BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal berperan besar di dalam perekonomian suatu negara dimana
mempertemukan pihak
yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang
memerlukan dana. Peluang investasi dipasar
modal ini terdiri dari berbagai
macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum
memulai investasi ini, sebaiknya investor memperhatikan expected return (return
ekspektasian) atau tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko (risk) dari
alternatif pilihan investasi yang dilakukan. Return ekspektasian dan risiko
mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin
besar return yang diharapkan. Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan,
semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Besar kecilnya return tergantung
pada kesediaan investor untuk menanggung risiko. Risiko dan return memainkan
peran penting dalam membuat keputusan investasi (Mary dan Rathika, 2015).
Pembuatan kerangka keputusan investasi sangat menentukan keberhasilan seorang
investor dalam mengoptimalkan tingkat imbal hasil investasi dan mengurangi
sekecil mungkin risiko yang dihadapi (Markowitz, 1952). Jadi dengan melakukan
analisis portofolio investor dapat menentukan strategi untuk meminimalkan risiko
dan memaksimalkan return.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono, 2013).
Sedangkan risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan
1
2
(expected return) dan realisasinya (Zubir, 2011). Portofolio dapat didefinisikan
sebagai serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang diinvestasi dan
dipegang oleh pemodal baik individu ataupun lembaga (Sunariyah, 2006).
Membentuk
suatu
portofolio
akan
menimbulkan
suatu
permasalahan.
Permasalahannya adalah terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang
dapat dibentuk dari kombinasi aktiva berisiko yang tersedia dipasar. Kombinasi
ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Konsep dasar yang dinyatakan
dalam portofolio adalah bagaimana mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada
berbagai jenis investasi yang akan menghasilkan keuntungan yang optimal
(Harold, 1998). Pertimbangan utama bagi pemilik dana (investor) dalam
mengoptimalkan keputusan investasi adalah memaksimumkan tingkat imbal hasil
investasi (return) dan meminimumkan risiko investasi tertentu (Saragih, 2005).
Jika terdapat kemungkinan portofolio yang jumlahnya tidak terbatas, maka akan
timbul pertanyaan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Jika investor
adalah rasional, maka mereka akan memilih portofolio yang optimal dimana
memberi return yang maksimal pada tingkat risiko tertentu (Stambaugh, 1996;
Jorion, 2002).
Analisis portofolio sangat penting bagi para investor untuk dipakai sebagai
dasar dalam melakukan diversifikasi saham agar dapat membentuk portofolio
yang optimal. Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return
ekspektasian dan risiko terbaik (Hartono, 2013). Portofolio optimal dapat
ditentukan
salah satunya dengan menggunakan Model Indeks Tunggal yang
merupakan model yang sederhana dan mudah dioperasikan. Untuk menentukan
3
portofolio optimal dengan model-model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah
menentukan portofolio yang efisien. Untuk model-model ini, semua portofolio
yang optimal adalah portofolio yang efisien. Karena tiap-tiap investor mempunyai
kurva berbeda yang tidak sama, portofolio yang optimal akan berbeda untuk
masing-masing investor.
Model Indeks Tunggal (Single Index Model) merupakan penyederhanaan
dari Model Markowitz yang dikembangkan oleh William Sharpe pada tahun 1963,
didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah
dengan indeks harga pasar dan mempunyai reaksi yang sama terhadap suatu faktor
atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perhitungan return sekuritas dalam
Model Indeks Tunggal melibatkan dua komponen utama yaitu:
1) Komponen return sekuritas yang terkait dengan keunikan perusahaan
dilambangkan dengan αi.
2) Komponen return yang terkait dengan return pasar dilambangkan dengan
βi . RM.
Model Indeks Tunggal juga menggunakan asumsi-asumsi yang merupakan
karakteristik model ini sehingga menjadi berbeda dengan model-model lainnya.
Asumsi utama dari Model Indeks Tunggal adalah kesalahan residu dari sekuritas
ke-i tidak berkovari dengan kesalahan residu sekuritas ke-j atau ei tidak berkovari
(berkorelasi) dengan ej untuk semua nilai dari i dan j. Asumsi kedua menyatakan
bahwa ei tidak berkovari dengan return indeks pasar RM (Hartono, 2013).
