Fulltext - Jurnal Ilmiah Mahasiswa

advertisement
1
1
STUDI TENTANG PERILAKU SISWA DALAM MENJAGA
KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA
KARTIKA1-5 KOTA PADANG
Oleh:
Rika Nurmaleni*, Edi Suarto**, Loli Setriani**
Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*
Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**
ABSTRACT
This study aims to get the data, analyze and discuss the behavior of the students in keeping
the environment clean high school Kartika1-5 Padang from: 1) The behavior of the students about the
cleanliness of the environment around the school, 2) Behavior of students to participate in
environmental clean up when the picket grade class, 3) The behavior of the students alleged lack of
disposal facilities utilizing rsampah. This type of research is classified as descriptive research. The
population was at high school students Kartika 1-5 Padang numbered 636 people. Samples were taken
with rondom stratified sampling technique, the sample of 75 people. Gathering data using
questionnaires spelled out, the analysis used descriptive statistics by using a percentage formula. The
results showed as follows; 1) The behavior of the students about hygiene ligkungan high school
Kartika 1-5 of Padang can be said that students are less concerned about the cleanliness of the school
environment, this is evidence that there are still many students who do not care about the cleanliness of
the school environment. The absence of awareness of oneself to participate in maintaining the
cleanliness of the school environment, 2) The behavior of students while in high school class picket
Kartika 1-5 of Padang can be said that the students were not responsible, are not aware of the task that
has been given to them to participate cleaning the classroom when class picket, still indifferent duty to
clean the classroom, 3) The behavior of the students in the utilization of SMA Kartika 1-5 in the city of
Padang said that students are not using the means already provided by the school well, most students
just depends the janitor in maintaining the cleanliness of the school environment, without willing to
take part in utilizing existing facilities to maintain the cleanliness of the school.
Keywords: behavior, hygiene, environmental
2
STUDI TENTANG PERILAKU SISWA DALAM MENJAGA
KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA
KARTIKA1-5 KOTA PADANG
Oleh:
Rika Nurmaleni*, Edi Suarto**, Loli Setriani**
Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*
Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, menganalisis dan membahas tentang prilaku
siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah di SMA Kartika1-5 Padang dari: 1) Perilaku
siswa tentang kebersihan lingkungan sekitar sekolah, 2) Perilaku siswa untuk ikut serta membersihkan
lingkungan kelas saat piket kelas, 3) Perilaku siswa diduga kurang memanfaatkan sarana pembuangan
rsampah. Jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah siswa di
SMA Kartika 1-5 Padang berjumlah 636 orang. Sampel penelitian diambil dengan teknik stratified
rondom sampling, sampel yang berjumlah 75 orang. Pengumpulan data menggunakan angket
terbilang, analisa yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan memakai formula persentase. Hasil
penelitian menunjukan sebagai berikut; 1) Perilaku siswa tentang kebersihan ligkungan sekolah di
SMA Kartika 1-5 Kota Padang dapat dikatakan bahwa siswa masih kurang peduli terhadap kebersihan
lingkungan sekolah, ini merupakan bukti bahwa masih banyak siswa yang tidak perduli akan
kebersihan lingkungan sekolahnya. Belum adanya kesadaran dari diri sendiri untuk ikut serta dalam
menjaga kebersihan lingkungan sekolah, 2) Perilaku siswa saat piket kelas di SMA Kartika 1-5 Kota
Padang dapat dikatakan bahwa siswa tidak bertanggung jawab, tidak sadar akan tugas yang telah
diberikan kepada mereka untuk ikut serta membersihkan kelas saat piket kelas, masih acuh tak acuh
akan tugasnya untuk membersihkan kelas, 3) Perilaku siswa dalam pemanfaatan sarana di SMA
Kartika 1-5 Kota Padang dikatakan bahwa siswa masih belum memanfaatkan sarana yang sudah
diberikan oleh sekolah dengan baik, kebanyakan siswa hanya bergantung kepada petugas kebersihan
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah, tampa mau ikut ambil andil dalam memanfaatkan
sarana yang ada untuk menjaga kebersihan sekolah.
Kata kunci: perilaku, kebersihan, lingkungan
3
PENDAHULUAN
Perilaku atau tingkah laku merupakan
perbuatan-perbuatan manusia baik terbuka
maupun tertutup. Perilaku atau tingkah laku
adalah cara bertindak yang menunjukan
tingkah laku seseorang, selanjutnya pola
tingkah laku merupakan model tingkah laku
yang dipakai seseorang dalam melaksanakan
kegiatan (Hasyim Ali. 2010).
Manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki hubungan timbal balik dengan
lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik,
lingkungan biologis, maupun lingkungan
sosial satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi. Lingkungan sering dikatakan
secara sempit, seolah-olah lingkungan
hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau
individu. Lingkungan sebenarnya mencakup
segala aspek, baik materil di dalam dan luar
diri individu manusia.
Pemahaman akan pentingnya menjaga dan
melestarikan lingkungan
sehingga tetap
terjaga keberlangsungannya dan menjadi
seimbang dalam kehidupan di bumi ini perlu
dipahami oleh manusia dan hal ini harus
ditanamkan pemahamannya kepada generasi
ke generasi.
Dasar pemahaman akan
pentingnya lingkungan hidup ini harus
dipahami oleh manusia yang merupakan salah
satu makhluk hidup yang ada dalam sistem ini
mempunyai kemampuan berpikir
serta
mempunyai
nurani
untuk
menangkap
informasi,
budaya
dan
teknologi
(Soerjani,2007:2).
Kesadaran akan pentingnya lingkungan
hidup perlu di tanamkan kepada manusia dan
perlu dilakukan sejak dini sehingga tertanam
nilai-nilai
kecintaan
akan
lingkungan.
Diharapkan dengan tertanamnya nilai-nilai
kecintaan terhadap lingkungan ini akan terus
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
akan
pentingnya
lingkungan sehingga
menumbuhkan kesadaran mereka untuk ikut
terlibat dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan.
Pengetahuan dan pemahaman
akan pentingnya lingkungan hidup selain dapat
diperoleh melalui pendidikan formal yakni
lewat bangku pendidikan namun juga dapat di
peroleh
lewat
pendidikan
nonformal.
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang
terstruktur dan terjenjang yang terdiri dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal yaitu
jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
terjenjang; sedangkan pendidikan informal
berupa pendidikan yang diperoleh melalui
keluarga dan lingkungan (Mendiknas, 2003).
Pendidikan formal
yang dimaksud adalah
dunia pendidikan merupakan wahana yang
resmi untuk menyampaikan pemahaman dan
pengetahuan akan lingkungan hidup.
Ini
berarti bahwa lembaga pendidikan atau
sekolah merupakan wahana yang penting
untuk mendidik dan membina manusia untuk
mengerti dan memahami suatu ilmu. Hal ini
di maksudkan agar siswa lebih di tuntut untuk
memahami pentingnya lingkungan hidup.
Bersih adalah keadaan atau kondisi
lingkungan dan sarana yang menampilkan
kebersihan, kerapian dan sehat di semua
tempat yang menjadi kegiatan manusia.
Kebersihan adalah bebas dari kotoran
termasuk diantarannya debu, sampah, dan bau.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan
dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak
menyebarkan kotoran atau penyakit bagi diri
sendiri maupun orang lain Raharjo dan Jaswita
(2006).
Salah satu permasalahan sampah yang
cukup rumit adalah permasalahan sampah di
lingkungan sekolah sebab selain jumlahnya
yang relatif banyak dan perilaku siswanya
yang kurang peduli terhadap kebersihan
lingkungan, ini merupakan faktor lainya yang
menyebabkan permasalahan sampah di
Indonesia. Untuk itu diperlukan kesadaran dari
masyarakat untuk menjaga kebersihan
lingkungan, baik individu maupun kelompok.
Ada 2 alasan dalam hal ini pertama,
peningkatan kualitas lingkungan hidup pada
dasarnya tidak terpisah dari peningkatan
kesejahteraan sehingga masyarakat yang
mengetahui apa yang dibutuhkanya.
Kedua, keterlibatan masyarakat lebih
meningkatkan efisiensi dan efektifitas sistem
pengelolaan lingkungan sehingga masyarakat
merasa ikut bertanggung jawab terhadap
kebersihan program lingkungan hidupnya.
Permasalahan sampah tidak hanya dialami
oleh lingkungan yang luas saja, atau ditepi
jalan dan tempat-tempat keramaian saja
bahkan di lingkungan sekolah pun masih
banyak
sampah
yang
susah
untuk
4
dikendalikan. Salah satunya, SMA Kartika 1-5
Kota Padang.
Kemudian terkendala pada piket kelas.
