DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA MELALUI THE JAPAN FOUNDATION TAHUN 2003-2011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial oleh: IYUL YANTI NIM. 106083003761 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2012 M DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA MELALUI THE JAPAN FOUNDATION TAHUN 2003-2011 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial oleh: IYUL YANTI NIM. 106083003761 Menyetujui, Pembimbing Penasehat Akademik Kiky Rizky, M.Si Nazaruddin Nasution,SH, MA. NIP. 197303212008011002 NIP. 020001548 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2012 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 20 Februari 2012 Iyul Yanti PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-2011 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Maret 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada Program Studi Hubungan Internasional. Jakarta, 09 April 2012 Sidang Munaqasyah Ketua Jurusan, Sekertaris Jurusan, Dina Afrianty, Ph.D NIP. 197304141999032002 Agus Nilmada Azmi, S.Ag, M.Si NIP. 197808042009121002 Pembimbing, Kiky Rizky, M.Si NIP. 197303212008011002 Penguji I Dina Afrianty, Ph.D NIP. 197304141999032002 Penguji II M.Adian Firnas, S.IP, M.Si ABSTRAK Skripsi ini menganalisis “Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation tahun 2003-2011”. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan Jepang mendirikan The Japan Foundation dan perannya di Indonesia sebagai diplomasi kebudayaan. Dalam berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan adalah eksebisi, pameran kebudayaan, pertukaran pelajar dan pertukaran intelektual. Peran the Japan Foundation di Indonesia adalah sebagai media pertukaran organisasi antara Jepang dan Indonesia. The Japan Foundation adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh pemerintah Jepang sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972 di bawah Kementrian Luar Negeri Jepang. Pada tahun 2003 the Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif independen yang diharapkan akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatannya dan lebih mudah berkonsentrasi untuk tujuan pertukaran kebudayaan Jepang dengan negara-negara lain. Didirikannya the Japan Foundation di Indonesia dilatarbelakangi adanya peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) pada tahun 1974, yaitu Jepang dinilai sebagai negara yang telah mendominasi perekonomian Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi puncak kemarahan mahasiswa terhadap roda pemerintahan Soeharto yang dinilai telah merugikan masyarakat karena banyaknya investasi asing khususnya Jepang yang masuk ke Indonesia, sehingga pasar Indonesia didominasi oleh produk-produk Jepang. Oleh karena itu, Jepang memperbaiki hubungan dengan Indonesia salah satunya dalam bidang sosial budaya melalui the Japan Foundation. Keberhasilan Jepang dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia dapat dilihat dari respon masyarakat yang ingin mengenal kebudayaan Jepang lebih jauh dan peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang, kemudian berbagai kegiatan eksebisi yang dilakukan Jepang melalui the Japan Foundation Jakarta. Saat ini hubungan Jepang-Indonesia dinilai baik, dan keberadaan the Japan Foundation Jakarta tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Skripsi ini menggunakan konsep diplomasi dalam bentuk second track diplomacy, diplomasi kebudayaan menurut Martin Wight dan Winston Churchil, politik luar negeri oleh J.R Childs dan kepentingan nasional menurut K.J Holsti dan Hans J. Morgenthau. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis yang menggunakan data berupa data primer seperti wawancara dengan narasumber pada the Japan Foundation Indonesia. Sementara data sekunder berupa studi kepustakaan, didapat melalui buku-buku, jurnal, majalah, dan jaringan internet. Kata kunci: Diplomasi Kebudayaan, Politik Luar Negeri, Kepentingan Nasional, The Japan Foundation. iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang Di Indonesia Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-2011”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Kiky Rizky, M.Si. sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 2. Terutama untuk Ayahanda Tercinta Suparman dan Ibunda Muniroh selaku orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat, berdoa untuk kebaikan dan kesuksesan putra-putrinya, dukungan baik moral maupun material selama penulis menuntut ilmu. Terimakasih Mah, Pak... 3. Bapak Prof. Dr.Bahtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis. 7. Bapak Badrus Sholeh, MA dan Bapak Armein Daulay M.Si. sebagai dosen Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan masukan pada skripsi serta mengajarkan dan membimbing penulis sejak awal memasuki Program Studi Hubungan Internasional. 8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiwi. 9. Terimakasih untuk perpustakaan The Japan Foundation Jakarta khususnya kepada Ibu Diana S. Nugroho dan Ibu Susanti Pogram Cultural Section dan ketua perpustakaan The Japan Foundation Jakarta yang telah banyak membantu memberikan bahan-bahan skripsi ini, Perpustakaan BPPK Kementerian Luar Negeri Indonesia, PDHI UI, Miriam Budiardjo, PDII LIPI, Perpustakaan Nasional, Freedom Institute, Perpustakaan IISIP, Perpustakaan Budi Luhur, Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Pasca Sarjana UIN, Perpustakaan Univ. Parahyangan Bandung, Perpurtakaan Univ. Muhamadiyah Yogyakarta. 10. Teruntuk Pijay Wijaya, Yeni Purwanti, Aizar Arfa Wijaya, Laziah Nurjamilah, Silmi Lisani Putri, Syafira Nurfadillah, selaku kakak, v keponakan, dan adik yang penulis sayangi, terimakasih atas dukungan dan do’a kalian. 11. My Aunty Elsih Sukarsih dan Mimi Mulyanah, terimakasih telah memberikan motivasi pada penulis untuk selalu berpikir positif dan optimis. 12. Teruntuk sahabat-sahabat terbaik penulis di HI Puji Nia Rachmatika, Dwi Wahyuni, dan Umi Kulsum. Kalian semua telah memberikan pertemanan yang indah dengan segala suka duka dan canda tawa sejak awal perkuliahan hingga saat ini, serta telah memberikan dorongan semangat di saat penulis putus asa dalam pembuatan skripsi ini dan memberikan banyak masukan hingga sampai menyelasaikan skripsi ini. “we are not number one but we are the best” 13. Sahabat Rosy Kamalia, Maya Damayanti, Astrid Ismulyati, Starlet Ralisya Injaya, Lilis Widya Sari, Yeyen Magreyeni S, dan Yeni Puspita Sari teman seperjuangan penulis selama di HI yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segala saran, kritikan, dan tidak pernah lelah memberikan nasihat semangat. Jatuh bangun bersama mencari data skripsi. “temannnn...! akan indah pada waktunya....” 14. Sahabat kost Pondok Sakinah Teh Iyam, Ai, dan kak reni, dan Pegasus Kak Wiwin, Kak Kiki, dan Dilah kalian semua telah menjadi saksi dalam proses penulisan skripsi ini. ’Thanks alot my best friends’ 15. Kepada kawan-kawan di PSM (Paduan Suara Mahasiswa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sahabat Herda, Zakia, Nurul, kak Tutto, kak Odoy, kak Secco, Kak Dilah, ka Ika, Kak Lily, dan kak jay kalian telah memberikan hari-hari selama penulisan skripsi ini terasa menyenangkan, ”Thank You...!!! 16. Teman-teman Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 17. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan ke depan. Jakarta, 20 Februari 2012 Iyul Yanti vi DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................... vi DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ....................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9 D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 9 E. Metoda Penelitian ................................................................................... 18 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19 BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN JEPANG-INDONESIA A. Hubungan Jepang-Indonesia .................................................................. 21 a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia ................................................ 21 b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama ......................... 24 c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru ........................... 27 BAB III PERISTIWA MALARI DAN TERBENTUKNYA THE JAPAN FOUNDATION INDONESIA A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara ............................................ 34 B. Peristiwa Malari Tahun 1974 ................................................................. 36 C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation ..................... 39 BAB IV DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA MELALUI THE JAPAN FOUNDATION A. Peran The Japan Foundation di Indonesia ............................................. 46 B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia ............................. 49 C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011 ............ 57 BAB V Penutup........................................................................................................ 66 Daftar Pustaka Lampiran vii DAFTAR TABEL Gambar I.1 Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan. ............... 12 Tabel I.1 Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi Kebudayaan ............................................................................... 13 Gambar struktur III. 2 The Japan Foundation pada Kementerian luar negeri Jepang............................................................................................... 40 Gambar II.2 The Japan Foundation Worldwide ......................................... 44 Gambar Struktur IV. 2 The Japan Foundation Jepang ............................... 59 Tabel II.2 Kegiatan the Japan Foundation ................................................. 60 Tabel IV.4 Perkembangan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta tahun 2003-2011 ......................................................................................... 65 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Transkrip Wawancara Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian ix DAFTAR SINGKATAN AS Amerika Serikat ASEAN Association of South East Asian Nations CIA Central Inteligencie Agency CRO Cumulative Reles of Origin EPA Economic Partnership Agreement GNP Gross National Product GSP General Scheme of Preference IMF International Monetary Fund JENESYS Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths JICA Japan International Coorporation Agency JLPT Japanese Language Proficiency Test LSM Lembaga Swadaya Masyarakat Malari Malapetaka Lima Belas Januari MTN Multilateral Trade and Tarif Negotiation NGO Non Government Organization ODA Official Development Assistance PETA Pembela Tanah Air PM Perdana Menteri RUP Rencana Urgensi Perekonomian SLTA Sekolah Tingkat Atas SSIA Society for the Study of Indonesian Art Japan UUD Undang-Undang Dasar US United State WTO World Tread Organization x 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tahun 1939 antara pihak Sekutu Amerika Serikat, telah membuat Jepang membentuk format hubungan kerjasama baru, yaitu meningkatkan hubungan ekonomi, politik, dan sosial budaya dengan negara-negara di dunia yang salah satunya dengan Indonesia. Jepang yang pernah hancur dibom oleh Amerika Serikat menjadikan Jepang porak-poranda dalam berbagai aspek, kemudian untuk kembali bangkit meneruskan pembangunan Jepang membutuhkan bantuan dan kerjasama dari pihak luar. Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat memberi kesempatan kepada Jepang untuk bekerjasama di berbagai bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya.1 Kondisi itulah yang melatarbelakangi kedekatan antara Jepang dengan AS, kedekatan itu yang kemudian memberikan pengaruh bagi Jepang untuk melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain di dunia. Perkembangan hubungan politik Jepang pada tahun 1948 terhadap negaranegara lain tidak terlepas dari peranan Amerika Serikat, termasuk dengan Indonesia. Amerika Serikat berhasil mengintervensi politik dalam negeri Jepang melalui badan intelejen CIA (Central Intelligence Agency). Pada saat itu Jepang dipimpin oleh PM Nobusuke Kishi sebagai ketua partai berkuasa, saat itu muncul Yoshi Kodama yaitu seorang pemberontak di Jepang yang pernah melakukan aksi melawan pemerintah, dan menjadi orang kepercayaan Amerika Serikat dalam 1 Mashashi Nishihara, Soekarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia- Jepang 1951-1966, h. 6. 2 membantu keinginannya menjadi badan intelejen CIA, kemudian mereka membentuk politik Jepang Pasca Perang Dunia II.2 Dalam upaya meredam pengaruh komunis, Jepang dan Amerika Serikat menjadi salah satu yang melatarbelakangi hubungan politik antara Jepang dengan Indonesia.3 Dengan melalui perundingan secara bilateral antara Jepang dan Indonesia terkait dengan pampasan perang merupakan latarbelakang juga atas hubungan politik Jepang-Indonesia, perundingan itu pun sekaligus menjadi langkah awal bagi Jepang untuk membuka hubungan diplomatiknya. Dalam melakukan hubungan politik tersebut, bagi masing-masing kedua negara JepangIndonesia memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Jepang tidak terlepas dari pengaruh Amerika Serikat untuk meredam pengaruh komunis di Indonesia. Bagi Indonesia, perjanjian pampasan perang sangat penting untuk meningkatkan politiknya.4 Agenda politik Indonesia ini merupakan awal hubungan dengan agenda-agenda lain dalam kepentingan Indonesia terhadap Jepang terutama dibidang ekonomi. Hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang diplomatik didasarkan pada perjanjian perdamaian antara Republik Indonesia dan Jepang pada bulan Januari 1958, sejak itu hubungan bilateral antara kedua negara berlangsung baik dan terus berkembang tanpa mengalami hambatan. Eratnya hubungan bilateral kedua negara tersebut juga tercermin dalam berbagai persetujuan yang ditandatangani maupun pertukaran nota oleh kedua pemerintahnya, yang dimaksudkan untuk 2 Tim Winer, Membongkar Kegagalan CIA, pionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2008, h. 147. 3 Ibid, h. 222. 4 Departemen Lur Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa, h. 293. 3 memberikan landasan yang lebih kuat bagi kerjasama di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan sosial budaya.5 Pada tahun 1970-an Jepang telah tumbuh sebagai negara dengan perekonomian yang modern didasari dengan ekspor impor yang dilakukan Jepang, meskipun negara ini pada awalnya adalah negara miskin yang memiliki sumber daya alam sangat terbatas, kekuatan ekonomi Jepang sebagian besar bertumpu pada sektor industri manufaktur. Namun Jepang menyadari bahwa negaranya memerlukan sumber daya alam, serta daerah pemasaran yang terdapat di negaranegara berkembang. Oleh karena itu, Jepang meningkatkan kerjasama ekonomi perdagangan dan pembangunan, hal ini terlihat dari bantuan ODA (Official Development Assistance) pada tahun 1960. Disamping itu bantuan ekonomi yang diberikan telah membantu Jepang mengembangkan perdagangan dan hubungan politik dengan negara-negara Asia.6 Kekalahan perang Jepang pada tahun 1945, sebenarnya adalah kebangkitan bagi Jepang setelah kekalahannya pada Perang Dunia II, Jepang lebih meningkatkan kekayaan bangsa dan memperkuat negara dengan angkatan persenjataannya untuk mampu bersaing dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kemudian investasi negara diperluas untuk mengembangkan produksi sehingga pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat. Berdasarkan ajaran semangat bushido (semangat budha) yang mengajarkan 5 Diakses dari http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCoorporation/DispForm.aspx?ID= 56, pada tanggal 31 Januari 2012, pukul 12.00. 6 Orr, Jr, Robert M, Japan’s Emergence as A Foreign Aid Power, New York: Colombia University Press, 1990, h. 46. 4 kepatuhan kepada penguasa dan bermoral tinggi dengan menjunjung tinggi sikap disiplin.7 Perdagangan Jepang meluas secara cepat sejak pertengahan 1960-an dan bantuan ekonomi ke Asia Tenggara pun bertambah, berawal dari tujuan politik yang kemudian membuka jalur bantuan keuangan dan investasi swasta pada tahun 1972. Sesuai dengan statistik Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri, investasi swasta yang disetujui mencapai $858 juta di tahun 1971, sedangkan pada tahun 1972 mencapai $2338 juta.8 Kemampuan Jepang untuk melakukan perdagangan internasional dengan pertumbuhan ekonomi yang besar, membuatnya dijuluki oleh negara Asia sebagai “Kekuatan Ekonomi Raksasa”. Hal ini didasarkan GNP-nya yang besar didapat dari ( Gross national product) Pendapatan Kotor Nasional industri-industri berat serta kimia dan perdagangan yang meningkat per kapita pada tahun 1979 sebesar $6.300.9 Namun hubungan perdagangan dengan Asia Tenggara khususnya Indonesia hanya menguntungkan bagi Jepang. perdagangan yang seimbang memunculkan Tidak adanya mekanisme kelompok anti-Jepang, misalnya investasi, bayaran buruh murah, mobil dan produk-produk Jepang telah menguasai pasar Asia Tenggara. Korporasi-korporasi Jepang telah bergerak dan masuk ke Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan dalam mencari buruh murah. Kemudian negara-negara menuntut, bahwa Jepang menggunakan skala-skala upah rendah 7 Nandang Rahmat, In International Seminar Proceedings, Latar Belakang Persepsi Orang Asing Terhadap Etos Kerja Bangsa Jepang, Surabaya: Research Center for Japanese Studies- Institute of Reseaches The States University of Surabaya, 2006, h. 3. 