BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba yang diungkapkan pada laporan keuangan merupakan sarana untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan dari kegiatan usahanya merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, dimana laba tersebut diukur dengan dasar akrual. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Subramanyam (1996) dalam Sylvia dan Sidharta (2005). Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual sering dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari investor dan kreditur, baik dalam mengukur nilai perusahaan maupun untuk menilai ekuitas perusahaan, karena itulah informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Hal ini didukung 1 2 dengan fleksibilitas yang senantiasa terbuka dalam implementasi Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (Generally Accepted Accounting Principles). Fleksibilitas tersebut memungkinkan dilakukannya pengelolaan laba (earnings management) oleh manajemen perusahaan (Subramanyam, 1996 dalam Sylvia dan Sidharta, 2005). Praktek manajemen laba dapat dipandang dari dua perspektif yang berbeda, “manajemen laba sebagai tindakan yang salah (negatif) dan tindakan yang seharusnya dilakukan (positif)” (Healy dan Wahlen, 1998 dalam Tarjo, 2008). Manajemen laba yang salah dianggap sebagai tindakan yang menyesatkan dan menipu pemegang saham. U-Thai (2005) dalam Nuryaman (2008) telah melakukan studi komparatif internasional tentang manajemen laba dengan sampel 33 negara, Indonesia termasuk sebagai sampel. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Indonesia berada pada kelompok negara dengan rata-rata manajemen laba tinggi. Manajemen laba ini timbul sebagai dampak persoalan keagenan yaitu adanya ketidak selarasan kepentingan antara pemilik dan manajemen. Pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan secara efisien dapat meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaan. Tetapi apabila pengelolaan laba bersifat oportunis, maka informasi laba tersebut dapat menyebabkan pengambilan keputusan investasi yang salah bagi investor. Dalam penelitian Tarjo pada tahun 2008 berhasil membuktikan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap manajemen laba. Dari hasil 3 penelitian ini ada kesan bahwa pemilik institusional sebagai pemegang saham mayoritas meminta jajaran manajer untuk meminimalisasi manajemen laba. Hasil studi ini menginformasikan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional menjadi bagian dari mekanisme dalam pengelolaan suatu perusahaan yang baik jika manajemen laba dianggap sebagai rekayasa yang bersifat negatif. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Muh. Arief dan Bambang (2007) yang mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Selain hal tersebut ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap manajemen laba seperti yang diungkapkan oleh Nuryaman (2008). Ini mengindikasikan bahwa perusahaan kecil cenderung melakukan manajemen laba dibanding dengan perusahaan yang lebih besar. Karena belum konsistennya hasil penelitian di atas maka penulis tertarik untuk menguji kembali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian ini untuk melihat apakah konsentrasi kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba dengan judul “Analisis Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2010”. 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah konsentrasi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. 2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu: 1. Bagi penelitian yang akan datang, hasil penelitian ini dipakai sebagai acuan penelitian yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. 2. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual bagi pengembangan literatur manajemen laba. 5 3. Bagi pembaca dan publik, agar dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai konsentrasi kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan manajemen laba serta pengaruh antara konsentrasi kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.