KUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI Muhammad Yufansa Eko Suprapto Syvia Veronica Siregar (Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia (khususnya pada industri keuangan) sebelum dan sesudah diterapkannya PSAK 60 serta melihat bagaimana tingkat pengungkapan instrumen keuangan tersebut mempengaruhi tingkat asimetri informasi yang diukur menggunakan tiga pengukuran yaitu bid-ask spread, volatilitas harga saham, dan volume perdagangan saham. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 166 sampel dari 83 perusahaan selama dua tahun dan berhasil secara empiris membuktikan adanya peningkatan dalam tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada periode setelah penerapan PSAK 60. Selain itu penelitian ini juga memperlihatkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan bid-ask spread dan hubungan positif yang signifikan dengan volume perdagangan saham. Sementara untuk pengukuran terakhir yaitu volatilitas harga saham tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Kata kunci: PSAK 60, pengungkapan instrumen keuangan, asimetri informasi, bid-ask spread, volatilitas harga saham, volume perdagangan Abstract: This research focuses on explaining the financial instruments disclosure level in Indonesia (specifically in the financial industry) before and after the implementation of PSAK 60 and also how that financial instruments disclosure level affect the level of information asymmetry that is measured by three measures, which are bid-ask spread, share price volatility, and trading volume. This research used 166 samples from 83 companies in two years and empirically succeeded in finding an increase in financial instruments disclosure level on the period after implementation of PSAK 60. This research also finds a significant negative association between financial instruments disclosure level and bid-ask spread and a significant positive association with trading volume. As for the last measure, which is share price volatility, there is no significant association. Keywords: PSAK 60, financial instruments disclosure, information asymmetry, bid-ask spread, share price volatility, trading volume 1. LATAR BELAKANG Instrumen keuangan seiring berjalannya waktu menjadi semakin kompleks, hal ini juga yang memicu pembuat peraturan baik secara internasional maupun regional untuk memberikan perhatian lebih atas isu ini. Menanggapi isu ini, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tahun 2010 mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang resmi diberlakukan per 1 Januari 1 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 2012 meskipun penerapan dini diperbolehkan. Secara umum, tujuan dari PSAK 60 masih sama dengan pendahulunya yaitu untuk memberikan informasi atas signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang baru dalam pengungkapan kualitatif ini adalah bahwa untuk setiap tipe risiko, perusahaan juga harus memasukan data kuantitatif mengenai seberapa besar paparan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Hal baru lain yang juga diatur dalam PSAK 60 ini adalah ditingkatkannya pengungkapan atas hal-hal yang mempengaruhi pendapatan komprehensif. PSAK 60 mewajibkan perusahaan untuk membagi keuntungan dan kerugian berdasarkan kelas instrumen keuangan dan beberapa hal lain mengenai keuntungan dan kerugian yang juga harus diperjelas. Hal ini berbeda dengan PSAK 50 (revisi 2006) yaitu perusahaan hanya perlu memperlihatkan nilai agregat dari untung dan rugi. Masalah yang mungkin dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan peraturan ini adalah cost and benefit dari meningkatkan pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Beberapa penelitian seperti Leuz dan Verrecchia (2000) dan Sengupta (1998) membuktikan bahwa perusahaan dengan kualitas pengungkapan yang lebih tinggi secara relatif memiliki biaya utang dan biaya ekuitas yang lebih rendah. IFRS 7 yang merupakan dasar dari PSAK 60 telah terlebih dahulu diterapkan di negara-negara lain terutama di Eropa semenjak 1 Januari 2007. Bischof (2009) telah membuktikan secara empiris bahwa pada tahun pertama penerapannya, IFRS 7 telah terbukti secara signifikan meningkatkan kualitas pengungkapan pelaporan keuangan di industri perbankan di Eropa pada tahun pertama penerapannya. Peningkatan kualitas dari pengungkapan pada pelaporan keuangan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi sebenarnya dari perusahaan yang akan menjadi target investasi para investor. Hal ini diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi yang selama ini membahayakan investor. Asimetri informasi sendiri juga merugikan bagi perusahaan dimana tingginya asimetri informasi membuat investor menuntut premium yang lebih tinggi atas investasi mereka dan dengan demikian meningkatkan tingkat cost of capital dari suatu perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memperlihatkan bahwa asimetri informasi memiliki hubungan signifikan positif dengan biaya modal perusahaan seperti Botosan (1997), Botosan dan Plumlee (2002), dan Peng He et al. (2013) sehingga secara teoritis asimetri informasi dianggap dapat dijadikan proksi lain untuk mengidentifikasi perubahan pada biaya modal. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat asimetri informasi adalah dengan mengukur bid-ask spread, volume perdagangan, serta volatilitas harga dari saham suatu perusahaan yang akan diamati. Peningkatan kualitas pengungkapan instrumen 2 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 keuangan dalam laporan keuangan diharapkan akan dapat menurunkan asimetri informasi yang akan tergambarkan dalam penurunan bid-ask spread serta volatilitas harga saham tersebut dan peningkatan dari volume perdagangan saham perusahaan yang diamati. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan difokuskan kepada dua hal, yaitu apakah penerapan PSAK 60 dapat meningkatkan kualitas tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada laporan keuangan di industri keuangan di Indonesia serta apakah manfaat ekonomi dari peningkatan kualitas pengungkapan pelaporan keuangan tersebut yang akan dilihat dari tingkat asimetri informasi yang diukur menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, serta tingkat volatilitas harga dari saham perusahaan. Penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan data-data perusahaan pada industri keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 dan 2012. 2. PENGEMBANGAN HIPOTESIS PSAK 60 (revisi 2010) yang telah diberlakukan per tanggal 1 Januari 2012 menambahkan banyak ketentuan dalam pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan perusahaan. Hal ini akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak, terutama tentang risiko yang ditanggung perusahaan meskipun perusahaan enggan untuk mengungkapkan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan Bischof (2009) yang meneliti tentang pengaruh IFRS 7 terhadap tingkat pengungkapan instrumen keuangan di industri perbankan di Eropa berhasil membuktikan bahwa IFRS 7 berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan oleh bank. Oleh karena itu hipotesis pertama dari penelitian ini adalah: H1: Tingkat pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan perusahaan dalam industri keuangan di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun pertama penerapan PSAK 60. Penelitian yang dilakukan oleh Leuz dan Verrecchia (2000) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan maka akan semakin rendah spread dari penawaran atas saham perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Amihud dan Mendelson (1989) yang menyatakan bahwa spread yang tinggi sebenarnya adalah cerminan atas tingginya asimetri informasi yang ada. Dengan demikian, untuk sementara dapat disimpulkan dari kedua penelitian tersebut bahwa ada pengaruh negatif dari tingkat pengungkapan instrumen keuangan terhadap bid-ask spread saham perusahaan tersebut. Hal ini juga mengingat bahwa semakin tinggi tingkat transparansi di pasar yang dapat digambarkan dengan tingkat pengungkapan, maka, nilai di pasar tersebut akan semakin 3 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 dapat menggambarkan nilai sesungguhnya dari ekuitas perusahaan tersebut. Penjabaran ini membuat penelitian ini sampai di hipotesis awal penelitian ini yaitu: H2A: Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread saham dari perusahaan tersebut. Selain bid-ask spread, hal lain yang mungkin mampu dijadikan proksi asimetri informasi adalah volatilitas harga saham. Tingkat volatilitas harga saham dapat mencerminkan keadaan asimetri informasi tentang saham tersebut karena ketika terjadi intransparansi dalam suatu pasar maka informasi yang beredar menjadi lebih tidak valid dan dengan demikian pasar menjadi bereaksi terhadap informasi yang ada walaupun seringkali informasi tidak bersifat konsisten dan dengan demikian membuat volatilitas harga saham tinggi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lang dan Lundholm (1993) yang menyatakan bahwa rendahnya volatilitas harga saham menggambarkan absennya keberadaan asimetri informasi, untuk itu hipotesis penelitian ini terkait volatilitas harga saham adalah: H2B: Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham dari perusahaan tersebut. Leuz dan Verrecchia (2000) menemukan juga bahwa untuk proksi terakhir dari asimetri informasi, volume perdagangan, ada peningkatan yang signifikan dengan setiap peningkatan pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa dengan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi saham dari perusahaan tersebut menjadi semakin liquid karena investor memiliki kepercayaan yang cukup untuk memercayai informasi yang beredar didalam pasar sehingga dapat dikatakan bahwa likuiditas saham yang tinggi dapat diartikan sebagai absennya asimetri informasi yang membawa kepada hipotesis berikutnya dari penelitian ini yaitu: H2C: Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh positif terhadap volume perdagangan saham dari perusahaan tersebut. 