Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kombinasi Model

advertisement
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kombinasi Model
Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi
Differences in Mathematics Learning Outcomes Seen From Combination Model Cooperative
Learning and Achievement Motivation
(
1&2
Muh. Syarwa Sangila1 dan Mustamin Anggo2
Alumni S2 dan Dosen Pendidikan Matematika FKIP UHO, email:[email protected])
Abstrak: Penelitian eksperimen ini menggunakan desain 2x3 faktorial dengan tujuan: (i) mempelajari pengaruh
sikap terhadap hasil belajar matematika, (ii) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika untuk semua
sel yang dibentuk oleh faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi (Bj), (iii) mempelajari
perbedaan rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap
tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai), (iv) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika
antara tingkat faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi berprestasi (Bj) dan
(v) mempelajari perbedaan rerata hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor model pembelajaran
kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi (Bj). Hasil analisis: motivasi berprestasi mempunyai pengaruh positif
yang signifikan terhadap hasil belajar matematika, kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW
tidak lebih efektif dari model pembelajaran kooperatif tipe TTW dan motivasi berprestasi tinggi tidak lebih baik
dari motivasi berprestasi rendah dan motivasi berprestasi sedang tidak lebih baik dari motivasi berprestasi
rendah.
Kata Kunci: Motivasi Berprestasi, Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan TTW, Hasil Belajar
Matematika
Abstract: The experimental research design of this 2x3 factorial with the aim of: (i) study the influence attitudes
towards learning outcomes of mathematics, (ii) study the differences between the mean result of learning
mathematics for all of the cells formed by a factor of cooperative learning model (Ai) and achievement
motivation (Bj ), (iii) to study differences between the mean results of students' mathematics learning between
factor levels of achievement motivation (Bj) for each level of factor cooperative learning model (Ai), (iv) to
study differences between the mean result of learning mathematics between levels of factor cooperative learning
model (Ai) to each level of achievement motivation factor (Bj) and (v) to study mathematics learning outcomes
mean difference between all levels of cooperative learning model factor (Ai) and achievement motivation (Bj).
Result analysis: achievement motivation have a significant positive impact on learning outcomes of
mathematics, a combination of cooperative learning model Jigsaw-TTW is no more effective than cooperative
learning model TTW and high achievement motivation is not better than the low achievement motivation and
achievement motivation was not better of low achievement motivation.
Keywords: Achievement Motivation, Jigsaw type of cooperative learning model and TTW, Mathematics
Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Pola pembelajaran yang berkualitas dan efektif
sangat diperlukan oleh guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa. Pola pembelajaran
yang berkualitas dapat diterapkan dengan tidak
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu,
tetapi guru dan siswa merupakan dua bagian penting
dalam tercapainya proses belajar yang saling
melengkapi.
Keberhasilan pembelajaran matematika pada
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama
62
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
(SMP) menjadi harapan semua pihak khususnya guru
matematika. Dalam proses pembelajaran melibatkan
berbagai macam kegiatan yang harus dilakukan,
terutama jika menginginkan hasil yang optimal. Salah
satu cara yang dapat dipakai agar mendapatkan hasil
optimal seperti yang diinginkan adalah memberi
tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan memilih model pembelajaran
yang tepat. Karena pemilihan model pembelajaran
yang tepat pada hakikatnya merupakan salah satu
upaya dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang penting dalam meningkatkan
kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar
matematika, maka siswa dapat berpikir kritis,
terampil
berhitung,
memiliki
kemampuan
mengaplikasikan konsep-konsep dasar matematika
pada pelajaran lain maupun pada matematika itu
sendiri.
Berdasarkan pendapat Suyitno, pengajaran
matematika perlu diperbarui, dimana siswa diberikan
porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan
siswa harus dominan dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk mengembangkan potensi to live
together salah satunya melalui model pembelajaran
kooperatif. Aktifitas pembelajaran kooperatif
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep,
keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau
anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar
kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa
yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi
tinggi. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif
dimaksudkan agar siswa benar-benar menerima ilmu
dari
pengalaman
belajar
bersama
temantemannya baik yang sudah dikatakan cakap maupun
yang masih dikatakan lemah dalam memahami
konsep atau materi pelajaran. Salah satu ciri dalam
pembelajaran kooperatif adalah adanya pembagian
kelompok belajar yang diarahkan untuk mencapai
keberhasilan dalam menguasai suatu konsep yang
diajarkan.
Kenyataan menunjukkan bahwa, penggunaan
model mengajar yang tidak sesuai dengan materi
yang diajarkan cenderung menghasilkan hasil belajar
siswa kurang optimal. Penyebab lain rendahnya hasil
JANUARI 2016
belajar siswa adalah bahwa perencanaan dan
implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh para
guru matematika tampaknya masih dilandasi dengan
metode transfer informasi. Kondisi secara umum
terjadi di SMP khususnya SMP Negeri 10 Kendari
dimana informasi dari guru mata pelajaran
matematika bahwa model pembelajaran kooperatif
sudah diterapkan sebelumnya namun dalam proses
pelaksanaannnya ditemukan kendala-kendala baik
yang bersumber dari siswa maupun dari guru yang
bersangkutan seperti pembagian kelompok yang
sederhana kurang menarik oleh siswa.
Dewasa ini, banyak tipe (pendekatan) model
pembelajaran kooperatif yang telah diterapkan di
kelas-kelas dalam upaya untuk meningkatkan hasil
belajar
matematika,
diantaranya
adalah
mengkombinasikan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dan TTW. Model pembelajaran ini salah
satu alternatif solusi yang ditawarkan untuk
menyelesaikan masalah pendidikan dalam hal ini
rendahnya hasil belajar matematika siswa. Selain itu,
terkadang persepsi siswa yang menganggap
matematika itu adalah hal yang menakutkan,
terkadang matematika salah satu kecemasan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan
hal utama yang didambakan dalam melaksanakan
pendidikan di sekolah. Agar proses pembelajaran
berhasil salah satunya menggunakan model
pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran
adalah salah satu sarana interaksi antara guru dan
siswa. Djamarah mengatakan bahwa “seorang guru
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia
tidak menguasai satupun metode mengajar yang
dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan” (Bahri:2010). Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat secara tidak langsung
mempengaruhi keinginan siswa dalam mengikuti
materi pelajaran.
Jadi, berdasarkan permasalahan di atas, maka
peneliti mencoba untuk mengadakan suatu
eksperimentasi pembelajaran matematika dengan
menerapkan kombinasi model pembelajaran jigsaw
dan TTW untuk meningkatkan hasil belajar
matematika. Model pembelajaran kombinasi jigsaw
dan TTW ini adalah kombinasi dua model kooperatif
63
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
yang digunakan dalam suatu pembelajaran. Dimana
pembelajaran ini menggunakan pembelajaran jigsaw
sebagai penguasaan konsep serta menjadikan siswa
bisa aktif saling bekerja sama mengeluarkan
pendapatnya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
TTW diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa yang dapat ditunjukkan dengan mendorong
siswa untuk berfikir (think), aktif berpartisipasi dalam
pembelajaran, berkomunikasi dengan baik (talk), siap
mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain
dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya
ke dalam bentuk tulisan secara sistematis.
Faktor lain yang ikut memberi andil terhadap
hasil belajar siswa adalah motivasi berprestasi.
