11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Management Kata

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Management
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kedua kata
itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja
to manage dengan kata benda management, sedangkan manajer untuk
orang
yang
melakukan
kegiatan
manajemen.
Bahasa
Perancis
(ménagement), yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan (Usman, 2006, p.36).
Selanjutnya, kata benda “manajemen” atau management dapat
mempunyai berbagai arti. Pertama, sebagai pengelolaan, pengendalian atau
penanganan (“managing”). Kedua, perlakuan secara terampil untuk
menangani sesuatu berupa skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua
pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu
perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerja sama dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Tiga pengertian itu mendukung kesepakatan
anggapan bahwa manajemen dapat dipandang sebagai ilmu dan seni.
Manajemen sebagai ilmu artinya manajemen memenuhi kriteria ilmu dan
metode keilmuan yang menekankan kepada konsep-konsep, teori, prinsip
dan teknik pengelolaan. Manajemen sebagai seni artinya kemampuan
pengelolaan sesuatu itu merupakan seni menciptakan (kreatif). Hal ini
merupakan ketrampilan dari seseorang. Dengan kata lain, penerapan ilmu
manajemen bersifat seni. Oleh karena itu, manajemen adalah sesuatu yang
sangat penting karena ia berkenaan dan berhubungan erat dengan
perwujudan atau pencapaian tujuan. Sedangkan manajer artinya orang
yang mengelola dan menangani suatu perusahaan, hotel, dan sebagainya.
Jadi, manajer (manager) bisa terdiri dari seorang atau beberapa orang,
misalnya berupa satu dewa.
Pengertian
manajemen
didefinisikan
dalam
berbagai
cara,
tergantung dari titik pandang, keyakinan serta pengertian dari pembuat
11
12
definisi. Saat ini, dengan mudah kita bisa menemukan berbagai definisi
atau pengertian manajemen dari para ahli atau pakar manajemen. Berikut
adalah kutipan beberapa pendapat tentang manajemen, diantaranya dari
Stoner dan Wankel yang menyebutkan bahwa manajemen adalah proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usahausaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
Sedangkan menurut Terry manajemen adalah proses tertentu yang terdiri
dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber
daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut (Richard L. Daft, 2003, p.5), management is the
attainment of organizational in an effective and efficient manner through
planning, organizing, leading, and controlling organizational resources”.
Yang mengandung pengertian bahwa manajemen adalah pencapaian
tujuan-tujuan organisasi dengan cara-cara yang efektif dan efisien melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan
dan
pengendalian/pengawasan sumber daya organisasi. Kemudian Hetty
Ismaniar memaparkan pengertian tersebut lebih jauh sebagai berikut;
planning
merupakan
fungsi
manajemen
yang
berkenaan
dengan
pendefinisian sasaran untuk kinerja organisasi di masa depan dan untuk
memutuskan tugas-tugas dan sumber daya – sumber daya yang digunakan
yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut. Organizing merupakan
fungsi manajemen yang berkenaan dengan penugasan mengelompokkan
tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan mengalokasikan sumber
daya ke departemen tersebut. Leading fungsi manajemen yang berkenaan
dengan bagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasaran organisasi. Controlling fungsi manajemen yang
berkenaan dengan pengawasan terhadap aktivitas karyawan menjaga
organisasi agar tetap berada pada jalur yang sesuai dengan sasaran dan
melakukan koreksi apabila diperlukan.
Dari berbagai pemaparan yang telah dituliskan sebelumnya, penulis
pun dapat menyimpulkan bahwa manajemen mempunyai empat peran
utama,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
kepemimpinan
serta
13
pengontrolan atau evaluasi sehingga seluruh elemen organisasi dapat
diatur secara maksimal dan tujuan organisasi pun tercapai.
2.2.1.
Marketing
Dalam bisnis dan manajemen, marketing merupakan salah satu area
yang selalu diperlukan dalam berbagai bentuk dan tipe organisasi.
Marketing dapat didefinisikan sebagai aktivitas bisnis yang meliputi
aktivitas identifikasi dan antisipasi secara tepat terhadap keinginan dan
kebutuhan orang, termasuk sekelompok orang yang sesuai dengan
kebutuhan ini. Selanjutnya, bisnis akan berkonsentrasi untuk memuaskan
kebutuhan tersebut dalam cara yang paling efisien dan paling
menguntungkan yang dapat dilakukan. Dalam arti lain, kebutuhan akan
barang dan jasa harus diantisipasi, diidentifikasi, diproduksi, dikemas,
dipromosikan, dan didistribusi kepada target konsumen dengan waktu
sesingkat mungkin, pada harga sekompetitif mungkin, dan pada cara
paling menguntungkan sebaik mungkin. Pada faktanya, marketing dimulai
darii tahapan ide produk dan tidak akan pernah selesai karena adanya
layanan purna jual yang merupakan ongoing process.
Berdasarkan Kotler dan Armstrong, pemasaran adalah sebuah
proses dimana perusahaan menciptakan suatu nilai untuk pelanggan dan
membangun hubungan pelanggan yang kuat untuk menghasilkan nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya. Dalam menciptakan nilai untuk pelanggan
dan membangun hubungan pelanggan, adapun proses pemasaran menurut
Kotler dan Gary Armstrong seperti berikut.
Gambar 2.1. Proses Pemasaran untuk Membangun Hubungan Pelanggan
(Sumber: Kotler & Armstrong, 2014)
14
2.2.2.
Marketing Management
Manajemen Pemasaran adalah sebuah seni dan bidang ilmu
(science) dalam memilih target pasar dan membangun hubungan yang
menguntungkan dengan target pasar tersebut. Manajemen pemasaran harus
memperhatikan
dua
aspek
penting,
yaitu
tipe
pelanggan
yang
bagaimanakah yang harus kita layani dan bagaimana kita harus melayani
pelanggan tersebut (Kotler & Armstrong, Principle of Marketing, 2014, p.
90). Asosiasi pemasaran di Amerika dalam (Kotler, Marketing
Management, 2002, p. 105) juga menyatakan bahwa manajemen
pemasaran adalah perencanaan dan eksekusi konsep penetapan harga,
promosi, distribusi barang, jasa, dan ide-ide untuk mendapatkan kepuasan
pelanggan.
2.2.3.
Market Segmentation
Segmentasi pasar adalah membagi pasar ke dalam bagian-bagian
kecil berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku tertentu yang
memungkinkan adanya pemisahan strategi marketing yang terpisah atau
kombinasi. Berdasarkan (Kotler & Armstrong, Principle of Marketing,
2014, p. 101), segmentasi pasar dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
1) Segmentasi Geografi, membagi pasar ke dalam unit geografi yang
terpisah misalnya berdasarkan negara, wilayah, kabupaten atau kota,
kecamatan, dan lain sebagainya.
2) Segmentasi Demografi, membagi pasar ke dalam grup-grup
berdasarkan variabel-variabel tertentu, misalnya umur, jenis kelamin,
jumlah keluarga, penghasilan, pekerjaan, ras, suku, bangsa, dan lain
sebagainya.
3) Segmentasi Psikografi, membagi pasar ke dalam beberapa grup
berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau bahkan ciri personal.
4) Segmentasi Tingkah Laku, membagi pasar ke dalam grup-grup
tertentu berdasarkan pengetahuan, perilaku, penggunaan, serta
tanggapan terhadap sebuah produk.
15
2.2.3.
Market Targeting
Target pasar adalah sekumpulan orang yang mempunyai kebutuhan
atau karakteristik yang sama di mana perusahaan memberikan keputusan
untuk melayaninya. Target pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Undifferentiated, yaitu target pemasaran dimana menyasar satu pasar
keseluruhan sebagai satu target pasar. Contohnya adalah mass
marketing yang mana memfokuskan pada kebutuhan secara umum
dibandingkan dengan pembedaan atau kebutuhan khusus.
2) Differentiated, yaitu menyasar beberapa segmen pasar yang berbeda
kemudian mendesain penawaran-penawaran yang berbeda setiap
segmennya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan penjualan dan
memperkuat posisi perusahaan. Namun tipe ini akan memakan biaya
yang lebih besar dibandingkan dengan undifferentiated marketing.
2.2.
