BAB IV ANESTESIOLOGI Oleh: Agus Budi Santosa ANESTESI Anestesi atau keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat berguna untuk melakukan suatu tindak pembedahan karena demi rasa kemanusiaan (humanitarian), agar hewan tidak menderita; dan demi efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu tindak pembedahan dapat dikerjakan secara lancar dan aman. Secara luas anestesi terdiri dari : 1. Anestesi terbatas, yaitu anastesi yang disebabkan oleh anestetika yang daya pengaruhnya selektif, menyebabkan paralisa sementara pada sarafsaraf sensoris dan ujung-ujung saraf; tergantung cara melakukan anestesi ini menurut luas daerah anestesi yang dicapai ada yang disebut anestesi lokal dan anestesi regional. 2. Anestesi umum, yaitu anestesi yang ditimbulkan oleh anestetika yang mendepres hingga menyebabkan paralisa sementara pada susunan saraf pusat dan akan menghasilkan hilangnya kesadaran dan refleks otot disamping hilangnya perasaan sakit seluruh tubuh. Sebelum anestesi umum dilakukan, biasanya diberi preanestesi atau premedikasi, yaitu suatu substansi yang terdiri dari sedativa atau tranquliser sebagai penenang dan substansi anti kholinergik yang berguna untuk menekan produksi air liur agar hewan tidak mengalami gangguan bernafas selama pembiusan. Tranquliser digunakan untuk relaksasi otot. menekan derajad kesadaran dan perubahan tingkah laku, walaupun tidak disertai adanya rasa ngantuk. Sedativa adalah obat yang menbuat hewan menjadi tenang. Universitas Gadjah Mada 1 APLIKASI ANESTESI Aplikasi anestesi terbatas pada anjing bisa dilakukan dengan cara : 1. Tetesan pada selaput lendir atau kulit. 2. Suntikan infiltrasi subkutan. submuskulus ataupun submukosa. 3. Blokade permukaan kulit dengan suntikan infiltrasi linear sepanjang batas keliling (field block). Untuk mencapai mati rasa pada daerah yang lebih luas bisa dilakukan a) suntikan perineural saraf peripher atau paravertebral, b) suntikan saraf spinal yang dikenal dengan istilah anestesi epidural, yaitu auntikan anestesi di celah lumbosakral. Aplikasi anestesi umum bisa dilakukan dengan berbagai cara. Anestesi inhalasi dengan pemberian cairan volatil dan berupa gas, aplikasinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Metode terbuka (open) 2. Metode semi terbuka (semi open) 3. Metode tertutup dengan absorbsi Carbon Dioxide (CO2) 4. Metode semi tertutup Metode terbuka Pada metode ini salah satu-satunya alat yang mutlak perlu untuk inhalasi anestesi cair adalah sepotong kain kasa atau bahan serupa, dimana obat dapat dituang untuk penguapan. Masker berbingkai kawat dan berbentuk kubah (Schimmelbusch) dan pengaman kedap udara mengelilingi hidung dan mulut dengan bantalan; sistem ini dapat digunakan bila alat yang lebih rumit tidak tersedia. Metode semi terbuka Metode dan alat ini paling banyak digunakan kareba penggunaannya sederhana dan mudah. Perkakas ini terdiri dari aliran terus menerus Oksigen dan Nitrous Oksida yang dimanfatkan dilengkapi dengan klep penurun tekanan darimana gas mengalir melalui kran kontrol ke flometer, selanjutnya ke permukaan anestetika cair dan ke pasien. Metode tertutup dengan absorbsi CO2 Metode ini sering juga disebut metode sirkuit (circle); ada dua cara yaitu : a. to and fro system b. circle system Prinsip metode tertutup ini bahwa CO2 diserap oleh kapur soda (soda lime canister) dan dapat digunakan setiap anestetika volatil, kecuali trichloretilen. Mesin sirkuit tertutup ini terdiri dari tromol kapur soda (soda lime canister), klep satu arch yang mengalirkan setiap ekhalasi melalui canister; dua pipa karat besar yang search dengan klep-klepnya, dimana pasien menghirup melalui salah satu klep ini dan menghembuskan memlalui klep yang lain; masker yang kedap udara/gas; pipa pengalir Universitas Gadjah Mada 2 sempit yang mengangkut gas segar ke face piece (sungkup); kantong reservoir dan botol penguap untuk anestetika volatil (vaporizer). Cara kerja alat ini sesaat setelah sirkuit terisi oleh oksigen, apabila digunakan anestetika misal siklopropan maka perlu untuk menambahkan oksigen secara kontinyu, karena oksigen ini digunakan untuk menggantikan oksigen yang dimetabolisme tubuh dan yang hilang lewat difuusi dan kebocoran. Aliran siklopropan secara intermiten untuk menambah kedalaman anestesi dan bila perlu untuk menggantikan yang hilang lewat cara-cara tersebut di atas. Walaupun cara ini ekonomis namun juga mempunyai kelemahan antara lain, kapur soda akan habis antara 2-3 jam sehingga perlu penggantian dan pengawasan yang teliti; juga konsentrasi anestetika cenderung meningkat sehingga alat ini lebih sulit dibandingkan dengan semi terbuka. Metode penggabungan antara anestetika cair volatil dengan gas dalam satu mesin (The continous flow semi open machine). Alat ini terdiri dari ; satu silinder kerja cadangan yang masing-masing berisi gas Nitrous Oksida dan Oksigen. Masing-masing silinder dibedakan dengan warna cat yang berbeda, misal silinder