BID-ASK SPREAD

advertisement
BID-ASK SPREAD
Mekanisme penghargaan di lantai bursa pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan
pasar umumnya. Tetapi jika seseorang ingin membeli atau menjual efek, orang tersebut tidak
dapat langsung membeli atau menjual efek di lantai bursa melainkan harus melalui anggota
bursa. Anggota bursa selanjutnya akan bertindak sebagai penjual atau pembeli. Aktivitas jual
dan beli saham di lantai bursa dilakukan perusahaan pialang melalui orang yang ditunjuk
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Atas jasanya kepada investor, pialang atau
broker mendapat balas jasa yang besarnya ditentukan antara investor dan pialang.
Proses penjualan saham di stock exchange market (pasar bursa saham atau pasar
modal atau bursa efek) umumnya menggunakan sistem lelang (auction) sehingga pasar
sekunder ini juga sering disebut dengan suction market. Disebut dengan pasar lelang karena
transaksi dilakukan secara terbuka dan harga ditentukan oleh supply (penawaran) dan demand
(permintaan) dari anggota bursa yang meneriakkan ask price atau harga penawaran terendah
untuk dijual dan bid price (harga permintaan tertinggi untuk beli). New York Stock Exchange
(NYSE), Tokyo Stock Exchange (TSE), Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya
(BES) menggunakan sistem lelang, yaitu order pembelian dan penjualan sekuritas ditemukan
sampai dicapai harga kesepakatan. Saat ini pasar sekunder yang terbesar di dunia adalah
NYSE.
NYSE dan TSE menyimpan order pembelian dan penjualan dalam bentuk batch. Jika
broker di lantai bursa belum dapat mengeksekusi order karena harga yang diinginkan klien
masih jauh dari harga yang dikutip (harga bid dan ask), mereka menitipkan order ini ke
specialist untuk mengeksekusinya nanti jika harga yang diinginkan sudah bertemu dengan
harga pasar. Broker di lantai bursa kemudian akan membayar komisi ke specialist. Specialist
merupakan anggota dari bursa yang mendapat tugas untuk mengamati, mencatat dan
menstabilkan harga serta volume transaksi dari suatu saham tertentu. Seorang specialist
menangani saham beberapa perusahaan. Akan tetapi saham satu perusahaan hanya ditangani
oleh satu specialist. Karena specialist selalu mengikuti dan mencatat perkembangan harga
dari saham tertentu, specialist akan segera mengetahui jika harga yang didalam order bertemu
dengan harga pasar (Jogiyanto, 2010).
1
Dalton (1993) mengelompokkan pihak-pihak yang berpartisipasi di NYSE (New York
Stock Exchange) sebagai floor brokers, two-dollars brokers, bond brokers, competitive
traders, competitive market makers (dealers), dan specialist. Floor brokers, two-dollars
brokers dan bond brokers cenderung berfungsi sebagai perantara jual beli sekuritas untuk
mendapatkan komisi. Sedangkan competitive traders, competitive market makers dan
specialist melakukan aktivitas jual beli sekuritas untuk mendapatkan keuntungan (capital
gain). Pada kondisi tertentu competitive traders dan competitive market makers dapat
bertindak sebagai broker. Dengan demikian competitive traders dan competitive market
maker dapat bertindak sebagai dealer maupun broker di NYSE.
Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa, tetapi diwakili oleh
broker. Investor dapat memilih sendiri jenis dari broker yang diinginkan, yaitu misalnya fullservice broker atau discount broker. Full-service broker menawarkan jasa yang lengkap
termasuk sebagai berikut:
1. Investment research and advise.
Tidak semua individual investor dapat melakukan sendiri penelitian yang
berkualitas disebabkan oleh keterbatasan dana, waktu dan keahlian. Penelitian sejenis ini
dapat disediakan oleh broker yang bonafit dalam bentuk laporan-laporan atau publikasi
rutin. Hasil penelitian yang dibutuhkan oleh investor dapat meliputi trend pasar, prospek
masa depan suatu perusahaan dan lain sebagainya.