Digital Marketing
Dalam bukunya, Dave Chaffey dan Fiona Ellis-Chadwick
menuliskan definisi digital marketing sebagai the application of the
internet and related digital technologies in conjunction with traditional
communications to achieve marketing objectives. Lebih jauh, mereka pun
memberikan penjelasan sederhana dengan menuliskan digital marketing as
achieving marketing objectives through applying digital technologies.
Dari definisi tersebut, dapat dilihat bahwa definisi digital
marketing adalah pemanfaatan internet dan berbagai macam teknologi
digital demi mencapai tujuan marketing. Hal ini juga mengingatkan bahwa
hasil digital marketing bukan dilihat dari adopsi teknologi belaka,
melainkan bagaimana pemasar menginvestasikan strategi pemasarannya
melalui media dan fasilitas dari teknologi digital. Teknologi-teknologi
digital yang dimaksud di sini dapat berupa komputer, telepon genggam,
tablet, maupun platform digital lainnya.
Dalam praktiknya, digital marketing juga meliputi pengelolaan
berbagai bentuk media perusahaan seperti website perusahaan, social
medias’ fans page perusahaan, search engine advertising, email
marketing, maupun affiliation marketing atau kerjasama dengan website
16
lainnya. Hal ini demi mendukung hubungan pelanggan melalui E-CRM,
yaitu penggunaan komunikasi teknologi digital untuk memaksimalkan
penjualan kepada pelanggan yang juga merupakan sebuah rangsangan
untuk kelanjutan penggunaan layanan via online melalui berbagai teknik
seperti database, pesan web yang terpersonalisasi, layanan pelanggan,
email, maupun pemasaran social media.
2.3.1.
Search Engine Marketing (SEM)
Tidak dapat terbantahkan, bahwa SEM merupakan channel digital
marketing yang paling penting untuk akuisisi pelanggan. Dengan terus
meningkatnya fasilitas dan kepopuleran internet, secara tidak sadar
masyarakat pun beralih kepada mesin pencari ketika mencari sebuah
produk barang, jasa, ataupun hiburan. Dan tanpa sadar kita pun juga
menggantungkan diri pada pencarian melalui mesin pencari ketika kita
menjadi familiar dengan merek-merek baru baik dari iklan offline, email,
ataupun media digital seperti display ads.
Dalam praktiknya ada tiga teknik dalam melakukan SEM, yaitu
melalui organic search (SEO), paid search (PPC), dan trusted feed
(termasuk paid for inclusion). Namun dalam penelitian ini penulis hanya
berfokus pada dua teknik utama SEM, yaitu SEO dan PPC.
2.3.1.1.
Organic Search
SEO (Search Engine Optimization) adalah usaha untuk mencapai
posisi atau ranking tertinggi dalam daftar hasil pencarian organik (alami,
tidak berbayar) yang ditampilkan di badan hasil pencarian atau disebut
SERP (Search Engine Result Page) ketika serangkaian kombinasi kata
kunci atau frase atau query dimasukkan oleh pengguna.
Hasil pencarian yang ditampilkan merupakan link-link yang
dipandang relevan oleh search engine robbot berdasarkan konten di
halaman serta faktor lainnya, misalnya link-link dalam halaman tersebut.
Posisi yang didapatkan dari SERP begitu penting karena dapat
menghasilkan lebih banyak pengunjung. Berdasarkan analisa dari
pengguna US AOL dalam penggunaan Google.com menunjukkan bahwa
proporsi jumlah pengunjung terbanyak dan potensi pengguna untuk
17
mengklik hasil pencarian paling tinggi adalah ketika hasil pencarian
ditampilkan di halaman pertama.
Gambar 2.2. Analisa Pengguna AOL US
(Sumber: E-Marketing Excellence, Dave Chaffey dan Paul Smith: 2008,
p.283)
2.3.1.1.1. Kelebihan Teknik SEO
Banyak web owner yang lebih menyukai teknik SEO dikarenakan
beberapa alasan sebagai berikut:
1) Significant traffic driver, yaitu dapat menarik sejumlah besar
pengunjung secara signifikan ke website perusahaan jika implentasi
SEO berjalan sukses.
2) Highly targeted, pengunjung yang mencari produk barang atau jasa
tertentu seringkali memiliki kecenderungan untuk membeli – mereka
adalah pengunjung yang terkualifikasi.
3) Potentially low cost visitors, tidak adanya biaya untuk menampilkan
media iklan dan biaya jika mengklik hasil pencarian, sehingga biaya
sendiri berasal dari proses optimisasi saat membayar agen atau
individu guna meningkatkan posisi di hasil pencarian.
4) Dynamic, robot dari mesin pencari akan crawling dan indexing laman
utama dari situs-situs yang populer setiap hari, sehingga setiap konten
yang baru dimasukkan relatif cepat muncul.
18
2.3.1.1.2. Kekurangan Teknik SEO
Namun, implementasi SEO juga tidak mudah. Ada pula kelemahan
teknik SEO diantaranya adalah:
1) Lack of predictability, dibandingkan dengan media lainnya, SEO
kurang dapat diandalkan dalam hal pengembalian investasi – karena
sulit untuk memprediksi hasil dari investasi dan juga karena kompetisi
yang tinggi diantara website lainnya.
2) Time for results to be implemented, hasil dari SEO bisa memakan
waktu berbulan-bulan untuk dapat dinikmati, apalagi untuk situs-situs
baru.
3) Complexity and dynamic nature, mesin pencari mempertimbangkan
ratusan faktor sebelum akhirnya menampilkan sebuah link situs dalam
hasil pencarian, oleh karena itu tidak ada hubungan langsung terkait
usaha marketing dan hasil pencarian. Terlebih, posisi pencarian dapat
berubah sejalan berubahnya faktor-faktor tertentu.
4) Ongoing
investment,
investasi
dibutuhkan
untuk
melanjutkan
pengembangan dalam hal konten-konten baru dan hasil dari link-link
terbaru.
5) Poor for developing awareness compare with other media channel,
sebelumnya pengguna sudah familiar dengan merek suatu barang atau
jasa tertentu yang akan ditemukannya. Akan tetapi di sini masih ada
peluang bagi merek yang belum terlalu terkenal untuk meningkatkan
kesadaran terhadap merek melalui klik.
2.3.1.2.
Paid Search
PPC atau pay-per-click merujuk situasi ketika perusahaan
membayar untuk sebuah teks iklan yang ditampilkan pada hasil pencarian
sebagai sponsored link ketika seorang pengguna memasukkan kata kunci
tertentu (terdiri dari frase kata). Sponsored link ini biasanya ditempatkan di
atas, sebalah kanan, atau di bawah hasil pencarian organik. Sebutan PPC
dikarenakan pemasar yang harus membayar sejumlah uang setiap kali link
iklan perusahaannya diklik oleh pengguna. Dan jika link tersebut diklik
secara berulang, perusahaan tidak perlu membayar berulang karena akan
dianggap sebagai click fraud.
19
2.3.1.2.1. Kelebihan PPC
Meskipun disebut-sebut sebagai teknik zero sum game, adapun
beberapa kelebihan berikut yang menggairahkan advertiser untuk tetap
menggunakan PPC. Diantaranya adalah berikut:
1) The advertiser is not paying for the ad to be displayed. Biaya hanya
akan dibebankan ketika iklan diklik dan pengunjung diarahkan pada
website perusahaan.
2) PPC advertising is highly targeted. Iklan yang relevan dengan link
hanya akan muncul ketika pengguna mengetikkan query tertentu (atau
iklan akan muncul pada jaringan konten dengan pertimbangan bahwa
konten yang sesuai), jadi pemborosan yang terjadi sangat minimal
dibandingkan media lainnya.
3) Good accountability. Dengan sistem pemantauan yang tepat, ROI dari
setiap kata kunci yang diiklankan dapat terukur.
4) Predictable. Traffic, ranking, dan hasil yang didapatkan cenderung
stabil dan terprediksi dibandingkan dengan SEO.
5) Technically simpler than SEO. Posisi didasarkan pada kombinasi
jumlah bid dan quality score. Sedangkan untuk SEO membutuhkan
waktu yang lama, kompleks secara teknis pada on page optimization,
restrukturasi situs, dan link building.