oksogen dengan warna silinder hitam dengan bahu putih; Nitrous Oksida dengan warna biru; siklopropane-dengan warna oranye dan lainnya. Klep penurun tekanan (reducing valves). klep ini terdiri dari diapragma yang diberi per untuk melawan tekanan dalam silinder. Klep oksigen selalu mempunyai pengukur tekanan yang dapat memberi tahu bagi petugas tentang jumlah oksigen yang tertinggal. Meteran aliran (flowmeter); alat ini semua tersusun dalam satu rangkaian mesin anestesi dan menuju saluran dimana gas bercampur. Disini dilengkapi rotameter yaitu meteran alairan yang mempunyai akurasi dalam pembacaan dangan satuan liter per menit atau 100 ml/menit. Alat penguap (vaporizer), terdiri atas klep tabung silinder yang mengarahkan aliran gas ke dalam botol kaca yang berisi anestetika cair volatil. Kekutan pancaran penguapan cairan dapat diatur dengan menyetel aliran gas dari flometer, memutar tabung dan menyetel plunger (alat penyedot). The Magill semi open bag attachment, perkakas ini dimaksudkan untuk memungkinkan sebagian ekhalasi ke luar atmosfer dan sebagian lagi dapat kembali ke perkakas untuk bercampur dengan aliran gas yang sedang mengalir, sehingga dapat menghemat gas; dan persentase kecil CO2 yang dihembus ditambahkan ke setiap inhalasi. Di sini dilengkapi dengan kantong reservoar, pips karet berombak dan berdiameter besar, dan sungkup dengan pentil ekspirasi yang dilengkapi spiral serta dilengkapi masker clausen (berbentuk Y) Universitas Gadjah Mada 3 Aplikasi anestesi umum yang lain dapat dilakukan secara parenteral yaitu dengan suntikan intravena. Pada hewan kecil misalnya anjing vena yang paling mudah dieroleh adalah vena cephalica di kaki depan atau vena tarsal recurent di kaki belakang. Misalnya dengan penggunaan anestesi umum preparat barbiturat, sebelum penyutikkan vena dibendung lebih dalulu di bagian proksimalnya, sehingga vena akan tampak menggembung dan mempermudah menyuntikkannya. Walaupun anestesi intra vena ini mudah diberikan dengan induksi cepat dan menyenangkan, namun akan lebih aman dalam pelaksanaannya sepertiga atau setengah dosis yang telah diperhitungkan diberikan secara segera atau cepat ( namun tetap harus mengacu bahwa suntikan intra vena diberikan secara perlahan-lahan), cara pemberian tersebut dimaksudkan untuk hewan atau pasien segera masuk stadium ketiga (operasi) dan stadium ke dua atau stadium eksitasi hanya dilewati; sehingga akan terhindar dari gerakan-gerakan hewan yang berlebihan di luar kemauan yang mungkin dapat mengganggu sehubungan suntikan intravena tersebut. Kejelekan anestesi intra vena adalah kedalaman anestesi sulit diatur setelah pemberian dan lama kerjanya tergantung pada destruksi atau ekskresi oleh ginjal. Walaupun demikian anestesi ini adalah anestesi paling sederhana dan mudah dilakukan dan banyak dipilih oleh dokterhewan karena tidak memerlukan aparatus seperti halnya pada anestesi inhalasi. Dalam prakteknya penggunaan anestesi ini mesti harus dilakukan premedikasi lebih dahulu dengan obat-obatan antikolinergik dan jugs obat penenang/tranqulizer demi mulusnya dan amannya pembiusan. Anestesi disosiasi. Anestesi ini adalah anestesi umum nonbarbiturat yang dalam pemberiannya dapat diberikan dengan suntikan intravena, intramuskuler maupun subkutan. Keadaan anestesinya tidak lazim seperti anestesi umum lainnya; disini hewan masih melotot (matanya) dan ototnya dalam keadaan kejang/kaku, tidak ada relaksasi. Ketidak sadaran dan analgesianya pada kucing dan primata cukup memuaskan, sedang pada anjing anestesianya tidak tetap (poor), sehingga dalam prakteknya perlu ditambahkan obat lain, misalnya xilasin, diazepan dll. Anestesi Seimbanq. Anestesi ini beberapa anestetika diberikan dengan lebih dari satu cars. Variasi dosis masing-masing anestetika diberikan sesuai dengan keperluan pembedahan dan tidak mencapai pada dosis toksik. Dalam pelaksanaannya dapat diambil contoh yaitu dengan pemberian pentotal sodium secara intravena sebagai induksi, diteruskan dengan Universitas Gadjah Mada 4 anestesi inhalasi dengan halotan atau lainnya, dengan tujuan untuk mempertahankan anestesinya selama pembedahan ( pembedahan yang perlu waktu yang lama, lebih dari satu jam). Macam —macam pelaksanaan anestesi umum secara suntikan di lapangan sebagai berikut.: I.Preparat barbiturat A. Ada dua (2) golongan : 1. Oxibarbiturates a. Short acting (kerja singkat) 1) pentobarbital sodium 2) secobarbital sodium b. Ultra short acting (kerja sangat singkat) Mathokexital sodium 2. Thiobarbiturates Termasuk ultra short acting. Satu jam setelah pemberian dosis untuk induksinya 10 % dimetabolisme sedang yang sisanya masih terikat oleh protein. Pada hewan percobaan tikus, pemberian aspirin, pehenylbutasone menyebabkan reanestesi atau memperlama durasi tidur. Anestetika ini bersifat alkalis (pH 10-11). Contoh : Thiopental Sodium, Thiamylal Sodium B. Efek umum Menurunkan basal metabolisme, menekan output jantung dan respirasi, sifat analgesianya