pengaruh corporate governance terhadap rating

advertisement
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
RATING DAN YIELD SUKUK KORPORASI
(Studi Kasus pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
MAULIA DHAMAYANTI
NIM: 1112081000085
KONSENTRASI KEUANGAN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2016 M
i
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
RATING DAN YIELD SUKUK
(Studi Kasus pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Maulia Dhamayanti
NIM: 1112081000085
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 2001 12 1 003
KONSENTRASI KEUANGAN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 11 Mei 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama
: Maulia Dhamayanti
2. NIM
: 1112081000085
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Corporate
Governance
terhadap
Rating
dan Yield Sukuk (Studi Kasus pada Sukuk Korporasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20112015)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Mei 2016
1.
Taridi Kasbi Ridho, MBA
(______________________)
NIP.
2.
Penguji I
Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc
(______________________)
NIP.
Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 18 Oktober 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama
: Maulia Dhamayanti
2. NIM
: 1112081000085
3. Jurusan
: Manajemen
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Corporate Governance terhadap Rating dan
Yield Sukuk (Studi Kasus pada Sukuk Korporasi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Oktober 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2002
(____________________)
Ketua
2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 2001 12 1 003
(____________________)
Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 2001 12 1 003
(____________________)
Pembimbing
4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
(____________________)
Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Maulia Dhamayanti
Nomor Induk Mahasiswa : 1112081000085
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jikalau kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata
memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas,
maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 18 Oktober 2016
Yang menyatakan
(Maulia Dhamayanti)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI
Nama
: Maulia Dhamayanti
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 07 September 1993
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Haerudin
Nama Ibu
: Masyatih
Alamat Asal
: Jl. Kramat I No. 15B RT 09/01,
Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12310
Alamat Sekarang
: Jl. Kramat I No. 15B RT 09/01,
Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12310
Email
II.
III.
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2012 – 2016
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2008 – 2011
: SMA Negeri 10 Jakarta Pusat
2005 – 2008
: SMP Negeri 13 Jakarta Selatan
1999 – 2005
: SD Negeri 09 Bintaro Pagi
1997 – 1999
: TK Raudhatul Athfal Pembina Bintaro
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Anggota Ekstrakurikuler Tari Tradisional SMA Negeri 10 Jakarta
Pusat
3. Anggota Estrakurikuler Paduan Suara SMA Negeri 10 Jakarta
Pusat
vi
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE ON SUKUK
RATINGS AND YIELDS
(Case Study on Corporation Sukuk Listed in Indonesia Stock Exchange
Period 2011-2015)
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of corporate
governance on sukuk ratings and yields. The proxies of corporate governance are
blockholder, institutional ownership, board size and independence commissioner.
Research sample is corporation sukuk Ijarah which is published during the period
2011-2015 and ranked by PEFINDO. Using the purposive sampling method, the
number of sample obtained 18 corporation sukuks. This research using logistic
regression for sukuk rating, and OLS regression for sukuk yield. The results prove
that institutional ownership and board size, both of them affect the sukuk ratings
and yields, but blockholder has a significant positive only on yield sukuk. Last but
not least, independence commissioner has no significant on sukuk rating and yield
at all.
Keywords
: Sukuk, Corporate Governance, Yield to Maturity, Rating,
Unbalanced Panel, Binary Logit
vii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
RATING DAN YIELD SUKUK
(Studi Kasus pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011 - 2015)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh corporate
governance terhadap rating dan yield sukuk. Proksi corporate governance yang
digunakan adalah blockholder, kepemilikan institusional, board size dan
komisaris independen. Sampel dalam penelitian adalah sukuk ijarah korporasi
yang terbit selama periode 2011-2015 dan diberi peringkat oleh PEFINDO.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan
hasil observasi diperoleh sampel 18 sukuk. dengan menggunakan regresi logistik
untuk rating dan OLS untuk yield, penelitian ini membuktikan bahwa
kepemilikan institusional dan board size, keduanya berpengaruh terhadap rating
dan yield sukuk, sedangkan blockholder hanya berpengaruh signifikan positif
terhadap rating sukuk. Komisaris independen tidak berpengaruh sama sekali
terhadap rating dan yield sukuk.
Kata Kunci
: Sukuk, Corporate Governance, Yield to Maturity, Rating,
Unbalanced Panel, Binary Logit
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan Semesta alam karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Corporate
Governance terhadap Rating dan Yield Sukuk. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW yang telah
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini.
Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat
disusun tanpa bantuan dari pihak-pihak lain. Ucapan rasa hormat dan terima kasih
atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik doa, moral,
kritik, saran, masukan, dorongan, semangat, dukungan finansial maupun
pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis
secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dan Bapak tersayang, terima kasih banyak karena telah mendidik dan
membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Doa, nasehat,
kesabaran, semangat dan dukungan tidak pernah terputus dari Ibu dan
Bapak. Terima kasih banyak selalu ada disisi Lia seberat apapun masalah
kita hadapi. Walaupun Ibu telah pergi mendahului kita semua, tapi Ibu
selalu hidup dihati dan ingatan Lia sampai kapanpun. Doa terbesar Lia
untuk Ibu dan Bapak, semoga Ibu dan Bapak selalu dalam lindungan Allah
SWT.
2. Adik-adikku tersayang, Isma dan Rifky, yang tanpa disadari banyak
memberi pelajaran untuk penulis dalam segala hal, semoga kalian selalu
dalam lindungan Allah SWT dan menjadi anak sholeh dan sholehah untuk
Ibu dan Bapak.
3. Keluarga besar dan sepupu-sepupuku tersayang, terima kasih atas semua
bantuan, dukungan moril dan finansial.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
ix
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si dan Ela Patriana, MM selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Manajemen.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM., selaku dosen pembimbing skripsi,
terima kasih banyak atas segala nasehat, ilmu, nilai moral dan waktu yang
dibagikan kepada penulis. Semoga Bapak dan keluarga selalu dalam
lindungan Allah SWT.
7. Bapak Dr. Yahya Hamja (Alm) selaku dosen pembimbing akademik.
8. Sahabat-sahabat terbaik Febi, Septi NH, Mak Imas, Rika, Vita, Ayu, Silvi,
Diah, Fatia, Dita dan Cipmang yang telah menemani tidak hanya disaat
bahagia, tapi juga disaat tersulit dalam hidup penulis, terima kasih banyak
dan mohon maaf belum bisa kasih yang terbaik untuk kalian. Tidak lupa
untuk Wilda, Shefa dan Yayah, Bani dan Upi yang banyak membantu serta
anak bimbingan Prof. Rodoni Dwi, Reza, Alif.
9. Teman-teman Manajemen 2012 semuanya terimakasih banyak.
10. Semua dosen jurusan Manajemen terima kasih banyak atas ilmu
pengetahuan, pengalaman hidup, budi pekerti yang telah dibagi kepada
penulis, serta karyawan FEB UIN yang telah membantu pelayanan
akademik dan lain-lain.
11. KKN PERKASA terima kasih banyak.
12. Fotokopi Maju Jaya Uda Iswandi, terima kasih banyak. Semoga semakin
Jaya.
13. Pihak lain yang tidak dapat disebut satu persatu, penulis ucapkan terima
kasih banyak telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia,
termasuk skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberi
segala kritik dan saran yang membangun guna memberi koreksi pada penelitian
ini dan diadakan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Besar harapan penulis
dengan skripsi ini dapat membantu penelitian selanjutnya.
Jakarta, 10 Oktober 2016
Maulia Dhamayanti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I.
PENDAHULUAN ...............................................................................1
A.
Latar Belakang Masalah ..............................................................1
B.
Permasalahan .............................................................................11
1. Identifikasi Masalah.............................................................11
2. Batasan Masalah ..................................................................12
3. Rumusan Masalah ................................................................12
BAB II.
C.
Tujuan Penelitian ......................................................................13
D.
Manfaat Penelitian ....................................................................13
KAJIAN PUSTAKA .........................................................................15
A.
Kajian Teori .............................................................................15
1. Struktur Modal .....................................................................15
xi
2. Investasi Syariah ..................................................................17
3. Sukuk ...................................................................................19
4. Corporate Governance ........................................................29
a. Teori Keagenan (Agency Theory) ..................................29
b. Konsep Good Corporate Governance ...........................32
c. Prinsip-prinsp Corporate Governance...........................34
d. Evaluasi Governance .....................................................37
5. Peringkat..................................................................................41
6. Yield to Maturity (YTM) .........................................................48
7. Keterkaitan Variabel Independen
dengan variabel Dependen ......................................................49
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................53
C. Kerangka Pemikiran .....................................................................58
D. Hipotesis Penelitian......................................................................60
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................62
A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................62
B. Metode Penentuan Sampel ...........................................................62
C. Metode Pengumpulan Data ..........................................................64
D. Metode Analisis Data ...................................................................65
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................66
2. Analisis Regresi Logistik ........................................................66
3. Analisis Regresi Data Panel ....................................................70
a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel ................73
b. Uji Asumsi Klasik .............................................................75
c. Uji Signifikansi..................................................................78
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................81
1. Variable Dependen ..................................................................81
2. Variable Independen................................................................82
xii
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................84
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................84
B. Analisis dan Pembahasan .............................................................85
1. Analisis Regresi Logistik .......................................................88
a. Uji Koefisein Determinasi (R2 McFadden) ......................89
b. Uji Likelihood Ratio (LR) ................................................90
c. Uji Statistik Z ...................................................................91
d. Persamaan Analisis Regresi Logistik ...............................94
2. Analisis Regresi Panel............................................................96
a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Panel .......................96
b. Uji Asumsi Klasik ............................................................98
c. Uji Signifikansi ..............................................................102
d. Persamaan Analisis Regresi Panel .................................103
C. Interpretasi Hasil ........................................................................110
1. Interpretasi Regresi Logistik .................................................111
2. Interpretasi Regresi Panel ......................................................115
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................119
A.
Kesimpulan ..............................................................................119
B.
Saran ........................................................................................120
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................123
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................127
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Keterangan
Tabel 2.1
Perbandingan Mendasar Sukuk dengan
Obligasi Konvensional
24
Tabel 2.2
Definisi Peringkat Sukuk Jangka Panjang
47
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
53
Tabel 3.1
Seleksi Pemilihan Sampel
63
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
64
Tabel 3.3
Statistik Durbin-Watson d
77
Tabel 3.4
Peringkat Sukuk
81
Tabel 4.1
Rangkuman Deskripsi Statistik Corporate Governance,
Rating dan Yield Sukuk
86
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
89
Tabel 4.3
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap Rating Sukuk
89
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap Rating Sukuk
90
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap Rating Sukuk
91
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap Rating Sukuk
94
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi F (Uji Chow)
96
Tabel 4.8
Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM)
97
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
100
Tabel 4.10
Nilai Weighted Statistik Durbin-Watson
101
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Halaman
xiv
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas
102
Tabel 4.12
Nilai Weighted Statistik Estimasi Model Common Effect
103
Tabel 4.13
Nilai Weighted Statistik Estimasi Blockholder,
Kepemilikan Institusional, Board Size dan Komisaris
Independen terhadap YTM Sukuk
104
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap YTM Sukuk
106
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional,
Board Size dan Komisaris Independen
terhadap YTM Sukuk
109
Tabel 4.14
Tabel 4.15
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Keterangan
Halaman
Gambar 1.1
Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia
4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
59
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
99
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Daftar Sampel Penelitian
127
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Yield To Maturity (YTM)
128
Lampiran 3
Hasil Estimasi Model Logit
129
Lampiran 4
Hasil Uji Signifikansi F (Uji Chow)
130
Lampiran 5
Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM)
131
Lampiran 6
Hasil Uji Normalitas
132
Lampiran 7
Hasil Uji Multikolinearitas
132
Lampiran 8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
133
Lampiran 9
Hasil Estimasi Model Common Effect
134
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Hal ini
berkenaan dengan anggapan dikalangan sebagian umat muslim sendiri bahwa
berinvestasi di pasar modal di satu sisi merupakan sesuatu yang tidak
diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam. Pasar modal syariah
merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen
keuangan syariah, dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan
menjauhi hal-hal yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Prinsip
syariah yang harus diperhatikan oleh investor dan emiten yaitu terbebas dari
unsur riba dan gharar, produk barang dan jasa harus sejalan dengan etika
ajaran Islam, semua efek harus berbasis pada harta (berbasis aset) dan
transaksi yang riil („ain), tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan
(gharar) dan spekulasi murni (Rodoni, 2009:62-63).
Adanya tuntutan pasar akan investasi yang sesuai akan prinsip syariah
menyebabkan terjadinya perkembangan kegiatan investasi berbasis syariah.
Salah
satu
instrumen
investasi
berbasis
1
syariah
yang
mengalami
perkembangan adalah sukuk. Istilah sukuk merupakan bentuk jamak dari kata
„sakk‟ atau „sanadat‟ yang berarti sertifikat investasi. The Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOFI) telah
mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat yang bernilai sama yang merupakan
bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas proyek atau kegiatan investasi
tertentu (Ayub, 2007:392).
Sukuk pada dasarnya berbeda dengan obligasi konvensional. Sukuk
adalah obligasi yang pelaksanaannya berdasarkan pada prinsip syariah. Sukuk
terdiri dari beberapa jenis yang tergantung pada jenis kontrak atau perjanjian,
diantaranya sukuk ijarah, mudarabah, musyarakah dan istisna‟. Dalam
menerbitkan sukuk, terdapat hal yang harus dipenuhi, yaitu underlying asset.
Underlying asset merupakan objek perjanjian, yang merupakan perbedaan
mendasar antara sukuk dengan obligasi konvensional (Fathurahman dan
Fitriati, 2013).
Kemunculan sukuk pertama kali diperkenalkan oleh Malaysia pada akhir
tahun 1990 yang diterbitkan oleh Shell Group berdasarkan struktur Bai‟
Bathaman Ajil (BBA). Beberapa tahun setelahnya, muncul sukuk lainnya
yang berdasarkan pada konsep Islam seperti murabahah (menjual dan
membeli kembali), ijarah (sewa/lease), salam (uang muka), istisna‟ (menjual
barang produksi yang telah ditentukan lalu dikirim setelah barang jadi),
musharakah (kemitraan dimana keuntungan dibagi sesuai rasio yang
disepakati sementara kerugian dibagi sesuai kontribusi modal), mudharabah
(bagi hasil dimana rab al-mal atau investor berkontribusi modal dan
2
mudharib atau manajer berkontribusi waktu dan tenaga) dan wakalah
(agen/badan) yang sedang diperkenalkan diseluruh dunia (Thomas, 2009:iii).
Sukuk sesungguhnya merupakan peluang untuk mengundang para
investor muslim maupun nonmuslim untuk mau terlibat berinvestasi di tanah
air. Sukuk dapat dimanfaatkan untuk membangun perekonomian bangsa dan
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Fakta selama ini menunjukan bahwa
pasar akan sangat responsif terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk
yang dikeluarkan, diserap habis oleh pasar dan bahkan pada beberapa kasus
sampai menimbulkan kelebihan permintaan (Rodoni, 2009:112).
Di Indonesia, sukuk pertama kali dicatat di BEI pada September 2002
yaitu sukuk PT Indosat Tbk. dengan menggunakan akad mudharabah. Fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 menjelaskan,
yang dimaksud dengan obligasi syariah (sukuk) adalah sebuah surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi
pada saat jatuh tempo.
3
Gambar 1.1
Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia
Sumber: Statistik Sukuk 2015, Otoritas Jasa Keuangan
Berdasarkan Statistik Sukuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 2011
sampai 2015 menunjukan bahwa terdapat peningkatan sukuk korporasi dari
segi nilai outstanding dan jumlah sukuk outstanding. Jika dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sempat mengalami penurunan, nilai outstanding
sukuk korporasi pada 2015 meningkat dari sebelumnya 7,1 miliar menjadi 9.9
miliar. Di sisi jumlah sukuk outstanding, tahun 2015 mengalami peningkatan
menjadi 47 sukuk korporasi dari yang sebelumnya hanya 35 sukuk korporasi.
Sepanjang 2011 sampai 2015, hanya di tahun 2014 yang sempat mengalami
penurunan nilai outstanding. Menurut Roadmap Pasar Modal Syariah 20152019 OJK, dapat disimpulkan penurunan yang signifikan ini dikarenakan
banyaknya sukuk yang jatuh tempo dalam periode 2011-2014, sementara itu
penerbitan sukuk baru tidak cukup signifikan.
Investor
yang
menginvestasikan
modalnya
dalam
sukuk
perlu
mempertimbangkan beberapa hal. Hal yang harus diketahui oleh investor
salah satunya adalah peringkat sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan
4
termasuk ke dalam investment grade atau speculative grade. Peringkat
merupakan cerminan dari penilaian pasar akan risiko sukuk karena peringkat
tersebut memberikan pernyataan yang informatif dan memberikan sinyal
tentang probabilitas kegagalan utang perusahaan penerbit. Ketika peringkat
sukuk mengalami penurunan (downgrade), maka reputasi perusahaan sedang
tidak bagus atau ukuran risiko sukuk perusahaan itu meningkat. Dapat
dipahami bahwa peringkat bukan hanya mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk membayar kembali sukuk, tetapi juga memberi pengaruh
terhadap yield.
Dilansir oleh economy.okezone.com pada 29 Februari 2012, Pemeringkat
Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Berlian Laju Tanker Tbk
(BLTA) untuk obligasi IV-2009 menjadi idD dari idCCC dan sukuk ijarah II2009 menjadi idD(sy) dari idCCC(sy). Menurut penjelasan analis Pefindo
Vonny Widjaja dan Andi Sidharta downgrade ini karena perusahaan gagal
memenuhi pembayaran bunga dan cicilan imbalan ijarah yang jatuh tempo
pada Februari 2012.
Peringkat menunjukan risiko default, sedangkan yield dapat digunakan
sebagai tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima investor (Sisca dan
Suk, 2010). Suatu peringkat biasanya adalah opini tentang kemungkinan
bahwa penerbit akan mampu membayar secara penuh pinjaman pokok dan
bunga dalam tingkat yang aman dan tepat pada waktunya sesuai dengan
jangka waktu yang aman. Jelasnya, semakin tinggi peringkat yang diperoleh
sukuk, semakin luas potensi investornya dan semakin rendah kupon (rental)
5
yang obligor (penyewa dalam kasus sukuk ijarah) bayarkan pada sukuk
(Huda dan Nasution, 2007:156-157).
Peringkat yang tinggi menunjukan bahwa yield yang akan diterima
investor rendah. Kondisi ini merupakan suatu informai dimana harga obligasi
mengalami kenaikan, hal ini mencerminkan bahwa kinerja atau nilai
perusahaan penerbit meningkat, sehingga akan mempengaruhi harga obligasi.
Terbukti bahwa perusahaan dengan peringkat yang rendah (speculativegrade) mengalami penyimpangan keuangan dengan cara meningkatkan laba.
Tindakan manajemen ini telah menimbulkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Worldcom, Tyco,
London & Commonwealth, Poly Peck and Maxwell. Kasus pelaporan
keuangan di Indonesia yang berawal dari terdekteksinya manipulasi juga
pernah terjadi, seperti kasus PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. Salah
satu penyebab kondisi ini adalah lemahnya penerapan corporate governance
atau tata kelola perusahaan (Isnurhadi dan Yanti, 2011).
Untuk
pertama
kalinya,
usaha
untuk
melembagakan
corporate
governance dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Excahnge
pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury Commite (Komite Cadbury),
yang bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan
utama (benchmark) di banyak Negara (Surya dan Yustivandana, 2008:24). Di
Indonesia, akibat krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997 – 1999,
tuntutan persaingan global, serta kebutuhan akan modal, mengharuskan
Pemerintah Indonesia memobilisasi kapital dengan meluncurkan berbagai
6
inisiatif strategik, salah satunya dengan reformasi good corporate
governance. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menko
Ekuin tertanggal 19 Agustus 1999 membentuk Komite Nasional Kebijakan
Corporate
Governance
(KNKCG).
Komite
ini
dimaksudkan
untuk
menggalakkan dan memantau perkembangan reformasi good corporate
governance di Indonesia dan telah menyusun sebuah pedoman good
corporate governance (GCG) yakni Pedoman Good Corporate Governance
(Indonesian Code), yang dipublikasikan pertama kali di bulan Maret 2001
yang diharapkan dapat menjadi rujukan bagi implementasi GCG oleh pelaku
bisnis Indonesia (Alijoyo dan Zaini, 2004:25-27).
Sejak pedoman GCG dikeluarkan, telah terjadi perubahan yang
mendasar, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Walapun peringkat
penerapan good corporate governance (GCG) di dalam negeri masih sangat
rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia usaha
dirasakan ada peningkatan. Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan
ASEAN Capital Market Forum (ACMF) di tahun 2013, diantara enam negara
dengan pasar modal terbesar di ASEAN, Indonesia berada di urutan dua
terbawah sebelum Vietnam. Dimana peringkat pertama diraih oleh Thailand,
lalu disusul oleh Malaysia, Singapura dan Filipina.
Penerapan good corporate governance bagi perusahaan merupakan alat
yang sangat berguna dalam penilaian kredibilitas informasi perusahaan yang
disajikan melalui laporan tahunan dan hal ini menunjukan keterbukaan
perusahaan (Sulaiman et.al, 2015). Perusahaan yang telah menerapkan prinsip
7
GCG dapat mengurangi risiko keagenan (agency risk) karena dengan adanya
GCG, kinerja manajemen dapat dimonitor sehingga manajemen tidak
bertindak semata-mata demi kepentingan pribadi mereka. Hal ini memberi
keuntungan pada perusahaan karena berhubungan pada meningkatnya
peringkat sukuk sehingga yield yang harus dibayarkan perusahaan kepada
investor menjadi lebih rendah.