6) Remarketing. Google menawarkan retargeting melalui cookies yang
ditempatkan pada komputer pengguna untuk menampilkan iklan pada
jaringan konten setelah pengguna mengklik paid search sebagai
tindakan pengingat. Hal ini sangat efektif untuk meningkatkan
conversion rate yang mengarah pada peningkatan volume penjualan.
7) Speed. Daftar konten untuk iklan PPC akan sangat cepat ditampilkan,
biasanya beberapa hari (mengikuti review editor). Hasil SEO dapat
memakan waktu mingguan bahkan bulanan. Lebih jauh lagi, ketika
sebuah website diperbarui, ranking SEO juga akan menurun dan
mesin pencari perlu mengindeks kembali.
8) Branding. Pengujian telah menunjukkan bahwa ada pengaruh
branding pada PPC, bahkan jika pengguna tidak mengklik iklan yang
tampil. Sehingga hal ini dapat sangat berguna untuk menampilkan
produk atau sebagai kampanye utama.
20
2.3.1.2.2. Kelemahan Teknik PPC
Hal-hal seperti berikut inilah yang membuat beberapa web owner
sedikit enggan menggunakan PPC. Yaitu:
1) Competitive and expensive. Semenjak PPC semakin populer, beberapa
perusahaan akhirnya terlibat pada perang harga (bidding war) yang
akhirnya menjadikan level bid juga meningkat bahkan hingga level
yang tidak dapat diterima.
2) Inapropiate. Untuk perusahaan-perusahaan dengan anggaran rendah
dan terbatas, tentunya PPC bukan menjadi lahan yang tepat karena
mereka tidak mampu untuk berkompetisi.
3) Requires
specialist
knowledge.
PPC
membutuhkan
sebuah
pengetahuan tentang konfigurasi, opsi bidding, dan fasilitas pelaporan
dari jaringan iklan lainnya. Karyawan dalam perusahaan dapat dilatih,
tapi tentu mereka membutuhkan untuk terus memperhatikan
perubahan-perubahan yang terjadi pada layanan PPC.
4) Time consuming. Untuk mengelola akun PPC membutuhkan
pengecekan per hari bahkan per jam untuk terus mengawasi bidding
dan tetap kompetitif. Hal ini pun memakan cukup waktu; alat dan
praktik terbaik pun seringkali berubah sehingga proses pembaruan dan
tetap up to date pun sangat tidak mudah.
5) Irrelevant. Sponsored listing hanya merupakan bagian dari search
engine marketing mix. Beberapa pengguna tidak menglik karena
mereka tidak percaya pada pemasang iklan, meskipun mereka juga
terlibat dalam aktivitas atau dunia pemasaran.
2.2.2.
Pemasaran Digital dalam Konteks B2B
Lahan B2B dan B2C merupakan gudang penghasil transaksi bisnis
secara online. Akan tetapi, B2B membuat nominal transaksi online yang
jauh lebih besar dibandingkan platform B2C. Contohnya GE (General
Electric) yang membuat keputusan pengadaan barang secara online. Pada
tahun pertama sesaat keputusan diimplementasikan, GE berhasil mencatat
nominal transaksi senilai 1 milliar dollar, diikuti transaksi senilai 3 milliar
dollar pada tahun kedua, dan diperkirakan akan terus meningkat (data dari
tahun 2000an).
21
Menyadari hal itu, maka platform-platform yang mengakomodasi
untuk menjadi marketplace transaksi B2B pun terus bermunculan. Di
Indonesia, sebut saja indonetwork, indotrading, kikayu, bahkan Bhinneka
yang tidak hanya mengarah pada B2B, namun kini mulai merambah pada
pangsa pasar B2G.
2.2.3.
Model E-Marketplace
Merupakan hal yang vital bagi pemasar untuk memahami posisi
mereka dalam online marketplace. Karena ini merupakan ‘click ecosystem’
di mana alur pengunjung dengan mesin pencari, situs media, perantara
lainnya, kompetitor dan bisnis perusahaan saling berinteraksi dan
berhubungan. Pelanggan dan pelanggan potensial pada online marketplace
perusahaan akan secara alami melakukan pencarian melalui mesin pencari
untuk menemukan produk barang dan jasa, serta berbagai hiburan dari
berbagai merek yang ada. Mesin pencari berperan sebagai sistem distribusi
yang menghubungkan pencari kepada situs-situs yang berbeda dengan
penggunaan query yang berbeda. Perusahaan membutuhkan analisa
penggunaan query umum yang digunakan untuk mencari produk atau jasa,
atau query yang lebih spesifik yang berhubungan dengan nama merek dan
kompetitor mereka.
Analisa online marketplace merupakan teknik fundamental untuk
mengembangkan strategi pemasaran online organisasi. Hal ini juga
berguna untuk tahap awal dalam perencanaan kampanye pemasaran online
untuk mengindikasi tipe situs apakah yang sesuai untuk promosi dan tipe
query pencarian yang bagaimanakah yang dibutuhkan untuk digunakan
dalam iklan PPC.
Untuk membantu merangkum hubungan dan alur traffic dalam
marketplace online, Dave Chafey dan Paul Smith dalam buku emarketing
Excellence juga memberikan peta e-marketplace yang menunjukkan
kepentingan relative berbagai perantara online yang berbeda dalam
marketplace dan alur klik antara pelanggan, situs perusahaan , dan pesaing
via perantara dengan segmentasi yang berbeda. Peta ini juga diharapkan
dapat
memberikan
celah
untuk
menghasilkan traffic pencarian.
mengetahui
situs
apakah
yang
22
Gambar 2.3. Peta E-Marketplace Menunjukkan Alur dari Berbagai
Audiens via Perantara dalam Mesin Pencari dan Situs-situs Tujuan Akhir
Sumber: (Chaffey & Smith, 2008, p.99)
2.3.
Information Searching Behavior
Pembelajaran
tentang
users’
information
behaviours
dan
bagaimana user berinteraksi dengan web search adalah suatu topik yang
menarik. Dalam penelitian (Kinley, 2013, p.7) tentang model perilaku
pencarian berdasarkan aspek gaya kognitif, Kinley pun mengungkapkan
sederetan studi yang telah dilakukan dengan berbagai model seperti Web
Searching Tools (e.g., Drigas & Vrettaros, 2006), Web Searching Behavior
(e.g., Jansen, Spink, & Taksa, 2008; Spink & Zimmer, 2008), kemudian
Information Retrieval Interaction (e.g., Ingwesen, 1996; Saracevic, 1997),
dan juga Cognitive Style Theories in General (Pask, 1976; Riding &
Cheema, 1991; Witkin et al., 1977).
Gambar 3 menunjukkan koneksi antara berbagai komponen dari
literature yang diambil dan saling terkait. Pembelajaran tentang
information behavior memberikan sebuah latar belakang dan pemahaman
yang lebih baik tentang Information Retrieval (IR) interaktif, yang
kemudian berubah menjadi aksi untuk mendorong user-web search
interaction. Dalam model ini, Kinley menunjukkan bahwa web searching
dan user modelling sebaiknya mendukung dan memperhatikan gaya
kognitif web user dalam rangka untuk mengenali target pasar dan
bagaimana menarik mereka ke dalam website perusahaan.
23
Gambar 2.4. Proses Review Literatur dan Koneksi antara Berbagai
Komponen
(Sumber: Kinley Kinley, 2013, p. 10)
Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah untuk mempelajari
hubungan antara user cognitive styles dan web search behavior mereka.
Dengan begitu, diharapkan dapat menjawab pertanyaan atas kasus
ketidakseimbangan traffic sebuah portal e-commerce terhadap konversi
yang didapatkan dengan pembelajaran perilaku dan waktu pencarian yang
dilakukan dengan juga memperhatikan aspek kognitif pengguna dalam
formulasi query serta waktu pencarian.
2.3.1.
Perilaku Informasi (Information Behavior)
Dengan
pesatnya
pertumbuhan
informasi
pada
website,
pembelajaran tentang information behavior (IB) telah meningkatkan minat
penelitian. Seperti diilustrasikan dalam gambar 3, pembelajaran tentang IB
memberikan latar belakang informasi pada interaksi antara pengguna dan
website. Information behavior merujuk pada bagaimana manusia mencari,
mengolah, dan menggunakan informasi, dan menyertakan “aktivitas yang
berhubungan dengan penggunaan infromasi, misalnya perilaku pencarian
informasi dan IR interaktif)” (Ingwesen & Jarvelin, 2005, p.21).
