BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Banyak para ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan para ahli tersebut dalam memandang dan meninjau pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal sentral. Pertukaran merupaka kegiatan pemasaran dimana seorang berusaha menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai ke berbagai macam kelompok social untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi yang paling sesuai dengan tujuan tersebut adalah : Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan 8 9 inginkandengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997). Dalam usaha menciptakan strategi pemasaran yang baik, perusahaan harus memperhatikan konsep bauran pemasaran, dimana setiap sasaran dalam bidang pemasaran akan selalu berkaitan dengan unsur-unsur yang terdapat pada bauran pemasaran. Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang labih baik. Dari definisi yang dikemukakan dia atas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian pemasaran sebagai berikut : 1. Pemasaran adalah kegiatan atau tindakan manusia yang menyebabkan perpindahan suatu barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen, hal mana menyebabkan terjadinya distribusi fisik. 2. Pemasaran merupakan satu kesatuan sistem yang terintegrasi, yang meliputi: harga, produk, promosi, dan distribusi, yang dirancang oleh perusahaan atau individu yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Berarti keuntungan produsen diperoleh dari kepuasan konsumen. 10 2.1.1 Bauran Pemasaran Adapun pengertian menurut Philip Kotler dan Geri Amstrong (2001:23) bauran pemasaran adalahsaluran pemasaran dapat dipandangan sebagai sistem penyerahan nilai pelanggan dimana masing-masing anggota saluran menambah nilai bagi pelanggan.Oleh karena itu mendesain saluran distribusi dengan menemukan nilai apa yang diinginkan oleh berbagai segmen sasaran dari saluran distribusi.Salah satu strategi utama dalam menentukan keberhasilan mencapai tujuan kegiatan pemasaran perusahaan adalah penentuan marketing mixnya. Penentuan ini secara lansung berhubungan dengan langkah operasi perusahaan didalam pelaksanaan kegiatan berhubungan dengan langkah operasi. Sehingga apabila marketing mix yang ditetapkan perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan dalam nencapai tujuan operasinya. Bauran pemsaran juga lebih dikenal dengan istilah “marketing mix”. Menurut Alma (2005:164) marketing mix adalah suatu istilah yang menggambarkan seluruh unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan guna mencapai tujuan-tujuan badan usaha, misalnya pencapaian laba, return of investment, peningkatan omzet penjualan, menguasai pasar dan sebagainya. Untuk merencanakannya dibutuhkan suatu kegiatan mengkombinasikan atau mencampur semua faktor pemasaran yang 11 bersangkutan, dalam kegiatan usaha perusahaan.Kombinasi tersebut tidak bersifat konstan dan untuk jangka waktu panjang, melainkan dapat berubahubah sesuai dengan perubahan yang terjadi dipasar atau faktor-faktor ekstern (teknologi, sosial, ekonomi, dan politik). McCharty mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ini menjadi empat kelompok besar, yang dia sebut empat P tentang pemasaran: produk (product)., harga (price), tempat (place), promosi (promotion). 2.1.2 Konsep Pemasaran Istilah pemasaran lebih banyak diartikan oleh para ahli ekonomi dan profesional termasuk institusi pendidikan. Pemasaran dipandang sebagai suatu fungsi kegiatan, dikerjakan oleh mereka yang bergerak disektor hubungan masyarakat dan organisasi masyarakat, oleh karena itu fungsi hubungan masyarakat dibebani tanggung jawab pemasaran. Ini terjadi karena pemasaran didefinisikan sebagai penjualan, periklanan dan promosi. Memang tidak dipungkiri bahwa tujuan pemasaran adalah melakukan kegiatan penjualan pokok atau jasa pada masyarakat atas konsumen yang sebesar-besarnya. Sementara pemasaran adalah aktivitas sumber daya yang mengelola sumberdaya tersebut menjadi barang atau jasa, sesuai dengan ide yang telah ditentukan dan secara efektif dipasarkan ke berbagai masyarakat 12 atau konsumen yang membentuknya. Singkatnya kegiatan pemasaran ini, menurut Supriyanto (2000 : 47), organisasi modern menekan pada mekanisme pertukaran untuk mencapai tujuan mereka. Dalam usaha menciptakan strategi pemasaran yang baik, perusahaan harus memperhatikan konsep bauran pemasaran, dimana setiap sasaran dalam bidang pemasaran akan selalu berkaitan dengan unsur-unsur yang terdapat pada bauran pemasaran. Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang labih baik. Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen.Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konseop pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan.Secara definitive dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan social bagi kelangsungan hisup perusahaan (Swasta, 1996). Dari definisi tersebut, perusahaan memiliki konsekuensi seluruh kegiatan perusahaan harus diarahkan untuk mengetahui kebutuhan 13 konsumen dan mampu memberikan kepuasan agar mendapat laba dalam jangka panjang.Organisasi perusahaan yang menerapkan konsep pemasaran ini disebut organisasi pemasaran. Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan pasar sasaran (Kotler, 1997). Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu dan profitabilitas. Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Perusahaan tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran masyarakat (Swasta, 1996). 2.2 Pengertian Merek Merek adalah nama, istilah, simbol, desain, atau gabungan keempatnya, yang mengidentifikasi produk pra penjual dan membedakannya dari produk pesaing (Lamb, Hair and Mc Daniel,2001). Nama merek merupakan bagian dari merek yang dapat diucapkan, termasuk huruf-huruf, kata-kata, dan angka-angka. Merek 14 mempunyai manfaat utama yaitu : Identifikasi produk, penjualan berulang, dan penjualan produk baru. Dan tujuan paling utamanya adalah identifikasi produk. Menurut kotler dan keller (2003) merek adalah suatu produk yang telah ditambahkan dengan dimensi-dimensi lainnya yang membuat produk tersebut menjadi berbeda dibanding dengan produk lainnya yang sama-sama di desain untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Perbedaan tersebut dapat berupa sesuatu yang emosional dan tidak berwujud yang berhubungan dengan apa yang diharapkan oleh merek. Menurut Giribaldi (2003), merek didefinisikan sebagai kombinasi dari atributatribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk/layanan dibenak konsumen. Merek berperan penting dalam industri perdagangan yang kompetitif, semakin kuat suatu merek dalam sektor tertentu akan semakin sulit untuk pesaing lain dalam sektor yang sama untuk masuk dan berkompetisi. Merek yang kuat terbangun karena adanya kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari segi hubungan dengan konsumen, merek mereprentasikan suatu kontinuitas yang gunanya untuk menjaga hubungan tersebut terjalin dengan baik. Merek bukan hanya sekedar simbol pembeda, namun merek juga harus diikuti dengan serangkaian kesan dan perasaan untuk menjadikan kekuatan. Sebuah nama dapat dikatakan sebagai merek jika nama tersebut : 15 1. Membawa nilai-nilai yang jelas Dalam pikiran konsumen, merek harus mempunyai profil yang jelas akan nilai-nilai yang diwakilinya. 2. Dapat dibedakan Merek tersebut harus dapat membuat produknya terlihat berbeda dari produkproduk pesaing sejenisnya. 3. Menarik Merek harus menarik, memberikan pengalaman positif serta dapat menimbulkan alasan emosional bagi konsumen untuk mempercayai dan mengandalkan merek tersebut. 4. Memiliki identitas yang jelas Merek harus bisa dikenali konsumen dengan mudah sehingga mudah untuk diingat. Jika merek suatu produk tidak diidentifikasi oleh konsumen, maka tidak mungkin akan menjadi loyalitas merk. (Nilson, 1998. H.52-55). 16 2.2.1 Peranan Dan Manfaat Merek Merek memegang peranan yang sangat penting, salah satunya adalah menjembantani harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen dengan demikian dapat diketahui dengan adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama. Adapun beberapa faktor yang menjadikan merek sangat penting, yaitu seperti : (Durianto, Sugiarto, Sitinjak, 2004, P2) a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan budaya. c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiassi merek (brand association) yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika asosiassi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan citra merek. 17 d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sangat sanggup merubah perilaku konsumen. e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan ataupun atribut lain yang merekat pada merek tersebut. Merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan produsen. Menurut Kotler (2003 : 38), bagi produsen merek berperan penting sebagai : 1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. 3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam benak konsumen. 18 6. Sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan masa depan. Sedangkan menurut konsumen, merek berfungsi sebagai identifikasi sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu, pengurangan resiko, penekan biaya internal dan eksternal, janji dan ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksi citra diri dengan signal kualitas. Merek bagi konsumen sekarang ini tidak hanya dilihat dari kemampuan fungsional produknya saja tapi bagaimana merek tersebut dapat menimbulkan emosi-emosi tertentu pada pelanggannya, apakah merek tersebut dapat berperan sebagai trendsetter, apakah merek itu dapat memenuhi janji-janji yang dipromosikannya, serta nilai apa saja yang dipegang oleh merek tersebut. Merek sering dideskripsikan dalam istilahistilah karakteristik manusia, hal ini karena konsumen sering melihat merek sebagai “manusia” atau memiliki karakter atau kepribadian sehingga dapat terjadi interaksi antara konsumen dengan merek, dengan kata lain merek dapat dianalisis seperti mahluk hidup, merek memiliki nama, punya anak produk (kerabat), berpenampilan (tampilan produk), dapat berbicara (dari label dan iklannya), yang dapat dilakukan (performa fungsional produk), dan memiliki reputasi (dari rekomendasi dan pengalaman orang lain atau media). 