jelek, mempunyai kecenderungan terhadap terjadinya asidosis, bila diberikan perivaskuler dapat mengeritir (udem-ganggren). Obat ini mengalami biotranformasi di sel mikrosoma hati dan diekresikan lewat urine. C. Kontra indiksi Pada pasien dengan penyakit hati dan ginjal, pasien shok dan pasien yang terlalu muda (dibawah umur 1 bulan). Universitas Gadjah Mada 5 D. Agens yang dipasaran 1. Pentobarbital sodium (Nembutal *, Sagatal *) 1) termasuk short acting 2) indikasi : prosedur operasi, sedasi-hipnose-basalnarkosis-anestesi umum dan untuk terapi konvulsi (kejang) 3) sifat khusus pemberian obat ini bila bersama glucose, epineprin dapat mem lama durasi anestesi, sering disebut sebagai glucosse effect karena ada pene 4) kanan metabolisme pada sel mikrosoma hati. dosis Kuda,sapi, babi, kambing, domba : 26 mg/kg bb intra vena Hewan kecil : 20-40 mg/kg bb i.v Tekhnik pemberian separoh dosis yang diperkirakan disuntikkan sekaligus (bolus) sisanya diberikan perlahan-lahan sesuai kebutuhan dengan monitor kedalaman anestesi. 2. Methohexital (Brevane*) Termasuk ultra short acting. Jarang digunakan pada hewan besar. 3. Thiopental sodium (Pentothal*) Indikasi : prosedur operasi, untuk induksi pada anestesi pada inhalasi.Efek yang lain bersifat akumulatif sehingga dosis berulang akan memperlama durasi bangunnya (rekoveri). Larutannya tidak stabil sehingga harus disimpan di referigerator, apabila terekspose dengan udara akan rusak (mengkristal) Dosis :HB 6.6-8,8 mg/kg bb HK 20-40mg/kgbb (25mg/kgbb) 4. Thiamylal sodium (surital*) Prinsip hampir sama dengan Pentothal. Dosis : kuda : 6,6-8,8 mg/kg bb-i.v Sapi : sama Db/kb 8,8-11 mg/kg Babi : 6,6-11 mg/kg Perlu dicatat bahwa pemberian pada kuda sebagai basal narkosis tidak boleh lebih dari 5,0 gram. Universitas Gadjah Mada 6 II. Non- Barbituratas 1. Chloralhydrates Efek umum : Sebagai sedasia dan hipnotika; pada dosis anestesi kadang menderpes fungsi respirasi dan fungsi jantung; menyebabkan bradikardi dan pemberian perivaskuler menyebabkan kerusakan jaringan. Indikasi : Sebagai hipnotik digabung dengan anestesi lokal, sebagai preanestesi; bahkan dapat sebagai anestesi umum tetapi analgesiknya rendah serta dosis anestesi hampir mendekati dosis lethal minimum dan dalam pemberiannya harus sangat pelan-pelan. Kontra indikasi : pada penyakit hati dan ginjal serta pada pasien dibawah umur satu bulan. Dosis : kuda : 4,0-5,0 gm/45,4 kg i.v. Sapi 4.0-6,0 gm/45,5 kg i.v Babi : 3,5 ml/kg bblarutan 7 % Intravena Perhatian ; jangan memberikan larutan lebih dari 7 % 2. Magnesium sulfate Obat ini tidak dapat digunakan secara tunggal untuk anestesi karena mempunyai jarak narkose sempit, dapat mendepres sistem respirasi dan jantung; sehingga obat ini banyak digunakan untuk euthanasi (pada larutan jenuh). 3. Campuran Chloralhidrat dan Magnesium sulfat (Mag-Chloral *,Relaxans *) Campuran kedua obat ini dapat digunakan sebagai sedasia dan anestesi umum. Dosis : Kuda dan sapi menurut rekomendasi pabrik yang membuatnya. Larutan ini berisi 7 % Chioralhydrat dan 3 % Mag. Sulfat Sering dikombinasi dengan Acepromasine 3,0 mg/45,4 kgbb iv dengan 3,0 ml/1001b campuran chloralhydrat dan Mg SO4. Universitas Gadjah Mada 7 4. Campuran Mag. sulfat + chloralhydrat +pentobarbital sodium (Equithesin*, L.A. Thesia*). Kombinasi obat ini dapat digunakan sebagai sedasi dan antikonvulsi. Penggunaan sebagai anestesi umum sangat memuaskan terutama pada hewan besar. Sediaan td. 6% chloralhidrat; 3% MgSO4 dan 0,65% pentobarbital. Bila perisvakuler sangat mengiritir. Dosis Kuda : 30m1/45,5 kg. Intravena secara pelan-pelan Sapi : 20-30 m1/45,5 kg bb Untuk sedasi seperempatnya (1/4) dosis anestesi umum. 5. Ketamin Hydrochloride (Ketaset*, Vetalar*) Termasuk agen anestesi disosiasi, derivat Phenolydine. Efek umum : Sebagai analgesia. amnesia, dan juga anastesi tetapi relaksasi ototnya tidak ada:reflek gerak masih ada tetapi tidak ada respon rasa sakit. Pada kucing dan kera penggunaan ini jelas otot seperti kejang (tonus otot nyata). Terjadi peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, juga sering terlihat dysrhitmia,reflek laring masih ada. Pada kuda ada peningkatan suhu tubuh. Indikasi : Pada kuda apabila diberikan secara tunggal termasuk baik analgesinya namun tidak ada relaksasi otot dan waktu bangunnya terlalu banyak gerakan. Konvulsi sering terlihat, akan Iebih baik bila dicampur dengan Xilazin(Rompun*) untuk prosedur operasi yang tidak lama atau untuk induksi pada anestesi inhalasi. Pada domba/ kambing, dan sapi akan lebih baik jika dicampur dengan tranquliser. Pada babi dapat digunakan untuk prosedur operasi singkat atau untuk induksi pada anestesi inhalasi Anestesi lokal juga dapat ditambahkan pada penggunaan ini pada suatu operasi. Walaupun dapat digunakan seperti tersebut diatas namun secara nyata efek tersebut tidak selalu baik pada kuda,sapi, domba, kambing dan babi. Sangat nyata bila digunakan pada kera dan kucing, sedang pada