BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga hampir tidak ada negara yang menganut sistem perekonomian tertutup. Bagi Indonesia yang menganut sistem perekonomian terbuka juga turut aktif dalam kegiatan perdagangan dengan negara lainnya. Perdagangan internasional ini akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan nasional bagi negara yang besangkutan terutama dari permintaan barang ekspor. Kegiatan ekspor membuat perekonomian negara semakin menarik karena akan menarik investasi, penyerapan tenaga kerja dan pemanfaantan sumber daya alam lokal. Pada hubungan dagang, Amerika Serikat merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia setelah Cina dan Jepang. Neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat menunjukkan nilai yang positif. Ekspor nonmigas yaitu karet, tekstil dan pakaian jadi, alas kaki dan mesin listrik mendominasi komoditas Indonesia yang dikirim ke AS. 1 Gambar 1.1 Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika 2009-2013 Ribu US$ Tahun Sumber: BPS, Processed by Trade Data and Information Center, Ministry of Trade Nilai ekspor nonmigas Indonesia dari tahun 2009-2013 secara keseluruhan mengalami tren yang meningkat, kecuali di tahun 2012 menurut BPS penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan karena dampak dari turunnya harga – harga komoditas utama ekspor Indonesia seperti Crude Palm Oil (CPO), minyak biji sawit dan batu bara. Selanjutnya kenaikan ekspor tahun 2010 dan 2011 mencapai 31,49% dan 15,37% (Kementerian Perdagangan, 2012). Amerika Serikat juga merupakan salah satu negara asal impor terbesar, bersama dengan negara-negara ASEAN, Jepang, dan Cina. Indikator penting dalam menganalisis perekonomian Indonesia salah satunya adalah nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar asing khususnya nilai tukar Amerika Serikat. Nilai tukar menjadi penting karena mempunyai dampak yang luas terhadap 2 perekonomian secara keseluruhan. Pergerakan nilai tukar menjadi perhatian penting oleh otoritas moneter untuk memantau dan mengendalikannya, terutama berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Jika nilai mata uang domestik terapresiasi, maka harga barang-barang domestik lebih mahal daripada harga barang luar negeri dan akan berimplikasi pada menurunnya nilai ekspor. Sebaliknya, jika nilai mata uang domestik melemah atau terdepresiasi, maka harga barang dalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan harga barang luar negeri. Selain itu juga ketika defisit neraca perdagangan akan berdampak buruk terhadap kurs rupiah. Kurs rupiah akan melemah jika defisit neraca perdagangan terus berlangsung. Permintaan akan rupiah akan terus menurun seiring terjadinya defisit. Semenjak Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang bebas kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar menjadi lebih penting lagi dilakukan. Dalam sejarahnya Indonesia telah menggunakan tiga sistem manajemen nilai tukar sejak tahun 1971 hingga sekarang (Waluyo dan Benny, 1998). Pada rentang tahun 1971 sampai tahun 1978, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), yaitu nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan nilai USD. Sejak 15 November 1978, sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed floating exchange rate) di mana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap beberapa valuta partner dagang utama. Perubahan drastis dalam kebijakan mengambang terkendali tersebut terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, yaitu ketika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan 3 rentang sebagai acuan atas pergerakan nilai tukar, maka sejak itu tidak ada lagi rentang sebagai acuan nilai tukar (floating exchange ratesistem) [Simorangkir, 2004]. Perkembangan nilai tukar Indonesia telah mencatat adanya perubahan yang cukup drastis ketika Bank Indonesia menetapkan perubahan manajemen nilai tukar dari sistem nilai tukar dari mengambang terkendali (managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate). Perubahan manajemen yang sangat drastis ini berawal dari kondisi moneter yang berubah pada saat memasuki pertengahan tahun 1997. Rupiah mendapatkan tekanan-tekanan depresiasi yang sangat besar diawali dengan krisis nilai tukar di Thailand dan menyebar ke negara ASEAN lainnya. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapat tekanan yang cukup berat karena besarnya capital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi dengan semakin maraknya kegiatan speculative bubble, sehingga sejak krisis terjadi nilai tukar Indonesia mengalami depresiasi hingga 75% (Goeltom, 1998) 4 Gambar 1.2 Fluktuasi Nilai Kurs (Rp / $ US) dan Neraca Perdagangan Rp / $ US Tahun Sumber: CEIC (2014) Dalam perubahan yang terjadi maka kita perlu memperhatikan bagaimana fluktuasi nilai tukar akan mempengaruhi perekonomian khususnya neraca perdagangan. Perubahan ini tentunya akan berdampak pada fluktuasi nilai tukar dan pada akhirnya berpengaruh terhadap perekonomian terbuka. Beberapa pengaruhnya yaitu dengan perubahan neraca perdagangan dan pengaruh pada output. Perubahan sitem nilai tukar dapat mengubah harga relatif produk menjadi lebih mahal atau murah secara relatif terhadap produk negara lain, sehingga nilai tukar terkadang digunakan alat untuk meningkatkan daya saing (mendorong ekspor). Perubahan posisi ekspor yang lebih besar dari nilai impor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki posisi neraca perdagangan. Ekspor sangat penting dalam 5 menunjang perekonomian Indonesia, karena ekspor tidak saja sebagai sumber penerimaan devisa tetapi juga sebagai perluasan pasar bagi produksi barang-barang domestik dan penyerap tenaga kerja Pemahaman mengenai hubungan antara fluktuasi nilai tukar dengan perubahan neraca perdagangan maupun output merupakan hal yang penting bagi pengambil kebijakan ekonomi serta masyarakat dalam perekonomian terbuka. Pemahaman ini akan memberikan kemudahan bagi para pengambil kebijakan ekonomi maupun masyarakat dalam menanggapi adanya perubahan dari variabel ekonomi yang akan mempengaruhi output dan neraca perdagangan. Diperkirakan faktor fundamental memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dalam periode observasi. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini difokuskan pada identifikasi variabel-variabel fundamental seperti PDB riil, dan neraca pedagangan yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah selama periode penelitian 2000.1 – 2012.4. 1.2 Rumusan Masalah Sejak kebijakan nilai tukar mengambang bebas diterapkan di Indonesia, fluktuasi nilai tukar rupiah menjadi semakin tak menentu. Pergerakan nilai tukar rupiah berfluktuasi baik naik maupun turun sesuai dengan besarnya kekuatan permintaan dan penawaran mata uang di pasar tanpa ada kewajiban Bank Indonesia untuk melakukan intervensi secara sistematis. 6 Diperkirakan faktor fundamental memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dalam periode observasi. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini difokuskan pada identifikasi variabel-variabel fundamental seperti PDB riil, uang beredar dan neraca pedagangan baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah selama periode penelitian 2000.1 – 2012.4. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana respon dari kejutan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap neraca perdagangan Indonesia ? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perubahan neraca perdagangan Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian pada dasarnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah menjadi perumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Menganalisis respon kejutan depresiasi nilai tukar dengan neraca perdagangan Indonesia-Amerika 2. Menganalisis kondisi Marshall-Lerner apakah terjadi didalam perdagangan bilateral Indonesia - Amerika 7 3. Menganalisis fenomena kurva J apakah terjadi didalam perdagangan bilateral Indonesia-Amerika 1.5 Pembatasan Penelitian Penelitian dibatasi khusus untuk kasus Indonesia-Amerika Serikat dengan rentang periode penelitian tahun 2000:1- 2012:4, dimana sepanjang tahun ini kondisi perekonomian sudah relatif stabil dibandingkan dengan tahun-tahun periode krisis. Selain itu salah satu negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat. Variabel nilai tukar yang akan diteliti menjelaskan perkembangan kurs Indonesia terhadap kurs Amerika serikat selain itu variabel neraca perdagangan yang akan diteliti menjelaskan perkembangan net ekspor dari hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika serikat. Cakupan indikator makroekonomi dalam penelitian ini difokuskan pada produk domestik bruto riil Indonesia dan Amerika. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I akan dipaparkan uraian terkait pendahuluan; yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan penelitian, dan sistematika penulisan. 8 Bab II akan dipaparkan uraian terkait landasan teori dan metodologi; yang memuat tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian, model, hipotesis penelitian, dan alat analisis. Bab III akan dipaparkan uraian terkait hasil dan pembahasan; yang memuat statistik deskriptif, tahapan analisis, serta hasil dan temuan Bab IV terdiri dari kesimpulan dan saran yang merangkum hasil penelitian secara keseluruhan serta rekomendasi yang bisa dijadikan sebagai acuan bagi pengambil kebijakan berdasarkan hasil penelitian. 9