perubahan sifat kimia dan biologi tanah pasca kegiatan

advertisement
PERUBAHAN SIFAT KIMIA DAN BIOLOGI TANAH
PASCA KEGIATAN PERAMBAHAN DI AREAL HUTAN
PINUS REBOISASI KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA
IZZUDIN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ii
PERUBAHAN SIFAT KIMIA DAN BIOLOGI TANAH
PASCA KEGIATAN PERAMBAHAN DI AREAL HUTAN
PINUS REBOISASI KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA
IZZUDIN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iii
RINGKASAN
IZZUDIN. Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan
di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi
Sumatera Utara. Dibimbing oleh BASUKI WASIS.
Perambahan hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan
hutan. Kesuburan tanah hutan dapat mengalami penurunan di lahan hutan yang
ditinggalkan pasca kegiatan perambahan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengkaji perubahan sifat kimia dan biologi tanah pada hutan pinus yang
disebabkan oleh kegiatan perambahan di areal hutan pinus reboisasi Kabupaten
Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan data hasil analisis laboratorium tanah yang
diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pengambilan sampel tanah secara komposit
dengan metode purposive sampling. Sampel tanah diambil pada dua lokasi yaitu
hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan hutan. Masing-masing lokasi di
lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Selanjutnya data hasil laboratorium tanah
dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan uji T pada selang kepercayaan
95%.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa kegiatan perambahan hutan
pinus menyebabkan perubahan pada sifat kimia tanah yakni berupa peningkatan
jumlah kandungan Kalium dan penurunan jumlah kandungan C-Organik, N Total,
P Bray, Kalsium, Magnesium, Kapasitas Tukar Kation, dan pH tanah. Kegiatan
perambahan hutan pinus menyebabkan perubahan pada sifat biologi tanah yakni
berupa penurunan jumlah mikroorganisme tanah, bakteri pelarut P, fungi tanah
dan respirasi tanah. Analisis statistik dengan menggunakan uji T untuk selang
kepercayaan 95% menyatakan bahwa kegiatan perambahan hutan pinus
berpengaruh terhadap pH tanah, unsur Kalsium dan jumlah fungi tanah.
Kata kunci: perambahan, hutan pinus, lahan terbuka, sifat tanah
iii
iv
SUMMARY
IZZUDIN. Changes in Chemical and Biological Soil Properties of PostEncroachment Activities in the area of Pine Forest Reforestation Humbang
Hasundutan District, North Sumatra. Under supervision of BASUKI WASIS.
Encroachment is one of the causes of forest destruction. Forest soil fertilit y
can decline in post-encroachment activities area. The purpose of this study was to
determine changes in chemical and biological properties of soil in the pine forest
encroachment caused by activities in the area of pine forest reforestation
Humbang Hasundutan District, North Sumatra.
This study uses the results of laboratory data analysis of soil, obtained
from the Ministry of Environment. The research method used in this study is a
composite soil samples by the method of purposive sampling. Soil samples taken
at two locations: the pine forest and open area post-encroachment. Each Location
be repeated three times. Further results of soil laboratory data were analyzed using
descriptive and statistics by the T test at 95% confidence interval.
Based on the analysis found that the pine forest clearing activities cause
changes in soil chemical properties in the form of reduction in the number of COrganic content, N total, P Bray, Calcium, Magnesiun, Cation Exchange
Capacity, and pH levels, however have increased the amount of potassium
content. Pine forest encroachment activities cause change in biological soil
properties in the form reduction in the number of soil microorganisms, solvent P
bacteria, soil fungi, and soil respiration. Statistical analysis using T test for the
95% confidence interval stated that the pine forest clearing activity had effect on
pH soil level, Calcium, and soil fungi.
Key words: encroachment, pine forest, open area, soil properties
iv
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Sifat
Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan di Areal Hutan Pinus
Reboisasi Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara adalah
benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2012
Izzudin
NIM E44070052
v
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan
Perambahan Di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten
Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara
: Izzudin
: E44070052
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
NIP. 19651002 199103 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Silvikultur,
Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
NIP. 19601024 198403 1 009
Tanggal Lulus :
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan kasih sayangNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah dengan judul Perubahan Sifat Kimia dan
Biologi Tanah Pasca Kegiatan Perambahan di Areal Hutan Pinus Reboisasi
Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara.
Pemilihan topik mengenai evaluasi kesuburan tanah pada karya ilmiah ini
didasari atas peristiwa perambahan hutan yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan
akan lahan. Kesuburan tanah dapat mengalami penurunan di lahan yang
ditinggalkan pasca perambahan. Penurunan kesuburan tanah dapat terus menerus
terjadi karena kebutuhan lahan yang terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk. Sehingga diperlukan kajian mengenai evaluasi kesuburan tanah
yang dapat menjadi sumber informasi dan dasar untuk rekomendasi perbaikan
tanah yang dalam karya ilmiah ini mengambil fokus kajian pada sifat-sifat kimia
dan biologi tanah.
Tiada yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis
selalu mengharapkan kritik/saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Februari 2012
Penulis
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Juli 1988 sebagai anak bungsu
dari empat bersaudara pasangan Abdul Rozak dan Siti Darojah. Pada tahun 2007
penulis lulus dari SMA Negeri 79 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih jurusan
Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai staf Project Division Tree Grower Community
(TGC) tahun 2008–2009 dan sebagai ketua umum Unit Kegiatan Mahasiswa Uni
Konservasi Fauna IPB (UKM UKF IPB) tahun 2010–2011. Selain itu pernah
menjadi asisten mata kuliah Pengaruh Hutan pada tahun 2011 dan mata kuliah
Ekologi Hutan pada tahun 2012.
Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur
Cikeong-Burangrang tahun 2009, Praktek Pembinaan Hutan (PPH) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat tahun 2010 dan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT.
Arutmin Indonesia tambang Batulicin Kalimantan Selatan tahun 2011.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Perubahan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Pasca Kegiatan
Perambahan di Areal Hutan Pinus Reboisasi Kabupaten Humbang Hasundutan
Provinsi Sumatera Utara dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.
viii
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. Terselesaikannya karya ilmiah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
turut serta memberikan bantuan dan dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.