3. METODE PENELITIAN Untuk menguji apakah ada peningkatan kualitas pengungkapan instrumen keuangan setelah diberlakukannya PSAK 60 akan dilakukan uji beda antara kualitas pengungkapan instrumen keuangan pada dua tahun yaitu pada tahun 2011 dan 2012. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pengukuran kualitatif dan pengukuran kuantitatif sebagai berikut: 4 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 1. Kualitatif Pengukuran ini dengan memberikan nilai 1 jika terdapat keberadaan informasi dan 0 untuk sebaliknya. a. Risiko Kredit i. Ada atau tidaknya informasi mengenai kualitas kredit yang diberikan kepada pelanggan (CREDQUAL). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai kredit yang sudah lewat tanggal jatuh temponya namun belum diimpair (PASTDUE). b. Risiko Likuiditas i. Ada atau tidaknya informasi mengenai analisis maturitas asset keuangan (ASSETS). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai analisis maturitas laibilitas keuangan (LIAB). c. Risiko Pasar i. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan suku bunga (INTEREST). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan nilai tukar mata uang asing (CURRENCY). iii. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan harga suatu sekuritas (EQUITY). d. Pengungkapan Sukarela i. Ada atau tidaknya pengungkapan yang dilakukan secara sukarela atas eksposur perusahaan terhadap risiko operasional (OPRTLRSK). ii. Ada atau tidaknya pengungkapan yang dilakukan secara sukarela atas eksposur perusahaan terhadap risiko hukum (LEGALRSK). 2. Kuantitatif a. Total jumlah laporan dalam laporan keuangan perusahaan tidak termasuk laporan manajemen dan laporan risiko perusahaan yang dilihat berdasarkan jumlah halaman (FSPAGES). b. Total jumlah laporan risiko di dalam laporan keuangan perusahaan tersebut yang dilihat berdasarkan jumlah halaman (RSKPAGES). c. Total jumlah informasi yang spesifik membahas kuantitas risiko secara relatif terhadap total laporan risiko perusahaan, diukur dengan membagi jumlah halaman 5 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 informasi yang membahas kuantitas risiko dengan jumlah halaman laporan risiko perusahaan (RSKQUANT). d. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko kredit secara absolut (CREDABS). e. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko kredit, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (CREDREL). f. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko likuiditas secara absolut (LIQABS). g. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko likuiditas, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (LIQREL). h. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko pasar secara absolut (MARKABS). i. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko pasar, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (MARKREL). Sedangkan untuk fokus penelitian kedua dilakukan regresi dua tahap secara statistik dengan tahap pertama merupakan regresi probit yang dilakukan untuk menghilangkan risiko keberadaan masalah selection bias pada sampel yang digunakan dalam penelitian. Model yang digunakan untuk regresi probit dalam tahap pertama adalah sebagai berikut: DISQit = α0 + α1Ln(SIZE)it + α2ROAit + α3FFLOATit + α4CAPINTit + εit Tahap berikutnya adalah regresi data panel menggunakan model spesifik untuk menguji tiga hipotesis terkait hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan asimetri informasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Model berikutnya dalam tahap dua ini adalah model untuk membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan bid-ask spread harga saham perusahaan tersebut, yaitu: Ln(SPREAD)it = α0 + α1DISQit + α2Ln(SIZE)it + α3Ln(VOLUME)it + α4Ln(VOLATILITY)it + α5Ln(FFLOAT)it + α6IMRi + εit Model berikutnya dari penelitian ini membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan volatilitas harga saham perusahaan tersebut, yaitu: VOLATILITYit = α0 + α1DISQit + α2Ln(SIZE)it + α3Ln(FFLOAT)it + α4LEVit + α5IMRit + εit Berikutnya adalah model yang membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan perusahaan dengan volume perdagangan saham perusahaan tersebut, yaitu: 6 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 VOLUMEit = α0 + α1DISQit + α2Ln(SIZE)it + α3Ln(FFLOAT)it + α4Ln(VOLATILITY)it + α5IMRit + εit Berikut adalah penjelasan atas operasionalisasi variabel-variabel yang digunakan dalam model yang digunakan penelitian ini: • Bid-Ask Spread (SPREAD) Variabel spread yang dinotasikan sebagai SPREAD dalam penelitian ini akan diukur dengan cara melihat rata-rata persentase spread relatif suatu perusahaan yaitu dengan membagi nilai absolut dari spread terhadap rata-rata dari harga bid dan ask suatu perusahaan selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Atau dalam notasi matematis berarti: !"