BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa yang datang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Tandelilin (2010:5), alasan
seseorang melakukan investasi antara lain:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa mendatang
2. Mengurangi tekanan inflasi
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Menurut Frensidy (2013:35), investasi terbagi 2 (dua), antara lain:
1. Investasi real asset, yaitu investasi dalam bentuk pembelian asset yang
berbentuk emas, tanah, dan properti.
2. Investasi financial asset, yaitu investasi dalam bentuk porsi ekuitas seperti,
deposito, saham, reksa dana, dan ETF
Menurut Elton et al. (2011:29) bahwa investasi dalam asset financial terbagi atas
2 (dua) kategori, yaitu:
1. Investasi langsung (Direct investing)
Investor membeli secara langsung satu atau beberapa dari instrumen yang
berbeda pada instrumen keuangan, seperti: instrumen pasar uang, instrumen
pasar modal, dan instrumen derivatif.
7
2. Investasi tidak langsung (Indirect Investment)
Sebagai alternatif, seorang investor dapat berinvestasi melalui perantara,
dengan beberapa instrumen yang diinvestasikan secara langsung dan sudah
memiliki portofolio pada aset keuangan, seperti: reksa dana.
2.2 Reksa Dana dan Karakteristik Reksa Dana
2.2.1 Reksa Dana
Pengertian reksa dana menurut Undang-Undang dan beberapa ahli:
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27
adalah “Wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi”.
“Mutual fund is financial institutions that pool the financial resources of
individuals and companies and invest in diversified portfolio of assets”(Saunders
et al,. 2011:128).
“The investor can instead choose to invest indirectly by purchasing the
share of investment companies. A mutual fund holds a portfolio of securities
usually in line with a stated policy and objective” (Elton et al,. 2011:35).
“Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya
menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan
sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun pasar uang” (Tandelilin,
2010:18).
“Reksa dana adalah nama untuk perusahaan investasi terbuka yang
mengelola dana dari masyarakat” (Bodie et al, 2006: 146).
8
Ada tiga hal yang terkait dalam definisi tersebut, yaitu: adanya dana dari
masyarakat pemodal, dana tersebut diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek,
dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang
dalam reksa dana merupakan dana bersama dari pemodal , sedangkan manajer
investasi dipercayakan untuk mengelola dana tersebut.
2.2.2 Karakteristik Reksa Dana
Karakteristik reksa dana menurut Simatupang (2010:218) adalah sebagai berikut:
1. Investasi Dana dalam Bentuk Portofolio
Produk reksa dana merupakan suatu produk investasi yang unik yang berbeda
dengan investasi lainnya, dimana manajer investasi yang telah menghimpun
dana dari investor hanya dapat menginvestasikan dana tersebut ke dalam
bentuk efek yang tercatat di pasar modal. Berbeda dengan lembaga keuangan
lain, seperti perbankan. Ketika perbankan menghimpun dana dari masyarakat,
dan masyarakat melakukan investasi dalam bentuk deposito, tabungan, dan
giro. Seluruh dana tersebut bebas untuk diinvestasikan oleh perbankan ke
sektor apa saja.
2. Dana Pengelolaan Relatif dalam Jumlah Besar
Pada umumnya setiap penawaran atau penerbitan reksa dana kepada publik,
total nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana rata-rata bernilai 500 miliar,
jumlah ini cukup fleksibel dan efektif untuk melakukan diversifikasi terhadap
portofolio aset reksa dana yang diinginkan apabila dibandingkan dengan dana
yang relatif terbatas yang dimiliki investor perorangan yang melakukan
sendiri investasi secara langsung terhadap suatu saham.
9
3. Dikelola Manajer Investasi dan Bersifat Terbuka
Dengan peraturan Kep.19/PM/1996 tentang pengelolaan reksa dana baik
bentuk perseorangan maupun Kontrak Investasi Kolektif (KIK), sepenuhnya
hanya dapat dilakukan oleh manajer investasi yang telah memperoleh izin
dari Bapepam-LK. Adanya persyaratan bahwa manajer investasi melakukan
pengelolaan maka akan mampu memberikan prospektif bagi pertumbuhan
suatu kinerja reksa dana.