2. Kedua orang tua penulis (Alm. Abdul Rozak dan Siti Darojah) serta
seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil, serta
mencurahkan doa dan kasih sayang.
3. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan dan Ekologi Hutan yang
senantiasa membantu dan memberikan motivasi.
4. Sahabat-sahabat Silvikultur 44 atas semangat kebersamaan yang terus kita
bangun selama menjalani perkuliahan.
5. Rekan-rekan UKM Uni Konservasi Fauna IPB, Himpro Tree Grower
Community, dan komunitas Wahana Telisik Seni dan Sastra atas segala
jalinan persahabatan yang terus memotivasi penulis.
6. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya ilmiah
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuannya.
Terima kasih atas bantuannya kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Februari 2012
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2.
Tujuan ................................................................................................... 1
1.3.
Hipotesis ................................................................................................ 2
1.4.
Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1.
Pengertian Tanah ................................................................................... 3
2.2.
Sifat Kimia Tanah .................................................................................. 3
2.3.
Sifat Biologi Tanah ................................................................................ 7
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 9
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 9
3.2.
Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 9
3.3.
Metode Penelitian .................................................................................. 9
3.4.
Analisis Sifat Kimia dan Biologi Tanah ............................................... 10
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................... 11
4.1.
Letak Geografis ................................................................................... 11
4.2.
Iklim .................................................................................................... 11
4.3.
Vegetasi............................................................................................... 11
4.4.
Jenis Tanah .......................................................................................... 12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 13
5.1.
Hasil .................................................................................................... 13
5.2.
Pembahasan ......................................................................................... 17
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 22
6.1.
Kesimpulan.......................................................................................... 22
6.2.
Saran ................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23
LAMPIRAN ...................................................................................................... 25
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah ........................................................... 3
2 Metode analisis sifat kimia dan biologi tanah ................................................. 10
3 Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka ............... 13
4 Hasil analisis Uji T sifat kimia tanah .............................................................. 13
5 Nilai rata-rata sifat biologi tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka ............. 16
6 Hasil analisis Uji T sifat biologi tanah ............................................................ 16
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil uji T sifat kimia tanah ........................................................................... 26
2 Hasil uji T sifat biologi tanah ........................................................................ 27
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2010 tercatat bahwa
jumlah penduduk indonesia adalah sebesar 237.556.363 orang. Laju pertumbuhan
penduduk indonesia sejak tahun 2000–2010 adalah sebesar 1,49% per tahun
(Badan Pusat Statistik 2010). Kebutuhan lahan akan semakin meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk untuk berbagai kepentingan, baik untuk
pemenuhan kebutuhan akan sandang, papan, dan pangan. Salah satu jalan keluar
untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut adalah dengan melakukan perambahan
lahan hutan.
Susilawati (2008)
menyatakan bahwa
perambahan hutan diantaranya adalah
beberapa faktor
penyebab
faktor ekonomi, faktor pendidikan,
keterbatasan petugas pengawas hutan, dan lemahnya sanksi hukum. Kegiatan
perambahan hutan akan merugikan kelestarian ekosistem hutan, kerusakan
vegetasi, kerusakan lahan dan berpotensi untuk menyebabkan bencana alam
seperti banjir, longsor, dan kekeringan.
Kesuburan tanah juga dapat mengalami penurunan di lahan yang
ditinggalkan pasca perambahan. Munawar (2011) menyatakan bahwa penurunan
kesuburan tanah dapat berupa berkurangnya konsentrasi hara yang tersedia,
berkurangnya bahan organik, kapasitas tukar kation, dan perubahan pH tanah.
oleh karena pentingnya aspek ketersediaan bagi tanaman dan penggunaan unsur
hara oleh tanaman, maka pemahaman tentang perilaku unsur-unsur hara di dalam
tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaannya bagi tanaman sangat
diperlukan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang mengkaji perubahan sifatsifat tanah akibat perambahan hutan.
1.2.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan sifat kimia dan biologi
tanah pada hutan pinus yang disebabkan oleh kegiatan perambahan hutan di
Hutan Pinus Reboisasi Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan,
Provinsi Sumatera Utara.
2
1.3.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapatnya perbedaan
sifat kimia dan biologi tanah antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca
perambahan hutan. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah kedua
lokasi memiliki jenis tanah dan kondisi geografis yang sama karena masih dalam
satu kawasan.
1.4.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi tentang
perubahan sifat kimia dan biologi tanah yang disebabkan oleh kegiatan
perambahan hutan pinus serta dapat menjadi dasar untuk rekomendasi
pemupukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Tanah
Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun
dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air
dan udara, dan merupakan media untuk tumbuh tanaman. Tanah berasal dari
pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa bahan organik dan mineral
vegetasi serta hewan yang hidup di atas atau di dalamnya (Hardjowigeno 2003).
2.2.
Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
peristiwa yang bersifat kimia dan terjadi di dalam maupun di atas permukaan
tanah sehingga akan menentukan sifat dan ciri tanah yang terbentuk dan
berkembang setelah peristiwa kimia tersebut. Peubah yang termasuk sifat kimia
tanah yang mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman antara
lain pH tanah, ketersediaan unsur hara makro dan mikro, serta kapasitas tukar
kation (Abadi 2009).
Proses pembentukan tanah merupakan suatu masalah biologi dan kimia
yang rumit dan biasanya sulit untuk digambarkan dengan reaksi tunggal. Reaksireaksi dapat terjadi secara serempak atau dapat terlibat sederetan reaksi yang
berlangsung berurutan (Tan 1991).
Tabel 1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
Sangat
Sifat Tanah
Satuan
Rendah
Sedang
Rendah
No.
1.
C-Organik
%
<1,00
1,00–2,00
2,01–3,00
2.
N-Total
%
<0,10
0,10–0,20
0,21–0,50
3.