Pendekatan Model Indeks Tunggal diharapkan dapat menjadi alternatif dalam
penyusunan portofolio optimal yang lebih mudah bagi investor.
4
Cohen dan Pogue (1967) menggunakan beberapa model pengujian empiris
dalam seleksi terhadap pembentukan portofolio yang optimal. Elton, Gruber, dan
Padberg (1971; 1976; 1977; 1978) menggunakan Model Single Indeks, Constant
Correlation, dan Model Multi Group, yang kemudian dikembangkan pada tahun
1978 dengan lebih menyederhanakan tehnik perhitungannya. Clarence (1984)
menggunakan model indeks tunggal, model multi indeks, dan model konstan
correlation dalam pembentukan portofolio optimal. Chamberlain, Cheung, dan
Clarence (1990) menggunakan model multi indeks dalam pembentukan portofolio
yang optimal. Kam (2006) menggunakan single index model, coefficient
correlation, multi group model, dan multi indeks model, yang kemudian
diperbandingkan dengan model seleksi portofolio yang lain, yaitu geometric mean
return, safety first, stochastic dominance, skewness and portofolio analysis, dan
value at risk.
Menurut Eko (2008), analisis portofolio optimal yang menggunakan
Model Indeks Tunggal lebih mudah dan sederhana diaplikasikan dalam
menentukan saham mana saja yang dapat menghasilkan return optimal dengan
risiko yang minimum, serta mampu menentukan seberapa besar proporsi dana
yang dibutuhkan.
Sedangkan
Robi
(2009)
menyatakan
bahwa
dengan
menggunakan single index model kita dapat memisahkan return yang sebenarnya
menjadi return yang terpengaruh oleh macro dan micro. Menurut Pujiani (2007)
dan Septyarini (2009), analisis portofolio dapat digunakan untuk menentukan
return optimal pada risiko yang minimal. Saham-saham yang dimasukkan ke
dalam rangkaian portofolio merupakan saham-saham yang memiliki kinerja baik
5
yang ditentukan dengan menggunakan rasio ERB (Excess Return to Beta). Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa investor yang rasional akan menginvestasikan
dananya ke dalam portofolio optimal. Sehingga portofolio optimal dalam
penelitian ini dibentuk oleh saham yang memiliki nilai ERB terbesar pada tingkat
risiko yang relatif sama
Wahyudi (2002) yang meneliti tentang analisis investasi dan penentuan
portofolio optimal di Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan studi komparatif
penggunaan Model Indeks Tunggal dan Model Random dengan menggunakan
data closing price bulanan pada saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ 45
periode Januari 1997 – Juni 2000. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa penentuan portofolio dengan menggunakan Model Indeks Tunggal dapat
memberikan return yang optimal dibandingkan dengan penentuan portofolio
secara Random atau acak. Jadi dengan demikian bahwa seorang investor yang
ingin berkecimpung dipasar modal dalam jual beli saham harus meningggalkan
budaya ikut-ikutan atau “gambling” dan sebagainya yang tidak rasional (sebagai
investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham). Akan tetapi
Prastiwi (2006) membahas mengenai return yang dihasilkan oleh penentuan
portofolio dengan menggunakan Model Indeks Tunggal dengan penentuan
portofolio dengan menggunakan Model Random menunjukkan tidak ada
perbedaan expected return portofolio dengan menggunakan Model Indeks
Tunggal dan Model Random.