Dengan kombinasi antara keahlian manajer investasi serta pengelolaan dana
yang cukup besar maka memudahkan mobilisasi dan fleksibiltas yang tinggi
bagi manajer investasi dalam memilih dan menempatkan efek-efek didalam
portofolio aset reksa dana serta sehingga dengan demikian produk reksa dana
akan memberikan prospek keuntungan bagi investornya.
Persyaratan lain dalam pengelolaan reksa dana ialah pengelolaan instrumen
ini harus bersifat terbuka, khususnya bagi reksa dana terbuka. Nilai aktiva
bersih harus dihitung setiap hari dan hasilnya diinformasikan oleh manajer
investasi. Sehingga para investor mengetahui seberapa besar NAB yang
dimiliknya.
4. Nilai Aktiva Bersih Sebagai Satuan Nilai Aset Reksa Dana
Ukuran dari portofolio reksa dana adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net
Asset Value (NAV). Dengan demikian kinerja dari reksa dana dapat dilihat
dari suatu NAB masing-masing reksa dana yang menjadi satuan dari nilai
aset suatu reksa dana. NAB suatu reksa dana berfluktuasi walaupun tidak
sesering dan sebesar fluktuasi dari saham. Secara umum NAB suatu reksa
10
dana sangat tergantung pada kinerja sekuritas yang menjadi portofolio dari
reksa dana bersangkutan yaitu apabila harga pasar dari aset-aset yang
menjadi portofolio reksa dana mengalami kenaikan, maka nilai aktiva bersih
reksa dana juga mengalami kenaikan begitu juga sebaliknya. Selanjutnya
para investor juga perlu memahami bahwa total NAB suatu reksa dana secara
otomatis akan mencerminkan NAB per unit penyertaan yaitu total NAB
dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang beredar (outstanding).
Dalam Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 angka 29
menjelaskan bahwa:
Unit penyertaan adalah suatu ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan
setiap pihak dalam investasi portofolio kolektif. Sesuai dengan ketentuan
bahwa unit penyertaan dinilai sebesar Rp 1.000,- pada hari perdana reksa
dana ditawarkan dan selanjutnya dapat berubah setiap saat tergantung dari
harga pasar yang menjadi portofolio efek dari masing-masing reksa dana
tersebut.
Dari uraian tersebut dapat disebutkan bahwa pihak yang disebutkan investor
reksa dana diwujudkan dalam bentuk kepemilikan unit penyertaan reksa dana
memiliki arti yang sangat penting bagi para investor reksa dana. Adapun hakhak pemegang unit penyertaan dana meliputi:
1. Hak untuk memperoleh bukti penyertaan, yaitu surat konfirmasi unit
penyertaan.
2. Hak memperoleh pembagian hasil investasi sesuai dengan kebijakan
pembagian hasil investasi.
11
3. Hak untuk menjual kembali sebagian atau seluruh unit penyertaan.
4. Hak untuk memperoleh informasi mengenai NAB harian per unit untuk reksa
dana, mingguan untuk reksa dana tertutup, serta informasi kinerja reksa dana
yang bersangkutan.
Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dijadikan menjadi:
1. Reksa Dana Tertutup (Close-End Fund), adalah reksa dana yang tidak dapat
membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pembeli. Artinya,
pemegang saham saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada
manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini
harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat reksa dana tersebut dicatatkan.
2. Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund), adalah reksa dana yang menawarkan
dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal
yang dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat kembali menjual unit
penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksa dana,
melalui bank kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) per unit pada saat tersebut. Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan
alat ukur kinerja reksa dana atau merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi
kewajiban-kewajiban yang ada.