P-Bray
ppm
<10,00 10,00–15,00 16,00–25,00
4.
KTK
me/100g <5,00
5,00–16,00
17,00–24,00
5.
K
me/100g <0,10
0,10–0,20
0,30–0,50
6.
Mg
me/100g <0,40
0,40–1,00
1,10–2,00
7.
Ca
me/100g <2,00
2,00–5,00
6,00–10,00
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003)
Tinggi
3,01–5,00
0,51–0,75
26,00–35,00
25,00–40,00
0,60–1,00
2,10–8,00
11,00–20,00
Sangat
Tinggi
>5,00
>0,75
>35,00
>40,00
>1,00
>8,00
>20,00
Komponen kimia tanah berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah
bertujuan untuk menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalahmasalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Hakim et al. 1986).
4
2.2.1. Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH (potential of hydrogen). Nilai pH menunjukkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Tanah masam memiliki
nilai pH yang rendah atau kadar ion H+ yang tinggi. Namun sebaliknya, tanah
basa memiliki nilai pH yang tinggi atau kadar ion H+ yang rendah. Selain ion H+
dan ion-ion lain di dalam tanah ditemukan pula ion OH - yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan ion H+. Apabila kandungan H+ dan OH- adalah sama
maka tanah bereaksi netral (Hardjowigeno 2003).
Menurut
Dikti
(1991)
reaksi
masam-basa
dalam
tanah
dapat
mempengaruhi tingkat penguraian mineral dan bahan organik, pembentukan
mineral liat, aktivitas jasad renik, ketersediaan hara bagi tanaman dan secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah.
2.2.2. Carbon-Organik (C-Organik)
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Bahan organik tanah mempunyai
peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pada kesuburan tanah, serta
sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi yang secara langsung maupun tidak langsung
dipengaruhi pula oleh bahan organik tanah (Istomo 1994).
Musthofa (2007) menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam
bentuk C-Organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi. Maka sewaktu pengolahan tanah, penambahan bahan
organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara
lain sangat erat berkaitan dengan KTK (kapasitas tukar kation) serta dapat
meningkatkan KTK tanah.
2.2.3. Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan. Di dalam tanaman, nitrogen
berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin, dan enzim-
5
enzim essensial untuk kehidupan tanaman. N2 atmosfer harus diubah bentuk
menjadi tersedia bagi tanaman agar dapat digunakan oleh tanaman (Munawar
2011).
Pada umumnya kandungan N total pada tanah di lapisan 0–20 cm adalah
antara 2000–4000 kg/ha. Namun yang tersedia bagi tanaman adalah kurang dari
3% dari keseluruhan jumlah tersebut. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan
organik tanah (halus dan kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N di udara,
pupuk, dan air hujan (Hardjowigeno 2003).
2.2.4. Fosfor (P)
Unsur Fosfor (P) di dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan,
dan mineral-mineral di dalam tanah. P-organik dan P-anorganik merupakan jenis
unsur P yang terdapat di dalam tanah. Agar unsur P di dalam tanah bisa tersedia
biasanya pada tanah masam dilakukan penambahan kapur sehingga pH tanah
menjadi meningkat dan P dapat dilepas dari agen pengikatnya seperti Fe dan Al.
Bentuk yang tersedia bagi tanaman adalah berupa ion fosfat (Hardjowigeno
2003). Menurut Hanafiah (2007) jika dibandingkan dengan N, unsur P lebih cepat
menjadi tersedia akibat terikat oleh kation tanah serta terfiksasi pada permukaan
positif koloidal tanah. Ketersediaan unsur P optimum terdapat pada kisaran pH
6,00–7,00.
2.2.5. Kalsium (Ca)
Menurut RAM (2007) manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu
keberhasilan penyerbukan, membantu pembelahan sel, dan membantu aktivitas
beberapa enzim.
Hanafiah (2007) menyatakan bahwa peranan unsur Ca bagi tanaman
diantaranya
adalah
mempertahankan
integritas
sel-sel,
mempertahankan
permeabilitas membran, pembentukan dan peningkatan kandungan protein dalam
mitokondria, serta berperan dalam menghambat pengguguran atau proses penuaan
daun. Defisiensi Ca biasanya dijumpai pada kondisi masam dengan kejenuhan Ca
rendah. Ca tersedia pada pH 7,00–8,50. Kekurangan Ca dapat menyebabkan
terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pembentukan pucuk
6
tanaman dan ujung-ujung akar serta jaringan penyimpan yang disebabkan
terhambatnya pembelahan sel.
2.2.6. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna
yang khas pada daun. Terkadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2007). Menurut Hakim
et al. (1986) meyatakan bahwa sumber utama magnesium tanah adalah hancuran
mineral-mineral primer yang mengandung magnesium. Kadar magnesium tanah
berkisar antara 1,93%–2,10% dari total berat tanah. Penyerapan magnesium oleh
tanaman sangat tergantung pada jumlah yang tersedia dan jumlah yang dapat
dipertukarkan. Bentuk magnesium dalam tanah diantaranya adalah larut dalam air,
dapat dipertukarkan dalam kisi mineral tipe 2:1 dan dalam mineral primer.
2.2.7. Kalium (K)
Sumber utama kalium tanah adalah kerak bumi yang mengandung asam
dan mineral kalium. Kalium tidak dapat berdiri sendiri sebagai unsur tetapi selalu
terdapat sebagai persenyawaan di dalam berbagai batuan, mineral, dan larutan
garam. Kandungan kalium dalam kerak bumi diperkirakan 3,11% K2O sedangkan
pada air laut diperkirakan 0,04% K2O (Hakim et al. 1986).
Menurut Hanafiah (2007) kadar unsur K dalam larutan tanah merupakan
hasil keseimbangan antara suplai dari hasil pelarutan mineral-mineral K.
Tertukarnya K dari permukaan koloid-koloid tanah dan K hasil mineralisasi bahan
organik/pupuk dengan kehilangan akibat adanya serapan tanaman (immobilisasi),
K-terfiksasi akibat terjerap oleh ruang dalam koloid-koloid dan pelindian.