Piket yang dilakukan setiap hari secara bergilir
pada jam terakhir setelah pelajaran selesai oleh
setiap siswa. Di sini para siswa masih belum
bisa terkontrol secara baik, mereka enggan
untuk mau piket kelas secara suka rela tidak
hanya akan piket saat diawasi oleh guru. Pada
saat diawasi oleh guru pun mereka masih
terlihat tidak mau untuk membersihkan kelas,
ada yang kabur saat jam pelajaran berakhir,
menyapu asal-asalan, mengangkat bangku dan
merapikan susunan meja tidak rapi, dan
mereka hanya mau bekerja sekedarnya saja
tidak melihat atau memperhatikan kebersihan
kelas tersebut. Selain kendala piket kelas,
sarana pembuangan sampah juga menjadi
kendala yang terjadi di SMA Kartika 1-5 Kota
Padang. Pada observasi awal yang dilakukan
oleh penulis terlihat bahwa masih adanya
siswa yang tidak perduli terhadap pemanfaatan
sarana tempat pembuangan sampah, walaupun
sudah disediakan pada setiap sudut tempat
pembuangan sampah, agar memudahkan siswa
dalam membuang sampah mereka. Namun
nampaknya hal ini kurang berpengaruh besar
bagi perilaku siswa SMA Kartika 1-5 Kota
Padang.
Terbukti dengan tingkat kemalasan siswa
dalam membuang sampah pada tempatnya,
mereka berfikir lebih praktis membuang
sampah seenaknya sendiri. Pemilahan
sampahpun kurang mereka lakukan saat
mereka sedang membuang sampah menurut
jenis sampahnya. Mereka juga beranggapan
bahwa pekerjaan ini sudah menjadi tanggung
jawab petugas kebersihan sekolah. Ini terbukti
dari observasi awal penulis, dengan adanya
petugas kebersihan yang selalu membersihkan
sampah baik yang ada di lingkungan sekitar
sekolah maupun di sekitar kelas-kelas
menjadikan siswa untuk tidak mau ikut serta
dalam menjaga kebersihan.
Usaha penanganan kebersihan di SMA
Kartika 1-5 sebenarnya sudah dilakukan oleh
pihak sekolah. Sekolah telah berusaha secara
maksimal dengan menyediakan fasilitas yang
cukup, baik sarana dan prasarana seperti
penyediaan
tempat
sampah,
petugas
kebersihan sekolah. Tampaknya usaha tersebut
masih perlu ditingkatkan lagi dengan
melakukan berbagai penyuluhan mengenai
kebersihan
khususnya
kepada
siswa
bagaimana besarnya usaha yang dilakukan
sekolah, tanpa adanya partisipasi dari siswa,
maka usaha tersebut tidak akan berhasil.
Perilaku yang baik dari siswa sangat
diharapkan dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dan latar
belakang di atas, peneliti tertarik melakukan
suatu penelitian yang akan dituangkan dalam
skripsi dengan judul “Studi Tentang Perilaku
Siswa
Dalam
Menjaga
Kebersihan
Lingkungan Sekolah Di SMA Kartika 1-5
Kota Padang".
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah
penelitian dan tujuan penelitian. Jenis
penelitian ini tergolong penelitian deskriptif.
Populasi penelitian ini adalah siswa
di SMA Kartika 1-5 Padang berjumlah 636
orang. Sampel penelitian diambil dengan
teknik stratified rondom sampling, sampel
yang berjumlah 75 orang.
Pengumpulan data menggunakan
angket terbilang, analisa yang digunakan
adalah statistik deskriptif dengan memakai
formula persentase
.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Pada Pembahasan ini akan dibahas
penelitian tentang perilaku siswa menjaga
kebersihan lingkungan sekolah, perilaku siswa
saat piket kelas, perilaku siswa dalam
pemanfaatan sarana di SMA Kartika 1-5
Padang.