Dalam proses belajar, motivasi berprestasi sangat
penting diberikan kepada siswa. Motivasi berprestasi
(achiement motivasion) adalah keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar
kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk
mencapai kesuksesan (John: 2003). Mc Clelland
mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu
usaha untuk mencapai sukses, yang bertujuan untuk
berhasil dalam kompetensi dengan suatu ukuran
keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat prestasi
orang lain, akan tetapi juga dapat prestasinya sendiri
sebelumnya (Mulyani: 1984).
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
yang baik ditandai dengan beberapa hal yaitu siswa
tersebut tanggap terhadap tantangan terutama dalam
belajar, rasional dalam berpikir, bertanggung jawab
dalam hal ini selalu bersikap jujur dan semangat
dalam belajar, berusaha unggul dalam kelompok dan
selalu dapat menyesuaikan diri bila ia berinteraksi
dengan teman-temannya. Selain itu, hal yang juga
berperan dalam meningkatkan motivasi berprestasi
siswa adalah guru itu sendiri. Boleh jadi siswa
mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar tapi
karena gurunya yang kurang baik dalam memberikan
perhatian dan penghargaan kepada siswa, maka
motivasi belajar siswa menjadi menurun yang
berimplikasi
pada
rendahnya
hasil
belajar
matematika.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengkaji
gambaran deskripsi hasil belajar matematika siswa
SMPN 10 Kendari setelah diberi kombinasi model
pembelajaran kooperatif dengan tingkat motivasi
berprestasi, (2) Mengkaji motivasi berprestasi
mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika, (3) Mengkaji perbedaan rerata hasil
belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk
oleh faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan
motivasi berprestasi (Bj), (4) Mengkaji perbedaan
rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat
faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat
faktor model pembelajaran kooperatif (Ai), (v)
Mengkaji perbedaan rerata hasil belajar matematika
siswa antara tingkat faktor model pembelajaran
kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi (Bj) dan (6) Mengkaji perbedaan rerata
hasil belajar matematika siswa antara semua tingkat
faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor
motivasi berprestasi (Bj).
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
menggunakan Anava desain 2x3 factorial pada siswa
SMPN 10 Kendari, dengan populasi berjumlah 236
orang siswa yakni siswa kelas VIII tahun ajaran
2014/2015 yang tersebar dalam 7 kelas paralel yakni
kelas VIII-1 sampai kelas VIII-7. Untuk menentukan
kelas yang akan dijadikan penelitian menggunakan
cluster random sampling. Sampel dalam penelitian
sebanyak 90 siswa yang diambil secara acak
sederhana (simple random sampling). Jumlah sampel
yang dipakai berdasarkan jumlah kelas dan jumlah
siswa dalam setiap kelompok (sel), ditunjukkan
dalam Tabel 1 sebagai berikut.
64
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Tabel 1. Jumlah Sampel pada Setiap Sel dalam Penelitian Eksperimen dan Kontrol
di SMP Negeri 10 Kendari
B
A
Jumlah
B1
B2
B3
A*1
15
15
15
45
A2
15
15
15
45
Jumlah
30
30
30
90
Dimana A adalah model pembelajaran kooperatif
dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif
Jigsaw-TTW (A1), model pembelajaran kooperatif
tipe TTW (A2), dan B adalah motivasi berprestasi
dengan motivasi berprestasi tinggi (B1), motivasi
berprestasi sedang (B2) dan motivasi berprestasi
rendah (B3).
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas
variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar
matematika dan variabel independen (variabel bebas)
yaitu model pembelajaran kooperatif sebagai faktor A
dan sikap siswa sebagai faktor B. Faktor A terdiri dari
A1 kombinasi model pembelajaran kooperatif
(Jigsaw-TTW) sebagai kelompok eksperimen, A2
model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Sedangkan
faktor B terdiri atas motivasi berprestasi tinggi (B1),
motivasi berprestasi sedang (B2) dan motivasi
berpresatsi rendah (B3). Variable terikat dalam
penelitian menggunakan instrumen yang divalidasi
melalui panelis (tim ahli) dengan menggunakan
Randomized Control Group Design sebagaimana
dijelaskan pada desain berikut:
R
E
T
O1
R
K
•
O2
di mana:
R=random; E=eksperimen (model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan TSTS); T=true eksperimen;
K=kontrol; • = tanpa perlakuan, Ok = Observasi,
k=1,2 (O1= tes yang diberikan pada kelas eksperimen
dan O2 = tes yang diberikan pada kelas kontrol.
(Agung ; 1992: 93)
Teknik yang digunakan dalam pengambilan
data adalah teknik tes hasil belajar matematika dan
angket sikap. Adapun tahapan dalam mengumpulkan
data tersebut yakni (1) Menyusun instrumen
penelitian
(silabus,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, lembar kerja siswa, kisi-kisi tes untuk
mengukur hasil belajar siswa dan kisi-kisi item untuk
mengukur sikap belajar, serta rubrik penskoran); (2)
Meminta beberapa dosen ahli untuk memvalidasi
instrumen penelitian; (3) Melakukan uji panelis
instrumen penelitian; (4) Estimasi validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian; (5) Revisi instrumen
penelitian; (6) Memberikan angket motivasi
berprestasi kepada sampel penelitian;
(7)
Melaksanakan penelitian di sekolah; dan (8)
Memberikan tes hasil belajar matematika kepada
sampel penelitian di setiap akhir proses pembelajaran.
Analisis data yaitu proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Analisa data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan,
sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar
sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan
ilmiah. Kegiatan analisis data diawali dengan ujian
prasyarat yaitu analisis validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian. Validitas adalah suatu alat ukur
yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Validitas empiris suatu instrumen
atau tes ditentukan berdasarkan data hasil uji panelis.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas instrumen melalui penilaian panelis
dengan memberikan penilaian terhadap butir-butir
pernyataan instrumen dengan memberikan skor pada
kolom penilaian panelis yang telah disediakan dengan
ketentuan sebagai berikut : (1) Skor 1, jika dalam
pernyataan tidak satupun kriteria yang muncul, (2)
Skor 2, jika dalam pernyataan ada satu kriteria yang
muncul, (3) Skor 3, jika dalam pernyataan ada dua
kriteria yang muncul, (4) Skor 4, jika dalam
pernyataan ada tiga kriteria yang muncul dan (5) Skor
65
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
5, jika dalam pernyataan ada semua kriteria yang
muncul. Analisis validitas instrumen digunakan untuk
mengetahui validitas konsep instrumen melalui
penilaian panelis. Perhitungan validitas hasil
penilaian panelis menggunakan rumus Aiken.
Analisis reliabilitas instrumen diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana konsep yang disusun
menggambarkan keadaan sesungguhnya. Untuk
menentukan ketepatan butir instrumen menggunakan
rumus alpha. Kriteria untuk pengujian tingkat
reliabilitas tes digunakan kriteria sebagai berikut : (1)
r11 ≤ 0,20 tingkat reliabilitas tes rendah sekali, (2) 20
< r11 ≤ 40 tingkat reliabilitas tes rendah, (3) 40 < r11 ≤
0,60 tingkat reliabilitas tes sedang, (4) 60 < r11 ≤ 0,80
tingkat reliabilitas tes tinggi dan (5) 0,80 < r11 ≤ 1,00
tingkat reliabilitas tes sangat tinggi.
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
mendeskripsikan karakteristik responden melalui skor
rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing sel
yang dibentuk oleh model pembelajaran kooperatif
dan motivasi berprestasi. Analisis deskriptif tersebut
mencakup mean (rata-rata) dan standar deviasi.
