BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi atau radang adalah satu dari respon utama sistem kekebalan tubuh terhadap patogen dan reaksi pada jaringan yang mengalami cedera, seperti luka fisik dan infeksi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia, salah satunya adalah prostaglandin, yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan tubuh untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi. Terapi yang banyak digunakan untuk mengobatinya adalah obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) (Tan dan Rahardja, 2007). AINS merupakan salah satu terapi klinis yang paling berguna untuk pengobatan nyeri, demam dan inflamasi. Senyawa-senyawa golongan obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Akibatnya, senyawa-senyawa tersebut juga menghambat pembentukan mukus pelindung lambung yang distimulasi prostaglandin sehingga menyebabkan efek samping terhadap lambung, seperti iritasi lokal dan induksi tukak lambung (Lednicer, 2009; Wilmana dan Gan, 2012). Diklofenak adalah AINS yang paling sering diresepkan, sejak diperkenalkan ke pasar AS pada tahun 1990-an. Diklofenak telah digunakan oleh lebih dari satu miliar pasien dan sebagai peringkat kedelapan penjualan obat terbesar di dunia. Diklofenak merupakan turunan asam arilasetat sederhana. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Diklofenak dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis 15 seperti artritis reumatoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka akut. Diklofenak, seperti AINS lainnya, dapat melukai mukosa lambung dengan mencegah efek perlindungan dari prostaglandin. Merancang prodrug adalah satu dari beberapa strategi untuk mengatasi masalah ini (Furst dan Munster, 2001; Jhunjhunwala dan Naik, 2012). Prodrug merupakan suatu senyawa inaktif secara farmakologi yang ditransformasikan oleh sistem manusia menjadi senyawa aktif dengan reaksi kimia atau metabolisme. Prodrug dirancang untuk mengubah sifat fisika-kimia obat. Dengan melindungi gugus asam bebas pada suatu molekul AINS, dapat melindungi saluran pencernaan dari iritasi lokal. Salah satu cara pembuatan prodrug adalah pembentukan ester (Hasan dan Elias, 2014; Suryawhanshi, dkk., 2014). Pembentukan ester dapat dilakukan melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Memodifikasi substruktur molekul dapat mempengaruhi sifat fisika-kimia obat yang berhubungan dengan aktivitas biologi seperti kelarutan dan koefisien partisi. Sifat-sifat tersebut sering dikaitkan dengan tetapan disosiasi (pKa). Ester dapat berfungsi sebagai prodrug karena ester tidak larut dalam cairan lambung dan aktivitas dalam cairan usus terjadi karena peruraian prodrug oleh sejumlah enzim sehingga membebaskan zat aktif (Ahmad, 2012; Aiache, dkk., 1982). Ester diklofenak dapat diperoleh dengan cara memodifikasi struktur diklofenak, melalui proses esterifikasi dengan mereaksikan suatu asam dan suatu alkohol dengan bantuan katalis asam yang disertai pemanasan (reaksi fisher). 16 Esterifikasi asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eleminasi air akan menghasilkan ester (Fessenden dan Fessenden, 1986). Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sintesis propil diklofenak karena sediaan propil diklofenak merupakan suatu prodrug berupa senyawa ester yang belum ada di pasaran. Sediaan propil diklofenak diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara asam diklofenak dan propanol dengan bantuan katalisator asam dan pemanasan. Senyawa propil diklofenak diduga mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan senyawa garamnya seperti natrium diklofenak atau kalium diklofenak terutama dalam hal iritasi lambung. Gugus propil merupakan pendonor elektron sehingga dapat meningkatan nilai pKa. Peningkatan pKa menyebabkan daerah absorbsi lebih ke daerah yang lebih basa yaitu usus. Analisis sintesis propil diklofenak dilakukan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FT-IR) dan Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GC-MS). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah penelitian ini adalah: a. Apakah asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi propil diklofenak? b. Apakah hasil esterifikasi diperoleh senyawa propil diklofenak yang murni? c. Apakah senyawa hasil sintesis propil karakteristiknya? 17 diklofenak dapat ditentukan 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, yang menjadi hipotesis adalah: a. Asam diklofenak dapat diesterifikasi menjadi propil diklofenak. b. Hasil esterifikasi propil diklofenak diperoleh senyawa propil diklofenak yang murni. c. Senyawa hasil sintesis propil diklofenak dapat ditentukan karakteristiknya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui esterifikasi propil diklofenak. b. Untuk mengetahui kemurnian senyawa propil diklofenak yang merupakan hasil esterifikasi antara asam diklofenak dan propanol. c. Untuk mengetahui karakteristik senyawa hasil sintesis propil diklofenak. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara sintesis propil diklofenak yang berasal dari asam diklofenak dan mengetahui informasi mengenai karakteristiknya. 18