8 Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1981, h. 72. 9 Sayidiman Suryohadiprojo, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, Jakarta: PT. Gramedia, 1998, h. 199. 5 untuk memetik keuntungan besar. Inilah yang menyebabkan Jepang disebut sebagai kekuatan ekonomi raksasa karena telah dianggap memonopoli perekonomian dunia.10 Pada tahun 1970-an Jepang juga disebut sebagai „hewan ekonomi‟ oleh negara Asia artinya negara yang serakah dan menguasai perekonomian Asia bahwa Jepang telah menggantikan agresi militer dengan agresi ekonomi.11 Kemudian untuk memulihkan citra baik, Jepang menyadari perlu adanya keterlibatan internasional dengan negara-negara yang telah menganggapnya tidak baik, sehingga Jepang melakukan perdagangan internasional, selain ekonomi dan politik pemerintah Jepang juga melakukan keterlibatan internasional mengenai kebudayaan. Karena tidak hanya hubungan internasional dalam bentuk kerjasama ekonami dan politik saja, hubungan internasional kebudayaan sangat penting untuk rakyat dan ketahanan negaranya.12 Untuk itu Jepang mendirikan sebuah lembaga kebudayaan yang dikenal dengan nama The Japan Foundation pada bulan Oktober 1972 di Tokyo. Lembaga ini bertujuan sebagai pusat pertukaran kebudayaan Jepang.13 Hingga saat ini, the Japan Foundation telah mendirikan 23 kantor yang tersebar di 21 negara di seluruh dunia. Hal ini juga termasuk empat institusi di Jepang, yaitu di Tokyo sebagai pusat kota, Kyoto karena dianggap sebagai pusat budaya Jepang, Kansai sebagai pengembangan bahasa Jepang, dan Urawa, serta tiga di antaranya di Amerika Serikat, yaitu satu di Los Angeles dan dua di New York. Kantor terakhir yang didirikan, adalah kantor cabang Vietnam yang baru beroperasi pada 10 Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 73. Suryohadiprojo, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, h. 201. 12 Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 91. 13 Ibid, h. 94. 11 6 tahun 2007. Untuk kawasan Asia Tenggara, the Japan Foundation telah memiliki lima kantor cabang, yaitu di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, dan Hanoi. Seiring dengan semakin pentingnya kawasan Asia Tenggara dalam dunia internasional saat ini, maka the Japan Foundation meningkatkan keterlibatannya di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu pada tanggal 1 April 2007 the Japan Foundation membuka biro Asia Tenggara yang bertempat di Thailand (Bangkok).14 Dana operasional berasal dari bunga modal awal yang diberikan oleh pemerintah Jepang ditambah dengan subsidi tahunan dari pemerintah serta dari sektor swasta atau perusahaan-perusahaan Jepang. Salah satu alasan Jepang mendirikan the Japan Foundation, yaitu untuk melakukan kerjasama internasional tidak hanya melalui ekonomi dan politik saja, melainkan perlu adanya kerjasama internasional di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan kerjasama kebudayaan sangat penting bagi kepentingan nasionalnya, dan sebagai pemulihan citra bagi negara yang pernah dijajahnya, maka Jepang banyak mendirikan pusat kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation di negara-negara yang dianggapnya penting untuk memperkenalkan kebudayaannya di mata dunia.15 Kemudian, yang melatarbelakangi berdirinya the Japan Foundation di Asia Pasifik, khususnya Indonesia adalah terjadinya konflik pada tanggal 15 Januari 1974 yang dikenal dengan nama Malari. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mahasiswa Indonesia terhadap dominasi modal asing Jepang, sehingga menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia. Dari sudut pandang mahasiswa hal ini dipandang sebagai wujud konflik kepentingan antar-kelompok 14 Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=comcontent&taks=blogcategory &id-19&Itemid=31 pada tanggal 05 April 2011, pukul 21.05. 15 Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 90. 7 yang mempunyai pengaruh besar dalam elit politik Indonesia saat itu. Kelompok tersebut dapat diwakili oleh kelompok Jenderal Sumitro yang mewakili modal Amerika Serikat melawan kelompok Jenderal Ali Murtopo yang mewakili modal Jepang. Konflik ini kemudian dimenangi oleh kelompok Ali Murtopo, sehingga konsekuensinya modal Jepang menjadi dominan dalam membantu perubahan ekonomi Indonesia.16 Peristiwa Malari pada tahun 1974 itu memaksa Jepang untuk introspeksi terhadap kebijakan yang selama ini dijalankannya jika Jepang ingin tetap membina hubungan baik dengan negara-negara Asia Tenggara, khususnya dengan Indonesia. Maksud baik Jepang kemudian dibuktikan dengan kunjungan Perdana Menteri Fukuda ke negara-negara ASEAN (Association of South East Asian Nation) pada tanggal 18 Agustus 1977 di Manila yang berakhir dengan dikeluarkannya Doktrin Fukuda, yang salah satu isinya adalah Jepang akan berusaha keras untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara ASEAN.17 Hubungan ini ditekankan sebagai hubungan persahabatan, tidak hanya di bidang ekonomi dan politik, melainkan juga di bidang sosial budaya. Salah satunya dengan didirikan pusat kebudayaan untuk membangun citra baik bangsa Jepang dan sebagai alat diplomasi Jepang. Diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia yang dilakukan the Japan Foundation melalui beberapa proses terlebih dahulu. Hal ini untuk melihat respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang mulai dari tahun 1974 setelah peristiwa Malari sampai tahun 1979. Tujuannya untuk memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang lebih baik dan untuk memelihara serta 16 A, Yahya Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi di Indonesia 19501980, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 39. 17 J, Panglaykim, Doktrin Fukuda: Suatu Pandangan Bisnis, Analisa, Vol. VI No.10 Oktober 1997, h. 8. 8 mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang.18 Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia.19 Persahabatan dua negara dapat terjalin dengan baik dan saling menguntungkan kedua belah pihak merupakan tantangan tersendiri bagi pelaksanaan diplomasi kedua negara. Jepang melakukan diplomasi kebudayaannya ke berbagai negara melalui pertukaran kebudayaan, yang diharapkan dapat mempererat hubungan bilateral Jepang, dalam berbagai bidang, yaitu diplomatik, ekonomi, dan juga aspek kebudayaan.20 Hubungan kebudayaan dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk tidak melakukan kekerasan pada suatu persengketaan dan juga dapat mempertinggi kesadaran manusia untuk saling ketergantungan bagi semua bangsa dan negara. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan meneliti dan menganalisis lebih dalam mengenai tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation terkait masalah diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program yang telah dilaksanakan dengan mengacu pada fakta-fakta yang telah ada, batasan waktu yang diambil dalam penelitian ini, yaitu pada tahun 2003-2011 karena pada tahun tersebut the Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif independen. Oleh karena itu penelitian ini dijadikan sebuah skripsi dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation Tahun 2003-2011”. 18 The Japan Foundation, Nuansa, Jakarta: edisi Januari-Februari-Maret 2011, h. 1. Ibid, h. 2- 3. 20 Budi Saranto, Gaya Manajemen Jepang, Berdasarkan azas Kebersamaan dan Keakraban, h. 58. 19 9 B. Rumusan Masalah Pertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: Apa tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation dan bagaimana perannya di Indonesia? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program the Japan Foundation yang menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan di Indonesia. D. Kerangka Pemikiran Dalam skripsi ini, penulis menganalisis keberadaan the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia. Untuk menganalisis hal tersebut, penulis menggunakan konsep diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar negeri dan kepentingan nasional. Konsep adalah kata yang menggambarkan suatu gagasan, klarifikasi, atau memperkenalkan suatu sudut pandang dan mengamati suatu fenomena yang empiris. Konsep dalam ilmu sosial adalah bersifat objek seperti orang, kelompok, negara, atau organisasi internasional.21 Diplomasi Menurut the Oxford English Dictionary diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang erat kaitannya dengan politik internasional, yaitu seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.22 Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yag berdaulat 21 22 Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990, h. 94- 95. SL, Roy, Diplomacy, h. 2. 10 melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional.23 Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan diplomasi adalah negosiasi yang dilakukan aktor-aktor internasional untuk menyelesaikan permasalahan nasional atau internasional dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri. Terdapat dua bentuk diplomasi secara spesifik, yaitu first track diplomacy, adalah sebuah komunikasi yang bersifat resmi dan rahasia dalam menyelesaikan konflik dengan negara lain, yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah (goverment to goverment).24 Kemudian second track diplomacy yaitu upaya negosiasi dalam penyelesaian konflik antarnegara yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah (non-govermental organozations/ NGOs) atau masyarakat dengan masyarakat (people to people).25 Dalam tulisan ini penulis menggunakan second track diplomacy, yaitu organisasi yang tidak melibatkan pemerintah yang bersifat independen, untuk mencapai kepentingan dan tujuan berpengaruh terhadap negara. Tujuan utama diplomasi yang efektif adalah untuk menjamin keuntungan negara sendiri, demi kepentingan nasionalnya untuk memelihara keamanan. Selain itu, untuk memajukan ekonomi perdagangan dan kepentingan komersial perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan kebudayaan dan ideologi, meningkatkan prestasi nasional, dan mempererat persahabatan dengan negara lain. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi adalah untuk 23 Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New York: Palgrave Macmillan, 2003, h. 69- 70. 24 Diakses dari http://www.beyondintractability.org/essay/track1_diplomacy/, pada 15 Maret 2010, pukul 18.00. 25 Geoff Berridge and Alan James, h. 260. 11 mencapai tujuan-tujuannya secara damai, tetapi apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka tindakan-tindakan lain seperti perang, diperbolehkan.26 Diplomasi Kebudayaan Diplomasi sangat erat kaitannya dengan hubungan internasional. Hal ini disebabkan karena diplomasi merupakan instrumen yang digunakan oleh negaranegara untuk melaksanakan politik luar negeri agar mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan kata lain, diplomasi merupakan alat untuk melaksanakan hubungan internasional. Secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasional di kalangan internasional. 27 Dalam hal ini diplomasi tidak hanya diartikan sebagai perundingan melainkan semua upaya hubungan luar negeri. Begitu pula dengan diplomasi kebudayaan, diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian. Sedangkan secara makro sesuai dengan ciri khas utama. Misalnya propaganda. Kegiatan diplomasi kebudayaan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan oleh lembaga-lembaga seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh kelompok, masyarakat, individuindividu, termasuk warga negara. Dilihat pada skema berikut ini, 26 27 2007, h. 2. SL, Roy, Diplomacy, h. 9-10. Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 12 Gambar I.1 Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan Pemerintah Pemerintah Kekuatan Nasional Kepentingan Nasional Kepentingan Nasional Masyarakat Strategi Kebudayaan Masyarakat Sumber: TulusWarsito& Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007. Keterangan: Diplomasi kebudayaan dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara bukan semata-mata langsung kepada pemerintah dengan tujuan kepentingan nasional.28 Diplomasi kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu diplomasi kebudayaan makro dan diplomasi kebudayaan mikro.29 Diplomasi kebudayaan makro, menurut pengertian umum adalah segala hasil dan upaya budidaya manusia terhadap lingkungan dapat diartikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang kemudian dapat dipelajari untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan.30 Sedangkan diplomasi kebudayaan mikro merupakan hasil dari diplomasi kebudayaan makro, berupa pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga dan kesenian. Diplomasi kebudayaan, dapat dipakai oleh semua masyarakat resmi atau tidak resmi, melalui pemerintah atau pun non pemerintah terhadap negara yang dituju.31 Melalui sarana yang relatif mudah dan efektif dalam menciptakan opini masyarakat dunia terhadap kepentingan nasional, seperti melalui propaganda yang 28 Ibid, h. 17. Ibid, h. 3. 30 Ibid, h. 19. 31 Ibid, h. 71. 29 13 merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial suatu bangsa kepada bangsa lain. Ada beberapa konsep dalam diplomasi kebudayaan yang terdapat dalam tabel sebagai berikut, diantaranya: Tabel I.1 Hubungan antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi Kebudayaan32 SITUASI DAMAI KRISIS KONFLIK PERANG BENTUK TUJUAN SARANA - Eksebisi - Kompetisi - Pertukaran Misi - Negosiasi - Konferensi - Propoganda - Pertukaran Misi - Negosiasi - Pengakuan - Hegemoni - Persahabatan - Penyesuaian - Pariwisata - Olah Raga - Pendidikan - Kesenian - Persuasi - Penyesuian - Pengakuan - Ancaman - Teror - Penetrasi - Pertukaran Misi - Boikot - Negosiasi - Ancaman - Subversi - Persuasi - Pengakuan - Politik - Media Massa - Diplomatik - Misi Tingkat Tinggi - Opini Publik - Opini Publik - Perdagangan - Paramiliter - Forum Resmi - Pihak Ke tiga - Kompetisi - Teror - Penetrasi - Propaganda - Embargo - Boikot - Blokade - Dominasi - Hegemoni - Ancaman - Subversi - Pengakuan - Penaklukan - Militer - Paramiliter - Penyelundupan - Opini Publik - Perdagangan - Suplai Barang Konsumtif (termasuk senjata) Sumber: Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007. Keterangan: - Semakin negatif hubungan antara dua (atau lebih) negara-negara, maka akan semakin banyak intensif bentuk diplomasi kebudayaan yang dipakai. - Dalam pengertian konvensional, diplomasi kebudayaan dilakukan pasca -perang dengan damai. Salah satu bentuk diplomasi kebudayaan adalah eksebisi atau pameran dapat dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa. Eksebisionistik adalah bahwa setiap negara dianggap mempunyai keinginan untuk 32 Ibid, h. 31. 14 memamerkan keunggulan yang dimilikinya, sehingga mempunyai citra bangsa yang bernilai. Eksebisi dapat dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri. Melalui pameran, dapat memperoleh pengakuan yang kemudian dikaitkan dengan kepentingan nasional, baik melalui perdagangan maupun pameran kebudayaan.33 Selain eksebisi, bentuk dari diplomasi kebudayaan adalah kompetisi yang merupakan perlombaan dalam arti positif, seperti pertandingan dalam suatu cabang olah raga. Diplomasi kebudayaan dalam bentuk pertukaran pelajar merupakan salah satu jenis hasil dari negosiasi yang telah dilakukan. Pertukaran pelajar ini, mencakup masalah kerjasama beasiswa antar-negara. Hal ini memberikan gambaran bahwa negara-negara yang bersangkutan mempunyai kepentingan timbal-balik dalam aspek kebudayaan, khususnya dibidang pendidikan. Dalam hubungannya antara nagara maju dengan negara sedang berkembang, dikenal adanya “expert-export”. Expert adalah negara penerima, sedangkan export adalah negara pengirim. Export merupakan pakar atau ahli yang dikirim melalui lembaga-lembaga pendidikan tinggi di negara. Selama belajar di negeri tuan rumah, calon expert diharapkan mempelajari disiplin ilmu yang ditekuninya dan dapat memberikan informasi sosial, ekonomi, serta politik pada masyarakat di negara asalnya.34 Menurut Martin Wight, diplomasi kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian.35 Pertama, setelah Perang Dingin, adanya peraturan pola kekuasaan internasional terbagi oleh dua negara yang berkuasa, yaitu Amerika Serikat dan 33 Ibid, h. 21. Ibid, h. 59. 35 Soedjatmoko and Kenneth W Thompson dalam World Politics, Cultural Diplomacy, An Introduction, 1976, h. 405. 