2.2.8. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai
suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kapasitas
tukar kation merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan
dari permukaan koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh
tanah atau humus (Hakim et al. 1986).
7
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi
mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah sangat beragam serta
tergantung pada sifat dan ciri tanah tersebut. Besar kecilnya KTK tanah
dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan
organik, dan pengapuran atau pemupukan (Hardjowigeno 2003).
2.3.
Sifat Biologi Tanah
Sifat biologi tanah adalah sebuah sifat yang dimiliki oleh tanah yang
berhubungan erat dengan kondisi, jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dan
proses-proses mikrobiologi yang terjadi dalam tanah tersebut. Sifat dan tampakan
tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati ialah nisbah C/N, kadar bahan
organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas/volume tanah, tingkat
perombakan bahan organik, pembentukan krotovina, dan permintaan oksigen
hayati (Hardjowigeno 2003).
2.3.1. Mikroorganisme Tanah
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis organisme yakni hewan dan
tumbuhan, baik yang berukuran makro maupun yang berukuran mikro. Berbagai
mikroorganisme bertahan hidup dan berkompetisi dalam memperoleh ruang,
oksigen, air, hara, dan kebutuhan hidup lainnya (Hanafiah et al. 2007).
Total mikroorganisme tanah dapat dijadikan indikator kesuburan tanah,
yakni tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme. Keberadaan
mikroorganisme pada tanah dapat diindikasikan dengan populasi yang tinggi.
Karena populasi tinggi menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang
cukup, ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup,
dan kondisi ekologi lainnya yang menyokong perkembangan mikroorganisme
tanah tersebut (Supardi 1983).
2.3.2. Fungi Tanah
Fungi mempunyai peranan penting di dalam tanah terutama dalam
penghancuran selulosa dan lignin. Selain itu, fungi juga aktif dalam penghancuran
bahan yang mudah hancur seperti gula, pati, dan protein (Hardjowigeno 2003).
8
Fungi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur.
Kapang dan jamur mempunyai arti yang penting bagi pertanian. Kapang
berkembang biak dalam suasana masam dimana kompetisi bakteri atau
aktinomisetes sangat terbatas. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan
organik dalam suasana masam tidak akan terjadi (Supardi 1983).
2.3.3. Bakteri Pelarut P
Mikroba tanah dan akar tanaman berperan serta dalam pelarutan unsur Panorganik melalui produksi CO2 dan asam-asam organik. Mikroba yang terlihat
umumnya bakteri Pseudomonas dan Bacillus. Aspergillus sp. Merupakan fungi
yang diketahui juga dapat melarutkan fosfat dari ikatannya (Hanafiah 2007).
Jumlah bakteri tanah bervariasi tergantung dari keadaan tanah. namun pada
umumnya jumlah terbanyak dijumpai pada lapisan atas yakni berkisar antara 3–4
milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Supardi 1983).
2.3.4. Respirasi Tanah
Kecepatan respirasi lebih mencerminkan aktivitas metabolik daripada
jumlah, tipe, atau perkembangan mikroorganisme tanah. Penetapan respirasi tanah
didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme
tanah dan jumlah CO2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah. Pengukuran
telah diperhatikan mempunyai korelasi yang baik dengan parameter yang lain
yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti kandungan bahan
organik, transformasi N atau P, hasil antara pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisme (Anas 1989).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal Hutan Pinus Reboisasi Kecamatan
Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Analisis sifat
kimia dan biologi tanah dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari–Februari 2012.
3.2.
Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data hasil analisis sifat
kimia dan biologi tanah di hutan pinus reboisasi dan lahan terbuka pasca
perambahan di Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi
Sumatera Utara yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup. Analisis
data menggunakan software SPSS 16,0.
3.3.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menganalisa data yang diperoleh secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif
dilakukan dengan cara mendeskripsikan data nilai rata-rata setiap variabel yang
diamati dan dikategorisasikan berdasarkan Kriteria Penilaian tanah (Pusat
Penelitian Tanah 1983 dalam Hardjowigeno 2003) seperti yang tersaji pada tabel
1. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji T pada selang
kepercayaan 95%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan
perambahan hutan terhadap kondisi sifat kimia dan biologi tanah antara hutan
pinus dengan lahan terbuka. Sebagai informasi tambahan pengambilan contoh
tanah dilakukan pada dua lokasi yang masih dalam satu area, yakni di hutan pinus
dan lahan terbuka yang sebelumnya menjadi bagian dari hutan pinus tersebut. Di
tiap lokasi dilakukan pengambilan contoh tanah komposit sebanyak tiga ulangan
dengan metode purposive sampling.
10
3.4.
Analisis Sifat Kimia dan Biologi Tanah
Analisis sifat tanah dilakukan untuk melihat sifat kimia dan biologi tanah
lokasi penelitian. Metode analisis tanah yang dilakukan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Metode analisis sifat kimia dan biologi tanah
No.
1.
2.
Parameter
Sifat Kimia
pH
C-Organik
N Total
P Bray
K, Ca, Mg, Na
KTK
Sifat Biologi
Total Mikroorganisme Tanah
Total Fungi Tanah
Total Bakteri Pelarut Fosfat
Total Respirasi Tanah
Metode Analisis
pH meter
Walkey and Black
Kjeldahl
Bray I, Spektrofotometer
NH4Oac N pH7.0, AAS
NH4Oac N pH7.0, tritasi
Plate Count (NA)
Plate Count (NA)
Plate Count (NA)
Jar (Penangkapan CO2)
11
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.