2. Asset management.
Broker dapat berfungsi seperti halnya bank komersial, yaitu memberikan
pinjaman dan mengelola dana yang dipercayakan. Untuk maksud seperti ini, investor
dapat membuka rekening di broker yang disebut dengan rekening marjin (margin
account).
3. Order execution.
Tanpa melalui jasa broker, membeli dan menjual sekuritas merupakan hal yang
tidak mudah. Misalnya, tanpa melalui broker, penjual harus mencari sendiri pembeli yang
cocok dengan harga yang ditawarkan. Dengan broker, investor tidak perlu khawatir
dengan semua kegiatan pembelian dan penjualan ini.
2
4. Clearing.
Setelah suatu order dieksekusi, sebenarnya masih banyak pekerjaan administrasi
yang menunggu sesudahnya. Selain pekerjaan administrasi tersebut cukup panjang,
mereka juga harus dilakukan tidak boleh menyimpang dengan semua regulasi dan hukum
yang berlaku.
Discount broker sebaliknya hanya manawarkan jasa yang minimum dengan komisi
yang rendah. Discount broker biasanya hanya menawarkan jasa order execution dan clearing.
Ada dua cara melakukan pembayaran untuk pembelian sekuritas, yaitu dengan rekening kas
atau dengan rekening marjin. Pembayaran dengan rekening kas mengharuskan investor untuk
membayar penuh semua nilai pembeliannya sebelum atau pada tanggal jatuh tempo. Tanggal
jatuh tempo umumnya adalah 4 hari (T+4) setelah tanggal transaksi. Sedangkan rekening
marjin berarti pembelian sekuritas dengan cara membayar terlebih dahulu sebagian (marjin)
dari keseluruhan harga yang ada dan sisanya meminjam dari broker (Jogiyanto, 2010).
Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, berarti harga tergantung pada
kekuatan permintaan dan penawaran, ada dua jenis pasar di lantai bursa, yaitu pasar reguler
dan pasar negoisasi. Pada pasar reguler harga terbentuk melalui proses tawar menawar secara
terus menerus berdasar kekuatan pasar, sedangkan pasar negoisasi dilakukan dengan cara
negoisasi (Tanti, 2008).
Suatu transaksi tidak akan terjadi jika masih terdapat perbedaan antara bid dan ask.
Dengan kata lain, Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh
pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah dari pihak
yang bersedia menjual saham tersebut. Konsep perhitungan spread adalah dengan membuat
rata-rata bid-ask spread harian untuk setiap jenis saham yang diteliti selama periode
observasi.
Pengertian bid-ask spread menurut Fatmawati dan Asri (1999) adalah persentase
selisih antara bid-price dengan ask-price atau dikenal dengan istilah cost of transaction
imediary to investor. Bid-price mempunyai arti harga tertinggi yang diinginkan oleh dealer,
sedangkan ask-price adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual untuk pembeli.
3
Sedangkan Fabozzi dan Modigliani (1996) mengartikan bahwa bid-ask spread
sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh dealer dengan harga terendah. Spread merupakan
selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham
tertentu dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual
sahamnya. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian-penelitian terdahulu bahwa bid-ask
spread merupakan fungsi dari transaction cost, mempengaruhi perdagangan yang
menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang financial asset yang
memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi. Biaya transaksi meliputi biaya komisi, biaya
pelaksanaan, dan biaya peluang yang dapat dikelompokkan menjadi komponen biaya tetap
dan biaya variabel (Fabozzi, 1999).
Bid-ask spread juga dapat diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan trader
(pedagang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader
bersedia menjual saham tersebut. Secara konseptual bid-ask spread adalah kompensasi
ekonomi yang diberikan kepada market maker atas pelayanan atau jasanya (Halim dan
Hidayat, 2000, hal 70).
Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil
keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus diperhatikan
investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui
seberapa besar perbedaan (spread) antara permintaan beli (bid) dan harga tawaran jual (ask).
