BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran
Bank Indonesia dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 menjelaskan
sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana
guna memenuhi suatu kewajiban yang timbuk dari suatu kegiatan ekonomi.
Menurut Humphrey et al (1996) sistem pembayaran adalah suatu
rancangan yang membuat pasar finansial berjalan dan menjadikan riil. Ketika
barang digantikan dengan uang tunai cek, giro, kartu kredit dan debet,
perdagangan semakin meluas dan biaya transaksi berkurang, serta secara tidak
langsung meningkatkan spesialisasi barang.
Humphrey et al (1996) dalam penelitiannya mengemukakan sistem
pembayaran adalah sistem yang terdiri atas aturan hukum, standar, prosedur dan
tata cara teknis operasional pembayaran yang digunakan transaksi nilai uang
antara dua pihak, dalam wilayah nasional maupun internasional dengan
memanfaatkan instrumen pembayaran yang diterima secara umum, dan dapat
membuat kegiatan ekonomi berjalan lebih baik dan lebih lancar (dalam
pembayarannya).
Inti dari kedua pengertian diatas menyatakan bahwa sistem pembayran
merupakan rancangan atau mekanisme menggunakan instrumen pembayaran yang
dapat menggerakkan kegiatan ekonomi, serta dengan menggunakan sistem
Universitas Sumatera Utara
pembayaran akan meningkatkan efesiensi dan mengurangi tingkat terhadap
transaksi ekonomi.
2.1.2 Perkembangan Sistem Pembayaran
Dalam
perkembangan
teknologi
sekarang
ini,
manusia
terus
mengembangkan inovasinya dalam memenuhi kebutuhan. Dengan tujuan
tersebutlah manusia kemudian melakukan bentuk pertukaran. Pada awal
perekonomian, bentuk transaksi yang dilakukan oleh manusia yaitu dengan saling
tukar menukar barang-barang yang dibutuhkan dengan istilah barter.
Dalam masa barter manusia mulai berproduksi bukan hanya untuk
dikonsumsi sendiri namun juga untuk ditukarkan dengan kebutuhan yang lain.
Namun, dengan prasyarat barter yaitu the double coincidence of want, sistem
barter tidak tahan lama, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk
memenuhi prasyarat tersebut.
Pada akhirnya masyarakat memiliki kesadaran akan persamaan nilai
barang, sehingga dimulailah era emas dan perak sebagai uang komoditi yang
digunakan dalam pembayaran. Kemudian dibuatlah full bodied money yang
dilebur dari emas dan perak dalam perannya sebagai perantara transaksi.
Uang fiat (uang kepercayaan) mulai beredar setelah disadari bahwa emas
dan perak tidak lagi prakts dan efisien. Uang fiat adalah uang kertas yang
diterbitkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi. Penggunaan uang kertas ini
juga menghemat berbagai biaya dari segi keamanan, biaya transportasi hingga
biaya transaksi. Selain itu, uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi
9
Universitas Sumatera Utara
sepanjang
adanya
kepercayaan
kepada
lembaga
yang
berwenang
mengeluarkannya dan percetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan
(Miskhin, 2001).
Sistem barter, uang komoditas, dan uang fiat, ketiganya dapat digolongkan
kedalam sistem pembayaran tunai. Sekitar 150 tahun lalu, transaksi yang
menggunakan uang tunai mulai tergeser oleh instrument pembayaran berbasis
kertas, terutama pada bisnis-bisnis antar negara (Spahr, 1926). Sistem pembayaran
kemudian
terus
berevolusi
ke
tahap
non-tunai
yang
diawali
dengan
berkembangnya penggunaan cek pada negara-negara maju. Dalam penggunaan
cek ini terdapat dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang
ditransaksikan (Listfield dan Montes-Negret, 1994).
Karena sistem cek dirasakan kurang praktis, maka sistem pembayaran
terus berkembang kearah sistem pembayaran yang bersifat elektronis, yang
didukung oleh teknologi yang semakin maju.