Penelitian mengenai pengaruh penerapan corporate governance pada
rating dan yield telah dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) dan
menunjukan hasil bahwa kepemilikan institusional dan outside director
sebagai proksi corporate governance berhubungan positif dengan rating
obligasi, namun keduanya berhubungan negatif dengan yield spread obligasi.
Pada proksi blockholder menghasilkan hubungan negatif terhadap rating
tetapi positif terhadap yield spread obligasi.
Setyaningrum (2005) dalam penelitiannya menunjukan bahwa variabel
blockholder berpengaruh negatif terhadap rating surat hutang dan
kepemilikan institusional, KAP Big 4 dan komite audit berpengaruh positif
terhadap rating surat hutang. Terakhir dari kategori struktur dewan komisaris
baik jumlah dewan komisaris maupun persentase dewan komisaris
independen, keduanya tidak terbukti memberikan pengaruh terhadap
peringkat surat hutang perusahaan.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aman dan Nguyen (2013)
terhadap perusahaan Jepang menunjukan bahwa corporate governance yang
diukur dengan kepemilikan institusional dan board size berpengaruh positif
8
terhadap rating kredit. Hal ini terjadi karena investor institusional melakukan
pengawasan yang efektif terhadap kinerja manajemen serta jumlah direksi
yang banyak dapat menghasilkan diversifikasi pendapat sehingga dapat
meminimalkan kesalahan dalam pengambilan pendapat. Namun untuk outside
director menemukan dampak yang kecil terhadap rating perusahaan. Hal ini
disebabkan karena dewan-dewan di Jepang pada dasarnya terdiri dari orang
dalam.
Elhaj, et. al (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh corporate
governance, rasio keuangan dan struktur sukuk terhadap rating sukuk.
Penelitian ini menemukan Komisaris Independen dan jumlah Dewan Direksi
berhubungan positif signifikan terhadap rating sukuk. Hal ini disebabkan
karena dewan yang dibentuk secara ekslusif oleh komisaris independen
berkaitan dengan kinerja yang lebih unggul. Selain itu, peringkat sukuk juga
berhubungan negatif terhadap financial leverage namun berhubungan positif
dengan terhadap profitabilitas dan issue size.
Grassa (2015) menemukan bahwa salah satu variabel struktur
kepemilikan yang diwakili oleh blockholder berpengaruh negatif terhadap
rating kredit Bank Islam. Untuk variabel struktur dan proses dewan yang
diwakili dengan board size, board independence berhubungan positif
terhadap rating kredit Bank Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang mengacu pada
penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003), Setyaningrum (2005), Aman dan
Nguyen (2013), Elhaj et al (2015) dan Grassa (2015). Namun berbeda dengan
9
penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan variabel independen
corporate governance dengan proksi blockholder, kepemilikan institusional,
board size dan komisaris independen dan variabel kontrol menggunakan rasio
leverage dan profitabilitas, sedangkan variabel dependen menggunakan yield
to maturity (YTM) approximation. Yield to maturity merupakan nilai yang
paling sempurna dengan syarat obligasi tersebut dapat dipertahankan sampai
jatuh tempo, karena perhitungan yield to maturity ditambahkan dengan
capital gain yang dibayarkan penerbit pada jatuh tempo. Dengan melakukan
perhitungan
menggunakan
YTM,
diharapkan
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan yang meyakinkan dalam keputusan berinvestasi pada sukuk
korporasi.
Dengan fakta yang dijelaskan pada latar belakang masalah ini,
perkembangan sukuk korporasi di Indonesia semakin menambah alternatif
investasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, peneliti tertarik
dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Corporate Governance terhadap Rating dan Yield Sukuk (Studi Kasus
pada Sukuk Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015)”.
10
B. Permasalahan
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, maka dapat dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:
a.
Lemahnya praktik GCG pada perusahaan publik di Indonesia
memicu krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang
menyebabkan
para
investor
berbondong-bondong
menarik
investasinya.
b.
Kurangnya penerapan GCG pada perusahaan publik, membuat
Indonesia berada di urutan dua terbawah sebelum Vietnam. Padahal
Indonesia termasuk diantara enam negara dengan pasar modal
terbesar di ASEAN.
c.
Kasus gagal bayar (default) dan downgrade akibat perusahaan gagal
memenuhi pembayaran cicilan sukuk masih dijumpai di Indonesia.
d.
Penelitian mengenai corporate governance telah banyak dilakukan,
namun lebih banyak terfokus pada penelitian di ranah obligasi
konvensional, sedangkan penelitian mengenai corporate governance
terhadap rating dan yield pada sukuk korporasi di Indonesia masih
sedikit dilakukan.
11
2.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka disimpulkan batasan
masalah sebagai berikut:
a.
Penelitian ini hanya meneliti dua dari empat isu utama evaluasi
corporate governance sesuai dengan S&P Corporate Governance
yaitu struktur kepemilikan dan struktur dewan perusahaan.
b.
Penelitian ini hanya meneliti sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan
atau sukuk korporasi.
c.
3.
Penelitian ini mengambil sukuk yang diberi peringkat oleh Pefindo.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a.
Bagaimana pengaruh corporate governance yang dilihat dari struktur
kepemilikan (jumlah blockholder dan kepemilikan institusional) dan
struktur dewan perusahaan (board size dan komisaris independen)
terhadap rating sukuk.
b.
Bagaimana pengaruh corporate governance yang dilihat dari struktur
kepemilikan (jumlah blockholder dan kepemilikan institusional dan
struktur dewan perusahaan (board size dan komisaris independen)
terhadap yield sukuk.
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini diharapkan mencapai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk menganalisa pengaruh corporate governance yang dilihat dari
struktur kepemilikan (jumlah blockholder dan kepemilikan institusional)
dan struktur dewan perusahaan (board size dan komisaris independen)
terhadap rating sukuk.
2.
Untuk menganalisa pengaruh corporate governance yang dilihat dari
struktur kepemilikan (jumlah blockholder dan kepemilikan institusional)
dan struktur dewan perusahaan (board size dan proporsi komisaris
independen) terhadap yield sukuk.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:
1.
Bagi Investor
Memberikan informasi pengaruh corporate governance terhadap rating
dan yield agar menjadi bahan pertimbangan kepada investor dalam
melakukan investasi terhadap sukuk yang sesuai prinsip syariah sehingga
memberikan manfaat yang sesuai dengan harapan.
13
2.
Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan dan memperkaya
penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap rating dan
yield sukuk bagi pembaca baik kalangan praktisi maupun akademisi.
3.
Bagi Pihak Perusahaan
Menjadi gambaran dan acuan untuk meningkatkan penerapan corporate
governance
dalam
perusahaan
agar
lebih
baik
sehingga
akan
meningkatkan rating perusahaan yang menerbitkan sukuk dan memiliki
efek domino terhadap yield sukuk.
4.
Bagi Masyarakat
Menarik minat dan mendorong masyarakat agar bersedia untuk
berinvestasi pada surat berharga hutang yang sesuai dengan prinsip
syariah sebagai alternatif berinvestasi secara konvensional.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Struktur Modal
Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan suatu
perusahaan yang digunakan dalam mendanai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Struktur modal pada intinya terdiri dari dua bagian penting,
yaitu debt dan
equity. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai
penjumlahan nilai dari hutang dan ekuitas perusahaan (Rodoni dan Ali,
2010:138).
Keputusan pendanaan (struktur modal) akan menyangkut penentuan
kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang
pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, 1) yang berhubungan dengan
pendanaan ekstern karena akan mengarah pada pengambilan keputusan
mengenai struktur modal, yakni akan menentukan proporsi antara hutang
jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini tampak pada debt to equity
ratio perusahaan tersebut. 2) yang berhubungan dengan pendanaan
intern,
aplikasinya
adalah
penentuan
kebijakan
dividen
yang
digambarkan melalui dividend payout ratio (Moeljadi, 2006:237).
Dengan demikian struktur modal memiliki beberapa unsur penting
yang dapat diambil berdasarkan pendapat di atas, yaitu bahwa modal
yang digunakan oleh perusahaan terdiri dari perimbangan antara modal
sendiri dengan modal asing, sehingga dapat dikatakan merupakan
15
cerminan keseluruhan pasiva dalam neraca dan masalah penting dalam
pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena
secara langsung berakibat terhadap keuangan perusahaan.
Tujuan akhir dari struktur modal yang membuat komposisi sumber
pembiayaan yang paling optimal. Dalam menentukan struktur yang
paling optimal, teori tersebut telah banyak dikembangkan oleh para pakar
dengan menganalisa komposisi utang dan modal. Perkembangan teori
struktur modal tersebut sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010: 138-139):
a.
Teori MM (Modigliani dan Miller)
Dalam struktur modal yang menggunakan dana dari utang
tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap nilai perusahaan.
namun bila mulai dipertimbangkan faktor pajak, penggunaan
utang akan selalu lebih menguntungkan dan meningkatkan nilai
perusahaan dengan asumsi tidak ada biaya kebangkrutan, tidak
ada biaya transaksi, dan bunga pinjaman dan simpanan besarnya
sama bagi perorangan ataupun perusahaan.
b.
Trade Off Model
Teori ini mengatakan bahwa bila perusahaan menggunakan
leverage maka perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa
penghematan pajak (tax shield). Namun disisi lain harus pula
diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan
leverage tersebut, seperti biaya kebangkrutan dan biaya
keagenan (Keown et al, 2005). Trade off theory menjelaskan
16
bahwa tingkat leverage perusahaan merupakan hasil trade off
perusahaan antara manfaat pajak atas penggunaan hutang
dengan meningkatnya biaya keagenan dan financial distress
yang muncul akibat peningkatan penggunaan hutang, teori ini
memiliki dasar pemikiran untuk menghindari keputusn ekstrim,
(penggunaan hutang 100% atau penggunaan modal sendiri
100%). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam
meminjam, perusahaan akan dapat melindungi pendapatannya
dari pajak sedangkan apabila meminjam terlalu banyak, maka
akan menyebabkan timbulnya biaya kebangkrutan.
c.
Teori Asimetris Informasi
Dalam teori ini diterangkan bahwa dalam pasar selalu
ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang
berbeda, sehingga dapat dikatakan informasi yang didapat tidak
sempurna. Assymetric information adalah kondisi dimana suatu
pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain
karena assymetric information, manajemen perusahaan lebih
tahu banyak tentang perusahaan disbanding investor di pasar
modal.
2.
Investasi Syariah
Investasi diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Huda dan
17
Nasution, 2007:7). Dalam kamus istilah Pasar Modal dan Keuangan kata
investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu
perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Dalam terminologi investasi keuangan Islami, investasi adalah
gabungan antara investor-investor yang mengkontribusikan surplus
uangnya untuk tujuan memperoleh pendapatan yang halal dalam kondisi
yang masih penuh kompromi dengan persprektif syariah. Dalam
beinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk (dalil)
dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim
yang beriman. Huda dan Nasution (2007:24-25) serta Rodoni (2009:4243), mengatakan dalam bukunya, rambu-rambu tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Terbebas Unsur Riba
Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah atau
merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti dari dua
orang yang berakad.
b.
Terbebas Unsur Haram
Kata haram secara etimologi dalam kaidah ushul fiqh yang
mendefinisikan bahwa haram adalah sesuatu yang disediakan
hukuman bagi yang melakukan dan disediakan pahala bagi yang
meninggalkan karena diniatkan untuk menjalankan syariat-Nya.
18
c.
Terbebas Unsur Gharar
Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau risiko,
dan gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian
dan/atau kebinasaan. Dalam ilmu fiqih muamalah gharar berarti
melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang
mencukupi, atau mengambil risiko sendiri dari suatu perbuatan yang
mengandung risiko tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya,
atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya.
d.
Terbebas Unsur Judi (Maysir)
Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai
tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu
karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah
payah akan tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat
mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut
bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.
e.
Terhindar Unsur Syubhat
Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur (antara halal
dan haram) akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia hak
ataukah batil.
3.
Sukuk
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak
ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumeninstrumen yang punya komponen bunga (interest-bearing instrumnets)
19
ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif
yang dinamakan obligasi syariah (Huda dan Nasution, 2007:85).
Berdasarkan DSN-MUI (Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002), “Surat
berharga syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah yang berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo”.
Karakteristik dan istilah „sukuk‟ merupakan pengganti dari istilah
sebelumnya yang menggunakan istilah „bond‟, dimana istilah bond
mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan „Islamic‟ maka
sangat kontradiktif maknanya karena biasanya
yang mendasari
mekanisme hutang (loan) adalah interest, sedangkan dalam Islam interest
tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007
istilah bond ditukar dengan istilah „sukuk‟ sebagaimana disebutkan
dalam peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan (LK) (Rodoni,
2009:107).
Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk
jamak dari „sakk‟ yang berarti dokumen atau sertifikat. Secara singkat
The Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) mendefiniskan sukuk sebagai sertifikat bernilai
sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu
20
asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau
kegiatan investasi tertentu (Ayub, 2007:392).
Rodoni (2009:108-110) menyebutkan berbagai pengertian dari
sukuk. Secara terminologi, sukuk adalah sebuah kertas (buku) atau
catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran
uang dengan jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada
kertas tersebut. Kata sukuk berasal dari bahasa Persia yaitu jak, lalu
masuk ke bahasa Arab dengan nama shak. Goitien menyebutkan bahwa
shak adalah asal kata dari kata cek atau cheque yang terdapat bahasa
Inggris dimana ia pada dasarnya adalah surat hutang. Kemudian surat
hutang model ini berkembang di Eropa. Pengertian secara umum, sukuk
adalah obligasi yang dijamin oleh adanya aset, mempunyai pengembalian
yang stabil, dapat diperjualbelikan dan sesuai dengan aturan syariah.
Kata-kata Sakk, Sukuk, Sakaik dapat ditelusuri dengan mudah pada
literatur Islam komersial klasik. Kata-kata tersebut terutama secara
umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim
abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah (menggambarkan
transfer/pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan bisnis persekutuan).
Akan tetapi, sejumlah penulis Barat tentang sejarah perdagangan
Islam/Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata Sakk
merupakan kata dari suara Latin “cheque” atau “check” yang biasanya
digunakan pada perbankan kontemporer. (Huda dan Nasution, 2007:122).
21
Berdasarkan
Peraturan
Otoritas
Jasa
Keuangan
Nomor
18/POJK.04/2015, sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu‟/undivided share), atas aset yang
mendasarinya. Aset yang menjadi dasar sukuk wajib tidak bertentangan
dengan prinsip syariah di Pasar Modal, terdiri atas:
a.
Aset berwujud tertentu;
b.
Nilai manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada;
c.
Jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
d.
Aset proyek tertentu dan/atau;
e.
Kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Mengacu pada Brosur Departemen Keuangan, sukuk pada
prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional. Perbedaan pokok antara
lain terletak pada konsep imbalan/bagi hasil, adanya transaksi pendukung
(underlying transaction) berupa akad atau perjanjian antara pihak yang
disusun berdasarkan prinsip syariah. Umumnya sukuk diterbitkan oleh
obligor melalui Super Purpose Vehicle (SPV).
Secara umum sukuk memiliki beberapa karakteristik. Menurut Buku
Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara menyebutkan beberapa
karakteristik sukuk yaitu (2010:8-9):
a.
Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau
kegiatan investasi tertentu
22
b.
Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan
c.
Terbebas dari unsur riba, gharar dan maysir
d.
Memerlukan adanya underlying asset penerbitan
e.
Penggunaan proceeds sesuai dengan prinsip syariah
Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai obyek atau
dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk. Aset yang
dijadikan sebagai underlying asset harus memiliki nilai ekonomis
dan/atau memiliki aliran penerimaan kas, dapat berupa barang berwujud
maupun barang tak berwujud, termasuk proyek yang akan dibangun atau
sedang dibangun. Underlying asset merupakan salah satu aspek utama
yang menjadi pembeda antara penerbitan surat utang dengan sukuk.
Tanpa adanya underlying asset, surat berharga yang diterbitkan akan
memiliki sifat sebagai instrumen utang, karena tidak terdapat transaksi
yang mendasari penerbitan sukuk tersebut (underlying asset).
Penerbitan sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan
kesesuaian prinsip syariah (syariah compliance endorsment) untuk
meyakinkan investor bahwa sukuk yang akan diterbitkan sesuai dengan
prinsip syariah. Pernyataan kesesuaian prinsip syariah tersebut dapat
diperoleh dari individu yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang
syariah atau institusi yang membidangi masalah syariah. Untuk
penerbitan sukuk di dalam negeri, pernyataan kesesuaian prinsip syariah
dapat diperoleh dari Dewan Syariah Nasional – MUI.
23
Sukuk dan obligasi memiliki beberapa perbedaan mendasar yang
menyebabkan sukuk diperbolehkan dalam Islam, seperti yang disebutkan
di atas yaitu terdapatnya underlying asset yang mendasari penerbitan
sukuk. Tabel di bawah ini memuat beberapa perbandingan mendasar
antara sukuk dengan obligasi.
Tabel 2.1
Perbandingan Mendasar Sukuk dengan Obligasi Konvensional
No.
Deskripsi
Sukuk
Pemerintah,
Korporasi, SPV
Obligasi
1.
Penerbit
Pemerintah, Korporasi
2.
Obligor
3.
Sifat instrument
4.
Imbal hasil
5.
Jangka waktu
Pendek, menengah
Pendek, menengah
6.
Underlying asset
Perlu
Tidak perlu
7.
Harga
Market price
Market price
Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi
Penyertaan atas suatu
Instrumen utang
aset
Imbalan, bagi hasil,
Kupon
marjin
8.
Investor
Syariah, konvensional Konvensional
Penggunaan hasil
9.
Harus sesuai syariah
Bebas
penerbitan
Sumber: Mengenal Sukuk, Brosur Departemen Keuangan
Sama halnya dengan obligasi, sukuk dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk syariah sebagai kontrak atau
subkontrak utama. Menurut Ayub (2007:208), Rodoni (2009:116-119)
dan Hariani (2011) jenis akad sukuk diantaranya sebagi berikut:
24
a.
Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan
yang
menggunakan
akad
musyarakah.
Sukuk
musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk mudharabah,
namun berbeda dari segi hubungan antara investor dengan pengelola.
Dalam sukuk mudharabah, investor tidak ikut campur dengan
kebijakan perusahaan (kecuali dalam bidang pengawasan) karena
modal biasanya hanya berasal dari satu pihak (investor), sedangkan
praktek sukuk musyarakah, investor ikut campur dalam hal
pengelolaan karena modal berasal dari kedua belah pihak. Sumber
pembagiannya adalah bagi hasil atau profit and loss sharing. Besar
kecilnya nisbah bagi hasil ditentukan di awal akad berdasarkan
proporsi kontribusi dana atau berdasarkan kesepakatan pihak-pihak
yang berakad. Kerugian yang terjadi ditanggung semua pihak
berdasarkan proporsi kontribusi.
b.
Sukuk Mudharabah
Sukuk mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan dengan menggunakan sistem mudharabah. Pada sistem
mudharabah, salah satu pihak bertindak sebagai pemberi dana
(shahibul maal) sedangkan pihak lain bertindak sebagai pengelola
dana (mudharib). Pembagian keuntungan menggunakan sistem bagi
hasil atau profit and loss sharing. Besar kecilnya nisbah bagi hasil
ditentukan di awal akad berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang
25
berakad. Jadi, sukuk mudharabah dapat diartikan sebagai surat
berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan oleh perusahaan (emiten), pemerintah, atau
institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari hasil
pengelolaan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta
membayar kembali dana pokok pada saat jatuh tempo.
c.
Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
menggunakan akad ijarah, atau sertifikat yang memuat nama
pemiliknya (investor) dan melambangkan kepemilikan terhadap aset
yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat, dan atau
kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli dengan harapan
mendapatkan
keuntungan
dari
hasil
sewa
yang
berhasil
direalisasikan berdasar transaksi ijarah. Sukuk ijarah dianggap
instrumen investasi jangka panjang yang ideal karena lebih mudah
dipasarkan pada pasar sekunder dan memberikan return yang
diketahui oleh investor.
d.
Sukuk Salam
Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang menggunakan akad salam. Salam adalah sistem jual beli atas
barang tertentu yang pembayarannya dilakukan di muka sedangkan
penyerahan barang dilakukan kemudian. Sukuk salam adalah sukuk
26
yang mengandung nilai sama yang diterbitkan untuk mobiliasi modal
saham dan barang yang akan diserahkan berdasarkan akad salam
adalah milik dari pemegang sukuk salam. Dalam sukuk salam
investor berharap bahwa komoditi salam akan mengalami kenaikan
harga pada saat jatuh tempo, yang akan menjadi keuntungan efek.
Sukuk salam ini tidak dapat diperdagangkan selama aset yang
mendasarinya merupakan hutang. Hutang tersebut hanya dapat
diubah menjadi aset nyata pada saat jatuh tempo ketika subjek salam
diserahkan. Dalam pertanian, apabila hasil panen lebih besar dari
dana yang digunakan untuk membiayai produksi maka kelebihan itu
menjadi hak petani. Apabila nilai panennya lebih kecil dari dana
yang digunakan untuk membiayai produksi maka petaninya berutang
kepada pemberi pembiayaan sebesar kekurangannya.
e.
