BID-ASK SPREAD Mekanisme penghargaan di lantai bursa pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan pasar umumnya. Tetapi jika seseorang ingin membeli atau menjual efek, orang tersebut tidak dapat langsung membeli atau menjual efek di lantai bursa melainkan harus melalui anggota bursa. Anggota bursa selanjutnya akan bertindak sebagai penjual atau pembeli. Aktivitas jual dan beli saham di lantai bursa dilakukan perusahaan pialang melalui orang yang ditunjuk sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). Atas jasanya kepada investor, pialang atau broker mendapat balas jasa yang besarnya ditentukan antara investor dan pialang. Proses penjualan saham di stock exchange market (pasar bursa saham atau pasar modal atau bursa efek) umumnya menggunakan sistem lelang (auction) sehingga pasar sekunder ini juga sering disebut dengan suction market. Disebut dengan pasar lelang karena transaksi dilakukan secara terbuka dan harga ditentukan oleh supply (penawaran) dan demand (permintaan) dari anggota bursa yang meneriakkan ask price atau harga penawaran terendah untuk dijual dan bid price (harga permintaan tertinggi untuk beli). New York Stock Exchange (NYSE), Tokyo Stock Exchange (TSE), Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES) menggunakan sistem lelang, yaitu order pembelian dan penjualan sekuritas ditemukan sampai dicapai harga kesepakatan. Saat ini pasar sekunder yang terbesar di dunia adalah NYSE. NYSE dan TSE menyimpan order pembelian dan penjualan dalam bentuk batch. Jika broker di lantai bursa belum dapat mengeksekusi order karena harga yang diinginkan klien masih jauh dari harga yang dikutip (harga bid dan ask), mereka menitipkan order ini ke specialist untuk mengeksekusinya nanti jika harga yang diinginkan sudah bertemu dengan harga pasar. Broker di lantai bursa kemudian akan membayar komisi ke specialist. Specialist merupakan anggota dari bursa yang mendapat tugas untuk mengamati, mencatat dan menstabilkan harga serta volume transaksi dari suatu saham tertentu. Seorang specialist menangani saham beberapa perusahaan. Akan tetapi saham satu perusahaan hanya ditangani oleh satu specialist. Karena specialist selalu mengikuti dan mencatat perkembangan harga dari saham tertentu, specialist akan segera mengetahui jika harga yang didalam order bertemu dengan harga pasar (Jogiyanto, 2010). 1 Dalton (1993) mengelompokkan pihak-pihak yang berpartisipasi di NYSE (New York Stock Exchange) sebagai floor brokers, two-dollars brokers, bond brokers, competitive traders, competitive market makers (dealers), dan specialist. Floor brokers, two-dollars brokers dan bond brokers cenderung berfungsi sebagai perantara jual beli sekuritas untuk mendapatkan komisi. Sedangkan competitive traders, competitive market makers dan specialist melakukan aktivitas jual beli sekuritas untuk mendapatkan keuntungan (capital gain). Pada kondisi tertentu competitive traders dan competitive market makers dapat bertindak sebagai broker. Dengan demikian competitive traders dan competitive market maker dapat bertindak sebagai dealer maupun broker di NYSE. Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa, tetapi diwakili oleh broker. Investor dapat memilih sendiri jenis dari broker yang diinginkan, yaitu misalnya fullservice broker atau discount broker. Full-service broker menawarkan jasa yang lengkap termasuk sebagai berikut: 1. Investment research and advise. Tidak semua individual investor dapat melakukan sendiri penelitian yang berkualitas disebabkan oleh keterbatasan dana, waktu dan keahlian. Penelitian sejenis ini dapat disediakan oleh broker yang bonafit dalam bentuk laporan-laporan atau publikasi rutin. Hasil penelitian yang dibutuhkan oleh investor dapat meliputi trend pasar, prospek masa depan suatu perusahaan dan lain sebagainya. 2. Asset management. Broker dapat berfungsi seperti halnya bank komersial, yaitu memberikan pinjaman dan mengelola dana yang dipercayakan. Untuk maksud seperti ini, investor dapat membuka rekening di broker yang disebut dengan rekening marjin (margin account). 