24
Wilson mendefinisikan information behavior sebagai “the totality
of human behavior in relation to sources and channels of information,
including both active and passive information seeking and information
use” (Kinley, 2013.p.8).
Artinya, totalitas perilaku manusia terkait
berbagai sumber dan media informasi, termasuk pencarian informasi baik
aktif maupun pasif serta bagaimana penggunaan informasi tersebut.
Pencarian informasi secara aktif merujuk pada komunikasi tatap muka dan
pencarian informasi online secara aktif. Sedangkan pencarian informasi
secara pasif merujuk pada penerimaan informasi yang didapatkan melalui
berbagai media informal, seperti dari melihat televisi, tanpa adanya niatan
untuk bertindak pada informasi yang diterima. IB dapat dikategorikan
secara luas dalam tiga kelompok: information seeking, information
searching, dan interactive information retrieval, yang mana akan
didefinisikan sebagai berikut.
2.3.1.1.
Information Seeking Behavior
Information seeking dapat didefinisikan sebagai “pencarian
informasi secara sengaja” yang merupakan sebuah interaksi individu
terhadap “sistem informasi manual” (misalnya koran atau majalah) atau
dengan sebuah “sistem berbasis komputer” (seperti misalnya internet)
dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan. (Wilson, 2000, p.1 dalam
Kinley 2013, p.11)
Secara tradisional, pencarian informasi dapat dihubungkan dengan
metode pencarian informasi melalui perpustakaan. Akan tetapi, dalam
masa modern ini media informal seperti percakapan tatap muka dengan
orang lain, serta menonton televisi menjadi hal yang disukai pengguna
(Spink & Cole, 2006 dalam Kinely, 2013, p.11). Beberapa peneliti
menggunakan
istilah
‘information
seeking’
menyamakan
dengan
‘information searching’ atau ‘information retrieval’.
2.3.1.2.
Information Searching Behavior
Information seeking behavior adalah tindakan yang berkenaan
dengan pengguna informasi dalam berinteraksi dengan sistem IR (Wilson,
2000 dalam Kinley, 2013, p.11). Interaksi-interaksi ini dapat berupa level
25
interaksi antara manusia dan komputer, seperti pengetikan atau level
kogniktif intelektual yang melibatkan tindakan mental seperti penggunaan
strategi pencarian Boolean atau penggunaan informasi terkait.
Wilson (1999) mengajukan sebuah model yang bersarang pada
perilaku informasi, diilustrasikan pada gambar 4. Dia melaporkan bahwa
berbagai macam model dalam perilaku pencarian dapat terlihat sebagai
bidang-bidang yang bersarang dengan berbagai metode yang digunakan
untuk mengakses berbagai sumber. Dia mendeskripsikan perilaku
pencarian informasi sebagai bagian dari perilaku informasi (lihat gambar
2.6).
Gambar 2.5. Model Sarang rancangan Wilson - dari Information
Behavior s.d. Information Searching,
(Sumber: Kinley, 2013, p.12)
2.3.1.3.
Interactive Information Retrieval
Information Retrieval (IR) adalah sebuah proses menemukan dan
mendapatkan materi yang memuaskan kebutuhan informasi. Hal ini
biasanya diawali dengan penyajian serangkaian query pada proses sistem
informasi. Sistem IR dimulai sebagai processing system pada 1950 dan
1960 (Saracevic, 1997). Dengan penggabungan teknologi informasi,
sistem IR menjadi interaktif pada 1970. IR interaktif dipandang sebagai
“proses komunikasi interaktif” yang terjadi antara pengguna akhir dan
sistem IR yang melakukan pengumpulan informasi dari sumber-sumber
pengetahuan yang terorgansisasi, seperti internet (Ingwesen, 1992, p.228).
26
Cara pengguna mencari dan menggunakan informasi dikaitkan
dengan penerapan adanya kesadaran dan pengaruh situasi (Saracevic,
1996) dan meta-cognition (Gorrell et al., 2009). IR interaktif melibatkan
berbagai pergeseran nalar manusia pada tahap perilaku informasi yang
berbeda. Dalam sebuah pembelajaran yang mengevaluasi interaksi
pengguna dengan web search engine, Spink (2002) menemukan bahwa
semua pengguna mengalami beberapa level pergeseran atau perubahan
pada pencarian informasi dan pengetahuan personal mereka karena
interaksi-interaksi pada web search engine.
2.3.2.
Perilaku Pencarian via Website
Web search behavior merujuk pada pencarian informasi pada
website yang menuntut pengguna untuk berinteraksi dengan web search
engine guna mencari informasi yang dibutuhkan. Banyak pembelajaran
telah memperagakan aspek-aspek pencarian web dan lebih banyak lagi
peneliti yang mengeksplorasinya.
Perilaku pencarian website oleh pengguna tergantung pada strategi
pencarian informasi, navigasi website, dan formulasi query. Dengan kata
lain, perilaku pencarian website dapat dinyatakan dalam istilah strategi
pencarian informasi. Sesi selanjutnya akan mendeskripsikan pembelajaranpembelajaran perihal komponen dalam perilaku pencarian website.
2.3.2.1.
Search Strategies
Strategi pencarian website merujuk pada bagaimana pengguna
mendekatkan diri mereka ke dalam pencarian informasi. Berbagai peneliti
dan penulis yang berbeda melihat strategi pencarian dalam pandangan
yang berbeda dan mengklasifikasikannya pada tipe-tipe yang berbeda.
Navarro-Prieto,
Scaife
dan
Roger
(1999)
secara
luas
mengklasifikasikan strategi pencarian pengguna ke dalam tiga tipe: topdown, bottom-up, dan mixed. Top-down strategy terjadi ketika pengguna
mencari pada wilayah umum dan kemudian mengerucutkan pencarian
mereka pada link-link yang tersedia sampai mereka menemukan informasi
yang dicari. Berbeda halnya dengan bottom-up strategy dimana pengguna
mencari kata kunci spesifik menggunakan mesin pencari dan kemudian
27
menggiring hasil pencarian ke bawah sampai mereka menemukan
informasi yang dibutuhkan. Pada mixed search strategy, pengguna
menggunakan baik strategi pencarian top-down maupun bottom-up.
Navarro-Prieto, et al. (1999) meneliti strategi pencarian ketika
pengguna melakukan pencarian via website. Empat tugas pencarian
diberikan kepada pelajar dengan tingkat pengalaman pencarian yang
berbeda, dinamakan: dispersed structure specific fac-findings (contohnya
mencari
kriteria
diagnose
sebuah
penyakit);
dispersed
structure
exploratory (contohnya mencari semua pekerjaan yang tersedia untuk
sebuah profesi); category structure specific fact-finding (contohnya
mencari arti kata); dan category structure exploratory (contohnya mencari
semua informasi tentang hadiah nobel 1997 sebagai literatur). Studi itu
menemukan bahwa dispersed structure specific fact-finding task,
pengguna yang berpengalaman akan mengikuti mixed strategy pada tahap
awal eksperimen dan kemudian secara perlahan mengadopsi bottom-up
approach. Untuk dispersed structure exploratory task, pengguna yang
berpengalaman menggunakan top-down strategy. Di lain pihak, pengguna
kurang berpengalaman akan mengadopsi top-down search strategy pada
awalnya dan kemudian menggunakan top-down strategy pada akhir
penyelesaian dispersed structure task. Sedangkan pada category structure
task, mereka akan memulai pencarian dengan bottom up kemudian
berubah ke top-down.
Studi diatas mengindikasi bahwa pengguna mengadopsi pola yang
berbeda dalam melakukan strategi dan pendekatan pencarian via website
untuk mencari sebuah informasi. Studi ini akan sangat berguna untuk
mengetahui berbagai macam strategi pencarian pengguna. Akan tetapi,
masih perlu penyesuaian mengingat subyek adalah pelajar sedangkan
penelitian ini adalah target konsumen pemegang posisi pengadaan barang
pada sebuah organisasi atau perusahaan.
