BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan endemik dianggap penting bukan hanya karena jumlah (populasi)nya yang sangat sedikit, melainkan juga karena populasi tersebut sangat terbatas secara geografis dan homogen secara genetis (Bernardello dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn., suatu spesies langka dengan keharusan mutlak untuk dikonservasi (McKinnel, 1993). Cendana (Santalum album Linn.) telah lama dikenal di Indonesia sebagai jenis tanaman industri kehutanan yang bernilai ekonomi tinggi. Jenis ini tidak terlalu banyak menuntut persyaratan yang tinggi, mampu hidup pada habitat aslinya dan curah hujan yang kurang menguntungkan karena itu banyak para ahli yang mengusulkan cendana untuk mereboisasi lahan kritis yang tersebar luas di Indonesia. Namun demikian, usaha penanaman jenis ini secara besar – besaran masih terkendala oleh kekurangan informasi baik mengenai teknik silvikultur maupun perlakuan silvikanya (Marsono dan Surachman, 1987). Cendana (Santalum album Linn.) adalah jenis tanaman berkayu dari Famili Santalaceae yang tumbuh secara alami di Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan beberapa pulau lainnya (Dirdjosoemanto dan 1 Hadi,1981). Sejak tahun 1997, cendana ditetapkan sebagai vulnerable species dikarenakan keberadaanya yang semakin langka (Anonim, 2007). Jenis ini dikatagorikan sebagai kayu mewah (fancy wood) dikarenakan kayu terasnya yang mengandung 1,5 - 5% minyak atsiri sehingga berbau khas dan digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan (Hartono, 2000). Minyaknya merupakan bahan baku pembuatan kosmetika yang tidak tergantikan oleh bahan sintetis (Hartono, 2000); berfungsi sebagai aroma terapi dalam pengobatan alternatif untuk mengurangi stress, sakit kepala dan sakit perut; dan diduga mengandung senyawa anti-kanker kulit (Agusta dan Jamal, 2001). Mengingat manfaat yang beraneka ragam yang dimiliki cendana, maka perlu dilakukan perbanyakan tanaman. Cendana dapat diperbanyak dengan perbanyakan generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan menggunakan biji sedangkan perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang, daun, tunas dan jaringan organ. Biji yang baik untuk perbanyakan generatif memiliki kriteria diantaranya harus berasal dari pohon induk yang berumur 20-30 tahun sedangkan populasi pohon cendana saat ini semakin berkurang bahkan hampir punah. Selain itu, musim berbunga dan berbuah tanaman cendana juga tidak menentu di setiap tempat. Buah cendana yang sudah jatuh jika tidak segera diambil akan dimakan oleh binatang. Untuk mengatasi hal tersebut penelitian ini dilakukan pengamatan mengenai 2 potensi kemampuan akar yang menghasilkan trubusan tunas sebagai bahan materi vegetatif dari indukan yang sehat sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan perolehan biji cendana. Keberadaan cendana di Gunungkidul, selain terdapat di Wanagama I yang letakknya di Desa Banaran, Kecamatan Gading, tegakan cendana pada berbagai tingkat umur juga terdapat di beberapa lokasi yaitu Kawasan Wisata Gua Pindul (Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo), Kawasan Wisata Air Terjun Srigethuk (Desa Bleberan, Kecamatan Playen), Pegunungan Kapur Nglanggeran (Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk) dan Desa Bayusoco (Kecamatan Playen). Tegakan cendana pada masing – masing lokasi ini memiliki karakteristik yang berbeda (Ratnaningrum dan Indrioko, 2013). Permudaan alam cendana dapat juga dijumpai di Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul. Permudaaan alam cendana di Desa Petir tersebut, terdapat di lahan kritis milik masyarakat yang berbentuk hutan rakyat. Komposisi tanaman utama yang dibudayakan di hutan rakyat Desa Petir didominasi oleh tanaman jati (Tectona grandis), formis (Acacia auriculiformis) dan mahoni (Swietenia marcophylla) serta tanaman semusim. Pengamatan potensi trubusan akar dilakukan di hutan rakyat Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul yaitu dengan perlakuan perlukaan (sayatan) akar dan pemotongan akar cendana sehingga akan didapatkan trubusan (tunas) akar. Pemilihan metode dengan 3 pelukaan dan pemotongan akar untuk mendapatkan tunas dimaksudkan karena belum ada penelitian dan pengembangan secara pasti mengenai pengamatan trubusan tunas akar terluka dan terpotong sehingga perlu dilakukan. Cendana memiliki kemampuan menumbuhkan tunas ketika akarnya terluka, sehingga akan memudahkan dalam pertumbuhan tunas yang dapat memproduksi auksin sendiri untuk memacu pertumbuhan tunas tersebut. Potensi permudaan alam cendana yang berasal dari vegetatif tunas akar di lahan masyarakat (Surata, 2009) di NTT cukup tinggi karena peluang gangguan terhadap akar cukup besar, seperti akibat kegiatan pengelolaan lahan yang menyebabkan akar pohon induk cendana terluka atau terputus dan juga pengaruh kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda di lahan masyarakat menyebabkan jumlah tunas akar akan tumbuh bervariasi. Selanjutnya dikatakan bahwa pertumbuhan tunas yang dihasilkan oleh pohon induk cendana bervariasi yaitu: jumlah tunas akar 013 anakan/pohon dengan rasio tingkat semai dan pancang 1:3, jarak tunas akar tumbuh dari pohon induk 1-9 m, dengan komposisi 79% pada jarak <3 m dan 21 % jarak ≥3 m, kedalaman tumbuh tunas akar dari permukaan tanah 1-7 cm, dan ukuran diameter akar pohon induk yang menghasilkan tunas akar 1,5 cm -3,0 cm. 4 1.2 Rumusan Masalah Permudaan alam yang ada di hutan rakyat Desa Petir terjadi secara alami. Permudaan alam cendana dapat berasal dari permudaan generatif maupun vegetatif. Penyebaran biji secara generatif dibantu oleh burung – burung pemakan biji dan kelelawar sedangkan perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang, daun, tunas dan jaringan organ. Permudaan alam cendana yang berasal dari vegetatif tunas akar diduga terjadi akibat adanya pengolahan lahan atau tanah yang dilakukan masyarakat pada saat penanaman palawija tidak sengaja melukai akar sehingga terluka dan terpotong. Namun, demikian belum adanya penelitian dan pengembangan secara pasti mengenai pengamatan trubusan tunas akar terluka dan akar terpotong. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui waktu munculnya tunas pada akar yang dilukai dan dipotong dari pohon induk yang mempunyai morfologi daun yang berbeda di hutan rakyat Desa Petir. 2. Mengetahui jumlah trubusan akar dari berbagai morfologi daun cendana di hutan rakyat Desa Petir. 5 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi serta perlakuan yang tepat untuk mempercepat atau meningkatkan tumbuhnya tunas akar dan jumlah trubusan akar dari berbagai morfologi daun cendana agar dapat digunakan sebagai acuan untuk bahan materi vegetatif menggunakan tunas akar di hutan Rakyat Desa Petir. 6