FARMAKOLOGI Ernawati Sinaga 11/29/2012 1 Obat adalah Racun 11/29/2012 2 Efek Terapi 11/29/2012 Efek Samping/Toksik 3 Efektivitas terapi Obat Aktivitas Biologis 11/29/2012 Kadar di jaringan sasaran 4 Potensi & Efikasi (Kekuatan & Efektivitas) • Potensi obat merujuk pada jumlah obat (biasanya dinyatakan dalam mg) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek farmakologis tertentu, misalnya penurunan tekanan darah, penurunan kadar glukosa darah dan sebagainya. • Misalnya, jika 5 mg obat A dapat meredakan nyeri sama efektifnya dengan 10 mg obat B, maka dikatakan: obat A memiliki potensi 2 x 11/29/2012 5 lebih besar daripada obat B. Potensi & Efikasi (Kekuatan & Efektivitas) • Efikasi merujuk pada respons terapetik maksimum yang potensial dapat dihasilkan suatu obat tertentu • Misal, Furosemida (pada dosis optimalnya) dapat menyebabkan keluarnya air dan garam melalui urin lebih banyak daripada klorotiazida Furosemida memiliki efikasi lebih besar daripada klorotiazida. 11/29/2012 6 • Namun demikian, tidak berarti obat yang memiliki potensi atau efikasi lebih tinggi selalu lebih baik atau lebih disukai. • Pemilihan obat didasarkan pada banyak faktor, antara lain efek samping, toksisitas potensial, jangka waktu efek (yang akan menentukan dosis berapa kali sehari obat diberikan), biaya, dan lainlain. 11/29/2012 7 Farmakologi Farmakokinetik & Farmakodinamik Farmakokinetika Ilmu yang mempelajari apa yang dialami molekul obat setelah diaplikasikan/dimasukkan ke dalam tubuh Apa yang dilakukan tubuh terhadap obat Farmakokinetika 1. Absorpsi 2. Distribusi 3. Biotransformasi/ Metabolisme obat 4. Eliminasi 11/29/2012 10 Farmakodinamika Ilmu yang mempelajari apa efek yang ditimbulkan oleh obat 11/29/2012 Apa yang dilakukan obat terhadap tubuh ? 11 Farmakodinamika 1. Efek Terapi 2. Efek samping & Toksisitas 11/29/2012 12 Farmakokinetika 1. Absorpsi 2. Distribusi 3. Biotransformasi (Metabolisme) 4. Eliminasi 11/29/2012 13 11/29/2012 14 Absorpsi Obat • Proses berpindahnya molekul obat dari tempat diaplikasikan (site of entry) ke dalam sistem sirkulasi tubuh, yaitu peredaran darah dan sistem limfatik Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorpsi Obat • Jalur masuk sawar biologis • Sifat-sifat molekul obat: lipofilisitas/hidrofilisitas, ukuran molekul, kelarutan, dll • Bentuk formula • Dosis 11/29/2012 16 Jalan masuk obat ke dalam tubuh • Saluran pencernaan/Oral • Suntikan: – intravena (iv) – subkutan (sc) – intra muskular (im) • Inhalasi • Kulit topikal • Membran mukosa Suntikan • iv (intra vena) • im (intra muscular) • sc (sub cutan) • pc (per cutan) 11/29/2012 18 Melalui Membran Mukosa • Melalui mukosa mata • Melalui mukosa mulut – Buccal – sublingual • Melalui vagina 11/29/2012 19 Sawar Biologis • Sawar otak-darah • Sawar usus-darah • Sawar kulit-darah • Sawar plasenta 11/29/2012 20 Sawar Biologis • Sawar biologis dibentuk oleh konstruksi membran sel yang bersifat hidrofobik serta adanya junction interseluler yang terdapat pada jaringan epitelial dan endotelial yang umumnya membentuk sawar antara darah dan organ atau jaringan tertentu 11/29/2012 21 Sawar Biologis 11/29/2012 22 Membran Sel Lipid Bilayer) 11/29/2012 23 11/29/2012 24 Parameter Farmakokinetik Absorpsi • Konstanta kecepatan absorpsi: Kecepatan absorpsi obat ÷ Jumlah obat yang masih harus diabsorpsi • Ketersediaan hayati: Jumlah obat yang diabsorpsi : Dosis obat yang diberikan 11/29/2012 25 Ketersediaan Hayati (Bioavailability) • adalah fraksi obat yang dapat mencapai/dapat ditemukan di dalam peredaran darah setelah diaplikasikan dalam dosis tertentu 11/29/2012 26 Penentuan Ketersediaan Hayati 11/29/2012 27 Ketersediaan Hayati • Ketersediaan hayati obat yang diberikan intra vena (bukan prodrug) 100% • Untuk obat yang diberikan melalui jalur lain bervariasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: – Sawar biologis yang harus dilalui – Formulasi – Dosis 11/29/2012 28 Ketersediaan Hayati • Jika dibuat plot ketersediaan hayati dari obat yang sama, dan diberikan melalui dua jalur yang berbeda (iv & oral, misalnya), maka ketersediaan hayati obat tersebut per oral adalah ratio area di bawah kurva per oral dibandingkan area di bawah kurva iv 11/29/2012 29 Ketersediaan Hayati • Ketersediaan Hayati Absolut obat yang sama melalui jalur non iv (misalnya per oral) dibandingkan ketersediaan hayati per iv • Ketersediaan Hayati Relatif perbandingan ketersediaan hayati obat yang sama dengan formulasi berbeda 11/29/2012 30 Ketersediaan Hayati Relatif 11/29/2012 31 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketersediaan Hayati • Jalur masuk fisiologis – Transport senyawa obat sawar biologis – Penguraian senyawa obat sebelum diabsorpsi, misalnya di saluran pencernaan ( pro drug) – First pass effect 11/29/2012 32 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketersediaan Hayati • Sifat kimia-fisik senyawa obat: – Kelarutan obat – Lipofilisitas/hidrofilisitas – Ukuran molekul, dll • Formulasi : – bentuk: tablet, kapsul, suspensi, larutan, tablet