anjing tidak menentu. Ekskresi Dibiotranformasi di hati, sebagian diekskresikan lewat ginjal. Menurut catatan : distribusi dan eliminasi Ketamin pada kuda dengan dosis 2,2 mg/kg dapat menimbulkan anestesi selama 12 menit. Universitas Gadjah Mada 8 Kontra indikasi Pada penyakit ginjal dan hati Dosis Pada kuda : bila dikombinasi dengan Rompun berhasil dengan memuaskan. Yaitu disuntik dulu dengan rompun 1,1 mg/kg intra vena, kemudian disuntik ketamin 1,76-2,2 mg/kg secara i.v, anastesi dicapai antara 5-15 menit sedang hewan dalam keadaan rekumben selama 10-20 menit. Dapat pula ditambahkan Diazepam (Valium*) dengan dosis 0.22 mg/kg secara intra mukuter dan 20 menit kemudian Baru disuntik dengan rompun dan ketamin. Anestesi akan lebih lama sekitar 20-25 menit dan rekumbensi berlangsung 30-40 menit. Pada domba kambing : 10-17,6 mg/kg bb Babi : 22 mg/kgbb Anjing dan kucing : 10-20 mg/kg bb. ANESTESI EPIDURAL Anestesi epidural atau anastesi spinal adalah anastesi regional yang diperoleh dengan menyuntikkan anestetika kedalam kanalis spinalis. Karena terjadi kontak antara anastetika dengan saraf spinal atau dengan akar saraf spinal, maka akan timbul anastesi pada daerah inervasi serabut saraf sensorisnya dan paralisa otot pada daerah inervasi serabut saraf motorisnya. Penyuntikan anastesi epidural pada anjing, jarum tidak sampai menembus durameter dan larutan anaestetika dicurahkan kedalam ruang epidural. Teknik suntikan epidural anestesi pada anjing adalah dicelah lumbo sakral, yang dapat ditentukan letaknya dengan cara menarik garis bayangan dari prominensia illiaka kanan dan kiri, maka garis tersebut akan memotong prosesus spinosus vertebrata lumbalis yang terakhir, legokan di kaudalnya adalah tempatnya. Anestetika yang digunakan adalah prokain HCI dengan konsentrasi 2% atau bisa menggunakan lidokain HCI dengan konsentrasi 2%. Dosis yang disarankan untuk anjing ras kecil 2-3 ml, ras sedang 7 ml, dan ras besar 9-11 ml. Frank menyarankan dengan dosis 0,5 ml per kg berat badan, sedang Frey (1957) menyarankan 1 ml setiap 10 cm panjang badan yang diukur dari oksipital sampai pangkal tulang ekor yang mana panjang badan anjing sebagai standar relatif adalah 55-60 cm. Hasil anestesi epidural pada anjing bisa dilakukan untuk keperluan operasi membuka rongga perut, namun hanya sebatas umbilikus kebelakang. Lama anestesi bisa berlangsung selama satu jam. Universitas Gadjah Mada 9 Tanda-tanda apabila anestesi epidural ini berhasil adalah sebagai berikut 1. Ekor tampak menggantung dan lemas. 2. Spinter ani relaksasi. 3. Kedua kaki belakng lumpuh dan mati rasa 4. Demikian pula separoh tubuh bagian belakang akan mati rasa namun anjing tetap sadar. Dalam praktek anestesi edpidural tidak dianjurkan atau kontra indikasi pada : adanya kerusakan pada vetertebra lumbalis dan sakralis; krusakan dispinal cord; meningitis; gangguan di kanalis vertebralis; infeksi di dekat daerah tempat suntikan; deformitas daerah lumoosakral; paresis/kepincangan kaki belakang karena gangguan saraf dan pada hewan yang menderita tekanan darah sangat rendah. Komplikasi epidural anestesi dapat dicegah atau diantisipasi dengan teknik penyutikan yang perlahan-lahan, tetapi walaupun dekikian masih mungkin ada hipotensi. Apabila tidak tepat di edpidural, misal di subarahnoid mungkin dapat terjadi adanya depresi pernafasan dan hipotensif, sedang apabila terjadi konvulsi dapat dikurangai atau diterapi dengan pemberian thiobarbital secara intravena. Anestesi epidural pada sapi. Anestesi ini juga sering disebut anestesi caudal pada sapi; perlu dimengerti bahwa medula spinalis pada sapi ke kaudal berakhir di lumbal ke-6/terakhir, sedang selubung durameternya berakhir pada veterbra sakralis ke3-4. Garis tengah kanalis spinalis sakralis 1,8-2 cm, sedang di lumbal ada 4 cm, ini dapat menjelaskan bahwa paralisa saraf kaudal ke depan sampai saraf sakralis dapat disebabkan oleh dosis yang relatif sedkit dibanding paralisa saraf lumbalis, yaitu cukup dengan dosis 20 ml prokain HCL 2%, sedang untuk lumbalis diperlukan dosis 100 ml. Lokasi penyuntikan anestesi ini di interkoksige 1 atau antara tulang koksige 1 dan 2. Cara penentuan lokasi dapat dibantu dengan memperhatikan astikulasi pertama yang tampak di belakang tulang sakral, kemudian diamatai dari salah satu sisi garis pinggang, garis tonjolan sakrum akan tampak, pengamatan dialihkan ke arah ekor, tonjolan pertama adalah prosesus koksige ke-1, tempat suntikan di legokan belakangnya. Dapat pula dengan menentukan garis bayangan tuber isiadikus kanan-kiri, kemudian ditentukan titiknya di 6 cm sebelah depannya. Apabila suntikan edidural tepat, jarum tampak terfiksir dan bila ditekan terasa ringan namun harus dites apakah ada cairan cerebrospinal, apakah ada darah keluar, apakah ditekan Universitas Gadjah Mada 10 terasa berat.Dosis pada pedet maksimal 10 ml, sapi ukuran sedang 10-15 ml dan sapi besar 20 ml prokain HCI 2%. Anestesi epidural pada sapi dapat digunakan