2.3.1.2.
User Navigational Styles
Gaya navigasi website merujuk pada perilaku surfing dimana
pengguna mengakses konten web diikuti oleh serangkaian link-link atau
halaman-halaman tertentu. Pembelajaran mengenai bagaimana pengguna
28
menavigasi website adalah topik terbaru. Saat ini, kebanyakan mesin
pencari menyediakan berbagai perangkat navigasi yang mengizinkan
pengguna untuk menyusun strategi navigasi mereka dengan berbagai
pendekatan. Misalnya, Google menyediakan bermacam-macam fitur dan
perangkat pencarian, seperti peta, gambar, dan video dimana pengguna
dapat menggunakan fasilitas ini untuk mencari informasi. Pembelajaran
lainnya telah melaporkan bahwa pengguna hilang arah ataupun
kebingungan ketika bernavigasi pada website. Chen dan Macredie (2002)
melaporkan pengguna memberikan komentar seperti “disorientation
problem”, “lost in hyperscpace”, dan “mismatching” ketika bernavigasi
pada website. Mereka juga melaporkan bahwa preferensi pengguna
mempunyai dampak signifikan pada navigasi mereka (hal ini memberikan
motivasi untuk menginvestigasi lebih lanjut untuk mengetahui perilaku
pencarian mereka).
Serangkaian studi memperagakan perilaku navigasi pengguna
dalam rangka untuk memberikan dukungan navigasi yang adaptif pada
aplikasi website (Herder dan Van Dijk, 2004; Leung et al., 2000). Menurut
Herder dan Juvina (2004), model navigasi pengguna yang dinamis
meliputi:
1)
Syntatic information (misalnya, link-link mana yang akan diikuti?
Berapa
lama
pengguna
menghabiskan
waktu
pada
setiap
halaman?);
2)
Semantic information (misalnya apa artinya informasi yang pengguna
temui selama bernavigasi?);
3)
Pragmatic information (misalnya apa tujuan penggunaan informasi
yang dicari? Apa tugas pengguna?)
Kim (2008b) menginvestigasi bagaimana respon emotional dan
afektif pengguna dan tugas pencarian mempengaruhi navigasi pencarian
website. Penemuan dalam studi yang dilakukan Kim mengindikasi bahwa
pengguna cenderung lebih banyak menggunakan fasilitas navigasi pada
tugas-tugas umum yang menuntut mereka untuk mencari sedikit informasi
pada topik yang luas daripada tugas khusus yang menuntut pengalokasian
suatu informasi yang diketahui ada pada website.
29
2.3.1.2.1. Types of Navigational Styles
Beberapa peneliti ketika menginvestigasi gaya navigasi pengguna
menggunakan sederetan faktor-faktor atau karakteristik untuk mengukur
navigasi pengguna. Halaman yang dikunjungi dan link yang diklik adalah
hal yang paling umum untuk diukur dalam navigasi website. Hender dan
Juvina (2004) menginvestigasi pola navigasi website dengan menangkap
berbagai aspek halaman yang dikunjungi kembali. Mereka mengajukan
dua tipe gaya navigasi; flimsy dan laborious. Flimsy navigation style
dikaitkan dengan sedikitnya jumlah halaman yang dikunjungi, banyaknya
pengguna kembali pada halaman yang sebelumnya dikunjungi, rendahnya
siklus perputaran (selisih antara jumlah link yang diikuti dan jumlah
halaman yang dikunjungi), tingginya tingkat mengunjungi sebuah laman,
dan tingginya frekuensi penggunaan tombol kembali. Sedangkan laborious
navigation style dihubungkan dengan seberapa banyak link-link yang
diikuti per halaman, tingginya tingkat revisitasi halaman, tingginya siklus
perputaran, tingginya tingkat pengembalian (rata-rata jumlah sebuah
halaman dikunjungi), tingginya frekuensi penggunaan tombol kembali,
dan tingginya jumlah halaman yang dikunjungi. Pengguna yang
menavigasi gaya flimsy tidak dapat membangun kembali jalur navigasi
mereka sehingga seringkali terjebak. Sebaliknya, pengguna yang
menggunakan gaya navigasi laborious terlihat mempraktikan strategi trial
dan error. Mereka mengikuti link-link untuk mengetes kegunaannya.
Pembelajaran-pembelajaran yang disebutkan di atas memberikan
motivasi untuk pembelajaran ini. Akan tetapi, terlihat ada kekurangan
penyebutan spesifikasi untuk target konsumen B2B marketplace dan
perilakunya
selama
melakukan
navigasi
web.
Penelitian
ini
menginvestigasi bagaimana konversi rate sebuah portal e-commerce tidak
sebanding dengan traffic yang didapatkan dengan mempelajari perilaku
pencarian pengguna dan waktu pencarian yang dilakukan pengguna yang
mana gaya navigasi pengguna adalah salah satu komponen berarti untuk
mempelajari perilaku pencarian pengguna.
30
2.3.1.3.
Query Reformulations
Perumusan query, dapat dipetimbangkan sebagai salah satu
komponen dalam perilaku pencarian pengguna, yang didefinisikan sebagai
sebuah proses mengubah sebuah query yang diberikan dalam rangka untuk
meningkatkan kinerja pencarian atau penerimaan hasil. Pengguna secara
konstan merumuskan query mereka ketika mencari informasi pada
website. Pengguna juga memunculkan lebih banyak perumusan query
dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Pola perumusan query pengguna
membentuk sebuah komponen dominan dala perilaku pencarian dalam
basis bahwa hal tersebut menunjukkan aktivitas dan ketrampilan pencarian
pengguna.
Menginvestigasi perumusan query pengguna dapat memberikan
informasi berharga tentang interaksi antara pengguna dan mesin pencari.
Pengguna memasukkan query pada mesin pencari untuk melakukan
pencarian
pertama
mereka,
perubahan
sering
dilakukan
untuk
meningkatkan hasil pencarian mereka. Tergantung pada umpan balik dari
sistem dan hasil pencarian yang ditampilkan, pengguna mempraktikan
pengetahuan serta pengalaman untuk merumuskan query mereka sampai
informasi yang diperlukan didapatkan.
Sutcliffe dan Ennis (1998) mengajukan sebuah model proses
aktivitas dan sumber pengetahuan pencarian informasi dimana perumusan
query dan reformulasinya diidentifikasi sebagai bagian dari komponen inti
model tersebut. Mereka berpendapat bahwa perumusan query adalah
aktivitas utama yang dilakukan dalam proses pencarian. Mereka
menemukan bahwa kompleksitas perumusan query tergantung pada
kompeksitas sistem IR dan ketrampilan pengguna dalam menghasilkan
query. Query yang kompleks dapat dibentuk ketika pengguna ahli dalam
query language, seperti misalnya Boolean dan SQL, dimana informasi
dibutuhkan ditransformasikan kedalam katakunci-katakunci khusus dan
query syntax, yang mana digunakan oleh sistem IR.
Huang dan Efthimiadis (2009) menganalisa perumusan query pada
AOL query log. Mereka melaporkan bahwa perbedaan strategi perumusan
query mempunyai karakteristik berbeda dan menemukan modifikasi
tertentu pada query, misalnya menambahkan atau menghilangkan kata-
31
kata, subtitusi kata, dan koreksi pengejaan yang paling efektif. Mereka
melaporkan bahwa pengguna melakukan perumusan query karena
ketidakpuasan pada hasil sebelumnya.
Dalam
sebuah
studi
analisa
log
pada
4056,374
catatan
Dogpile.com, Jansen, et al. (2009a, 2009b) melaporkan bahwa 22.73%
query pencarian adalah perumusan query dimana pencari memodifikasi
query sebelumnya. Mereka juga melaporkan bahwa pencari emindahkan
query mereka pada sesi pertama ke perumusan di tengah sesi taua porsi
setelahnya.
Hal ini penting untuk pemahaman klasifikasi perumusan query
untuk menunjukkan pembelajaran ini karena perilaku pencarian pengguna
akan diamati melalui perumusan query mereka, dengan komponen atau
faktor lainnya. Beberapa peneliti mengklasifikasikan perumusan query
menggunakan
pendekatan
yang
berbeda.