Pada era tahun 1970-an dan 1980-an mulai berkembang penggunaan
sistem pembayaran yang bersifat elektronis. Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi, dengan
biaya yang relatif rendah. Diawali dengan munculnya kartu kredit, yang
diperkenalkan oleh Bank Of America dengan nama BankAmericard (Global
Insight, 2003). Pada tahun 1977 bank-bank penerbit BankAmericard secara
bersama mendirikan yang kita kenal sekarang, Visa. Penggunaan kartu kredit
memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan
melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang
Universitas Sumatera Utara
lisensi penerbit kartu kredit tersebut (Visa, Mastercard, dll).Perkembangan ini
terus berlanjut dengan diterbitkannya varian-varian alat pembayaran elektronis
lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll.
Saat
ini
di
Indonesia
perkembangan
sistem
pembayaran
telah
memungkinkan masyarakat menggunakan instrumen pembayaran baik tunai
maupun non tunai. Dalam Pengantar Sistem Pembayaran dan Instrumrn
Pembayaran oleh DASP BI dijelaskan bahwa, instrumen pembayaran saat ini
dapat digolongkan atas tunai dan non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah
uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan logam yang sudah kita kenal selama
ini. Sementara instrumen pembayaran non-tunai, dapat dibagi lagi atas
pembayaran non-tunai dengan media kertas atau lazim disebut paper-based
instrument seperti, cek bilyet giro, wesel dan lain-lain serta alat pembayaran nontunai dengan media kartu yaitu APMK atau lazim disebut card-based instrument
seperti kartu kredit, kart debit, kartu ATM dan lain-lain.
2.1.3 Pengertian APMK
Peraturan Bank Indonesia (PBI) NOMOR : 6/30/PBI/2004 menjelaskan
pengertian Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu adalah alat pembayaran
yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automated Teller Machine (ATM) Kartu Debet,
Kartu Prabayar, dan atau yang disamakan dengan itu.
1.
ATM dan Kartu ATM
ATM (Automated Teller Machine atau anjungan tunai mandiri ini adalah
satuan e-banking paling populer yang kita kenal. Kartu ATM adalah APMK yang
11
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai dan/atau pemindahan
dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi dengan mengurangi dana dalam
rekening pemegang kartu secara otomatis pada Bank atau Lembaga Selain Bank
yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula
digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit.
2. Kartu Kredit
Kartu kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana
kewajban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquire atau
penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melalukan pembayaran pada
waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card)
ataupun dengan pembayaran secara angsuran. Dalam menyelenggarakan kartu
kredit ini terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu :
a. Penerbit (Issuer), yaitu pihak yang menerbitkan katu kredit. Dalam hal ini,
issuer merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan yang
memberikan fasilitas kredit kepada pemegang kartu.
b. Pengelola (Acquirer), yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau
kerjasama dengan pedangang.
c. Principal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam
penyelenggaraan kartu kredit seperti Visa, Mastercard, Dinners dan lainlain.
Universitas Sumatera Utara
Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit
memerlukan proses otorisasi terlebih dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan
dari kartu yang digunakan serta batas limit nominal transaksi yang dilakukan.
Otoritas ini biasanya dilakukan secara on-line dengan meng-insert kartu melalui
terminal EDC/POS (Elektronic Data Capture/Point of Sales) yang ada di
pedagang.
3.
Kartu Debet
Kartu debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika
dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau
Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4. Uang
1. Defenisi uang
Uang diartikan sebagai alat tukar umum atau alat pengukur nilai
benda/kekayaan
yang
berfungsi
untuk
memudahkan
penukaran
benda-
benda/barang-barang, jasa-jasa, pembayaran-pembayaran dan pinjam-meminjam
dalam hubungan ekonomi di dalam suatu negara atau antar negara-negara
(Aliminsyah, 2006). Sesuatu barang dapat didefinisikan sebagai uang apabila
memiliki tiga fungsi dari uang, yaitu alat pertukaran, satuan hitung, serta sebagai
alat penyimpanan nilai ( Mishkin, 2001).
13
Universitas Sumatera Utara
Robertson (1992) dan AC. Pigon (1950) dalam Rahardjo (2009)
mengenai defefnisi mereka terhadap uang, menekankan peranan uang sebagai alat
tukar, sedangkan Rollin G. Thomas (1957) dalam Rahardjo (2009) memberikan
defenisi uang secara lebih luas dengan memberikan pengertian bahwa uang adalah
sesuatu yang siap (dicairkan) dan dapat diterima umum dalam transaksi- transaksi
barang dan jasa, serta dapat diterima dalam pembayaran hutang.