Sukuk Istishna
Sukuk istishna adalah surat berharga yang berisi akad
pembiayaan yang menggunakan akad istishna. Sukuk istishna
melambangkan suatu jual beli dari suatu komoditi dengan basis
selisih antara penyerahan komoditi yang ditangguhkan dengan
pembayaran tunai. Komoditi yang ditangguhkan tersebut adalah
hutang atas penyedia (supplier) sesuai pesan dari pemesan
(pedagang maupun konsumen). Dalam sistem istishna, produsen
setuju membuat barang dan akan mengirimkan dengan harga
tertentu. Penyerahan barang dilakukan secara mencicil atau sekaligus
27
sesuai kesepakatan pihak-pihak yang berakad. Perbedaan salam
dengan sistem istishna terletak pada waktu pembayarannya.
Pembayaran pada sistem salam dilakukan di muka sedangkan pada
sistem istishna pembayaran dilakukan kemudian.
Berdasarkan
Exposure
Draft
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan 110 tahun 2014 (ED PSAK 110 2014) yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Syariah, saat ini di Indonesia hanya sukuk
mudharabah dan ijarah yang diterbitkan oleh korporasi.
Dalam Hariani (2011), berdasarkan pembagian atau pendapatan
hasil, sukuk terbagi atas tiga jenis yaitu:
a.
Sukuk marjin, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya
bersumber dari marjin keuntungan akad jual beli. Sukuk ini terdiri
dari murabahah, sukuk salam, dan sukuk istishna.
b.
Sukuk fee, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya bersifat
tetap karena bersumber dari pendapatan tetap dari sewa atau fee,
yaitu sukuk ijarah.
c.
Sukuk bagi hasil, yaitu sukuk yang pembayaran pendapatannya
berdasarkan bagi hasil dari hasil yang diperoleh dalam menjalankan
usaha yang dibiayai, yaitu sukuk mudharabah dan sukuk
musyarakah.
28
4.
Corporate Governance
a.
Teori Keagenan (Agency Theory)
Manajer-manajer sukses, yang memegang perusahaan terbuka
modern saat ini bukanlah pemilik perusahaan yang sesungguhnya.
Bahkan, sebagian besar top manajer saat ini hanya memiliki
sejumlah nominal saham di perusahaan yang mereka kelola. Pemilik
yang sesungguhnya (pemegang saham) memilih dewan direksi yang
mempekerjakan manajer sebagi agen mereka untuk menjalankan
kegiatan perusahaan sehari-hari.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajemen (agen) degan pemilik (prinsipal).
Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan lancar, pemilik akan
mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer.
Perencanaan kontrak yang tepat bertujuan untuk menyelaraskan
kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik dan kepentingan,
hal ini merupakan inti dari teori keagenan.
Menurut Wheelen dan Hunger (2012:50) dalam bukunya, teori
keagenan/agency theory seperti yang disarankan dalam studi klasik
oleh Berle dan Means, manajer puncak, pada dasarnya “menyewa
tangan” yang mungkin lebih tertarik pada kesejahteraan pribadi
mereka
daripada
kesejahteraan
pemegang saham.
Misalnya,
manajemen mungkin menekankan strategi, seperti akuisisi, yang
meningkatkan ukuran perusahaan (menjadikan manajemen lebih
29
kuat dan menuntut peningkatan gaji dan tunjangan) atau melakukan
diversifikasi perusahaan ke dalam bisnis yang tidak terkait (untuk
mengurangi risiko jangka pendek dan memungkinkan mereka untuk
menempatkan sedikit upaya ke dalam lini produk inti yang mungkin
akan menghadapi kesulitan) tetapi hal tersebut dapat mengurangi
dividen dan/atau harga saham. Menurut mereka, teori keagenan
berkaitan dengan menganalisis dan menyelesaikan dua masalah yang
terjadi dalam hubungan antara principal (pemilik / pemegang saham)
dan agen mereka (top manajemen):
1) Masalah keagenan dapat timbul ketika (a) keinginan atau tujuan
dari pemilik dan konflik manajemen atau (b) adanya kesulitan
atau biaya yang mahal bagi pemilik untuk memverifikasi apa
yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Salah satu contoh ketika
top manajemen lebih tertarik meningkatkan gaji pribadinya
daripada meningkatkan dividen.
2) Masalah pembagian risiko (risk-sharing problem) yang timbul
ketika pemilik dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap
risiko. Eksekutif tidak dapat memilih strategi yang berisiko
karena mereka takut kehilangan pekerjaan mereka jika strategi
gagal.
Menurut Alijoyo dan Zaini (2004:6), terdapat beberapa asumsi
dasar yang membangun agency theory, yaitu diantaranya agency
conflict dan agency problem. Agency conflict yaitu kemungkinan
30
konflik dalam hubungan antara principal dan agen, akibat agen
(manajemen)
melakukan
tindakan
yang
sesuai
dengan
kepentingannya dimana dapat mengorbankan kepentingan pemegang
saham untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang
perusahaan. Agency conflict timbul pada hal-hal seperti moral
hazard, earning retention, risk aversion dan time horizon.
Agency problem muncul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara
kepentingan
pemegang
saham
sebagai
pemilik
dan
manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar
dana yang diinvestasikan memperoleh return maksimal, sedangkan
manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan
dana pemilik.
Menurut Alijoyo dan Zaini (2004:8) terdapat kelebihan dan
kelemahan agency theory. Pemisahan fungsi eksekutif dan fungsi
pegawasan yang disyaratkan pada agency theory memungkinkan
terciptanya “check and balances” dalam korporasi sehingga terjadi
independensi yang sehat bagi para manajer untuk menghasilkan
kinerja korporasi yang maksimal dan pengembalian yang memadai
bagi para pemegang saham. Potensi kelemahannya adalah bila tidak
terjadi “check and balances” yang wajar sehingga interaksi antara
fungsi pengawasan oleh Chairman dengan fungsi pengelolaan CEO
akan terganggu. Akibatnya, proses pengambilan keputusan menjadi
tidak efektif karena adanya pertentangan antara Chairman dan CEO.
31
b. Konsep Good Corporate Governance
Perusahaan semakin tergantung pada modal eksternal (ekuitas dan
pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan, investasi dan pertumbuhan
mereka. Oleh karena itu semakin meningkat kepentingan perusahaan
untuk memastikan penggunaan dana eksternal dengan tepat dan seefisien
mungkin, dan fakta bahwa manajemen bertindak dalam kepentingan
terbaik perusahaan. Jaminan tersebut diberikan oleh sistem good
corporate governance. Sebuah sistem good corporate governance yang
sehat harus memberikan perlindungan yang efektif bagi pemegang saham
dan kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan diri untuk mendapatkan
pengembalian yang tepat atas investasi mereka. Hal ini penting karena
membantu untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan yang efisien dan berkelanjutan dari sektor korporasi.
Sehingga good corporate governance dapat didefinisikan sebagai:
seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang
saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal
atau eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung
jawab mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan (diambil dari Cadbury Committee of United
Kingdom dalam www.fcgi.co.id).
Menurut Surya dan Yustivananda (2008:120), Komite Cadbury
mendefinisikan corporate governance sebagai: Corporate governance
adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
32
dengan tujuan, agar
mencapai
keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin
kelangsungan
eksistensinya
dan
pertanggungjawaban
kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
Direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Menurut Wheelen dan Hunger (2012:45) pengertian dari corporate
governance adalah: The term corporate governance refers to relationship
among these three groups (board of directors, top management, and
shareholder) in determining the direction and performance of the
corporation.
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate
governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidahkaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumbersumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Effendi,2009:1).
Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
penerapan corporate governance memberikan empat manfaat, yaitu: (1)
lebih mudah meningkatkan modal; (2) menekan biaya modal; (3)
memperbaiki kinerja bisnis dan kinerja ekonomi; (4) memberikan
dampak yang baik terhadap harga saham. (karena situasi Indonesia saat
ini, privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
anggaran negara).
33
c.
Prinsip-prinsip Corporate Governance
Penerapan
good
corporate
governance
(GCG)
bermaksud
mengambil nilai-nilai baru, keyakinan dan asumsi-asumsi dasar dari halhal yang dikarakteristikkan tidak transparan, tidak adil, akuntabilitas dan
responsibilitas yang tidak jelas, menjadi hal baru yang dikarakteristikkan
dengan
prinsip-prinsip
utama:
transparency,
accountability,
responsibility, independence, dan fairness (Alijoyo dan Zaini, 2004:75).
Pada tahun 2006, Indonesia melalui Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG) mengeluarkan Pedoman Umum Good
Corporate Governance (GCG) yang menetapkan 5 asas, yaitu:
1) Transparansi (Transparency)
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan agar objektivitas dalam menjalankan bisnis dapat
terjaga. Selain itu, perusahaan yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan,
tetapi
juga
hal
yang
penting
untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
2)
Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja
yang
berkesinambungan.
Perusahaan
harus
bisa
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, perusahaan harus dikelola secara
34
benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.
3)
Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan
harus
melaksanakan
mematuhi
tanggung
peraturan
jawabnya
yang
terhadap
berlaku
dan
masyarakat
dan
lingkungan agar kesinambungan usaha dapat terpelihara dalam
jangka panjang.
4)
Independensi (Independence)
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ di perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
diintervensi oleh pihak lain. Hal ini dapat melancarkan pelaksanaan
asas GCG.
5)
Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
Prinsip ini sebenarnya merupakan serapan dari prinsip Organization
for Economic Co-operation and Development (OECD) yang berlaku
internasional. Prinsip-prinsip KNKCG dibuat untuk menyesuaikan
dengan kondisi di Indonesia. Selain itu, penerapan ini juga merupakan
pelengkap untuk menyusun kebijakan corporate governance yang
diwajibkan di Indonesia.
35
Adapun prinsip-prinsip corporate governance sesuai Pasal 3 Surat
Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002
tentang Penerapan corporate governance pada BUMN sebagai berikut:
1) Transparansi (Transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai
perusahaan.
2) Pengungkapan (Disclosure)
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, hak
diminta maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan.
3) Kemandirian (Independence)
Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
konflik kepentingan dan pengaruh atau tertekan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
prindip-prinsip korporasi yang sehat.
4) Akuntabilitas (Accountability)
Kejelasan
fungsi,
pelaksanaan,
serta
pertanggungjawaban
manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif dan ekonomis.
5) Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian pengelola perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku pada prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
36
6) Kewajaran (Fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Evaluasi Governance
Dalam bukunya, Wheelen dan Hunger (2012:56) menyatakan bahwa
untuk membantu investor mengevaluasi corporate governance suatu
perusahaan, sejumlah layanan pemeringkat independen, seperti Standard
& Poor (S&P), Moody‟s, Morningstar, The Corporate Library,
Institutional Shareholder Services (ISS), dan Governance Metrics
International (GMI), telah membentuk kriteria good governance. S&P
Corporate Governance Scoring System meneliti empat isu utama, sebagai
berikut:
1) Struktur kepemilikan
Menurut Grassa (2015), berdasarkan pada teori keagenan (agency
theory), mekanisme governance dapat memonitor kinerja dan
keputusan manajemen yang memiliki kecenderungan terhadap
perilaku kepentingan pribadi mereka (self-interest) dan menjaga
kepentingan pemegang saham atau obligasi/sukuk minoritas.
Struktur kepemilikan merupakan elemen penting dalam corporate
governance.
37
a) Blockholder
Blockholder adalah jumlah investor yang memiliki saham
perusahaan lebih dari 5%. Bhojraj dan Sengupta (2003)
menyebutkan bahwa dalam literatur blockholding terdiri dari
dua hipotesis. Pertama hipotesis private benefits, dimana
blockholder dapat mengakses private information dan dapat
mempengaruhi kebijakan politik, sosial dan lingkungan dalam
perusahaan. Dalam hipotesis private benefit ini, blockholder
memiliki pengaruh yang tidak semestinya pada manajemen
untuk mengamankan keuntungan yang merugikan penyedia
modal lainnya. Kedua, hipotesis shared benefits, dimana
blockholder melakukan pemantauan yang lebih efisien terhadap
manajemen dan manfaat dari pemantauan tersebut diketahui
juga oleh seluruh pemangku kepentingan. Jika hipotesis private
benefits yang lebih dominan, maka blockholder memiliki
hubungan negatif dengan rating, sedangkan dengan yield
memiliki hubungan yang positif, tetapi, jika hipotesis shared
benefits yang lebih dominan, maka blockholder memiliki
hubungan yang positif terhadap rating, sedangkan dengan yield
memiliki hubungan negatif.
b) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah investor dari pihak institusi
yang dengan adanya investor institusi dapat memantau
38
manajemen menjadi lebih efisien, yang akan menguntungkan
semua pemegang saham. Lebih jauh lagi, pemantauan oleh
pihak investor institusi dapat menurunkan kepentingan pribadi
manajer dan membawa keuntungan bagi pemegang obligasi
(Ashbaugh et al, 2004). Bhojraj dan Sengupta (2003)
mengatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional
yang besar dapat meningkatkan rating obligasi dan menurunkan
risiko gagal bayar (default risk). Hal ini disebabkan karena
investor institusi mempunyai daya pengendali yang lebih baik
dibandingkan investor individu dan aktivitas pengawasannya
dapat mengurangi agency risk.
2) Transparansi Keuangan dan Pengungkapan Informasi
Transparansi pada laporan keuangan dianggap dapat mengurangi
asimetri
informasi
antara
perusahaan
dengan
pemasok
modal/investor (Ashbaugh et.al, 2004). Keandalan dan transparansi
informasi keuangan dapat dilihat dari kualitas dan integritas proses
audit, dan adanya komite audit yang berfungsi melakukan
pemeriksaan
dan
penelitian
yang
dianggap
perlu
terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.
3)
Hak dan Hubungan Stakeholder Mengenai Keuangan
Isu ini mencerminkan perlakuan perusahaan terhadap hutang dan
ekuitas stakeholder serta keseimbangan kekuasaan antara kelompok
stakeholder dan manajemen. Elemen penting dalam isu ini apakah
39
perusahaan mempertahankan tingkat pengedalian perusahaan serta
keterbukaan terhadap perubahan manajemen dan kepemilikan.
4)
Struktur Dewan
Dalam isu ini, corporate governance menguraikan beberapa hal
salah satunya jumlah dewan direksi serta apakah komisaris
independen mewakili semua stakeholder.
a)
Board Size
Board size dapat diartikan sebagai jumlah direktur yang
menjabat dalam dewan. Direktur berfungsi sebagai pengelola
(executive board) bertanggung jawab kepada pemegang saham
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Alijoyo,
2004:39). Aman dan Nguyen (2013) mengungkapkan bahwa
dewan direksi merupakan karakteristik governance yang penting
karena dapat mengawasi keputusan manajer secara efektif.
Namun disisi lain, semakin besar jumlah dewan direksi akan
menyebabkan masalah koordinasi yang besar. Elhaj et.al (2015)
juga
mengungkapkan
bahwa,
menurut
teori
keagenan,
membatasi jumlah dewan direksi pada tingkat tertentu umumnya
dapat meningkatkan kinerja keuangan. Menurut Wheelen dan
Hunger (2012:50), sebagai contoh, masalah keagenan ini
muncul dari keinginan top manajemen atau direktur dalam
meningkatkan gaji mereka dibandingkan meningkatkan dividen
saham.
40
b)
Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal
dari luar perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
perusahaan) yang dipilih secara transparan dan independen,
memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari
pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau
pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen
dengan berpedoman pada prinsip-prinsip good corporate
governance
(transparency,
accountability,
responsibility,
independence dan fairness) (Alijoyo, 2004:54). Keberadaan
komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim
yang lebih objektif dan independen, dan juga menjaga “fairness”
serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan
pemegang
saham
mayoritas
dan
perlindungan
terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan
para stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004:50).
5.
Peringkat
Menurut Brigham dan Houston (2009:373), sejak awal 1900-an,
obligasi
telah
diberikan
peringkat
mutu
yang
mencerminkan
kemungkinan untuk mengalami gagal bayar. Tiga agen pemeringkat
utama adalah Moody‟s Investor Service (Moody‟s), Standard & Poor‟s
Corporation (S&P), dan Fitch Investors Service. Obligasi triple dan
double A artiya sangat aman. Obligasi single –A dan triple –B juga
41
cukup kuat untuk disebut obligasi layak investasi (investment-grade
bonds), dan ini adalah obligasi berperingkat terendah yang diizinkan oleh
hukum untuk dimiliki oleh kebanyakan bank dan investor institusional.
Obligasi double –B dan lebih rendah akan bersifat spekulatif, atau
obligasi
sampah
(junk
bonds).
Obligasi-obligasi
ini
memiliki
kemungkinan akan mengalami gagal bayar yang signifikan.
Hulwati
(2009:169)
menyatakan
bahwa,
peringkat
obligasi
merupakan cerminan dari penilaian pasar akan risiko obligasi, bukan
tinggi rendahnya kadar bunga yang diberikan.
Beberapa studi di
Amerika telah dilakukan untuk menguji respon pasar ketika perubahan
peringkat. Dapat disimpulkan bahwa pengumuman adanya perubahan
peringkat tidak memberikan informasi baru pada pasar modal. Hasil
penyelidikan menyatakan bahwa perubahan peringkat memberikan
informasi lama yang melekat pada harga obligasi. Hanya saja perubahan
harga tersebut terjadi setelah satu tahun atau lebih dari masa terjadinya
perubahan peringkat. Hasil penyelidikan juga menunjukan bahwa
institusi peringkat obligasi melakukan penurunan peringkat ketika
reputasi perusahaan tidak bagus, atau ukuran risiko obligasi maupun
saham perusahaan itu meningkat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa peringkat bukan hanya
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
obligasi, tetapi ia juga memberi pengaruh terhadap yield. Secara umum,
makin tinggi peringkat obligasi, ukuran bunga cenderung semakin
42
rendah. Untuk itu perusahaan yang mempunyai nominal tinggi tidak
perlu menawarkan ukuran bunga yang tinggi.
Menurut Setyaningrum (2005), peringkat surat utang perusahaan
yang diberikan oleh lembaga pemeringkat independen memberikan
gambaran tentang kemampuan emiten untuk memenuhi kewajiban
membayar bunga dan pokok secara tepat waktu dan dalam jumlah yang
sesuai. Peringkat dihasilkan setelah memperhatikan perbandingan antar
industri dan antar emiten.
Rahardjo (2004:100) dalam bukunya menguraikan secara ringkas
manfaat umum dari peringkat obligasi, yaitu:
1) Sistem
informasi
keterbukaan
pasar
yang
transparan
dan
menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar
obligasi yang sehat dan trasparan juga.
2) Efisiensi biaya, hasil peringkat yang baik biasanya menghindari
kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan
perusahaan seperti penyediaan sinking fund atau jaminan aset.
3) Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung
semakin rendah nilai coupon begitu juga sebaliknya.
4) Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut
kemampuan membayar utang, tingkat risiko investasi yang mungkin
timbul, serta jenis tingkatan utang tersebut.
5) Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi
pada umumnya.
43
Sama halnya dengan sukuk, peringkat sukuk merupakan indikator
ketepatan waktu pembayaran pokok dan sewa/marjin utang sukuk. Agen
pemberi peringkat, dalam konteks pasar sukuk, memberikan peringkat
sukuk yang akan ditawarkan pada investor. Suatu peringkat biasanya
adalah opini tentang kemungkinan bahwa penerbit akan mampu
membayar secara penuh pinjaman pokok dan bunga dalam tingkat yang
aman tepat pada waktunya sesuai dengan jangka waktu yang aman.
Walaupun demikian, agen pemberi peringkat memegang peranan
menyeluruh dalam transaksi tersebut dan memiliki pertimbangan tingkat
input yang berkaitan dengan bagaimana menstruktur arus kas dan
kerangka kerja hukum pada suatu transaksi sukuk (Huda dan Nasution,
2007:156).
Menurut catatan Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 Otoritas
Jasa Keuangan. Sukuk memiliki karakteristik yag berbeda dengan
obligasi. Salah satu perbedaan utama adalah dalam setiap penerbitan
sukuk harus ada underlying asset dan struktur akad sukuk. Walaupun
terdapat perbedaan karakteristik antara sukuk dan obligasi, perusahaan
pemeringkat efek di Indonesia, dalam melakukan pemeringkatan sukuk,
masih menggunakan pemeringkatan yang sama dengan pemeringkatan
obligasi. Terkait dengan hal tersebut, pelaku pasar yang terlibat dalam
pemeringkatan mengharapkan adanya panduan yang terstandar mengenai
pemeringkatan sukuk. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai
pengembangan metodologi pemeringkatan sukuk.
44
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP
tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkatan dan
Peringkat yang diakui Bank Indonesia, berikut adalah daftar lembaga
pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia:
1) Fitch Ratings
2) Moody‟s Investor Service
3) Standard and Poor‟s
4) PT. Fitch Ratings Indonesia
5) PT. ICRA Indonesia
6) PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO)
PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia
yakni berdiri sejak tahun 1993. Sedangkan PT Fitch Ratings Indonesia
dan PT ICRA Indonesia mulai mendapat pengakuan dari Bank Indonesia
sejak tahun 2008 dan 2010. Di antara ketiga lembaga pemeringkat rating
tersebut, PT PEFINDO adalah yang paling banyak digunakan jasanya
oleh perusahaan.
Proses pemeringkatan oleh PT PEFINDO dimulai dari permintaan
dari perusahaan. Setelah itu, PEFINDO akan meminta perusahaan untuk
melengkapi semua kelengkapan administrasi. PEFINDO kemudian akan
membentuk suatu tim untuk melakukan penilaian dan analisis. Informasi
yang disediakan oleh perusahaan baik dengan penyediaan dokumen
ataupun dengan kunjungan lapangan akan diriview oleh tim penilai atau
tim analisis tersebut. Pihak PEFINDO juga akan meminta perusahaan
45
untuk menyajikan informasi tambahan yang dibutuhkan dalam proses
pemeringkatan dan akan dilakukan diskusi antara pihak PEFINDO
dengan pihak manajemen perusahaan.