34 15 Uni Soviet. adanya kekuatan besar di antara negara yang kecil yang memiliki kekuasaan di bidang politik. Ke dua, suatu bangsa harus membangun pertumbuhan jaringan keamanan di seluruh dunia untuk tujuan ilmiah, pendidikan, dan teknologi. Ke tiga, diplomasi kebudayaan dapat dijadikan kekuatan utama dalam membentuk suatu sistem internasional yang baru dan subsistem regional. Beberapa tujuan dari diplomasi kebudayaan yaitu:36 pertama tujuan diplomasi kebudayaan lebih luas dari pada pertukaran kebudayaan, hal tersebut mencakup mengirim utusan ke luar negeri untuk memperkenalkan kebudayaan satu negara ke negara lain. Seperti yang digambarkan oleh The Marshall Plan37 pada Winston Churchil, yaitu tindakan suatu bangsa yang tidak menggunakan kekerasan merupakan bentuk dari diplomasi kebudayaan. Ke dua, tujuan diplomasi kebudayaan adalah membangun pengetahuan baru dan kepekaan terhadap negara lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik antara masyarakat dengan bangsanya. Ke tiga, diplomasi kebudayaan adalah untuk mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) guna mendukung suatu kebijakan luar negeri tertentu. Biasanya, terjadi dalam hubungan diplomasi kebudayaan antara masyarakat dengan masyarakat lain. Diplomasi Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi atau membangun citra bangsa melalui kebudayaan. Sebenarnya, tindakan yang paling efektif untuk memulihkan citra bangsa dengan cara mengubah realitas. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan tersebut, dapat meningkatkan aspiriasi dan pemahaman untuk 36 Ibid, h. 406. The Marshal Plan adalah program ekonomi tahun 1947 oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di eropa dan Asia setelah Perang Dunia II. 37 16 peningkatan citra positif, membangun saling pengertian serta memperbaiki citra bangsa.38 Menyangkut politik luar negeri dan kepentingan nasional. Politik luar negeri setiap negara yang memiliki hubungan dengan negara lain harus memisahkan politik dalam negerinya dengan politik luar negeri, definisi dari politik luar negeri adalah kepentingan suatu negara terhadap negara lain. Menurut Gibson dalam bukunya the Road to Foreign Policy politik luar negeri adalah rencana komprehensif yang dibentuk baik didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman, untuk menjalankan bisnis pemerintahan dengan negara lain dan politik luar negeri ditunjukan pada peningkatan dan perlindungan kepentingan bangsa.39 Politik luar negeri dalam aspek yang dinamis adalah sebuah sistem tindakan suatu pemerintahan terhadap negara lain, termasuk dalam jumlah keseluruhan hubungan luar negeri suatu bangsa, bentuk, dan tujuan kepentingannya. Diplomasi dan politik luar negeri menurut J. R Childs adalah substansi hubungan luar negeri suatu negara, sedangkan diplomasi adalah proses kebijakan yang dilaksanakan, artinya politik luar negeri mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri sedangkan diplomasi sebagai pelaksana.40 Politik luar negeri suatu bangsa ditunjukan untuk memajukan dan melindungi kepentingan negara, begitupun dengan diplomasi yang mempunyai kepentingan dan fungsinya sama. Potilik luar negeri Jepang sesudah Perang Dunia II lebih mengarah pada cinta damai, hal ini didasarkan pada perekonomiannya yang tergantung pada impor sumber daya alam dan ekspor barang kemudian dapat menjamin jalur lalu 38 Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, h. 4. SL, Roy, Diplomacy, h. 31. 40 Ibid, h. 33. 39 17 lintas perdagangan agar tidak terganggu.41 Karena jalur perdagangan yang aman dapat menjamin dan memelihara hubungan damai dengan semua negara di dunia. Kepentingan Nasional (national interest) adalah suatu konsep analisa hubungan luar negeri, sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku hubungan luar negeri suatu negara.42 Konsep kepentingan nasional menjelaskan bahwa demi kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya yaitu mencapai kepentingan nasional. Tercapainya kepentingan nasional negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dan negara akan tetap mendapatkan kelangsungan hidup (survival).43 Kepentingan menurut K.J. Holsti merupakan konsep untuk menentukan masa depan suatu negara melalui para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan luar negeri.44 Sementara menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan untuk mendapatkan pertahanan suatu negara di atas negara lain.45 Demikian halnya dengan Jepang yang telah memberikan bantuan keuangan kepada Indonesia karena kepentingan nasionalnya, yaitu menjamin kelancaran pasokan bahan dasar untuk industrinya. Hal serupa dengan the Japan Foundation yang dapat dilihat dari berbagai jenis program yang dijalankannya semata-mata tidak hanya ingin mengenalkan budaya Jepang saja, didalamnya juga terdapat unsur kepentingan nasional, diplomasi, politik luar negeri dan pencitraan baik setelah terjadinya konflik Malari 1974. Seperti yang 41 Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, h. 279. Ibid, h. 139. 43 Jackson Robet and Sorensen Georg, Pengantar studi hubungan Internasional, pustaka pelajar, Yogyakarta, 2005, h. 88. 44 K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987, h. 206. 45 Hans Morgenthau, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace, Michigan University: A. A. Knopf, 1948, h. 45. 42 18 dikatakan oleh Hans J. Morgentau strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan nasional, ia juga mengatakan bahwa kepentingan nasional adalah setiap negara mengejar kekuasaan yaitu dapat membentuk pengendalian diri dan mempertahankan suatu negara dari negara lain.46 Dari definisi dan tujuan diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar negeri dan kepentingan nasional di atas dapat dilihat pada negara Jepang. Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaan pada negara-negara lain melalui the Japan Foundation karena Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya yang begitu besar, maka Jepang dianggap telah mendominasi perekonomian negara-negara yang sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya, sehingga menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang melakukan diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu Jepang ingin budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya dengan melakukan diplomasi kebudayaan melalui lembaga the Japan Foundation. E. Metoda Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu cara untuk membuat gambaran dan situasi yang menjadi bagian permasalahan yang akan diteliti.47 Jenis penelitian ini menggunakan metoda analisis kualitatif.48 Penelitian tersebut didukung dengan berbagai sumber seperti buku, jurnal, majalah, dan internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber 46 Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, h. 140. John W Creswell, Qualitative and Quantitative Approach, (California: Sage Publication), 1994, h. 148. 48 Lissa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana), 2007, h. 87. 47 19 pada The Japan Foundation Indonesia yang dapat dipercaya sebagai sumber utama dan menggali informasi yang akan menyempurnakan skipsi ini.49 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini, dibagi dalam lima bab, dengan perincian sebagai berikut: BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kerangka Pemikiran E. Metoda Penelitian F. Sistematika Penulisan BAB II Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia A. Hubungan Jepang-Indonesia a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru BAB III Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foundation Indonesia A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara B. Peristiwa Malari Tahun 1974 C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation 49 Ibid, h. 104. 20 BAB IV Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation A. Peran The Japan Foundation di Indonesia B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011 BAB V Penutup 21 BAB II Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia A. Hubungan Jepang-Indonesia Dalam bab II skripsi ini, penulis akan membahas mengenai pasang surut hubungan Jepang-Indonesia pada masa penjajahan, masa Orde lama, dan masa Orde baru. Penjelasan tersebut disajikan untuk memberi gambaran kepada pembaca mengenai perkembangan hubungan Jepang dan Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya. Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia pada tahun 1970-an, mempunyai arti yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada era pembangunan seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Hubungan Jepang-Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, baik pada masa sebelum Indonesia merdeka maupun setelah merdeka. Meskipun demikian, untuk menekankan perkembangan hubungan Jepang-Indonesia. A. 1. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hndia-Belanda (Indonesia) adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Pulau Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan di Sumatera sebagai sumber minyak utama.50 50 Diakses pada http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/02pproof%20masa_pendudukan _jepang. pdf, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.30. 22 Kebijakan Jepang ternyata tidak berjalan lama, Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya yang kemudian kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru bertujuan untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain, Gerakan Tiga A adalah Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Putera, bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia dari pada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan dari pada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebangkitan Jawa) pada bulan Maret 1944 Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan kegiatan dengan bukti yang nyata. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tujuannya untuk mengajukan usul kepada 23 pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.51 Dampak negatif kependudukan Jepang di antaranya, - Ekonomi Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. - Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang. Politik atau pemerintahan Meskipun ada organisasi politik yang masih terus berjuang menentang Jepang. - Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepang - Didirikan/dibentuknya berbagai organisasi Jepang - Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang - Rakyat kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena penyakit. - Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa itu. Dampak positif kependudukan Jepang di antaranya, - Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang tergabung dalam Ku (desa) 51 Diakses dari http://finnme6.detik.com/2001/01/17/masa-pendudukan-jepang-diindonesia/, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.00. 24 - Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat pendidikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya. - Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan masih dalam pengawasan Jepang. - Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun pemerintah - Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah - Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA (Pembela Tanah Air). A. 2. Hubungan Jepang-Indonesia Masa Orde Lama Masa Kabinet Natsir pada tahun 1945-1947 di Indonesia adanya program yang dinamakan Program Benteng, ini merupakan bagian integral dari RUP. Program Benteng adalah salah satu upaya untuk membentuk suatu kelas menengah nasional dengan jalan membatasi alokasi impor, gagasan utama program Benteng ini adalah untuk mendorong para importir nasional agar mampu bersaing dengan perusahaaan-perusahaan asing. Program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk keuangan kepada indonesia memiliki modal besar untuk mengimpor.52 Setelah pelaksanaan Program Benteng, sistem perekonomian diarahkan pada Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama antara tahun 1955/19561960/1961, yang kemudian menjadi Rencana Nasional pada kabinet Ali Sastroamidjyo tahun 1956. Tujuan utama dari Rencana Lima Tahun adalah untuk 52 Ibid, 29. 25 mendorong industri dan pembangunan perusahaan-perusahaan pelayanan umum, dan jasa dalam sektor publik yang diharapkan akan merangsang penanaman modal sektor swasta.53 Pola perdagangan sebelum dan sesudah perang, menunjukkan Jepang lebih menguntungkan dari pada Asia selama periode perang antara 48%-68% dari ekspor dan 41%-43% dari impornya, dibandingkan selama periode setelah perang antara 28%-52% dari ekspor dan 26%-37% dari impor Jepang.54 Dari semua negara Asia, Indonesia merupakan negara yang paling menarik perhatian bagi Jepang karena kekayaan alam dan letak geografisnya yang begitu stategis untuk jalannya perdagangan Jepang.55 Diplomasi Jepang setelah Perang Dunia II adalah meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, dan kebudayaan. Nobukuse Kishi adalah seorang perdana menteri yang pertama mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 1957, telah menyusun tiga prinsip kebijakan luar negeri Jepang, yaitu kerjasama dengan dunia bebas, mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi pemelihara perdamaian, dan melindungi kepentingan Asia dengan menekankan bahwa “Jepang adalah masyarakat Asia”.56 Pada kunjungan tersebut, Kishi membawa proposal mengenai dana untuk pengembangan Asia dengan Jepang, namun rencana ini tidak pernah terwujud karena hampir semua negara di Asia mencurigai dana tersebut akan digunakan kepentingan Jepang sendiri untuk menguasai perekonomian Asia. Meskipun demikian, secara bertahap Jepang menjalin hubungan dengan Indonesia 53 Ibid, h. 39. Masashi Nishisara, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993, h. 12. 55 LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974, h. 17. 56 Masashi Nishisara, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 1951-1966, Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University Kyoto, 1976, h. 7. 54 26 menggunakan berbagai cara yang dianggap dapat menguntungkan kedua belah pihak, salah satunya dengan bantuan ekonomi. Bantuan ekonomi yang diberikan Jepang mengalami perubahan pada pertengahan tahun 1950-1965, bantuan ekonomi diberikan dalam bentuk pembayaran rugi perang kepada Indonesia yang pernah di jajah oleh Jepang pada Perang Dunia II. kepentingan Kebijakan bantuan ekonomi Jepang difokuskan pada nasional Jepang, dan dalam kerjasama ekonomi dapat mempromosikan ekspor untuk penanaman investasinya di luar negeri.57 Bantuan ekonomi Jepang pada masa sebelum Orde Baru selain bertujuan untuk mempererat hubungan diplomatik, kerjasama ekonomi juga sebagai pembayaran pampasan perang. Pembayaran pampasan perang sedikitnya telah menimbulkan beban bagi Jepang namun menguntungkan perkembangan industrinya karena pembayaran pampasan perang dalam bentuk jasa, barang modal, yang pada kenyataannya memaksa Indonesia untuk menggunakan produk-produk Jepang. Pembayaran dua puluh juta dollar AS pertahun merupakan 30% dari keseluruhan ekspor Jepang ke Indonesia, pada masa pembayaran pampasan ini, ekspor barang Jepang telah mendominasi produk Indonesia. Hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia dimulai sejak tahun 1958 belum intensif, oleh karena politik luar negeri Indonesia cenderung antikolonialisme/imperialisme. Sebagai negara yang pernah dijajah Jepang, Indonesia selalu waspada terhadap bantuan ekonomi yang diberikan Jepang, pampasan perang sendiri sebenarnya merupakan hak bagi Indonesia yang harus dibayar untuk pembangunan nasionalnya. 57 Dennis T. Yasutomo, The Manner of Giving: Strategic Aid and Japanese Foreign Policy, Lexington: Health, 1986, h. 9. 27 B. 3. Hubungan Jepang Masa Orde Baru Pada masa Orde Baru muncul, usaha pembangunan ekonomi sangat memegang peranan dalam setiap pengambilan keputusan dan politik luar negeri. Arti dari pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan pendapatan perkapita dan menaikkan produksi perkapita dengan menambah modal dan kemampuan.58 Politik luar negeri adalah salah satu peranan yang sangat besar sebagai pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara-negara industri. Salah satu misi politik luar negeri Indonesia yaitu untuk pembangunan ekonominya sebagai penarik modal asing agar dapat menanamkan modalnya di Indonesia serta memperluas pemasaran hasil dari produksinya ke luar negeri, sesuai dengan kebijakan ekonomi Indonesia yang mengarah pada dukungan para kreditor, yaitu negara Barat dan Jepang.59 Hubungan bilateral Jepang-Indonesia, khususnya dalam kerjasama ekonomi pada awal pemerintahan Orde Baru telah meningkat, hal ini dapat dilihat bahwa Indonesia telah berhasil mengembangkan perkapita dan menaikan produksi perkapitanya dengan modal dan kemampuan. Di lain pihak, Jepang sebagai negara industri yang maju pun membutuhkan tempat pemasaran dari hasil produksinya, jadi hubungan ekonomi kedua negara adalah saling meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat di masing-masing negaranya tersebut. Kebijakan pemerintah Orde Baru telah melaksanakan politik pintu terbuka yang artinya bebas membuka hubungan ekonomi dengan negara lain, melalui Peraturan 58 Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1995, h. 39. 59 Mochtar Mas‟oed, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 71. 