Letak Geografis
Kabupaten Humbang Hasundutan adalah kabupaten yang baru dimekarkan
dari kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 28 Juli 2003 sesuai dengan UU no. 9
tahun 2003, yang terletak di tengah Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten
Humbang Hasundutan dengan luas wilayah 233.533 ha memiliki luas kawasan
hutan 95.512.84 ha yang terdiri dari hutan lindung (HL) 29.100 ha, hutan produksi
(HP) 41.600 ha, hutan produksi terbatas (HPT) 3.100 ha dan hutan reboisasi
(inlijving) 21.712.84 ha. Hutan rakyat pinus menyebar hampir di semua kabupaten
Humbang Hasundutan dengan estimasi luas 30.000 ha dan estimasi produksi
sekitar 130.000 m3, baik dari hutan rakyat maupun hutan reboisasi (Dinas
Pertambangan dan Kehutanan Humbahas 2006).
Kabupaten Humbahas terdiri dari 10 kecamatan, 1 kelurahan dan 117
Desa. Memiliki jumlah penduduk 155.222 jiwa. Letak geografis kabupaten
Humbang Hasundutan terletak diantara 2º1’ 2º28’ Lintang Utara, 98º10’ 98º58’
Bujur timur, dengan batas kabupaten :
Sebelah utara
: Kabupaten Samosir
Sebelah timur
: Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah selatan
: Kabupaten Tapanuli Tengah
Sebelah barat
: Kabupaten Pakpak Barat
4.2.
Iklim
Curah hujan rata-rata di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun
2005 tercatat sebanyak 216,8 mm/tahun. Hari hujan di Kabupaten Humbang
Hasundutan pada tahun 2005 adalah 12,7 hari hujan.
4.3.
Vegetasi
Lokasi penelitian merupakan kawasan hutan reboisasi yang ditanami
dengan jenis tusam (Pinus merkusii). Selain itu terdapat pula berbagai jenis pakupakuan, epifit, dan berbagai tumbuhan bawah.
12
4.4.
Jenis Tanah
Berdasarkan atas horison-horison penciri dan sifat-sifat penciri lain maka
tanah di lokasi penelitian termasuk dalam ordo ultisol. Hardjowigeno (2003)
menyatakan bahwa tanah ultisol adalah tanah dengan terdapatnya penimbunan liat
di horison bawah (horison argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah
kation) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah
ultisol dahulu dikenal dengan sebutan tanah podzolik merah kuning.
Permasalahan yang dimiliki oleh tanah ultisol diantaranya adalah reaksi tanah
yang masam, kandungan Al yang tinggi, dan unsur hara rendah.
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1. Sifat Kimia Tanah
Variabel kimia tanah yang diamati adalah pH, C-organik, N Total, P Bray,
Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia tanah yang
telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka
Sifat Kimia Tanah
pH (H2O)
C-Organik (%)
N Total (%)
P Bray (ppm)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
K (me/100g)
KTK (me/100g)
Hutan Pinus
6,13
7,55
0,22
25,40
6,97
3,95
0,59
16,55
Lahan Terbuka
4,53
2,45
0,17
15,80
1,11
2,39
0,83
14,56
Data hasil analisis sifat kimia tanah dari kedua lokasi penelitian kemudian
dianalisis secara statistik untuk mengetahui perbedaan sifat kimia tanah akibat
kegiatan perambahan hutan seperti yang disajikan pada Lampiran 1. Hasil analisis
statisitik untuk sifat kimia tanah di kedua lokasi penelitian tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis Uji T sifat kimia tanah
Hutan Pinus
Lahan Terbuka
pH (H2O)
Sifat Kimia Tanah
6,13 ± 0,55
4,53 ± 0,45*
C-Organik (%)
7,55 ± 9,56
2,45 ± 1,27tn
N Total (%)
0,22 ± 0,09
0,17 ± 0,06tn
P Bray (ppm)
25,40 ± 3,81
15,80 ± 13,81tn
Ca (me/100g)
6,97 ± 2,23
1,11 ± 0,27*
Mg (me/100g)
3,95 ± 1,00
2,39 ± 1,74tn
K (me/100g)
0,59 ± 0,55
0,83 ± 1,13tn
KTK (me/100g)
16,55 ± 1,95
14,56 ± 5,50tn
Keterangan : tn = tidak nyata pada selang kepercayaan 95%
* = berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji T pada selang
kepercayaan 95% diperoleh bahwa hampir seluruh parameter sifat kimia tanah
antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan tidak berbeda nyata
kecuali pada variabel pH tanah dan Kalsium. Secara statistik hal tersebut
14
menyatakan bahwa dari data yang diperoleh kegiatan perambahan hutan
berpengaruh terhadap pH tanah dan unsur kalsium dalam tanah.
Reaksi Tanah (pH)
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai pH pada hutan pinus sebesar 6,13
dan nilai pH pada lahan terbuka sebesar 4,53. Menurut Hardjowigeno (2003) nilai
pH yang diperoleh di hutan pinus termasuk ke dalam kelas agak masam.
Sedangkan nilai pH di lahan terbuka termasuk dalam kelas masam.
C-Organik
C-Organik di hutan pinus diketahui memiliki nilai yang lebih tinggi yakni
sebesar 7,55% dibandingkan C-Organik di lahan terbuka yang hanya 2,45%.
Karena C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik maka dapat
dikatakan bahwa bahan organik di hutan pinus lebih banyak jumlahnya daripada
bahan organik di lahan terbuka.
N Total
Jumlah N Total tertinggi terdapat pada hutan pinus dengan persentase
sebesar 0,22%. Di lahan terbuka hanya memiliki jumlah N Total sebesar 0,17%.
Berdasarkan data Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003) tentang
kriteria penilaian sifat kimia tanah, kandungan N Total pada lahan terbuka
termasuk dalam kategori rendah dan pada hutan pinus tergolong sedang.
P Bray
Fosfor adalah unsur hara esensial yang berasal dari bahan organik, pupuk
buatan, dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor berperan dalam menangkap
dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang selanjutnya akan
dimanfaatkan tanaman. Dari hasil analisis contoh tanah yang telah dilakukan,
menginformasikan bahwa kandungan fosfor di hutan pinus termasuk dalam
kategori sedang yakni sebesar 25,40 ppm. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan
dengan kandungan fosfor di lahan terbuka yang hanya sebesar 15,80 ppm dan
termasuk dalam kategori rendah.