Dilihat dari portofolionya, reksa dana dibagikan menjadi:
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang
dengan jatuh tempo hanya kurang dari 1 tahun. Tujuannya adalah untuk
menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
12
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana ini menggunakan sekurang-kurangnya 80 % dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat hutang. Reksa dana ini memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingkan dengan reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk
tingkat pengembalian yang stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk efek bersifat ekuitas.
Karena investasinya dilakukan pada
saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksa dana sebelumnya,
namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa dana ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek
bersifat hutang.
5. Exchange Trade Fund (ETF)
Produk reksa dana terbuka yang berbasis indeks LQ-45 yang unit
penyertaannya diperdagangkan seperti saham BEI.
ETF menawarkan
beberapa keuntungan lebih dibandingkan reksa dana konvensional. Pertama,
seperti yang telah disebutkan nilai aktiva bersih reksa dana hanya dicatatkan
sekali dalam sehari, sehingga investor dapat membeli atau menjual unit
penyertaannya
hanya sekali dalam sehari.
Sebaliknya,
ETF dapat
diperdagangkan secara terus-menerus.
2.3 Biaya Berinvestasi Pada Reksa Dana
Pada saat berinvestasi reksa dana, investor akan dikenakan biaya-biaya.
13
Seorang
investor
perorangan
yang
memilih
reksa dana
tidak
hanya
mempertimbangkan pernyataan kebijakan investasi dan kinerja masa lalu, tetap
juga jasa manajemen dan biaya-biaya lainnya. Ada 4 (empat) kelompok umum
biaya-biaya tersebut menurut Bodie et al (2006: 151)
1. Beban Awal (Front-End Load)
Beban awal adalah komisi atau beban penjualan yang dibayar diawal saat
investor membeli unit penyertaan. Beban- beban ini membayar pialang yang
menjual reksa dana, tidak lebih dari 8,5%, tetapi dalam praktiknya jarang
sekali 6%.
Secara efektif beban-beban ini mengrangi jumlah uang yang
diinvestasikan.
2. Beban Akhir (Back End Load)
Beban akhir adalah beban penebusan, atau “keluar” yang dibayar bila
investor menjual unit penyertaannya. Biasanya, reksa dana yang memiliki
beban akhir memulainya pada titik 5% atau 6% mengurang 1% pada setiap
tahun berikutnya.
Beban ini dikenal juga sebagai beban penjualan yang
tertangguh kontijen (contingent deferred sales charges)
3. Beban Operasional
Beban operasional adalah beban-beban yang dikenakan reksa dana untuk
menjalankan portofolio, termasuk beban adminitrasi dan biaya jasa penasihat
yang dibayarkan ke manajer investasi. Beban-beban ini biasanya dinyatakan
sebagai presentase dari total aset yang dikelola, bisa berkisar 0,2% sampai
2%. Pemegang unit penyertaan tidak menerima tagihan eksplisitatas bebanbeban operasional ini; namun, secara periodic beban tersebut dikurangkan
14
dari reksa dana. Pemegang unit penyertaan membayar beban ini melalui nilai
portofolio yang sudah dikurangi.
2.4 Imbal Hasil
Tujuan seorang investor berinvestasi ialah memaksimalkan imbal hasil,
tanpa melupakan faktor risiko investasi yang akan dihadapinya. Imbal hasil
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor atas investasi yang dilakukannya.
Sumber-sumber imbal hasil investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu
yield dan capital gain (loss).