28 Penanaman Modal Asing tahun 1967. Kemudian memberikan peluang bagi Jepang untuk melakukan investasi dalam bidang infastruktur dan industri manufaktur, seperti jalan, jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar menginvestasikan industri-industri manufaktur.60 Bantuan ekonomi Jepang memiliki peranan yang penting dalam memperlancar masuknya investasi sektor swasta, salah satu contoh proyek Jepang yang besar yaitu bekerjasama dengan sektor swasta adalah proyek Asahan. Indonesia sebagai negara yang sedang malaksanakan pembangunan, banyak memanfaatkan hubungan bilateral, untuk menunjang pembangunan ekonominya. Tindakan ini diambil pemerintah karena menyadari akan kekurangannya terutama dalam masalah pendanaan. Karena perekonomian sebelum Orde Baru mengalami perkembangan yang kurang baik, hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penduduknya yang mengakibatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan sangat rendah. Untuk mengejar ketinggalan dari negara- negara yang sedang berkembang, maka pemerintah meningkatkan hubungan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi bangsa secara keseluruhan, kemudian pemerintah Indonesia berusaha menarik negara-negara asing untuk menanamkan modalnya melalui sebuah keputusan yang telah disepakati. Kemudian ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru mengalami peningkatan, ini adalah sebagian dari dampak positif masuknya modal asing, hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang ekonomi merupakan salah satu faktor kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia. 60 h. 52. Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980, 29 Dampak negatif dari bantuan asing yaitu ekonomi telah didominasi oleh pasar luar negeri seperti Jepang, kemudian pada 15 Januari 1974, muncul gejala antiJepang yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi modal asing dan anti modal asing. Konflik ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, dan Malaysia. Kemudian Jepang mencoba menjalin hubungan yang lebih baik dengan Asia Tenggara upaya memperbaiki citra Jepang terhadap nagara-negara di Asia Tenggara.61 Bagi Jepang mempertahankan hubungan dengan Asia Tenggara, khususnya Indonesia sangat penting karena Indonesia memiliki ideologi non komunis bersistem ekonomi terbuka dan mempunyai kemauan untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan Jepang. Mengingat Jepang dengan Indonesia saling membutuhkan, maka pada tahun 1977 Perdana Menteri Takeo Fukuda mengeluarkan Doktrin Fukuda. Isi dari Doktrin Fukuda terhadap kawasan Asia Tenggara (khususnya kepada ASEAN) yaitu,62 1. Jepang sebagai negara yang terikat pada perdagangan menolak peranan sebagai kekuatan militer dan atas dasar itu bertekad bulat akan memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara serta masyarakat dunia. 2. Jepang sebagai teman sejati negara-negara Asia Tenggara akan berusaha sebaik-baiknya untuk memperoleh hubungan saling percaya, yang didasarkan pada pengertian dari hati kehati dengan negara-negara Asia 61 Bambang, Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 184-185. 62 Hubungan Indonesia-Jepang Masa Pemerintahan Takeo Fukuda, Laporan Penelitian LIPI, h. 47. 30 Tenggara, khususnya ASEAN dan dengan berbagai bidang yang luas yang tidak hanya mencakup area politik ekonomi tetapi juga sosial. 3. Jepang akan menjadi mitra sama derajat dengan ASEAN dan negaranegara anggotanya, akan bekerjasama secara positif dalam usaha-usaha mereka sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka bersama-sama dengan bangsaa lain yang berjiwa sama di luar kawasan, sementara membina tujuan menunjang hubungan yang didasarkan atas saling pengertian dengan bangsa-bangsa Indonesia. Dengan demikian akan memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. Dari pernyataan doktrin tersebut, dapat dikemukakan bahwa usaha Jepang untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran tanpa mempergunakan peranan militer benar-benar merupakan sikap yang baik. Di samping itu Jepang tidak ingin dipandang sebagai negara militer yang berambisi perang, namun Jepang lebih senang jika disebut sebagai kekuatan ekonomi dunia yang akan mensejahterakan masyarakat di dunia. Doktrin Fukuda kemudian diterapkan dalam Japan ASEAN Joint Statement yaitu,63 1. Jepang bersedia membantu keuangan kelima proyek ASEAN sebesar 1 milyar US $ (akan diberikan setelah kelayakan studi disetujui) dan diberikan berdasarkan syarat lunak dan bertahap sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing. 63 Ibid h. 48. 31 2. Jepang akan mempertimbangkan program stabilitas penghasil ekspor negara-negara ASEAN Staber (Stabilization exsport earing) yang akan mencakup dana ratusan dollar Amerika Serikat. 3. Kerjasama bilateral antara Jepang dengan setiap negara-negara ASEAN tidak akan terpengaruh oleh keputusan Jepang diatas. 4. Secara teknis Jepang bersedia membantu penyelesaian projek bersama ASEAN. 5. Perdagangan antara Jepang dengan ASEAN harus terus diperluas demi keuntungan kedua belah pihak. 6. Jepang akan bekerjasama dengan negara-negara ASEAN untuk memperbaiki masuknya produk-produk ke pasar Jepang, baik berupa barang-barang ekspor jadi maupun barang setengah jadi. 7. Dalam konteks perundingan multilateral (MTN) Multilateral Trade and Tarif Negotiation, Jepang bersedia menanggapi usaha-usaha ASEAN untuk meningkatkat ekspor melalui berbagai cara termasuk mempelajari lebih lanjut permintaan ASEAN yang mendesak agar perdagangan bersifat tarif maupun non tarif dihapuskan. 8. Jepang bersedia memperbaiki sistem preferensi umum (GSP) General Scheme of Preference, serta memasukkan persetujuan ASEAN mengenai peraturan-peraturan asal barang yang kumulatif (CRO) Cumulative Rales of Origin kedalam preferensi umum/GSP Jepang. 9. Jepang bersedia menggalakan ekspor ASEAN. 10. ASEAN tetap menghendaki agar penanaman modal swasta Jepang diteruskan dan digalakkan. 32 Japan ASEAN Statement merupakan upaya meningkatkan hubungan secara bilateral dalam kerangka penerapan Doktrin Fukuda terhadap Indonesia, untuk meningkatkan hubungan kedua belah pihak antara Jepang-Indonesia dalam segala bidang. Peningkatan hubungan tersebut tertulis dalam “Joint message SoehartoFukuda” yaitu,64 1. Membantu stabilitas dan perdamaian di Asia dan dunia lainnya sesuai dengan semangat kerjasama dan solidaritas. 2. Kerjasama yang erat di segala bidang. 3. Kerjasama yang luas di bidang ekonomi, sosial budaya, akademi untuk mencapai “heart to heart contact” yang harus ditingkatkan dalam segala bidang. 4. Saling mempercayai dan equal partnership. Dari pernyataan diatas, dapat dikemukakan bahwa hubungan JepangIndonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk Jepang yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, ini dapat memperoleh keuntungan bagi Indonesia sendiri karena dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan, namun telah menyebabkan pula ketergantungan Indonesia terhadap modal asing. Maka dapat dilihat dari uraian diatas hubungan Jepang-Indonesia dari masa Orde Lama sampai Orde Baru mengalami kemajuan, karena pada masa Orde Lama hubungan Jepang-Indonesia belum begitu intensif dikarenakan kebijakan luar negerinya lebih menekankan pada kekuatan mandiri dan rasa nasionalisme yang tinggi saja dan rasa saling mencurugai satu sama lain. Sedangkan pada masa Orde Baru 64 Direction of Trade Year Book, tahun 1978, h. 17. 33 lebih menekankan pada pembangunan ekonominya sehingga membutuhkan dana yang besar untuk itu Indonesia menjalin hubungan dengan Jepang. Meskipun Jepang memberikan bantuan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia, disamping itu Jepang mempunyai kepentingan nasionalnya yaitu agar Indonesia tetap mensuplai bahan-bahan mentah dan perluasan pasar luar negeri bagi Jepang. 34 BAB III Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foudation Indonesia A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara Pada tahun 1970 Jepang bangkit menjadi kekuatan ekonomi kedua di dunia menyusul Amerika Serikat, kebangkitan ini terjadi skarena ekspor impor yang dilakukan terhadap negara-negara menjadikan industrinya meningkat, Jepang sangat tergantung pada Asia Tenggara khususnya pada wilayah ASEAN. ASEAN merupakan partner dagang penting bagi Jepang, 30% ekspor ASEAN yang dikirim ke Jepang termasuk seluruh ekspor LNG (gas alam cair), dan 25% impor ASEAN dari Jepang.65 Pada awal tahun 1974 terjadi peristiwa anti-Jepang di Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Indonesia selama kunjungan Perdana Menteri Tanaka kelima negara ASEAN (Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara). Pada saat itu nama-nama perusahaan Jepang telah bermunculan menguasai Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Perusahaan tersebut telah berkuasa dan menggali sumber-sumber alam yang tidak dapat diganti oleh Jepang, berawal dari janji dan ingin membantu perekonomian Asia Tenggara secara tidak langsung telah menyusahkan rakyat di kawasan ini.66 Globalisasi telah menyatukan ekonomi nasional, terutama sektor keuangan dalam sebuah unit tunggal yang beroperasi secara global.67 Pengaruh investasi dan industri Jepang di Asia Tenggara khususnya Indonesia telah mengakibatkan Jepang menjadi negara maju dan membantu perekonomian Jepang, sehingga 65 Robert A, Scalapino & Jusuf Wanandi, Asia Tenggara dalam Tahun 1980-an, Jakarta: Yayasan Proklamasi, Center for Strategic and International Studies, 1985, h. 76. 66 Mochtar Lubis,Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 63. 67 Diakses pada http://www.prakarsa-rakyat.org/download/buku/merespon/krisis/ekonomi/ dan/politik/elektoral .pdf, pada tanggal 23 Maret 2012, pukul 21.00. 35 dominasi produk Jepang di pasar Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing. Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar yang berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana dengan peminjaman berdasarkan batasan peminjaman menyebabkan perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan gangguan perekonomian. Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik 36 untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan keuangannya. Pada Oktober 1997 Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998 digantikan oleh B.J Habibie. Pada Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an memiliki andil atas jatuhnya rezim Soeharto pada bulan Mei 1998, keuangan Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan dalam pengeluaran masyarakat, kemudian hutang dan subsidi meningkat secara drastis sementara belanja pembangunan dikurangi. A. Peristiwa Malari 1974 Dampak dari bantuan ekonomi yang dominan berimbas besar terhadap persoalan politik, kemudian muncul konflik yang disebut dengan peristiwa “Malari” Malapetaka Lima Belas Januari 1974, adalah puncak kemarahan mahasiswa terhadap kesewenang-wenangan pemerintah menggunakan dana asing dalam pembangunan negara yang manfaatnya tidak diperoleh rakyat.68 Peristiwa ini menjadi puncak ketegangan perpolitikan dalam negeri dalam waktu enam 68 2011, h. 9. M. Aref Rahmat, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, Jakarta: PT. Buku Seru, 37 bulan, saat itu politik dalam negeri diwarnai dengan permasalahan mulai dari kritik atas jalannya pemerintahan, aksi-aksi demonstrasi atas ketidakpuasan pada kekuasaan pemerintah Soeharto termasuk Ali Moertopo yaitu orang kepercayaan presiden Soeharto pada masa Orde Baru.69 Peristiwa ini merupakan kejadian pertama yang menunjukkan sikap tidak setia jenderal-jenderal dilingkungan kepresidenan selama masa pemerintahan Soeharto. Kenaikan tarif listrik terus meningkat, beras semakin langka dan harganya semakin tidak menentu, serta proyek-proyek bangunan sipil mulai dikuasai perusahaan asing terutama dari Jepang, produk-produk Jepang makin menguasai pasar-pasar nasional, yang kemudian menjatuhkan ekonomi dalam negeri. Hutang Indonesia sebesar tujuh miliar dollar yang dipinjam dari IMF (International Monetary Fund) harus terus dibayar beserta bunganya. Masalah-masalah sosial di tahun 1974 menjadi awal yang serius bagi Indonesia, stabilitas nasional melemah dan aksi-aksi protes mulai bermunculan.70 Pada tahun 1971 muncul kelompok Golput (golongan putih) yaitu reaksi masyarakat terhadap pemilu dinilai janggal, karena dimenangkan oleh partai Golkar dengan perolehan suara 62,8%. Berbagai peristiwa yang muncul pada tahun 1974 ini presiden Soeharto saat itu mengambil sikap kepada kelompok-kelompok yang bermaksud akan menjatuhkannya, diantaranya kelompok Jenderal Ali Moertopo dan kelompok Jenderal Soemitro.71 Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Indonesia pada tanggal 15 Januari 1974.72 Pada saat itu, terjadi 69 Ibid h. 10. Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa, Buku 1V B, Jakarta: Departemen Luar Negeri, 2005, h. 1088-1089. 71 M. Aref Rahmat, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, h. 11. 72 Diakses dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78106 pada tanggal 21 April 2011 pukul. 12.05. 70 38 peristiwa kerusuhan di Jakarta, banyak pihak yang mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan bentuk sentimen terhadap Jepang, namun ada juga yang beranggapan itu merupakan akumulasi dari berbagai perkembangan termasuk pertentangan antara elit politik di Indonesia. akan tetapi pada dasarnya peristiwa itu memicu masyarakat akan ketidak puasan terhadap dominasi ekonomi Jepang di Indonesia. Kerusuhan itu mengakibatkan berbagai kerusakan infrastruktur, sebelas orang meninggal, 117 orang luka berat, 120 orang luka ringan, dan 775 orang ditahan. Segala hal yang berhubungan dengan Jepang menjadi sasaran utama kerusuhan.73 Peristiwa itu membuat Jepang berintrospeksi sehingga hubungan Jepang-Indonesia sempat mengalami kemunduran, namun Jepang kembali memperbaiki citranya salah satunya mendirikan pusat budaya Jepang sebagai alat diplomasinya. Setelah meredanya Peristiwa Malari, Jepang dan Indonesia mulai memasuki format baru dalam hubungan kerjasamanya. Hubungan Jepang-Indonesia terus berlangsung bahkan hingga masa revolusi yang telah mengalami beberapa kali pergantian perdana menteri Jepang. Perkembangan hubungan Jepang-Indonesia yaitu pada tahun 2008 pasca peringatan 50 tahun hubungan bilateral kedua negara. Selain melakukan intensifitas hubungan dalam bidang politik dan ekonomi, Jepang-Indonesia pun melakukan kerjasama dibidang budaya dan pendidikan.74 73 Diakses dari http://www.scribd.com/doc/46642948/Pers-Dalam-Peristiwa-Malari-1974 pada tanggal 21 April 2011 pukul. 12.00. 74 Anhar Gonggong, Peran Pemerintah dalam Mewujudjan Social Welfare and Protection dalam Menyikapi ASEAN Socio-Culture Community, Jakarta: Lemhannas,2009, h. 56. 39 C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation Politik luar negeri Jepang merupakan hasil dari suatu proses yang melibatkan tujuan-tujuan politik, berbentuk pada konsep kepentingan nasional. Kemudian kabinet yang menempati suatu peranan dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh kementerian luar negeri.75 Tujuan yang dilakukan oleh Jepang membentuk the Japan Foundation adalah sebagai pertukaran internasional dibidang kebudayaan, khususnya pada negaranegara jajahannya sebagai pemulihan citra Jepang pasca-perang. Berawal dari pertukaran mahasiswa, saat itu sedikit mahasiswa yang tertarik untuk belajar dan mengenal budaya Jepang maka the Japan Foundation berusaha melakukan dan merancang program kerjanya dan kemudian pemerintah Jepang mendirikan sebuah lembaga pusat studi Jepang pada Universitas-universitas, karena dianggap akan efektif.76 Kemudian untuk memudahkan masyarakat di negara-negara luar, Jepang mendirikan lembaga kebudayaan Jepang the Japan Foundation yang sekaligus dijadikan sebagai kerjasama pertukaran kebudayaan internasional. 77 The Japan Foundation didirikan pada tahun 1972 sebagai sebuah badan hukum yang bertujuan untuk mempromosikan kegiatan pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negara-negara lain di dunia. Dasar pendirian untuk the Japan Foundation adalah Ketetapan Khusus dari Diet (Parlemen Jepang) di bawah kementerian luar negeri pada divisi informasi dan budaya sebagai pengawasan. 75 Ibid, h. 155. Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 96. 77 Diana, S. Nugroho, tanggal 02 Juni 2011, pukul 10.00. 76 40 The Japan Foundation pada Kementerian Luar Negeri Jepang sejak Tahun 1972-2002 yaitu, Gambar III. 2 Prime Minister Ministry of Foreign Affairs Treaties Bureau Minister’s Secretariat United Nations Bureau Research and Planning Department Public Information and Cultural Affairs Bureau The Japan Foundation Consular and Emigration Affairs Department Cultural Affair Department Asian Affairs Bureau American Affair Bureau Foreign Service Personnel Committee Overseas Establishments European and Oceanic Affairs Bureau Foreign Service Training Institute Embassies Middle Eastern and African Affairs Bureau Osaka Lesion Office of the Ministry of Foreign Affairs ConsulatesGeneral Economic Affairs Bureau Consulate Economic Cooperation Bureau Permanent Mission or Delegations Sumber: Diolah dari berbagai sumber seperti, R. P. Barston, Modern Diplomacy, Longman: London and New York 1988 dan http://www.mofa.go.jp/policy/culture/index.html, pada tanggal 03 Februari 2012, pukul 15.30. 