15
Kalium (K)
Ketersediaan unsur kalium di hutan pinus tergolong sedang yakni sekitar
0,59 me/100 gram. Di lahan terbuka pasca perambahan unsur kalium mengalami
peningkatan menjadi sekitar 0,83 me/100 gram dan termasuk dalam kategori
tinggi.
Magnesium (Mg)
Kandungan unsur magnesium di kedua lokasi penelitian termasuk dalam
kategori tinggi. Akan tetapi kandungan unsur magnesium di lahan terbuka pasca
perambahan lebih sedikit daripada di hutan pinus. Kandungan unsur magnesium
pada hutan pinus sebesar 3,95 me/100 gram, sedangkan pada lahan terbuka pasca
perambahan adalah sebesar 2,39 me/100 gram.
Kalsium (Ca)
Unsur Ca di hutan pinus memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan
unsur Ca di lahan terbuka pasca perambahan. Penurunan kadar unsur Ca pada
lahan terbuka pasca perambahan sebesar 5,86 me/100 gram. Kadar unsur Ca pada
hutan pinus tergolong sedang dan pada lahan terbuka tergolong sangat rendah.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Nilai KTK pada lahan terbuka pasca perambahan yakni sebesar 14,56
me/100 gram, sedangkan nilai KTK di hutan pinus sebesar 16,55 me/100 gram.
Selisih nilai KTK dari kedua lokasi tersebut sebesar 1,99 me/100 gram. Nilai
KTK di kedua lokasi penelitian termasuk dalam kategori rendah.
5.1.2. Sifat Biologi Tanah
Sifat biologi tanah yang dianalisis adalah mikroorganisme tanah, fungi
tanah, bakteri pelarut P, dan respirasi tanah. Hasil analisis sifat biologi tanah yang
telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.
16
Tabel 5 Nilai rata-rata sifat biologi tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka
Sifat Biologi Tanah
Mikroorganisme Tanah (x 106 spk/g)
Fungi Tanah (x 104 spk/g)
Bakteri Pelarut P (x 103 spk/g)
Respirasi Tanah (mgC-CO2/kg tanah/hari)
Hutan Pinus
31,67
5,17
6,83
14,43
Lahan Terbuka
3,50
1,00
0,67
11,00
Keterangan : spk = satuan pembentuk koloni
Data hasil analisis sifat biologi tanah dari kedua lokasi penelitian
kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui perbedaan sifat biologi
tanah akibat kegiatan perambahan hutan seperti yang disajikan pada lampiran 2.
Hasil analisis statistik untuk sifat biologi tanah di kedua lokasi penelitian tersaji
pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil analisis Uji T sifat biologi tanah
Sifat Biologi Tanah
Hutan Pinus
Lahan Terbuka
31,67 ± 17,26
3,50 ± 1,50tn
Fungi Tanah (x 104 spk/g)
5,17 ± 0,76
1,00 ± 0,86 *
Bakteri Pelarut P (x 103 spk/g)
6,83 ± 5,39
0,67 ± 1,15 tn
Respirasi Tanah (mgC-CO2/kg tanah/hari)
14,43 ± 3,05
11,00 ± 1,35 tn
Mikroorganisme Tanah (x 106 spk/g)
Keterangan : tn = tidak nyata pada selang kepercayaan 95%
* = berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil analisis statistika dengan menggunakan uji T pada
selang kepercayaan 95% diperoleh bahwa hampir seluruh parameter sifat biologi
tanah antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan tidak berbeda nyata
kecuali pada variabel fungi tanah. Secara statistik berdasarkan data yang diperoleh
menyatakan bahwa kegiatan perambahan hutan memberikan pengaruh terhadap
jumlah fungi tanah.
Mikroorganisme Tanah
Mikroorganisme tanah pada hutan pinus lebih tinggi nilainya yakni 31,67
x106spk/g. Sedangkan mikroorganisme pada lahan terbuka pasca perambahan
hanya sebesar 3,50x106spk/g.
Fungi Tanah
Jumlah fungi tanah pada lahan terbuka pasca perambahan jauh lebih
sedikit dibandingkan pada hutan pinus. Penurunan jumlah fungi tanah di kedua
lokasi sebesar 4,17x104spk/g.
17
Bakteri Pelarut P
Jumlah bakteri pelarut P pada hutan pinus sebesar 6,83x103spk/g,
sedangkan pada lahan terbuka sebesar 0,67x103spk/g. Penurunan jumlah bakteri
pelarut P pasca perambahan hutan pinus sebesar 6,16x103spk/g.
Respirasi Tanah
Berdasarkan hasil analisis sifat biologi tanah diperoleh nilai respirasi tanah
pada hutan pinus sebesar 14,43 mgC-CO2/kg tanah/hari. Nilai tersebut lebih tinggi
jika dibandingkan dengan nilai respirasi tanah pada lahan terbuka pasca
perambahan yakni sebesar 11 mgC-CO2/kg tanah/hari.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Sifat Kimia Tanah
Berdasarkan sifat-sifat kimia tanah yang diamati diperoleh bahwa
keseluruhan variabel di lahan terbuka pasca perambahan memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan di hutan pinus kecuali pada variabel unsur kalium (K) tanah.
Kegiatan perambahan hutan mengakibatkan penurunan nilai pH menjadi bersifat
masam. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya tutupan lahan akibat pemanenan
pohon, sehingga kation-kation basah pada tanah akan sangat mudah mengalami
pencucian di saat hujan. Munawar (2011) menyatakan bahwa curah hujan yang
berlebihan merupakan penyebab efektif hilangnya kation-kation basa seperti Ca2+,
Mg2+, K+, dan Na+ dari larutan tanah yang digantikan dengan H+ dan Al3+ yang
bersifat masam.