Bid-ask spread dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: quoted spread, yang merupakan
perbedaan antara harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker
kepada pelanggan potensial atau ada juga yang mengatakan perbedaan antara kuota
permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu tertentu. Selanjutnya effective spread atau
realized spread, yang merupakan perbedaan yang terjadi ketika seorang market maker
membayar dan menerima cadangan sekuritasnya atau perbedaan rata-rata antara harga ketika
dealer menjual pada suatu waktu dan ketika delaer membeli pada suatu waktu lebih awal.
Biasanya effective spread hampir selalu lebih sedikit daripada qouted spread. Bahkan di
Amerika, effective spread cenderung hanya setengah dari quoted spread. Quoted spread
menunjukkan perbedaan antara kutipan (quote) terendah untuk menjual (ask) dan kutipan
(quote) tertinggi untuk membeli (bid) (Coughenour dan Shastri, 1999, hal 2).
4
Berkaitan dengan pengukuran spread tersebut, Hamilton (1991) berpendapat bahwa
ada dua model spread yakni dealer spread dan market spread. Model spread yang dapat
digunakan adalah market spread yang merupakan beda antara highest bid dengan lower ask
yang terjadi pada saat tertentu, sedangkan dealer spread tidak digunakan karena tidak sesuai
untuk diteliti. Berkaitan dengan ask price dan bid price yang sama-sama mewakili daftar
keterangan mengenai saham, maka Copeland dan Galai (1983) menyatakan bahwa besar
kecilnya spread ditentukan oleh harga, volume perdagangan dan volume saham.
Stoll (1989) menyatakan bahwa broker memperoleh kompensasi dari selisih antara
harga jual (ask) dan harga beli (bid). Pada umumnya harga beli saham (bid price) lebih
rendah dari harga sebenarnya. Pada umumnya besarnya spread yang merupakan selisih antara
harga jual dan harga beli lebih dari 1%. Mengenai spread tidak terlepas dari adanya aktivitas
yang dilakukan pihak-pihak tertentu yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekuritas
di lantai bursa.
Broker dan dealer dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang
dilakukan individu secara tidak langsung. Broker akan melakukan transaksi atas nama
investor sedangkan dealer melaksanakan transaksi untuk mendapatkan keuntungan sendiri
dengan cara membeli terlebih dahulu saham lalu kemudian menjual kembali saham tersebut.
Market makers akan mendapatkan keuntungan kompensasi karena aktivitas membeli
dilakukan pada saat harga beli (bid-price) lebih rendah daripada true price dan menjual
saham pada saat harga jual (ask-price) saham lebih tinggi daripada true price (Stoll:1989).
Ketidakpastian yang dihadapi dealer disebabkan karena adanya ketidakseimbangan
informasi (information-asymmetry) di sekitar pengumuman laporan keuangan. Untuk
mengurangi ketidakpastian tersebut, dealer membutuhkan informasi yang diikuti pula
kebutuhan akan biaya. Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan
tercermin pada spread yang ditentukannya. Dealer selalu berusaha menentukan spread secara
wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu, kondisi atau informasi apa saja yang
memberikan sinyal mengenai surat berharga yang dimilikinya.
5
Teori spread merupakan teori quoted spread (Stoll, 1989, hal 115). Quoted spread
harus meliputi tiga macam jenis biaya yang dihadapi dealer, yaitu (Stoll, 1989, hal 115);
Callahan et al., 1997, hal 51; Coughenour dan Shastri, 1999, hal 2; Halim dan Hidayat, 2000,
hal 70):
1. Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost)
Merupakan biaya dealer dalam mengatur perdagangan dan menyiapkan transaksi.
Biaya pemrosesan pesanan ini antara lain: administrasi, pelaporan, proses komputer,
telepon dan lainnya. Biaya pemrosesan pesanan ini semula ditekankan oleh Demsetz
(1968) dan Tinic (1972). Semua peneliti menyadari pentingnya biaya ini dan jenis biaya
ini dapat diobservasi secara langsung.