lepas lambat, salep, krim, dll – Jenis zat pembawa • Dosis 11/29/2012 33 First Pass Effect • First pass effect (atau first-pass metabolism, kadangkadang disebut presystemic elimination) merupakan fenomena metabolisme obat. • Setelah obat ditelan, lalu diabsorpsi dari saluran pencernaan, selanjutnya obat langsung memasuki sistem portal hepatik. Obat yang diabsorpsi dibawa ke hati melalui vena porta. • Di hati, hampir semua obat akan dimetabolisme. Beberapa macam obat dimetabolisme sangat ekstensif oleh sel-sel hati sehingga hanya sangat sedikit jumlah obat utuh yang memasuki sirkulasi sistemik. Akibatnya, ketersediaan ayati obat menjadi sangat kecil/rendah. • Beberapa routes of administration yang terhindar dari first-pass effect, antara lain: intravena, intramuskular, 11/29/2012 34 dan sublingual. Akibat First-pass effect • Obat yang mencapai sirkulasi sistemik sangat jauh berkurang • Contoh: propranolol sangat jauh lebih efisien dan efektif apabila diberikan intra vena (dosis iv <<<< oral) 11/29/2012 35 Pro Drug • Prodrug : senyawa “bakal obat” yang dikonsumsi dalam bentuk tidak aktif (kurang aktif), tetapi akan dimetabolisme menjadi senyawa obat yang aktif di dalam tubuh • Prodrug umumnya didisain untuk memperbaiki/meningkatkan ketersediaan hayati oral 11/29/2012 36 Contoh Pro Drug • Enalapril (prodrug) dikonversi menjadi enalaprilat (bentuk aktif) oleh enzim esterase di dalam sel. • Valaciclovir dikonversi menjadi aciclovir (bentuk aktif) oleh enzim esterase di dalam sel. • Levodopa dikonversi menjadi dopamin (bentuk aktif) oleh enzim DOPA decarboxylase. • Kloramfenikol suksinat (prodrug) digunakan untuk suntikan iv, sebab kloramfenikol tidak larut di dalam air. 11/29/2012 37 Enalapril Enalaprilat esterase • Enalaprilat memiliki sifat ionisasi yang tidak sesuai untuk mendapatkan potensi yang memadai untuk penggunaan per oral (tablet). Enalaprilat hanya cocok untuk penggunaan iv 11/29/2012 38 Contoh Pro Drug • Psilocybin (prodrug) mengalami defosforilasi menjadi psilocin (bentuk aktif). • Heroin mengalami deasetilasi menjadi morfin (bentuk aktif) oleh enzim esterase di dalam selsel hati. • Codeine mengalami demetilasi menjadi morfin (bentuk aktif) oleh enzim CYP2D6 di dalam selsel hati. • gamma-Butyrolactone (GBL) mengalami hidrasi menjadi gamma-Hydroxybutyric acid (GHB) 11/29/2012 39 Soal latihan-1 • For a small lipophilic drug administered orally in solution form, the rate-limiting step for absorption is gastric-emptying. True or False? Explain your answer. • True. When drug is administered as a solution, disintegration and dissolution are not processes that need to take place. Thus, the rate-limiting step is delivery to the site of absorption (i.e., the small intestine), which is determined by the rate of emptying of the stomach. 11/29/2012 40 Soal latihan-2 • UI138 is administered in the form of radioactive drug. After both oral and intravenous administration, 98% of the radioactivity of the administered dose is recovered in the urine. In contrast, the area under the curve for parent (unchanged) drug after intravenous administration is 8 times that seen after oral administration. Does UI138 undergo significant first-pass metabolism after oral administration? Provide a justification for your conclusion. 11/29/2012 41 Jawaban-2 • Yes. Since 98% of the radioactivity of PSC3310 is recovered after both oral and intravenous administration, it is apparent that the drug is well absorbed after oral administration. If it was poorly absorbed, the recovery of radioactivity would be substantially less than that seen after intravenous administration (the fact that only 98% is recovered after both routes suggests there is some other route for elimination of the drug and metabolites, most likely biliary excretion). The observation that the area under the curve for unchanged drug is much less for oral than intravenous administration, suggests much of the drug is metabolized after oral administration prior to reaching the systemic circulation. Hence, there is evidence of a significant first-pass effect. 11/29/2012 42 Soal latihan-3 • Intramuscularly administered drug will always exhibit a faster onset of action than the same dose of drug administered orally. True or False? 11/29/2012 43 Jawaban-3 • False. Lipophilic drug administered by the intramuscular route may precipitate at the site and be absorbed much more slowly than the same drug administered orally. Diazepam and chlordiazepoxide are two examples of drugs that display this type of behavior. 11/29/2012 44 Soal latihan-4 4. Drugs administered by the intravenous route are always 100% bioavailable. True or False? Explain your answer. 11/29/2012 45 Jawaban-4 • False. As discussed in class (using the example of chloramphenicol), some poorly soluble drugs are administered intravenously in the form of prodrugs. Hydrolysis of the prodrug, giving rise to the parent drug, may be incomplete resulting in less than 100% bioavailability. 11/29/2012 46