Pertama, perilaku siswa menjaga
kebersihan lingkungan sekolah di SMA
Kartika 1-5 Padang sebagian besar masih
belum mempunyai perilaku yang baik terhadap
kebersihan lingkungan sekolah, dapat dilihat
diantaranya, perilaku siswa suka membuang
sampah
sembarangan
sebagian
besar
menyatakan kurang setuju (50,67%), perilaku
siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah
sebagian besar menyatakan kurang setuju
(37,33%), perilaku siswa suka lingkungan
kelas yang bersih dan merasa nyaman
sebagian besar menyatakan sangat setuju
5
(76,0%), perilaku siswa mengenai arti dari
kebersihan lingkungan sebagian besar
menyatakan kurang setuju (50,66%), perilaku
siswa jika melihat teman membuang sampah
sembarangan sebagian besar menyatakan
kurang setuju (42,67%), perilaku siswa ikut
serta dalam membersihkan lingkungan sekolah
sebagian besar menyatakan kurang setuju
(45,33%), perilaku siswa saat tidak
menemukan tempat pembuangan sampah
sebagian besar menyatakan tidak setuju
(30,67%), perilaku siswa membuang sampah
pada pekarangan atau lingkungan sekolah di
mana saat berada sebagian besar menyatakan
setuju (42,67%), perilaku siswa membuang
sampah pada tempatnya hanya terpaksa karna
adanya peraturan sekolah di SMA Kartika 1-5
Padang sebagian besar menyatakan setuju
(57,33%), perilaku siswa membersihkan
lingkungan sekolah saat gotong royong saja
sebagian besar menyatakan sangat setuju
(53,33%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Adriana (2014) Peduli terhadap lingkungan
berarti ikut melestarikan lingkungan hidup
dengan sebaik-baiknya, bisa dengan cara
memelihara, mengelola, memulihkan serta
menjaga lingkungan hidup. Pedoman yang
harus diperhatikan dalam kepedulian atau
pelestarian
lingkungan
antara
lain:
menghindarkan dan menyelamatkan sumber
bumi dari pencemaran dan kerusakan,
menghindari tindakan-tindakan yang dapat
menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan
dan lingkungan, memanfaatkan sumberdaya
alam yang renewable (yang tidak dapat
diganti) dengan sebaik-baiknya, memelihara
dan memperbaiki lingkungan untuk generasi
mendatang.
Kedua, perilaku siswa saat piket kelas di
SMA Kartika 1-5 Padang sebagian besar
masih belum mempunyai perilaku yang baik
terhadap kebersihan lingkungan sekolah, dapat
dilihat diantaranya, perilaku siswa ikut serta
dalam membersihkan lingkungan kelas
sebagian besar menyatakan setuju (61,33%),
perilaku siswa merasa terpaksa melakukan
piket kelas sebagian besar menyatakan setuju
(46,67%), perilaku siswa asal-asalan saja
dalam membersihkan kelas saat piket sebagian
besar menyatakan setuju (36,0%), perilaku
siswa pedulian terhadap piket piket kelas
sebagian besar menyatakan kurang setuju
(32,0%), perilaku siswa pada daftar piket yang
dibuat pernah melaksanakannya sebagian
besar menyatakan kurang setuju (56,0%),
perilaku siswa ketika mendapatkan tugas
untuk piket kelas maka akan melaksanakannya
sebagian besar menyatakan kurang setuju
(54,67%), perilaku siswa piket karna kemauan
sendiri atau paksaan dari guru sebagian besar
menyatakan setuju (68,0%), perilaku siswa
sadar akan tugas untuk piket kelas sebagian
besar menyatakan kurang setuju (57,33%),
perilaku siswa membiarkan sampah yang ada
di laci meja saat piket kelas sebagian besar
menyatakan kurang setuju (53,33%), perilaku
siswa merapikan tempat sampah setelah
selesai piket kelas sebagian besar menyatakan
kurang setuju (74,67%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Garlina, 2011 Kesadaran adalah keadaan
seseorang di mana ia tahu mengerti dengan
jelas apa yang ada dalam pikirannya.
Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam
banyak makna, seperti ingatan, hasil berfikir,
akal, gagasan, ataupun maksud/niat. Misalnya
ada seorang anak melihat balon. Keadaan
melihat balon tersebut yang ia sadari itu
dinamakan kesadaran. Sedangkan balon yang
ia lihat yang menimbulkan anggapan besar
atau berwarna hijau disebut pikiran (persepsi).
Kesadaran itu dilihat dari prilaku, partisipasi,
dan keikutsertaan.