Jika semua informasi yang dibutuhkan telah diproses, maka akan
dibentuk Komite Peringkat untuk memberi rekomendasi akhir terkait
rating perusahaan. Hasil pemeringkatan tersebut akan dikomunikasikan
ke pihak manajemen perusahaan. Apabila perusahaan tidak setuju dengan
hasil pemeringkatan tersebut, perusahaan berhak untuk mengajukan
pembelaan dengan memberikan informasi tambahan yang mendukung
pada rentang waktu yang telah disepakati. Apabila perusahaan setuju
dengan hasil pemeringkatan ini, maka PEFINDO akan mengeluarkan
laporan peringkat. Namun jika perusahaan tidak setuju dengan hasilnya,
maka PEFINDO tidak akan mempublikasikannya. Dalam hal ini
PEFINDO akan merahasiakan semua informasi yang diperoleh dan
analisis yang pernah dilakukan terhadap perusahaan tersebut.
PEFINDO juga memiliki klasifikasi peringkat bagi instrumen utang.
Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO disesuaikan degan S&P‟s.
Tabel berikut menunjukan definisi peringkat menurut PT PEFINDO.
46
Tabel 2.2
Definisi Peringkat Sukuk Jangka Panjang
Peringkat
idAAA(sy)
Arti
Peringkat ini merupakan peringkat tertinggi yang
diberikan oleh PEFINDO. Kapasitas emiten untuk
memenuhi komitmen keuangan jangka panjang di bawah
kontrak
pembiayaan
syariah,
relatif
lebih
unggul/superior terhadap emiten Indonesia lainnya.
idAA(sy)
Peringkat ini satu tingkat di bawah dari peringkat
sebelumnya. Kapasitas emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang di bawah kontrak
pembiayaan syariah, relatif sangat kuat terhadap emiten
Indonesia lainnya.
idA(sy)
Kapasitas emiten untuk memenuhi komitmen jangka
panjang di bawah kontrak pembiayaan syariah, relatif
kuat terhadap emiten Indonesia lainnya. Namun sedikit
rentan terhadap efek samping dari perubahan keadaan
dan kondisi ekonomi dari instrumen yang lebih tinggi
peringkatnya.
idBBB(sy)
Peringkat ini menunjukan parameter perlindungan
emiten yang cukup memadai. Namun perubahan
keadaan dan kondisi ekonomi cenderung menyebabkan
kapasitas emiten melemah untuk memenuhi komitmen
jangka panjang di bawah kontrak pembiayaan syariah.
idBB(sy)
Peringkat ini menunjukan parameter perlindungan yang
sedikit lemah. Kapasitas emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang di bawah kontrak
pembiayaan syariah rentan terhadap ketidakpastian
kondisi keuangan, ekonomi dan bisnis yang merugikan.
idB(sy)
Peringkat ini menunjukan parameter perlindungan yang
lemah. Kapasitas emtiten untuk memenuhi komitmen
keuangan jangka panjang di bawah kontrak pembiayaan
syariah kemungkinan akan terganggu oleh bisnis yang
merugikan, keuangan maupun kondisi ekonomi.
idCCC(sy)
Peringkat ini menunjukan rentan tidak dibayarkan dan
tergantung pada bisnis dan kondisi keuangan yang
menguntungkan bagi penerbit/emiten untuk memenuhi
komitmen keuangan jangka panjang di bawah kontrak
pembiayaan syariah.
idD(sy)
Peringkat ini menunjukan terjadinya kegagalan
pembayaran. Kecuali dibenarkan ketika pembayaran
yang terlambat pada tanggal jatuh tempo dibuat
perpanjangan waktu.
Sumber: Rating Definition, www.pefindo.com
47
6.
Yield to Maturity (YTM)
Yield adalah imbal hasil (pendapatan investasi) yang diharapkan oleh
investor atas investasi yang dilakukan. Yield obligasi merupakan faktor
penting sebagai pertimbangan investor dapat melakukan pembelian
obligasi sebagai instrumen obligasi. Investor yang bersifat konservatif
pada umumnya melakukan perhitungan yield obligasi dengan metode
yield to maturity (YTM), sedangkan investor dengan tujuan investasi
jangka pendek pada umumnya menghitung yield dengan menggunakan
current yield (CY) (Wibisono, 2010).
Bagi investor yang membeli obligasi sebagai tempat investasi, yield
to maturity merupakan salah satu standar yang perlu diperhatikan. Yield
to maturity adalah pengembalian yang akan diterima investor obligasi.
Perhitungan yield to maturity adalah dengan menambah perbedaan antara
harga nominal dengan harga pembelian. Dengan kata lain bahwa yield to
maturity merupakan nilai yang paling sempurna dengan syarat obligasi
tersebut dapat dipertahankan sampai jatuh tempo, karena perhitungan
yield to maturity mesti ditambahkan dengan capital gain yang dibayarkan
penerbit pada jatuh tempo (Hulwati, 2009:155-156).
Brigham dan Houston (2009:360-361) menyebutkan imbal hasil
jatuh tempo identik dengan total tingkat pengembalian. Imbal hasil saat
jatuh tempo dapat juga dilihat sebagai tingkat pengembalian obligasi
yang dijanjikan, yang merupakan pengembalian yang akan diterima
investor jika seluruh janji pembayaran ditepati. Yield to maturity (YTM)
48
untuk suatu obligasi yang dijual pada nilai pari akan sepenuhnya terdiri
atas imbal hasil bunga, tetapi jika obligasi dijual pada harga selain nilai
parinya, YTM akan terdiri dari imbal hasil bunga ditambah imbal hasil
keuntungan modal positif atau negatif. Perlu dicatat pula bahwa imbal
hasil saat jatuh tempo suatu obligasi akan berubah ketika tingkat suku
bunga di dalam perekonomian mengalami perubahan.
Banyak investor jangka panjang melakukan metode perhitungan
pendapatan obligasi berdasarkan Yield to Maturity (YTM) agar bisa
melakukan perbandingan tingkat pendapatan obligasi yang satu dengan
yang lainnya (Rahardjo, 2004). YTM dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
7.
YTM
: Yield to Maturity
C
: Coupon
F
: Nilai Nominal (face value)
P
: Harga Pasar Obligasi
N
: Jangka Waktu (time to maturity)
Keterkaitan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
a.
Pengaruh Blockholder terhadap Rating dan Yield Sukuk
Blockholder berpengaruh negatif terhadap rating sukuk dan
berpengaruh positif terhadap yield sukuk. Sesuai dengan hipotesis
private benefits, blockholder dapat mengakses private information
dan mempengaruhi kebijakan politik, sosial serta lingkungan
49
perusahaan sehingga meningkatnya jumlah blockholder dalam
perusahaan dianggap dapat membawa pengaruh yang tidak
semestinya
pada
manajemen
untuk
membuat
manajemen
mengamankan keuntungan yang merugikan investor lainnya
(shareholder ataupun bondholder). Hal ini dapat menurunkan
kinerja perusahaan dan meningkatkan risiko gagal bayar (default)
perusahaan sehingga rating sukuk akan menurun. Dalam hal ini
mekanisme governance menjadi tidak efektif karena perusahaan
dihadapkan pada peningkatan yield yang harus dibayar untuk
menarik investor (Bhojraj dan Sengupta, 2003).
b. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Rating dan Yield
Sukuk
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap rating
sukuk dan berpengaruh negatif terhadap yield sukuk. Dengan adanya
investor dari institusi, akan meningkatkan pengawasan terhadap
kinerja manajemen sehingga kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya tidak merasa dirugikan. Pengawasan terhadap kinerja
manajemen oleh investor institusi membuat manajemen tidak dapat
mengambil kesempatan untuk memaksimalkan kepentingan pribadi
manajemen sehingga kinerja perusahaan akan semakin meningkat
dan kemungkinan risiko gagal bayar (default) perusahaan akan
menurun. Perusahaan dengan pemantauan eksternal yang kuat
memiliki mekanisme governance yang efektif sehingga perusahaan
50
dapat menerima rating yang semakin tinggi dan yield yang harus
dibayarkan menjadi rendah (Bhojraj dan Sengupta, 2003).
c.
Pengaruh Board Size terhadap Rating dan Yield Sukuk
Board size berpengaruh positif terhadap rating sukuk dan
berpengaruh negatif terhadap yield sukuk. Jumlah direksi yang lebih
besar dalam perusahaan menghasilkan rating yang tinggi karena
perusahaan dapat memiliki lebih banyak expertise dimasing-masing
bidang dan tugas antar direksi dalam hal pemantauan jadi lebih
efektif sehingga agency risk menjadi berkurang dan meningkatkan
rating sukuk (Aman dan Nguyen, 2013 serta Elhaj et al 2015). Selain
itu, dewan direksi dengan stabilitas yang tinggi serta pengungkapan
keuangan yang transparan dapat mencegah terjadinya risiko gagal
bayar dan meningkatkan rating sukuk, sehingga yield yang
ditawarkan oleh perusahaan tidak tinggi (Bradley et al, 2008).
d. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Rating dan Yield
Sukuk
Komisaris independen berpengaruh positif terhadap rating
sukuk dan berpengaruh negatif terhadap yield sukuk. Tujuan
menghadirkan
pengambilan
komisaris
keputusan
indpenden
dalam
sebagai
susunan
penyeimbang
keanggotaan
dewan
komisaris serta menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen dalam
pengelolaan melalui fungsi pengawasannya sehingga diharapkan
keberadaan komisaris yang independen membuat kinerja perusahaan
51
menjadi meningkat. Kinerja perusahaan yang tinggi akan membuat
perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka panjangnya
atau dalam hal ini risiko gagal bayar perusahaan rendah. Semakin
rendah risiko gagal bayar akan berdampak pada meningkatnya rating
sukuk, selain itu, rendahnya risiko gagal bayar menandakan bahwa
tingkat yield yang disyaratkan juga rendah (Terry, 2011).
52
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
yang
telah
dilakukan
berkaitan
corporate
governance, rating dan yield sukuk diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Peneliti
Bhojraj
dan
Sengupta
(2003)
Judul
Effect of
Corporate
Governance
on Bond
Rating and
Yields: The
Role of
Institusional
Investors and
Outside
Directors.
Metodologi
Sampel yang
digunakan
adalah
perusahaan
yang
menerbitkan
obligasi pada
tahun 19901993.
Metode dalam
penelitian ini
menggunakan
model:
- Ordered
probit
model
(Rating)
- Ordinary
Least
Regression
(Yield)
Hasil
Penelitian ini menemukan
hasil bahwa:
- Kepemilikan
institusional dan
outside director
berhubungan positif
terhadap rating bond
dan negatif terhadap
yield bond.
- Blockholder
berpengaruh negatif
terhadap rating bond
tetapi positif terhadap
yield bond.
- Perusahaan dengan
kepemilikian
institusional dan
outside director yang
besar memiliki rating
bond yang tinggi dan
yield yang rendah.
2.
Ashbaugh
et.al
(2004)
The Effects
of Corporate
Governance
on Firms‟
Credit Rating
Sampel yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
perusahaan di
Amerika yang
menerbitkan
obligasi tahun
2003 dan
metode yang
digunakan
Penelitian ini menemukan
hasil bahwa:
- Blockholder dan
kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif
terhadap rating kredit,
- Kepemilikan
institusional dan
outside director
berpengaruh positif
terhadap rating kredit.
- Tingkat transparansi
Perbedaan
Perbedaan
penelitian ini
terletak pada:
- Variabel
dependen yang
digunakan
adalah YTM
approximation.
- Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah sukuk
yang diterbitkan
oleh
perusahaan.
- Menambah
variabel
independen
yang digunakan
adalah
kepemilikan
institusional dan
board size.
Perbedaan
penelitian ini
terletak pada:
- Menambah
variabel
dependen yaitu
YTM
approximation.
- Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah sukuk
53
No.
3.
Peneliti
Judul
Setyaningr Pengaruh
um (2005) Mekanisme
Corporate
Governance
terhadap
Peringkat
Surat Utang
Perusahaan
di Indonesia.
Metodologi
yaitu model
ordered logit
karena rating
kredit terdiri
dari tujuh
kategori.
Hasil
laporan keuangan,
board stock ownership
dan board expert
berhubungan positif
dengan rating kredit
- CEO POWER dalam
dewan hubungan
negatif terhadap rating
kredit.
- Untuk variabel kontrol,
rating kredit
berpengaruh positif
terhadap ROA, size,
capital intensity dan
interest coverage dan
berpengaruh negatif
terhadap
leverage/DAR, LOSS
dan subordinated debt.
Perbedaan
korporasi.
- Data yang
digunakan
termasuk
unbalanced
panel periode
2011-2015.
- Menambah
variabel
independen
yang digunakan
yaitu board size.
Sampel dalam
penelitian ini
adalah
obligasi yang
beredar tahun
2002-2004
dengan
metode yang
digunakan
penelitian ini
adalah model
ordered logit
karena
variabel
dependen
penelitian ini
termasuk
kategori
ordinal.
Penelitian ini menemukan
hasil bahwa:
- Jumlah blockholder
berhubungan negatif
dengan Peringkat surat
utang perusahaan.
- Kepemilikan
institusional, kantor
akuntan publik (KAP)
dan komite audit
berhubungan positif
dengan peringkat surat
utang.
- Data dalam penelitian
ini tidak mendukung
hubungan yang
signifikan antara
persentase kepemilikan
manajerial, jumlah
dewan komisaris dan
persentase komisaris
independen dengan
peringkat surat utang
perusahaan.
- Untuk variabel kontrol
Perbedaan
penelitian ini
terletak pada:
- Menambah
Variabel
dependen yaitu
YTM
approximation.
- Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah sukuk
yang diterbitkan
oleh
perusahaan.
- Menambah
variabel
independen
yang diteliti
yaitu board size.
- Menambah
periode
penelitian
menjadi lima
tahun.
54
No.
Peneliti
4.
Hariani
(2011)
5.
Aman dan
Nguyen
(2013)
Judul
Metodologi
Pengaruh
Penerapan
Good
Corporate
Governance
terhadap
Risiko Kredit
dan Yield
Sukuk Ijarah
Korporasi
Menguji
pengaruh
blockholder,
komite audit,
KAP dan
komisaris
independen.
Sampel dalam
penelitian ini
adalah sukuk
ijarah
korporasi
pada tahun
2007-2010
dan metode
yang
digunakan
adalah
multinomial
logit untuk
peringkat
kredit dan
regresi
berganda
untuk DER
dan last yield
sukuk.
Hasil
leverage/DAR dan size
menghasilkan pengaruh
yang negatif,
sedangkan ROA,
capital intensity dan
financial utility
berpengaruh positif
terhadap peringkat
surat utang.
Perbedaan
Penelitian ini menemukan
hasil bahwa:
- Pada model I hanya ada
satu variabel yang
signifikan terhadap
peringkat yaitu ukuran
perusahaan/size,
sedangkan penerapan
GCG tidak ada satupun
yang signifikan.
- Pada model II, KAP
dan blockholder
berpengaruh signifikan
positif terhadap risiko
kredit/DER, sedangkan
pada model III dengan
uji t, hanya dua variabel
yang signifikan
terhadap yield yaitu
komisaris independen
dan ukuran
perusahaan/size, namun
komisaris independen
berpengaruh signifikan
negatif terhadap yield.
Perbedaan
penelitian ini
terletak pada:
- Periode
penelitian
ditambah
menjadi lima
tahun yaitu
2011-2015 dan
data yang
digunakan
adalah
unbalanced
panel.
- Variabel
dependen yang
digunakan
menggunakan
YTM
approximation.
- Menggunakan
variabel
independen
yang berbeda
yaitu
kepemilikan
institusional dan
board size.
Does Good
Sampel yang
Penelitian ini menemukan Perbedaan
Governance digunakan
hasil bahwa:
penelitian ini
Matter to
dalam
- Kepemilikan
terletak pada:
Debtholders? penelitian ini
institusional dan board - Menambah
Evidence
adalah
size berhubungan
variabel
from The
perusahaan
positif dengan
dependen yang
Credit Rating yang memiliki
peringkat kredit. Hal ini
digunakan yaitu
55
No.
6.
Peneliti
Elhaj et.al
(2015)
Judul
of Japanese
Firms
Metodologi
informasi
governance
dan tersedia di
Nikkei
Corporate
Governance
Evaluation
System pada
2003. Metode
yang
digunakan
adalah model
ordered
probit.
-
The Influence
of Corporate
Governance,
Financial
Ratios, and
Sukuk
Structure o
Sukuk
Rating.
Sampel yang
digunakan
adalah sukuk
yang terdaftar
di Bursa
Malaysia
tahun 20082013 dan
metode yang
digunakan
adalah model
ordered logit.
Hasil
Perbedaan
terjadi karena investor
YTM
institusional melakukan
approximation.
pengawasan yang
- Sampel yang
efektif terhadap kinerja
digunakan
manajemen serta
dalam penelitian
jumlah direksi yang
ini adalah sukuk
banyak dapat
korporasi
meghasilkan
periode 2011diversifikasi pendapat
2015.
sehingga
- Variabel
meminimalkan
dependen rating
kesalahan dalam
termasuk dalam
pengambilan pendapat.
kategori dummy
Outside director
(0 dan 1).
memiliki dampak yang
kecil dalam perusahaan,
karena dewan-dewan di
Jepang pada dasarnya
terdiri dari orang
dalam.
Penelitian ini menemukan
hasil bahwa:
- Board size dan outside
director memiliki
pengaruh positif
signifikan terhadap
rating sukuk.
- Profitabilitas/ROA dan
ukuran perusahaan/size
berpengaruh positif
terhadap rating sukuk.
- Struktur sukuk
seluruhnya
berpengaruh signifikan
terhadap rating sukuk.
Perbedaan
penelitian ini
terletak pada:
- variabel
independen
yang digunakan
adalah
blockholder,
kepemilikan
institusional,
board size dan
komisaris
independen.
- Menambah
variabel
dependen yaitu
menggunakan
YTM
approximation.
- Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah sukuk
ijarah korporasi
56
No.
Peneliti
7.
Grassa
(2015)
8.
Altin et.al
(2016)
Judul
Metodologi
Hasil
Perbedaan
tahun 20112015.
Corporate
Sampel dalam Penelitian ini menemukan Perbedaan
Governance penelitian ini
hasil bahwa:
penelitian ini
anf Credit
adalah bank
- Blockholder
terletak pada:
Rating in
syariah yang
berpengaruh negatif
- Menambah
Islamic
beroperasi di
sedangkan board
variabel
Banks: Does GCC dan Asia
independence dan
dependen yang
Shariah
Tenggara
board size
digunakan yaitu
Governance selama tahun
berhubungan positif
YTM
Matters?
2005-2011
terhadap rating kredit
approximation.
dan metode
Bank Islam.
- Sampel yang
yang
- Untuk variabel kontrol
digunakan
digunakan
menghasilkan
dalam penelitian
adalah model
pengaruh yang positif
ini adalah sukuk
order logit
antara kredit rating
korporasi
dengan ROA dan bank
periode 2011size, sedangkan
2015.
leverage dan LOSS
- Menggunakan
mempunyai pengaruh
variabel
negatif.
independen
yang berbeda
yaitu
kepemilikan
institusional.
Corporate
Sampel dalam Penelitian ini menemukan Perbedaan
Governance, penelitian ini
hasil bahwa:
penelitian ini
Ownership
adalah kredit
- ROA dan size
terletak pada:
Structure and jangka
berpengaruh signifikan - Variabel
Credit Rating panjang yang
positif terhadap rating
independen
Hospitality
diterbitkan
kredit.
yang digunakan
Firms
oleh S&P
- Kepemilikan
yaitu
tahun 1990institusional
blockholder,
2007 dan
berpengaruh positif
board size dan
metode yang
terhadap rating kredit
komisaris
adalah model - Persentase
independen.
ordered
kepemilikan
- Menambah
logistic.
institusional signifikan
variabel
negatif terhadap rating
dependen yang
kredit, berlawanan
digunakan yaitu
dengan prediksi
YTM
sebelumnya.
approximation.
- GIM index, interest
- Sampel yang
coverage signifikan
digunakan
positif terhadap rating
dalam penelitian
57
No.
Peneliti
Judul
Metodologi
-
Hasil
kredit.
Variabel loss tidak
signifikan terhadap
rating, karena
kerugian dapat
menurunkan
kemampuan interest
coverage perusahaan,
meningkatkan capital
intensity dll yang
menandakan
rendahnya rating
kredit.
Perbedaan
ini adalah sukuk
korporasi
periode 20112015.
Sumber: berbagai jurnal – data diolah
58
C. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Penerapan Corporate Governance
terhadap Rating dan Yield Sukuk
BEI
CORPORATE
GOVERNANCE
YTM
Rating
idAAA(sy)
(1)
Regresi Panel
Selain
idAAA(sy)
(0)
Uji Chow
Regresi Logistik
Uji LM
Uji R2
Mcfadden
Uji
Likelihood
Ratio
Uji
Z
Uji Hausman
Asumsi Klasik
Uji R2
Uji F
Uji t
Interpretasi Hasil
59
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
1.
Pengaruh corporate governance terhadap rating sukuk
a.
Pengaruh blockholder dengan rating sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara blockholder dengan rating
sukuk
b.
Pengaruh kepemilikan institusional dengan rating sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional
dengan rating sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara board size dengan rating
sukuk
c.
Pengaruh komisaris independen dengan rating sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara komisaris independen
dengan rating sukuk
2.
Pengaruh corporate governance terhadap YTM sukuk
a.
Pengaruh blockholder dengan yield sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara blockholder dengan YTM
sukuk
b.
Pengaruh kepemilikan institusional dengan YTM sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional
dengan YTM sukuk
60
c.