3. Order execution. Tanpa melalui jasa broker, membeli dan menjual sekuritas merupakan hal yang tidak mudah. Misalnya, tanpa melalui broker, penjual harus mencari sendiri pembeli yang cocok dengan harga yang ditawarkan. Dengan broker, investor tidak perlu khawatir dengan semua kegiatan pembelian dan penjualan ini. 2 4. Clearing. Setelah suatu order dieksekusi, sebenarnya masih banyak pekerjaan administrasi yang menunggu sesudahnya. Selain pekerjaan administrasi tersebut cukup panjang, mereka juga harus dilakukan tidak boleh menyimpang dengan semua regulasi dan hukum yang berlaku. Discount broker sebaliknya hanya manawarkan jasa yang minimum dengan komisi yang rendah. Discount broker biasanya hanya menawarkan jasa order execution dan clearing. Ada dua cara melakukan pembayaran untuk pembelian sekuritas, yaitu dengan rekening kas atau dengan rekening marjin. Pembayaran dengan rekening kas mengharuskan investor untuk membayar penuh semua nilai pembeliannya sebelum atau pada tanggal jatuh tempo. Tanggal jatuh tempo umumnya adalah 4 hari (T+4) setelah tanggal transaksi. Sedangkan rekening marjin berarti pembelian sekuritas dengan cara membayar terlebih dahulu sebagian (marjin) dari keseluruhan harga yang ada dan sisanya meminjam dari broker (Jogiyanto, 2010). Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, berarti harga tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran, ada dua jenis pasar di lantai bursa, yaitu pasar reguler dan pasar negoisasi. Pada pasar reguler harga terbentuk melalui proses tawar menawar secara terus menerus berdasar kekuatan pasar, sedangkan pasar negoisasi dilakukan dengan cara negoisasi (Tanti, 2008). Suatu transaksi tidak akan terjadi jika masih terdapat perbedaan antara bid dan ask. Dengan kata lain, Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Konsep perhitungan spread adalah dengan membuat rata-rata bid-ask spread harian untuk setiap jenis saham yang diteliti selama periode observasi. Pengertian bid-ask spread menurut Fatmawati dan Asri (1999) adalah persentase selisih antara bid-price dengan ask-price atau dikenal dengan istilah cost of transaction imediary to investor. Bid-price mempunyai arti harga tertinggi yang diinginkan oleh dealer, sedangkan ask-price adalah harga terendah yang ditawarkan oleh penjual untuk pembeli. 3 Sedangkan Fabozzi dan Modigliani (1996) mengartikan bahwa bid-ask spread sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh dealer dengan harga terendah. Spread merupakan selisih antara harga beli tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual sahamnya. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian-penelitian terdahulu bahwa bid-ask spread merupakan fungsi dari transaction cost, mempengaruhi perdagangan yang menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang financial asset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi. Biaya transaksi meliputi biaya komisi, biaya pelaksanaan, dan biaya peluang yang dapat dikelompokkan menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel (Fabozzi, 1999). Bid-ask spread juga dapat diartikan sebagai selisih harga beli tertinggi dengan trader (pedagang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia menjual saham tersebut. Secara konseptual bid-ask spread adalah kompensasi ekonomi yang diberikan kepada market maker atas pelayanan atau jasanya (Halim dan Hidayat, 2000, hal 70). Bid-ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus diperhatikan investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara permintaan beli (bid) dan harga tawaran jual (ask). Bid-ask spread dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: quoted spread, yang merupakan perbedaan antara harga penawaran dan permintaan yang ditawarkan oleh market maker kepada pelanggan potensial atau ada juga yang mengatakan perbedaan antara kuota permintaan dan penawaran oleh dealer pada waktu tertentu. Selanjutnya effective spread atau realized spread, yang merupakan perbedaan yang terjadi ketika seorang market maker membayar dan menerima cadangan sekuritasnya atau perbedaan rata-rata antara harga ketika dealer menjual pada suatu waktu dan ketika delaer membeli pada suatu waktu lebih awal. Biasanya effective spread hampir selalu lebih sedikit daripada qouted spread. Bahkan di Amerika, effective spread cenderung hanya setengah dari quoted spread. Quoted spread menunjukkan perbedaan antara kutipan (quote) terendah untuk menjual (ask) dan kutipan (quote) tertinggi untuk membeli (bid) (Coughenour dan Shastri, 1999, hal 2). 