2. Biaya pemilikan sekuritas (inventory holding cost)
Merupakan biaya dealer ketika membeli persediaan sekuritas. Biaya pemilikan saham
ini juga menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu
sedikit saham. Banyak sedikitnya saham yang dipegang juga dapat ditunjukkan oleh lama
tidaknya trader memegang saham tersebut. Opportunity cost merupakan bagian terbesar
dari biaya pemilikan saham. Biaya pemilikan sekuritas ini muncul dari pengasumsian
oleh dealer terhadap risiko seperti dalam Stoll (1987), Ho dan Stoll (1981), serta Amihud
dan Mendelson (1980) yang meneliti dampak dari terbatasnya persediaan. Sebagai
penjual saham, dealer harus menyimpan saham sebagai persediaannya. Risiko harga
saham yang berfluktuasi dan biaya kesempatan dari modal yang tertanam di persediaan
tersebut menimbulkan biaya persediaan.
3. Biaya asimetris informasi (adverse information cost)
Biaya ini berhubungan erat dengan aliran informasi dalam pasar modal, oleh karena
itu hal ini menjadi perhatian para ahli keuangan. Biaya asimetri informasi ini timbul
karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses
informasi. Pihak pertama adalah informed trader yang memiliki informasi superior dan
pihak lain adalah uninformated trader yang inferior dalam informasi. Pihak uninformed
trader akan berupaya mengurangi risiko kerugian dalam perdagangan sahamnya yang
tercermin dengan mempertinggi nilai bid-ask spread.
6
Dari ketiga biaya yang melahirkan bid-ask spread tersebut, biaya pemrosesan pesanan
merupakan penyebab yang paling jelas dan dapat diobservasi secara langsung. Sedangkan
dua biaya lainnya, yaitu biaya pemilikan dan asimetri informasi kurang dapat diobservasi
secara langsung, sehingga memerlukan proksi untuk mengukurnya. Oleh karena itu, kedua
biaya tersebut lebih sering diteliti pengaruhnya terhadap bid-ask spread oleh para peneliti.
Spread saham dalam perdagangan sekuritas, investor berkeinginan untuk membeli
dan/atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan. Tidaklah selalu
memperoleh harapan tersebut secara simultan. Market maker (baik dealer maupun broker)
berusaha untuk mengatasi adanya ketidaksamaan terhadap order (keinginan) yang dihadapi
investor. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor untuk mendapatkan komisi,
sedangkan dealer melakukan transaksi untuk memperoleh keuntungan sendiri dengan cara
membeli suatu saham lalu kemudian menjualnya kembali kepada pembeli. Market maker
tersebut memperoleh kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli
(bid price) lebih rendah daripada true price dan menjual saham pada saat harga jual (ask
price) lebih tinggi daripada true price. Perbedaan antara bid price dengan ask price tersebut
dikenal dengan bid-ask spread. Dalam kondisi terbentuknya spread demikian disebut
effective spread.
Terdapat tiga alternatif pandangan mengenai proses perdagangan dan biayanya yang
berhubungan dengan pembentukan spread, yaitu:
1. Jika pembentukan spread merefleksikan biaya order processing, maka ask dan bid akan
terletak pada seputar harga yang sesungguhnya (true price). Kondisi demikian dinamakan
effective spread, dan dealer akan menutup biaya yang terjadi. Semakin lebar spread yang
terbentuk maka biaya transaksi akan meningkat dan investor tidak lagi tertarik terhadap
sekuritas tersebut.
2. Jika spread merefleksikan biaya inventory holding, maka harga bid dan ask pada waktu
t=1 akan diturunkan di bawah true price dengan tujuan menginduksi penjualan saham
oleh dealer dan menghalangi penambahan kegiatan pembelian saham oleh dealer. Spread
yang terbentuk berada di bawah true price sebesar 0,5 spread.
3. Jika spread merefleksikan adverse information cost, kondisi yang terjadi sama seperti di
atas, harga expected equilibrium menjadi rendah, di bawah true price semula. Hal ini
diakibatkan oleh dampak informasi yang ada dan diasumsikan bahwa trader memiliki
7
informasi tersebut. Selanjutnya kondisi demikian menyebabkan dealer dapat menawar
dengan harga yang lebih rendah.