Sesi
selanjutnya
akan
mempresentasikan klasifikasi perumusan query yang diadopsi dari peneliti
sebelumnya.
2.3.1.3.1 Query Reformulation Classifications
Berbagai peneliti cenderung mengkasifikasikan perumusan query
secara berbeda. Tabel 2-1 mengilustrasikan dan merangkum taksonomi
klasifikasi perumusan query yang diadopsi dari berbagai penulis, dengan
beberapa
contoh
dan
laporan
singkat.
Rieh
dan
Xief
(2006)
mengkarakterisasikan perumusan query dengan memberikan tiga fase:
konten, format, dan sumber.
Modifikasi konten merujuk pada perumpamaan-perumpamaan
dimana pengguna membuat perubahan yang berarti pada query. Modifikasi
format meliputi kasus dimana pengguna membuat perubahan tanpa
mengubah arti query, maksudnya dengan menggunakan operator.
Modifikasi sumber merujuk pada contoh-contoh dimana pengguna
dengan sengaja membuat perubahan pada tipe sumber informasi (misalnya
news, gambar, file musik, dsb). Dalam analisa 313 sesi pencarian,
modifikasi konten menempati 80.3% dari perumusan query, sedangkan
14.4% perumusan query pada modifikasi format, dan 2.8% modifikasi
pada sumber yang terkait.
32
Peneliti terakhir telah menggunakan metode deteksi otomatis untuk
mengklasifikasikan query ke dalam beberapa taksonomi kelas perumusan.
Jansen, et al. (2009a, 2009b) mengklasifikasikan perumusan query ke
dalam enam grup ketika menginvestigasi log pencarian Dogpile.com:
1)
New: query adalah query pertama dari identifikasi pengguna-cookies
khusus, atau query pada topik baru dari peneliti ini.
2)
Assistance: query yang dihasilkan olek seleksi pencari dari fitur “apa
yang Anda cari?”.
3)
Content change: pengguna mengeksekusi sebuah query pada koleksi
konten lainnya. Koleksi konten yang tersedia pada web, gambar,
audio, news, dan video.
4)
Generalization: query yang ada pada topik yang sama dengan query
sebelumnya, namun pencari mencari lebih kepada informasi yang
umum saat ini.
5)
Reformulation: query yang ada pada topik yang sama dengan query
sebelumnya, keduanya mengandung istilah-istilah yang umum.
6)
Specialization: query yang ada pada topik yang sama dengan query
sebelumnya, namun pencari saat ini mencari informasi yang lebih
spesifik. Jansen, et al. memutuskan perumusan query untuk lebih
dispesialisasi jika query mengandung istilah yang lebih banyak
dibandingkan query sebelumnya dari pengguna tertentu (2009b, p.
1362).
Mereka melaporkan bahwa 63% dari total query yang dikumpulkan
sesuai dengan inisiasi pencarian baru pengguna. Maka, perumusan New
mendominasi diantara berbagai tipe dari modifikasi query.
2.4.
Web Analytics
Menurut Web Analytics Association, web analytics (WA) adalah
praktik untuk mengukur, mengumpulkan, menganalisa, dan melaporkan
data internet untuk tujuan pemahaman bagaimana website digunakan oleh
audiensnya dan bagaimana untuk mengoptimalisasi penggunaannya. WA
merupakan studi tentang pola pengunjung, navigasi, dan traffic untuk
menentukan kesuksesan pencapaian tujuan sebuah web, dalam hal ini
berarti WA tidak hanya fokus pada jumlah traffic, tapi juga fokus pada
33
perbandingan mandalam pada data pengunjung yang tersedia, referral
data, dan pola navigasi situs yang menunjukkan sumber dari kedatangan
traffic yang didapatkan pada periode waktu tertentu.
2.5.1
Google Analytics
Google Analytics adalah sebuah layanan analisa web premium
yang ditawarkan oleh Google yang dapat mengidentifkasi dan melaporkan
traffic sebuah website. Google meluncurkan layanan ini pada November
2005 setelah mengakuisisi Urchin. Saat ini, layanan Google Analytics
banyak digunakan di internet dan sangat berguna untuk menganalisa data
pengunjung, utamanya untuk kepentingan pemasaran. Dalam mempelajari
perilaku pengunjung website, Google Analytics membandingkan perilaku
pengguna dari berbagai sumber seperti server log, data pengunjung, data
mesin pencari, dan data konversi berbagai media yang kemudian sangat
berguna untuk meningkatkan performa website baik dari segi konten
maupun desain (Plaza, 2010). Dalam menu kiri di Google Analytics,
terdapat berbagai macam pilihan untuk menganalisa perilaku pengguna
seperti ditunjukkan oleh gambar 2.5.1 di samping. Dalam studi ini, peneliti
akan membahas dari pilihan menu audience, acquisition, behavior, dan
conversions.
2.5.1.1.
Audience
Audience report akan memberikan wawasan mengenai karakteristik
dari audiens website perusahaan. Laporan ini menyajikan data tentang
active users, lifetime value, cohort analysis, demographic, interest, geo,
behavior, technology, mobile, custom, benchmarking, dan user flow.
Namun di sini aspek yang akan dibahas adalah aspek active users,
demographic and interest, dan behavior.
a) Active Users
Menunjukkan pengguna aktif dari website atau aplikasi website
perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan metrik pengguna
dengan klasifikasi di bawah ini:
1) 1-Day Active Users
34
Jumlah unique users yang mengawali sesi pada website atau
aplikasi website perusahaan pada 30 Januari (hari terakhir range
data perusahaan).
2) 7-Day Active Users
Jumlah unique users yang mengawali sesi pada website atau
aplikasi website perusahaan pada 24 – 30 Januari (7 hari terakhir
range data perusahaan).
3) 14-Day Active Users
Jumlah unique users yang mengawali sesi pada website atau
aplikasi website perusahaan pada 17 – 30 Januari (14 hari terakhir
range data perusahaan).
4) 30-Day Active Users
Jumlah unique users yang mengawali sesi pada website atau
aplikasi website perusahaan pada 1 – 30 Januari (30 hari terakhir
range data perusahaan).
Jika 1-Day Active Users diplot secara default, metrik
tambahan ditampilkan dalam Scorecard grafik di bawah ini.
Gambar 2.6. Line chart dari 1-Day Active Users
Sumber: (Google, 2015)
35
Untuk menambah metric, dapat dilakukan dengan memilih
pilihan metrik lainnya pada opsi gambar di bawah ini.
Gambar 2.7. Opsi untuk Menambah Metrik pada Chart
Sumber: (Google, 2015)
Setelah menambahkan metrik dari opsi yang tersedia, maka
chart yang ditampilkan pun juga akan berubah sejalan dengan
permintaan metrik seperti ditunjukkan oleh gambar berikut.
Gambar 2.8. Line chart dari 1-Day dan 7-Day Active Users
Sumber: (Google, 2015)
Seperti pada bisnis lainnya, perusahaan tentunya ingin
melacak tingkat kepentingan pengguna. Apakah angka yang
36
ditampilkan telah sesuai ekspektasi atau justru di bawah ekspektasi.
Jika belum sesuai, grafik tersebut dapat memberikan informasi
untuk evaluasi usaha pemasaran yang dilakukan perusahaan untuk
melihat kesesuaian targeting dan apakah telah memenangkan lelang
pada bidding PPC. Perusahaanjuga dapat mencari setiap berita
negatif atau konten sosial yang dapat mempengaruhi traffic.
Bahkan jika semua pemasaran dan buzz sosial menunjukkan hal
positif, perusahaan dapat mulai mengidentifikasi rintangan teknis
bagi pengguna dari situs atau desain aplikasi.
Dalam kasus di mana perusahaan memiliki banyak 1-Day
Active Users tapi mengalami penurunan angka untuk pengguna
jangka panjang, hal ini dapat mengindikasikan permasalahan
dengan rilis baru, atau yang antusiasme awal tidak menerjemahkan
ke dalam keterlibatan jangka panjang. Misalnya, banyak pengguna
dapat mendownload sebuah aplikasi tetapi menemukan bahwa itu
tidak benar-benar memenuhi kebutuhan mereka memiliki atau
bahwa itu tidak menangkap minat mereka.
b)
Demographics and Interest
Analisa pada sub ini dapat memberikan manfaat untuk
mengidentifikasi dan mentargetkan high-value users berdasarkan
demografi dan minat pengguna. Pemahaman pada komposisi jenis
kelamin, umur, dan minat audiens akan memberikan pemahaman
pada tipe konten kreatif apa yang sebaiknya dikembangkan, media
apakah yang baiknya digunakan, dan tipe audiens mana yang
membutuhkan
pengembangan
pada
aspek
marketing
dan
remarketing campaign.