untuk keperluan menjahit di daerah perineum, vulva, irirgasi uterus,pemeriksaan vagina dan cervik uterus, memgkoreksi presentasi fetus, embriotomi, fetotomi, prolapsus vagina/uterus dan lain-lain operasi di daerah belakang tubuh. Anestesi epidural pada kuda prinsdionya sama dengan sapi baik lokasi dan dosii dapat disesuaikan. Anestesi paravertebral pada sapi. Anestesi ini adalah anestesi dengan suntikan perineural pada saraf spinal sewaktu keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen intervertebralis, dimaksudkan untuk mematikan rasa di daerah flank. Anestesi ini dapat dilakukan secara proksimai dan distal. Pada cara anestesi paravertebral proksimal untuk saraf thorak terakhir yaitu dengan menusukkan jarum kira-kira selebar tiga jari sejajar dengan garis median tubuh tegak lurus sayap vertebra lumbalis pertama sedalam 6-8 cm sampai Ujung jarum menyentuh tulang prosesus mamiloartikularis dari vertebra thorak terakhir, kemudian jarum diarahkan sedikit ke kaudal dan dicurahkan 10-20 ml prokian HCL 2% , ini dikasudkan untuk memblokir saraf akar dorsal saraf thorak terakhir selanjutnya untuk memblokir saraf ventralnya, jarum tadi ditusukkan lebih ke dalam 2-3 cm diarahkan ke kaudolateral sebanyak 10-20 ml. Sedang untuk anestesi paravertebral saraf lumbal pertama adalah di dataran kranial sayap vertebra lumbalis ke-2 dengan dosis yang sama; demikian pula saraf lumbalis berikutnya. Pada anestesi paravertebral distal, untuk blaokade saraf vertebra thorak terakhir, jaru m ditusukan dibelakang rusuk terakhir secara infiltratif/preperitoneal, kemudian jarum ditarik kembali ke bawah kulit dan diberi suntikan kedua, demikian pula untuk daerah diantara sayap lumbalis. Universitas Gadjah Mada 11 Anestetika lokal Anestetika lokal adalah subtansi atau obat yang dapat menimbulkan matirasa setempat atau terbatas dengan cara memblokir konduksi impuls; mengurngi permiabelitas nenbran saraf dalam fase polarisasi terhadap kalium dan natrium. Anestesi ini tidak efektif apabila daerah yang disuntik dalam keadaan asam atau infeksi; anestesi ini berpengaruh pada saraf yang lebih keil dahul, saraf efferen lebih dulu terkena daripada afferen; saraf yang bermielin lebih dulu teranestesi. Anestesi lokal ini bersifat reversibel, lama kerjanya akan lebih lama apabila ditambahkan vasokontrikstor, misalnya penambahan adrenalin dalam konsentrasi satu per mil. Macam-macam anestetika lokal. 1. Golongan ikatan ester; ansestetika ini di dalam darah lebih mudah dihidrolisis oleh esterease plasma menjadi PABA dan diethylaminoethanol, dan sebagian dimetabolisme di hati. Obat ini dapat diberikan secara suntikan infiltratif sedang pemberian secara topikal tidak efektif dan bersifat vasodilatoris. Sebagai contohnya adalah Prokain Hidrochlorida. 2. Golongan ikatan amide, anestetika ini dimetabolisir di hati oleh mikrosoma hati melalui proses dealkilasi dan hidrolisis; bukan merupakan derivat PABA; dapat diberikan secara suntikan infiltratif dan topikal; tidak bersifat vasodilatoris; potensinya lebih kuat dan lebih lama dan bersifat hepatotoksis. Sebagai contohnya adalah Lidokain Hidrochlorida. Anestetika inhalasi Dietil eter (CH3 -CH2 —0- CH2 -CH3). Biasa disebut eter, sebagai anestesi inhalasi termasuk aman, mudah didapat dan relatif murah, berupa cairan yang tidak berwarna, berbau tajam dan titik didih 35 0 C, konsentrasi yang digunakan berkisar 2- 20%; relatif larut dalam darah sehingga saturasinya dalam darah lambat; waktu induksi lama; konsentrasi eter yang mempunyai efek anestesi mudah terbakar bila dicampurdengan udara dan akan meledak bila dicampur dengan oksigen atau nitrogen oksida Eter mempunyai sifatanalgesikdan anestetik, selama anestesi eter meningkatkan produiksi katekolamin oleh kelenjar adrenal sehingga denyut jantung meningkat, eter memnyunyai sifat relaksan otot dan relaksasi uterus, etei merupakan bronchodilatator, eter dapat meningkatkan sekresi saliva bertambah untuk itu hares diberikan dulu Universitas Gadjah Mada 12 antikolinergik), meninmbukan rasa mual dan muntah sehabis operasi dengan eter, eter mempunyai jarak narkose yang lebar, eter sebagian besar dikeluarkan lagi lewat ekhalasi sedang sisanya dimetabolisme. Anestesi dengan eter saja akan terjadi beberapa stadium yaitu stadium I, II, III ringan, sedang dan dalam dan stadium IV(paralisa/overdosis) Teknik anestesi ini sekarang jarang digunakan. Halotan Halotan merupakan hirokarbon halogenisasi dengan bau manis , tidak tajam dan mempunyai titik didih 50 C. Konsentrasi yang digunakan bervariasi 0,5-3% merupakan anestetika yang poten sehingga perlu dikalibrasi untuk mencegah dosis yang berlebihan.Halotan kurang larut dalam darah dibandingkan eter, maka saturasi dalam darah lebih cepat sehingga induksi inhalasi relatif lebih cepat dan menyenangkan Apabila persediaan terbatas sebaiknya halotan hanya untuk induksi kemudian diteruskan dengan eter. Pada kondisi klinis halotan tidak mudah terbakar atau