#$%&' = • ( ! ! !"# !"#$%&' − !"# !"#$%&' ) !"# !"#$%&' + !"# !"#$%&' 2 30 × 100% Volatilitas Harga Saham (VOLATILITY) Variabel berikutnya yaitu volatilitas harga saham akan diukur menggunakan standar deviasi dari return harian yang diperoleh saham perusahaan tersebut selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Atau dalam notasi matematis dapat digambarkan sebagai: !"#$%&#&%'( = ! • ! (!"#!!!")! ! !!! = Return harian dari saham suatu perusahaan = (CLOSEPRICEt – CLOSEPRICEt-1) Volume Perdagangan (VOLUME) Variabel dependen yang terakhir adalah volume perdagangan saham. Variabel ini akan diukur menggunakan median nilai total dari jumlah saham yang diperdagangkan relatif terhadap kapitalisasi pasarnya selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Secara matematis dapat dinotasikan sebagai: !"#$%&'!&#$(%)*"+%+,) !"#$%&'"()* !"#$%&' = !"#$%&( • Tingkat Pengungkapan Instrumen Keuangan (DISQ) Untuk variabel ini, asumsi yang digunakan adalah pada tahun pertama penerapan PSAK 60, peraturan ini berhasil secara keseluruhan meningkatkan tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Asumsi ini akan diuji lebih lanjut pada fokus penelitian satu yang menguji masalah pengaruh penerapan PSAK 60 pada 7 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Dengan asumsi demikian, variabel yang akan digunakan yaitu DISQ akan bersifat biner dimana nilai 1 akan diberikan apabila perusahaan tersebut telah menerapkan PSAK 60 yang menjalankan asumsi bahwa tingkat pengungkapan instrumen keuangan di perusahaan tersebut telah baik dan nilai 0 akan diberikan untuk tahun sebelumnya. Hal ini mirip dengan yang dilakukan Leuz dan Verrecchia (2000) bahwa perusahaan dengan standar pelaporan internasional memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik dibanding dengan yang tidak. • Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur menggunakan kapitalisasi pasar pada akhir periode fiskal. Atau dapat dituliskan sebagai: !"#$ = !"#$%& !"#$%"&$'"%$() • Intensitas Modal (CAPINT) Intensitas modal pada penelitian ini diukur dengan membagi nilai Long-Term Assets (dalam hal ini Property, Plant, and Equipment/PPE) dengan nilai total aset . Atau dapat juga dituliskan sebagai: !"#$%& = !"# !" • Profitabilitas (ROA) Profitabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan ROA sebagai proksinya. ROA sendiri dapat diukur dengan cara membagi laba bersih perusahaan dengan total aset perusahaan tersebut. Atau dapat juga dituliskan sebagai: !"# = !" !" • Kepemilikan Independen (FFLOAT) Kepemilikan independen pada penelitian ini dinyatakan sebagai persentase dari kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh publik atau merupakan total kepemilikan saham non-controlling. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai: !!"#$% = !"#$% !"#$%&$' !"#$ (!"#) • Leverage (LEV) Leverage pada penelitian ini akan menggunakan tingkat seberapa banyak utang perusahaan relatif terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, leverage pada penelitian ini menggunakan pengukuran Debt-to-Equity Ratio yang secara matematis dapat digambarkan sebagai: 8 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013 !"# = !"!#$ !"#$ !"!#$ !"#$%& • Inverse Mills Ratio (IMR) Inverse mills ratio dalam penelitian ini didapatkan setelah meregresi model probit yang digunakan dalam penelitian menggunakan software STATA dalam regresi tahap satu model dua penelitian. Guna dari IMR dalam penelitian ini adalah sebagai variabel koreksi atas risiko keberadaan selection bias dalam pemilihan sampel penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tabel 3.1 akan memperlihatkan ringkasan pemilihan sampel untuk penelitian ini. Tabel 3.1 Ringkasan Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI Perusahaan yang bukan dalam industri keuangan 467 (350) Perusahaan yang baru terdaftar setelah 2011 (8) Perusahaan yang melakukan penerapan dini (0) Data tidak lengkap (26) Total sampel 2011 83 Total sampel 2012 83 Total sampel penelitian 166 4. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 4.1 dapat dilihat deskriptif statistik dari fokus penelitian perbedaan tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada periode sebelum dan setelah penerapan PSAK 60. Tabel 4.1 menunjukan bagaimana secara umum terjadi peningkatan pada pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Hal ini terutama tampak jelas pada pengukuran kualitatif yang digunakan dalam penelitian yang rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Berikutnya pada tabel 4.2 akan ditunjukan hasil uji beda t statistik yang dilakukan pada tiap variabel pengukuran di atas. 9 Kualitas Pengungkapan..., Muhammad Yufansa Eko Suprapto, FE UI, 2013