19 (Pringle & Thomson, 2001, h.49-55).Dengan demikian membentuk merek yang kuat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membangun sebuah bisnis yang berkelanjutan maupun tidak. 2.3 Brand Awareness (Kesadaran Merek) Terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat mengenal dan mengingat suatu merek. Kesadaran akan sebuah merek menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, juga menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam ekuitas merek. 2.3.1 Tingkatan Kesadaran Merek Kesadaran merek merupakan elemen ekuitas yang sangat penting bagi perusaan karena kesadaran merek dapat berpengaruh secara langsung terhadap ekuitas merek. Pengenalan merek adalah tingkat minimal dari kesadaran merek. Tingkat berikutnya adalah mengingat kembali suatu merek, yaitu mengingat suatu merek berdasarkan pada kemampuan seseorang untuk menyebut suatu merek tampa alat bantu. tahap selanjutnya adalah, apabila suatu merek di sebutkan pertama kali dalam mengingat suatu produk atau 20 jasa, pada tahan ini suatu merek tersebut telah berada dalam pikiran paling utama, atau dengan kata lain merek tersebut menjadi merek yang paling di ingat di dalam pikiran seseorang. Sumber : David A.Aarker, 1999 Gambar 2.1 : Piramida Kesadaran Merek Menurut david A.Aaker (1997) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori merek tertentu. Terdapat empat tingkatan kesadaran yang berbeda, yaitu : a. Top of mind Adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek 21 tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. b. Brand recall Yaitu pengingatan kembali merek secara spontan tanpa adanya bantuan (unaided recall) c. Brand recognition Adalah tingkatan dari kesadaran merek dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall) d. Unaware of brand Adalah tingkatan paling rendah dalam piramida kesadaran merek dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek walaupun sudah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall) Untuk mengevaluasi seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah merek, Keller (2000) menyarankan penggunaan empat indikator, yaitu : (Effektif Branding, 2005 hal 10-11) 22 a. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa saja yang mereka ingat. Top of mind adalah salah satu cara yang sering digunakan oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand recall. b. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk dalam kategori tertentu. c. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukan suatu merek kedalam alternatif pilihan ketika mereka akan membeli produk/layanan. d. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika mereka sedang menggunakan produk/layanan pesaing. Meningkatan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah (Durianto dkk, 2004). Mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran konsumen terhadap suatu merek dapat ditingkatkan melalui berbagi upaya berikut : 23 a. Suatu merek harus dapat menyampaikan pesan yang mudah diingat oleh konsumen. b. Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek lainnya. Selain itu, pesan yang disampaikan harus memiliki hubungan dengan merek dan kategori produknya. c. Perusahaan disarankan memakai jingle lagu dan slogan yang menarik agar merek lebih diingat oleh konsumen. d. Simbol yang digunakan perusahaan sebaiknya memiliki hubungan dengan mereknya. e. Perusahaan dapat menggunakan merek untuk melakukan perluasan produk, sehingga merek tersebut akan semakin diingat oleh konsumen. f. Perusahaan dapat memperluas kesadaran merek melalui suatu isyarat yang sesuai dengan kategori produk, merek, atau keduanya. g. Membentuk ingatan dalam pikiran konsumen akan lebih sulit dibandingkan dengan memperkenalkan suatu produk baru, sehingga perusahaan harus selalu melakukan pengulangan meingkatkan ingatan konsumen terhadap merek. untuk 24 2.4 Brand Image (Citra Merk) Menurut Supranto (2007:132) mengemukakan.“Citra merek ialah apa yang konsumen pikir atau rasakan ketika mereka mendengar atau melihat suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen pelajari tentang merek”. Menurut Fandy Tjiptono (2005:49) Brand Image atau branddescription, yakni“descripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2004:244) Brand Image atau brand personality adalah “sekumpulan assosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen”. Menurut Kotler(2007 : 346) citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Menurut Nugroho (2003 : 182) menyatakan bahwa image atau citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik. 25 Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:193), Citra merek adalah sekumpulan asosiasi mengenai suatu merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen. Jadi, pada dasarnya sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama. Setelah melalui tahap yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap keterlibatan konsumen. Level keterlibatan ini selain mempengaruhi persepsi juga mempengaruhi fungsi memori. Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari penelitian pemasaran dan lingkungan. Menurut setiadi ( 2003 : 179 ) citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra adalah konsep yang mudah dimengerti tetapi sulit dijelaskan secara sistematis karena sifatnya abstrak. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek.Ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek memposisikan mereknya untuk memenuhi kebutuahan segmen pasar sasaran. Dalam memposisikan merek produk, pemasar terlebih dahulu harus mempunyai konsep produk yang dapat mengkomunikasikan manfaat yang diinginkan melalui iklan dan penggunan media yang akan menjangkau pasar sasaran. 26 2.4.1 Strategi untuk mempengaruhi Persepsi Menurut setiadi ( 2003 : 180 ) sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi persepsi terhadap merek toko, dan perusahaan. a. Citra Merek. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. b. Citra Toko Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada iklan, kelengkapan didalam toko, pendapat teman dan kerabat, dan juga pengalaman belanja. Citra toko yang ada di benak konsumen akn mempengaruhi citra merek. Oleh karena itu, penempatan produk pada rantai toko- toko pengeceran merupakan sarana untuk membantu citra toko. c. Citra perusahaan 27 Selain mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga memperhatikan berbagi informasi mengenai perusahaan atau korporasi, dan bagaimana pengalamannya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Ketika monsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah terbentuk apa yang disebut dengan citra korporasi. 2.4.2 Manfaat Dan Citra Merek Manfaat dari citra yang positif adalah perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang terbentuk terhadap produk merek lama. Kesan positif dari konsumen tentang merek adalah hal yang penting untuk strategi pemasaran perusahaan. Citra merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat yaitu : 1. Citra dapat dibuat sebagai suatu tujuan didalam strategi perusahaan. 2. Citra dapat dipakai sebagai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merek-merek. 3. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing dengan merekmerek lain dengan produk sejenis. 4. Citra merek dapat memperbaharui penjualan suatu merek. 28 5. Citra merek dapat dipergunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari strategi perusahaan. 6. Citra merek dapat dihasilkan dari faktor-faktor lain diluar usaha-usaha strategi pemasaran 2.4.3 Dimensi Citra Merek Merek memberikan 4(empat) hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek (Kartajaya, 2004; 484) yaitu: 1. Recognition (Pengenalan) Yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga termurah. 2. Reputation (Reputasi) Yaitu suatu tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena lebih memiliki track record yang baik. Sebuah produk dengan merek yang disukai konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baik. 3. Affinity (Daya Tarik) Yaitu suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah dengan konsumennya. merek 29 4. Loyality (Kesetiaan) Yaitu seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk yang menggunakan merek yang bersangkutan. 2.5 Perilaku Konsumen 2.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen Dalam konteks perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaanyang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen 30 menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu.Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001). 2.5.2 Pengambilan Keputusan Schiffman dan Kanuk (Samarwan, 2003:415) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan haruslah memiliki pilihan alternatif karena jika tidak maka itu bukanlah situasi konsumen melakukan keputusan.Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen,yaitu: 1. Sudut pandang ekonomis Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic man. 2. Sudut pandang kognitif 31 Konsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem solver.Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai.Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk.Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan. 3. Sudut Pandang emosional Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk.Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan bendayang produk favoritnya, apapun menimbulkan yang kenangan terjadi.Bendajuga dibeli berdasarkan emosi.Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar.Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional 2.5.3 Empat Kategori Keputusan Pada dasarnya ada empat kategori keputusan yaitu : a. Keputusan dalam keadaan kepastian 32 Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan dikatakan dalam keadaan ada kepastian, kita dapat meramalkan secara tepat atau hasil dari setiap tindakan. b. Keputusan dalam keadaan ada resiko Resiko terjadi kalau hasil pengambilan keputusan walaupun tak dapat diketahui dengan pasti akan tetapi diketahui nilai kemungkinan (probabilitanya) c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian Ketidakpastian akan kita hadapi sebagai pengambil keputusan kalau hasil keputusan sama sekali tidak tahu karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya. d. Keputussan dalam keadaan konflik Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam keadaan kompetitif. 