Yield merupakan komponen imbal hasil yang mencerminkan aliran kas
atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan
capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga yang bisa
memberikan keuntungan ataupun kerugian pada investor. Pada instrumen reksa
dana, harga ditunjukkan oleh NAB/Unit penyertaan. Adapun untuk menghitung
imbal hasil reksa dana seperti dikutip pada (www.rudiyanto.blog.kontan.co.id):
[(NAB / Up ) saat ini + Pembagian Dividen] − (NAB / Up ) masa lalu ×100%
(NAB / Up ) masa lalu
dimana:
NAB
= Nilai Aktiva Bersih
Up
= Unit penyertaan
2.5 Imbal Hasil Yang Diharapkan
Estimasi imbal hasil untuk setiap aset investor harus memperhitungkan
setiap kemungkinan terwujudnya tingkat imbal hasil tertentu, atau yang lebih
15
dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasil dari perkiraan imbal hasil
yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas.
Estimasi imbal hasil sekuritas dilakukan dengan menghitung imbal hasil apa
yang diharapkan atas sekuritas tersebut.
Imbal hasil yang diharapkan dapat
dihitung melalui 3 (tiga) metode, antara lain:
1. Metode Probabilitas
E(R)= ∑𝑛𝑛
𝑖𝑖 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅
di mana:
E(R)
= Imbal hasil yang diharapkan dari sekuritas
Ri
= Imbal hasil ke-i yang mungkin terjadi
Pri
= Probabilitas kejadian imbal hasil ke-i
n
= Banyaknya imbal hasil yang terjadi
2. Metode Rata-Rata Aritmatik
X
=
∑ 𝑋𝑋
𝑛𝑛
di mana ∑X adalah penjumlahan nilai imbal hasil selama suatu periode, dan n
adalah total jumlah nilai n
3. Metode Geometric mean
G= [(1+R1)(1+R2)+……..(1+Rn)]1/n-1
di mana Rn adalah imbal hasil relatif pada periode n. Imbal hasil relatif diperoleh
penjumlahan 1,0 terhadap imbal hasil. Penambahan tersebut berguna untuk
menghilangkan tanda negatif pada perhitungan geometric mean.
16
2.6 Manfaat Reksa Dana
Manfaat yang diperoleh jika melakukan investasi dalam reksa dana
seperti yang dikutip dari (www.idx.co.id), antara lain:
1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi dalam bentuk efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai
contoh seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio
obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar.
Dengan reksa dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar
sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar
modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis
instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar
modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan
yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri,
dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana
tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak
perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut
telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
2.7 Risiko
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, reksa dana pun mengandung berbagai peluang
risiko . Risiko adalah peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
17
menguntungkan (Brigham et al, 2010: 323). Adapun risiko dari reksa dana
seperti yang dikutip dari (www.bisnisinvestasisaham.com), antara lain:
1. Risiko Menurunnya Nilai Aktiva Bersih dan Unit Penyertaan
Risiko pasar yang ada pada reksa dana ialah berkurangnya NAB dengan unit
penyertaan. Walaupun reksa dana merupakan produk terdiversifikasi, tidak
menutup kemungkinan bahwa unit penyertaannya akan turun. Turun atau
naiknya nilai unit penyertaan tidak terlepas dari kenaikan atau penurunan
harga efek ekuitas dan/atau efek hutang yang menjadi alat reksa dana
tersebut.
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang
dimasukkan dalam portofolio reksa dana tersebut mengalami penurunan
dibandingkan dengan harga pembelian awal.
Penyebab penurunan dari portofolio reksa dana ini dapat disebabkan oleh
banyak hal, misalnya akibat menurunnya kinerja saham dan obligasi secara
drastis (bearish). Risiko ini secara tidak langsung juga akan mengakibatkan
NAB yang ada pada unit penyertaan akan turun.
2. Risiko Likuiditas Reksa Dana Terbuka
Potensi risiko likuiditas pada reksa dana ini ialah dapat terjadi apabila salah
satu manajer investasi yang memegang unit penyertaan dana menarik dalam
jumlah yang besar pada kurun waktu bersamaan.
Istilahnya, manajer
investasi melakukan rush (penarikan secara besar-besaran) atas unit
penyertaan reksa dana.