Analisis inferensial merupakan analisis yang
digunakan untuk menguji sejumlah hipotesis
penelitian, sebelumnya melalui uji normalitas dan
homogenitas. Uji Normalitas menggunakan statistik
uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan statistik uji Levene. Uji normalitas data
dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal atau tidak berdistribusi normal. Untuk
keperluan ini digunakan statistik uji KolmogorovSmirnov. Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
tidak normal
Uji
homogenitas
variansi
populasi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah varian dari
kedua sampel yang diselidiki homogen atau tidak
homogen. Uji homogenitas menggunakan perangkat
program analisis siap pakai yaitu SPSS versi 16
berdasarkan uji Levene yaitu statistik uji F. Pada uji
Dimana Yijk = Observasi ke-k dalam sel (A=i,B=j) =
(i,j), µ = Parameter rerata variabel Y, dan (AB)ij =
parameter pengaruh interaksi pada sel (i,j), untuk i =
JANUARI 2016
Levene tidak harus berdistribusi normal, namun harus
kontinyu. Pengujian hipotesis yaitu :
H0 : 𝜎11 2 = 𝜎12 2 = β‹― = 𝜎23 2
H1 : paling sedikit ada satu π‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› πœŽπ‘–π‘— 2 yang
tidak sama. Jika Fhit ≤ Ftab maka H0 diterima, yang
berarti kedua kelas mempunyai varian homogen, dan
jika Fhit> Ftab maka H0 ditolak, yang berarti kedua
kelas mempunyai varian tidak homogen. Pengujian
dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat
kebebasan pada df = (df1/df2).
Analisis korelasi merupakan salah satu teknik
statistik yang dipakai untuk menganalisis hubungan
antara dua variabel atau lebih yang bersifat
kuantitatif. Korelasi product moment digunakan
untuk menentukan besarnya koefisien korelasi jika
data yang digunakan berskala interval atau rasio.
Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1,
nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan
antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai
mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel
semakin lemah. Nilai positif menunjukan hubungan
searah (x naik maka y naik) dan nilai negatif
menunjukan hubungan terbalik (x naik maka y turun).
Analisis regresi linear sederhana merupakan
hubungan secara linear antara satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Data
yang digunakan biasanya berskala interval dan rasio.
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis “sikap
siswa mempunyai pengaruh positif yang siginifikan
terhadap hasil belajar matematika menggunakan
regresi linear sederhana dengn persamaan π‘Œπ‘– = 𝛽0 +
𝛽1 𝑋 + πœ€π‘– .
Untuk menguji hipotesis perbedaan
perlakuan atau perbedaan pengaruh antara variabel
bebas, yakni kombinasi model pembelajaran
kooperatif Jigsaw-TTW, model pembelajaran tipe
TTW, motivasi berprestasi berkategori tinggi,
motivasi berprestasi berkategori sedang, motivasi
berprestasi berkategori rendah terhadap variabel
terikat yakni hasil belajar matematika (Y), maka
analisis varian yang digunakan adalah :
Model Analisis Varian tanpa faktor utama Yijk = µ +
(AB)ij + Ι›ijk
1,...,i; j = 1,... j; k = 1,...,Nij; dengan syarat:
𝑖𝑗 (𝐴𝐡)𝑖𝑗 = 0 . 𝑑an Ι›ijk = suku kesalahan random
dengan asumsi mempunyai distribusi normal yang
66
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Yijk = α 0 + α 1 [A=1] + α 2 [A=1]*[B=1] + α 3
[A=1]*[B=2] + α 4 [A=2]*[B=1] + α 5 [A=2]*[B=2] +
Ι›ijk
b. Model Analisis Varian dengan faktor utama B
(motivasi berprestasi)
Model Anava dengan faktor utama B: Yijk = µ +
Bj + (AB)ij + Ι›ijk
dimana Yijk
= observasi ke-k dalam sel (A = i,B =
j) = (i,j), µ = parameter rerata variabel Y, Ai =
parameter pengaruh tingkat ke-i dari faktor A, dan
(AB)ij = parameter pengaruh interaksi pada sel (i,j),
untuk i = 1,...,I; j = 1,... J; k = 1,..., Nij,dengan syarat:
𝑗 𝐡𝑗 = 𝑖 (𝐴𝐡)𝑖𝑗 = 0
Dan Ι›ijk = suku kesalahan random dengan asumsi
mempunyai distribusi normal yang identik dan
independen dengan mean/ ekspektasi E(Ι›ijk) = 0 dan
varian konstan: Var (Ι›ijk) = 𝜎 2 .
Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan
adalah H0 : (AB)ij = 0
vs
π‡πŸ : Bukan H0
Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar
matematika siswa antara tingkat faktor model
pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat
faktor motivasi berprestasi (Bj) mempunyai
perbedaan pengaruh yang signifikan.
Persamaan
regresi non hirarkhi:
Yijk = 𝛽0 + 𝛽 1 [B=1] + 𝛽2 [B=2] + 𝛽3 [A=1]*[B=1] +
𝛽4 [A=1]*[B=2] + 𝛽5 [A=1]*[B=3] + Ι›ijk
Untuk setiap persamaan regresi non hierarki
mempunyai parameter sebagai berikut:
identik dan independen dengan mean/ekspektasi
E(Ι›ijk) = 0 dan variansi konstan: Var (Ι›ijk) = 𝜎 2 .
Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan
adalah H0 :(AB)ij = 0 vs π‡πŸ : Bukan H0 Pernyataan
hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar
matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh
faktor model pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor
motivasi berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan
pengaruh yang signifikan.
a. Model Analisis Varian dengan faktor utama A
(kombinasi model pembelajaran kooperatif)
Model Anava dengan faktor utama A : Yijk = µ
+ Ai + (AB)ij + Ι›ijk
Dimana Yijk= observasi ke-k dalam sel (Ai,Bi) = (i,j),
µ = parameter rerata variabel Y, Ai = parameter
pengaruh tingkat ke-i dari faktor A,(AB)ij = parameter
pengaruh interaksi pada sel (i,j), untuk i = 1,...,I; j =
1,...
J; k = 1,..., Nij,dengan syarat:
𝑖 𝐴𝑖 =
𝑗 (𝐴𝐡)𝑖𝑗 = 0. Dan Ι›ijk = suku kesalahan random
dengan asumsi mempunyai distribusi normal yang
identik dan independen dengan mean/ ekspektasi
E(Ι›ijk) = 0 dan varian konstan: Var (Ι›ijk) = 𝜎 2 .
