(B. Sosial) Konstruksi Tubuh dan Maskulinitas Pemandu Acara Program Televisi “Cook Show” (Sebuah Analisis terhadap “Female Gaze” pada “Foody With Rudy”, “Gula Gula”, dan “Kungfu Chef”) Kata kunci: cook show, gaze, maskulinitas, penontonperempuan Habsari, Sri Kusumo; Primasita, Fitria Akhmerti; Al Makmun, Muhammad Taufiq Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Fundamental, 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana tubuh pria dikonstruksi dan dijadikan obyek tatapan penonton perempuan pada program acara “cook show” dan bagaimana karakteristik maskulinitas pada acara “cook show” yang ditujukan pada segmen penonton perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian fundamental artinya penelitian ini dikembangkan berdasarkan keingintahuan peneliti terhadap ada atau tidak adanya female gaze atau tatapan perempuan pada program televisi cook show. Sedangkan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif karena bertujuan untuk mendeskripsikan suatu temuan. Data diambil dari tiga cook show yaitu Foody with Rudy yang ditayangkan di ANTV, Gula-gula yang ditayangkan di TransTV, dan Kungfu Chef yang ditayangkan di Global TV, yang memberikan tiga nuansa maskulinitas yang berbeda. Data berujud sikap, gerak, penampilan, bahasa, intonasi, posisi dan focus kamera serta musik yang menjadi latarbelakang narasi proses memasak. Sedangkan teori yang dipergunakan adalah teori Laura Mulvey tentang gaze dan media yang didukung dengan teori-teori tentang maskulinitas dan teori gendered television yang dikembangkan oleh John Fiske. Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga program televise cook show diproduksi dengan mempertimbangkan perempuan sebagai dominasi penontonnya sehingga maskulinitas yang ditampilkan dan dibangun melalui gaze-gaze merupakan maskulinitas untuk memenuhi selera penonton perempuan. Tiga cook show yang dipilih juga memberikan tiga konstruksi maskulinitas yang berbedadan juga menawarkan tiga macam gaze yang berbeda terhadap penonton perempuan. Gaze pada persona Rudy yang cenderung maskulin yang halus memberikan kenikmatan dalam memandang Rudy sebagai seorang sahabat yang membantu wanita memecahkan masalah apa yang akan disajikan untuk keluarga hari ini. Imaji yang dihasilkan dari persona Rudy adalah “aku temanmu”. Sedangkan gaze pada persona Bara lebih memberikan imaji yang sifatnya erotis, karena Bara membangun maskulinitasnya tidak hanya pada ketrampilan dan gerak tubuh namun juga pada penampilannya. Ketika memandang Bara yang membentuk citranya sebagai sosok pria yang maskulin, yang terbangun adalah adanya jarak antara penonton dengan presenter karena perbedaan jenis kelamin. Namun kesan erotis yang dibangun melalui penampilan Bara yang cenderung macho diperlemah dengan kesan dominasi serta otoritas Bara ketika berbicara pada penonton. Paduan antara persona yang member efek erotis dan gaya komunikasi yang dominan merupakan gaze yang dibangun khusus untuk penonton perempuan yang menurut pendapat cenderung tidak memiliki pemikiran sensual ketika menatap tubuh pria. Kungfu chef tidak memberikan edukasi tentang cara memasak namun hanyalah hiburan yang memadukan antara gerak beladiri dan memasak. Gaze dibangun dengan difokuskan pada ketrampilan Muto dalam memainkan berbagai peralatan memasak dengan gaya akrobatik dengan beberapa elemen kekerasan yang membentuk citra kesetaraan relasi antara pemandu dan penonton. Namun kekerasan yang merupakan ekspresi beladiri dengan menggunakan berbagai peralatan masak diperlemah dengan background musik orang tertawa dan komentar ala komik yang lucu sehingga penonton akan kehilangan rasa ngeri ketika Muto bermain dengan alat-alat masak tersebut. Dapat dikatakan bahwa ketiga cook show tersebut masih mengikuti tradisi adanya gendered television dandibangun dengan merespon bayangan dan harapan perempuan. Menggunakan teori Mulvey yang beragumen bahwa perempuan merupakan obyek tatapan pria dan keberadaannya hanyalah sebagai obyek pria dalam meraih tujuan tertentu dalam hidupnya, tiga cook show tersebut tidaklah mutlak membangun female gaze dengan mereversi teori aktif memandang dan kenikmatan mengintip yang dikembangkan Mulvey. Namun, dalam konstruksi gazenya, ketiga cook show tersebut mempertimbangkan karakter perempuan yang cenderung untuk tidak menganggap pria sebagai obyek tatapan, bahkan cenderung untuk meletakkan posisi pria sebagai individu yang memiliki kekuasaan dan otoritas. Kesimpulan terhadap penelitian terhadap tiga cook show membuka terhadap dilakukannya penelitian ethnografi terhadap penonton perempuan untuk mengidentifikasi bagaimana kaum perempuan berikut serta atau engage terhadap konstruksi tubuh dan maskulinitas pada program TV cook show serta harapan dan bayangan perempuan tentang konstruksi pria dan maskulinitas ditelevisi Indonesia.