18
Hal ini dapat tejadi apabila ada faktor negatif yang mempengaruhi investor
reksa dana untuk melakukan penjualan kembali terhadap unit penyertaan
tersebut.
Faktor lainnya terjadi situasi politik dan ekonomi yang buruk,
terjadinya penutupan atau kebangkrutan terhadap emiten publik yang saham
atau obligasi yang menjadi bagian portofolionya dari reksa dana tersebut.
3. Risiko Berhubungan dengan Peraturan
Reksa dana memiliki batasan-batasan untuk melindungi investor, tetapi
batasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi investor. Contoh batasan
yang tidak membolehkan pembelian efek di luar negeri dan membeli efek
yang diterbitkan perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva reksa dana saat
pembelian.
Batasan-batasan ini sangat dirasakan ketika adanya penurunan pada pasar
modal, pengelola reksa dana ini tidak dapat memindahkan portofolionya ke
pasar modal luar negeri yang mungkin memiliki pasar lebih potensial.
Pengelola reksa dana pun tidak boleh membeli sahamnya lebih dari 10%
NAB-nya, walaupun saham tersebut sangat potensial.
2.7.1 Ukuran Risiko
Investor harus mampu menghitung risiko yang akan dihadapi dari suatu
investasi. Untuk menghitung ukuran risiko dikaitkan dengan imbal hasil yang
diharapkan (expected return). Ada beberapa ukuran untuk mengukur risiko pada
investasi, antara lain:
1. Varians dan Standar Deviasi
19
Varians maupun standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran
distribusi probabilitas, yang menunjukkan seberapa besar penyebaran
variabel random di antara rata-ratanya; semakin besar penyebarannya,
semakin besar varians atau standar deviasi investasi tersebut.
Untuk menghitung varians maupun standar deviasi, harus terlebih dahulu
menghitung distribusi imbal hasil yang diharapkan.
Untuk menghitung
varians dan standar deviasi adalah sebagai berikut:
Varians imbal hasil
= σ2 =
𝑅𝑅𝑅𝑅−𝐸𝐸(𝑅𝑅)2
𝑛𝑛−1
𝑅𝑅𝑅𝑅−𝐸𝐸(𝑅𝑅)2
Standar Deviasi = σ = οΏ½
𝑛𝑛 −1
2. Beta
Beta merupakan ukuran kepekaan imbal hasil sekuritas terhadap imbal hasil
pasar. Semakin besar beta sekuritas, semakin besar kepekaan imbal hasil
sekuritas tersebut terhadap perubahan imbal hasil pasar. Dalam menggunakan
metode indeks tunggal kita perlu terlebih dahulu mengestimasi beta sekuritas
yang bisa dilakukan dengan menggunakan data historis maupun estimasi
secara subjektif.
Untuk menghitung risiko model ini bisa digambarkan,
sebagai berikut:
Ri = αi + βiRM + ei
di mana:
Ri = imbal hasil sekuritas i
RM = imbal hasil indeks pasar
20
αi = intersep
βi = slope
ei = random residual error
2.7.2 Value at Risk
Value at Risk (market risk) adalah jumlah atau presentasi nilai yang
berisiko hilang pada saat investasi yang dapat disebabkan oleh perubahan pada
kondisi pasar, seperti harga dari sebuah aset, tingkat suku bunga, volatilitas
pasar, dan likuiditas pasar sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh investor.
Model simulasi Value at Risk (VaR) digunakan untuk mengukur potensi kerugian
yang disebabkan oleh perubahan dari kondisi pasar tersebut.
Menurut Jorion (2007: 15) risiko pasar dapat dibagi menjadi dua bentuk,
yaitu: risiko absolut (absolute risk) yang diukur dengan potensi kehilangan uang
dan risiko relatif (relative risk) yang menjadi tolok ukur ialah indeks. Selain itu,
risiko pasar dapat diklasifikasikan menjadi risiko direksional (directional risk)
dan risiko non-direksional (non-directional risk). Adapun beberapa manfaat dari
menilai risiko pasar (Market Risk of Measurement) menurut Saunders et al.