2. Jumlah Uang Beredar
Uang beredar adalah akumulasi uang uang digunakan masyarakat, uang
kartal serta uang giral. Kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang tunai
(kartal dan logam) pada masyarakat, tidak termasuk uang yang berada dalam kas
bank maupun kas negara, ditambah dengan uang dalam giro tabungan yang dapat
diuangkan menggunakan cek atau uang giral merupakan uang dalam arti sempit
(M1), sedangkan kewajiban yang meliputi uang kartal uang giral dan uang kuasi
adalah uang dalam arti luas (M2) yang menjadi perluasan dari M1.
Menurut Nopirin (2000) M1 bersifat liquid karena sangat mudah
menjadikannya uang tunai. Sedangkan M2 kelancaran likuidasinya di bawah M1
karena mencakup deposito berjangka.
Dalam sejumlah literatur ekonomi M1 diformulasikan sebagai,
M1 = K + D
dimana M1 adalah uang beredar dalam arti sempit; K adalah uang kartal; D adalah
uang giral. Sedangkan pengertian lain, yaitu uang beredar dalam arti luas
diformulasikan sebagai.
M2 = M1 + T
Universitas Sumatera Utara
Dengan M2 adalah uang beredar dalam arti luas; M1 adalah uang beredar dalam
arti sempit; T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan masyarakat di bank
3. Teori Uang
a. Teori Ekonomi Klasik
Sriram (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa teori ekonomi
klasik menganggap perekonomian selalu dalam keadaan full employment
terkecuali dalam keadaan transisi sebagai akibat dari gangguan dalam
perekonomian. Menurut konsep ini, uang merupakan alat pertukaran, penyimpan
nilai, satuan hitung yang dapat mengekspresikan harga dan nilai suatu barang.
Sehingga, dalam hal ini uang berposisi netral tidak mempengaruhi perubahan
dalam harga relatif, tingkat suku bunga, tingkat keseimbangan dari tingkat
pendapatan.
b. Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang membawa pengkajian yang lebih proporsional
terhadap konsep permintaan uang dan dikembangkan dengan dua pendekatan,
yaitu pendekatan oleh Irving Fisher (ekonom Universitas Yale), seta pendekatan
Cambridge (cash balance approach) yang dikembangkan oleh A. C. Pigou.
Fisher menemukan konsep velocity of money, tingkat kecepatan
perputaran uang, yang menghubungkan kuantitas uang (M) dengan total barang
dan jasa yang dibelanjakan (P x Y), dengan persamaan,
V= P X Y
M
15
Universitas Sumatera Utara
dari persamaan diatas, V (velocity of money), didefinisikan sebagai jumlah ratarata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi barang dan jasa yang
diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2001).
c. Pendekatan Cambridge
Pendekatan ini menekankan pentingnya permintaan uang dalam
menggambarkan pengaruh money supply dalam tingkat harga (Sriram, 1999). Para
ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred Marshall memformulasikan pendekatan
ini melalui persamaan,
Md = k x PY
Dimana Md = permintaan uang, P = tingkat harga, Y = tingkat pendapatan, dan k
= konstanta.
Sesuai dengan asumsinya, parameter k, sebagaimana ditunjukkan dalam
persamaan diatas dapat berfluktuasi seiring dengan perilaku masyarakat dalam
menggunakan uang untuk menyimpan kekayaan. Perilaku masyarakat ini juga
diperngaruhi oleh penerimaan yang diharapkan dari penggunaan penyimpan
kekayaan lain seperti saham dan obligasi (Sriram, 1999).
d.
Teori Neo-Klasik
Pandangan Neo- Klasik mengenai uang lebih bersifat netral. Komoditas
ini secara ekonomis menarik ketika disimpan dan disirkulasikan dalam
perekonomian melalui transaksi barang dan jasa. Menurut Sriram (1999) teori
Neo-Klasik berpendapat bahwa tidak ada pengaruh dari tingkat suku bunga.
Meskipun demikian, masih terdapat perbadaan sudut panjang dalam mazhab ini,
letak perbedaannya ialah pada faktor lain yang merupakan pelengkap dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian mereka, seperti ketidak pastian di masa yang akan datang ( Marshall
dan Pigou), antisipasi (Marshall).
e.
Teori Keynessian
Keynes memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu motif transaksi, motif
berjaga- jaga, serta motif berspekulasi. Adapun penjelasan ketiga motif tersebut
ialah sebagai berikut.