2.5.4 Pengambilan Keputusan Konsumen Schiffman dan Kanuk (Samarwan, 2003:415) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan haruslah memiliki 33 pilihan alternatif karena jika tidak maka itu bukanlah situasi konsumen melakukan keputusan. Menurut Robbins (2006:169) sikap adalah pernyataan-pernyataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan obyek,orang atau suatu peristiwa. Sedangkan menurut Simamora (2002:14) bahwa di dalam sikap terdapat tiga komponen yaitu: 1. Cognitive component, kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek.Yang dimaksud obyek adalah atribut produk, semakin positif kepercayaan terhadap suatu merek suatu produk maka keseluruhan komponen kognitif akan mendukung sikap secara keseluruhan. 2. Affective component, emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu obyek, apakah obyek tersebut diinginkan atau disukai. 3. Behavioral component,merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu obyek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan melakukan suatu tindakan. Menurut Loudan dan Delabitta (2004:217); komponen kognitif merupakan kepercayaan terhadap merek, komponen afektif merupakan evaluasi merek dan komponen kognatif menyangkut maksud atau niatan untuk membeli. 34 Hubungan ketiga tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar berikut: Gambar 2.2 Hubungan Antara Ketiga Komponen Sikap Komponen kognitif (kepercayaan terhadap merek) Komponen afektif (Evaluasi merek) Komponen konatif (Niatan untuk membeli) Sumber: Loudan dan Delabitta (2004:217) Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, hanya saja semua proses tersebut tidak semua dilaksanakan oleh para konsumen. Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu konsumen 35 akhir atau individual dan konsumen organisasional atau konsumen industrial.Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi.Sedangkan konsumen organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang dan lembaga non profit, tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan diwarnai oleh ciri kepribadiannya, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. 2.6 Keputusan Pembelian 2.6.1 Definisi Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat mempergunakan barang yang ditawarkan. dalam mendapatkan dan 36 Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu ( Hahn, 2002 : 69 ) : a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian. c. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing. 2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian, yaitu: a. Motivasi (Motivation) Merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang guna mencapai suatu tujuan tertentu. b. Persepsi (Perception) Merupakan hasil dari pemaknaan atau pandangan seseorang terhadap suatu kejadian yang dihadapinya berdasarkan pada informasi dan pengalamannya terhadap kejadian tersebut. 37 c. Pembentukan Sikap (Attitude Formation) Merupakan penilaian yang terdapat dalam diri seseorang, yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu hal. d. Integrasi (Integration) Merupakan gabungan antara sikap dan tindakan.Integrasi merupakan respon terhadap sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli suatu produk, sebaliknya perasaan tidak suka akan membuat seseorang untuk tidak membeli suatu produk 2.6.3 Proses pengambilan keputusan pembelian Menurut (Kotler dan Keller 2008) Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni: 1. Pengenalan Masalah (problem recognition). Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar atah rasa haus. Atau suatu kebutuhan dapat timbul karena seseorang yang melewati sebuah toko yang baru selesai dibakar dapat merangsang rasa laparnya. 38 2. Pencarian Informasi (information source). Seseorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Ada dua tingkatan yaitu keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Proses mencari informasi secara aktif dimana ia mencari bagan-bahan bacaan, untuk mempelajari yang lain. 3. Evaluasi Alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membut keputusan akhir tapi tidak ada proses evaluasi yang sederhan dan tunggal yang digunakan oleh konsumen. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen bersifat kognitif yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional . 4. Keputusan pembelian (purchase decision). Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merekmerek yang terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Namun ada dua faktor yany dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Tujuan pembeluan juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor 39 keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti : pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. 5. Perilaku pasca-pembelian (post-purchase evaluation). Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalamin beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar. 2.6.4 Peranan Konsumen Dalam Keputusan pembelian Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu: a. Pengambilan inisiatif (initiator) Individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri. b. Orang yang mempengaruhi (influencer) individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara sengaja maupun tidak sengaja. c. Pembuat keputusan (decider) 40 individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya. d. Pembeli (buyer) individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya. e. Pemakai (user) individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli. Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan dan mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program pemasaran yang sesuai dengan pembeli. 2.7 Pengaruh Variabel Independen Terhadap dependen 2.7.1 Pengaruh Brand Awareness terhadap keputusan pembelian Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang luas, ekstitensi yang sudah lama dalam industri, dll. Jika kualitas dan merek yang sama, kesadaran tentang merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. 41 Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam suatu ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merekmerek yang ada dalam ingatan konsumen adalah merek-merek yang disukai atau dibenci (Durianto, dkk 2004) 2.7.2 Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Mengenai hubungan antar brand image dengan keputusan pembelian konsumen, (Schiffman dan Kanuk, 2001:141) berpendapat bahwa : “In today highlycompetitive environment, a distractive product image is most important. As product become more complex and the market place more crowded, consumers realy more on the product’s image than on its actual attributes in making purchase decision. A positive brand”. Saat ini konsumen dihadapkan pada berbagai alternative pilihan dalam melakukan keputusan pembelian.Sehubungan dengan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan keputusan pembeliannya konsumen tidak hanya mengandalkan pada atrribute produk saja namun lebih kepada brand image yang dianggap positif. Image suatu brand yang terekam dalam memorinya secara sadar atau tidak akan memberikan petunjuk untuk membuat keputusan pembelian tersebut. Jika konsumen mempresepsikan suatu brand image yang lebih unggul dan akan memberikan nilai tambah 42 baginya, tentunya ia akan memilih produk dengan brand yang dianggapnya terbaik. 2.8 Penelitian Terdahulu 1. Penelitian ini berjudul “Pengaruh citra merek terhadap pengambilan keputusan pembelian motor kawasaki pada PT. Diana Indonesia di makasar”, yang diteliti oleh Tuti Budiarti (Universitas Hasanuddin 2012), Hasil dari penelitian ini adalah Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis regresi linear berganda, dengan menggunakan uji hipotesis yaitu uji F dan uji t. Dari penelitian ini dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa variabel citra merek yang terdiri dari atribut, kepribadian, dan manfaat secara bersama-sama (simultan-uji F) memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan pembelian.Berdasarkan uji t, hasil yang diperoleh bahwa semua variabel citra merek (brand image) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.Dari penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,592. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 59,2% Keputusan Pembelian konsumen terhadap pembelian motor Kawasaki dipengaruhi oleh variasi dari ketiga variabel independen, yaitu atribut, kepribadian, manfaat, 43 Sedangkam sisanya sebesar 40,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti. 2. Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Produk KFC PadaWarga Alam Indah Rt 001/07 Tangerang” yang diteliti oleh Windya Annastya (Universitas Bina Nusantara 2011). Hasil penelitian ini adalah Metode penelitianyang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif-penyebarankuesioner. Teknik pengambilan sampel adalah insidental sampling dengan jumlah respondensebanyak 63 orang. Dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakanbantuan program SPSS Version 19.0 for Windows.hasilnya menyatakan bahwa brand awareness memiliki hubungan/korelasiyang searah dan pengaruh terhadap keputusan pembelian. yang didapat dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa brand awarenessmemiliki hubungan yang sedang dan searah dengan keputsan pembelian. Lebih jauh lagi, hasilpenelitian ini menunjukan terdapat pengaruh antara kedua variable yang cukup kuat dengannilai korelasi 70,9%. 3. Penelitian ini berjudul “PengaruhBrand Awarenness, Brand Image, dan MediaCommunication terhadapKeputusanPembelian”, diteliti oleh Wulan Suciningtyas (Semarang State University 2012). Hasil dari penelitian ini adalah Populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli Yamaha Mio Sporty di Yamaha Agung Motor Brebes pada tahun 2010. 44 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling dan diperoleh sebanyak 97 konsumen. Hasil analisis regresi data menunjukkan persamaan +0,171X1+0,226X2+0,148X3. sebagai Brand berikut awareness, Y brand = image 5,455 dan mediacommunication berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty pada Yamaha Agung Motor Brebes. Simpulan penelitian ini adalah keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio Sporty mampu dijelaskan oleh variabel brand awareness, brand image dan media communication sebesar 55,3% dan sisanya yaitu sebesar 44,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 2.9 Kerangka Pemikiran Berikut ini merupakan kerangka pemikiran penelitian :