(2011:285)
1. Informasi Manajemen (Management Information). Penilaian risiko pasar
memberikan informasi tentang eksposur risiko yang akan dihadapi sehingga
pihak investor dapat membandingkan ekposur risiko dengan sumber daya
modal.
21
2. Menetapkan Batas (Setting Limits). Menilai risiko pasar mampu sebagai alat
pertimbangan atas risiko pasar yang terjadi akibat perdagangan portofolio,
yang akan mengarah pada pembentukan batasan posisi logis ekonomis.
3. Alokasi Sumber Daya (Resources Allocation). Menilai risiko pasar mampu
sebagai alat pembanding untuk menilai keuntungan per unit risiko sehingga
lebih mampu untuk mengarahkan modal dan sumber daya pada hari
perdagangan.
4. Evaluasi Kinerja (Performance Evaluation). Menilai risiko pasar berkaitan
dengan mepertimbangkan rasio dari imbal hasil-risiko dari perdagangan,
yang memungkinkan untuk menerima bonus yang lebih rasional untuk
ditempatkan. Seperti investor yang menerima imbal hasil tertinggi merupakan
salah satu yang menerima risiko tertinggi pula.
Dari manfaat tersebut, penilaian risiko pasar dapat sebagai alat yang digunakan
oleh investor sebagai alat preventif untuk menghindari kerugian – kerugian
akibat dari risiko pasar. Ada tiga pendekatan dalam mengukur risiko pasar, yaitu:
Variance-Covariance (Parametric), Historic atau Back Simulation, dan Monte
Carlo Simulation (Saunders et al,. 2011:285).
2.7.2.1 Variance – Covariance (Model Parametric)
Metode Variance – Covariance atau dapat disebut juga dengan model
parametrik VaR merupakan model yang dikembangkan oleh J.P. Morgan.
Dimana metode berasumsi imbal hasil
harus berdistribusi normal. Dengan
asumsi seperti ini, metode ini tidak dapat digunakan jika imbal hasil tersebut
bersifat nonlinear seperti instrumen keuangan Opsi.
22
Perhitungan metode Variance-Covariance adalah sebagai berikut :
VaRP = µ Χ Z1-a Χ σ
di mana:
µ
= Rata- rata imbal hasil
Z
= Realibilty Factor (bernilai 1,65 untuk tingkat kepercayaan 95%)
σ
= Standar Deviasi
Jika VaR dihitung dengan memperhitungkan lama waktu investasi t (Holding
Period), maka:
VaRP = µ x Z1-a x S x √𝑑𝑑
2.7.2.2 Modified VaR
Apabila imbal hasil reksa dana saham tidak berdistribusi normal maka
nilai Z dikoreksi dengan pendekatan Cornish Fisher expansion. Menurut Cornish
et al. (1937) Cornish Fisher Expansion adalah salah satu cara untuk mengubah
standard Gaussian variabel Z acak dengan Gaussian variabel Z non-acak.
Z
Cornish Fisher
1
1
1
= z + (z 2 −1) S + (z 3 − 3z)K − (2z 3 − 5z)S 2
6
24
36
di mana:
Z= Nilai distribusi Z
S= Skewness
K= Kurtosis
MVaR = µ + z Cornish Fisher × σ
di mana:
23
MVaR = Modified Value at Risk
µ
= Rata- rata imbal hasil
σ
= Standar deviasi
Z'
= Nilai Z koreksi
2.8 Penelitian Terdahulu
1. Sahi et al. (2013) melakukan penelitian dengan judul “Value at Risk
Methodology for Measuring Performance of Mutual Funds”, melalui teknik
analisis Monte Carlo Simulation, Modified VaR, dan Normal VaR, penulis
membuktikan bahwa Kotak Arbitrage Fund memiliki potensi kerugian paling
rendah melalui metode Modified VaR.