1.
Motif transaksi, sama dengan teori kuantitas uang, Keynes dalam hal ini
berpendapat bahwa uang merupakan alat pertukaran dan money demand
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Sebab, dia meyakini
transaksi ditingkat individu dan juga tingakt masyarakat berhubungan dengan
tingkat pendapatan masyarakat( Sriram, 1999).
2.
Motif berjaga- jaga. Keynes berpendapat bahwa masyarakat akan memegang
uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi sebelumnya (untuk
berjaga- jaga). Uang dalam hal ini tetap berfungsi netral sebagai alat
petukaran dan dipengaruhi oleh tingakat pendapatan masyarakat.
3.
Motif
spekulasi
Cambridge,
(Liquidity
bahwa
Preference).
ketidakmenentuan
Keynes
dimasa
mempertegas
datang
teori
mempengaruhi
masyarakat untuk meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan,
dan masyarakat kadang kala akan menggunakan uang untuk kepentingan
spekulasi.
Keynes memformulasikan pedapatnya melalui persamaan liquidity
preference yang mendefinisikan permintaan uang riil
Md = f (y*, i-)
17
Universitas Sumatera Utara
dimana, y adalah pendapatan, dan i adalah tingkat suku bunga.
4.
Jenis- Jenis Uang
Kesulitan akan sistem barter membuat masyarakat lebih membutuhkan
sistem pertukaran dengan menggunakan perantara yang lebih praktis dan efektif.
Uang lahir sebagai alat tukar yang dapat diterima dan digunakakn umum oleh
masyarakat. Berikut jenis- jenis uang yang dapat diterima masyarakat.
a.
Full Bodied Money
Mata uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominal yang tertera
dalam uang disebut sebagai full bodied money. Uang jenis ini sangat banyak
ditemukan pada masa dimana negara membuat uangnya dari logam murni seperti
emas atau perak.
Supaya nilai nominal uang tertera tetap sama seperti nilai materi membuat
uang nilai intrinsiknya maka harus dipenuhi dua syarat utama, yaitu masyarakat
diberi kebebasan melebur logam mulia di pabrik- pabrik pemerintah dengan biaya
yang kecil. Serta masyarakat bebas menyimpan dan melakukan perdangangan
logam mulia.
b.
Token Money
Token money adalah mata uang yang nilai materinya jauh lebih kecil dari
pada nilai yang tertera pada fisik uang. Lain halnya dengan full bodied money,
dimana masyarakat bebas melebur uang sendiri bahkan melakukan perdagangan
logam mulia, yang menjadi materi pembuat uang, token money dibuat dan
dikeluarkan oleh badan- badan berwenang yang ditunjuk pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
c.
Fiat Money
Telah disebut diatas bahwa fiat money adalah uang kertas yang
dikeluarkan pemerintah yang nilainya berdasarkan nilai kepercayaan. Maka fiat
money lebih dikenal sebagai uang kertas. Nilai pembuat uang kertas sangatlah
rendah namun dapat beredar di masyarakat atas dasar kepercayaan karena
dikeluarkan oleh pemerintah.
d.
Uang Giral
Uang giral adalah hutang suatu bank terhadap nasabahnya yang cepat
ditarik sewaktu- waktu menggunakan cek dan giro. Cek adalah surat perintah
tidak bersyarat kepada bank untuk membayarkan sejumlah uang tertentu bagi
pemegangnya, atau nama yang tertera. Giro merupakan surat perintah dari
nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan (tidak berlaku
untuk penarikan tunai) sejumlah dana dari rekening pemegang saham yang
disebutkan namanya.
Uang giral terdiri atas dua macam yaitu time deposit money yang
merupakan hutang bank kepada nasabahnya dengan jangka waktu penarikan yang
ditentukan. Serta demand deposit money, yaitu hutang bank kepada nasabahnya
yang dapat diambil sewaktu- waktu.
Pada negara telah mencapai taraf cream economy uang giral memiliki
peranan sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam penyelesaian hutang
piutang.
19
Universitas Sumatera Utara
e.
Near Money
Near money atau uang kuasi dalam bentuk kekayaan yang mudah
dicairkan sewaktu- waktu, atau hutang bank pada nasabahnya yang dapat ditarik
kapanpun.