Pengaruh board size dengan YTM sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara board size dengan YTM
sukuk
d.
Pengaruh proporsi komisaris independen dengan YTM sukuk
Ha:
, terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional
dengan YTM sukuk
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap sukuk
korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 20112015. Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat sebagai alat analisa
dengan menggunakan data sekunder dari laporan tahunan dan laporan
keuangan yang telah diaudit. Penelitian ini dimulai dari mengumpulkan datadata yang dibutuhkan terkait dengan proksi corporate governance, rating
sukuk korporasi, historical price sukuk, kupon, dan nominal untuk
menghitung yield to maturity (YTM) sukuk korporasi. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan EViews versi 9. Setelah
diketahui hasil penelitian, selanjutnya dilakukan analisis hasil.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling.
Non-probability
sampling
merupakan
teknik
yang
tidak
memberikan kesempatan atau peluang yang sama kepada anggota populasi
yang akan diambil sampelnya (Sudarmanto, 2013:48). Dari teknik nonprobability sampling, diambil teknik pengambilan sampling dengan
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan metode penentuan sampel
62
tersebut, kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan data dan sampel
adalah sebagai berikut:
1) Sukuk yang dipilih adalah sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan atau
masih aktif beredar selama tahun 2011 – 2015 serta minimal jatuh tempo
pada tahun 2016.
2) Sukuk yang dipilih adalah sukuk yang diketahui data rating-nya oleh PT
PEFINDO selama tahun pengamatan.
3) Sukuk yang dipilih merupakan sukuk ijarah korporasi.
4) Emiten sukuk mempunyai data laporan keuangan audited dan laporan
tahunan yang lengkap dari tahun 2011 – 2015.
Dari kriteria pemilihan sampel di atas, maka terdapat 18 sukuk korporasi
dari 5 emiten penerbit sukuk. Berikut keterangan seleksi pemilihan sampel.
Tabel 3.1
Seleksi Pemilihan Sampel
Karakteristik
Total
Jumlah sukuk yang terbit atau masih aktif beredar pada 2011-2015
66
Jatuh tempo sebelum tahun 2016
(25)
Bukan merupakan sukuk ijarah
(19)
Tidak diperingkat oleh PEFINDO
(3)
Tidak lengkap laporan keuangan audited dan tahunan
Sampel yang diteliti
Sumber: ICaMEL dan Factbook, data diolah.
(1)
18
63
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No.
Nama Sukuk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sukuk ijarah PLN I tahun 2006
Sukuk ijarah PLN II tahun 2007
Sukuk ijarah Indosat IV tahun 2009 Seri B
Sukuk ijarah PLN IV tahun 2010 seri A
Sukuk ijarah PLN IV tahun 2010 seri B
Sukuk ijarah PLN V tahun 2010 seri B
Sukuk ijarah Indosat V tahun 2012
Sukuk ijarah Sumberdaya Sewatama I tahun 2012
Sukuk ijarah TPS Food I tahun 2013
Sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap I Tahun 2013
Sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 seri A
Sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 seri B
Sukuk ijarah berkelanjutan I Summarecon Agung tahap I
13 tahun 2013
Sukuk ijarah berkelanjutan I Summarecon Agung tahap II
14 tahun 2014
15 Sukuk ijarah berkelanjutan I Indosat tahap I tahun 2014 seri A
16 Sukuk ijarah berkelanjutan I Indosat tahap I tahun 2014 seri C
17 Sukuk ijarah berkelanjutan I Indosat tahap II tahun 2015 seri C
18 Sukuk ijarah berkelanjutan I Indosat tahap II tahun 2015 seri E
Sumber: ICaMEL dan Factbook, data diolah
Kode
PPLN08C
SIKPPLN01
SIKISAT04B
SIKPPLN03A
SIKPPLN03B
SIKPPLN04B
SIISAT05
SISSMM01
SIAISA01
SIPPLN01CN1
SIPPLN01ACN2
SIPPLN01BCN2
SISMRA01CN1
SISMRA01CN2
SIISAT01ACN1
SIISAT01CCN1
SIISAT01CCN2
SIISAT01ECN2
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
laporan keuangan dan tahunan yang telah diaudit yang terdiri dari uraian
praktik corporate governance pada periode 2011-2015. Selain itu diperlukan
juga data rating dari sukuk perusahaan yang bersangkutan. Data dalam
penelitian ini termasuk dalam data unbalanced panel. Adapun data-data yang
diperlukan adalah sebagai berikut:
64
1) Laporan tahunan dan keuangan yang diterbitkan perusahaan publik di
BEI selama 2011 sampai 2015 yang terkait dengan praktik corporate
governance seperti jumlah blockholder, kepemilikan institusional, board
size, proporsi komisaris independen.
2) Factbook yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia.
3) Data historical price sukuk periode 2011-2015 dan rating sukuk
perusahaan yang di rating oleh PEFINDO yang didapat dari Indonesian
Capital Market Library (ICaMEL).
4) Data kupon dan nominal sukuk perusahaan yang didapat dari Factbook
dan Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA).
Metode penulisan skripsi yang digunakan adalah penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara mencari dan mempelajari buku-buku, literatur, jurnaljurnal penelitian, tesis dan penelusuran internet yang erat kaitannya dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini, termasuk dalam pencarian data
sekunder terkait dengan sampel dan data lainnya untuk melakukan
perhitungan metode yang digunakan.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua metode dalam pengolahan data. Metode
pertama untuk pengujian hipotesis I menggunakan regresi logistik karena
variabel dependen termasuk ke dalam kategori binary. Sedangkan metode
kedua untuk pengujian hipotesis II menggunakan regresi panel karena tipe
dari data yang digunakan berbentuk data panel. Data panel merupakan
65
kumpulan data yang merupakan gabungan dari jenis data cross section dan
time series.
1.
Uji Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif
adalah
statistik
yang
berfungsi
untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Dalam
statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data,
dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi, penjelasan kelompok
melalui modus, median, mean dan variasi kelompok melalui rentang dan
simpangan baku (Sugiyono, 2005:21).
2.
Analisis Regresi Logistik
Untuk melihat pengaruh corporate governance terhadap rating
sukuk dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic
regression) atau sering disebut dengan model Logit. Model Logit
(logistic regression) adalah model regresi yang digunakan untuk
menganalisis variabel dependen dengan kemungkinan di antara 0 dan 1.
Regresi logistik sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu
ketika kita ingin menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat
dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun demikian, menurut
Ghozali (2011:333), asumsi multivariate normal distribution tidak dapat
dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel
variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Oleh karena itu,
66
analisis regresi logistik tidak memerlukan uji normalitas. Menurut
Gujarati dan Porter (2012:173-175) serta Winarno (2011:6.3), model
regresi respons kualitatif sering juga disebut sebagai model probabilitas.
Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan asumsi normalitas
karena, sama seperti variabel dependen, galat/residual hanya memiliki
dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas Bernoulli (1 jika
kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak terjadi). Kelemahan ini tidak
begitu masalah karena akan menghasilkan estimator yang BLUE, apabila
datanya semakin banyak, distribusinya akan semakin mendekati normal.
Selain itu, dalam model probabilitas tidak terdapat autokorelasi karena
residual hanya memiliki dua nilai (0 dan 1).
Menurut Stanislaus
(2009:267), asumsi homoskedastisitas tidak diperlukan dalam asumsi
regresi logistik. Menurut Gudono (2012:174), analisis regresi logistik
(ARL) juga mensyaratkan beberapa hal (asumsi) mengenai sifat data
salah satunya adalah tidak ada korelasi yang signifikan antarvariabel
independen. Oleh karena itu, sesuai dengan penelitian sebelumnya, dalam
penelitian ini hanya menggunakan salah satu asumsi klasik yaitu uji
multikolinearitas.
Untuk menguji apakah corporate governance berpengaruh terhadap
rating sukuk digunakan software Microsoft Excel 10 dan EViews 9 untuk
pengolahan data penelitian. Secara matematis model penelitian yang
digunakan sebagai berikut:
67
[
]
Keterangan:
[
]
: odds ratio atau rasio probabilitas
: probabilitas rating sukuk dalam peringkat idAAA(sy)
: probabilitas rating sukuk selain peringkat idAAA(sy)
: konstanta
BLOCK
: jumlah blockholder
INSTOWN : persentase kepemilikan saham oleh institusi
BRDSIZE
: jumlah dewan direksi
KOMINDP : proporsi komisaris independen
Menurut
Gujarati
dan
Porter
(2012:198-199),
sebelum
menginterpretasi hasil dari persamaan di atas, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
a.
Karena menggunakan metode maximum likelihood, yang biasanya
adalah metode untuk sampel besar, estimasi standar error bersifat
asimptotik.
b.
Karena signifikansi secara statistik untuk koefisien tidak dievaluasi
menggunakan statistik t, tetapi menggunakan statistik Z (jika jumlah
sampel cukup besar, distribusi t akan konvergen ke distribusi
normal). Uji Z dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas terhadap α, jika nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak
68
yang berarti bahwa variabel independen mempengaruhi variabel
dependen, sedangkan jika nilai probabilitas > α, maka Ho diterima
yang berarti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen.
c.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran goodness of
fit yang konvensional, R2, tidak memiliki arti dalam model dengan
variabel dependen yang biner. Ukuran lain yang serupa dengan R2,
yang disebut pseudo-R2, telah tersedia banyak macamnya. EViews
menyediakan salah satu ukuran tersebut, R2 Mcfadden, yang
dilambangkan dengan
. Sama seperti R2,
juga bernilai
antara 0 dan 1. Meskipun demikian, penting untuk diketahui bahwa
dalam model regresi bervariabel dependen yang biner, goodness of
fit adalah nomor dua terpenting. Yang paling penting adalah nilai
koefisien variabel independen bersifat positif atau negatif, dan
signifikansi nilainya secara statistik dan/atau praktik.
d.
Untuk menguji hipotesis nol bahwa semua koefisien slope sama
dengan nol secara simultan atau yang ekuivalen terhadap Uji F pada
model regresi linier adalah statistik Likelihood Ratio (LR). Dengan
hipotesis nol seperti itu, statistik LR mengikuti distribusi
dengan
df sama dengan jumlah variabel independen (konstanta tidak
termasuk dalam perhitungan df). Uji LR dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai chi-square hitung dan chi-sqaure tabel, jika
nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel, maka menolak Ho
69
yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka
menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersamasama tidak mempengaruhi variabel dependen.
3.
Analisis Regresi Data Panel
Untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap YTM
sukuk dilakukan dengan menggunakan analisis regresi panel yang
merupakan gabungan antara data cross section dan time series. Menurut
Widardjono (2013:353) ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan data panel. Pertama, data panel yang merupakan gabungan
dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang
lebih banyak sehingga menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.
Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan
variabel (omnited variable). Untuk membantu penelitian, digunakan
software Microsoft Excel 2010 dan EViews 9 untuk pengolahan data
penelitian.
Data panel terdiri dari beberapa macam, diantaranya sebagai berikut
(Gujarati dan Porter, 2012:238 dan Widardjono, 2013:354):
a.
Balanced panel, jika masing-masing subjek (perusahaan, individu,
dan lain-lain) memiliki jumlah yang sama atau jika setiap unit cross
section mempunyai data time series yang sama.
70
b.
Unbalanced panel, jika masing-masing subjek memiliki jumlah
observasi yang berbeda atau jika jumlah observasi time series dari
unit cross section tidak sama.
Penelitian ini termasuk ke dalam data unbalanced panel karena
memiliki tahun yang berbeda pada tiap sampel penelitian. Secara
matematis, model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
YTM
: yield to maturity
: konstanta
BLOCK
: jumlah blockholder
INSTOWN
: persentase kepemilikan saham oleh institusi
BRDSIZE
: jumlah dewan direksi
KOMINDP
: persentase komisaris independen
Ditinjau dari metode estimasi parameternya, model analisis regresi
panel dikelompokan menjadi tiga pendekatan yaitu (Widardjono,
2013:355-360):
a.
Common Effect Model (OLS)
Model common effect merupakan metode estimasi model regresi data
panel yang paling sederhana dengan asumsi intersep (α) dan
koefisien regresi (slope β) yang konstan antar waktu dan cross
71
section. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi antar
individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar
perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model
common effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah
kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data time series atau data
cross section saja, melainkan data panel yang diterapkan dalam
bentuk pooled.
b.
Fixed Effect Model (LSDV)
Model fixed effect atau seringkali disebut dengan Least Square
Dummy Variable (LSDV) merupakan metode estimasi yang
memperhitungkan adanya perbedaan antara setiap individu yang
diakomodasi melalui variabel dummy sehingga terdapat perbedaan
dalam intersep (α). Nilai intersep yang berbeda-beda ini diasumsikan
berasal dari variabel yang tidak ikut masuk sebagai variabel bebas
dalam persamaan regresi dan dikenal sebagai omitted variable.
Akibatnya model ini mempunyai koefisien regresi (slope β) yang
sama, namun dengan intersep yang berbeda untuk setiap individu.
Model ini memiliki kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang akhirnya akan mengurangi efisiensi
parameter.
c. Random Effect Model
Model random effect merupakan metode estimasi model regresi data
panel dengan menggunakan asumsi slope konstan dan intersep
72
berbeda antar waktu dan antar individu. Model ini juga sering
disebut model komponen error (error component model). Metode
yang tepat digunakan untuk mengestimasi random effect adalah
Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya karena dapat
meningkatkan efisiensi dari estimasi Least Square. dengan
menggunakan model random effect, maka dapat menghemat
pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya
seperti yang dilakukan pada model common effect. Hal ini
berimplikasi bahwa parameter yang merupakan hasil estimasi akan
menjadi semakin efisien.
a.
Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel
Untuk mendapatkan analisis regresi data panel yang terbaik
antara model common, fixed atau random effect, maka dilakukan
teknik pemilihan model. Terdapat tiga uji yang digunakan untuk
menentukan teknik yang paling tepat untuk mengestimasi regresi
data panel, diantaranya adalah (Widardjono, 2013:362):
1) Uji Signifikansi Fixed Effect
Uji F atau sering disebut Uji Chow digunakan untuk mengetahui
apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik
dari model regresi data panel tanpa variabel dummy (common
effect). Hipotesis dalam Uji F atau Uji Chow adalah:
Ho : model common effect
Ha : model fixed effect
73
Pada software EViews 9.0, Uji Chow dapat dilakukan dengan
melihat nilai probability F pada hasil output. Dasar pengambilan
keputusannya adalah jika nilai probability F ≥ 0.05, maka Ho
diterima, yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah
common effect, tetapi jika nilai probability F < 0.05, maka Ho
ditolak Ha diterima, yang berarti model yang lebih tepat
digunakan adalah fixed effect.
2) Uji Signifikansi Random Effect
Untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari
model common effect (OLS Pooled) digunakan uji Langrange
Multiplier
(LM).
Uji
signifikansi
random
effect
ini
dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Hipotesis Uji LM adalah:
Ho : model common effect
Ha : model random effect
Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai chi-square
Breusch-Pagan, jika nilai chi-square Breusch-Pagan > 0.05,
maka terima Ho atau model yang digunakan adalah common
effect. Namun, jika nilai chi-square Breusch-Pagan < 0.05,
maka terima Ha atau model yang digunakan adalah fixed effect,
lalu dapat dilanjutkan dengan Uji Hausman untuk memilih
model terbaik antara fixed effect dan random effect.
74
3) Uji Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect
Uji ini secara formal dikembangkan oleh Hausman. Hausman
telah mengembangkan suatu statistik untuk memilih apakah
menggunakan model fixed effect atau random effect. Hipotesis
Uji Hausman adalah:
Ho : model random effect
Ha : model fixed effect
Dasar
pengambilan
keputusannya
adalah
dengan
membandingkan nilai statistik chi-square dan chi-square tabel
atau melihat p-value, jika nilai statistik chi-square > chi square
tabel atau p-value > 0.05, maka Ho diterima, yang berarti model
yang lebih tepat digunakan adalah random effect, tetapi jika
nilai statistik chi-square < chi-square tabel atau p-value < 0.05,
maka Ho ditolak, yang berarti model yang lebih tepat digunakan
adalah fixed effect.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen maupun
keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.Pada software EViews, pengujian normalitas sebuah
data dilakukan dengan Jarque-Bera test. Untuk menguji
75
normalitas suatu model, dibangun sebuah desain hipotesis
sebagai berikut:
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusannya adalah, jika nilai probability >
0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti data
berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai probability < 0.05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti data tidak
berdistribusi normal.
2) Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat hubungan linier
antara variabel independen dalam suatu regresi. Untuk
mendeteksi masalah multikolinearitas dalam model regresi salah
satunya dengan menguji koefisien korelasi antar variabel
independen. Jika koefisien korelasi di atas 0.85, maka diduga
ada multikolinearitas dalam model (Widardjono, 2013:104).
3) Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antar variabel gangguan
satu observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan
uji Durbin-Watson (D-W). Tabel D-W terdiri atas dua nilai yaitu
batas bawah (dL) dan batas atas (dU). Nilai dL dan dU didapatkan
dengan menentukan n (jumlah observasi) dan k (jumlah variabel
76
independen tidak termasuk konstanta) di tabel statistik DurbinWatson. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi,
dibangun sebuah desain hipotesis sebagai berikut:
Ho : ρ = 0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0 : terdapat autokorelasi
Tabel 3.3
Statistik Durbin-Watson d
Nilai Statistik d
0<d<
<d<
<d<44-
<d<4-
Hasil
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Gagal menolak hipotesis nol; tidak ada
autokorelasi positif/negatif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
negatif
Sumber: Widardjono (2013:141)
4-
<d<4
4) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan penyimpangan terhadap asumsi
homoskedastisitas, yaitu ketika variabel gangguan (error terms)
mempunyai varian yang tidak konstan. Jika variabel gangguan
tidak mempunyai rata-rata nol, maka tidak mempengaruhi slope,
hanya akan mempengaruhi intersep. Dampak adanya hal
tersebut adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil
estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias serta akan
mengakibatkan hasil uji t dan uji F menjadi tidak berguna.
Menurut
Widardjono
(2013:125),
permasalahan
77
heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan metode White. Hal
White mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan
asumsi tentang adanya normalitas pada variabel gangguan.
Untuk menguji ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas
dalam suatu model, dibangun sebuah desain hipotesis sebagai
berikut:
Ho : tidak terjadi heteroskedastisitas
Ha : terjadi heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusannya adalah, jika nilai probabilitas
> 0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai probabilitas < 0.05,
maka Ha diterima yang berarti terjadi heteroskedastisitas.
c.
Uji Signifikansi
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan
seberapa besar proporsi variasi variabel dependen yang
dijelaskan
oleh
variasi
variabel
independen.
Koefisien
determinasi ini nilainya tidak pernah menurun jika kita terus
menambah variabel independen, artinya koefisien determinasi
akan semakin besar jika kita terus menambah variabel
independen dalam model (Widardjono, 2015:276). Salah satu
persoalan besar penggunaan koefisien R2 dengan demikian
adalah nilai R2 selalu naik ketika menambah variabel independen
78
dalam model, walaupun penambahan variabel independen belum
tentu mempunyai justifikasi dari teori ekonomi ataupun logika
ekonomi. Para ahli ekonometrika telah mengembangkan
alternative
lain
yaitu
digunakan
R2
yang
disesuaikan
(Widardjono, 2015:70). Nilai koefisien determinasi terletak
antara 0 dan 1. Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin
baik garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya.
Semakin mendekati angka 0 maka mempunyai garis regresi
yang kurang baik.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F adalah uji pengaruh semua variabel independen secara
serempak terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk
signifikansi
model.
Uji
F
dapat
dilakukan
dengan
membandingkan F hitung dan F tabel. F tabel didapat dari
besarnya α dan df. Besar df ditentukan oleh numerator (k - 1)
dan df untuk denominator (n – k), dimana n adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep. Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, tetapi jika nilai F hitung < F tabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen
79
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
3) Uji Statistik Parsial (Uji Satistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individual.
Dalam melakukan uji hipotesis ini, hal yang penting dalam
hipotesis penelitian yang menggunakan data sampel dengan
menggunakan
uji
t
adalah
masalah
pemilihan
apakah
menggunakan dua sisi (two-tailed test) atau satu sisi (one-tailed
test). Uji hipotesis dua sisi dipilih jika tidak mempunyai dugaan
kuat atau dasar teori yang kuat dalam penelitian, sebaliknya uji
hipotesis satu sisi dipilih jika peneliti memiliki landasan teori
atau dugaan yang kuat. Uji t dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai t hitung dan t tabel pada α dan df sebesar
n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah
variabel termasuk intersep. Jika nilai t hitung > nilai t tabel,
maka Ho ditolak yang berarti secara statistik variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen dan
sebaliknya, jika nilai t hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima
yang berarti secara statistik variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Widardjono, 2015:282).
80
E. Operasional Variabel Penelitian
1.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu
rating dan yield sukuk perusahaan. Rating sukuk termasuk dalam
variabel dummy, diberi nilai 1 jika rating sukuk termasuk dalam
peringkat idAAA(sy), dan 0 jika rating sukuk termasuk dalam peringkat
selain idAAA(sy). Hal ini dikarenakan keseluruhan sampel sukuk dalam
penelitian ini termasuk dalam investment grade dengan peringkat
terendah adalah idA-(sy).
Tabel 3.4
Peringkat Sukuk
Peringkat
idAAA(sy)
idA+(sy)
idA(sy)
idA-(sy)
Sumber: data diolah
Kategori
Investment Grade
Investment Grade
Investment Grade
Investment Grade
Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah yield sukuk.
