BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dapat terlihat salah satunya melalui semakin ketatnya persaingan antar perusahaan khususnya yang sejenis. Perusahaan bukan hanya dituntut untuk mencari laba melainkan juga mempertahankan eksistensinya. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang ketat, maka diperlukan penanganan sumber daya perusahaan dengan baik oleh pihak manajemen. Karakteristik dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang. Perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh keuntungan, menjaga kelangsungan hidup, dan pertumbuhan. Oleh sebab itu, pihak manajemen selain dituntut untuk mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusankeputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan (Rian, 2012). Perusahaan harus hati-hati dalam menangani masalah keuangan dalam pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja ini merupakan suatu laporan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan, para kreditur, para pemegang saham, dan pihak-pihak lainnya. Pihak manajemen dan para kreditur jangka pendek terutama akan tertarik kepada posisi keuangan jangka pendek (posisi modal kerja) suatu perusahaan termasuk perubahan-perubahan yang terjadi selama periode itu. Kenaikan dalam modal kerja mungkin ditunjukkan dalam penjualan, persediaan, hutang; dan adanya kenaikan dalam modal kerja ini akan diinterprestasikan bergantung pada sumber-sumber yang menyebabkan kenaikan tersebut. Apabila seluruh perubahan tersebut semuanya berasal dari hasil operasi perusahaan, maka hal ini akan dinilai sebagai hal yang amat baik atau menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan modal kerja yang berasal dari pengeluaran hutang jangka panjang (Ita, 2010). Adanya modal kerja yang cukupmemungkinkan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tidak mengalamihambatan yang mungkin akan timbul. Penetapan besarnya modal kerjayang dibutuhkan perusahaan berbeda-beda, salah satunya tergantung jenis perusahaandan seberapa besar perusahaan tersebut. Kegiatan penyediaan modal tersebut bersifatdinamis sehingga harus mengikuti perkembangan perusahaan. Besarnya modal kerjamerupakan salah satu alat ukur yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikanmasalah likuiditas perusahaan. Hasil dari kinerja pihak manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan secara keseluruhan dapat tercermin dari laporan keuangan. Sebagian besar keberhasilan perusahaan diukur dengan tingkat finansial yang mampu dicapai. Didorong oleh situasi yang semakin kompetitif, sering kali perusahaan mengoptimalkan penjualan secara kredit untuk meningkatkan volume penjualan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan likuiditas perusahaan. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban keuangan dalam jangka pendek.Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Sedangkan apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyaikemampuan yang cukup untuk membayar hutang jangka pendeknya, disebut illikuid. Masalah likuiditas ini menjadi salah satu sorotan utama bagi perusahaan. Eksistensi perusahaan akan diragukan apabila perusahaan tidak lagi berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Apabila hal ini terjadi maka penilaian terhadap aspek-aspek yang lain dalam perusahaan tidak bermanfaat lagi bagi pihak-pihak berkepentingan (Anastasia, 2013). Ada banyak ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi likuiditas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan rasio lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aset lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin besar perbandingan aset lancar dibandingkan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Piutang merupakan unsur aset lancar yang relatif mudah dicairkan, dan likuiditas merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Jika piutang perusahaan itu dikelola dengan baik, maka likuiditas perusahaan juga ikut membaik. Sebaliknya, jika piutang perusahaan dikelola secara buruk maka likuiditas perusahaan juga ikut memburuk. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan. Perputaran piutang merupakan faktor sangat penting bagi perusahaan, maka dari itu harus dicermati dengan baik karena menyangkut kinerja perusahaan (Tarida dan Achmad, 2012). Salah satu strategi alternatif yang dipakai di setiap perusahaan guna memperlancar penjualan adalah dengan melakukan penjualan secara kredit pada produk atau jasa yang ditawarkan kepada calon pelanggan. Penjualan kredit juga berperan sebagai salah satu alternatif dalam memenangi persaingan pasar yang semakin ketat terutama dalam bidang usaha sejenis. Sistem penjualan secara kredit akan menghasilkan perkiraan dalam bentuk piutang usaha. Piutang usaha tersebut akan bertransformasi menjadi kas pada saat piutang tersebut jatuh tempo, dan dilunasi oleh pelanggan sesuai penetapan jangka waktu yang diberikan berdasarkan kebijakan kredit perusahaan. Namun, pembayaran piutang yang diterima di kemudian hari akan menimbulkan resiko bagi perusahaan, baik resiko keterlambatan pelunasan piutang oleh pelanggan, hingga resiko tidak terbayarnya piutang tersebut. Jika terjadi hal seperti ini, maka akan berpengaruh pada tingkat perputaran piutang menjadi menurun dan mengakibatkan terganggunya aktivitas perusahaan dalam memaksimalisasikan nilai perusahaan tersebut (Ribka, 2013). Pengelolaan atas piutang harus ditangani dengan baik untuk meminimalisirresiko-resiko yang bisa terjadi, seperti keterlambatan penerimaan piutang hingga piutang yang tak tertagih. Resiko-resiko tersebut akan menjadi biaya bagi perusahaan dan berpengaruh menurunkan pendapatan perusahaan. Piutang usaha hendaknya memiliki jangka waktu pengembalian yang tidak terlalu lama sehingga kas dapat segera direalisasikan. “Pemerintah berupaya meningkatkan daya saing industri makanan dan minuman dalam negeri sebelum berlakunya kesepakatan masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang memungkinkan produk-produk sejenis membanjiri Indonesia. Menteri Perindustrian (Saleh Husin) menjelaskan peran industri makanan dan minuman cukup kuat karena bisa menyerap tenaga kerja hingga 1,6 juta orang. Industri agro dengan subsektor industri pangan olahan akan menjadi salah satu prioritas program pemerintah untuk dibantu perkembangannya melalui suatu kelompok kerja. Kelompok kerja ini merupakan forum harmonisasi diantara negara anggota Asean dibawah Asean Consultative Committee on Standard and Quality for Prepared Food stuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG). Berdasarkan perhitungan Kementerian Perindustrian, investasi sektor industri makanan dan minuman bisa memberikan kontribusi sebesar 33,3% dari total investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan 25,09%untuk penanaman modal asing (PMA).” (www.cnnindonesia.com, 10 April 2015) Rian, Siti, dan Rini (2012) meneliti “Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Penjualan dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Adapun hasil dari penelitian tersebut dari hasil uji hipotesis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan. Secara simultan, dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang usaha dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap likuiditas. Secara parsial, pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas, sedangkan perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan Debbianita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri BarangKonsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011)”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan, terdapat pengaruh positif perputaran modal kerja terhadap likuiditas perusahaan, dan terdapat pengaruh positif perputaran piutang dan perputaran modal kerja terhadap likuiditas perusahaan. Melihat dari fenomena dan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN MODAL KERJA, DAN FIRM SIZE TERHADAP LIKUIDITAS (Pada Emiten Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”. B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 20102013? 2. Apakah terdapat pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 20102013? 3. Apakah terdapat pengaruh Firm Size terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2013? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a) Untuk menganalisis bukti empiris pengaruh Perputaran Piutang terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. b) Untuk menganalisis bukti empiris pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. c) Untuk menganalisis bukti empiris pengaruh Firm Size terhadap Likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. 2. Kontribusi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi sebagai berikut: a) Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas pada emiten sub sektor makanan dan minuman. b) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi likuiditas emiten sub sektor makanan dan minuman. c) Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.