Ketiga, perilaku siswa dalam pemanfaatan
sarana di SMA Kartika 1-5 Padang sebagian
besar masih belum mempunyai perilaku yang
baik terhadap kebersihan lingkungan sekolah,
dapat dilihat diantaranya,
perilaku siswa
memanfaatkan sarana di lingkungan sekolah
dengan baik sebagian besar menyatakan
kurang setuju (54,67%), perilaku siswa yang
pernah membuang sampah tidak pada
tempatnya sebagian besar menyatakan setuju
(44,0%), perilaku siswa membuang sampah
sesuai jenis organik dan anorganik sebagian
besar menyatakan tidak setuju (74,67%),
perilaku siswa membuang sampah di dalam
kelas di SMA Kartika 1-5 Padang sebagian
besar menyatakan setuju (41,33%), perilaku
melakukan perawatan terhadap tempat
pembuangan
sampah
sebagian
besar
menyatakan kurang setuju (44,0%), perilaku
siswa menjaga peralatan kebersihan yang ada
di dalam kelas sebagian besar menyatakan
kurang setuju (46,67%), perilaku siswa
memakai peralaatan kebersihan kelas dengan
semestinya sesuai dengan keperluan sebagian
6
besar menyatakan sanagt setuju (36,0%),
perilaku siswa suka merusak peralatan
kebersihan yang ada di dalam kelas sebagian
besar menyatakan setuju (41,33%), perilaku
siswa dan peranan dalam memanfaatkan
penyediaan sarana kebersihan sebagian besar
menyatakan kurang setuju (41,33%), perilaku
siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah
hanya tergantung pada petugas kebersihan
sebagian besar menyatakan sangat setuju
(38,67%).
Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Adler, 2007 Kepedulian yaitu sebuah sikap
keterhubungan dengan kemanusiaan pada
umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota
komunitas manusia. Kepedulian adalah
kondisi alamiah spesies manusia dan
perangkat yang mengikat masyarakat secara
bersama-sama. Oleh karena itu, kepedulian
adalah minat atau ketertarikan kita untuk
membantu.
Moenir (2002:119) mengemukakan bahwa
sarana adalah segala jenis peralatan,
perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam
pelaksanaan pekerjaan , dan juga dalam rangka
kepentingan yang sedang berhubungan dengan
organisasi kerja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian tentang perilaku
siswa menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
perilaku siswa saat piket kelas, perilaku siswa
dalam pemanfaatan sarana di SMA Kartika 15 Kota Padang, dapat di simpulkan sebagai
berikut:
1. Perilaku siswa tentang kebersihan
ligkungan sekolah di SMA Kartika 15 Kota Padang dapat dikatakan
bahwa siswa masih kurang peduli
terhadap
kebersihan lingkungan
sekolah, ini merupakan bukti bahwa
masih banyak siswa yang tidak
perduli akan kebersihan lingkungan
sekolahnya. Belum adanya kesadaran
dari diri sendiri untuk ikut serta
dalam menjaga kebersihan ligkungan
sekolah.
2. Perilaku siswa saat piket kelas di
SMA Kartika 1-5 Kota Padang dapat
dikatakan
bahwa
siswa
tidak
bertanggung jawab, tidak sadar akan
tugas yang telah diberikan kepada
mereka
untuk
ikut
serta
membersihkan kelas saat piket kelas,
masih acuh tak acuh akan tugasnya
untuk membersihkan kelas.
3. Perilaku siswa dalam pemanfaatan
sarana di SMA Kartika 1-5 Kota
Padang dikatakan bahwa siswa masih
belum memanfaatkan sarana yang
sudah diberikan oleh sekolah dengan
baik, kebanyakan siswa hanya
bergantung
kepada
petugas
kebersihan dalam menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, tampa mau ikut
ambil andil dalam memanfaatkan
sarana yang ada untuk menjaga
kebersihan sekolah.
Adapun saran yang penulis kemukakan
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Disarankan kepada siswa untuk mau
berpartisipasi
dalam
menjaga
kebersihan lingkungan sekolah di
SMA Kartika 1-5 Kota Padang
2. Diharapkan kepada siswa agar lebih
bertanggung jawab dalam menjaga
kebersihan lingkungan sekolah dan
lingkungan kelas.
3. Diharapkan kepada pihak sekolah agar
lebih mempertegas lagi kepada siswa
yang tidak menjaga kebersihan
lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arjana, I Gusti Bagus. (2013). Geografi
Lingkungan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Adriana. 2014. Peduli Terhadap Lingkungan.
Surabaya. Laporan Penelitian
Gea dkk. 2002. Perilaku Peduli. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hasyim, Ali (2010). Psikologi Prilaku Remaja.
Yogyakarta:
Gramedia
Pustaka
Utama
Herlena, 2004. Partisipasi Siswa Terhadap
Kebersihan Lingkungan Sekolah.
Skripsi STKIP PGRI Padang
Download