41 Keterangan: The Japan Foundation adalah Institusi kebudayaan Jepang yang didirikan tahun 1972 dan ditetapkan langsung oleh Presiden (Parlemen Jepang) melalui kementerian luar negari Jepang pada biro informasi dan kebudayaan. Susunan yang terdapat pada struktur dengan garis terputus-putus yang berarti bukan sebagai divisi khusus kementerian luar negeri. The Japan Foundation berada di bawah pengawasan Perdana menteri atas jalannya kinerja the Japan Foundation dalam melakukan penyebaran dan pertukaran kebudayaan internasional antara Jepang dengan negara-negara lain di dunia. Program the Japan Foundation pada tahun 1972 yaitu: menginformasikan kepada kantor luar negeri the Japan Foundation untuk melakukan pertukaran kebudayaan dengan negara lain di luar Jepang, mempromosikan studi Jepang melalui kantor luar the Japan Foundation dan memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut, melakukan kusrus bahasa Jepang dan memberikan pembekalan bagi pengajar bahasa Jepang melalui kantor luar negeri Jepang, ikut aktif dalam kegiatan seperti eksebisi, pameran, seminar dan pertukaran kebudayaan. Kegiatan tersebut disetujui oleh pemerintah melalui kementerian luar negeri Jepang yang kemudian akan dapat dijalankan oleh the Japan Foundation dengan baik.78 Pada Oktober 2003 terjadi perubahan status the Japan Foundation, karena semakin luasnya kantor cabang the Japan Foundation sehingga pemerintah menjadikan lembaga ini menjadi lembaga administratif independen, yang diharapkan akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatannya dan lebih mudah berkonsentrasi untuk tujuan pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negaranegara lain. Kewenangan the Japan Foundation dikhususkan sebagai lembaga pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negara-negara lain, yang diharapkan mampu menjadi lembaga yang memberika kontribusi bagi kebudayaan Jepang diseluruh negara. 78 The Japan Foundation, Annual Report tahun 2002, h. 11-12. 42 Institusi ini dipimpin oleh Presiden Direktur the Japan Foundation yang memiliki kewenangan untuk pembentukan pertukaran internasional antara Jepang dengan negara-negara yang telah memiliki wilayah operasional the Japan Foundation di 21 negara, kemudian mengawasi jalannya pertukaran kebudayaan Jepang terhadap negara-negara secara keseluruhan serta sekitar masyarakat internasional yang menjadi anggota the Japan Foundation.79 Untuk memudahkan kegiatannya maka disusun kedalam struktur the Japan Foundation yang memiliki subdivisi, diantaranya: Divisi seni dan kebudayaan, divisi bahasa Jepang, divisi pertukaran intelektual dan pengembangan studi Jepang. Koordinasi dengan wilayah operasional yang ada di 23 kantor tersebar di 21 negara, melalui kantor Kyoto yang bertugas menginformasikan seluruh kegiatan dan jalannya the Japan Foundation pusat kepada kantor luar negeri (overseas offices). The Japan Foundation berkontribusi dengan kantor luar negeri yang menjadi anggota the Japan Foundation di 21 negara melalui JFIC (the Japan Foundation Information Center), yang bertujuan untuk memberikan informasi seperti pertukaran kebudayaan internasional melalui majalah, laporan tahunan, website, blog, e-mail, dan berita mengenai kegiatan terbaru dari the Japan Foundation pusat di Tokyo kemudian bekerjasama untuk membuat kegiatan mengenai kebudayaan dengan LSM di negara-negara lain.80 The Japan Foundation bercita-cita menjadi pusat pertukaran kebudayaan internasional di seluruh dunia, kemudian menyampaikan hal yang menarik dalam budaya Jepang untuk negara lain, serta mempromosikan empati berimbang dan 79 Diakses dari http://pf.go.jp/e/about/president/indext.html, pada tanggal 04 Februari, pukul 19.00. 80 The Japan Foundation, Annual Report, h. 32. 43 rasa saling pengertian.81 Kemudian dapat menjadi katalisator/pertukaran internasional dan sebagai jembatan yang menghubungakan budaya Jepang dengan budaya-budaya diseluruh dunia, menyampaikan hal yang menarik dalam budaya Jepang kepada negara lain, serta mempromosikan rasa saling pengertian kepada masyarakat. Dalam rangka mempromosikan studi Jepang, program ini memberikan dukungan kepada ilmuwan yang luar biasa dalam studi Jepang dengan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Jepang. Tujuan dari the Japan Foundation yaitu memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang lebih baik, dan untuk memelihara serta mengembangankan kaharmonisan hubungan luar negeri dengan Jepang malalui pendalaman dan pemahaman bangsa lain tentang Jepang. Institusi ini mempromosikan rasa saling pengertian yang lebih baik di antara bangsa-bangsa dan menumbuhkan persahabatan yang baik di antara masyarakat dunia di bidang budaya melalui pertukaran budaya internasional yang menyeluruh.82 81 82 Brosur, The Japan Foundation, Edisi 2011, h. 1-2. Ibid, h. 5. 44 The Japan Foundation saat ini mempunyai 23 kantor cabang kemudian tersebar di 21 negara yang tersebar diseluruh dunia dapat dilihat peta di bawah ini, Gambar II.2 Sumber: http://www.jpf.go.jp/world/en/ pada tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00. Keterangan warna: Untuk mencirikan the Japan Foundation yang tersebar di 21 negara dan wilayah operasionalnya yaitu ungu adalah negara Jepang sebagai kantor pusat the Japan Foundation yang terbesar, Hijau yaitu wilayah operasional the Japan Foundation yang tersebar di negara Asia Pasifik, biru yaitu wilayah operasional the Japan Foundation yang tersebar di negara bagian Eropa dan Afrika, kemudian merah tua yaitu wilayah operasional the Japan Foundation yang tersebar di negara bagian Amerika Serikat. 45 The Japan Foundation adalah Institusi pertama di Jepang yang mengkhususkan dalam pertukaran kebudayaan internasional Jepang. Sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972 dengan tujuan mempromosikan pertukaran budaya, saling menguntungkan antara Jepang dengan negara-negara lain yang kemudian didirikan 23 kantor di luar negeri diantaranya: London, Paris, New York, Beijing, Cologne, Roma, Los Angeles, Toronto, Seoul, Bangkok, Jakarta, Kuala Lumpur, Sydney, Manila, Kairo, Budapest, New Delhi, Meksiko City, dan terakhir di Sao Paulo.83 Kegiatan yang telah membuat the Japan Foundation berkembang diantaranya pertukaran Budaya Seni &, Pendidikan Bahasa Jepang atau Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual. The Japan Foundation pertama berpusat di Tokyo (Jepang), karena sebagai pusat kota. Kemudian didirikan tiga kantor cabang di antaranya, - Kyoto sabagai pusat kebudayaan Jepang yang bertujuan untuk memperkenalkan Jepang kepada negara lain yang berada di Jepang, dan juga menyediakan perpustakaan. - Kansai dan Urawa sebagai pengembangan bahasa yang bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan kursus dan belajar bahasa Jepang, sedangkan lebih kepada pengembangan dan penguasaan teknik bahasa bagi para pengajar bahasa Jepang.84 83 Diakses dari http://www.jfcairo.org/aboutjf.html, pada tanggal 15 Oktober 2011, pukul 84 The Japan Foundation, Annual Report tahun 2009-2010, h. 22. 13.00. 46 BAB IV Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The Japan Foundation Bab ini membahas mengenai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia melalui the Japan Foundation. Untuk memberi gambaran kepada masyarakat Indonesia mengenai peran the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia. Selain itu pengenalan kebudayaan Jepang melalui programprogram yang dilakukan the Japan Foundation. Hal inilah yang dilakukan Jepang untuk menjalin hubungan internasional dalam kebudayaan, karena bagi Jepang bukan hanya hubungan dalam bidang ekonomi dan politik saja untuk memajukan negaranya, diplomasi kebudayaan juga sangat penting sebagai pertahanan negara dan sebagai pengakuan budaya asli Jepang. Oleh karena itu, pada tahun 1972 The Japan Foundation didirikan pertama kali di Tokyo sebagai pusat kebudayaan Jepang.85 Diplomasi kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation Indonesia dilatarbelakangi terjadinya konflik Malari sehingga menimbulkan anti-Jepang. Kemudian Jepang melakukan berbagai cara untuk pemulihan citra baik dan mempererat hubungan luar negeri Jepang terhadap negara-negara di dunia. Seperti meningkatkan hubungan kerjasama di bidang ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan. Mengembangkan kegiatan pertukaran kebudayaan antara JepangIndonesia dengan saling memahami budaya masing-masing negaranya. The Japan Foundation Indonesia didirikan pada tahun1979 dengan jangka waktu lima tahun pasca-malari 1974, pendirian ini dilakukan dengan beberapa proses di 85 Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 94. 47 antaranya, melakukan survei dan melihat respon masyarakat terhadap anti-Jepang di Indonesia, dan mengantisipasi supaya tidak terjadi hal serupa seperti peristiwa Malari 1974, Jepang mengharapkan dengan melakukan diplomasi kebudayaan melalui the Japan Foundation, dapat memulihkan serta mengharmoniskan hubungan dengan Indonesia. Karena dalam hal ini perlu dipelajari dan mengenal kebudayaan asing setempat, dengan demikian barulah akan mengetahui macammacam kebudayaan yang cocok disatu negara yang belum tentu dapat diterapkan di negara lain.86 A. Peran The Japan Foundation di Indonesia Jepang merupakan negara maju dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Kemajuan ini didasari atas kekalahan Jepang pada perang tahun 1945 mengalami kehancuran dengan pengeboman di kota Hiroshima dan Nagasaki oleh tentara Sekutu. Jepang mampu bangkit kembali untuk memajukan negaranya, sehingga perekonomian Jepang dapat bersaing dengan negara Amerika Serikat. Menurut Bank Dunia pada tahun 2004 pendapatan per-kapita Jepang sebesar US $ 30.000, sedangkan Amerika Serikat sebesar US $ 24.000.87 Keberhasilan Jepang menjadi negara maju, yaitu penanaman Modal Asing tahun 1967 dilakukan Jepang memberikan peluang bagi Jepang untuk melakukan investasi dalam bidang infastruktur dan industri manufaktur, seperti jalan, jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar menginvestasikan industriindustri manufaktur. Disamping itu kemajuan ekonomi Jepang didasarkan pada tingkat ekspor impor yang dilakukan Jepang terhadap negara-negara Asia demi 86 Diana, S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011, pukul 15.00. Widyastuti, In International Seminar Proceedings, Kontribusi Etos Kerja Jepang Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Abdi Masyarakat di Indonesia, Surabaya: Research Center for Japanese Studies-Institute of Reseaches The States University of Surabaya, 2006, h. 201. 87 48 mendapatkan pertahanan negara dan kebutuhan industrinya. Hal inilah yang menjadikan prekonomian Jepang menjadi berkembang, dapat meningkatkan kemajuan teknologi. Namun pertumbuhan ekonomi Jepang saat itu telah dianggap negatif oleh negara-negara Asia, karena terjadinya ketidakseimbangan neraca perdagangan antara Jepang dengan negara-negara di Asia Tenggara, sehingga Jepang disebut sebagai binatang ekonomi, yaitu hanya mengejar keuntungan di atas segalanya. Pandangan ini muncul ketika Jepang bermaksud ingin membantu memulihkan perekonomian negara-negara, khususnya Indonesia. Karena bagi Jepang memiliki hubungan dengan Indonesia akan saling menguntungkan, Jepang yang membutuhkan bahan mentah sedangkan Indonesia membutuhkan modal untuk membangun perekonomian negaranya. Hubungan Jepang-Indonesia menimbulkan ketidakseimbangan, pada tahun 1974 terjadi peristiwa Malari yang menjadi puncak kemarahan mahasiswa terhadap modal asing dan dominasi produk-produk Jepang. Peristiwa ini diawali ketika perdana menteri Jepang Kakuei Tanaka datang ke Indonesia pada tanggal 14 Januari 1974, pada saat itu mahasiswa berdemonstrasi didepan kantor Ali Murtopo dan membakar boneka Tanaka kemudian menyerang perusahaan/pabrik Jepang, membakar kendaraan-kendaraan buatan Jepang, dan merampok pusat pertokoan Jepang. The Japan Foundation Indonesia didirikan pada Oktober 1979 sebagai diplomasi kebudayaan yang dilakukan Jepang, diharapkan dapat memulihkan cara pandang masyarakat terhadap Jepang yang lebih baik.88 Peran The Japan Foundation, yaitu untuk memuluskan jalannya kerjasama di bidang kebudayaan, 88 Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011,pukul 14.00. 49 memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang lebih baik, dan untuk memelihara serta mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang melalui pendalaman dan pemahaman bangsa lain terhadap Jepang.89 Institusi ini bertujuan untuk mempromosikan persahabatan dengan rasa saling pengertian di dunia internasional, ini merupakan organisasi pertama dalam bidang pertukaran kebudayaan internasional di Jepang yang mencakup pertukaran dengan tujuan akademik, seni, publikasi, media audiovisual, olah raga, dan kebudayaan pada umumnya.90 The Japan Foundation yang memiliki wilayah operasional yang berada di negara-negara Asia Pasifik, Amerika Serikat, Eropa dan Afrika memiliki peran tersendiri, sesuai dengan peristiwa dan alasan the Japan Foundation berada di negara tersebut namun tujuannya sama, yaitu memelihara keharmonisan hubungan luar negeri Jepang. Melalui konsep bushido yang diterapkan oleh orang Jepang pada kebudayaan menjadikan hubungan Jepang dengan negara-negara di dunia membaik, konsep bushido merupakan filsafat dari sikap yang mengajarkan ketenangan hati, seperti kesetiaan, kesederhanaan, kerajinan, dan pencarian ilmu.91 Saat ini the Japan Foundation juga lebih giat berperan sebagai media dalam pertukaran antara organisasi di Jepang dan Indonesia, seperti penyelenggaraan program kolaborasi anatara Jepang-Indonesia. Perubahan struktur the Japan Foundation saat ini menjadi lembaga pusat informasi untuk berbagai kalangan, 89 Laporan, Undang-undang Institusi Administrasi Independen The Japan Foundation, pasal 3. 90 Diakses dari http://www.lp3es.or.id/direktori/fund/jpf.htm, pada tanggal 01 Oktober 2011, pukul 16.44. 91 Retnani, Implikasi Lakon Yoosai Terhadap Budaya Etos Kerja Masyarakat Jepang dalam Cerita Anak, h. 165. 50 misalnya informasi tentang pertukaran ahli studi Jepang di Indonesia atau sebaliknya, di masa depan the Japan Foundation Indonesia diharapkan dapat menjadi pintu gerbang informasi bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan masukan menyangkut berbagai informasi tentang Jepang dan Indonesia. B. Program The Japan Foundation Indonesia Perspektif kebudayaan suatu bangsa perlu dipahami untuk saling memahami budaya bangsa lain dengan komunikasi internasional, yang memungkinkan terjaganya persahabatan antar-negara. Melalui upaya saling memahami budaya seperti, festival film internasional di Cannes (Prancis), lomba berselancar internasional di Kuta Bali, dan festival bunga di Pasadena Amerika Serikat.92 Demikian halnya dengan Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaannya melalui the Japan Foundation Indonesia. Program-program the Japan Foundation saat ini dilaksanakan tidak hanya dengan lembaga pemerintah ataupun lembaga besar saja, namun lebih berfokus pada lembaga berskala kecil bahkan lembaga yang berlokasi di daerah-daerah terpencil. Di antara program-program yang telah dilakukan dan berdampak sangat positif bagi upaya pemahaman di antara Jepang-Indonesia adalah program revitalisasi budaya lokal yang memberikan kesempatan bagi kebudayaan tradisi di Indonesia untuk diperhatikan dan dijaga kelestariannya. Hal inilah yang sebenarnya berakar kuat dalam proses memahami dan saling pengertian antar bangsa.93 Dengan adanya rasa saling pengertian yang tulus, persahabatan kedua 92 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional (Perspektif Jurnalistik), Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009, h. 34. 93 Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011, pukul 15.00. 51 bangsa semakin erat dan tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan politik maupun ekonomi.94 Program-program the Japan Foundation Indonesia kegiatannya diagendakan melalui Nuansa (buletin/agenda yang dipublikasikan untuk masyarakat Indonesia tentang Jepang). Kegiatan tersebut diagendakan per-tiga bulan dan pertahun diantaranya, Program Seni dan Budaya salah satunya mengenalkan pemeran Ikebana (seni merangkai bunga tradisional Jepang). Ikebana memiliki unsur penting dalam rangkaian bunga, sehingga menghasilkan rangkaian bunga yang indah dan memiliki nilai seni yang tinggi. Ikebana adalah seni tradisi Jepang yang secara historis, selain bertujuan untuk menghias ruangan ikebana juga wajibkan bagi wanita Jepang yang belum menikah, yang merupakan persiapan sikap baik untuk sebuah pernikahan, karena dalam ikebana mencerminkan kepribadian seorang wanita dalam mengurus rumah tangga.95 Melihat semakin banyaknya peminat ikebana, the Japan Foundation Indonesia mengadakan pameran dan kursus ikebana yang sekaligus menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali. Tujuannya untuk mengenalkan budaya Jepang dan mengajarkan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya, sehingga masyarakat Indonesia dapat mempelajarinya. Pada tanggal 26-28 November 2010 the Japan Foundation Indonesia bekerjasama dengan Perhimpunan Ikebana Ikebono Jepang ke-30 mengadakan pameran Ikebana Ikebono di hotel Nikko Jakarta. Dihadiri oleh Sen‟in Ikebono 94 Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com.content&task=31, pada tanggal 17 Mei 2011, pukul 11.00. 