Misalkan kondisi matching order dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan bantuan pihak tertentu atau spesialis, maka kurva penawaran akan mengalami
pergeseran ke atas. Pergeseran tersebut diakibatkan oleh adanya biaya yang harus dihadapi
spesialis sebagai perantara investor yaitu cost of standing ready & cost of waiting.
Perpotongan antara kurva permintaan semula dengan kurva penawaran baru akan
menghasilkan harga ask.
Apabila kemudian terdapat investor yang ingin membeli sekuritas tersebut, maka
memotivasi spesialis untuk menetapkan harga beli di bawah harga keseimbangan. Kondisi ini
menyebabkan kurva permintaan bergeser ke bawah menjadi kurva permintaan baru.
Perpotongan antara kurva penawaran semula dengan kurva permintaan baru menghasilkan
harga bid. Perbedaan antara harga ask dengan harga bid dikenal dengan bid-ask spread yaitu
ukuran biaya kesediaan (price of immediacy) dalam transaksi sekuritas.
Fungsi dari spesialis lain yang penting adalah menstabilkan pasar dengan
menyeimbangkan kekuatan-kekuatan permintaan (order untuk membeli) dan panawaran
(order untuk menjual). Sebagai contohnya adalah pada situasi order untuk menjual (supply)
jauh melebihi order untuk membeli (demand). Untuk kasus seperti ini harga dari sekuritas
dapat turun dengan drastis. Untuk menstabilkan harga, specialist kemudian melakukan
pembelian untuk menyerap kelebihan saham yang ditawarkan. Mekanisme stabilisasi harga
semacam ini tidak dilakukan di BEI, karena specialist tidak digunakan di BEI atau di BES
(Jogiyanto, 2010).
Besarnya bid-ask spread dapat dikaitkan dengan besarnya biaya transaksi dan
efisiensi pasar. Bila diasumsikan pasar modal adalah dalam keadaan efisien setengah kuat,
maka informasi yang ada akan tercermin sesegera mungkin dalam harga saham. Dalam
kondisi demikian bisa dipastikan antara pihak yang akan membeli maupun menjual saham
memiliki muatan informasi yang sama terhadap suatu peristiwa. Karena muatan informasi
yang dimiliki antara calon pembeli dan calon penjual saham adalah sama, maka harga saham
yang muncul dalam tawar menawar di transaksi diperkirakan hampir sama dan tercipta
rentang transaksi atau spread yang kecil.
8
Bid-ask spread sebenarnya mengukur informasi tidak simetris (asymmetric
information) antara dealer dan investor. Pedagang saham mempunyai informasi lebih lengkap
yang dapat mempengaruhi harga saham dibandingkan informasi yang dimiliki oleh pedagang
lain. Perbedaan informasi yang dimiliki ini menunjukkan informasi tidak simetris
(asymmetric information) antara satu pedagang dan pedagang yang lain. Besarnya tingkat
informasi tidak simetris (asymmetric information) ini tergantung pada pola kedatangan
informasi. Sebelum diumumkannya informasi baru yang spesifik dari suatu perusahaan,
tingkat informasi tidak simetris besar.
Contoh kejadian yang memberikan informasi yang spesifik dari suatu perusahaan
adalah pengumuman merjer, pengumuman laba, dan pengumuman dividen. Secara khusus,
dealer atau spesialis yang berhubungan dengan saham perusahaan ini dianggap sebagai pihak
yang tidak mempunyai informasi (uninformed traders). Pihak-pihak yang tidak mempunyai
informasi ini akan menderita kerugian yang besar karena mereka harus siap berdagang
dengan informasi yang lebih sedikit. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa ketika dealer
merasa tingkat informasi tidak simetris meningkat, mereka melebarkan bid-ask spread
(sumber laba dari para dealer) untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari pedagang yang
mempunyai informasi (informed traders). Karena itu dapat diduga bahwa bid-ask spread
akan melebar sebelum pengumuman laba atau dividen.