2. Jiang (2013) melakukan penelitian dengan judul “Using VaR to Measure the
Relationship Between return and Risk of Mutual Funds in China” melalui
teknik CVaR, penulis membuktikan bahwa imbal hasil dan risiko masa lalu
yang diukur melalui metode VaR mempunyai hubungan yang positif. Selain
itu VaR dengan periode sebelumnya memiliki dampak negatif terhadap imbal
hasil reksa dana.
3. Danila (2012) melakukan penelitian dengan judul “Estimating the Risk of
Mutual Funds in Indonesia by Employing Value at Risk (VaR)”, melalui
teknik analisis modified VaR dan ES/CVaR, penulis membuktikan bahwa
reksa dana berdasarkan stock selection terbaik dan market timing terbaik di
Indonesia pada tingkat kepercayaan 99% untuk reksa dana saham Panin dana
Prima memiliki potensi kerugian 5.53% dan 5.96%, Panin Dana maksima
24
4.49%, dan Manulife Dana Saham 6.26% dan 7.10% periode 27 Januari 2007
sampai 29 September 2008.
4. Nuozhou (2012) melakukan penelitian dengan judul “The Correlation
Between Risk and Return of Canadian Based on VaR” melalui teknik
historical risk, regresi linear sederhana, dan regresi linear berganda. Penulis
membuktikan bahwa ada hubungan antara VaR masa lalu dengan imbal hasil
saat ini dan hubungan tersebut bersifat negatif serta perubahan VaR pada
masa lalu memiliki hubungan negatif.
5. Carles et al (2009) melakukan penelitian dengan judul “Different Risk
Adjusted Fund Performance Measures: A Comparison” melalui teknik
historical VaR, parametrik VaR, dan simulasi Monte Carlo.
Penulis
membuktikan bahwa VaR salah satu alat untuk mengukur risiko reksa dana
selain dari metode Sharpe, Jansen, dan Treynor.
6. Guesmi et al (2008) melakukan penelitian dengan judul “Value at Risk in
Mutual Funds which Methodology of Estimation” melalui teknik parametrik,
historical,dan simulasi Monte Carlo. Penulis membuktikan bahwa VaR dapat
digunakan sebagai alat mengukur risiko reksa dana, sebuah alat yang tidak
bisa ditolak, menjadi alat perbandingan, dan mengawasi risiko pasar.
25
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Tahun
Anu Sahi,
Anurag
Pahuja,
Balram
Dogra/ 2013
Judul Penelitian
Value at Risk
Methodology for
Measuring
Performance of
Mutual Funds
Variabel
Penelitian
Average return,
Standard
Deviation,
Reability Factor,
dan Z koreksi
Teknik Analisis
Data
Monte Carlo
Simulation,
Modified VaR,
dan Normal
VaR.
Hasil
Penelitian
Kotak
Arbitrage Fund
di India
memiliki
potensi
kerugian paling
rendah melalui
metode
Modified VaR.
Regresi linear
berganda
Imbal hasil dan
risiko yang
diukur melalui
metode VaR
mempunyai
hubungan yang
positif. Selain
itu VaR dengan
periode
sebelumnya
memiliki
dampak negatif
terhadap imbal
hasil reksa
dana.
Pada tingkat
kepercayaan
99% untuk
reksa dana
Panin Dana
Prima memiliki
potensi
kerugian 5.53%
dan 5.96%,
Panin Dana
maksima
4.49%, dan
Manulife Dana
Saham 6.26%
dan 7.10%
periode 27Jan
2007 -29 Sept
2008.
Hubungan
antara VaR
masa lalu
dengan imbal
hasil memiliki
hubungan
negatif dan
pengaruhnya
sampai minggu
kedua sebelum
VaRt.
Hao Jiang/
2013
Using VaR to
Measure the
Relationship
Between Return and
Risk of Mutual
Funds in China
Returnt, VaRt,
VaRt-1, VaRt-2,
VaRt-3.