Berdasarkan model di atas hipotesis yang diperlukan
adalah H0 : (AB)ij = 0
vs
π‡πŸ : Bukan H0
Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil
belajar matematika antara tingkat faktor motivasi
berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat faktor model
pembelajaran kooperatif (Ai) mempunyai perbedaan
pengaruh yang signifikan. Persamaan regresi non
hirarkhi:
Tabel 2. Parameter koefisien regresi non hirarkhi berdasarkan desain B A*B
B1
B2
B3
selisih 1-3
selisih 2-3
β0 + β2 + β4
β0 + β5
β1 + β3+ β5
β2 + β4+ β5
A1 β0 β0+ β1 + β3
β0 + β1
β0 + β2
β0
A2
𝛃1
𝛃2
𝛃3
𝛃4
𝛃5
selisih 1–2
Nij,dengan syarat: 𝑗 𝐡𝑗 = 𝑖 (𝐴𝐡)𝑖𝑗 = 0. dan Ι›ijk =
suku kesalahan random dengan asumsi mempunyai
distribusi normal yang identik dan independen
dengan mean/ ekspektasi E(Ι›ijk) = 0 dan varian
konstan: Var (Ι›ijk) = 𝜎 2 . Berdasarkan model di atas
hipotesis yang diperlukan adalah H0 : (AB)ij = 0
vs
π‡πŸ : Bukan H0
Model Analisis Varian dengan semua tingkat faktor
utama A (kombinasi model pembelajaran kooperatif)
dan faktor utama B (motivasi berprestasi). Yijk = µ +
Ai +Bj + (AB)ij + Ι›ijk; dimana Yijk = observasi ke-k
dalam sel (A = i; B = j) = (i,j), µ = parameter rerata
variabel Y, Ai = parameter pengaruh tingkat ke-i dari
faktor A, dan (AB)ij = parameter pengaruh interaksi
pada sel (i,j), untuk i = 1,...,I; j = 1,... J; k = 1,...,
67
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Pernyataan hipotesis di atas adalah rerata hasil belajar
matematika antara semua tingkat faktor model
pembelajaran kooperatif (Ai) dan faktor motivasi
berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan pengaruh yang
signifikan. Persamaan regresi non hirarkhi: Yijk = 𝛾0
+ 𝛾1 [A=1] + 𝛾2 [B=1] + 𝛾3 [B=2]
HASIL
Analisis dalam penelitian eksperimen 2 × 3
faktorial ini mencakup hal-hal sebagai berikut, yaitu:
(i) Analisis validitas dan reliabilitas instrumen
berdasarkan penilaian panelis, (ii) Analisis deskriptif
hasil belajar matematika, dan (iii) Analisis
inferensial.
Hasil analisis validitas berdasarkan penilaian
panelis dilakukan oleh peneliti dengan memberikan
konsep instrumen yang telah disusun kepada 20 orang
yang dipilih berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya dalam menilai suatu instrumen.
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua),
yaitu (1) instrumen hasil belajar matematika pada
materi sistem persamaan linear dua variabel dan
bangun ruang sisi datar yang terdiri dari 30 butir soal
uraian dan (2) instrumen sikap siswa yang terdiri dari
60 butir pernyataan.
Pengujian validitas tiap butir digunakan
analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor
butir. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi
terhadap koefisien korelasi, “item yang mempunyai
korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item
tersebut mempunyai validitas yang penting pula.
Semua item butir valid sehingga bahwa 30
butir tes hasil belajar matematika dan instrumen
motivasi berprestasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 60 butir pernyataan yang terdiri
dari 30 butir pernyataan positif dan 30 butir
pernyataan negatif.
Hasil analisis Cronbach’s Alpha diperoleh nilai
0,883. Hal ini berarti bahwa reliabilitas tes termasuk
dalam kategori sangat tinggi, dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa semua instrumen yang
dinilai oleh panelis memenuhi kriteria sehingga
instrumen tersebut dapat dipakai sebagai alat ukur
untuk dapat mengukur hasil belajar matematika
siswa.
Analisis deskriptif hasil belajar matematika
dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden melalui skor rata-rata dan standar deviasi
dari masing-masing sel yang dibentuk oleh kombinasi
antara faktor model pembelajaran kooperatif dan
faktor motivasi berprestasi siswa. A1B1, A1B2 dan
A1B3 adalah kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan kombinasi model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw-TTW untuk siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi siswa kategori
tinggi, sedang dan rendah, serta A2B1, A2B2 dan A2B3
adalah kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TTW untuk siswa yang
mempunyai motivasi
berprestasi siswa kategori tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif variabel bebas A
dan B terhadap hasil belajar matematika (Y) pada
Tabel diperoleh:
68
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Tabel 3. Analisis Deskriptif Antara Variabel Bebas Ai dan Bj
Terhadap Hasil Belajar Matematika (Y)
A
B
Mean
1.00
1.00
2.00
3.00
Total
1.00
2.00
3.00
Total
1.00
2.00
3.00
Total
46.9667
54.5333
41.5667
47.6889
40.5000
49.2333
35.1667
41.6333
43.7333
51.8833
38.3667
44.6611
2.00
Total
Std.
Deviation
22.95062
14.82573
16.46736
18.78142
16.27333
20.11739
15.03646
17.87056
19.82281
17.57137
15.83206
18.48091
Berdasarkan hasil analisis Tabel 5 dapat
dikemukakan bahwa secara empiris analisis deskriptif
antara kelas eksperimen dilihat dari kolom mean
dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw-TTW serta kelas kontrol dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW, dapat diurai
bahwa kelas yang diajar dengan kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW nilai rataratanya 47.6889 dan kelas yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW nilai rata-ratanya
41.6333. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang
diajar dengan kombinasi model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw-TTW dan kelas yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TTW
nilai rata-rata hasil belajar matematikanya relatif
tidak mempunyai perbedaan nyata dengan selisih
rata-rata yang kecil.
Secara empiris rata-rata hasil belajar
matematika dilihat dari kolom mean antara kelompok
siswa yang diajar dengan menggunakan kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw-TTW
yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi (A1B1)
dengan rata-rata 46.9667 dan motivasi berprestasi
sedang (A1B2) dengan rata-rata 54.5333 serta
N
15
15
15
45
15
15
15
45
30
30
30
90
motivasi berprestasi rendah (A1B3) dengan rata-rata
41.5667.
Uji Normalitas data menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov. Dengan syarat jika nilai Sig.(2tailed) > 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima. Berdasarkan
hasil analisis pada baris Kolmogorov-Smirnov Z
diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 0,701, sig.
(2-tailed) = 0,0701 > 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima.
Dengan diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa
data tersebut berdistribusi normal.
Sebelum melakukan analisis inferensial untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis menyangkut uji
kesamaan varians berdasarkan uji Lavene’s melalui
pengujian hipotesis sebagai berikut : H0: 𝝈112 = 𝝈122 =
𝝈132 = 𝝈212 = 𝝈222 = 𝝈232
vs H1 : bukan H0 .
Dengan syarat, jika H0 di tolak, maka data
tidak homogen. Atau, jika pada uji Lavene’s Fhitung =
1.248 df=5,84 dengan nilai-p 0.294 > 𝛼 = 0,05,
maka H0 diterima. Dengan diterimanya H0 maka
dapat disimpulkan bahwa data diterapkan mempunyai
kesamaan varian.
Berdasarkan hasil analisis bahwa Fhitung =
1,248, sedangkan Ftabel untuk taraf signifikan 5%
69
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
dengan db = 5 : 84 adalah 2,94 maka Fhitung < Ftabel.
Dengan demikian maka H0 diterima. Dengan
diterimanya H0 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa data mendukung asumsi bahwa Y, A dan B
mempunyai varians yang sama (homogen) antara
model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi
berprestasi siswa (Bj).
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan persamaan atau model sebagai berikut :
π‘Œπ‘– = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋𝑖 + πœ€π‘–
Analisis inferensial untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan paket program SPSS versi
15.0. Hasil analisis inferensial tersebut dijabarkan
sebagai berikut.
Hipotesis-1 dengan pernyataan: “motivasi
berprestasi mempunyai pengaruh positif yang
JANUARI 2016
signifikan terhadap hasil belajar matematika”.