Selanjutnya Susanti (2012) dan Nursetiaji (2013) juga meneliti penentuan
portofolio saham optimal dengan menggunakan Model Indeks Tunggal dan Model
6
Indeks random pada perusahaan Manufaktur di BEI. Hasil penenlitian
membuktikan bahwa return portofolio terbesar dihasilkan dengan menggunakan
Model Indeks Tunggal daripada menggunakan Model Indeks random. Hasil
serupa juga diperoleh oleh Nofri (2012) dengan menggunakan sampel penelitian
yaitu saham indeks LQ-45 periode Februari 2009 – Juli 2011, dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa saham yang membentuk portofolio optimal
sebanyak 14 saham dengan nilai ukuran kinerja dengan metode Sharpe pada
Single Indeks Model sebesar 73,386 dan pada Model Random sebesar 33,303,
sedangkan dengan menggunakan indeks kinerja Treynor pada Single Indeks
Model sebesar 3,185 dan pada Model Random sebesar 2,45. Akan tetapi Pasaribu
(2013) menentukan portofolio saham optimal dengan forming bulanan mendapat
hasil bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio dengan Random
model, secara rata-rata (1,35% perbulan) lebih tinggi dibanding dengan rata-rata
keuntungan yang diharapkan portofolio single index model (1,03% perbulan). Hal
ini bisa berarti bahwa single index memang sudah optimal dalam memilih saham
yang akan digunakan untuk membentuk portofolio, namun belum maksimal dalam
memberikan return yang diharapkan bila dibandingkan dengan alokasi Random
model.
Witiastuti (2012) membagi beberapa strategi untuk menganalisis kinerja
portofolio dengan pengujian Single Index Model dan Naive Diversification. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa model indeks tunggal dengan strategi I, II, III, V,
dan VI, menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara return portofolio
model indeks tunggal dengan return portofolio metode naive diversification.
7
Tetapi untuk model indeks tunggal menggunakan strategi IV, return portofolio
model indeks tunggal berbeda secara signifikan dengan return portofolio metode
naive diversification. Risiko portofolio model indeks tunggal berbeda secara
signifikan dengan risiko portofolio metode naive diversification dalam sampel
kecil, kinerja portofolio model indeks tunggal maupun metode naive
diversification sama-sama inferior.
Wibowo et al., (2014) melakukan penelitian pada salam-saham LQ 45
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 22 sampel perusahaan yang terpilih, terdapat 14
perusahaan yang membentuk komposisi portofolio optimal. Sutisman (2013)
meneliti analisis portofolio saham dengan Model Indeks Tunggal pada saham LQ
45 tahun 2008 – 2011 mendapatkan hasil sebanyak 18 saham perusahaan yang
terpilih masuk ke dalam kandidat portofolio optimal. Dahlan et al.,(2013)
melakukan penelitian pada saham perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ 45 di
BEI tahun 2010-2012 dengan 24 sampel perusahaan mendapat hasil bahwa
terpilih 5 saham dari LQ 45 yang menjadi pembentuk portofolio optimal. Mirah
dan Wijaya (2013) melakukan penelitian di BEI tahun 2009-2011, menunjukkan
bahwa terdapat 5 saham yang menjadi kandidat portofolio dari 17 saham yang
diteliti. Sementara Andriani (2010) melakukan penelitian pada saham-saham yang
listing di Jakarta Islamic Index (JII) memperoleh hasil bahwa terdapat 4 jenis
saham yang memberi tingkat pengembalian yang tinggi yang dapat dijadikan
pilihan alternatif investasi dalam membentuk portofolio investasi yaitu AALI,
BUMI, TINS, dan UNVR. Setyoningsih et al., (2015) melakukan analisis
8
portofolio optimal dengan Single Index Model untuk meminimumkan risiko bagi
investor dengan sampel sebanyak 46 saham pada Indeks Kompas 100
mendapatkan hasil bahwa 12 perusahaan dari sampel penelitian merupakan saham
pembentuk portofolio optimal yang terdiri dari saham UNVR, TRAM, MNCN,
BHIT, JSMR, BMTR, GJTL, KLBF, AALI, CPIN, AKRA, dan ASRI. Portofolio
yang terbentuk memberikan return ekspektasi sebesar 3,05477 dengan tingkat
risiko sebesar 0,1228%.
Perbedaan hasil penelitian dan fluktuasi return saham yang cukup tinggi di
dalam menghadapi perubahan kondisi pasar membuat penulis tertarik membahas
lebih lanjut tentang risiko dan return dalam portofolio saham. Indeks yang
digunakan sebagai dasar pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini
adalah Indeks Kompas 100. Saham yang terpilih dalam Indeks Kompas 100
merupakan saham yang memiliki likuiditas yang baik, nilai kapitalisasi pasar yang
tinggi, merupakan saham-saham yang memiliki fundamental yang kuat, serta
kinerja yang baik (Hartono, 2013). Bursa Efek Indonesia terus memantau
perkembangan saham yang masuk dalm perhitungan Indeks Kompas 100, yaitu
dengan melakukan review
pergerakan ranking saham setiap 6 bulan sekali.