meledak Halotan memberi anestesi yang mulus tetapi mempunyai sifat analgesia yang jelek, mempunyai relaksasi otot dibawah eter, juga meberi relaksai uterus dan bronchodilatator, efek pada jantung menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, retensi karbon dioksida akibat depresi pernafasan akan menyebabbkan sekresi katekolamin meningkat sehingga denyut jamtung menurun. Banyak kerugian penggunaan halotan dapat ditanggulangi dengan dikombinasi dengan Nitrous Oksida atau dapat dengan trikhloroetilen. Trikloroetilen (CHCI-CCI2) Trikloroetilen merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau manis dan titik didih 87°C , formulanya berwarna biru. Anestetika ini mempunyai efek analgesia yang kuat tetapi mempunyai hipnotik yang buruk serta kelarutan yang tinggi dalam darah. Jika digunakan tunggal memnyai sifat depresi kardiorepiratorik, Dalam praktek penggunaan dikombinasikan dengan halotan karena halotan hipnosenya balk dan trikloroetilen analgesianya balk sehingga dua (2) vaporizer yang sesuai dapat dihubungkan secara seri. Kombinasi anestetika tersebut memberikan anestesi yang sangat balk. Universitas Gadjah Mada 13 Metoksiflurane Adalah eter yang terhalogenisasi dengan titik didih tinggi dan tekanan uap rendah. Anestetika ini diperkenalkan sejak 20 tahun yang lalu tetapi harganya yang mahal dan keuntungan terbatas. Walau analgesinya sangat balk dengan induksi lambat dan dapat merusak ginjal karena pengeluaran urine yang banyak dengan berat jenis tetap rendah dan menetap samapi beberapa minggu. Karena anestetika ini poten dan hanya boleh diberikan dengan vaporizer khusus yang dikalibrasi; maka jarang digunakan di negara berkembang. Kloroform Merupakan anestetika klasik, kuat, tidak dapat terbakar, namun ini adalah berbahaya terutama di tangan orang yang tidak berpengalaman, maka penggunaaan tidak dinjurkan. Anestetika intravena Tiopental (tiopenton) merupakan tiobarbiturat yang mengandung sulfur, berupa serbuk yang dipergunakan dalam bentuk larutan dalam air 2,5% atau 5%. Larutan ini merupakan basa kuat dan iritatif apabila diluarvena. Mempunyai efek depresi fungsi otak sehingga kesadaran menurun disertai depresi sistem respirasi dan pusat vasomotor yang ringan dan sementara, tetapi dosis tinggi akan berakibat hipotensif dan gagal nafas. Anestetika ini didetoksikasi di hepar dalarn waktu beberapa jam, sedang dosis ulangan atau tambahan akan Iebih lama lagi bahkan berhari-hari ( akumulatif).Dosis pada anjing 10-30 mg/kgbb dengan durasi tidak Iebih 20 menit. Nembutal/Saqatal (pentobarbital sodium) Termasuk short acting barbiturat Iebih poten dibanding tiopental tetapi jangan diberikan pada jenis kucing besar/raksasa misal sings atau harimau dan sebaiknya gunakan anestetika lainnya. Pemberian pada anjing dapat menimbulkan keadaan sedasi-hipnose sanpai basal narkose dan anestesi umum. Dosis pada anjing berkisar 20-30 mg perkg beratbadan, dengan induksi memuaskan dengan pemberian sepertiga atau setengah dosis yang diperhitungan secara cepat (agar dapat melewati stadium eksitasi). Durasi tidur samapi 60 menit; anestetika ini mempunyai jarak narkose kurang lebar dan relaksasi otot kurang sempurna. Universitas Gadjah Mada 14 Ketamin Merupakan obat yang unik digolongkan dalam anestesi disosiasi karena keadaan status anestesinya/tidurnya tidak lazim, dimana hewan masih melotot, otototot tampak kaku, masih mengeluarkan suara, seperti kesurupan karena ketidaksadarannya sebagai akibat interupsi pada cerebrum, sistim retikulars dan sistim limbik dan sebatas setinggi sistim thalamoneurocortical. Reflek pharyng dan laryng hanya sedikit tertekan, ada rangsangan pada cardiovaskuler dengan hipertensi dan tachicardii dan meningkatnya tekanan cairan cerebrospninal, nafas terdepres dan terjadi hipotermis.Penggunaan secara tunggal tidak dianjurkan untuk kerperluan operasi membuka rongga perut dan rongga dada. Dalam prakteknya ketamin lebih bagus digunakan pada kucing dan primata lainnya namun kurang balk digunakan pada anjing , karena efek analgesinya tidak menentu. Ketamin ini juga tidak dianjurkan untuk operasi daerah kepala dan mata. Pemberian ketamin lebih praktis karena dapat disuntikkan lntravena, intramuskuler maupun subkutan. Dalam praktek kebanyakan diberikan dengan cara suntikan intramuskuler. Penggunaan diklinik ketamin diberikan dengan dicampur dengan xillazin (rompun) dengan dosis pada anjing 5,5 mg/kg bb ketamin dengan 1-2 mg/kgbb xillazin dicampur dalam satu siring/spuit dan anestesi yang dihasilkan cukup memuaskan. Xylazine Xilazin atau rompun adalah obat non-narkotik yang poten sebagai sedative,analgesia dan relaksan otot. Sebagai sedasia dan analgesia karena depresi cns dan relaksasinya karena hambatan transmisi impul intraneural di cns.Obat ini dikenalkan pertama kali 1970 digunakan pada anjing, kucing,kuda, rumenansia dan satwa liar. Efek pemberian intramuskuler 10-15 menit kemudian sedang kalau intravena 3-5 menit kemudian dan