Hipotesis statistik: H0: β1 ≤ 0 vs H1: β1 > 0
Hasil analisis pada baris X Tabel 4 diperoleh
nilai statistik Uji-t diperoleh statistik uji-t0 = 1,194,
nilai-p = 0.059/2 = 0,0295 < 𝛼 = 0.05, dengan
demikian H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat
disimpulkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika dengan kontribusi sebesar 0,182
satuan artinya setiap perubahan satu satuan motivasi
berprestasi siswa akan meningkatkan hasil belajar
matematika sebesar 0,182 satuan dalam populasi.
Hasil perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan
sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Antara Var X terhadap Y
Unstandardized
Standardized
Model
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
B
(Constant)
11.120
X
.182
a Dependent Variable: Y
1
Std. Error Beta
17.625
.095
.200
Hipotesis-2 : “rerata hasil belajar matematika
untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi
model pembelajaran kooperatif dan level motivasi
berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh
yang signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan
sebagai berikut: H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0
Hasil analisis pada baris A*B Tabel 5
diperoleh nilai statistik uji F dengan F0 = 2,265, df =
.631
1.914
.530
.059
5/84, dengan nilai p = 0,055 > α = 0,05. Dengan
demikian, maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat
disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika
untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi
model pembelajaran kooperatif dan motivasi
berprestasi siswa mempunyai perbedaan pengaruh
yang signifikan. Hasil perhitungan selengkapnya,
dapat diuraikan pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Analisis untuk Semua Sel yang Dibentuk Oleh Model Pembelajaran Kooperatif dan
Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
3610.747(a)
5
722.149
2.265 .055
Intercept
179515.336
1
179515.336
562.940 .000
A*B
3610.747
5
722.149
2.265 .055
Error
26786.667
84
318.889
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
70
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
Hipotesis-3 : “rerata hasil belajar matematika
siswa antara tingkat faktor motivasi berprestasi siswa
untuk setiap tingkat faktor kombinasi model
pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh yang
signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan
sebagai berikut: H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0
Model ANAVA Bi-faktor atau ANAVA i × j
nonhierarki dengan faktor utama A:
Yijk = µ + Ai + (AB)ij + Ι›ijk
JANUARI 2016
Hasil analisis pada baris A*B Tabel 6 melalui
uji F dengan diperoleh
F = 2.184, df = 5/84,
dengan nilai p = 0,078 > α = 0,05. Dengan demikian,
maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
rerata hasil belajar matematika siswa antara tingkat
faktor motivasi berprestasi untuk setiap tingkat faktor
kombinasi
model
pembelajaran
kooperatif
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Karena
faktor interaksi dalam model ini diterima maka
dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Ai.
Tabel 6.
Hasil Analisis Antara Tingkat Faktor Sikap Siswa untuk
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
of Squares
Corrected Model
3610.747(a)
5
722.149
2.265
Intercept
179515.336
1
179515.336
562.940
A
825.069
1
825.069
2.587
A*B
2785.678
4
696.419
2.184
Error
26786.667
84
318.889
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
Setiap Faktor Model
Sig.
.055
.000
.111
.078
534,193, df = 1/88, dengan nilai p = 0,121 > α = 0,05
sehingga H0 diterima. Dengan diterimanyanya H0
dapat disimpulkan bahwa faktor utama kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan
model pembelajaran kooperatif tipe TTW secara
bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil
perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan pada
Tabel 7 di bawah ini.
Hipotesis-3a :”faktor utama kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW secara bersamasama mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
belajar matematika.” Hipotesis statistik yang
diperlukan sebagai berikut: H0:
vs
Ai ο€½ 0
H1: bukan H0
Hasil analisis pada baris corrected model
Tabel 7 melaliui statistik uji F diperoleh nilai F0 =
Tabel 7. Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Dependent Variable: Y
Type III Sum
df
of Squares
Corrected Model
825.069(a)
1
Intercept
179515.336
1
A
825.069
1
Error
29572.344
88
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
a R Squared = .027 (Adjusted R Squared = .016)
Source
71
Mean Square
825.069
179515.336
825.069
336.049
F
Sig.
2.455 .121
534.193 .000
2.455 .121
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
Hipotesis-4 :” rerata hasil belajar matematika antara
tingkat faktor kombinasi model pembelajaran
kooperatif untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang
signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan
sebagai berikut:
H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0
Hasil analisis pada baris A*B Tabel 8 melalui
statistik Uji-F diperoleh nilai F0 = 0,869, df = (5,
JANUARI 2016
84), dengan nilai-p = 0,460 > α = 0,05. Dengan
demikian, maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa rerata hasil belajar matematika
antara tingkat faktor kombinasi model pembelajaran
kooperatif untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Karena
faktor interaksi dalam model ini diterima maka
dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Bj.
Tabel 8. Hasil Analisis Antara Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif untuk Setiap Faktor
Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika
Dependent Variable: Y
Type III Sum
Source
df
Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
3610.747(a)
5
722.149
2.265 .055
Intercept
179515.336
1
179515.336
562.940 .000
B
2779.239
2
1389.619
4.358 .016
A*B
831.508
3
277.169
.869 .460
Error
26786.667
84
318.889
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
a R Squared = .119 (Adjusted R Squared = .066)
Hipotesis-4a :“ Faktor utama motivasi
berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai
perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Hipotesis statistik yang
diperlukan sebagai berikut: H0 : Bj = 0 vs H1 :
Bukan H0. Hasil analisis pada baris corrected model
Tabel 9 melaliui statistik uji F diperoleh nilai F =
4.377, df = 3/86, dengan nilai p = 0, 015 < α = 0,05
sehingga H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat
disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa secara
bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil
perhitungan selengkapnya, dapat diuraikan pada
Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Motivasi Berprestasi (Bj) terhadap Hasil Belajar
Matematematika
Dependent Variable: Y
Type III Sum
Source
of Squares
Corrected Model
2779.239(a)
Intercept
179515.336
B
2779.239
Error
27618.175
Total
209912.750
Corrected Total
30397.414
df
Mean Square
2
1
2
87
90
1389.619
179515.336
1389.619
317.450
89
72
F
Sig.
4.377 .015
565.491 .000
4.377 .015
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
Selanjutnya karena H0 ditolak maka dilakukan uji
lanjutan untuk hipotesis 4b dan hipotesis 4c yang
tertera ke Table 10 sebagai berikut.
Hipotesis-4b :“siswa dengan motivasi
berprestasi kategori tinggi lebih baik daripada siswa
dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah
terhadap hasil belajar matematika mempunyai
perbedaan yang signifikan. Hipotesis statistik melalui
persamaan Y = βo + β1[B=1] + β2[B=2] + ε adalah
sebagai berikut : H0: β1 ≤ 0 vs
H1: β1 > 0
Hasil analisis pada baris [B=1] Tabel 10
berdasarkan statistik uji-t dengan nilai t = 1.167
dengan nilai p/2 = 0,247/2 = 0,123 > ∝ = 0,05
sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat
disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi berprestasi
dengan kategori tinggi tidak lebih baik daripada siswa
dengan motivasi berprestasi dengan kategori rendah
JANUARI 2016
terhadap hasil belajar matematika mempunyai
perbedaan yang tidak signifikan.