Yield sukuk yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
pendekatan yield to maturity (YTM). YTM adalah metode perhitungan
penghasilan yang diperoleh patra investor jika kupon dan nilai pokok
obligasi disimpan hingga saat jatuh tempo. Perhitungan YTM
menggunakan rumus YTM approximation sebagai berikut:
81
Keterangan:
2.
YTM
: Yield to Maturity
C
: Coupon
F
: Nilai Nominal (face value)
P
: Harga Pasar Obligasi
N
: Jangka Waktu (time to maturity)
Variabel Independen
Variabel independen yang menjadi fokus penelitian ini yaitu
mekanisme corporate governance. Mekanisme tersebut diproksikan
dengan beberapa indikator yaitu sebagai berikut:
a.
Blockholder
Blockholder diukur dengam jumlah investor yang memiliki 5% atau
lebih saham perusahaan yang beredar. Perusahaan publik memiliki
pemegang saham yang tersebar yang mengharuskan perusahaan
tersebut memiliki governance yang baik untuk melindungi
kepentingan para pemegang saham. Pengukuran ini mengacu pada
penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003), Ashbaugh et al (2004),
Setyaningrum (2005), Bradley et al (2008), Hariani (2011), Terry
(2011) dan Grassa (2015).
b.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
diukur
dengan
persentase
saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi. Pengukuran ini mengacu
pada penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003), Setyaningrum (2005),
82
Ashbaugh (2004), Bradley et al (2008), Isnurhadi dan Dwiyanti
(2011), Aman dan Nguyen (2013) dan Altin et.al (2016).
c.
Board Size
Board size diukur dengan jumlah direktur yang menjabat dalam
dewan direksi. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Bradley et
al (2008), Aman dan Nguyen (2013), Elhaj et al (2015) dan Grassa
(2015).
d.
Komisaris Independen
Komisaris independen ditunjukan dengan persentase komisaris yang
tidak mempunyai hubungan dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada
penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003), Asbaugh et al (2004),
Setyaningrum (2005), Bradley et al (2008), Isnurhadi dan Dwiyanti
(2011), Hariani (2011), Aman dan Nguyen (2013), Elhaj at al (2015)
dan Grassa (2015).
83
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pengaruh corporate governance
terhadap rating dan yield sukuk korporasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015. Adanya tuntutan pasar akan investasi yang
sesuai akan prinsip syariah menyebabkan terjadinya perkembangan kegiatan
investasi berbasis syariah. Diketahui bahwa sukuk merupakan salah satu
instrumen keuangan berbasis syariah yang diperdagangkan di bursa efek.
Di Indonesia, sukuk pertama kali dicatat di BEI pada September 2002
yaitu sukuk PT Indosat Tbk. dengan menggunakan akad mudharabah.
Perkembangan perdagangan sukuk dapat dilihat dari peningkatan segi nilai
dan jumlah sukuk yang outstanding sejak tahun 2011 sampai 2015.
Berdasarkan Statistik Sukuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejak 2011
sampai 2015 menunjukan bahwa terdapat peningkatan sukuk korporasi dari
segi nilai outstanding dan jumlah sukuk outstanding. Jika dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sempat mengalami penurunan, nilai outstanding
sukuk korporasi pada 2015 meningkat dari sebelumnya 7,1 miliar menjadi 9.9
miliar. Di sisi jumlah sukuk outstanding, tahun 2015 mengalami peningkatan
menjadi 47 sukuk korporasi dari yang sebelumnya hanya 35 sukuk korporasi.
Sepanjang 2011 sampai 2015, hanya di tahun 2014 yang sempat mengalami
penurunan nilai outstanding. Menurut Roadmap Pasar Modal Syariah 201584
2019 OJK, dapat disimpulkan penurunan yang signifikan ini dikarenakan
banyaknya sukuk yang jatuh tempo dalam periode 2011-2014, sementara itu
penerbitan sukuk baru tidak cukup signifikan.
Pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software Microsoft Excel dan EViews 9. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan sampel yang akan diteliti dengan menggunakan purposive
sampling. Sampel penelitian adalah sukuk ijarah korporasi yang terbit tahun
2011-2015 dan minimal jatuh tempo pada tahun 2016 dan diberi peringkat
oleh PEFINDO. Jumlah sukuk ijarah korporasi yang diteliti sebanyak 18
sukuk dari 5 emiten. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan terkait dengan proksi corporate governance yang didapat
dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit. Selain itu,
rating sukuk korporasi, historical price sukuk, kupon, dan nominal untuk
menghitung yield to maturity (YTM) sukuk korporasi.
B. Analisis dan Pembahasan
Dalam penelitian ini akan dilakukan dua analisis dengan metode yang
berbeda. Pertama, untuk menganalis pengaruh corporate governance terhadap
rating sukuk, dilakukan dengan menggunakan model Logit (logistic
regression), karena rating sukuk termasuk dalam variabel dependen dummy.
Kedua, untuk menganalisis pengaruh corporate governance terhadap YTM
sukuk, dilakukan dengan menggunakan analisis regresi panel. Sesuai dengan
metode yang ditentukan pada BAB III, pembahasan dimulai dari statistik
85
deskriptif dan dilanjut dengan analisis regresi logistik dan analisis regresi
panel.
Berikut disajikan mengenai gambaran rating dan YTM sukuk yang
disajikan dalam tabel statistik deskriptif.
Tabel 4.1
Rangkuman Deskripsi Statistik Corporate Governance,
Rating dan Yield Sukuk
N
Minimum
Maksimum
Mean
Std.
Deviasi
Rating
53 0.0000
1.0000
0.7736
0.4225
YTM
53 7.4500
11.9500
9.7319
0.9786
Blockholder 53 1.0000
7.0000
1.8867
1.4499
Kepemilikan
53 37.6400
100.0000
87.3226 20.0411
Institusi
Board Size
53 2.0000
12.0000
7.3019
2.9780
Komisaris
53 0.0000
50.0000
29.6034 10.5276
Independen
Sumber: data diolah EViews 9.0 diubah dalam bentuk Ms. Word
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa variabel dependen
Rating memiliki rata-rata (mean) sebesar 0.77 dan standar deviasi sebesar
0.42. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam sampel penelitian termasuk
dalam peringkat idAAA(sy) sebesar 0.77, sisanya 0.23 termasuk dalam
peringkat selain idAAA(sy). Nilai terendah (minimum) sebesar 0.00 dan nilai
terbesar (maksimum) sebesar 1.00, hal ini dikarenakan variabel rating
termasuk dalam variabel biner. Untuk variabel dependen YTM memiliki nilai
mean (rata-rata) sebesar 9.73 dan standar deviasi sebesar 0.98, sedangkan
nilai terendah (minimum) sebesar 7.45 dan nilai tertinggi (maksimum)
sebesar 11.95. Hal ini berarti rata-rata perusahaan dalam penelitian,
membayarkan YTM kepada investor sebesar 9.73%. Sesuai dengan teori,
86
semakin besar rating sukuk suatu perusahaan mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut memiliki performa yang baik, sehingga perusahaan
mendapat advantage dengan membayar yield yang rendah.
Pada variabel independen, blockhoder mempunyai rata-rata 1.89. Hal ini
menunjukan bahwa rata-rata jumlah pemegang saham yang memiliki saham
lebih dari 5% dalam perusahaan yang diteliti sebesar 1.89 atau hanya
berjumlah dua orang/pihak blockholder. Nilai standar deviasi variabel
blockholder sebesar 1.45, sedangkan nilai minimum dan maksimum sebesar
1.00 dan 7.00. Pada variabel kepemilikan institusional memiliki nilai
minimum dan maksimum masing-masing sebesar 37.64 dan 100, sedangkan
nilai standar deviasi dan rata-rata masing-masing sebesar 20.04 dan 87.32.
Dengan rata-rata sebesar 87.32%, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja
manajemen perusahaan dalam penelitian dapat dianggap termonitor dengan
baik karena memiliki persentase kepemilikan institusioal yang cukup besar.
Pada variabel board size, memiliki nilai rata-rata sebesar 7.30, nilai
standar deviasi sebesar 2.98, serta nilai maksimum dan minimum sebesar 2.00
dan 12.00. Hal ini mengartikan bahwa rata-rata jumlah dewan direksi dalam
perusahaan sebesar 7.30 atau berjumlah 7 orang dalam tiap perusahaan.
Dalam variabel komisaris independen, memiliki rata-rata sebesar 29.60 dan
standar deviasi sebesar 10.53 serta nilai minimum dan maksimum sebesar 0
dan 50.00. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih ada perusahaan dalam
penelitian yang belum memiliki komisaris independen dan belum memenuhi
salah satu prinsip good corporate governance, karena semakin besar proporsi
87
komisaris independen berarti semakin banyak jumlah komisaris independen
dalam dewan komisaris, sehingga keputusan yang diambil tidak memihak
kepada pihak yang berkepentingan dalam perusahaan.
1.
Analisis Regresi Logistik
Menurut Gujarati dan Porter (2012:174-175) serta Winarno
(2011:6.3), model regresi respons kualitatif sering juga disebut sebagai
model probabilitas. Model probabilitas tidak mewajibkan menggunakan
asumsi normalitas karena, sama seperti variabel dependen, galat/residual
hanya memiliki dua nilai, yaitu mereka mengikuti distribusi probabilitas
Bernoulli (1 jika kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak terjadi).
Kelemahan ini tidak begitu masalah karena akan menghasilkan estimator
yang BLUE, apabila datanya semakin banyak, distribusinya akan
semakin mendekati normal. Selain itu, dalam model probabilitas tidak
terdapat autokorelasi karena residual hanya memiliki dua nilai (0 dan 1).
Lalu, menurut Stanislaus (2009:267), asumsi homoskedastisitas tidak
diperlukan dalam asumsi regresi logistik. Menurut Gudono (2012:174),
analisis regresi logistik (ARL) juga mensyaratkan beberapa hal mengenai
sifat data salah satunya adalah tidak ada korelasi yang signifikan
antarvariabel independen. Oleh karena itu, sesuai dengan penelitian
sebelumnya, dalam penelitian ini hanya menggunakan salah satu asumsi
klasik yaitu uji multikolinearitas.
88
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
BLOCK
1.000000
-0.719013
-0.486291
0.369624
INSTOWN
-0.719013
1.000000
0.222060
-0.664583
BRDSIZE
-0.486291
0.222060
1.000000
-0.202181
KOMINDP
0.369624
-0.664583
-0.202181
1.000000
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Menurut Widardjono (2013:104), jika koefisien korelasi di atas 0.85,
maka diduga ada multikolinearitas dalam model. Berdasarkan hasil tabel
di atas, dapat diketahui bahwa nilai dari hubungan variabel independen
satu ke variabel independen lainnya tidak ada yang melebihi 0.85 atau
hubungan antara satu variabel independen dengan variabel independen
lainnya < 0.85. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak memiliki
masalah multikolinearitas.
a.
Uji Koefisien Determinasi (R2 McFadden)
Tabel 4.3
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board Size dan
Komisaris Independen terhadap Rating Sukuk
McFadden R-squared
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Restr. deviance
LR statistic
Prob(LR statistic)
0.953138
0.422516
0.238813
0.424690
0.310292
56.70027
54.04318
0.000000
Mean dependent var
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Deviance
Restr. log likelihood
Avg. log likelihood
0.773585
0.053024
0.134953
-1.328545
2.657091
-28.35014
-0.025067
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Dalam regresi logistik, tidak dapat menggunakan nilai koefisien
determinasi R2 konvensional untuk mengukur kebaikan garis regresi.
Sebagai penggantinya, digunakan koefisien determinasi yang
89
dikembangkan oleh McFadden atau disingkat
. Dalam
penelitian ini diketahui bahwa, nilai R2 McFadden dari hasil estimasi
sebesar 0.953138. Hal ini berarti bahwa variabel bebas (blockholder,
kepemilikan institusional, board size dan komisaris independen
dalam model mampu menerangkan perubahan probabilitas rating
sukuk sebesar 95.32% dan selebihnya 4.68% dijelaskan oleh variabel
lain di luar model. Menurut Gujarati dan Porter (2012:199), penting
untuk diketahui bahwa dalam model regresi bervariabel dependen
yang biner, goodness of fit adalah nomor dua terpenting. Yang paling
penting adalah nilai koefisien variabel independen bersifat positif
atau negatif, dan signifikansi nilainya secara statistik dan/atau
praktik.
b. Uji Likelihood Ratio (Uji LR)
Tabel 4.4
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board Size
dan Komisaris Independen terhadap Rating Sukuk
McFadden R-squared
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Restr. Deviance
LR statistic
Prob(LR statistic)
0.953138
0.422516
0.238813
0.424690
0.310292
56.70027
54.04318
0.000000
Mean dependent var
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Deviance
Restr. log likelihood
Avg. log likelihood
0.773585
0.053024
0.134953
-1.328545
2.657091
-28.35014
-0.025067
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Uji statistik likelihood ratio (LR) untuk meguji apakah semua
variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen. Uji statistik likelihood ratio (LR) sebagaimana uji F pada
90
regresi
metode
OLS.
Uji
LR
dapat
dilakukan
dengan
membandingkan nilai chi-square hitung dan chi-sqaure tabel, jika
nilai chi-square hitung > nilai chi-square tabel, maka menolak Ho
yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika sebaliknya, maka
menerima Ho yang berarti semua variabel penjelas secara bersamasama tidak mempengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan hasil estimasi, diperoleh nilai LR statistik atau chisquare hitung adalah 54.04318, sedangkan nilai chi-square tabel df
4, α = 0.05 diperoleh sebesar 9.49. Nilai LR statistik atau chi-square
hitung (54.04318) > nilai chi-square tabel (9.49). Selain itu, dapat
melihat Uji LR dengan membandingkan Prob (LR statistics) pada α,
nilai Prob (LR statistics) 0.00000 > 0.05, maka keputusannya adalah
menolak Ho dan menerima Ha yang berarti semua variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
c.
Uji Statistik Z
Tabel 4.5
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board Size
dan Komisaris Independen terhadap Rating Sukuk
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
-133.7829
5.604840
1.060739
7.298924
0.167247
56.08619
2.515927
0.433292
2.965846
0.184101
-2.385309
2.227743
2.448092
2.460992
0.908452
0.0171
0.0259
0.0144
0.0139
0.3636
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
91
Uji Z dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen. Uji Z dapat
dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas terhadap α, jika
nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel
independen mempengaruhi variabel dependen, sedangkan jika nilai
probabilitas > α, maka Ho diterima yang berarti bahwa variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen.
Berikut ini adalah Uji Z dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen:
1) Variabel Blockholder
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel
independen
blockholder
sebesar
0.0259.
Bila
dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0259) <
nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak
Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
blockholder berpengaruh signifikan positif terhadap rating
sukuk. Semakin besar jumlah blockholder dalam perusahaan,
maka semakin tinggi rating sukuk, atau sebaliknya.
2) Variabel Kepemilikan Institusional
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel independen kepemilikan institusional sebesar 0.0144.
Bila dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas
(0.0144) < nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan
92
untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh signifikan
positif terhadap rating sukuk. Semakin besar persentase
kepemilikan institusional dalam perusahaan, akan meningkatkan
rating sukuk, atau sebaliknya.
3) Variabel Board Size
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel
independen
board
size
sebesar
0.0139.
Bila
dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.0139) <
nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak
Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
board size berpengaruh signifikan positif terhadap rating. Jika
jumlah dewan direksi dalam perusahaan meningkat, maka akan
meningkatkan rating sukuk, atau sebaliknya.
4) Variabel Komisaris Independen
Berdasarkan hasil output dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
variabel
komisaris
independen
sebesar
0.3636.
Bila
dibandingkan dengan α = 5%, maka nilai probabilitas (0.3636) >
nilai α (0.05), sehingga dapat diambil keputusan untuk
menerima Ho dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap rating sukuk.
93
d. Persamaan Analisis Regresi Logistik
Tabel 4.6
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board Size
dan Komisaris Independen terhadap Rating Sukuk
Dependent Variable: RATING
Method: ML - Binary Logit (OPG - BHHH / Marquardt steps)
Date: 10/22/16 Time: 07:57
Sample: 1 90
Included observations: 53
Convergence not achieved after 500 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
-133.7829
5.604840
1.060739
7.298924
0.167247
56.08619
2.515927
0.433292
2.965846
0.184101
-2.385309
2.227743
2.448092
2.460992
0.908452
0.0171
0.0259
0.0144
0.0139
0.3636
McFadden R-squared
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Restr. Deviance
LR statistic
Prob(LR statistic)
0.953138
0.422516
0.238813
0.424690
0.310292
56.70027
54.04318
0.000000
Obs with Dep=0
Obs with Dep=1
12
41
Mean dependent var
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Deviance
Restr. log likelihood
Avg. log likelihood
Total obs
0.773585
0.053024
0.134953
-1.328545
2.657091
-28.35014
-0.025067
53
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Berdasarkan hasi output pada tabel di atas, diperoleh persamaan
model logit sebagai berikut:
[
]
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1)
Berdasarkan persamaan regresi di atas diperoleh koefisien regresi untuk
konstanta sebesar negatif 131.7829. Hal ini mengindikasikan bahwa jika
94
variabel independen sama dengan 0, maka kemungkinan YTM akan
menurun sebesar 131.78%.
2)
Koefisien regresi blockholder (BLOCK) sebesar positif 5.604840 dan
berpengaruh signifikan pada α = 5%. Jika menghitung antilog dari 5.60,
didapatkan hasil sebesar
. Hal ini mengindikasikan,
setiap kenaikan 1 jumlah blockholder, maka kemungkinan
meningkatnya rating sukuk perusahaan sebesar 270% dengan asumsi
variabel lainnya konstan.
3)
Koefisien kepemilikan institusional (INSTOWN) sebesar negatif 1.060739
dan signifikan pada α = 5%. Jika menghitung antilog dari 1.06,
didapatkan hasil sebesar
persentase
kepemilikan
. Hal ini berarti jika
institusional
meningkat
1%,
maka
kemungkinan meningkatnya rating sukuk perusahaan sebesar 2.89%
dengan asumsi variabel lainnya konstan.
4)
Koefisien board size (BRDSIZE) sebesar negatif 7.298924 dan siginifikan
pada pada α = 5%. Jika menghitung antilog dari 7.299, didapatkan
hasil sebesar
. Hal ini berarti jika jumlah board
size dalam perusahaan meningkat, maka kemungkinan meningkatnya
rating sukuk perusahaan sebesar 1.479 kali dengan asumsi variabel
lainnya konstan.
5)
Koefisien komisaris independen (KOMINDP) sebesar negatif 0.167247
dan tidak signifikan pada α = 5%. Jika menghitung antilog dari 0.167,
didapatkan hasil sebesar
2. Jika variabel lainnya dianggap
95
konstan maka komisaris independen tidak berpengaruh signfikan terhadap
rating sukuk.
2.
Analisis Regresi Panel
Untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap YTM
sukuk, dilakukan dengan menggunakan regresi data panel.
a.
Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Panel
Untuk mendapatkan analisis regresi data panel yang terbaik
antara model common, fixed atau random effect, maka dilakukan
teknik pemilihan model. Terdapat tiga uji yang digunakan untuk
menentukan teknik yang paling tepat untuk mengestimasi regresi
data panel, diantaranya adalah (Widardjono, 2013:362):
1) Uji Signifikansi F (Uji Chow)
Uji signifikansi F (Uji Chow) digunakan untuk mengetahui
apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik
dari model regresi data panel tanpa variabel dummy (common
effect).
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi F (Uji Chow)
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Statistic
0.462060
11.970059
d.f.
Prob.
(17,31)
17
0.9522
0.8019
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
96
Hasil output di atas menunjukan bahwa nilai Prob. Crosssection F sebesar 0.9522. Untuk melihat model yang terbaik,
dapat dilihat dari nilai Prob. Cross-Section F yang dibandingkan
dengan α sebesar 5%.
Nilai Prob. Cross-section F sebesar
0.9522 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti
model yang lebih tepat digunakan adalah model common effect.
Oleh sebab itu, dapat dilanjutkan dengan uji LangrangeMultiplier (LM) untuk memilih model terbaik antara common
effect atau random effect.
2) Uji Langrange-Multiplier (LM)
Untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari
model common effect (OLS Pooled) digunakan uji Langrange
Multiplier (LM).
Tabel 4.8
Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM)
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Breusch-Pagan
Cross-section
Test Hypothesis
Time
Both
2.068218
(0.1504)
4.291538
(0.0383)
6.359757
(0.0117)
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Hasil output di atas menunjukan bahwa nilai Prob. Crosssection Breusch-Pagan sebesar 0.1504. Untuk melihat model
yang terbaik, dapat dilihat dari nilai Prob. Cross-Section
Breusch-Pagan yang dibandingkan dengan α sebesar 5%. Nilai
97
Prob. Cross-section sebesar 0.1504 > 0.05, maka keputusannya
adalah Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model
terbaik dalam penelitian ini adalah model common effect atau
OLS.
b. Uji Asumsi Klasik
Setelah mendapatkan model yang terbaik yaitu model common
effect, langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik.
1) Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen maupun
keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Apabila nilai probabilitas > α 5%, maka Ho diterima
dan Ha ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi normal,
sedangkan jika nilai probabilitas < α 5%, dapat menerima Ha,
yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.
98
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 53
7
6
5
4
3
2
1
0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-0.008643
0.005497
1.414058
-1.715822
0.853952
-0.172843
1.960999
Jarque-Bera
Probability
2.647839
0.266090
1.5
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Dilihat dari nilai probabilitas dalam gambar di atas menunjukan
hasil sebesar 0.266090. Hasil ini menunjukan bahwa nilai
probabilitas 0.266090 > 0.05, maka menerima Ho dan menolak
Ha, yang berarti bahwa penelitian ini memiliki data yang
berdistribusi normal.
2) Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat hubungan linier
antara variabel independen dalam suatu regresi. Untuk
mendeteksi masalah multikolinearitas dalam model regresi salah
satunya dengan menguji koefisien korelasi antar variabel
independen. Jika koefisien korelasi di atas 0.85, maka diduga
ada multikolinearitas dalam model (Widardjono, 2013:104).
99
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
BLOCK
1.000000
-0.719013
-0.486291
0.369624
INSTOWN
-0.719013
1.000000
0.222060
-0.664583
BRDSIZE
-0.486291
0.222060
1.000000
-0.202181
KOMINDP
0.369624
-0.664583
-0.202181
1.000000
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa nilai dari
hubungan variabel independen satu ke variabel independen
lainnya tidak ada yang melebihi 0.85 atau hubungan antara satu
variabel independen dengan variabel independen lainnya < 0.85.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak memiliki masalah
multikolinearitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antar variabel gangguan
satu observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu.
Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan
uji Durbin-Watson (D-W). Tabel D-W terdiri atas dua nilai yaitu
batas bawah (dL) dan batas atas (dU). Nilai dL dan dU didapatkan
dengan menentukan n (jumlah observasi) dan k (jumlah variabel
independen tidak termasuk konstanta) ditabel statistik DurbinWatson. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi,
dibangun sebuah desain hipotesis sebagai berikut:
100
Ho : ρ = 0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0 : terdapat autokorelasi
Dengan aturan pengambilan keputusan:
0 < d < dL
: Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
positif
dL< d < dU
: Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
dU < d < 4 - dU
: Gagal menolak hipotesis nol; tidak ada
autokorelasi positif/negatif
4 - dU< d < 4 - dL
: Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
4 - dL< d < 4
: Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi
Negatif
Tabel 4.10
Nilai Weighted Statistik Durbin-Watson
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.647293
0.617901
0.888867
22.02259
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
20.65292
35.32993
37.92409
1.781138
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai Durbin-Watson
(DW) sebesar 1.781138. Nilai dL dan dU masing-masing sebesar
1.378 dan 1.721, didapat dari n = 53 dan k = 4. Dengan aturan
pengambilan keputusan dU < d < 4 – dU, nilai D-W terletak
diantara 1.721 < 1.7811 < 2.279 (4 – 1.721). Dapat disimpulkan
bahwa dalam model ini tidak terdapat autokorelasi.
101
4) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan penyimpangan terhadap asumsi
homoskedastisitas, yaitu ketika variabel gangguan (error terms)
mempunyai varian yang tidak konstan. Jika variabel gangguan
tidak mempunyai rata-rata nol, maka tidak mempengaruhi slope,
hanya akan mempengaruhi intersep. Dampak adanya hal
tersebut adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil
estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias serta akan
mengakibatkan hasil uji t dan uji F menjadi tidak berguna.
Menurut
Widardjono
(2013:125),
permasalahan
heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan metode White. Dasar
pengambilan keputusannya adalah, jika nilai probabilitas > 0.05,
maka Ho diterima yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas,
sedangkan jika nilai probabilitas < 0.05, maka Ha diterima yang
berarti terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESID^2
Method: Panel Least Squares
Date: 10/21/16 Time: 09:05
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 18
Total panel (unbalanced) observations: 53
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
-3.029075
0.117774
0.031059
-0.032761
0.036140
2.275179
0.190887
0.015428
0.064975
0.021485
-1.331357
0.616981
2.013192
-0.504218
1.682092
0.1894
0.5402
0.0497
0.6164
0.0990
R-squared
0.110135
Mean dependent var
0.735985
102
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.035980
1.166779
65.34594
-80.75293
1.485196
0.221444
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
1.188354
3.235960
3.421836
3.307439
2.351430
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Berdasarkan hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai Prob.
(probabilitas) sebesar 0.221444 > 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak mengandung
heteroskedastisitas.
c.
Uji Signifikansi
Berdasarkan hasil Uji Chow dan Uji LM, model estimasi data
panel yang terpilih adalah model common effect (OLS). Selanjutnya
dilakukan uji signifikansi dari model yang terpilih.
Tabel 4.12
Nilai Weight Statistik Estimasi Model Common Effect
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.647293
0.617901
0.888867
22.02259
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
20.65292
35.32993
37.92409
1.781138
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan
seberapa besar proporsi variasi variabel dependen yang
dijelaskan
oleh
variasi
variabel
independen.
Koefisien
determinasi ini nilainya tidak pernah menurun jika kita terus
103
menambah variabel independen, artinya koefisien determinasi
akan semakin besar jika kita terus menambah variabel
independen
dalam
model.
Salah
satu
persoalan
besar
penggunaan koefisien R2 dengan demikian adalah nilai R2 selalu
naik ketika menambah variabel independen dalam model,
walaupun penambahan variabel independen belum tentu
mempunyai justifikasi dari teori ekonomi ataupun logika
ekonomi. Para ahli ekonometrika telah mengembangkan
alternatif lain yaitu digunakan R2 yang disesuaikan (Widardjono,
2015:276).
Nilai adjusted R2 dalam model ini sebesar 0.647293,
menunjukan bahwa pengaruh corporate governance sebagai
variabel independen (blockholder, kepemilikan institusional,
board size dan komisaris independen) terhadap YTM sukuk,
dapat dijelaskan oleh model sebesar 64.73%, dan sisanya
sebesar 35.27% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.13
Nilai Weighted Statistik Estimasi Blockholder, Kepemilikan
Institusional, Board Size dan Komisaris Independen terhadap
YTM Sukuk
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.647293
0.617901
0.888867
22.02259
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
20.65292
35.32993
37.92409
1.781138
Sumber : data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
104
Uji F adalah uji pengaruh semua variabel independen secara
serempak terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan
dengan membandingkan F hitung dan F tabel. F tabel didapat
dari besarnya α dan df. Besar df ditentukan oleh numerator (k 1) dan df untuk denominator (n – k), dimana n adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep.
Berdasarkan hasil estimasi output di atas, diketahui bahwa F
hitung atau F statistik sebesar 22.02259, sementara F tabel
didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:
F tabel
= α ; df = (n-k),(k-1)
= 5% ; df = (53-5),(5-1)
F tabel
= 5% ; df (48,4) = 2.61
Dari perhitungan F tabel di atas, diketahui bahwa, nilai F hitung
> F tabel (22.02259 > 2.61), maka keputusan yang diambil
adalah menolak Ho dan menerima Ha. Selain itu, dapat juga
membandingkan Prob (F statistic) dengan α, nilai Prob (F
statistic) 0.00000 > 0.05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel
independen corporate governance (blockholder, kepemilikan
institusional, board size dan komisaris independen) secara
simultan atau keseluruhan signifikan berpengaruh terhadap
variabel dependen YTM sukuk.
105
3) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Tabel 4.14
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board
Size dan Komisaris Independen terhadap YTM Sukuk
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
14.08847
-0.117829
-0.034075
-0.057976
-0.025045
1.393741
0.091081
0.009580
0.022717
0.016778
10.10839
-1.293678
-3.556843
-2.552125
-1.492674
0.0000
0.2020
0.0009
0.0139
0.1421
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara individual.
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan
t tabel pada α dan df sebesar n-k, dimana n adalah jumlah
observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep. Selain
itu, dapat juga membandingkan nilai Prob dengan α. Jika nilai t
hitung > nilai t tabel atau Prob > α = 5%, maka Ho ditolak yang
berarti
secara
statistik
variabel
independen
signifikan
mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya, jika nilai t
hitung < nilai t tabel, maka Ho diterima yang berarti secara
statistik variabel independen tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen (Widardjono, 2015:282). Untuk memperoleh
nilai t tabel dilakukan perhitungan sebagai berikut:
t tabel
= ; df = (n-k)
= 2.5% ; df = (53-5)
t tabel
= 0.025 ; df (48) = 2.021
106
Berikut ini adalah uji t dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen:
a) Variabel Blockholder
Melihat hasil output pada tabel di atas, didapat nilai t hitung
pada variabel independen blockholder sebesar -0.1293678,
yang berarti nilai t hitung (0.1293678) < t tabel (2.021),
selain itu, dapat juga membandingkan nilai Prob sebesar
0.2020 > 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa blockholder secara individual
tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM sukuk.
b) Variabel Kepemilikan Institusional
Berdasarkan hasil output pada tabel di atas, didapat nilai t
hitung pada variabel independen kepemilikan institusional
sebesar -3.556843. Bila dibandingkan dengan t tabel, nilai t
hitung (3.556843) > nilai t tabel (2.021), selain itu dapat
juga membandingkan nilai Prob sebesar 0.0009 < 0.05,
sehingga keputusannya adalah menolak Ho dan menerima
Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen
kepemilikan institusional secara individual berpengaruh
signifikan negatif terhadap YTM sukuk. Tanda negatif
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang berlawanan
arah antara kepemilikan institusional terhadap YTM sukuk,
107
sehingga
peningkatan
kepemilikan
institusional
menyebabkan menurunnya YTM sukuk atau sebaliknya.
c) Variabel Board Size
Hasil t hitung untuk variabel board size sebesar -2..552125.
Bila dibandingkan dengan t tabel, nilai t hitung (2.552125)
> nilai t tabel (2.021), selain itu dapat juga membandingkan
nilai Prob sebesar 0.0139 < 0.05, sehingga keputusannya
adalah menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa secara individual variabel independen
board size berpengaruh signifikan negatif terhadap YTM
sukuk. Tanda negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang berlawanan arah antara board size terhadap YTM
sukuk, sehingga peningkatan board size menyebabkan
menurunnya YTM sukuk atau sebaliknya.
d) Variabel Komisaris Independen
Dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel komisaris
independen adalah -1.492674. Bila dibandingkan dengan t
tabel, nilai t hitung < t tabel (1.492674 < 2.021), selain itu
dapat juga membandingkan nilai Prob sebesar 0.1421 >
0.05, sehingga keputusan yang diambil adalah menerima Ho
dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
YTM sukuk.
108
d. Persamaan Analisis Regresi Panel
Tabel 4.15
Hasil Estimasi Blockholder, Kepemilikan Institusional, Board Size
dan Komisaris Independen terhadap Yield Sukuk
Dependent Variable: YTM
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/21/16 Time: 09:08
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 18
Total panel (unbalanced) observations: 53
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
14.08847
-0.117829
-0.034075
-0.057976
-0.025045
1.393741
0.091081
0.009580
0.022717
0.016778
10.10839
-1.293678
-3.556843
-2.552125
-1.492674
0.0000
0.2020
0.0009
0.0139
0.1421
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.647293
0.617901
0.888867
22.02259
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
20.65292
35.32993
37.92409
1.781138
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.216685
39.00720
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
9.731887
2.297072
Sumber: data diolah dengan menggunakan EViews 9.0 (2016)
Berdasarkan Uji Chow dan Uji LM, estimasi model yang terpilih
adalah dengan menggunakan model common effect (OLS). Dari hasil
analisis regresi dengan menggunakan model common effect,
diperoleh persamaan model sebagai berikut:
=
109
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa:
6)
Berdasarkan persamaan regresi di atas diperoleh koefisien regresi untuk
konstanta sebesar 14.08847. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel
independen sama dengan 0, maka YTM akan meningkat sebesar 14.09%.
7)
Koefisien regresi blockholder (BLOCK) sebesar negatif 0.117829 dan
tidak berpengaruh signifikan pada α = 5%. Jika variabel lainnya dianggap
konstan maka blockholder tidak berpengaruh signfikan terhadap YTM
sukuk.
8)
Koefisien kepemilikan institusional (INSTOWN) sebesar negatif 0.034075
dan signifikan pada α = 5%. Hal ini mengindikasikan, setiap kenaikan 1%
persentase kepemilikan institusional, maka akan menurunkan YTM sebesar
0.034074% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
9)
Koefisien board size (BRDSIZE) sebesar negatif 0.057976 dan siginifikan
pada pada α = 5%. Hal ini mengindikasikan, setiap kenaikan 1 orang
direksi, maka akan menurunkan YTM sebesar 0.057976% dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan.
10) Koefisien komisaris independen (KOMINDP) sebesar negatif 0.025045
dan tidak signifikan pada α = 5%. Jika variabel lainnya dianggap konstan
maka komisaris independen tidak berpengaruh signfikan terhadap YTM
sukuk.
C. Interpretasi Hasil
Pada tahap ini akan disajikan uraian mengenai hasil uji statistik yang
telah dilakukan dengan acuan penelitian terdahulu.
110
1.
Interpretasi Regresi Logistik
Pada pembahasan di atas, didapatkan hasil persamaan model Logit
sebagai berikut:
[
]
Masing-masing koefisien slope pada persamaan ini adalah koefisien
slope parsial dan menghitung perubahan pada nilai estimasi logit akibat
satu unit perubahan pada nilai variabel (dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan). Interpretasi ini akan lebih berarti jika
dalam bentuk peluang saja, yaitu yang diperoleh dengan menghitung
antilog dari koefisien-koefisien slope (Gujarati dan Porter, 2012:200).
a.
Variabel Blockholder
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel blockholder
signifikan positif terhadap rating sukuk dan dapat membuktikan
hipotesis penelitian sebelumnya yang dibangun, dimana terdapat
pengaruh antara blockholder dengan rating sukuk perusahaan.
Koefisien yang positif sebesar 5.60 menunjukan bahwa jumlah
blockholder memiliki hubungan yang searah terhadap rating sukuk.
Jika menghitung antilog dari 5.60, didapatkan hasil sebesar
. Hal ini berarti jika jumlah blockholder dalam perusahaan
penerbit sukuk meningkat, maka kemungkinan meningkatnya rating
sukuk perusahaan sebesar 270 kali dengan asumsi variabel lainnya
konstan.
111
Bhojraj dan Sengupta (2003) menyebutkan bahwa dalam
literatur blockholding terdiri dari dua hipotesis. Pertama hipotesis
private benefits, dimana blockholder dapat mengakses private
information dan dapat mempengaruhi kebijakan politik, sosial dan
lingkungan dalam perusahaan. Dalam hipotesis private benefit ini,
blockholder memiliki pengaruh yang tidak semestinya pada
manajemen untuk mengamankan keuntungan yang merugikan
penyedia modal lainnya. Kedua, hipotesis shared benefits, dimana
blockholder melakukan pemantauan yang lebih efisien terhadap
manajemen dan manfaat dari pemantauan tersebut diketahui juga
oleh seluruh pemangku kepentingan. Jika hipotesis private benefits
yang lebih dominan, maka blockholder dan peringkat kredit
memiliki hubungan yang negatif, tetapi, jika hipotesis shared
benefits yang lebih dominan, maka blockholder dan peringkat kredit
memiliki hubungan positif.
Namun, hasil penelitian membuktikan bahwa blockholder
berpegaruh signifikan positif terhadap rating sukuk dikarenakan
sesuai dengan literatur blockholder, hipotesis yang lebih dominan
dalam perusahaan penelitian adalah hipotesis shared benefits,
sehingga dalam penelitian ini blockholder memantau manajemen
dengan lebih efisien dan hasil pemantauan tersebut juga diketahui
oleh pemangku kepentingan lainnya, oleh sebab itu blockholder dan
rating memiliki hubungan yang positif. Hasil ini sesuai dengan
112
penelitian Terry (2011) dan tidak sesuai dengan penelitian Bhojraj
dan Sengupta (2003), Asbaugh et al (2004), Setyaningrum (2005),
Hariani (2011), Grassa (2015).
b.
Variabel Kepemilikan Institusional
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel kepemilikan
institusional berpengaruh positif signifikan terhadap rating sesuai
dengan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa terdapat
pengaruh antara kepemilikan institusional dengan rating sukuk.
Koefisien yang positif sebesar 1.06 menunjukan bahwa persentase
kepemilikan saham oleh investor institusional memiliki hubungan
yang searah terhadap rating sukuk. Jika menghitung antilog dari
1.06, didapatkan hasil sebesar
. Hal ini berarti jika
persentase kepemilikan institusional dalam perusahaan penerbit
sukuk meningkat, maka kemungkinan meningkatnya rating sukuk
perusahaan sebesar 2.89% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Temuan ini mendukung penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003),
Asbaugh et al (2004), Setyaningrum (2005), serta Aman dan Nguyen
(2013) bahwa dengan adanya investor dari institusional, akan
meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajemen sehingga
kinerja perusahaan juga akan meningkat, selain itu kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya juga tidak merasa dirugikan.
Pengawasan terhadap kinerja manajemen oleh investor institusional
juga membuat kreditur merasa dilindungi dari kemungkinan risiko
113
gagal bayar (default) perusahaan sehingga peringkat yang diterima
dapat meningkat. Selain itu, penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Altin et al (2016).
c.
Variabel Board Size
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel board size
berpengaruh signifikan positif terhadap rating sesuai dengan
penelitian yang telah dibangun sebelumnya bahwa terdapat pengaruh
antara board size dengan rating sukuk. Koefisien yang positif
sebesar 7.299 menunjukan bahwa jumlah dewan direksi dalam
perusahaan memiliki hubungan yang searah terhadap rating sukuk.
Jika menghitung antilog dari 7.299, didapatkan hasil sebesar
. Hal ini berarti jika jumlah board size dalam
perusahaan
penerbit
sukuk
meningkat,
maka
kemungkinan
meningkatnya rating sukuk perusahaan sebesar 1.479 kali dengan
asumsi variabel lainnya konstan.
Temuan ini mendukung penelitian Aman dan Nguyen (2013)
dan Elhaj et al (2015) bahwa jumlah direksi yang lebih besar dalam
perusahaan menghasilkan peringkat kredit yang tinggi karena
perusahaan dapat memiliki lebih banyak expertise dimasing-masing
bidang dan tugas antar direksi dalam hal pemantauan jadi lebih
efektif sehingga agency risk menjadi berkurang dan meningkatkan
peringkat kredit. Namun demikian, penemuan ini tidak sesuai
dengan Grassa (2015).
114
d.
Variabel Komisaris Independen
Berdasarkan uji Z diketahui bahwa variabel komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap rating sukuk
sehingga tidak mampu membuktikan hipotesis penelitian yang
dibangun dimana terdapat pengaruh antara proporsi komisaris
independen dalam perusahaan dengan rating sukuk. Hal ini
dikarenakan kurang dominannya komisaris independen sehingga
mereka belum cukup berperan sebagai penyeimbang pengambilan
keputusan dalam susunan keanggotaan dewan komisaris dan
menyeimbangkan
kekuatan
pihak
manajemen.
Selain
itu,
pengangkatan komisaris independen dalam perusahaan semata-mata
hanya untuk pemenuhan regulasi, bukan kebutuhan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Setyaningrum (2005) dan Hariani (2011), namun
tidak sesuai dengan penelitian Bhojraj Sengupta (2003), Asbaugh et
al (2004), Terry (2011), Aman dan Nguyen (2013), Elhaj et al
(2015) dan Grassa (2015).
2.
Interpretasi Regresi Panel
Pada pembahasan di atas, didapatkan hasil persamaan regresi panel
sebagai berikut:
=
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki
efek negatif. Berikut uraian interpretasi pada masing-masing variabel.
115
a.
Variabel Blockholder
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa blockholder secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM sukuk. Hasil
ini tidak sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya
bahwa terdapat pengaruh antara blockholder dengan YTM sukuk.
Hal ini dikarenakan blockholder tidak menggunakan insentifnya
dalam hal memantau dan mengoreksi kinerja manajemen ketika
kinerja perusahaan mengalami penurunan, tetapi blockholder lebih
memilih untuk menjual saham mereka ketika kinerja perusahaan
semakin memburuk. Hasil ini sesuai dengan penelitian Terry (2011)
namun tidak sesuai dengan penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003)
dan Bradley et al (2008).
b.
Variabel Kepemilikan Institusional
Berdasarkan
hasil
uji
t
diketahui
bahwa
kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap YTM sukuk.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya
bahwa terdapat pengaruh antara kepemilikan institusional dengan
YTM sukuk. Tanda negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang berlawanan arah antara kepemilikan institusional terhadap
YTM sukuk, sehingga peningkatan kepemilikan institusional
menyebabkan menurunnya YTM sukuk atau sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003)
serta Isnurhadi dan Dwiyanti (2011) bahwa kepemilikan saham oleh
116
institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap yield obligasi.
Dengan demikian pihak-pihak institusional merupakan pihak
profesional yang memiliki kemampuan dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan, mulai dari diskusi formal dengan manajemen, sampai
dengan pengendalian seluruh kegiatan operasional dan pengambilan
keputusan perusahaan. Hal ini berdampak pada kinerja perusahaan
yang semakin baik sehingga menurunkan risiko gagal bayar dan
yield yang ditawarkan perusahaan. Temuan ini juga sejalan dengan
agency theory, bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan
yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang
terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor
institusi dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang
efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer (Jensen
and Meckling, 1976). Namun hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
Bradley et al (2008).
c.
Variabel Board Size
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa board size berpengaruh
signifikan negatif terhadap YTM sukuk. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya bahwa terdapat pengaruh
antara board size dengan YTM sukuk. Tanda negatif menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang berlawanan arah antara board size
terhadap
YTM
sukuk,
sehingga
peningkatan
board
size
menyebabkan menurunnya YTM sukuk atau sebaliknya. Hasil ini
117
sesuai dengan penelitian Bradley et al (2008) bahwa dewan direksi
dengan stabilitas yang tinggi serta pengungkapan keuangan yang
transparan dapat mencegah terjadinya risiko gagal bayar dan
meningkatkan peringkat kredit perusahaan, sehingga yield yang
ditawarkan oleh perusahaan tidak tinggi.
d.