Perkembangan harga penutupan (close price) Indeks Kompas 100 dari tahun
2010-2012 menunjukkan bahwa selama tiga tahun berturut-turut harga penutupan
Indeks Kompas 100 mengalami peningkatan. Tahun 2013 Indeks Kompas 100
mengalami penurunan harga penutupan sebesar 36,178 poin dibanding tahun 2012
(Statistik IDX, 2010-2013). Berdasarkan hal tersebut, maka investor perlu
9
melakukan analisis yang teliti sebelum memilih saham pembentukan portofolio
optimal yang berasal dari saham-saham pada Indeks Kompas 100.
Penelitian ini pada dasarnya merupakan kelanjutan dan pengujian kembali
dari hasil penelitian - penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, fokus dari
penelitian ini adalah menganalisis perbedaan return portofolio optimal terhadap
saham-saham pada Indeks Kompas 100 di BEI tahun 2010-2014 dengan
menggunakan data harga saham harian. Perbedaannya terletak pada (1) periode
pengamatan, (2) dasar pemilihan saham yang terpilih, (3) perhitungan nilai beta
yang digunakan adalah dengan adjusted beta dari Laporan Beta Stock Pefindo dan
(4) model yang digunakan dalam pembentukan portofolio yang optimal, penelitian
ini lebih memfokuskan penggunaan model Indeks Tunggal dan Portofolio
Random dalam menentukan kandidat saham yang masuk dalam portofolio
optimal. Lebih lanjut penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pembentukan portofolio optimal yang mempunyai peran sangat penting dalam
investasi saham karena selain dapat memaksimalkan return juga dapat
meminimalkan risiko bila dibandingkan dengan investasi pada satu jenis saham.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan yang
signifikan return portofolio berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Portofolio
Random?
10
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris perbedaan yang
signifikan return penentuan portofolio optimal menggunakan Model Indeks
Tunggal dan Portofolio Random.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1)
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
memperkaya literatur akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan analisis
penentuan return portofolio optimal. Secara spesifik hasil penelitian ini
diharapkan
memberikan bukti empiris mengenai perbedaan return
penentuan portofolio optimal dengan menggunakan Model Indeks tunggal
dan Portofolio Random yang didukung oleh Teori Investasi, yang
menganjurkan untuk membentuk portofolio dalam berinvestasi saham, dan
Teori Portofolio yang memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko
dalam suatu investasi, dimana unsur risiko dapat diminimalisasi dengan
diversifikasi dan menggabungkan berbagai instrumen ke dalam portofolio.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan
(referensi) bagi para peneliti yang berminat dalam bidang sejenis.
11
2)
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi investor dan calon
investor mengenai komposisi saham dalam portofolio optimal sehingga
dapat menjadi bahan pertimbangan atau sebagai pedoman terkait dengan
keputusannya untuk berinvestasi di pasar modal. Khususnya pada sahamsaham yang tergolong ke dalam saham-saham Indeks Kompas 100 di Bursa
Efek Indonesia. Para pelaku bisnis dapat mengetahui tentang portofolio
investasi khususnya saham yang memberikan return tertinggi pada tingkat
risiko tertentu dan berapa proporsi jumlah saham masing-masing portofolio
tersebut dalam membentuk suatu kombinasi portofolio, sehingga pihak
investor dapat memilih satu atau lebih kombinasi portofolio yang optimal,
serta menjadi dasar pertimbangan alternatif bagi pelaku bisnis untuk
menggunakan komposisi portofolio hasil penelitian. Selain itu penelitian ini
diharapkan bisa menjadi masukan bagi perusahaan yang bersangkutan atau
perusahaan yang tergabung ke dalam Indeks Kompas 100 untuk
memperbaiki lagi kinerja perusahaannya.
Download