1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari segi terminologi, artritis rheumatoid berasal dari dua kata yaitu arthritis dan rheumatoid. Artritis merupakan suatu bentuk peradangan yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Sedangkan rheumatoid itu sendiri berarti penyakit degeneratif yang sifatnya menahun dan menghambat aktivitas penderitanya. Jadi, dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa artritis rheumatoid adalah suatu peradangan kronik yang menyerang sendi dan jaringan penunjang di sekitar sendi, sehingga menyebabkan degenerasi jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi serta struktur-struktur di sekitar sendi. Berdasarkan riset yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 78% penduduk perkotaan berpotensi mengidap penyakit radang sendi ini. Hal tersebut dikarenakan oleh gaya hidup warga perkotaan yang kurang sehat, seperti kebiasaan merokok, kurangnya olah raga, serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol (www. wina pribadi. blogspot. com.) B. TUJUAN C. Mengetahui pengertian Arthritis Reumathoid D. Mengetahui faktor resiko Arthritis Reumathoid E. Mengetahui penyebab Arthritis Reumathoid F. Mengetahui manifestasi klinis Arthritis Reumathoid G. Mengetahui pathofisiologi dan pathway Arthritis Reumathoid H. Mengetahui pemeriksaan penunjang Arthritis Reumathoid I. Mengetahui penatalaksanaan Arthritis Reumathoid J. Mengetahui komplikasi dan prognosis Arthritis Reumathoid BAB II TINJAUAN TEORI A. DEFINISI 2 Dari segi terminologi, artritis rheumatoid berasal dari dua kata yaitu arthritis dan rheumatoid. Artritis merupakan suatu bentuk peradangan yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Sedangkan rheumatoid itu sendiri berarti penyakit degeneratif yang sifatnya menahun dan menghambat aktivitas penderitanya. Jadi, dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa artritis rheumatoid adalah suatu peradangan kronik yang menyerang sendi dan jaringan penunjang di sekitar sendi, sehingga menyebabkan degenerasi jaringan ikat yang membentuk lapisan sendi serta struktur-struktur di sekitar sendi. Menurut Sylvia dan Wilson (1995), artritis rheumatoid merupakan gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ, dan merupakan penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh immunitas serta terjadi destruksi sendi progresif. Senada dengan definisi di atas, di dalam buku Kapita Selekta Kedokteran edisi-3 (2001), menjelaskan bahwa artritis rheumatoid ialah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. B. PREVALENSI Artritis rheumatoid lebih sering menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyebabnya tidak diketahui pasti, namun diduga ada hubungannya dengan mekanisme immunitas tubuh. Insidensi artritis rheumatoid meningkat dengan bertambahnya usia, puncaknya adalah pada usia 40-60 tahun. Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh dunia dari berbagai suku bangsa. Sekitar 1% orang dewasa menderita artritis rheumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta penduduk (Sylvia dan Wilson, 1995). Menurut Prof. dr. Harry Isbagio, Sp.PD-KR (2006), mengatakan bahwa pada tahun 2000, jumlah penderita artritis rheumatoid sekitar 120.000 orang. Walaupun prevalensi penyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progrsif dan paling sering menyebabkan kecacatan. Apabila tidak diobati, akan muncul kecacatan dalam tempo dua pertiga tahun kemudian. 3 Berdasarkan riset yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 78% penduduk perkotaan berpotensi mengidap penyakit radang sendi ini. Hal tersebut dikarenakan oleh gaya hidup warga perkotaan yang kurang sehat, seperti kebiasaan merokok, kurangnya olah raga, serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol (www. wina pribadi. blogspot. com.) C. ETIOLOGI Penyebabnya belum diketahui secara pasti, akan tetapi diduga dikarenakan oleh: 1. Mekanisme immunitas, seperti interaksi IgG dari immunoglobulin dengan rheumatoid faktor. 2. Faktor metabolik, melalui destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Enzimenzim ini memecahkan tulang rawan, ligament, tendon, dan tulang paha sendi serta dilepaskan bersama-sama dengan radikal oksigen dan metabolic asam arakhidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam ccairan sinovial. 3. D. Infeksi mikroorganisme. MANIFESTASI KLINIK Tanda dan gejala yang menyertai penyakit artritis rheumatoid antara lain: 1. Awitan artritis rheumatoid ditandai oleh gejala umum peradangan berupa demam, rasa lemah, nyeri tubuh, dan pembengkakan sendi. 2. Gejala-gejala sistemik, misalnya lemah, lelah, anoreksia, berat badan menurun, takikardi, dan demam. 3. Timbul nyeri dan kekakuan sendi, mula-mula disebabkan oleh peradangan akut dan kemudian sebagai akibat dari pembentukan jaringan parut. Kekakuan ini terjadi paling parah pada pagi hari dan mengenai sendi secara bilateral. Episode-episode peradangan diselingi oleh periode remisi. 4. Terjadi poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi di artrodial dapat terserang. 5. Artritis erosive, merupakan ciri khas penyakiti ini. Pada gambaran radiologik, peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram. 4 6. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit yaitu pada tangan seperti pergeseran ulnar atau deviasi pada jari tangan, subluksasi sendi metakarpofalangeal, dan leher angsa. Sedangkan pada kaki berupa tonjolan (protrusi) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. 7. Muncul nodul-nodul rematoid, yaitu massa subkutan yang biasanya terdapat di atas siku dan jari tangan. 8. Manifestasi ekstra-artikukular, menyerang organ-organ lain di luar sendi, misalnya jantung, paru-paru, mata, dan rusaknya pembuluh darah. E. FAKTOR RISIKO Berikut adalah golongan-golongan yang berisiko terkena penyakit artritis rheumatoid, antara lain: 1. Jenis kelamin, lebih berisiko terjadi pada wanita daripada pada pria. 2. Kondisi autoimun, karena salah unsur tubuh yang ditolak dan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang berakibat kea rah rematik. 3. orang yang terinfeksi mikroorganisme. 4. Usia, semakin bertambah usia semakin tinggi risiko tekena radang sendi. Ini berkaitan dengan degenerasi yaitu menurunnya perkembangan sel. 5. Kegemukan, disebabkan karena timbunan lemak di tubuh bisa membebani persendian panggul, pinggang, dan terutama lutut. 6. Riwayat keluarga yang terkena artritis rheumatoid. 7. Riwayat penyakit persendian sebelumnya. 8. Gaya hidup kurang sehat, seperti merokok, kurang olah raga, dan konsumsi makanan tinggi kolesterol. F. PATHOFISIOLOGI Inflamasi mula – mula mengenai sendi – sendi sinovial disertai edema, kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi seluler. Peradangan yang berkelanjutan , sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago 5 dari sendi.pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan nutrisi kartilago artikuler, kartilagomenjadi nekrotis. Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondria bisa menyebabkan osteoporosis setempat (peningkatan pengeroposan tulang). Lamanya rhematoid artritis berbeda pada setiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara orang ada yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain, terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid). Gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus. Serangan dapat timbul karena status fisik dan mental. G. PENATALAKSANAAN 1. Pendidikan untuk pasien mengenai penyakit dan penatalaksanaan yang dilakukan, sehingga terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu panjang. 2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi. OAINS yang diberikan : • Aspirin Pasien kurang dari 65 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 kali 1 gram/hari, kemudian dinaikan 0,3-0,6 gram/minggu sampai terjadi perbaikan. Dosis terapi 20-30 mg. • Ibuprofen • Naproksen • Piroxicam 6 • Diklovenak 3. DMARD ( Disease Modifying Anthireumathoid Drugs ) 4. Rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, caranya antara lain : • Mengistirahatkan sendi yang terlibat. • Latihan dengan menggunakan tongkat penyangga, kursi roda. • Pemanasan, baik hidroterapi maupun elektroterapi. 5. Pembedahan Jika dengan pengobatan tidak berhasil, dilakukan pembedahan, misalnya : Sinovektomi, untuk memperbaiki deviasi ulnar. Untuk menilai kemajuan pengobatan diapakai parameter : 1. Lama morning stifelness. 2. Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakan/berjalan. 3. Kekuatan dengan menggenggam ( dinilai dengan tensimeter ). 4. Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter. 5. Peningkatan LED. 6. Jumlah obat-obatan yang digunakan. Pemeriksaan Penunjang : 1. Tes factor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien arthritis reumathoid terutama bila masih aktif. 2. Protein C-reaktif biasanya positif. 3. LED meningkat. 4. Leukosit normal atau meningkat sedikit. 5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamais yang kronik. 6. Trombosit meningkat. 7. Kadar albumin serum turn dan globulin naik. 8. Pada pemeriksaan rongten, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering metatarsofaling dan sendi sakroiliaka. H. KOMPLIKASI 7 • Kelainan system pencernaan yang sering dijumpai adalah, gastritis dan ulkus peptikum. Merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid atau obat pengubah perjalanan penyakit. • Komplikasi saraf berhubungan dengan Mieo Mielopati akibat ketidaksetabilan Vertebra Servikalis dan Neuropati Iskemik Vaskulitis. I. PROGNOSIS Perjalanan penyakit arthritis reumathoid bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu panjang. Sekitar 50-75% pasien arthritis reumathoid akan mengalami remisi dalam 2 tahun. Selebihnya akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumnya meningkat 10-15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis reumathoid. 8 Patways Proses autoimun Ig M dan Ig G Kompleks imun Fagositosis Pelepasan enzim sitokinin Respon inflamasi Membran sinovial menebal Pembengkakan Terbantuk granulosit Peradangan Demam Dx 1 Nyeri akut Membentuk pannus yg Dx 3 Hipertermi menutupi kartilago Masuk ke tulang sub chondria Persendian sulit digerakan Jaringangranulosit menguat Dislokasi dr sendi Gangg. nutrisi pd kartilago Kartilago nekrosis tendon & ligamen Dx 2 Kerusakan imobilitas fisik 9 lemah