durasi tidur berlangsung 1-2 jam, sedang efek analgisianya 15-30 menit. Pemberian xilasin menyebabkan penurunan respirasi, dan denyut jantung. Di samping cardiac out put menurun jugs dapat blokade atrioventrikuler sehingga meningkatkan tekanan darah dan diikuti terjadinya hipotensi. Dosis pada anjing dan kucing 1-2 mg per kgbb sedang untuk mencegah bradicardii dan disritmea jantung dapat diberikan lebih dulu antikolinergik (atropin sulfat) sebagai premedikasi deangan dosis 0,04 mg/kgbb. Universitas Gadjah Mada 15 STADIUM ANESTESI UMUM Stadium anestesi umum sangat perlu dipahami bagi si operator dalam menjalankan operasi, karena dengan memonitor tahapan stadium operasi akan berjalan lancar dan aman. Namun tidak semua anestesi umum dapat mnunjukkan tahapan stadium ini, hanya anestesi inhalasi menggunakan eter akan lebih nyata teramati pada stadium anestesi ini Stadium anestesi dibagi menjadi sbb. : Stage I. Induction stage or stage of Voluntary Excitement (stadium induksi atau stadium Eksitasi Bebas), ditandai : Hewan masih sadar, masih perlu restrain yang balk agar hewan tidak berontak /lepas. pernafasan masih dipengaruhi oleh kemauan, rasa takut akan meningkatkan ferkwensi nafas dan pulsus, pupil mata dilatasi dan bahkan hewan dapat terkencingkencing dan defekasi. Stacie II. Stage of Involuntary Excitement (stadium eksitasi tidak-bebas), ditandai : Hewan segera hilang kesadarannya setelah memasuki stadium ini. Reaksi reflek terhadap stimuli sangat kuat, gerakan kaki belakang demikian kuatnya sehingga perlu direstrain yang sempurna, nafas sangat tidak teratur, denyut jantung tidak teratur, reflek menelan dan muntah masih ada demikian juga reflek batuk masih ada. Perlu diketahui bahwa stadium ini adalah stadium yang menyulitkan bagi dokterhewan sehingga dalam prakteknya stadium ini harus segera dilewati sehingga tanda-tandanya tidak muncul. Caranya dengan pemberian premedikasi berupa trangulizer, atau penenang yang lain dan juga dengan teknik peberian suntikan dengan sepertiga atau setengah dosis volume yang diperhitungkan ( misal untuk pentotal atau sagatal/barbiturat) dberikan secara cepat dan sisanya diberikan secara pelan-pelan sambil memonitor kedalaman anestesi. Catatan : apabila anestesi ini dengan suntikan barbiturat; pada stadium ini harus dilewati karena sehubungan dengan suntikan iv dan hewan meronta tidak dibawah kesadaran kemungkinan jarum lepas dari vena sangat besar dan kalau diluar vena obat ini sangat iritatif terhadap jaringan dan apalagi kalau suntikannya lepas untuk menyutik iv lagi sangat sulit karena hewan selalu bergerakgerak tidak dibawah keasadaran. Stage III . stage of surgical Anaesthesia (stadium operasi) ditandai Stadium ini dibagi dalam tiga (3) tingkatan kedalaman, light, medium dan deep. Universitas Gadjah Mada 16 First plane ( plana/plain pertama/ringan) ditandai dengan adanya pernafasan yang bebas dari kemaun dan berhentinya semua gerakan kaki belakang. Bola mata bergerak-gerak dari satu sisi ke sisi yang lain, sesuai dengan makin dalamnya anestesi gerakan bola mata menjadi lebih lemah dan akhirnya berhenti bila memasuki tingan berikutnya. Reflek palpebra, kunyunctiva dan kornea segera menghilang jika memasuki plain kedua. Reflek pedal pada tingkan ini masih kuat dan cepat. Anestesi pada tingkatan kedalam ini dapat dipergunakan untuk keperluan diagnostik dan pembedahan yang bersifat ringan. Second Plane (plana/plain medium) ditandaidengan perubhan pada sifat respirasi bersifat thorakoabdominal dan amplitudonya menurun, bola mata bergeser ke ventromedial, reflek kornea, palpebra, conyunctiva hilang, reflek batuk akan menghilang pada pertengan stadium ini, reflek ppedal masih ada tetapi melemah, otot mengalami relaksasi kecuali otot abdominal. Anestesi pada tingkatan ini semua pembedahan dapat dilakukan kecuali pembedahan rongga perut Third Plane (plana/plain dalam) ditandai dengan adanya pernafasan yang bersifat abdominal dengan amplitudo yang minimal, antara inspirasi dan ekpirasi jelas, bola mata menuju ke tengah, reflek pedal hilang, reflek batuk hilang, tekanan rahang (jaw tension) hilang; semua otot mengalami relaksasi. Pada staium inilah semua operasi termasuk operasi besar dan memerlukan waktu yang relatif lama dapat dilakukan. Stage IV Overdosage atau stadium paralisa. Pada stadium ini ditandai dengan paralisa otot-otot thorak sempurna dan hanya diagpragma yang masih aktif.Gerakan nafas tersengal-sengal, pulsus cepat dan lemah, pupil mengembang/dilatasi dan bola mata seperti mata ikan( fish-eye) karena sekresi mata berhenti; keadaan ini melanjut nafas melemah dan akhirnya berhenti. Warna sianots mukosa mata berubah menjadi abu-abu (ashen-grey colour) yang menunjukkan adanya gagalnya jantung ( heart failure) kemudian diikuti berhentinya jantung ( cardiac arrest) berarti mati/DEATH. Universitas Gadjah Mada 17 PREMEDIKASI ANASTESI Antikolinergik Obat-obat golongan ini disebut juga antimuskarinik atau