Nevi Danila/
2012
Estimating the Risk
of Mutual Funds in
Indonesia by
Employing Value at
Risk (VaR)
Average return,
Standard
Deviation,
Reability Factor,
dan Z koreksi
Nuozhou/
2012
The
Correlation
between risk and
return of Canadian
Mutual Fund Based
on VaR
Returnt, VaRt,
VaRt-1, VaRt-2,
VaRt-3, Δreturn
dan Δvar
Modified VaR
dan ES/CVaR,
Regresi linear
sederhana, dan
regrsi linear
berganda
26
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Tahun
Pilar GrauCares, Jorge
Sainz, Javier
Otamendi,
dan Luis
Miguel,
Doncel
Guesmi/2008
Judul Penelitian
Different Risk
Adjusted Fund
Performance
Measures: A
Comparison
Value at Risk in
Mutual Funds which
Methodology of
Estimation
Variabel
Penelitian
Average Return,
Standard
Deviation, Beta,
Realibility Factor,
dan Z koreksi
Teknik Analisis
Data
Sharpe, Treynor,
Jansen,
Historical VaR,
Parametrik VaR,
dan Modified
VaR
Average return,
Standard
Deviation,
Reability Factor,
dan Z koreksi
Parametric,
Historical,
Monte Carlo
Simulation, dan
Kupiec Test
Hasil
Penelitian
VaR dapat
digunakan
sebagai alat
unutk
mengukur
risiko reksa
dana selain dari
metode Sharpe,
Jansen, dan
Treynor.
VaR dapat
digunakan
sebagai alat
mengukur
risiko reksa
dana, sebuah
alat yang tidak
bisa ditolak,
menjadi alat
perbandingan,
dan mengawasi
risiko pasar.
2.9 Kerangka Pemikiran
Nilai aktiva bersih dan unit penyertaan dapat digunakan sebagai alat
mengetahui perkembangan dari reksa dana dan potensi kerugian reksa dana
apabila reksa dana tersebut dijual kembali. Rasio dari nilai aktiva bersih beserta
unit penyertaan per hari menghasilkan imbal hasil mingguan yang diterima oleh
investor. Investor menyukai tingkat pengembalian dan tidak menyukai risiko.
Oleh karena itu investor akan berinvestasi pada aset yang berisiko jika aset
tesebut menawarkan perkiraan pengembalian yang lebih tinggi. Risiko dapat
dihitung dengan berbagai cara dan bergantung pada alat yang digunakan, dapat
diperoleh informasi yang berlainan tentang tingkat risiko suau aset (Brigham et
al 2010: 323).
27
VaR merupakan alat yang dapat digunakan oleh investor untuk
mengalokasikan aset, unit bisnis, dan produk yang akan menjadi alat investasi.
Proses ini akan dimulai dengan menyesuaikan imbal hasil terhadap risiko (risk
adjusted performance measures). Pengimplementasian ini akan membantu
seorang investor untuk pengambilan keputusan atas investasinya (Jorion
2007:383).
Imbal hasil yang diterima oleh investor dapat menilai potensi
kehilangan (VaR) pada reksa dana saham yang didasarkan atas imbal hasil.
Mengetahui pengaruh dan hubungan antara risiko yang diukur dengan VaR
terhadap imbal hasil akan membantu seorang investor untuk mengambil
keputusan dalam berinvestasi (Nuozhou: 2012).
Berdasarkan latar belakang, pendapat pakar keuangan, dan beberapa hasil
penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran penelitian ini adalah:
VaRt
Imbal hasil periode
t
VaRt-1
VaRt-2
VaRt-3
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
28
2.10 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Risiko reksa dana saham yang diukur dengan VaR berada dibawah 5%
2. Terdapat hubungan dan pengaruh signifikan secara parsial antara VaR masa
lalu terhadap imbal hasil.
29
Download