tinjauan pustaka

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang
lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak
sayur yang berasal dari Amerika. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledoneae
Keluarga
: Arecaceae
Sub keluarga : Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak
bercabang dan tidak mempunyai cambium, tingginya dapat mencapai 15 - 20 m.
Tanaman ini berumah satu atau monocious, bunga jantan dan bunga betina berada
pada satu pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan
bagian generatifnya yakni bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2008).
Akar
Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut
radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan.
Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan jumlahnya,
diamternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar
sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar sekunder
4
tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15
cm (Pahan, 2010).
Batang
Batang membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini dapat
memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu
sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping,
diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat
mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbedabeda untuk setiap varietas (Sastrosayono, 2008).
Daun
Tanaman dewasa dapat menghasilkan 40 – 60 daun dengan laju dua daun
/bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun. Panjang daun bisa
mencapai 5 - 7 m terdiri dari : satu tulang daun (rachis), 100 - 160 pasang anak
daun linear dan satu tangkai daun (petiole) yang berduri (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2008).
Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi
baru ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit
merupakan monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu
inflor dibentuk dari ketiak setiap daun setelah diferensisasi dari pucuk batang.
Jenis kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24
bulan baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu
inflor membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3 - 4 hari, sedangkan
bunga-bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam
lima hari. Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun
kadang juga sendiri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
5
Buah
Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel
dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai
1600 buah, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 - 3 cm, beratnya 30
gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut
dan biji). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endokarp
(cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan
embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Biji
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan
sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe
tanaman. Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm.
Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris seperti peluru
dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna
kuning dan bagian lain agak berwarna kuning. Endosperm merupakan cadangan
makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada perkecambahan embrio berkembang
dan akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah
radikula (akar) dan menyusul plumula (batang) (Sastrosayono, 2008).
Pembibitan
Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan.
Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil perbanyakan vegetatif
(ramet) (PPKS, 2003). Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan
untuk menumbuhkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan
berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapang
yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dimulai. Pembibitan bertujuan
untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat
penyiapan lahan tanam telah selesai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
Sedangkan menurut PPKS (2003) sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah
6
menyediakan bibit yang asli dan jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur
merupakan jaminan untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi.
Tujuan Pembibitan
Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan
tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan
budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan
menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah
bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
berkemampuan
dalam
mengahadapi
kondisi
cekaman
lingkungan
saat
pelaksanaan transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003).
Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan
pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan
diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama
pelaksanaan di lapangan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) juga
menyatakan bahwa pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang
sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul
merupakan dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak
kelapa sawit yang tinggi.
Persiapan Pembibitan
Persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang akan
dipakai meliputi keuntungan dan kerugian secara komprehensif. Keputusan untuk
menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada vigor bibit yang
akan dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan. Kegiatan pembibitan
memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih
optimal. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pelaksanaan pembibitan seperti menurut Pahan (2010) :
7
1. Pemilihan lokasi
2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan
3. Penyediaan bahan tanaman
4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre nursery dan main nursery)
5. Penyediaan media dan wadah tanam (polibag)
6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan
Menurut
Pahan
(2010),
lokasi
pembibitan
kelapa
sawit
harus
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun
2. Dekat dengan sumber air
3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang
4. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan
5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia
6. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih
intensif.
Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat
sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai
reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini
bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari
persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS
merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga
kualitasnya terjamin (PPKS, 2003).
Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk
kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon di lapangan
diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6
bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan
jadwal kedatangan kecambah (Pahan, 2010).
8
Sistem Pembibitan
Teknologi pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan
yang sangat berarti. Tahun 1963 pembibitan masih menggunakan bibit tanam
(field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan kemudian
ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah tidak
digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien. Kemudian
sistem pembibitan berkembang dengan menggunakan keranjang yang terbuat dari
bambu atau pelepah kelapa sawit. Namun, kesukaran memperoleh bambu dan
pelepah serta keranjang yang cepat rusak menjadi kendala baru, sehingga sejak
tahun 1965 keranjang diganti dengan kantong plastik hitam (black polythene).
Setelah ditemukannya plastik tersebut mulai muncul dua sistem pembibitan
kelapa sawit yakni sistem pembibitan langsung di lapangan dan sistem tidak
langsung, yaitu pre nursery dan main nursery (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2008).
Pre nursery
Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada bedenganbedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di tanam
dalam polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan
(Sastrosayono, 2008). Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan
kantong plastik berukuran kecil, sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan
menjadi banyak. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak
miring), berdrainase lancar, dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Pada pre nursery bibit ditanam dan
disusun rapat sampai berumur 3 - 4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari
pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit
sekitar 40% (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Bibit ditanam pada
kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah
yang diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam
dengan plumula menghadap keatas dan radikula ke bawah sedalam 2 - 3 cm.
Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dalam
9
pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (PPKS, 2003). Pemeliharaan bibit di
pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam,
penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit
dan seleksi bibit (Pahan, 2010). Setelah pembibitan awal bibit dipindahkan ke
pembibitan utama (main nursery).
Main nursery
Pada pembibitan utama (main nursery) bibit dari pembibitan awal
dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar berukuran 40 x 50 cm pada umur
sekitar empat bulan (Sastrosayono, 2008). Pelaksanaan transplanting dari
pembibitan awal ke pembibitan utama merupakan tahap krusial dan memerlukan
perhatian yang lebih (PPKS, 2003). Pada main nursery bibit diletakkan dengan
jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau dalam 1 ha berisi sebanyak 12 000 bibit.
Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal
dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman,
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi
bibit (Pahan, 2010).
Download