95 The Japan Foundation, Nuansa, Juni-Agustus-September 2011, h. 25. 52 (head master Ikebono Jepang ke-45), Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan Director General the Japan Foundation Indonesia.96 Cha no yu (upacara minum teh) berupa upacara yang elegan dan memiliki nilai filsafat hidup dengan tingkat kesopanan yang sangat tinggi sebagai budaya minum teh yang menjadi kebiasaan masyarakat Jepang, cha no yu merupakan seni teh yang mengajarkan keharmonisan, penghormatan, kemurnian, keterampilan, dan kelembutan jiwa adalah prinsip yang dipegang teguh dalam kehidupan seharihari Jepang.97 Menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa budaya Jepang memiliki filsafat yang tinggi sampai saat ini masih diterapkan. Sejak tahun 2008 the Japan Foundation Indonesia menyelenggarakan kursus upacara minum teh yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan dan usia, seni ini menjadi sangat populer sehingga setiap kegiatan ini menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali di the Japan Foundation Indonesia.98 Diskusi dan pemutaran film pada home teater the Japan Foundation Indonesia. Jenis film yang diputar antaranya, tentang sejarah seperti film yang menceritakan kehancuran dan kekalahan Jepang pada tahun 1945, ditandai dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh tentara sekutu. Kehancuran Jepang pada masa itu tidak membuat negaranya menjadi buruk, akan tetapi pemerintah Jepang mampu bangkit dan memajukan negaranya sendiri tanpa menjajah negara lain, dengan mengandalkan semangat nasionalisme yang tinggi dan keinginan maju yang tinggi. Film dokumenter contohnya „Prison and Paradise‟ pada tanggal 20 Januari 2012 yang menceritakan tentang bom Bali pada tahun 2002. Menjadi perdebatan panjang tentang jihad, gerakan Islam, terorisme, 96 The Japan Foundation, Nuansa, edisi, Januari-Februari-Maret 2010, h. 8. The Japan Foundation, Nuansa, April-Mei-Juni 2011, h. 22. 98 The Japan Foundation, Nuansa Juli-Agustus-September 2011, h.22. 97 53 dan kemanusiaan. Pada dasarnya aksi bom bunuh diri di Indonesia bukan memerangi jihad melainkan melahirkan anak-anak yang kehilangan orang tuanya, baik secara psikologi, kehidupan sosial membuat mereka merasa terancam. The Japan Foundation mengundang seorang wartawan the Woshington Post yaitu Noor Huda Ismail dan alumni pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki teman dari Mubarok seorang teroris, menceritakan hal tentang bom bunuh diri dan film dokumenter tersebut. Drama kehidupan „Chichi to Kuraseba‟ pada tanggal 16 September 2011 yang menceritakan tentang seorang perempun yang trauma pasca pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima, selalu merasa bersalah karena tidak ikut mati dalam peristiwa tersebut bersama orang-orang yang dikasihinya termasuk ayahnya yang selalu memberikan semangat dalam hidupnya. Kemudian roh ayahnya selalu muncul untuk membantu dan bangkit dari rasa bersalahnya, film ini diputar setiap tiga bulan yang menjadi program pemutaran film di the Japan Foundation Indonesia. Pameran disain produk terkini dari Jepang yang diadakan setiap tahun dinamakan (Japanese Design Today 100) pada 18 Januari-6 Februari 2011 yaitu, pameran yang menampilkan 100 desain kontemporer Jepang dan produk-produk yang digunakan sehari-hari masyarakat Jepang. memperkenalkan produk yang digunakan Pameran ini bertujuan untuk dalam kehidupan sehari-hari diantaranya perabotan, pakaian, peralatan makan, dan peralatan elektronik buatan Jepang yang sudah masuk pasar internasional. Hal ini terlihat bahwa budaya Jepang masuk dalam kehidupan masyarakat yang secara tidak langsung telah menggunakan produk Jepang dan mempergunakannya sehari-hari. Objek disain dalam pameran ini adalah ringkasan dari kehidupan di Jepang saat ini, dan 54 mencirikan produk-produk asli Jepang dengan negara-negara lain, contohnya mobil sport Daihatsu berbeda dengan Porsche Jerman atau Morgan Inggris. Ini mencirikan karakter budaya nasional muncul dalam desain, sehingga dapat mengenal perbedaan budaya dalam karakteristik desain yang berbeda. Program Bahasa Jepang atau dapat juga disebut Japanese Language Proficiency Test (JLPT) dan Nihongo Nouryoku Shiken, merupakan ujian yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation Indonesia bekerjasama dengan Japan Educational Exchange and Services, untuk mengukur kemampuan berbahasa Jepang bagi peminat bahasa Jepang. Sejak tahun 2010 pelaksanaan JLPT memiliki sistem baru berupa penambahan tingkat ujian dari 4 tingkatan (tingkat 1 sampai tingkat 4) menjadi 5 tingkatan (tingkat 1 sampai tingkat 5), selain itu penyelenggaraan JLPT menjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli dan Desember. Saat ini buku-buku latihan soal JLPT yang ada di Indonesia sangat terbatas, kemudian the Japan Foundation Indonesia menambah koleksi buku baru yang sama tingkatannya dengan buku soal JLPT di Jepang untuk membantu para mahasiswa/umum yang ingin mempersiapkan ujian kemampuan bahasa Jepang. Salah satunya adalah buku yang berjudul Nihongo Soumatome yaitu tata bahasa, kanji, dan kosa kata untuk masing-masing tingkatan.99 Kemudian berdasarkan survei yang dilaksanakan the Japan Foundation Jakarta tingkat peminat bahasa dan budaya Jepang meningkat pada tahun 2006 di luar negara Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang. Di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang.100 Hal ini menunjukan bahwa peminat bahasa Jepang meningkat setiap tahunnya. 99 The Japan Foundation, Nuansa, edisi April-Mei-Juni 2011, h. 27. Diana S, Nugroho, tanggal 30 Juni 2011, pukul. 14.00. 100 55 Program lomba pidato bahasa Jepang bagi siswa SLTA tingkat nasional pada tanggal 19 Februari 2011 ke-10, kegiatan ini dilakukan oleh the Japan Foundation Jakarta setiap tahun bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMA, Direktur Jenderal Manajemen, dan Kementerian Pendidikan Nasional. Tujannya untuk memberikan kesempatan kepada para siswa yang ingin mengembangkan kemampuannya dalam berbahasa Jepang dengan baik. Kelompok studi Jepang dan pertukaran intelektual telah melakukan program kunjungan yang disebut dengan JENESYS (Japan- East Asia Network of Exchange for Students and Youths), pada Juli-Agustus 2011 merupakan program dari the Japan Foundation Jakarta setiap tahun. Bagi para intelektual muda dari Asia Timur berkesempatan mengikuti penelitian di Jepang, untuk memperdalam pemahaman mengenai berbagai aspek dalam masyarakat Jepang termasuk politik, diplomasi, ekonomi, dan budaya sebagai dasar untuk mempromosikan pemahaman mutual diantara generasi muda di Asia Timur.101 Program JENESYS bekerjasama dengan Community Revitalization Group 2011 (LSM Jepang), mengadakan kunjungan dan mengundang negara-negara lain sehingga dapat belajar dari pengalaman warga negaranya untuk bangkit dan melakukan transformasi bagi bangsa Jepang maupun komunitasnya. Negara- negara yang ikut berpartisipasi dalam program JENESYS ini diantaranya Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura (BIMPS), Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos (Mekong group), Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Cina dan Jepang. Peserta ini berprofesi sebagai desen, pegawai negeri sipil dan aktivis NGO (Non-Government Organization). 101 Nuansa, edisi Oktober–November-Desember 2011, h. 14. Kegiatan ini 56 difokuskan pada LSM Soshisha dan Jimotogaku Network adalah contoh masyarakat Jepang, tantangan dan lingkungannya sendiri, artinya tantangan itu adalah diskriminasi yang pernah menimpa Jepang diwilayah Minata karena penyakit yang kemudian diolah menjadi kekuatan kolektif. Kemudian kegiatan pada Jimotogaku Network adalah tantangan menurunnya angkatan kerja produktif yang bermukim di Okawa, sehingga energi untuk mengolah sumber daya menjadi terbatas.102 Pengalaman yang berkesan pada dua komunitas Jepang tersebut, banyak sekali pembelajaran bagi negara-negara yang ikut berpartisipasi khususnya Indonesia negara yang sedang berkembang saat ini. Kegiatan ini ditunjukkan berdayanya para manula Jepang di publik serta disiplin warganya dalam melakukan usaha penyelamatan lingkungan, contohnya saat Jepang mengalami gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011 bocornya reaktor nuklir di Fukushima, bencana ini membuka ruang belajar baru bagi masyarakat Jepang, yang memiliki persepsi positif dengan apa yang telah dialaminya.103 Kemudian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa Museum diantaranya Kura museum, Minata museum, Shoshisha museum, dan Yushukan museum. Empat museum tersebut memiliki keunikan dan mengangkat cara pandang yang berbeda. Salah satunya yaitu Kura museum memberikan gambaran sebuah komunitas memilih mempertahankan nilai historis disebuah kawasan mereka tinggal, kemudian pemerintah daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menjadikan daerahnya sebagai tempat wisata. Minata museum yang dikelola oleh pemerintah lokal memberikan gambaran umum 102 103 Ibid, 2011, h. 12-13. The Japan Foundation, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret, 2012, h. 13. 57 mengenai profil keseharian nelayan. Dari kegiatan JENESYS ini yang diikuti oleh masing-masing peserta dari perwakilan negara dapat mempelajari dan mengambil pengalamannya yang kemudian dapat diterapkan pada negaranya. Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk saling mengenal lebih dekat dan memperkenalkan diri (negara, bangsa, kelompok, organisasi, perusahaan). Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antara negara dengan negara lain, dengan saling menghormati hasil cipta seni budaya negara dan menimbulkan perdamaian internasional.104 Selain melaksanakan program yang dirancang oleh the Japan Foundation Tokyo, the Japan Foundation Indonesia memiliki sarana penunjang seperti galeri mini, ruang kelas bahasa, dan ruang serba guna. Fasilitas ini dipergunakan untuk,105 1. Memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat Indonesia 2. Menjembatani kedua negara untuk saling pengertian 3. Ikut mendukung pengembangan kebudayaan Indonesia. Penjalasan mengenai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia melalui the Japan Foundation dikembangkan lagi dalam sub bab peran the Japan Foundation sebagai pemulihan citra, peran the Japan Foundation, pengaruh kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation Indonesia terhadap masyarakat, perkembangan the Japan Foundation di Indonesia. 104 105 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional (Perspektif Jurnalistik), h. 35. Brosur The Japan Foundation, Edisi 2010, h. 4. 58 C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011 Pada tahun 1942-1945 Jepang negara penjajah Indonesia, pascapenjajahan Jepang melakukan hubungan kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya dengan Indonesia, diawali dengan pampasan perang tahun 1960-an. Seiring dengan berkembangnya hubungan Jepang-Indonesia yang saling menguntungkan, yaitu Jepang membutuhkan bahan mentah Indonesia membutuhkan modal. Hubungan kerjasama dalam bidang ekonomipun ditingkatkan dengan alasan Jepang akan memulihkan perekonomian Indonesia. Pada tahun 70-an hubungan Jepang dengan negara-negara Asia, khususnya Indonesia mengalami masalah sehingga memunculkan anti-Jepang dan peristiwa Malari tahun 1974 di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Kemudian pemerintah Jepang berupaya untuk meredam peristiwa tersebut, salah satunya dengan mendirikan pusat kebudayaan Jepang yang diharapkan dapat memulihkan citra Jepang di mata Asia khususnya Indonesia dan menjadi salah satu tujuan diplomatis Jepang dalam menjalin hubungan yang lebih baik. Pada tahun 1972-2002 dana operasional the Japan Foundation dibiayai oleh pemerintah Jepang, kemudian pada tahun 2003 status the Japan Foundation ini berubah menjadi lembaga administratif independen dan tidak lagi sepenuhnya dibiayai pemerintah melainkan oleh donasi sektor swasta dan the Japan Foundation sendiri. Perubahan status the Japan Foundation pada tahun 1972 yaitu bagian dari tugas divisi informasi dan kebudayaan pada kementerian luar negeri Jepang, yang kemudian pada tahun 2003 menjadi institusi administratif independen, maka struktur institusi the Japan Foundation berubah. 59 Gambar IV. 2 Stuktur the Japan Foundation Jepang sejak Tahun 2003-sekarang General Affairs Div. (Information Systems Office) Information Disclosure Office (Research Office) Personnel Div. General Affairs Departmenet Planning and Evalution Div. Office for the Project Development And Corporate Partnership Budged and Finance Div. (Budgetary Control Office) Financial Affairs Dept Accounting and Contract Managing Div. Overseas Liaison Div. Overseas Program Coordination Div. Overseas Policy Planning Dept. Office for the Japanese Cultural Institute in Paris Arts and Culture Dept. Arts and Culture Dept. President | Executive Vice President Headquarters China Center Japanese Language Planning and Coordination Section Culture and Society Section Visual Arts Section Performing Arts Section Film, TV and Publication Section International Triennale Saction Pop Culture Section (Japanese- Language) Teacher in Institutional Support Dept. Planning and Coordination Section Japanese- Language Course Section Sakura Network Section Administrative Section Teacher Training Section (Japanese- Language Institute. Urawa) (Japanese- Language) Learner Support Dept. EPA Training Section Research and Development Section (Japanese- Language Institute. Urawa) Education Training Section (Japanese- Language Institute. Kansai) Test Operation Section (Center for Japanese Language- Testing) Test Development Section (Center for Japanese Language- Testing) Japanese Studies and Intellectual Exchange Japanese Studies and Intellectual Exchange Dept. Planning Coordination Section America Section Asia and Oceania Section Europe, Middle, Eats Africa Section Center for Global Partnership The Japan Foundation Information Center (JFIC) Audit Bureau Affiated Organizations Japanese Language Institute. Urawa Japanese Language Institute. Kansai Kyoto Office Overseas Offices The Japan Cultural Institute in Rome The Japan Cultural Institute in Cologne The Japan Foundation Seoul The Japan Foundation Beijing The Japan Foundation Jakarta The Japan Foundation Bangkong The Japan Foundation Manila The Japan Foundation Kuala Lumpur The Japan Foundation New Delhi The Japan Foundation Sydney The Japan Foundation Toronto The Japan Foundation New York The Japan Foundation Los Angeles The Japan Foundation Mexico The Japan Foundation Sao Paulo The Japan Foundation Madrid The Japan Foundation Budapest The Japanese Culture Department- Japan Foundationof the All- Russia State Library of Foreign Literature The Japan Foundation Cairo The Japan Foundation Center for Cultural Exchange in Viet Nam Sumber: http://www.jpf.go.jp/world/en/, pada tanggal 01 Januari 2012, pukul 22.00. 60 Organisasi ini disusun melalui kegiatan the Japan Foundation yaitu, Tabel II.2 Kegiatan the Japan Foundation dipusatkan pada empat area kegiatan yang sekaligus menjadi empat tujuan utama the Japan Foundation, yaitu: Kegiatan Pertukaran kebudayaan Tujuan mempromosikan kebudayaan Jepang dan pertukaran kebudayaan dengan negara lain melalui pameran dan pertunjukan. Pendidikan bahasa Jepang membantu pengembangan dan pembuatan bahan ajaran bahasa Jepang dan pelaksanaan kursus bahasa Jepang untuk umum dan pengajar bahasa Jepang. Pertukaran Intelektual pengembangan studi Jepang dan pertukaran intelektual, penelitian studi Jepang. Pengoleksian dan penyediaan informasi dan projek dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pertukaran internasional dan media untuk menyebarkan informasi mengenai the Japan Foundaton yang ada diberbagai negara. Sumber: Diana S. Nugroho, Program Cultural Section, Jakarta: The Japan Foundation, tanggal 09 Juni 2011. Berdasarkan empat pengelompokan kegiatan tersebut, maka struktur organisasi the Japan Foundation terbagi dalam tiga divisi utama, yaitu: Divisi Kebudayaan yang dibentuk dengan tujuan untuk memperkenalkan beragam seni dan budaya Jepang ke negara-negara, dalam bidang ini merupakan keseharian dari tradisi orang-orang Jepang mulai dari seni, kerajinan tangan, drama, tari, musik, media audio visual. Selain itu, kelompok seni ini pun secara aktif terlibat dalam kerjasama budaya internasional untuk mempromosikan aspek budaya Jepang di dunia, kemudian mengembangkan pertukaran seni dan budaya serta memberikan kontribusi bagi pencipta seni dan budaya di Jepang maupun luar negeri, di antaranya: mempromosikan pertukaran para ahli dan kerjasama dibidang budaya internasional, pendistribusian beragam film Jepang dalam bahasa asing, 61 mendukung festival film dan didiskusikan.106 Divisi Bahasa Jepang yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bahasa Jepang antara lain melalui penempatan tenaga ahli bahasa Jepang di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan bahasa Jepang bagi pengajar bahasa Jepang. Di antaranya, pengiriman tenaga ahli bahasa Jepang untuk membantu pengembangan pengajaran bahasa Jepang pada tingkat sekolah maupun lembaga kursus bahasa Jepang, pelaksanaan pelatihan dan seminar bagi pengajar bahasa Jepang, bekerjasama dengan berbagai lembaga/institusi dalam pelaksanaan ujian kemampuan bahasa Jepang, lomba pidato bahasa Jepang (untuk SLTA & umum).107 Divisi Studi Jepang & Pertukaran Intelektual merupakan divisi yang dibentuk dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman tentang Jepang melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar, kuliah umum, dan lainnya. Sumber dana utama untuk kegiatan the Japan Foundation adalah dari pemerintah Jepang. Namun, adanya perubahan struktur, anggaran dana dari pemerintah mulai dikurangi. Saat ini, pendanaan untuk aktivitas the Japan Foundation sebagian besar berasal dari dana tetap the Japan Foundation, sumbangan dan subsidi tahunan pemerintah, serta sumbangan dari sektor swasta dan pribadi. Dengan cara ini, the Japan Foundation akan dapat lebih memastikan kemandirian dalam melaksanakan kegiatannya.108 Sejak berdirinya the Japan Foundation Indonesia tahun 1979, program yang dilaksanakan semakin berkembang pada awalnya hanya menjadi pusat pengenalan kebudayaan dan pertukaran budaya internasional. Pada 1 Oktober 2003 lembaga ini menjadi lembaga administratif independen dan menggunakan 106 Diakses dari http://www.jpf.or.id/artikel/budaya, pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 23.00. 