Pada sub usia, Google Analytics mengidentifikasi pengguna
dalam enam kategori: 18-24, 25-34, 35-44, 45-54, 55-64, dan 65+.
Sedangkan jenis kelamin diidentifikasi dari segi laki-laki atau
perempuan.
Untuk
interest,
terdapat
affinity
categories
(memberikan informasi untuk memperluas iklan ke pasar terkait),
in-market segment (berfokus kepada pengguna yang berpotensi
mengkonsumsi produk perusahaan), dan kategori lainnya.
37
Gambar 2.9. Gambaran Grafik Demografi Berdasarkan Persentase
Umur dan Jenis Kelamin
Sumber: (Google, 2015)
Dari informasi tersebut, maka dapat diketahui sumber
terbesar pengguna produk perusahaan. Jika identifikasi dilanjutkan
pada sumber terbesar, yakni audiens dengan jenis kelamin laki-laki,
maka akan dapat didapatkan gambaran data seperti ditunjukkan
gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.10 Data Audiens Laki-laki Berdasarkan Usia
Sumber (Google, 2015)
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sesi baru (lihat
kolom kedua) konstan pada setiap rentang kategori usia. Jika
identifikasi diteruskan, maka perusahaan pun dapat mendapatkan
informasi mengenai topik atau minat terpopuler dari setiap kategori
38
usia. Pada gambar 2.5.1.1.b3 ini menunjukkan topik atau minat
terpopuler untuk rentang usia 18-24 dan 25-34 tahun.
Gambar 2.11. Identifikasi Audiens dari Kategori Laki-laki
Berdasarkan Usia dan Minat
Sumber: (Google, 2015)
Setelah mendapatkan informasi tersebut, maka langkah
selanjutnya adalah penggunaan informasi untuk optimalisasi pada
pengguna yang potensial dan eliminasi alokasi anggaran PPC untuk
pengguna-pengguna yang kurang potensial dengan kembali melihat
pada laporan pengguna berdasarkan usia maupun jenis kelamin
berikut.
Gambar 2.12. Laporan Audiens Berdasarkan Usia
Sumber: (Google, 2015)
39
Dari contoh tampilan laporan di atas, dapat diketahui bahwa
mayoritas pengguna berasal dari kategori usia 25-34 dan 18-24.
Namun sumber pendapatan utama terbesar didapatkan dari kategori
usia 25-34 tahun.
Gambar 2.13. Laporan Audiens Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: (Google, 2015)
Dari segi usia, dapat diketahui selisih pada sesi baru
pengguna tidak terlalu mencolok diantara kedua jenis kelamin.
Akan tetapi, pada sumber pemasukan perusahaan pengguna lakilaki memberikan dominansi yang jauh lebih besar dibandingkan
pengguna perempuan (58:1).
Gambar 2.14. Laporan Audiens Berdasarkan Minat
Sumber: (Google, 2015)
Selanjutnya,
setelah
mengetahui
sumber
penghasilan
perusahaan dari target usia dan jenis kelamin, maka tidak ada
salahnya juga melihat dari segi minat audiens. Di sini dapat
diketahui
mana
kategori-kategori
minat
yang
memberikan
penghasilan terbesar pada perusahaan. Sehingga, jika audiens dari
40
segi usia, jenis kelamin, dan minat yang tidak berpotensi menjadi
sumber penghasilan dapat dihilangkan/eliminasi atau dikurangi
anggaran untuk melihat iklan PPC perusahaan.
c)
Language
Merupakan suatu hal yang penting untuk mengetahui
berbagai bahasa yang digunakan oleh target pengguna website
perusahaan. Hal ini tentunya akan membantu dalam rancangan
iklan perusahaan dan penyesuaian terhadap konten website.
2.5.1.2.
Adwords Report
Laporan ini memberikan wawasan tentang metrik kinerja setelah
pengguna mengklik iklan adwords dan kemudian datang ke webste
perusahaan atau mulai menggunakan aplikasi mobile. Laporan ini
merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan wawasan tentang penguna
Anda melalui siklus ABC (Acquisition – Behavior – Conversion), yakni
bagaimana cara untuk mendapatkan pengguna, bagaimana perilaku
pengguna setelah akuisisi, dan bagaimana pola konversi pengguna. Secara
default, laporan adwords menunjukkan pentingnya metrik ABC. Misalnya
dengan pengetahuan jumlah dan pola adwords dan analisa mendalam
perilaku misalnya melalui bounce rate, sehingga perusahaan dapat
mendapatkan wawasan tambahan tentang strategi iklan mana yang paling
tepat dan mana yang dapat ditingkatkan.
Penggunaan laporan ini dapat melihat hasil dari aktivitas klik yang
dilakukan pengguna. Misalnya dengan melihat campaign mana yang
paling efektif mendatangkan konversi dan revenue, hal ini bisa dilihat dari
laporan adwords campaign.
Melihat laporan adwords keyword juga memberikan wawasan
tentang keyword mana yang bernilai untuk peningkatan bid. Adwords
hours of day memberikan wawasan waktu yang tepat untuk menyasar taget
pengguna perusahaan. Serta, perusahaan juga dapat melihat apakah
landing page sudah sesuai dengan iklan yang dijalankan, dengan melihat
bounce rate pada landing page di Adwords Destination URLs. Sehingga
perusahaan dapat mempertimbangkan perlunya perombakan desain atau
konten.
41
a)
Campaign
Bagian ini berfokus pada traffic yang didapatkan dari
adwords campaigns. Sehingga, perusahaan dapat mengetahui
apakah campaign yang dilakukan telah memenuhi ekspektasi.
Laporan ini biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seperti:
1)
Seberapa efektif campaign Anda untuk menarik pengguna
baru?
2)
Bagaimana untuk mengikat pengguna dengan website atau
aplikasi Anda?
3)
Berapa banyak uang yang dihabiskan pengguna, dan
bagaimana mereka menyelesaikan transaksi ecommerce?
Dengan laporan analytics, perusahaan dapat mensortir data
table dengan metric yang paling penting bagi perusahaan, dengan
mengklik kolom header pada metrik tersebut. Melalui laporan ini,
perusahaan dapat mempertimbangkan strategi optimasisasi menurut
kinerja setiap campaign. Apakah akan meningkatkan investasi pada
campaign yang kurang menghasilkan atau justru berfokus pada
campaign yang menghasilkan.
b)
Keyword
Laporan ini memberikan pemahaman tentang kinerja setiap
keyword dan ad headline pada akun Adwords perusahaan.
Jika sebuah keyword menggambarkan tingkat traffic yang
tinggi namun memiliki bounce rate yang tinggi atau pemasukan
rendah, hal ini berarti keyword tersebut tidak sejalur dengan konten
atau produk perusahaan. Contohnya, jika perusahaan menggunakan
keyword ‘elbow joint’ dan menghasilkan traffic tinggi pada sesi
plumbing
supplies,
kemungkinan
terjadi
adalah
pengguna
sebenarnya mencari tennis elbow. Pada kasus seperti ini,
perusahaan seyogyanya mencari keyword yang tidak ambigu,
seperti copper elbow joint.
Pada sesi ini juga menambilkan kinerja pada keyword terkait.
Misalnya waterfront cabins dapat membanya banyak pemasukan
42
atau traffic pengguna, sedangkan tidak demikian halnya dengan
waterfront cabin.
Jika keyword terlihat menarik banyak revenue
untuk
sejumlah sesi, namun sesi tersebut memiliki kinerja yang rendah,
perusahaan
dapat
meningkatkan
bidding
sehingga
dapat
menghasilkan lebih banyak impresi pada iklan perusahaan.