Hipotesis-4c :“ Siswa dengan motivasi
berprestasi dengan kategori sedang lebih baik
daripada siswa dengan motivasi berprestasi dengan
kategori rendah terhadap hasil belajar matematika
mempunyai perbedaan yang signifikan. Hipotesis
statistik sebagai berikut :
H0: β2 ≤ vs
H1: β2 > 0
Hasil analisis pada baris [B=2] Tabel 10
berdasarkan statistik uji-t dengan nilai t0 = 2.938
dengan nilai p/2 = 0,004/2 = 0,002 < ∝ = 0,05
sehingga H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Siswa dengan motivasi berprestasi dengan
kategori sedang lebih baik daripada siswa dengan
motivasi berprestasi dengan kategori rendah terhadap
hasil belajar matematika mempunyai perbedaan yang
signifikan.
Tabel 10. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Bj secara Parsial terhadap Hasil Hasil
Belajar Matematika
Dependent Variable: Y
Parameter
Intercept
[B=1.00]
[B=2.00]
[B=3.00]
B
38.367
5.367
13.517
0(a)
.
Std. Error
t
3.253
4.600
4.600
.
Sig.
11.794 .000
1.167 .247
2.938 .004
.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
31.901
-3.777
4.373
.
44.832
14.510
22.660
.
a This parameter is set to zero because it is redundant.
Hipotesis-5 : rerata hasil belajar matematika
antara semua tingkat faktor kombinasi model
pembelajaran kooperatif
dan faktor motivasi
berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang
signifikan”. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah
sebagai berikut. H0: (AB)ij = 0 vs H1: Bukan H0
Hasil analisis pada baris A*B Tabel 11
melalui statistik uji F diperoleh nilai F0 = 0,010, df =
(5, 84), dengan nilai p = 0,990 > α = 0,05. Dengan
demikian, maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa :“ rerata hasil belajar matematika
antara semua tingkat faktor kombinasi model
pembelajaran kooperatif
dan faktor motivasi
berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan. Karena faktor interaksi dalam model ini
diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor
utama Ai dan faktor utama Bj.
Hipotesis-5a :“faktor utama untuk kombinasi
model pembelajaran kooperatif dan motivasi
berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan
sebagai berikut: H0 : Ai = Bj = 0 vs H1: bukan H0.
Hasil analisis pada baris corrected model Tabel 12
melaliui statistik uji F diperoleh nilai F = 3.856, df =
3/86, dengan nilai p = 0,012 < α = 0,05 sehingga H0
ditolak. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan
bahwa faktor utama Ai dan Bj secara bersama-sama
mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Karena H0 diterima maka
dilakukan uji lanjutan yang tertera ke Tabel 13.
73
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Tabel 11. Hasil Analisis Antara Semua Tingkat Faktor Model Pembelajaran Kooperatif untuk dan Faktor
Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika
Dependent Variable: Y
Type III Sum
Source
df Mean Square
F
Sig.
of Squares
Corrected Model
3610.747(a)
5
722.149
2.265 .055
Intercept
179515.336
1 179515.336
562.940 .000
A
825.069
1
825.069
2.587 .111
B
2779.239
2
1389.619
4.358 .016
A*B
6.439
2
3.219
.010 .990
Error
26786.667
84
318.889
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
a R Squared = .119 (Adjusted R Squared = .066)
Hipotesis-5b :“ siswa yang diajar dengan
kombinasi model pembelajaran koperatif tipe JigsawTTW lebih baik dari model pembelajaran koperatif
tipe TTW terhadap hasil belajar matematika.
Hipotesis statistik sebagai berikut : H0 : 𝛿1 ≤
vs
H1 : 𝛿1 > 0. Hasil analisis pada baris [A=1] Tabel
13 berdasarkan statistik Uji-t dengan nilai-t = 1.627
dengan nilai-p/2 = 0,107/2 = 0,0503 > ∝ = 0,05
sehingga H0 diterima. Dengan diterimanya H0 dapat
disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan
kombinasi model pembelajaran koperatif tipe JigsawTTW baik dari model pembelajaran koperatif tipe
TTW mempunyai perbedaan yang tidak signifikan
terhadap hasil belajar matematika.
Tabel 12. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Utama Ai dan Bj Terhadap Hasil Belajar Matematika
Type III Sum of
Source
df Mean Square
F
Sig.
Squares
Corrected Model
3604.308(a)
3
1201.436
3.856 .012
Intercept
179515.336
1
179515.336
576.205 .000
A
825.069
1
825.069
2.648 .107
B
2779.239
2
1389.619
4.460 .014
Error
26793.106
86
311.548
Total
209912.750
90
Corrected Total
30397.414
89
Hipotesis-5c :“ Siswa dengan motivasi
berprestasi dengan kategori tinggi lebih baik dari
motivasi berprestasi dengan kategori rendah
mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar . Hipotesis statistik sebagai berikut : H0 : 𝛿2 ≤
0 vs H1 : 𝛿2 > 0. Hasil analisis pada baris [B=1]
Tabel 13 berdasarkan statistik uji t dengan nilai-t =
1.178 dan nilai p/2 = 0,242/2 = 0,121 > ∝ = 0,05
maka H0 diterima. Diterimanya H0 dapat disimpulkan
bahwa siswa dengan motivasi berprestasi dengan
kategori tinggi tidak lebih baik dari motivasi
berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil
belajar matematika mempunyai perbedaan yang tidak
signifikan.
Hipotesis-5d :“ Siswa dengan motivasi
berprestasi dengan kategori sedang lebih baik dari
motivasi berprestasi dengan kategori rendah
mempunyai perbedn yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Hipotesis statistik : H0 : 𝛿3 ≤ 0
vs H1 : 𝛿3 > 0. Hasil analisis pada baris [B=2] tabel
18 berdasarkan statistik uji T dengan t = 2.966
dengan nilai p/2 = 0,004/2 = 0,002 < ∝ = 0,05 maka
74
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
H0 ditolak. Ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa
Siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori
sedang lebih baik dari motivasi berprestasi dengan
kategori rendah mempunyai perbedaan yang
JANUARI 2016
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil
analisis selengkapnya, dapat diuraikan pada Table 13
di bawah ini
Tabel 13. Hasil Analisis Indikator Pengaruh Faktor Ai dan Bj Secara Parsial terhadap
Hasil Belajar Matematika
Dependent Variable: Y
Parameter
B
Std. Error
Intercept
[A=1.00]
[A=2.00]
[B=1.00]
[B=2.00]
[B=3.00]
35.339
6.056
0(a)
5.367
13.517
0(a)
3.721
3.721
.
4.557
4.557
.
t
Sig.
9.497
1.627
.
1.178
2.966
.000
.107
.
.242
.004
.
.
PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Belajar Matematika. Secara
empiris (deskriptif) hasil belajar setelah diberi
kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw-TTW sebagai kelas eksperimen dan TTW
sebagai kelas kontrol, diperoleh hasil yang relatif
tidak mempunyai perbedaan secara nyata. Hasil ini
disebabkan oleh karena model pembelajaran
kooperatif tipe TTW yang digunakan sebagai kelas
kontrol turut digunakan pada kelas eksperimen dalam
pengkombinasian model pembelajaran kooperatif.
Deskripsi hasil belajar matematika yang dihitung dari
jumlah antara perlakuan kombinasi Jigsaw-TTW dan
TTW sendiri dengan motivasi berprestasi mempunyai
perbedaan yang memiliki selisih tidak terlalu besar.
Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang
diterapakan baik kombinasi model pembelajaran
kooperatif Jigsaw-TTW dan pembelajaran kooperatif
tipe TTW sama-sama berfungsi dengan baik dalam
mengangkat siswa-siswa yang motivasi berkategori
tinggi, sedang maupun rendah. Terlihat juga dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki standar
deviasi yang hampir sama dengan selisih tidak lebih
dari satu. Ini menandakan bahwa data pengamatan itu
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
27.942
-1.342
.
-3.693
4.457
.
42.736
13.453
.
14.426
22.576
.
homogen yang artinya hampir semua siswa memiliki
nilai yang hampir sama.
Hasil penelitian ini didukung oleh perilaku
siswa dilihat dari indikator untuk dapat dipercaya,
menghargai orang lain, bertanggung jawab secara
individu, bertanggung jawab secara sosial, adil, dan
peduli. Presentase yang menjawab pernyataan benar
dengan nilai terendah yaitu pada indikator adil dan
yang menjawab pernyataan benar dengan nilai
tertinggi yaitu pada indikator peduli Artinya indikator
ini menunjukkan siswa aktif dalam pembelajaran.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ikman
dan Erlin (2011:92) dengan nilai rata-rata hasil
belajar matematika yang relatif kecil tidak
mempunyai perbedaan nyata.
Secara umum hasil belajar matematika baik
kelas eksperimen maupun kelas control tergolong
masih rendah. Hal ini terjadi karena perolehan hasil
belajar khususnya untuk materi sistem persamaan
linear dua variabel hampir sebagian besar siswa
sangat rendah. Siswa tidak menjawab semua soal
yang diberikan khusus pada nomor soal 6 sampai 10
ditambah lagi waktu yang diberikan tidak cukup
untuk menjawab soal sebanyak 10 nomor.
Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika
Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk
kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk
menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar
mencapai kesuksesan John (2003:474) Motivasi
75
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
berprestasi sangat berperan penting dalam belajar.
Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam
belajar dan dengan motivasi pula kualitas hasil belajar
siswa kemungkinan dapat diwujudkan dengan baik.
Siswa yang dapat proses belajar mengajar
mempunyai motivasi berprestasi yang kuat dan tekun
pasti akan memperoleh hasil belajar yang
memuaskan.
Motivasi berprestasi siswa terhadap
hasil belajar matematika merupakan hipotesis-1
dalam penelitian ini yang berbunyi “motivasi
berprestasi mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hasil
analisis hipotesis tersebut menolak H0. Ditolaknyanya
H0 berarti bahwa motivasi berprestasi mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari
hubungan antara motivasi berprestasi siswa yang
signifikan dengan nilai hasil belajar matematika siswa
serta dengan sumbangan sebesar 2,6% dan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain. Serta kontribusi motivasi
berprestasi siswa terhadap hasil belajar matematika
sebesar 0,182. Yang artinya kenaikan setiap
perubahan satu satuan motivasi berprestasi siswa
akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar
0,182 satuan dalam populasi.
JANUARI 2016
Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan
bahwa ada pengaruh signifikan antara motivasi dan
belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan
tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan
(motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Korelasi ini
menguatkan urgensitas motivasi belajar.
Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil
penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor
yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar yaitu
latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah,
dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor
yang paling baik. Welberg dkk. Menyimpulkan
bahwa motivasi mempunyai kontribususi antara 11
sampai 20% terhadap hasil dan prestasi belajar. Studi
yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa
kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan Mc
Clelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi
mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap hasil
dan prestasi belajar.
Ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Latiet & Dini Jamil
Motivasi berperstasi secara parsial mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa. Sahidin & Dini Jamil (2014:212-222).
Pengaruh Faktor Interaksi Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivsi Berprestasi
Interaksi menurut Kerlinger adalah kerjasama
atau lebih dapat menjelaskan keterkaitan antara satu
dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi
faktor dengan faktor lainnya.
suatu variabel terikat. Interaksi dua faktor antara
Anasilis hipotesis yang dilakuakan pada bagian
kombinasi model pembelajaran kooperatif dan
ini adalah “rerata hasil belajar matematika untuk
motivasi siswa (A*B) dua faktor yang saling
semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model
mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor
pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi
lainnya terhadap hasil belajar matematika. Dalam hal
siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang
ini bahwa antara faktor A dan B adalah dua variabel
signifikan.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
yang saling ketergantungan dalam mempengaruhi
bahwa H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
bahwa rerata hasil belajar matematika untuk semua
Agung dalam Maonde, menekankan pentingnya
sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model
faktor interaksi terhadap variabel tak bebas invariant
pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi
(konstan) terhadap translasi sumbu-sumbu koordinat
siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang tidak
dari ruang model yang ditinjau. Interaksi dua faktor
signifikan.
Pengaruh Faktor Interaksi Antara Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi
Dengan Desain A A*B
Dari desain A A*B memperlihatkan pengaruh
matematika siswa dengan mengontrol faktor utama A
faktor interaksi A*B terhadap hasil belajar
sebagai hipotesis ke-3 menunjukkan bahwa rerata
76
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
hasil belajar matematika siswa antara tingkat faktor
motivasi berprestasi untuk setiap tingkat faktor
kombinasi
model
pembelajaran
kooperatif
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Tidak
signifikannya interaksi ini berarti kombinasi model
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran
matematika disekolah tidak berpengaruh nyata
terhadap hasil belajar matematika.
Hal ini diduga terjadi karena model
pembelajaran kooperatif tipe TTW yang digunakan
sebagai kelas kontrol turut digunakan pada kelas
eksperimen
dalam
pengkombinasian
model
pembelajaran kooperatif. Selain itu, selama proses
pembelajaran pada kombinasi model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw-TTW, siswa tidak terlibat aktif
dalam kelompok, dimana siswa yang mengerjakan
soal tertentu tidak berusaha untuk menyelesaikan soal
yang ditugaskan. Selain itu waktu yang diberikan
tidak cukup bagi siswa untuk menyelesaikan materi.
Seperti yang diketahui dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw membutuhkan waktu yang
cukup banyak karena adanya pembagian kelompok
asal dan kelompok ahli. Akan tetapi kedua model
pembelajaran Jigsaw dikombinasikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TTW memberikan
pengalaman baru pada siswa dalam pembelajaran,
sehingga siswa tidak merasa bosan atau jenuh dengan
pembelajaran yang selama ini selalu satu arah atau
ceramah. Untuk model pembelajaran kooperatif tipe
TTW cenderung siswa berdiskusi dengan siswa yang
memiliki kemampuan yang sama atau siswa yang
JANUARI 2016
aktif. Sedangkan siswa yang tidak aktif atau merasa
tidak mampu menyelesaiaka masalah matematika
lebih memilih diam dan menunggu jawaban sehingga
proses pembelajaran tidak berjalan sebagaimana
semestinya. Karena kita tahu bersama bahwa
Cooperative learning merupakan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam kelompok kecil yang menuntut
adanya kerja sama setiap anggota kelompok sehingga
mereka mampu memaksimalkan pembelajaran
mereka. Dalam setiap kelompok, masing-masing
anggota memiliki tanggung jawab dan tugas masingmasing untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pembelajaran. Wardoyo (2013:45)
Karena faktor interaksi dalam model ini
diterima maka dilanjutkan dengan pengujian faktor
utama Ai yakni hipotesis 3a dimana H0 diterima
dengan kesimpulan bahwa faktor utama kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan
model pembelajaran kooperatif tipe TTW secara
bersama-sama mempunyai perbedaan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ini
berarti kelas yang diberi perlakuan kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW dan model
pembelajaran kooperatif TTW memiliki nilai rerata
hasil belajar yang hampir sama.
