yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah sebanyak 150 bibit, dimana sebanyak 50 bibit sengon di beri pupuk kandang 1 gram, sebanyak 50 bibit sengon di beri pupuk kandang 2 gram dan sebanyak 50 bibit sebagai kontrol. 4. Pemberian nomor dan tanda Dalam tahap penomoran ini dilakukan dengan maksud agar dalam pengukuran tidak terjadi kesalahan atau terulangnya kembali pengukuran pada salah satu semai. Sedangkan pemberian tanda dimaksudkan untuk batas pengukuran yang terletak di pangkal semai. 5. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan dilakukan setiap hari atau selama pengamatan berlangsung. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman yang dilakukan dua kali pagi dan sore. 6. Pengamatan Mengamati pertumbuhan tinggi dengan cara mengukur tinggi menggunakan penggaris dari permukaan tanah sampai ke ujung tajuk dan mengamati pertambahan jumlah daun semai sengon D. Pengolahan data Data sumber dari tinggi di tabulasikan sebagai berikut No Parameter 1 2 3 Tinggi (cm) Jumlah daun (helai) Presentasi hidup (%) Perlakuan Topsoil/Kontrol 1 gram 2 gram IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan penelitian dan pengamatan selama dua bulan dimana pengambilan datanya dilakukan dua kali seminggu, diperoleh hasil rata – rata pertambahan tinggi semai sengon yang dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pertumbuhan semai sengon (Paraserienthes moluccana )Pada Pemberian Pupuk Kandang 1 Gram dan 2Gram No Parameter 1 2 3 Tinggi (cm) Jumlah daun (helai) Presentasi hidup (%) Perlakuan Topsoil/Kontrol 1 gram 6,684 3.634 4.36 0.98 94 82 2 gram 0.14 0.4 74 Berdasarkan data pada Tabel. 1 di atas maka dapat diketahui bahwa dari keseluruhan pengamatan dapat diperoleh hasil pengukuran pertambahan tinggi, jumlah daun dan presentasi hidup semai sengon menunjukkan bahwa semai sengon yang tanpa perlakuan/kontrol lebih baik dari pada perlakuan yang menggunakan pupuk kandang 1 gram dan 2 gram. B. Pembahasan Dilihat dari tabel 1, yang menunjukkan tiga perlakuan ( Topsoil, K1, K2 ) dapat diketahui bahwa ketepatan dosis sangat berpengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Namun bila dosis melebihi dari yang seharusnya di berikan maka akan membuat pertumbuhan tanaman menurun bahkan tanaman bisa mati, seperti nampak pada sampel Tabel. 1 dengan tiga perlakuan berbeda. Pada perlakuan pertama (Topsoil) yaitu semai sengon yang tanpa ada pemberian pupuk kandang dari dimulainya pengamatan dengan menggunakan 50 sampel semai sengon dan pada pengamatan ke empat rata - rata sampel semai sengo n mengalami pertumbuhan ± 6 cm. Disini dapat di lihat bahwa Topsoil mempunyai peranan yang sangat penting karena di lapisan itu terkonsentrasi kegiatan-kegiatan mikroorganisme yang secara alami mengalami dekomposisi serasah pada permukaan tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesuburan tanah (Andy, 2009). Pada perlakuan kedua (K1) dengan pemberian pupuk kandang dengan dosis 1 gram pada 50 sampel semai sengon dan dapat di lihat pada pengamatan ke empat, semai sengon rata-rata mengalami pertumbuhan ± 3 cm. Sedangkan pada perlakuan ke tiga (K2) yaitu dengan pemberian pupuk kandang dengan dosis 2 gram pada sampel semai sengon mengalami pertumbuhan ± 0,14 cm. Dari ke tiga perlakuan tersebut dapat dilihat bahwa per lakuan pertama (topsoil) menunjukan hasil pertambahan tumbuh yang baik, berbeda dengan dua perlakuan yang lainnya yaitu (K1) dan (K2) yang menunjukkan pertambahan tumbuh yang tidak baik karena dosis yang tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan yang dinyataka n oleh Subagio & Sarad, (1970) bahwa dalam pemupukan diusahakan supaya pemberian pupuk pada tanaman tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit untuk keperluan tersebut, besarnya dosis atau konsentrasi pupuk dapat ditetapkan dengan jalan mengadakan serangkaian percobaan pemupukan sehingga diperoleh angka yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.. Pada sampel (topsoil) dan (K1) semai sengon mengalami pertumbuhan dan pertambahan helai daun lebih bagus dibandingkan dengan sampel (K2) walaupun mengalami pertumbuhan dan pertambahan helai daun namun pertumbuhannya tidak pesat dan helai daun tidak banyak bahkan ada yang tidak mengalami pertambahan daun sama sekali (Lihat Lampiran 2). Pada pengambilan data di sampel (K2) didapati pertumbuhan yang menurun, awalnya daun layu merumpun dan warnanya hijau pudar. Perkembangan selanjutnya didapati daun-daun mulai mengering dan gugur akhirnya mati. Pada pengamatan presentasi hidup di minggu ke empat semai sengon pada sampel (K2) hanya 74 %, sedangkan pada sampel (K1) di dapati 82 %. Dan presentase hidup tertinggi dari semai sengon yang diamati adalah pada sampel Topsoil/kontrol yang mencapai 94 %. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan semai sengon ( jumlah daun, tinggi dan presentase hidup) pada media Topsoil di duga lebih baik dibandingkan dengan pemberian/penambahan pupuk kandang 1 gram dan 2 gram. B. Saran 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pemberian dosis pupuk kandang yang tepat bagi semai sengon umur 2 bulan. 2. Penelitian la njutan, dipandang perlu dikemb angkan untuk jenis- jenis semai yang lain. DAFTAR PUSTAKA Andy. 2009. Top Soil. andy.web.id/topsoil.php (diunduh pada tanggal 20 Juli 2010) Anonim. 2008. Kompos. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. www.wikipedia.com (diunduh pada tanggal 10 Februari 2010) Buckman H O dan N C Brady. 1982. Ilmu Tanah(terjemahan Soegiman). Brata Aksara. Jakarta. Hardjowigen S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Mediatama Sarana Perkasa Heirorimus B S. 1992. Budidaya Sengon. Yogyakarta. Kanisius ( Anggota IKAPI ) Kramer P J and Kozlowski. 1960. Physiology Of Company Inc. New York. Trees, Mc Grow. Hill Book Muhali I. 1979. Pengetahuan Pupuk, Yogyakarta. Yayasan Pembinaan Fahutan UGM Subagio dan B Samad. 1970. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Jakatra. Soeroengan. Syareif. 1986. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka, Jakarta. Tisdale S L and W L Nelson. 1966. Soil Fertility And Fertilizers, Second Edition. John Willey And Sons Inc. New York Nasution A S. 2008. Mengenal Kayu Sengon ( Parasarienthes Falcataria ). www.dephut.go.id/budidaya sengon (diunduh pada tanggal 10 Februari 2010)