Untuk melihat aktivitas ad headline, perusahaan dapat
mengubah primary dimension ke ad content. Dan jika ingin melihat
dimana ads perusahaan muncul pada Google SRP (search result
page), silahkan menambah Ad Slot atau Ad Slot Position sebagai
dimensi kedua.
c)
Search Queries
Laporan ini membuat Anda memahami search queries
sebenarnya yang dihasilkan pada penampilan iklan adwords Anda.
Pengetahuan tentang bagaimana pengguna mencari untuk tipe
produk atau jasa yang diberikan perusahaan merupakan sebuah
peluang untuk memperbaiki daftar Adwords keyword perusahaan,
memperbesar cakupan audience, dan menampilkan iklan secara
lebih efektif.
Menambah keyword sebagai dimensi kedua untuk melihat
search queries mana yang sesuai dengan keyword pada akun
perusahaan. Dengan begitu perusahaan dapat melihat satu keyword
yang sesuai dengan berbagai macam search queries, membawa
lebih banyak pengguna, dan menghasilkan lebih banyak revenue.
Di lain pihak, jika sebuah keyword hana sesuai untuk satu atau
beberapa search query dan tidak banyak menghasilkan revenue,
tentu saja perusahaan dapat mengganti dengan keyword yang
berbeda pada akun adwords perusahaan.
Untuk membandingkan kinerja multi word (long-tail) search
queries dengan search queries yang lebih pendek (head), dapat
dilihat dengan mengubah primary dimension ke query word count.
Dimensi ini memberikan sebuah ruang sebagai pembatas untuk
menghitung jumlah kata pada search query.
43
d)
Hours of Day
Laporan ini menampilkan statistic setiap jam per hari
(00:00/12:00AM – 23:00/11:00PM) dan setiap hari dalam
seminggu (0/Minggu – 6/Sabtu) berdasarkan pengaturan zona
waktu.
Jika perusahaan menjual jasa atau produk pada satu wilayah
atau negara tertentu, maka hal ini dapat menguntungkan untuk
menyasar iklan perusahaan pada waktu dan hari yang spesifik. Jika
produk dijual ke seluruh negara, pengaturan waktu tertentu
mungkin menjadi hal yang tidak terlalu penting karena adanya
perbedaan waktu.
Misalnya ketika perusahaan menjual jasa liburan keluarga
untuk sebuah tujuan yang populer, perusahaan mungkin ingin
mengoperasionalisasikan iklan secara intensif pada jam 11AM
sampai 1PM ketika orang dewasa sedang beristirahat untuk makan
siang, dan mengaktifkan kembali pada jam 4PM sampai 6PM, dan
mungkin 9PM sampai 11PM setelah anak-anak tertidur. Jika target
perusahaan untuk orang dewasa yang insomnia, maka dapat
diperpanjang dari 1AM sampai 4AM.
Atau ketika seorang developer aplikasi ingin meningkatkan
lebih banyak penguna untuk mengunduh aplikas game barunya,
maka pengaktifan iklan dapat dilakukan pada saat-saat dimana
orang menggunakan handphone mereka. Yakni pada waktu pagi
hari atau ketika pulang kantor atau pulang sekolah, setiap sore
sampai malam hari, dan sepanjang hari di hari libur.
Jika ada asumsi tentang waktu dan hari yang tepat untuk
tujuan tertentu, maka perusahaan dapat menyasar waktu tersebut
dengan iklan perusahaan dan kemudian mengetes asumsi dengan
informasi pada laporan ini. Sebagai alternatif, perusahaan dapat
membandingkan iklan yang ditampilkan sepanjang hari dan jamjam tertentu, kemudian dapat dilihat mana yang memberikan hasil
paling efektif.
Perusahaan juga dapat mensortir Avg. Session Duration or
Goal Completions untuk melihat jam-jam yang mengikat lebih
44
banyak pengguna. Misalnya jika ditemukan bahwa ja paling efektif
berada pada jam 6PM dan 9PM menghabiskan lebih banyak waktu
dan pencapaian goal lebih tinggi, maka perusahaan dapat
meningkatkan bid pada jam-jam tersebut.
Perusahaan juga dapat melihat keefektifan keyword pada hari
dan jam yang berbeda dengan menambahkan Keyword sebagai
dimensi kedua, kemudian sortir revenue.
e)
Destination URLs
Laporan ini memberikan pemahaman untuk melihat URL
mana yang mengarahkan pengguna dari iklan adwords, beserta
URL yang ada pada campaign tersebut.
URL yang disematkan dalam adwords campaign berfungsi
sebagai landing page, sehingga perusahaan dapat melihat manakah
halaman yang paling efektif untuk mengikat pengguna dan
menggunakan ini untuk meningkatkan konversi yang diinginkan.
Melihat laporan dengan Ad Distribution Network untuk
melihat metode distribusi mana (misalnya pencarian atau konten
Google) yang paling efektif. Jika perusahaan menjalankan iklan
yang sama dimana-mana namun satu network ternyata tidak terlalu
berhasil, selanjutnya perusahaan dapat mempertimbangkan untuk
menjalankan iklan yang berbeda pada network tersebut, atau
menempatkan waktu untuk menjalankan iklan pada titik tertentu.
2.5.1.3.
SEO Report
Laporan SEO pada Google Analytics ini memberikan informasi
queries pada pencarian Google yang membawa penguna ke website
perusahaan. Laporan SEO dalam GA menggunakan empat metrik khusus
terhadap data pencarian Google, yaitu:
1)
Impression
Menunjukkan berapa kali URL dari website perusahaan tampil di
hasil pencarian dan dilihat oleh pengguna, hal ini tidak termasuk
impresi dalam iklan berbayar (Adwords search impression).
2)
Clicks
45
Menunjukkan berapa kali URL dari website perusahaan diklik oleh
pengguna, hal ini tidak termasuk klik pada iklan berbayar (Adwords
search results).
3)
Average Position
Menunjukkan rata-rata ranking URL website perusahaan untuk
sebuah atau beberapa query. Contohnya jika URL situs perusahaan
tampil pada posisi ketiga untuk suatu query dan posisi ketujuh
untuk query lainnya maka rata-ratanya adalah 5 ((3+7)/2).
4)
CTR
Disebut juga clickthrough rate, dihitung dari jumlah klik dibagi
impresi dan dikalikan 100.
Dalam laporan SEO ini terdapat pula komponen-komponen laporan
seperti berikut.
a)
Queries Report
Menunjukkan
query
pencarian
Google
mana
yang
menghasilkan impresi paling banyak untuk website perusahaan.
Dengan
menggunakan
laporan
ini,
perusahaan
dapat
mengidentifikasi query pencarian mana yang menghasilkan ratarata posisi yang baik, namun CTR yang rendah.
b)
Landing Page Report
Menunjukkan URL mana dari website perusahaan yang
menghasilkan impresi paling banyak di hasil pencarian Google.
Sehingga perusahaan dapat mengidentifikasi landing pages mana
yang mempunyai CTR bagus namun mempunyai rata-rata posisi
yang rendah di hasil pencarian.
c)
Geographical Summary
Menunjukkan pandangan general terhadap jumlah impresi,
klik, dan CTR berdasarkan asal negara. Sehingga perusahaan dapat
mengetahui negara mana yang menghasilkan aktivitas pencarian
terbanyak dari website perusahaan melalui pencarian Google.
2.5.
Theoritical Framework
Theoritical framework merupakan alur pemikiran penulis di mana
dimulai bagaimana penulis mendapatkan sumber masalah atau ide
46
penelitian hingga pada akhirnya menemukan jalan keluar yang harus
dilakukan dalam rangka memberikan alternatif atau solusi pemecahan
masalah. Alur pemikiran ini digambarkan dalam gambar 2.1. sebagai
berikut.
Kebutuhan Pengadaan Barang Organisasi
Pencarian via Mesin Pencari
Alternatif Hasil Pencarian
Tampil di Mesin Pencari
Perilaku Pengguna
Kriteria Pemilihan Alternatif
Waktu
Preferensi
Kata
Foto
Info
Info
Info
Pencarian
Mesin
Kunci
Produk
Harga
Lokasi
Merek
Pencari
Pencarian
Pemilihan Alternatif
Kesimpulan
Gambar 2.15. Alur Rerangka Penelitian
(Sumber: Peneliti, 2015)
Download