Penemuan ini
bersebrangan dengan hasil penelitian Suroto yang
berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar antara kelas yang diberi perlakuan dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
konvensional. Suroto (2012:51-56)
Pengaruh Faktor Interaksi Antara Kombinasi Model Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Berprestasi
Dengan Desain B A*B
Analisis pada desain B A*B memperlihatkan
belajar matematika. Ini terjadi akibat motivasi
pengaruh faktor interaksi A*B terhadap hasil belajar
berprestasi berkontribusinya terhadap hasil belajar
matematika siswa dengan mengontrol faktor utama B
matematika walaupun sangat sangat kecil.
menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika
Selanjutnya karena H0 ditolak maka dilakukan
antara tingkat faktor motivasi berprestasi untuk setiap
uji lanjutan untuk hipotesis 4b dan hipotesis 4c.
faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif
Hipotesis 4b berkesimpulan bahwa siswa yang diajar
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Karena
dengan kombinasi model pembelajaran koperatif tipe
faktor interaksi dalam model ini diterima maka
Jigsaw-TTW tidak lebih baik dari model
dilanjutkan dengan pengujian faktor utama Bj yakni
pembelajaran koperatif tipe TTW terhadap hasil
hipotesis 4a, dimana H0 ditolak yang bearti motivasi
belajar matematika. Kita tahu bersama dalam model
berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai
pembelajaran jigsaw ini setiap anggota kelompok
perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu.
77
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
JANUARI 2016
Kemudian siswa-siswa perwakilan dari kelompoknya
masing-masing bertemu dengan anggota dari
kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.
Selanjtunya
materi
tersebut
didiskusikan,
mempelajari serta memahami setiap masalah yang
dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat
memahami dan menguasai materi tersebut. Para
anggota dari kelompok asala yang berbeda, bertemu
dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk
berdiskusi dan membahas metari yang ditugaskan
pada masing-masing anggota kelompok serta
membantu satu sama lain untuk mempelajari topik
mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok
asal dan berusaha mengajarkan pada teman
sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada
saat pertemuan dikelompok ahli. Selanjutnya diakhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang
mencakup topik materi yang telah dibahas. Ini sesuai
dengan penelitian Suwarno yang berkesimpulan
bahwa Dengan pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw
pada pembe lajaran matematika terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Suwarno
(2007:137-149)
Sama halnya model pembelajaran kooperatif
tipe Think Talk Write (TTW) adalah model
pembelajaran yang berusaha membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian
menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk
menuliskan ide-ide tersebut, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Ini didukung dengan hasil
penelitian Budi Purwanto menyimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)
lebih
baik
daripada
menggunakan
model
pembelajaran konvensional. Purwanto (2007: 137149). Motivasi berprestasi dengan kategori tinggi
tidak lebih baik daripada siswa dengan motivasi
berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil
belajar matematika. Hal ini terjadi karena rata-rata
siswa yang mempunyai motivasi tinggi tidak jauh
beda dengan rata-rata siswa yang mempunyai
motivasi baik yang dengan ajar dengan kombinasi
model pembelajaran kooperatif jigsaw-TTW maupun
model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Ini
bertolak belakang dengan Hasil penelitian yang
dilakukan Arif Qurnia Rahma yang berkesimpulan
bahwa semakin baik motivasi berprestasi siswa dalam
belajar, maka makin tinggi pula hasil belajar
matematika siswa. Rahma (2013:1-6). Sedangkan
siswa dengan motivasi berprestasi dengan kategori
sedang lebih baik daripada siswa dengan motivasi
berprestasi dengan kategori rendah terhadap hasil
belajar matematika.
KESIMPULAN
Secara deskriptif nilai rata-rata hasil belajar
matematika setelah diberi kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw-TTW sebagai
kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif
tipe TTW sebagai kelas kontrol diperoleh rata-rata
relatif tidak mempunyai perbedaan dalam mendukung
hipotesis yang diajukan. Melalui analisis regresi
menunjukan bahwa
motivasi berprestasi siswa
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar
0,182 staun. Faktor interaksi antara model
pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi
dari empat hipotesis yang diajukan tidak ada hipotesis
yang menolak H0 (tidak signifikan). Dua hiptesis
diantaranya (i) rerata hasil belajar matematika untuk
semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model
pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi
siswa mempunyai perbedaan pengaruh yang
signifikan (desai A*B) dan (ii) rerata hasil belajar
matematika siswa antara tingkat faktor motivasi
berprestasi untuk setiap tingkat faktor kombinasi
model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh
yang signifikan (desain A A*B). Pengaruh faktor
utama kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai)
motivasi berprestasi (Bj) atau model pembelajaran
kooperatif dan motivasi berprestasi (A B) secara
bersama-sama, dari tiga desain hanya satu desain
menerima H0 yaitu Ai dan dua desain yang menolak
H0 yaitu Bj dan A B sehingga faktor utama motivasi
berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai
perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar matematika dan faktor utama kombinasi
model pembelajaran kooperatif dan motivasi
berprestasi siswa secara bersama-sama mempunyai
78
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 7 NOMOR 1
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
matematika. Analisis varian dua faktor melalui desain
faktorial dari empat faktor interaksi berdasarkan
JANUARI 2016
statistik uji F jarang ditemukan bahwa keempat faktor
interaksi menerima H0, olehnya itu analisis dua
faktor dalam penelitian merupakan temuan.
DAFTAR RUJUKAN
Matematika. Program Studi Pendidikan Guru
Agung, IGN. (1992). Metode Penelitian Sosial
Sekolah Dasar FKIP Universitas Pakuan.
Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta :
Suroto. (2012). Pembelajaran Matematika Kooperatif
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tipe Jigsaw Pada Materi Prisma dan Limas
Budi Purwanto. (2012). Eksperimentasi
Kelas VIII. Journal of Primary Education.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk1(1): 51-56.
Write dan Tipe Think-Pair-Share Ditinjau Dari
Suwarno.2007. Meningkatkan Prestasi Belajar
Kemandirian Belajar Siswa di Kabupaten
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran
Madiun. Tesis UNS: Universitas Sebelas Maret
Kooperatif Jigsaw. Jurnal Pendidikan., 16(2):
Surakarta.
137-149
Djamarah, B., Syaiful & Aswan Z. (2010). Strategi
Sigit Wangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Konstruktivisme, Teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter.
(Bandung: Alfabeta).
John W. 2003. Adolencence-Perkembangan Remaja.
Jakarta: Erlangga.
Sahidin,. L. & Dini J. (2014). Pengaruh Motivasi
Berprestasi dan Persepsi Cara Mengajar Guru
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika. 4(2): 212-222.
John W. (2003). Adolencence-Perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sri Mulyani M. (1984). Motif Sosial. Gajah Mada
Universty Press.
Ikman
& Erlin. (2011). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Pekerjaan Rumah Terhadap Hasil Belajar.
Jurnal Pendidikan Matematika. 2(2): 92.
Rahma. A.Q. (2013). Hubungan Antara Motivasi
dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Matematika. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Pakuan.
Rahma. A., Q. (2013). Hubungan Antara Motivasi
dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran
79
Download