C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik. Dari hasil analisis
laboratorium tanah, jumlah C-Organik mengalami penurunan yang signifikan
pada lahan terbuka pasca perambahan dibandingkan pada hutan pinus. Maka dapat
dikatakan bahwa bahan organik di hutan pinus lebih banyak jumlahnya daripada
bahan organik di lahan terbuka. Perbedaan nilai C-Organik yang signifikan di
kedua lokasi tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jumlah dan jenis vegetasi antara
hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan. Menurut Hanafiah (2007)
sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa
daun, batang/cabang, ranting, buah, maupun akar. Sedangkan yang menjadi
18
sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta
mikroflora.
Sehingga kecenderungan pemasok terbesar bahan organik tanah pada
hutan pinus berasal dari seluruh bagian tanaman pinus dan tambahan dari jaringan
tumbuhan lain yang tumbuh di bawah tegakan pinus serta biota tanah. Akan tetapi
di lahan terbuka pasca perambahan kebanyakan bahan organik yang ditambahkan
ke tanah hanya berasal dari tumbuhan bawah yang tumbuh pasca perambahan
hutan.
Penurunan kandungan nilai unsur hara terjadi untuk beberapa parameter
seperti jumlah nitrogen (N) total, fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg)
di lahan terbuka pasca perambahan. Penurunan jumlah N Total di lahan terbuka
pasca perambahan hutan pinus dipengaruhi oleh hilangnya tutupan lahan. Karena
di saat hujan potensi terjadinya aliran permukaan semakin besar yang
mengakibatkan nitrogen dalam bentuk NO3 akan sangat mudah tercuci bersama
dengan mengalirnya air.
Selain itu penurunan jumlah nitrogen juga dipengaruhi oleh penurunan
jumlah bahan organik dan mikroorganime tanah di lokasi tersebut. Karena di
dalam susunan jaringan bahan organik terkandung unsur nitrogen organik yang di
dekomposisi oleh mikroorganisme tanah menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman.
(Supardi 1983) menyatakan bahwa Penambahan jumlah N Total dipengaruhi oleh
proses azofikasi, yakni jasad mikro tertentu yang dengan menggunakan bahan
organik sebagai sumber energi dan nitrogen yang dimanfaatkan dalam tubuhnya
akan tertinggal dalam bentuk protein dan senyawa serupa apabila mereka mati.
Sama halnya dengan unsur nitrogen, penurunan jumlah fosfor di lahan
terbuka pasca perambahan hutan pinus banyak dipengaruhi oleh penurunan
jumlah bahan organik. Menurut Hardjowigeno (2003) salah satu pengaruh bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman
adalah sebagai sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro, dan lain-lain.
Penurunan jumlah kalsium (Ca) di lahan terbuka pasca perambahan
dipengaruhi oleh pencucian dan kemasaman tanah. seperti yang telah dijelaskan di
bagian atas bahwa pada tanah-tanah masam aktivitas Al dan H tinggi yang
mengakibatkan mudah hilangnya kation basa seperti Ca2+. Hilangnya vegetasi
19
pohon yang berperan untuk melindungi tanah dari benturan air hujan secara
langsung menyebabkan aliran permukaan menjadi meningkat. Penebangan pohon
pada kegiatan perambahan hutan menyebabkan kation basa seperti Ca 2+ mudah
mengalami pencucian di saat hujan. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan
bahwa ion Ca dalam larutan dapat habis jika diserap tanaman, diambil jasad renik,
terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapanendapan sekunder dan tercuci.
Berdasarkan data penelitian tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003)
tentang kriteria penilaian sifat kimia tanah, kandungan unsur magnesium (Mg) di
kedua lokasi penelitian termasuk dalam kategori tinggi (2,1–8,0 me/100g). Akan
tetapi terdapat penurunan unsur magnesium di lahan terbuka pasca perambahan.
Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa ketersediaan Mg dipengaruhi oleh
pH, kejenuhan Mg, tipe liat, dan perbandingan dengan kation yang terutama Ca
dan K.
Kandungan unsur Kalium di lahan terbuka pasca perambahan lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan kalium di hutan pinus. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh kandungan kation-kation lainnya seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Karena kandungan Ca dan Mg yang tinggi di dalam larutan tanah dapat
mengurangi kandungan kalium.
Penurunan sebagian besar kadar unsur hara essensial (N, P, Ca, Mg) di
lahan terbuka pasca perambahan diikuti juga oleh penurunan kapasitas tukar
kation (KTK). Menurut Supardi (1983) setengah dari KTK tanah biasanya berasal
bahan organik dan merupakan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Liat
memiliki daya jerapan berkisar 8–100 me tiap gram, sedangkan humus memiliki
kapasitas tukar kation sebesar 150–300 me tiap 100 gram.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK
rendah (Hardjowigeno 2003). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa
KTK juga turut berperan dalam penurunan kandungan unsur hara pada lahan
terbuka pasca perambahan.
20
5.2.2. Sifat Biologi Tanah
Berdasarkan analisis laboratorium untuk sifat-sifat biologi tanah, diperoleh
bahwa untuk keseluruhan parameter memiliki jumlah yang lebih rendah pada
lahan terbuka pasca kegiatan perambahan hutan. Secara statistik untuk seluruh
paramater sifat biologi tanah menunjukkan hasil uji tidak berbeda nyata kecuali
pada variabel fungi tanah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan
perambahan hutan berpengaruh terhadap jumlah fungi tanah.
Selisih perbedaan jumlah mikroorganisme tanah di kedua lokasi diketahui
sebesar 28,17x106spk/g. Sedangkan selisih perbedaan jumlah bakteri pelarut P
sebesar 6,16x103spk/g. Jumlah mikroorganisme tanah dan bakteri pelarut P di
lahan terbuka sangat dipengaruhi oleh bahan organik yang juga mengalami
penurunan di lahan terbuka. Karena semakin banyak bahan organik menunjukkan
semakin banyak pula sumber energi bagi organisme tanah. Mikroorganisme tanah
akan berperan dalam dekomposisi bahan organik tanah.