Variabel Komisaris Independen
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM sukuk
sehingga tidak mampu menjelaskan hipotesis yang telah dibangun
sebelumnya bahwa terdapat pengaruh antara komisaris independen
dengan YTM sukuk. Hasil ini sejalan dengan penelitian Isnurhadi
dan Dwiyanti (2011) karena komisaris independen yang diangkat
dalam perusahaan, masih memiliki hubungan afiliasi sehingga
independensi dari dewan komisaris masih diragukan, selain itu
adanya penambahan anggota dewan dari luar perusahaan hanya
sekedar memenuhi ketentuan formal sehingga tidak memiliki
pengaruh terhadap YTM. Namun hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian Bhojraj dan Sengupta (2003), Bradley et al (2008), dan
Terry (2013).
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu pengaruh corporate
governance yang diproksikan oleh blockholder, kepemilikan institusional,
board size dan komisaris independen terhadap rating dan yield sukuk dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil hipotesis memberikan bukti bahwa corporate governance dapat
digunakan untuk menjelaskan rating sukuk korporasi. Dari empat
variabel corporate governance, terbukti bahwa variabel blockholder,
kepemilikan institusional dan board size berpengaruh positif signifikan
terhadap rating sukuk pada alpha 5%. Namun pada variabel komisaris
independen tidak terbukti mempengaruhi rating sukuk korporasi di
Indonesia, hal ini dapat disebabkan karena kurang dominannya komisaris
independen
sehingga
mereka
belum
cukup
berperan
sebagai
penyeimbang pengambilan keputusan dalam susunan keanggotaan dewan
komisaris dan menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen. Selain itu,
pengangkatan komisaris independen dalam perusahaan semata-mata
hanya untuk pemenuhan regulasi, bukan kebutuhan. Secara keseluruhan,
corporate governance berpengaruh signifikan terhadap rating sukuk
korporasi.
119
2.
Hasil hipotesis memberikan bukti bahwa variabel corporate governance
dapat digunakan untuk menjelaskan yield sukuk korporasi yang
diproksikan oleh Yield to Maturity (YTM) approximation. Dari empat
variabel corporate governance, terbukti bahwa variabel kepemilikan
institusional dan board size berpengaruh signifikan negatif terhadap
YTM sukuk
korporasi,
sedangkan
blockholder
dan komisaris
independen tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap YTM sukuk
korporasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan blockholder tidak
menggunakan insentifnya dalam hal memantau dan mengoreksi kinerja
manajemen ketika kinerja perusahaan mengalami penurunan, tetapi
blockholder lebih memilih untuk menjual saham mereka ketika kinerja
perusahaan semakin memburuk. Begitu pula dengan komisaris
independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap YTM sukuk.
Hal ini disebabkan karena komisaris independen yang diangkat dalam
perusahaan, masih memiliki hubungan afiliasi sehingga independensi
dari dewan komisaris masih diragukan, selain itu adanya penambahan
anggota dewan dari luar perusahaan hanya sekedar memenuhi ketentuan
formal sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap YTM sukuk. Secara
keseluruhan, corporate governance berpengaruh signifikan terhadap
YTM sukuk korporasi.
120
B. Saran
Untuk
penyempurnaan
penelitian
ini
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan, penulis mengajukan sedikit saran mengenai bahasan yang
terkait dalam penelitian ini:
1. Bagi Investor
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor yang ingin
berinvestasi dalam sukuk bahwa corporate governance yang baik dapat
menurunkan risiko gagal bayar perusahaan.
2. Bagi manajemen perusahaan
Informasi
yang
diperoleh
dari
penelitian
ini
dapat
dijadikan
pertimbangan bagi perusahaan penerbit sukuk dalam mencapai tujuan
perusahaan dengan menerapkan prinsip good corporate governance yang
terbukti mempengaruhi rating dan yield sukuk sehingga dapat menarik
investor untuk investasi dalam sukuk. Hal itu adalah bentuk dukungan
perusahaan terhadap perkembangan sukuk di Indonesia khususnya dan
global secara umum.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a.
Hasil penelitian sejenis masih belum konsisten, untuk itu diperlukan
penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan proksi lain
dari penerapan corporate governance seperti CG Index, kepemilikan
manajerial, kualitas audit eksternal dan variabel lainnya yang lebih
komprehensif sebagai tambahan dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
121
b.
Penelitian selanjutnya bisa melakukan penelitian dengan menambah
sampel yang digunakan, misalnya melakukan perhitungan yield pada
sukuk mudharabah.
122
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius. dan Suberto Zaini. “Komisari Independen: Penggerak Praktik
GCG di Perusahaan”. Jakarta: Indeks, 2004.
Altin, Mehmet. et al “Corporate Governance, Ownership Structure and Credit
Ratings of Hospitality Firms”. The Journal of Hospitality Financial
Management, 24:5-19, ISSN: 1091-3211, 2016.
Aman, Hiroyuki dan Pascal Nguyen. “Does Good Governance Matter to
Debtholders? Evidence from The Credit Rating of Japanese Firms”.
Social of Business Administration, Kwansei Gakuin University, Uegahara,
Nishinomiya, Hyogo, 662-8501, 2016.
Ashbaugh, Hollis. et.al. “The Effect of Corporate Governance on Firms‟ Credit
Ratings”. Journal of Accouting and Economics, 203-243. 2004.
Ayub, Muhammad. “Understanding Islamic Finance”. England: John Wiley and
Sons Ltd. 2007.
Aziz, Abdul. “Manajemen Obligasi Syariah”. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010.
Bhojraj, Sanjeev and Parta Sangupta. “Effect of Corporate Governance on Bond
Rating and Yields: The Role of Institutional Investor and Outside
Directors”. The Journal of Business 76 (July): 455-475, 2003.
Bodie, Zvi. et.al. “Investment 9th Edition”. New York: McGraw-Hill/Irwin, 2011.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Edisi 10”. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Bradley, Michael et.al. “The Effects of Corporate Governance Attributes on
Credit Ratings and Bond Yields”. Accepted Working Paper, 2008.
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Fatwa Dewan
Syariah Nasional. Jakarta
Effendi, Muh. Arief. The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009.
Elhaj, Mohamed Abdulgasem A. et al. “The Influence of Corporate Governance,
Financial Ratios and Sukuk Structure on Sukuk Rating”. Procedia
Economics and Finance, 31, 67-74, 2015.
Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Syariah 110 (ED PSAK 110),
2014.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011
123
Grassa, Rihab. “Corporate Governance and Credit Rating in Islamic Banks: Does
Shariah Governance Matters?”. Springer Science+Business Media New
York. 2015
Gudono. “Analisis Data Multivariat”. Yogyakarta: BPFE. 2012
Gujarati, Damodar dan Dawn C. Porter. “Dasar-dasar Ekonometrika Edisi 5”.
Jakarta: Salemba Empat. 2012.
Hamid, Nurul Hidayah Abdul. et.al. “Firms‟ Performance and Risk with The
Presence of Sukuk Rating as Deafult Risk”. Social and Behavioral
Sciences, 145, 181-188. 2014.
Hariani, Dessy. “Pengaruh Penerpan Good Corporate Governance terhadap
Risiko Kredit dan Yield Sukuk Ijarah Korporasi”. Jakarta: Tesis
Universitas Indonesia. 2011.
Huda, Nurul dan Mustafa E. Nasution. “Investasi pada Pasar Modal Syariah”.
Jakarta: Kencana Predana Media Group. 2007.
Hulwati. “Ekonomi Islam: Teori dan Praktiknya Dalam Perdagangan Obligasi
Syariah di Pasar Modal Indonesia dan Malaysia”. Jakarta: Ciputat Press,
2009.
Isnurhadi dan Dwi Yanti. “The Effect of Good Corporate Governance Practices
and Bond Rating on Bond Yield to Maturity”. Jurnal MIICEMA
Universitas Bengkulu. 2011.
Jensen, Michael C. dan William Meckling. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost, and Capital Structure”. Journal of Financial
Economics. 1976.
Keown, J. Arthur, John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott, Jr.
“Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan”. Edisi Kesepuluh Jilid
1. Jakarta: Indeks, 2011.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman Corporate
Governance tahun 2006.
Manan, Abdul. “Hukum Ekonomi Syariah: dalam Perspektif Kewenangan
Peradilan Agama”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012
Moeljadi. “Manajemen Keuangan”. Malang: Bayu Media Publishing. 2006.
Penyusun. “Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Nasional (Sukuk Negara)
Instrumen Keuangan Berbasis Syariah Edisi Kedua”. 2010.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
124
Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Obligasi”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Rodoni, Ahmad. “Investment Syariah”. Jakarta: Lemlit UIN Jakarta. 2009
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. “Manajemen Keuangan, Edisi Pertama”. Jakarta:
Mitra Wacana Media. 2010.
Setyaningrum, Diah. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Peringkat Surat Utang Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, Hal.73-102, 2005.
Sisca dan Kim Sung Suk. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat
dan Yield Obligasi”. DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 5 No. 1. 2010.
Sudarmanto, R. Gunawan. “Statistik Terapan Berbasis Computer dengan
Program IBM SPSS Statistic 19”. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013.
Sugiyono. “Statistika untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta. 2005.
Sulaiman, Maliah. et.al. “Corporate Governance of Islamic Financial Institutions
in Malaysia”. Asian Journal of Business and Accounting 8 (1), 2015.
Surya, Indra dan Ivan Yustivandana. “Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2008.
Terry, Sihotang Dikson. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Peringkat
dan Yield Obligasi di BEI”. JRMB , Volume 6, No.1. 2011.
Thomas, Abdulkader. “Sukuk”. Malaysia: Sweet and Maxwell Asia. 2009
Wheelen, Thomas L dan J. David Hunger. “Strategic Management and Business
Policy, Toward Global Sustainability”. Pearson, 2012.
Wibisono, Rachmat. “Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Kecepatan
Penyesuaian Keseimbangan dalam Memilih Obligasi Pemerintah
Berdasarkan Tenor”. Jakarta: Tesis Universitas Indonesia. 2010.
Widardjono, Agus. “Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya Edisi Keempat”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2013.
Widardjono, Agus. “Statistika Terapan dengan Excel dan SPSS”. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN. 2015.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews”.
Yogyakarta: STIM YKPN. 2011.
Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 Otoritas Jasa Keuangan.
125
http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good-corporate.bpkp
Februari 2016 pukul 19.32.WIB.
diakses
pada
10
http://www.djppr.kemenkeu.go.id/uploads/files/dmodata/in/6Publikasi/5Brosur/M
ENGENAL_SUKUK.pdf. Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Mengenal
Sukuk, Brosur Departemen Keuangan. diakses pada 28 Februari 2016 pukul 18.33
WIB.
http://pefindo.com/index.php/fileman/file?file=95. Rating Defiinition.
pada 28 Februari 2016 pukul 16.08 WIB.
Diakses
http://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
KNKG.
http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporategovernance.html diakses pada 10 Februari 2016 pukul 19.45 WIB.
http://economy.okezone.com/read/2012/02/29/278/584457/peringkat-utang-bltaturun-lagi-jadi-idd diakses pada Jumat, 16 September 2016 pukul 11.34 WIB.
http://investasi.kontan.co.id/news/gcg-rendah-ojk-panggil-100-emiten
pada 17 september 2016 pukul 10.04 WIB.
diakses
126
LAMPIRAN 1: Daftar Sampel Penelitian
No.
Nama Sukuk
1 sukuk ijarah PLN I tahun 2006
2 sukuk ijarah PLN II tahun 2007
3 sukuk ijarah indosat IV tahun 2009 Seri B
4 sukuk ijarah PLN IV tahun 2010 seri A
5 sukuk ijarah PLN IV tahun 2010 seri B
6 sukuk ijarah PLN V tahun 2010 seri B
7 sukuk ijarah indosat V tahun 2012
8 sukuk ijarah sumberdaya sewatama I tahun 2012
9 sukuk ijarah TPS food I tahun 2013
10 sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap I Tahun 2013
11 sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 seri A
12 sukuk ijarah berkelanjutan I PLN Tahap II Tahun 2013 seri B
13 sukuk ijarah berkelanjutan I summarecon agung tahap I tahun 2013
14 sukuk ijarah berkelanjutan I summarecon agung tahap II tahun 2014
15 sukuk ijarah berkelanjutan I Indosat tahap I tahun 2014 seri A
16 sukuk ijarah berkelanjutan I indosat tahap I tahun 2014 seri C
17 sukuk ijarah berkelanjutan I indosat tahap II tahun 2015 seri C
18 sukuk ijarah berkelanjutan I indosat tahap II tahun 2015 seri E
Kode
Listed
Mature
PPLN08C
SIKPPLN01
SIKISAT04B
SIKPPLN03A
SIKPPLN03B
SIKPPLN04B
SIISAT05
SISSMM01
SIAISA01
SIPPLN01CN1
SIPPLN01ACN2
SIPPLN01BCN2
SISMRA01CN1
SISMRA01CN2
SIISAT01ACN1
SIISAT01CCN1
SIISAT01CCN2
SIISAT01ECN2
22-Jun-06
11-Jul-07
9-Dec-09
13-Jan-10
13-Jan-10
9-Jul-10
28-Jun-12
3-Dec-12
8-Apr-13
8-Jul-13
11-Dec-13
11-Dec-13
12-Dec-13
13-Oct-14
15-Dec-14
15-Dec-14
5-Jun-15
5-Jun-15
21-Jun-16
10-Jul-17
8-Dec-16
12-Jan-17
12-Jan-20
8-Jul-22
27-Jun-19
30-Nov-17
5-Apr-18
5-Jul-20
10-Dec-18
10-Dec-23
11-Dec-18
10-Oct-19
12-Dec-17
12-Dec-21
4-Jun-20
4-Jun-25
Nominal
coupon rate
Rating
Tenure
(Bill Rp)
200
13.60% idAA-(sy) 10 tahun
300
10.40% idAAA(sy) 7 tahun
172
11.75% idAAA(sy) 7 tahun
130
11.95% idAAA(sy) 7 tahun
167
12.55% idAAA(sy) 10 tahun
340
10.40% idAAA(sy) 12 tahun
300
8.63% idAAA(sy) 7 tahun
200
9.60% idA(sy)
5 tahun
300
10.25% idA(sy)
5 tahun
121
8% idAAA(sy) 7 tahun
321
9% idAAA(sy) 5 tahun
108
9.60% idAAA(sy) 10 tahun
150
10.85% idA+ (sy)
5 tahun
300
11.50% idA+(sy)
5 tahun
64
10% idAAA(sy) 3 tahun
110
10.50% idAAA(sy) 7 tahun
67
10% idAAA(sy) 5 tahun
175
10.40% idAAA(sy) 10 tahun
Sumber: IBPA, Factbook dan ICaMEL
127
LAMPIRAN 2: Hasil Perhitungan Yield To Maturity (YTM)
No.
Kode
1 PPLN08C
2 SIKPPLN01
3 SIKISAT04B
4 SIKPPLN03A
5 SIKPPLN03B
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2011
2012
2013
2014
2015
2011
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2014
2015
YTM
9.61
8.05
9.52
9.22
10.2
10.22
9.29
8.32
9.75
9.75
9.01
8.7
11.75
10.94
9.33
7.45
11.95
9.72
10.12
9.76
No.
Kode
6 SIKPPLN04B
7 SIISAT05
8 SISSMM01
9 SIAISA01
10 SIPPLN01CN1
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
2013
2014
2015
2013
2014
2015
YTM
9.15
7.72
9.56
10.23
9.5
8.05
8.21
9.84
9.8
9.59
9.22
10.65
10.71
10.09
10.47
10.89
8.22
8.96
9.49
No.
Kode
11 SIPPLN01ACN2
12 SIPPLN01BCN2
13 SISMRA01CN1
14 SISMRA01CN2
15
16
17
18
SIISAT01ACN1
SIISAT01CCN1
SIISAT01CCN2
SIISAT01ECN2
Tahun
2013
2014
2015
2014
2015
2013
2014
2015
2014
2015
2015
2015
2015
2015
YTM
8.99
9.26
9.24
10.78
9.94
10.85
10.58
10.61
11.44
10.73
9.72
10.22
10.11
10.31
128
LAMPIRAN 3 : Hasil Estimasi Model Logit
Dependent Variable: RATING
Method: ML - Binary Logit (OPG - BHHH / Marquardt steps)
Date: 10/22/16 Time: 07:57
Sample: 1 90
Included observations: 53
Convergence not achieved after 500 iterations
Coefficient covariance computed using observed Hessian
Variable
Coefficient
Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
-133.7829
56.08619
-2.385309
0.0171
BLOCK
5.604840
2.515927
2.227743
0.0259
INSTOWN
1.060739
0.433292
2.448092
0.0144
BRDSIZE
7.298924
2.965846
2.460992
0.0139
KOMINDP
0.167247
0.184101
0.908452
0.3636
McFadden R-squared
0.953138
Mean dependent var
0.773585
S.D. dependent var
0.422516
S.E. of regression
0.053024
Akaike info criterion
0.238813
Sum squared resid
0.134953
Schwarz criterion
0.424690
Log likelihood
Hannan-Quinn criter.
0.310292
Deviance
Restr. deviance
56.70027
Restr. log likelihood
-28.35014
LR statistic
54.04318
Avg. log likelihood
-0.025067
Prob(LR statistic)
0.000000
Obs with Dep=0
12
Obs with Dep=1
41
Total obs
-1.328545
2.657091
53
129
LAMPIRAN 4 : Hasil Uji Signifikansi F (Uji Chow)
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
Cross-section F
Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
0.462060
(17,31)
0.9522
11.970059
17
0.8019
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: YTM
Method: Panel Least Squares
Date: 10/21/16 Time: 11:38
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 18
Total panel (unbalanced) observations: 53
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
13.79758
1.755917
7.857762
0.0000
BLOCK
-0.106814
0.147321
-0.725043
0.4719
INSTOWN
-0.032891
0.011907
-2.762355
0.0081
BRDSIZE
-0.043489
0.050145
-0.867251
0.3901
KOMINDP
-0.022784
0.016582
-1.374043
0.1758
R-squared
0.218395
Mean dependent var
9.731887
Adjusted R-squared
0.153261
S.D. dependent var
0.978594
S.E. of regression
0.900487
Akaike info criterion
2.717826
Sum squared resid
38.92206
Schwarz criterion
2.903702
Hannan-Quinn criter.
2.789305
Durbin-Watson stat
2.298786
Log likelihood
-67.02238
F-statistic
3.353024
Prob(F-statistic)
0.016865
130
LAMPIRAN 5 : Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM)
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Breusch-Pagan
Honda
King-Wu
Standardized Honda
Cross-section
Time
Both
2.068218
4.291538
6.359757
(0.1504)
(0.0383)
(0.0117)
-1.438130
2.071603
0.447933
--
(0.0192)
(0.3271)
-1.438130
2.071603
1.252481
--
(0.0192)
(0.1052)
-0.933645
2.708829
-2.633783
--
(0.0034)
--
Standardized King-Wu
Gourierioux, et al.*
-0.933645
2.708829
-1.122068
--
(0.0034)
--
--
--
4.291538
(< 0.10)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1%
7.289
5%
4.321
10%
2.952
131
LAMPIRAN 6: Uji Normalitas
8
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 53
7
6
5
4
3
2
1
0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-0.008643
0.005497
1.414058
-1.715822
0.853952
-0.172843
1.960999
Jarque-Bera
Probability
2.647839
0.266090
1.5
LAMPIRAN 7: Uji Multikolinearitas
BLOCK
INSTOWN
BRDSIZE
KOMINDP
BLOCK
1.000000
-0.719013
-0.486291
0.369624
INSTOWN
-0.719013
1.000000
0.222060
-0.664583
BRDSIZE
-0.486291
0.222060
1.000000
-0.202181
KOMINDP
0.369624
-0.664583
-0.202181
1.000000
132
LAMPIRAN 8: Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESID^2
Method: Panel Least Squares
Date: 10/21/16 Time: 09:05
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 18
Total panel (unbalanced) observations: 53
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-3.029075
2.275179
-1.331357
0.1894
BLOCK
0.117774
0.190887
0.616981
0.5402
INSTOWN
0.031059
0.015428
2.013192
0.0497
BRDSIZE
-0.032761
0.064975
-0.504218
0.6164
KOMINDP
0.036140
0.021485
1.682092
0.0990
R-squared
0.110135
Mean dependent var
0.735985
Adjusted R-squared
0.035980
S.D. dependent var
1.188354
S.E. of regression
1.166779
Akaike info criterion
3.235960
65.34594
Schwarz criterion
3.421836
Hannan-Quinn criter.
3.307439
Durbin-Watson stat
2.351430
Sum squared resid
Log likelihood
-80.75293
F-statistic
1.485196
Prob(F-statistic)
0.221444
133
LAMPIRAN 9: Hasil Estimasi Model Common Effect
Dependent Variable: YTM
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 10/21/16 Time: 09:08
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 18
Total panel (unbalanced) observations: 53
Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
14.08847
1.393741
10.10839
0.0000
BLOCK
-0.117829
0.091081
-1.293678
0.2020
INSTOWN
-0.034075
0.009580
-3.556843
0.0009
BRDSIZE
-0.057976
0.022717
-2.552125
0.0139
KOMINDP
-0.025045
0.016778
-1.492674
0.1421
Weighted Statistics
R-squared
0.647293
Mean dependent var
20.65292
Adjusted R-squared
0.617901
S.D. dependent var
35.32993
S.E. of regression
0.888867
Sum squared resid
37.92409
F-statistic
22.02259
Durbin-Watson stat
1.781138
Prob(F-statistic)
0.000000
Unweighted Statistics
R-squared
0.216685
Mean dependent var
9.731887
Sum squared resid
39.00720
Durbin-Watson stat
2.297072
134
Download