UANG
Uang Barang
Full Bodied
Money
Uang Logam
Token Money
Uang Kertas (Token
Money)
Uang Kertas
Negara
Uang Kertas
Bank
Demand Deposit
Money
Common
Money
Uang Beredar
Sumber : Raharjo, 2009
Gambar 2.1 Jenis-jenis Uang
2.1.5. INFLASI
2.1.5.1 Definisi Inflasi
Bank Indonesia secara sederhana mendefinisikan inflasi sebagai
meningkatnya harga- harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang
dimaksud adalah apabila terjadi kenaikan harga barang- barang secara meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
Universitas Sumatera Utara
disebut deflasi. Mishkin (2008), mendefinisikan inflasi yaitu kenaikan tingkat
harga yang terjadi secara terus menerus, memengaruhi individu, pengusaha,dan
pemerintah. Sedangkan Mankiw (2003) inflasi diartikan sebagai peningkatan
harga secar agregat.
Diketahui dalam teori kuantitas, bahwa faktor utama yang menyebabkan
inflasi adalah permintaan (demand) uang berlebihan sehingga masyarakat terlalu
banyak memegang uang. Dua sumber inflasi yang disebutkan di dalamnya,
Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.
1.
Demand Pull Inflation
Kondisi inflasi ini di sebabkan naiknya aggregate demand padahal
kondisi produksi telah mencapai keadaan full employment. Kenaikan ini tidak
hanya mendorong naiknya harga- harga barang, tetapi juga tingkat produksi
ketika kenaikan aggregate demand terus mendorong tingkat produksi sehingga
mencapai titik kesempatan kerja penuh (full employment), maka yang terjadi
hanya kenaikan harga- harga barang (inflasi murni) selanjutnya apabila dalam
keadaan kesempatan kerja penuh bertambahnya permintaan melebihi Gross
National Product (GNP), akan terjadi inflationary gap yang kemudian
menjadikan timbulnya inflasi.
Terdapat variasi pandangan mengenai kenaikan aggregate demand. Dari
golongan moneterist menafsirkan kenaikan aggregat demand akibat dari
ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan golongan
Keynesian naiknya aggregat demand, meskipun tidak ada ekspansi jumlah
21
Universitas Sumatera Utara
uang beredar, dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi;
investasi; goverments expenditures, atau net export.
2.
Cost Push Inflation
Cost push inflation yaitu inflasi yang di karenakan tingkat penawaran
yang lebih rendah dari pada tingkat permintaan, sehingga menggeser aggregat
supply curve ke arah kiri atas. Meningkatnya harga faktor- faktor produksi
(baik yang berasal dari dalam negri maupun dari luar negri) di pasar faktor
produksi. Pada kondisi ini, produsen mengurangi kapasitas produksi, maka
terjadilah tingkat penawaran lebih rendah. Apabila harga- harga faktor
produksi semakin tinggi, yang menyebabkan semakin turunnya penawaran
total, maka akan terjadi inflasi yang disertai resesi.
2.1.5.2 JENIS- JENIS INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan pengelompokan tertentu
dan pengelompokan dilakukan menurut pencapaian yang hendak dituju.
Berdasarkan al terjadinya, inflasi dikelompokkan dalam,
1.
Domestic Inflation
Merupakan inflasi akibat ganguan (shock) yang terjadi didalam negeri.
Gangguan tersebut dapat berupa paket kebijakan pemerintah yang secara
psikologi bersifat inflator.
2.
Imported Inflation
Inflasi ini merupakan inflasi dalam negeri yang disebabkan adanya
kenaikan harga luar negeri, kemudian berpengaruh kedalam negeri, terutama
terjadi pada barang-barang impor atas naiknya harga barang baku industri. Indeks
Universitas Sumatera Utara
Harga Dalam Negeri (IHDN), sehingga menimbulkan pertumbuhan inflasi dalam
negeri.
Dilihat dari intensitasnya, inflasi digolongkan kedalam dua kelompok,
creeping inflation atau inflasi merayap yang laju pertumbuhannya dangat lambat.
Harga-harga terus naik namun secara perlahan. Creeping inflation biasanya terjadi
pada negara-negara berkembang. Berlawanan dengan creeping inflation,
galloping inflation adalah inflasi yang timbul akibat kenaikan harga-harga umum
secara cepat.