parasimpatolitik atau penghambat parasimpatik Mekanisme kerjanya pada umumnya mengadakan penghambatan pada tempat yang dipersarafi oleh serabut postganglion kolinergik, dimana asetil kolin sebagai neurotrasmitor. Sebagai contoh penggunaan atropin sulfat atau obat lain mirip atropin. Atropin digunakan sebagai premedikasi anestesi dengan tujuan utama adalah menekan produksi air liur dan sekresi jalan nafas jugs mencegah reflek yang menimbulkan gangguan jantung atau mencagah timbulnya bradikardi. Walaupun begitu pemeberian atropin berpengaruh pada susunan saraf pusat merangsang medolaoblongata, pada mats menyebabkan midriasis, saluran nafas mengurai sekret hidung ,mulut,faring dan bronkus, pada jantung merangsang n.vagus sehingga bardikardi tidak nyata, saluran cerna adanya penghambatan peristaltik usus dan lambung, otot polos akan terlihat adanya dilatasi piala ginjal, ureter dan kandung kencing,sehingga kemungkinan retensi urine , pada uterus tidak nyata, pada kelenjar eksokrin yang paling nyata adalah pada kelenjar liur. Dosis atropin sebagai premedikasi pada anjing dan kucing berkisar antara 0,02-0,1 mg per kgbb atau dosis umum yang digunakan adalah 0,04 mg/kgbb, diberikan dengan cara suntikan i.m atau sc dengan onset kerja terlihat 15-30 menit kemudian. Di smaping atropin dapat pula digunakan scopolamin dengan dosis 0,2-0,4mg/kgbb dan potensinya lebih kuat dari atropin. Obat Penenang/ trangulizer/sedatifa/hipnotika Untuk premedikasi anestesi sebagai obat penenang di bidang veteriner grup trangulizer bidang veteriner grup trangulizer major sering digunakan termasuk al preparat phenothiasine butyrophenones benzodiazepines di samping obat-obat penenang lainnya derivat phenothiasine (khlorpromazine, combelen) sering digunakan sebagai preanestesi umum karena mempunyai sifatsifat yang menguntungkan anatara lain hewan mudah dikuasai termasuk waktu induksi anestesi umum; dapat mereduksi /mengurangi dosis anestesi umum yang diberikan; mencegah kecenderungan untuk muntah; khusus derivat phenotiasine dapat mencegah alfa blockade sehingga Universitas Gadjah Mada 18 mengurangi kejadian shock; mencegah aritmia ventrikuler; mencegah fibrilasi jantung dan sewaktu bangun/sadar tidak menimbulkan eksitasi berjalan mulus. Sedang sifat yang tidak menguntungkan pemeberian trangulizer ini antara lain :Tidak menghasilkan analgesia; kadang berakibat fatal; biaya lebih mahal; sering ada reaksi alergi yang individual; pada heawan yang berpenyakit jantung karena adanya alfa blockade dapat berakibat hipotensif yang fatal; pada hewan besar jantan sering terjadi permanen protusio penis. Jenis penenang yang lain dapat pula digunakan sebagai premedikasi anestesi umum misalnya Xilazine atau nama lainnya rompun *. Obat ini mempunyai potensi yang lebih kuat terutama pada kucing dan ruminesia dan primata (kera) karena obat ini mempunyai sifat anelgesia, hipnotika dan relaksan otot. Obat penenang golongan narkotika seperti morfin, pethidin, metadon, fentanyl dan bupremorfin juga mempunyai efek hipnotik sampai basal narkose, namun karena untuk memperolehnya melalui prosedur yang rumit, sekarang jarang digunakan. Dari uraian dua (2) jenis obat yang digunakan sebagai premedikasi anestesi umum yaitu obat antikolinergik dan penenang dapat disimpulkan kegunaannya yaitu : 1. dapat mereduksi/mengurangi kebutuhan doisi anestesi umum yang digunakan dan meningkatkan keamanan selama anestesi berlangsung 2. pasien menjadi tenang sehingga anestesi yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh emosi rasa takut maupun kemauan berontak/meronta/lepas 3. mengurangi sekresi air liur dan sekresi di jalan nafas, sehingga jalan nafas tetap terpelihara/ventilasi tidak terganggu 4. mengurangi gerakan motilitas gastrium dan usus sehingga mencegah kecenderungan untuk muntah selama anestesi ( kalau sewaktu teranestesi muntah berarti kemungkinan sleik /pnemonia aspirasi besar dan dapat menimbulkan kematian sewaktu operasi atau death on the table- ini harus betulbetul dihindari) 5. hambatan reflek vago-vagal mencegah lemahnya jantung atau mencegah cardiac arrest. 6. mengurangi rasa sakit, eksitasi, suara gaduh sewaktu recovery/bangun. Universitas Gadjah Mada 19 Pustaka acuan Amresh Kumar, 1997, Veterinary Surgical Techniques, First ed., Vikas Publishing Houshe PVT. LTW, New delhi, Hal 74-137. Hall, LW., 1977, Wright's Veterinary Anaesthesia and Analgesia, 7 ed, The English Language Book Society and Bailliere Tindall. Lumb, W.V and Jones, E.W., 1984, Veterinary Anesthesia, 2 ed, Lea & Febiger, Philadelphia. McDonald, W., 1974, Principles of Anesthesia dalam Archibald, J, Canine Surgery, 2 ed, University of Guleph Canada, Hal. 53-70 Riebold, T.W., D.O. Goblet, D.R Geiser, 1987, Large Animal, Anesthesia Principles and Technique, 4 th printing, Iowa State University Press, Ames, Iowa. Sawyer, D.C, 1982, The Practice of Small Animal Anesthesia, Vol 1, WB. Saunder Company, Philadelphia Universitas Gadjah Mada 20