Bid-ask spread ditentukan oleh dealer. Bid-ask spread yang terlalu tinggi akan
menguntungkan dealer, namun bid-ask spread yang terlalu rendah akan mengakibatkan
saham tersebut menjadi kurang aktif diperdagangkan. Bid-ask spread yang terlalu rendah
akan merugikan dealer, namun bid-ask spread yang terlalu rendah akan mengakibatkan
saham tersebut menjadi lebih aktif diperdagangkan. Oleh karena itu, dealer akan berusaha
untuk menentukan tingkat bid-ask spread yang optimal, yaitu tingkat bid-ask spread yang
tidak merugikan dealer dan membuat saham tersebut aktif diperdagangkan.
Selain dealer, informasi mengenai bid-ask spread dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya juga penting bagi pelaku pasar modal lainnya, seperti emiten, investor
maupun calon investor. Dengan begitu para pelaku pasar modal dapat membuat keputusan
yang efisien dengan manajemen sahamnya.
9
KESIMPULAN
Transaksi di bursa saham melibatkan beberapa pihak, diantaranya dalah Broker,
Spesialis dan Dealer. Mereka dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang
dilakukan individu secara tidak langsung. Broker pada dasarnya hanyalah mempertemukan
pihak penjual dan pihak pembeli. Broker melakukan transaksi atas nama investor dan tidak
memiliki atau mengambil risiko apapun karena sebenarnya ia tidak mengambil posisi. Untuk
jasanya tersebut ia mendapatkan fee dari pihak yang melakukan jual beli tersebut. Sedangkan
dealer melaksanakan transaksi untuk mendapatkan keuntungan sendiri dengan cara mmebeli
terlebih dahulu saham tersebut dengan harapan akan menjualnya kembali dengan harga yang
lebih tinggi. Jadi dealer mengambil posisi risiko dengan membeli saham tersebut untuk
kepentingan portofolionya, ia kemungkinan akan mengalami kerugian bilamana harga efek
tersebut turun atau bahkan tidak laku terjual. Jika broker di lantai bursa belum dapat
mengeksekusi order karena harga yang diinginkan klien masih jauh dari harga yang dikutip
(harga bid dan ask), mereka menitipkan order ini ke specialist untuk mengeksekusinya nanti
jika harga yang diinginkan sudah bertemu dengan harga pasar.
Dalam transaksi penjualan saham di Bursa tidak dapat terjadi dengan begitu mudah.
Karena pada dasarnya transaksi baru bisa terjadi jika antara penjual dan pembeli telah
menemukan harga kesepakatan. Perbedaan antara harga yang diinginkan pembeli dan harga
yang diinginkan penjual ini dinamakan bid-ask spread. Bid-ask spread adalah selisih harga
beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut
dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Tanpa adanya
kesepakatan harga tersebut, transaksi penjualan sekuritas belum bisa terjadi. Harga yang
disepakati harus dapat menguntungkan berbagai pihak, bukan malah merugikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, J. 2010, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, BPFEYOGYAKARTA, Yogyakarta.
Ratna, A. 2004, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread”, Tesis,
Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Satiari, F. 2009, “Analisis Perbedaan Sistem Fraksi Harga Saham terhadap Variabel Bid-Ask
Spread, Depth, dan Volume Perdagangan”, Tesis, Program Studi Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Selvia, N. 2013, “Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return
terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan”, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan, Vol.1 No.3, Februari 2013.
Srihartati, 2001, “Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid-Ask Spread, Firm Size, dan Likuiditas
dalam Fenomena Price Reversal di Bursa Efek Jakarta”, Tesis, Program Studi
Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Yuliastari, T. 2008, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Sebelum
dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta”, Tesis, Program Studi Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.
Yuningsih, 2008. 2008, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transaction Cost pada
Holding Period Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Aplikasi Manajemen, Vol.6 No.1, April 2008.
11
Download