4 Berkaitan dengan pengukuran spread tersebut, Hamilton (1991) berpendapat bahwa ada dua model spread yakni dealer spread dan market spread. Model spread yang dapat digunakan adalah market spread yang merupakan beda antara highest bid dengan lower ask yang terjadi pada saat tertentu, sedangkan dealer spread tidak digunakan karena tidak sesuai untuk diteliti. Berkaitan dengan ask price dan bid price yang sama-sama mewakili daftar keterangan mengenai saham, maka Copeland dan Galai (1983) menyatakan bahwa besar kecilnya spread ditentukan oleh harga, volume perdagangan dan volume saham. Stoll (1989) menyatakan bahwa broker memperoleh kompensasi dari selisih antara harga jual (ask) dan harga beli (bid). Pada umumnya harga beli saham (bid price) lebih rendah dari harga sebenarnya. Pada umumnya besarnya spread yang merupakan selisih antara harga jual dan harga beli lebih dari 1%. Mengenai spread tidak terlepas dari adanya aktivitas yang dilakukan pihak-pihak tertentu yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekuritas di lantai bursa. Broker dan dealer dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang dilakukan individu secara tidak langsung. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor sedangkan dealer melaksanakan transaksi untuk mendapatkan keuntungan sendiri dengan cara membeli terlebih dahulu saham lalu kemudian menjual kembali saham tersebut. Market makers akan mendapatkan keuntungan kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli (bid-price) lebih rendah daripada true price dan menjual saham pada saat harga jual (ask-price) saham lebih tinggi daripada true price (Stoll:1989). Ketidakpastian yang dihadapi dealer disebabkan karena adanya ketidakseimbangan informasi (information-asymmetry) di sekitar pengumuman laporan keuangan. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, dealer membutuhkan informasi yang diikuti pula kebutuhan akan biaya. Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan tercermin pada spread yang ditentukannya. Dealer selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu, kondisi atau informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang dimilikinya. 5 Teori spread merupakan teori quoted spread (Stoll, 1989, hal 115). Quoted spread harus meliputi tiga macam jenis biaya yang dihadapi dealer, yaitu (Stoll, 1989, hal 115); Callahan et al., 1997, hal 51; Coughenour dan Shastri, 1999, hal 2; Halim dan Hidayat, 2000, hal 70): 1. Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost) Merupakan biaya dealer dalam mengatur perdagangan dan menyiapkan transaksi. Biaya pemrosesan pesanan ini antara lain: administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon dan lainnya. Biaya pemrosesan pesanan ini semula ditekankan oleh Demsetz (1968) dan Tinic (1972). Semua peneliti menyadari pentingnya biaya ini dan jenis biaya ini dapat diobservasi secara langsung. 2. Biaya pemilikan sekuritas (inventory holding cost) Merupakan biaya dealer ketika membeli persediaan sekuritas. Biaya pemilikan saham ini juga menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Banyak sedikitnya saham yang dipegang juga dapat ditunjukkan oleh lama tidaknya trader memegang saham tersebut. Opportunity cost merupakan bagian terbesar dari biaya pemilikan saham. Biaya pemilikan sekuritas ini muncul dari pengasumsian oleh dealer terhadap risiko seperti dalam Stoll (1987), Ho dan Stoll (1981), serta Amihud dan Mendelson (1980) yang meneliti dampak dari terbatasnya persediaan. Sebagai penjual saham, dealer harus menyimpan saham sebagai persediaannya. Risiko harga saham yang berfluktuasi dan biaya kesempatan dari modal yang tertanam di persediaan tersebut menimbulkan biaya persediaan. 3. Biaya asimetris informasi (adverse information cost) Biaya ini berhubungan erat dengan aliran informasi dalam pasar modal, oleh karena itu hal ini menjadi perhatian para ahli keuangan. Biaya asimetri informasi ini timbul karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama adalah informed trader yang memiliki informasi superior dan pihak lain adalah uninformated trader yang inferior dalam informasi. Pihak uninformed trader akan berupaya mengurangi risiko kerugian dalam perdagangan sahamnya yang tercermin dengan mempertinggi nilai bid-ask spread. 6 Dari ketiga biaya yang melahirkan bid-ask spread tersebut, biaya pemrosesan pesanan merupakan penyebab yang paling jelas dan dapat diobservasi secara langsung. Sedangkan dua biaya lainnya, yaitu biaya pemilikan dan asimetri informasi kurang dapat diobservasi secara langsung, sehingga memerlukan proksi untuk mengukurnya. Oleh karena itu, kedua biaya tersebut lebih sering diteliti pengaruhnya terhadap bid-ask spread oleh para peneliti. Spread saham dalam perdagangan sekuritas, investor berkeinginan untuk membeli dan/atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan. Tidaklah selalu memperoleh harapan tersebut secara simultan. Market maker (baik dealer maupun broker) berusaha untuk mengatasi adanya ketidaksamaan terhadap order (keinginan) yang dihadapi investor. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor untuk mendapatkan komisi, sedangkan dealer melakukan transaksi untuk memperoleh keuntungan sendiri dengan cara membeli suatu saham lalu kemudian menjualnya kembali kepada pembeli. Market maker tersebut memperoleh kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli (bid price) lebih rendah daripada true price dan menjual saham pada saat harga jual (ask price) lebih tinggi daripada true price. Perbedaan antara bid price dengan ask price tersebut dikenal dengan bid-ask spread. Dalam kondisi terbentuknya spread demikian disebut effective spread. Terdapat tiga alternatif pandangan mengenai proses perdagangan dan biayanya yang berhubungan dengan pembentukan spread, yaitu: 1. Jika pembentukan spread merefleksikan biaya order processing, maka ask dan bid akan terletak pada seputar harga yang sesungguhnya (true price). Kondisi demikian dinamakan effective spread, dan dealer akan menutup biaya yang terjadi. Semakin lebar spread yang terbentuk maka biaya transaksi akan meningkat dan investor tidak lagi tertarik terhadap sekuritas tersebut. 2. Jika spread merefleksikan biaya inventory holding, maka harga bid dan ask pada waktu t=1 akan diturunkan di bawah true price dengan tujuan menginduksi penjualan saham oleh dealer dan menghalangi penambahan kegiatan pembelian saham oleh dealer. Spread yang terbentuk berada di bawah true price sebesar 0,5 spread. 3. Jika spread merefleksikan adverse information cost, kondisi yang terjadi sama seperti di atas, harga expected equilibrium menjadi rendah, di bawah true price semula. Hal ini diakibatkan oleh dampak informasi yang ada dan diasumsikan bahwa trader memiliki 7 informasi tersebut. Selanjutnya kondisi demikian menyebabkan dealer dapat menawar dengan harga yang lebih rendah. Misalkan kondisi matching order dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan bantuan pihak tertentu atau spesialis, maka kurva penawaran akan mengalami pergeseran ke atas. Pergeseran tersebut diakibatkan oleh adanya biaya yang harus dihadapi spesialis sebagai perantara investor yaitu cost of standing ready & cost of waiting. Perpotongan antara kurva permintaan semula dengan kurva penawaran baru akan menghasilkan harga ask. Apabila kemudian terdapat investor yang ingin membeli sekuritas tersebut, maka memotivasi spesialis untuk menetapkan harga beli di bawah harga keseimbangan. Kondisi ini menyebabkan kurva permintaan bergeser ke bawah menjadi kurva permintaan baru. Perpotongan antara kurva penawaran semula dengan kurva permintaan baru menghasilkan harga bid. Perbedaan antara harga ask dengan harga bid dikenal dengan bid-ask spread yaitu ukuran biaya kesediaan (price of immediacy) dalam transaksi sekuritas. Fungsi dari spesialis lain yang penting adalah menstabilkan pasar dengan menyeimbangkan kekuatan-kekuatan permintaan (order untuk membeli) dan panawaran (order untuk menjual). Sebagai contohnya adalah pada situasi order untuk menjual (supply) jauh melebihi order untuk membeli (demand). Untuk kasus seperti ini harga dari sekuritas dapat turun dengan drastis. Untuk menstabilkan harga, specialist kemudian melakukan pembelian untuk menyerap kelebihan saham yang ditawarkan. Mekanisme stabilisasi harga semacam ini tidak dilakukan di BEI, karena specialist tidak digunakan di BEI atau di BES (Jogiyanto, 2010). Besarnya bid-ask spread dapat dikaitkan dengan besarnya biaya transaksi dan efisiensi pasar. Bila diasumsikan pasar modal adalah dalam keadaan efisien setengah kuat, maka informasi yang ada akan tercermin sesegera mungkin dalam harga saham. Dalam kondisi demikian bisa dipastikan antara pihak yang akan membeli maupun menjual saham memiliki muatan informasi yang sama terhadap suatu peristiwa. Karena muatan informasi yang dimiliki antara calon pembeli dan calon penjual saham adalah sama, maka harga saham yang muncul dalam tawar menawar di transaksi diperkirakan hampir sama dan tercipta rentang transaksi atau spread yang kecil. 8 Bid-ask spread sebenarnya mengukur informasi tidak simetris (asymmetric information) antara dealer dan investor. Pedagang saham mempunyai informasi lebih lengkap yang dapat mempengaruhi harga saham dibandingkan informasi yang dimiliki oleh pedagang lain. Perbedaan informasi yang dimiliki ini menunjukkan informasi tidak simetris (asymmetric information) antara satu pedagang dan pedagang yang lain. Besarnya tingkat informasi tidak simetris (asymmetric information) ini tergantung pada pola kedatangan informasi. Sebelum diumumkannya informasi baru yang spesifik dari suatu perusahaan, tingkat informasi tidak simetris besar. Contoh kejadian yang memberikan informasi yang spesifik dari suatu perusahaan adalah pengumuman merjer, pengumuman laba, dan pengumuman dividen. Secara khusus, dealer atau spesialis yang berhubungan dengan saham perusahaan ini dianggap sebagai pihak yang tidak mempunyai informasi (uninformed traders). Pihak-pihak yang tidak mempunyai informasi ini akan menderita kerugian yang besar karena mereka harus siap berdagang dengan informasi yang lebih sedikit. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa ketika dealer merasa tingkat informasi tidak simetris meningkat, mereka melebarkan bid-ask spread (sumber laba dari para dealer) untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari pedagang yang mempunyai informasi (informed traders). Karena itu dapat diduga bahwa bid-ask spread akan melebar sebelum pengumuman laba atau dividen. Bid-ask spread ditentukan oleh dealer. Bid-ask spread yang terlalu tinggi akan menguntungkan dealer, namun bid-ask spread yang terlalu rendah akan mengakibatkan saham tersebut menjadi kurang aktif diperdagangkan. Bid-ask spread yang terlalu rendah akan merugikan dealer, namun bid-ask spread yang terlalu rendah akan mengakibatkan saham tersebut menjadi lebih aktif diperdagangkan. Oleh karena itu, dealer akan berusaha untuk menentukan tingkat bid-ask spread yang optimal, yaitu tingkat bid-ask spread yang tidak merugikan dealer dan membuat saham tersebut aktif diperdagangkan. Selain dealer, informasi mengenai bid-ask spread dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga penting bagi pelaku pasar modal lainnya, seperti emiten, investor maupun calon investor. Dengan begitu para pelaku pasar modal dapat membuat keputusan yang efisien dengan manajemen sahamnya. 9 KESIMPULAN Transaksi di bursa saham melibatkan beberapa pihak, diantaranya dalah Broker, Spesialis dan Dealer. Mereka dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang dilakukan individu secara tidak langsung. Broker pada dasarnya hanyalah mempertemukan pihak penjual dan pihak pembeli. Broker melakukan transaksi atas nama investor dan tidak memiliki atau mengambil risiko apapun karena sebenarnya ia tidak mengambil posisi. Untuk jasanya tersebut ia mendapatkan fee dari pihak yang melakukan jual beli tersebut. Sedangkan dealer melaksanakan transaksi untuk mendapatkan keuntungan sendiri dengan cara mmebeli terlebih dahulu saham tersebut dengan harapan akan menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi. Jadi dealer mengambil posisi risiko dengan membeli saham tersebut untuk kepentingan portofolionya, ia kemungkinan akan mengalami kerugian bilamana harga efek tersebut turun atau bahkan tidak laku terjual. Jika broker di lantai bursa belum dapat mengeksekusi order karena harga yang diinginkan klien masih jauh dari harga yang dikutip (harga bid dan ask), mereka menitipkan order ini ke specialist untuk mengeksekusinya nanti jika harga yang diinginkan sudah bertemu dengan harga pasar. Dalam transaksi penjualan saham di Bursa tidak dapat terjadi dengan begitu mudah. Karena pada dasarnya transaksi baru bisa terjadi jika antara penjual dan pembeli telah menemukan harga kesepakatan. Perbedaan antara harga yang diinginkan pembeli dan harga yang diinginkan penjual ini dinamakan bid-ask spread. Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Tanpa adanya kesepakatan harga tersebut, transaksi penjualan sekuritas belum bisa terjadi. Harga yang disepakati harus dapat menguntungkan berbagai pihak, bukan malah merugikan. 10 DAFTAR PUSTAKA Hartono, J. 2010, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, BPFEYOGYAKARTA, Yogyakarta. Ratna, A. 2004, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread”, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Satiari, F. 2009, “Analisis Perbedaan Sistem Fraksi Harga Saham terhadap Variabel Bid-Ask Spread, Depth, dan Volume Perdagangan”, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Selvia, N. 2013, “Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.3, Februari 2013. Srihartati, 2001, “Analisis Reaksi Berlebihan, Efek Bid-Ask Spread, Firm Size, dan Likuiditas dalam Fenomena Price Reversal di Bursa Efek Jakarta”, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Yuliastari, T. 2008, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bid-Ask Spread Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta”, Tesis, Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Yuningsih, 2008. 2008, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transaction Cost pada Holding Period Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol.6 No.1, April 2008. 11