Berikut pengelompokan inflasi berdasarkan bobotnya (Khalwaty, 2000)
dalam Prasetyo (2011)
1.
Inflasi ringan di bawah 10 % (single digit)
2.
Inflasi sedang 10% - 30%
3.
Inflasi tinggi 30% - 100%.
2.1.6 Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata uang. Menurut
Aliminsyah, 2006, Kurs tukar valuta asing (exchange rate) adalah tarif yang
menunjukkan nilai tukar mata uang tertentu dengan mata uang lainnya.
Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129).
Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian
terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar, meningkat pengaruhnya yang besar bagi neraca
23
Universitas Sumatera Utara
berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat
dijadikan alat untuk kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata
uang yang stabil mennjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi
yang relatif baik atau stabil (Dornbusch, 2008:453). Ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak
mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini,
yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga
barang-barang hasil produksi Indonesia mengalami peningkatan. Melemahnya
rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis
ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.
Menurut Nopirin (2000), sistem kurs terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Sistem kurs yang berubah-ubah
Perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing
diturunkan dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional.
Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal
dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional.
2. Sistem Kurs yang Stabil
Sistem ini sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat
ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara
yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Muttaqin (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan alat
pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel-variabel makro ekonomi
terhadap permintaan uang di Indonesia. Hasilnya penggunaan kartu kredit dan
debet serta ATM, masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda. Penggunaan
ATM memiliki pengaruh jangka panjang terhadap permintaa M1, kartu kredit dan
debet tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan M1. Perbedaan tersebut
dikarenakan jumlah pengguna serta volume penggunaan kartu ATM jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit dan debet. Namun dalam
jangka pendek, perubahan penggunaan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan
perubahan permintaan uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK.
Syarifuddin dkk (2009) melakukan penelitian tentang efek penggunaan
pembayaran non-tunai terhadap ekonomi dan pengendalian moneter di Indonesia
dalam jurnal “Impact of non-cash payment increase on the economy and
implication for monetary control in Indonesia”, menggunakan metode structural
cointegrating vector autoregresion (SCVAR), variabel terdiri dari GDP riil,
tingkat harga, M1, dan M2, non-cash (ncs); terdiri dari kliring, RTGS dan alat
pembayaran menggunakan kartu, variabel lainnya sperti Bi Rate, upah riil, nilai
tukar nominal dan tingkat suku bunga internasional.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dampak terhadap perekonomian,
bahwa kas menurun, sedangkan persediaan uang M1 dan M2 meningkat,
peningkatan pembayaran non tunai juga memacu pertumbuhan GDP dan
penuruan harga yang terdiri hanya sedikit. Implikasinya pada kebijakan moneter
25
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan penurunan BI Rate dan biaya kebijakan moneter. Pembayaran non
tunai mengakibatkan peningkatan substitusi dan efek efesiensi. Melalui efek
substitusi, penurunan permintaan mata uang dan meningkatnya M1 dan M2 akan
meningkatkan GDP dan harga. Secara umum dari respon implus terlihat bahwa
guncangan pada persamaan pembayaran non tunai akan menyebabkan
peningkatan permintaan uang, menurunkan BI-Rate, meningkatkan GDP riil dan
menurunkan tingkat harga.
Ihda Azizah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Terhadap Tingkat
Inflasi Di Indonesia Tahun 2007-2011” dengan menggunakan model autoregresif
untuk menganalisis, menunjukkan bahwa ternyata perkembangan transaksi
dengan menggunakan APMK berpengaruh positif terhadap inflasi, baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
analisis yang memberikan koefesien jangka pendek APMK sebesar 1,2907 dan
koefisien jangka panjangnya sebesar 2,8662.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diuraikan, maka
kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Inflasi
APMK
Nilai Tukar (Kurs)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Rahutami (2004). Bila semakin banyak masyarakat menggunakan APMK, maka
mengakibatkan jumlah transaksi dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal ini
akan berdampak pada perputaran uang yang semakin cepat, akibatnya berdampak
juga pada angka inflasi. Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh APMK
terhadap inflasi dan nilai kurs yang terjadi di Indonesia pada tahun 2007-2013.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah
diuraikan pada bagian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Transaksi APMK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di
Indonesia.
2. Transaksi APMK memiliki pengaruh terhadap nilai tukar rupiah (kurs)
27
Universitas Sumatera Utara
Download