Sedangkan bakteri
pelarut P berperan dalam mineralisasi fosfor organik yang terkandung pada bahan
organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi tanaman. Hanafiah (2007)
menyatakan bahwa bakteri merupakan jasad bersel satu dan berkembang biak
melalui pembelahan sel. Diversitas dan kelimpahan bakteri tergantung pada
ketersediaan hara dan kondisi lingkungannya.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa respirasi tanah di lahan
terbuka juga memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan di hutan pinus.
Penurunan jumlah respirasi tanah yakni sebesar 3,43 mgC-CO2/kg tanah/hari.
Menurut Anas (1989) kecepatan respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas
metabolik mikrobia tanah daripada jumlah, tipe, atau perkembangan tanah. Sama
halnya dengan respirasi tanah, dibandingkan pada hutan pinus untuk jumlah fungi
tanah di lahan terbuka memiliki nilai yang lebih kecil. Selisih nilai diantara kedua
lokasi tersebut sebesar 4,17x104spk/g. Penurunan jumlah fungi tanah tersebut
dapat dipengaruhi oleh hilangnya vegetasi pohon akibat penebangan sehingga
mengakibatkan hilangnya fungsi pohon sebagai pelindung tanah dari sinar
matahari secara langsung. Kondisi tersebut akan mempengaruhi suhu dan
kelembapan tanah. karena populasi dan biodiversitas biota tanah sangat
21
dipengaruhi oleh faktor cuaca, kondisi tanah, dan juga tipe vegetasi penutupan
lahan.
Kondisi yang terjadi pada sifat-sifat kimia dan biologi tanah di lahan
terbuka tersebut banyak dipengaruhi oleh jumlah bahan organik dan pencucian.
Rendahnya bahan organik mengakibatkan berkurangnya sumber energi untuk
biota tanah yang kemudian akan menghasilkan tambahan unsur hara tanah.
Kondisi tersebut akan terus menerus mengalami penurunan kuantitas dan kualitas
tanah apabila tidak segera dilakukan usaha penanaman pohon untuk membentuk
kembali iklim mikro hutan yang akan mendukung keberlangsungan siklus hara
dan populasi serta biodiversitas biota tanah. Penurunan kualitas dan kuantitas
tanah di lahan terbuka sangat mungkin terjadi karena besarnya potensi erosi akibat
pencucian yang akan mengikis tanah beserta unsur hara yang terkandung di
dalamnya.
22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah :
1. Kegiatan perambahan hutan pinus menyebabkan perubahan pada sifat
kimia tanah yakni berupa peningkatan kandungan unsur Kalium dan
penurunan jumlah kandungan C-Organik, N Total, P Bray, Kalsium,
Magnesium, Kapasitas Tukar Kation, dan pH tanah. Analisis statistik
dengan menggunakan uji T menyatakan bahwa kegiatan perambahan
hutan pinus berpengaruh nyata terhadap pH tanah dan unsur kalsium.
2. Kegiatan perambahan hutan pinus menyebabkan perubahan pada sifat
biologi tanah yakni berupa penurunan jumlah mikroorganisme tanah,
bakteri pelarut P, fungi tanah dan respirasi tanah. Analisis statistik dengan
menggunakan uji T menyatakan bahwa kegiatan perambahan hutan pinus
berpengaruh nyata terhadap jumlah fungi tanah.
6.2.
Saran
Perlu dilakukannya program penanaman dan pemeliharaan pohon di lahan
terbuka pasca perambahan. Serta perlu diadakannya usaha perbaikan tanah baik
dengan cara pengapuran maupun penambahan bahan organik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abadi KM. 2009. Kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah pasca reklamasi lahan
agroforestry di area pertambangan bahan galian C Kecamatan Astanajapura
Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium : Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat
per Provinsi. Jakarta: BPS
[Dikti] Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kimia Tanah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Humbahas. 2006. Data
Pembangunan Bidang Kehutanan Sampai Akhir Tahun 2006. Dolok Sanggul:
Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Humbahas.
Hakim N, Yusuf N, Lubis A, Sutopo GN, Amin MD, Go BH, Bailley HH. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hanafiah KA., Napoleon A., Ghofar N. 2007. Biologi Tanah : Ekologi dan
Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno HS. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Pressindo.
Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan : Lingkungan Fisik Ekologi Hutan.
Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan IPB.
Leiwakabessy FM., Wahjudin UM., Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: PT. Penerbit
IPB Press.
Mustofa A. 2007. Perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada hutan alam
yang diubah menjadi lahan pertanian di kawasan taman nasional Gunung
Leuser [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
24
[RAM] Redaksi Agro Media. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Susilawati D. 2008. Analisis dampak dan faktor yang mempengaruhi perambahan
hutan studi kasus desa Bulu Hadik, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten
Simeulue, NAD [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara
Tan KH. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1 Hasil uji T sifat kimia tanah
t-test for Equality of Means
Variables
pH
C-Organik
N total
P Bray
Ca
Mg
K
Na
KTK
Equal variances
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
Sig. (2-tailed)
.019
.453
.531
.352
.043
.269
.761
.934
.604
Mean
Difference
Std. Error Difference
1.60000
5.10667
.04667
9.60000
5.86333
1.55333
-.24333
-.03333
1.99000
.41096
5.57277
.06692
8.27325
1.29968
1.16355
.72806
.37609
3.37347
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
.44124
-18.09759
-.15488
-21.85218
.42511
-2.02942
-2.60203
-1.12852
-10.08058
Upper
2.75876
28.31092
.24821
41.05218
11.30155
5.13609
2.11537
1.06185
14.06058
26
27
Lampiran 2 Hasil uji T sifat biologi tanah
t-test for Equality of Means
Variables
Mikroorganisme tanah
Fungi tanah
Bakteri pelarut P
Respirasi tanah
Equal variances
not assumed
not assumed
not assumed
not assumed
95% Confidence Interval of the Difference
Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference
.105
28.16667
10.00555
.004
4.16667
.66667
.182
6.16667
3.18416
.181
3.43333
1.92902
Lower
-14.27603
2.30424
-6.48987
-3.02600
Upper
70.60937
6.02909
18.82321
9.89267
27
Download