107 Diakses dari http:/ /www.jpf.or.id/bahasa, pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 01.00. 108 Di akses dari http://www.jpf.or.id/ studi-jepang-pertukaran-intelektual, pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 07.05. 62 nama the Japan Foundation Jakarta, dengan subsidi tahunan dari pemerintah serta donasi dari sektor swasta Jepang. Mengacu pada tujuan awal pendirian lembaga ini, yaitu menjalin rasa saling pengertian antar-bangsa. Di Indonesia programprogram pertukaran yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan Indonesia. Bekerjasama dengan lembaga pemerintah, organisasi kebudayaan, lembaga pendidikan, LSM, dan individu terkait lainnya. Adanya perubahan struktur the Japan Foundation Jakarta yang semula hanya sebagai pusat pengenalan budaya Jepang dan pertukaran kebudayaan internasional, namun beberapa program yang dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas tetap dipertahankan, bahkan the Japan Foundation Jakarta berusaha meningkatkan program-program dan fasilitas untuk memudahkan masyarakat Indonesia mengenal Jepang dengan baik, bukan hanya masyarakat Indonesia saja yang dapat melihat perkembangan budaya Jepang, masyarakat Jepang sendiri yang tinggal di Indonesia lebih mudah mencari informasi mengenai pertukaran kebudayaan Jepang-Indonesia ataupun sebaliknya yang dilaksanakan oleh the Japan Foundation Jakarta.109 Perubahan struktur the Japan Foundation tidak berpengaruh terhadap diplomasi kebudayaan karena selain pada the Japan Foundation, Jepang sebelumnya melakukan diplomasi kebudayaan melalui Keduta Besar Jepang yang ada di negara-negara lain. Untuk lebih memudahkan masyarakat yang ingin mengenal Jepang maka the Japan Foundation secara lebih spesifik, untuk itu lembaga ini menjadi lembaga independen pada tahun 2003 yang berkonsentrasi 109 Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com_content&task=31, pada tanggal 27 Desember 2011. 63 mengenai pertukaran kebudayaan.110 Garis besar program yang mengacu pada the Japan Foundation pusat yaitu, Seni dan Budaya, Bahasa Jepang, Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual. Tujuannya untuk memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang lebih baik dan untuk memelihara serta mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia. Program-program the Japan Foundation dapat menjadikan diplomasi budaya Jepang di Indonesia karena di dalamnya sangat terlihat jelas diplomasi kebudayaan Jepang yang telah mempengaruhi masyarakat Indonesia, salah satunya bahasa Jepang yang banyak diminati para pelajar khususnya bagi yang ingin belajar di Jepang.111 Memperkenalkan budaya tradisional Jepang ditengah budaya modern saat ini tidak mudah, karena semakin berkembangnya budaya populer Jepang yang banyak diminati masyarakat, untuk itu the Japan Foundation mendirikan kantor operasionalnya di berbagai negara yang diharapkan masyarakat dapat mengetahui kebudayaan dan dapat mengakui budaya asli Jepang.112 Keberhasilan the Japan Foundation Jakarta dalam diplomasi kebudayaan yaitu terlihat dari program-program yang telah dilaksanakan, dengan melakukan kegiatan dan pertukaran intelektual bagi para peneliti yang tertarik mempelajari kebudayaan serta bahasa Jepang.113 The Japan Foundation Jakarta dapat dikatakan berhasil dalam melaksanakan tugasnya sebagai institusi budaya Jepang karena sampai saat ini respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang sangat baik contohnya terlihat pada pameran-pameran dan peminat bahasa Jepang yang 110 Diana S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011, pukul 13.00. Diana S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011, pukul 14.00. 112 Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011, pukul 10.00. 113 Diana S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011, pukul 15.00. 111 64 meningkat, meskipun Indonesia dengan Jepang memiliki sejarah yang kurang baik namun saat ini tidak ada pengaruhnya bagi hubungan ke dua negara tersebut. Perkembangan the Japan Foundation Jakarta contohnya dapat terlihat pada peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di luar negara Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang. Di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang. Pada tahun 2009 dalam pertukaran kebudayaan Jepang-Indonesia the Japan Foundation Jakarta berhasil mengadakan pameran yang diberi tema „Japan Festival in Jakarta 2009’, menampilkan kolaborasi pertunjukan seni Jepang-Indonesia seperti, Garibaba’s Strange World. Penampilan ini dinilai sukses dengan total pengunjung sebanyak 2,100 orang. Program-program the Japan Foundation Jakarta akan terus ditingkatkan contohnya kegiatan yang akan dilakukan oleh divisi seni dan budaya mengenai lokakarya animasi yang diberi nama ’Daumenreise Workshop‟ pada tanggal 2-4 Maret 2012. Kegiatan ini adalah projek lokakarya animasi dengan metoda wiener wuast, yaitu cara mengambil gambar yang sesungguhnya, kegiatan dilakukan bersama para pelajar di berbagai negara, seperti Israel, Polandia, Taiwan, dan Indonesia. Hal terlihat bahwa keberhasilan Jepang melakukan diplomasi kebudayaan melalui the Japan Foundation Jakarta sebagai pusat kebudayaan Jepang dapat berjalan baik khususnya saat perubahan status pada tahun 2003 yang lebih fokus dalam melakukan hubungan kebudayaan dengan Indonesia, adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama lainnya seperti ekonomi dan politik yang harmonis karena didasari kedekatan budaya dengan saling menjalin hubungan pengertian antara kedua negara. Keberhasilan the Japan 65 Foundation Jakarta juga dapat dilihat pada laporan pengunjung perpustakaan the Japan Foundation Jakarta yang mengalami perubahan setiap tahunnya dapat dilihat di bawah ini, Perkembangan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta tahun 2003-2011 Tabel. IV.4 Tahun 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 Keterangan Pengunjung a. Mahasiswa anggota JF : 1479 b. Mahasiswa non anggota : 602 c. Umum - Orang Indonesia : 1358 - Orang Jepang : 583 a. Mahasiswa anggota JF : 1375 b. Mahasiswa non anggota : 326 c. Umum - Orang Indonesia : 1637 - Orang Jepang : 362 a. Mahasiswa anggota JF : 837 b. Mahasiswa non anggota : 27 c. Umum - Orang Indonesia : 415 - Orang Jepang : 258 a. Mahasiswa anggota JF : 1459 b. Mahasiswa non anggota : 87 c. Umum - Orang Indonesia : 717 - Orang Jepang : 129 a. Mahasiswa anggota JF : 1315 b. Mahasiswa non anggota : 174 c. Umum - Orang Indonesia : 5611 - Orang Jepang : 213 a. Mahasiswa anggota JF : 1180 b. Mahasiswa non anggota : 69 c. Umum - Orang Indonesia : 542 - Orang Jepang : 186 a. Mahasiswa anggota JF : 876 b. Mahasiswa non anggota : 16 c. Umum - Orang Indonesia : 435 - Orang Jepang : 207 a. Mahasiswa anggota JF : 1366 b. Mahasiswa non anggota : 183 c. Umum - Orang Indonesia : 677 - Orang Jepang : 236 Sumber: Laporan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta 2003-2011. Jumlah 4022 3700 1537 2392 7313 1977 1534 2462 66 Keterangan: Perkembangan dari tahun 2003-2004 setelah statusnya berubah menjadi institusi administratif independen perpustakaan the Japan Foundation Jakarta masih membuat sistem baru banyaknya 4022 pengunjung, pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan drastis mencapai 90% yaitu 7313 pengunjung, karena pada saat itu perpustakaan the Japan Foundation mengadakan kursus bahasa Jepang gratis pada anggota perpustakaan. Pada tahun 2008 sampai saat ini kembali mengalami penurunan tidak seperti pada awal tahun pertama perubahan institusi independen karena perpustakaan saat ini hanya menyediakan buku-buku referensi bagi para peneliti atau pembaca mengenai Jepang/non Jepang. Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta memiliki berbagai referensi seperti buku-buku tentang Jepang dan non Jepang, komik, buku tes bahasa Jepang dan majalah Jepang. Ditunjang dengan fasilitas seperti aoudio visual, internet, pinjaman buku dan majalah Jepang/non Jepang, informasi beasiswa ke Jepang dan informasi mengenai pendidikan Jepang. The Japan Foundation yang berada di negara-negara memiliki peran tersendiri, sesuai dengan peristiwa dan alasan the Japan Foundation didirikan dengan tujuan yang sama, yaitu memelihara keharmonisan hubungan luar negeri Jepang. Berbagai kegiatan dan perkembangan budaya Jepang yang dilakukan oleh the Japan Foundation Jakarta, dalam kaitannya dengan hubungan antara Jepang-Indonesia adalah bahwa Jepang telah mengembangankan kaharmonisan hubungan luar negerinya dengan negara-negara khususnya Indonesia. 67 BAB V PENUTUP Skripsi ini telah membahas mengenai diplomasi kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation di Indonesia pada tahun 2003-2011 yaitu untuk menjalin hubungan kerjasama-kerjasama dalam bidang ekonomi dan politik semakin erat didasari dengan rasa saling pengertian antarbangsa melalui pengenalan dan pertukaran kebudayaan. The Japan Foundation dapat dikatakan sebagai diplomasi kebudayaan Jepang yang secara spesifik mengenai kebudayaan Jepang secara langsung kepada masyarakat Indonesia melalui eksebisi, pameran, festival, majalah bulanan (Aneka Jepang), dan media internet seperti website. Dapat dilihat secara langsung bahwa yang dilakukan the Japan Foundation Jakarta adalah suatu diplomasi kebudayaan atau second track diplomacy yaitu diplomasi yang dilakukan organisasi non-pemerintah atau masyarakat dengan masyarakat. Penulis dapat menyimpulkan di antaranya yaitu, Pertama hubungan kerjasama yang dilakukan Jepang-Asia Tenggara khususnya Indonesia dibidang ekonomi, politik, sosial dan budaya berjalan dengan baik. Kemudian pada tahun 70-an hubungan ini dinilai banyak menguntungkan Jepang, karena tidak adanya mekanisme perdagangan yang seimbang sehingga memunculkan kelompok anti-Jepang. Menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap dominasi ekonomi Jepang, sehingga Jepang dijuluki hewan ekonomi oleh negara Asia karena dinilai hanya mengejar keuntungan diatas segalanya. Namun dalam peristiwa ini memiliki unsur politik yaitu oleh kelompok Jenderal Sumitro yang mewakili modal Amerika Serikat melawan kelompok Jenderal Ali Murtopo yang mewakili modal Jepang. Konflik 68 ini kemudian dimenangkan oleh kelompok Ali Murtopo, sehingga konsekuensinya modal Jepang menjadi dominan dalam membantu perubahan ekonomi Indonesia. Ke dua, Jepang melakukan diplomasi kebudayaannya ke berbagai negara melalui pertukaran kebudayaan, yang diharapkan dapat mempererat hubungan bilateral Jepang, dalam berbagai bidang yaitu diplomatik, ekonomi, dan juga aspek kebudayaan. Instrumen dalam suatu negara melalui diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai pemulihan tradisi dan kebudayaan suatu negara, yang didasari oleh institusi dari kebijakan luar negeri maka kebudayaan merupakan konsep dan komitmen suatu bangsa terhadap dirinya sendiri dan terhadap dunia. Ke tiga, Jepang melakukan berbagai hubungan internasional, Jepang menyadari perlu adanya keterlibatan hubungan internasional dengan negaranegara yang telah menganggapnya tidak baik, sehingga Jepang melakukan perdagangan internasional, selain ekonomi dan politik pemerintah Jepang juga melakukan keterlibatan internasional mengenai kebudayaan. Karena tidak hanya hubungan internasional dalam bentuk kerjasama ekonomi dan politik saja, hubungan internasional mengenai kebudayaan mensejahterakan rakyat dan ketahanan negaranya. sangat penting untuk Oleh karena itu Jepang mendirikan the Japan Foundation sebagai pusat kebudayaan, yang diharapkan masyarakat Indonesia dapat melihat bahwa Jepang adalah negara yang maju dan memiliki nilai-nilai tradisi yang tinggi. Dapat dilihat dari program-program the Japan Foundation sebagai bentuk diplomasi kebudayaan yang telah mengenalkan dan mempromosikan kebudayaan tradisional dan modern Jepang secara menyeluruh. 69 Dalam hal ini pula kepentingan nasional dan politik luar negeri ikut berperan, karena dilihat pada negara Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaan pada negara-negara lain melalui the Japan Foundation karena suatu negara harus mengejar kepentingan nasionalnya untuk mendapatkan pertahanan di negara lain. Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya khususnya pada tahun 70-an, maka telah dianggap sebagai negara yang menguasai perekonomian negara-negara sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya, sehingga menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang melakukan diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu Jepang ingin budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya dengan melakukan diplomasi kebudayaan melalui the Japan Foundation. Pelaksanaan kebudayaan di luar negeri salain menunjukan kepada masyarakat asing juga dapat diarahkan kepada masyarakat Jepang di luar negeri. Dengan demikian dengan kebudayaan nasional, dapat menimbulkan rasa kebanggaan akan kekayaan kebudayaan sendiri hal ini yang dilakukan oleh Jepang melalui the Japan Foundation. The Japan Foundation Jepang adalah institusi pertama yang mengkhususkan dalam pertukaran kebudayaan internasional. Sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972 dengan tujuan mempromosikan pertukaran kebudayaan saling menguntungkan antara Jepang dengan negara-negara lain. Pada tahun 2003 the Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif independen yang diharapkan akan lebih fokus terhadap keterlibatan hubungan mengenai kebudayaan Jepang, sedangkan pemerintah Jepang hanya sebagai pengawasan atas jalannya the Japan Foundation, saat ini mempunyai 23 kantor di luar negeri 70 yang beroperasional di 21 negara. Kegiatan yang telah membuat the Japan Foundation berkembang di antaranya pertukaran Seni Budaya, Pendidikan Bahasa Jepang, Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa, tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation Jakarta adalah sebagai bentuk diplomasi kebudayaan di Indonesia untuk lebih meningkatkan hubungan baik dalam bidang lainnya seperti ekonomi dan politik yang didasari oleh kedekatan budaya masingmasing negara. Keberhasilan Jepang dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia dapat dilihat dari respon msyarakat yang ingin mengenal kebudayaan Jepang lebih jauh dan peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang, kemudian berbagai kegiatan eksebisi yang dilakukan Jepang melalui the Japan Foundation Jakarta. Saat ini hubungan Jepang-Indonesia baik, dan keberadaan the Japan Foundation Jakarta tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Dengan adanya the Japan Foundation Jakarta, masyarakat Indonesia dapat belajar dari Jepang tentang nilai saling menghargai budaya asli dan sikap disiplin. Budaya yang diajarkan Jepang terhadap masyarakatnya telah diterapkan hingga saat ini adalah semangat Bushido yaitu disiplin, bekerja keras, dan saling menghormati. Dengan saling menguntungkan ke dua negara yaitu Jepang-Indonesia melakukan berbagai misi pertukaran kebudayaan sehingga adanya timbal balik hubungan ke dua negara tersebut. DAFTAR PUSTAKA Buku Amira, Agustin, K, dkk, International Seminar Proceedings, Latar Belakang Persepsi Orang Asing Terhadap Etos Kerja Bangsa Jepang, Surabaya: Research Center for Japanese Studies- Institute of Researches The States University of Surabaya, 2006. Barston, R. P, Modern Diplomacy, Longman: London and New York, 1988. Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New York: Palgrave Macmillan, 2003. Creswell, W John, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach, California: Sage Publication, 1994. Cipto, Bambang, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Djojohadikusumo, Sumitro, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1995. Gonggong, Anhar, Peran Pemerintah dalam Mewujudjan Social Welfare and Protection dalam Menyikapi ASEAN Socio-Culture Community, Jakarta: Lemhannas, 2009. Harrison, Lissa, Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007. Holsti, K.J. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987. LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974. Lubis, Mochtar, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1981. Mas’oed, Mochtar, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3ES, 1989. Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990. Morgenthau, Hans, J, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace, Michigan University: A. A. Knopf, 1948. Muhaimin, Yahya, A, Bisnis Dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi di Indonesia 1950-1980, Jakarta: LP3ES, 1989. xi Nishisara, Masashi, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993. Nishisara, Mashashi, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 19511966, Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University Kyoto, 1976. Nicholson, Harold, Sir, Diplomacy, Institute for the Study of Diplomacy, Edition with Foreword by Nigel Nicholson, 1988. Rahmat, M. Aref, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, Jakarta: PT. Buku Seru, 2011. Robert M, Jr, Orr, Japan’s Emergence as A Foreign Aid Power, New York: Colombia University Press, 1990. Roy, SL, Diplomasi, Jakarta: Rajawali Press, 1991. Saranto, Budi, Gaya Manajemen Jepang, Berdasarkan Azas Kebersamaan dan Keakraban, Jakarta: HECCO Mitra Utama, 2005. Scalapino, Robert A, & Wanandi Jusuf, Asia Tenggara dalam Tahun 1980-an, Jakarta: Yayasan Proklamasi, Center for Strategic and International Studies, 1985. Soedjatmoko, Asia di Mata Soedjatmoko, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009. Soedjatmoko, and Kenneth, W, Thompson, dalam World Politics, “Cultural Diplomacy” An Introduction, New York: The Free Press,1976. Shoelhi, Mohammad, Komunikasi Internasional Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009. (Perspektif Jurnalistik), Suryohadiprojo, Sayidiman, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, Jakarta: PT. Gramedia, 1998. Tim Winer, Membongkar Kegagalan CIA, pionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2008. Warsito, Tulus & Kartikasari, Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007. Yasutomo, Dennis T, The Manner of Giving: Strategic Aid and Japanese Foreign Policy, Lexington: Health, 1986. xii Jurnal Wiranto, Daulah, Siti, Kebijaksanaan Bantuan Ekonomi Jepang Kepada Indonesia, Jurnal Studi Jepang, Vol. I/I, tahun 1991. Multimedia Brosur The Japan Foundation, tahun 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, Diplomasi Kebudayaan, Jakarta, 1983. Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa, Buku 1V B, Jakarta: Departemen Luar Negeri, 2005. Direction of Trade Year Book, tahun 1978. Dokumentasi tentang Hubungan Jepang- Indonesia 1994, No. 428/HI/XI/1995, Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Hubungan Indonesia-Jepang Masa Pemerintahan Takeo Fukuda, Laporan Penelitian LIPI. The Japan Foundation, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret 2011. __________________, Nuansa, edisi April-Mei-Juni 2011. __________________, Nuansa, edisi Oktober-November-Desember 2011. __________________, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret 2012. __________________, Annual Report tahun 2002 __________________, Annual Report tahun 2009-2010. Panglaykim, J, Doktrin Fukuda: Suatu Pandanga Bisnis Analisa, Vol. VI No.10 Oktober Tahun 1977. Rix, Alan, Japan Economic Aid, London: Croom Helm Ltd, 1989. OECD/DAC, Japan’s Official Development Assistance (ODA) White Paper 2007, Departemen Luar Negeri Jepang, IMF, Biro Pusat Statistik Indonesia (BPS). Undang-undang Institusi Administrasi Independen Japan Foundation, pasal 3. xiii Wawancara Wawancara Diana S. Nugroho, Program Cultura Section, Jakarta: The Japan Foundation. Wawancara Siuaji Raja, Directorate of Public Diplomacy, Jakarta: Kementerian Luar Negeri, tanggal 03 November 2011. Internet http://www.beyondintractability.org/essay/track1_diplomacy/, pada 15 Maret 2010. http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCooperation/DispForm.aspx?ID=56, pada 30 Januari 2012. http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com content&taks=31, pada tanggal 05 April 2011. http://www.scribd.com/doc/46642948/Pers-Dalam-Peristiwa-Malari-1974 pada tanggal 21 April 2011. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78106 pada tanggal 21 April 2011. http://www.lp3es.or.id/direktori/fund/jpf.htm, pada tanggal 01 Oktober 2011. http://www.jpf.or.id/artikel/budaya, pada tanggal 22 Agustus 2011. http:/ /www.jpf.or.id/bahasa, pada tanggal 22 Agustus 2011. http://www.jpf.or.id/ studi-jepang-pertukaran-intelektual, pada tanggal 22 Agustus 2011. http://www.jf.cairo.org/aboutjf.html, pada tanggal 15 Oktober 2011. http://www.paradisearmy.com/doujin/pasok3n.cosplay.htm pada tanggal 30 November 2011, http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/datastat_01.htm, pada tanggal 27 November 2011, 01 November 2011. http://www.id.shovoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2181313-definisi-atau-pengertian-citra/#ixzz1kp6Z8eM,pada tanggal 31 Januari 2012. http://www.prakarsa-rakyat.org/download/buku/merespon/krisis/ekonomi/ dan/politik/elektoral .pdf, pada tanggal 23 Maret 2012. http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/02pproof%20masa_pendudukan _jepang. pdf, pada tanggal 22 Maret 2012. http://pf.go.jp/e/about/president/indext.html pada tanggal 04 Februari 2012. http://www.mofa.go.jp/policy/culture/index.html, pada tanggal 03 Februari 2012. xiv LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR THE JAPAN FOUNDATION SEBAGAI DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA Diana S. Nugroho, Program Cultura Section, Jakarta: The Japan Foundation, tanggal 02 Juni 2011. 1. Bagaimana sejarah The Japan Foundation di Jepang? Jepang memiliki kebudayaan yang begitu unik, budaya tradisional dan modern dapat diharmonisasikan, dapat dilihat dari budaya seperti upacara pernikahan di Jepang yaitu dijalankan sesuai dengan adat agama shinto yaitu mengikuti ajaran budha, kemudian diberkati di gereja. Upacara ini sebagian kecil dari budaya tradisional Jepang, maskipun negara Jepang sebagai negara kecil namun mengenai informasi Jepang tidak pernah tertinggal, bahkan Jepang disebut sebagai negara pencari informasi. 2. Apa tujuan didirikannya The Japan Foundation di Indonesia? Berdirinya The Japan Foundation hanya ingin memperluas pengenalan budaya Jepang dan memuluskan jalannya diplomasi budaya Jepang kepada masyarakat dunia, untuk itu Jepang banyak mendirikan pusat kebudayaan di berbagai belahan dunia. The Japan Foundation berkonsentrasi pada pertukaran dan pengenalan budaya saja, namun disamping itu ada unsur politik luar negeri seperti kepentingan nasional dan diplomasi karena diplomasi sebagai alat yang menjalankan politik luar negeri. 3. Bagaimana peran The Japan Foundation di dua puluh satu negara dan di Indonesia? Peran The Japan Foundation dalam segi politik adalah untuk memuluskan jalannya kerjasama di bidang kebudayaan, dan sebagai diplomasi kebudayaan Jepang ke Indonesia. Dengan adanya peristiwa Malari dan anti-Jepang pada tahun 1947 yang telah menimbulkan rasa kecewa terhadap masyarakat Indonesia, maka dengan adanya the Japan Foundation diharapkan dapat mengembalikan cara pandang masyarakat terhadap Jepang yang lebih baik. Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni, pukul, 13.00. 1. Apa tujuan diplomatis didirikannya The Japan Foundation di Indonesia? Tujuan diplomatis didirikannya The Japan Foundation Indonesia adalah untuk memperkenalkan budaya Jepang mulai dari budaya tradisional hingga modern saat ini, melalui media majalah, seperti Aneka Jepang dan Nuansa Jepang (yang diterbitkan setiap tiga bulan untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan di the Japan Foundation Indonesia. berbagai kursus seperti Selain itu the Japan Foundation mengadakan Ikebana (seni merangkai bunga Jepang), Cha no yu (upacara minum teh), Origami (seni melipat kertas). Selain mengenalkan budaya Jepang, tujuan diplomatis The Japan Foundation, yaitu memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang baik serta memelihara keharmonisan bagi hubungan luar negeri Jepang. 2. Bagaimana program-program The Japan Foundation dapat menjadi bagian dari diplomasi budaya Jepang di Indonesia? Program-program yang baru dibuat dan hubungan kerjasama dilaksanakan tidak hanya dengan lembaga pemerintah ataupun lembaga besar saja, namun lebih berfokus pada lembaga berskala kecil bahkan lembaga yang berlokasi di daerahdaerah terpencil. Di antara program-program yang telah dilakukan dan berdampak sangat positif bagi upaya pemahaman di antara kedua bangsa adalah program revitalisasi budaya lokal yang memberikan kesempatan bagi kebudayaan tradisi di Indonesia untuk diperhatikan dan/ atau diselamatkan dari kepunahan. Rasa seperti itulah sebenarnya yang berakar kuat dalam proses memahami dan saling pengertian antar bangsa. 3. Mengapa The Japan Foundation Indonesia didirikan pada tahun 1979 sedangkan di Jepang berdiri pada tahun 1972? mendirikan the Japan Foundation di Indonesia, melalui beberapa proses terlebih dahulu pasca konflik Malari 1974 pemerintah Jepang berusaha memperbaiki citra baik, kemudian melihat respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang, yang kemudian didirikan Japan Foundation pada tahun 1979 di Jakarta. Diana S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011. 1. Apakah dengan adanya The Japan Foundation, hubungan ekonomi dan politik berpengaruh? Jika dikaitkan sebagai ekonomi the Japan Foundation tidak menangani masalah tersebut, karena Jepang memiliki lembaga- lembaga tersendiri dalam menangani masalah ekonomi seperti bantuan ekonomi resmi yaitu ODA (Official Development Assistance), Perundingan resmi EPA (Economic Partnersip Agreement). 2. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai the Japan Foundation sejauh ini? Pandangan masyarakat Indonesia terhadap Jepang pun semakin meningkat, ini ditunjukan pada setiap pameran ataupun beberapa program yang telah dilaksanakan oleh the Japan Foundation. Untuk itu, the Japan Foundation Indonesia mempunyai beberapa kantor cabang di Indonesia yaitu Medan, Surabaya dan Makassar untuk memudahkan masyarakat Indonesia mengenal Jepang lebih dalam. Kebanyakan masyarakat yang menyukai kebudayaan Jepang yaitu anakanak dan remaja karena berawal dari kartun-kartun Jepang, animasi yang telah mendominasi pasar di Indonesia. 3. Apa yang melatarbelakangi the Japan Foundation didirikan di Indonesia? The Japan Foundation didirikan di Indonesia, sebagai pemulihan citra Jepang pasca-Malari 1974 yaitu kerusuhan yang diwarnai dengan ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi modal asing khususnya Jepang. Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011. 1. Bagaimana pengaruh dari budaya Jepang terhadap budaya Indonesia? Adapun pengaruh-pengaruh budaya Jepang yang dapat dilihat melalui masyarakat Indonesia seperti kebiasaan hidup dan mengkonsumsi barang-barang dari Jepang, secara tidak langsung masyarakat Indonesia telah terpengaruh oleh budaya Jepang tersebut. Untuk itu budaya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. 2. Bagaimana cara the Japan Foundation mempertahankan budaya tradisional Jepang, ditengah masyarakat modern? 3. Bagaimana sejarah the Japan Foundation, sampai tersebar di 21 negara? Untuk wilayah Asia Tenggara, karena adanya peristiwa Malari/ anti Jepang. Sedangkan di kawasan Amerika dan Eropa hanya memperluas untuk mengenalkan budaya Jepang. Diana S. Nugroho, tanggal 10 November 2011. Bagaimana sejarah berdirinya Japan Foundation yang mempunyai 23 kantor yang tersebar di 21 negara? Sejarah The Japan Foundation yang mempunyai 23 kantor tersebar di 21 negara memiliki latar belakang yang sama, yaitu untuk memuluskan jalannya diplomasi budaya yang efektif dengan tidak melakukan kekerasan. Meskipun pernah terjadi sebuah konflik di masing- masing negara, namun keberadaan the Japan Foundation tidak berpengaruh bagi konflik yang pernah ada di masing- masing negara, dengan diplomasi kebudayaan yang dijalankan oleh the Japan Foundation diharapkan akan mengembalikan citra baik bagi negara Jepang yang telah dianggap sebagai negara yang mendominasi perekonamian dunia. Selain ingin mempromosikan budaya, Jepang ingin mengembalikan citra pada negara-negara Asia Tengggara yang telah menganggapnya sebagai negara yang telah memonopoli perekonomian Asia, yaitu Thailad, Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia. Telah menimbulkan anti Jepang pada konflik Malari tahun 1974. Diana S, Nugroho, The Japan Foundation, 30 Juni 2011. 1. Program apa yang dapat dilihat dari Japan Foundation sehingga program tersebut dapat dikatakan berhasil? Menurut survei yang dilaksanakan the Japan foundation Jakarta pada tahun 2006 di luar negara Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang, untuk itu the Japan foundation berupaya untuk membantu kebutuhan pendidikan bahasa Jepang di luar negara Jepang. Program ini dapat dikatakan sebagai keberhasilan the Japan Foundation sebagai lembaga budaya Jepang. Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011. 1. Bagaimana pengaruh budaya Jepang di Indonesia? Mengenai pengaruh budaya Jepang dalam masyarakat Indonesia dapat dilihat pengaruhnya dari kebiasaan orang Indonesia memakai barang- barang atau produk dari Jepang. Secara tidak langsung masyarakat yang mulai terbiasa menggunakan produk Jepang maka budaya Jepang pun telah berpengaruh didalamnya. Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011. 1. Bagaimana cara the Japan Foundation bekerja dan membagi divisi untuk menjalankan tugasnya masing- masing? The Japan Foundation membagi Kegiatan yang dipusatkan pada empat area kegiatan sekaligus menjadi empat tujuan utama the Japan Foundation, yaitu: - Divisi Pertukaran Kebudayaan, tujuannya untuk mempromosikan budaya Jepang dan pertukaran kebudayaan dengan negara lain - Divisi Pendidikan Bahasa Jepang, yaitu membantu pengembangan bahasa Jepang dan pelaksanaan kursus bahasa Jepang untuk umum dan pelajar. - Divisi Pertukaran Intelektual dan Pengembangan Studi Jepang, tujuannya sebagai pertukaran intelektual dan proyek penelitian studi Jepang. - Divisi Pengoleksian dan Penyediaan Informasi, yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pertukaran internasional dan menyebarkan informasi mengenai the Japan Foundation. Diana, S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011. Bagaimana peran the Japan Foundation yang ada di negara bagian Asia Pasifik? The Japan Foundation yang berada di Seoul, Beijing, Kuala Lumpur, Jakarta, New Delhi dan Sydney, hanya sebagian lingkungan kecil sebagai lembaga pusat kebudayaan Jepang, yang memiliki Divisi dan kegiatan yang sama dengan the Japan Foundation lainnya. Kemudian bagaimana the Japan Foundation dapat dikatakan berhasil mengembalikan citra Jepang? Dapat dilihat dari program-program yang telah kami buat, selama ini sangat baik dan tidak ada efek negatif bagi Jepang maupun Indonesia sendiri. Adanya perubahan struktur pada the Japan Foundation, apakah berpengaruh bagi pemerintah Jepang melalukan diplomasi kebudayaan Jepang? Perubahan struktur pada tidak berpengaruh dengan diplomasi kebudayaan Jepang, karena selain pada the Japan Foundation, Jepang sebelumnya melakukan diplomasi kebudayaan melalui keduta besar yang ada di negara-negara lain. Untuk lebih memudahkan masyarakat yang ingin mengenal Jepang maka melalui the Japan Foundation secara lebih spesifiknya. LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR KERJASAMA THE JAPAN FOUNDATION INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA Siuaji Raja, Directorate of Public Diplomacy, Jakarta: Kementerian Luar Negeri, tanggal 03 November 2011. 1. Mengenai The Japan Foundation yang ada di Indonesia. Apakah ada kerjasama secara tertulis kerjasama antara Jepang dengan Indonesia terkait dengan berdirinya the Japan Foundation? Berdirinya The Japan Foundation di Indonesia memang tidak ada kerjasama secara tertulis, namun mereka hanya ijin kepada kami untuk mendirikan lemaga budaya Jepang, yang bertujuan untuk mempererat hubungan bilateral antara Jepang dengan Indonesia saja tanpa adanya kekerasan. 2. Apakah diplomasi budaya yang dilakukan the Japan Foundation dapat dikatakan efektif untuk memulihkan citra bangsa Jepang di negara Asia khususnya Indonesia terkait dengan peristiwa Malari? Yang dilakukan The Japan Foundation sudah dapat dikatkan sebagai alat diplomasi budaya yang efektif, karena dapat kita lihat bahwa program yang dilaksanakan sejauh ini positif. Bahkan saat ini negara Jepang dengan Indonesia sangat baik, meskipun pada tahun 1942 Jepang pernah menjajah negara kita namun tidak ada pengaruhnya saat ini. 3. Selain melalui The Japan Foundation, diplomasi apakah yang dilakukan Jepang kepada Indonesia? Selain the Japan Foundation, diplomasi atau kerjasama yang dilakukan Jepang terhadap Indonesia banyak. Contohnya kerjasama ekonomi seperti bantuan ODA, IJEPA dan bantuan ekonomi lainnya.