oleh: IYUL YANTI NIM. 106083003761 PROGRAM STUDI

advertisement
DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA
MELALUI THE JAPAN FOUNDATION
TAHUN 2003-2011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial
oleh:
IYUL YANTI
NIM. 106083003761
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/ 2012 M
DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA
MELALUI THE JAPAN FOUNDATION
TAHUN 2003-2011
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial
oleh:
IYUL YANTI
NIM. 106083003761
Menyetujui,
Pembimbing
Penasehat Akademik
Kiky Rizky, M.Si
Nazaruddin Nasution,SH, MA.
NIP. 197303212008011002
NIP. 020001548
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/ 2012 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Februari 2012
Iyul Yanti
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The
Japan Foundation Tahun 2003-2011 telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20
Maret 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Jakarta, 09 April 2012
Sidang Munaqasyah
Ketua Jurusan,
Sekertaris Jurusan,
Dina Afrianty, Ph.D
NIP. 197304141999032002
Agus Nilmada Azmi, S.Ag, M.Si
NIP. 197808042009121002
Pembimbing,
Kiky Rizky, M.Si
NIP. 197303212008011002
Penguji I
Dina Afrianty, Ph.D
NIP. 197304141999032002
Penguji II
M.Adian Firnas, S.IP, M.Si
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis “Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia
Melalui The Japan Foundation tahun 2003-2011”. Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan Jepang mendirikan The
Japan Foundation dan perannya di Indonesia sebagai diplomasi kebudayaan.
Dalam berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan adalah eksebisi, pameran
kebudayaan, pertukaran pelajar dan pertukaran intelektual. Peran the Japan
Foundation di Indonesia adalah sebagai media pertukaran organisasi antara
Jepang dan Indonesia. The Japan Foundation adalah sebuah lembaga yang
didirikan oleh pemerintah Jepang sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan
pada tahun 1972 di bawah Kementrian Luar Negeri Jepang. Pada tahun 2003 the
Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif
independen yang diharapkan akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatannya
dan lebih mudah berkonsentrasi untuk tujuan pertukaran kebudayaan Jepang
dengan negara-negara lain. Didirikannya the Japan Foundation di Indonesia
dilatarbelakangi adanya peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) pada
tahun 1974, yaitu Jepang dinilai sebagai negara yang telah mendominasi
perekonomian Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi puncak kemarahan
mahasiswa terhadap roda pemerintahan Soeharto yang dinilai telah merugikan
masyarakat karena banyaknya investasi asing khususnya Jepang yang masuk ke
Indonesia, sehingga pasar Indonesia didominasi oleh produk-produk Jepang. Oleh
karena itu, Jepang memperbaiki hubungan dengan Indonesia salah satunya dalam
bidang sosial budaya melalui the Japan Foundation.
Keberhasilan Jepang dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia
dapat dilihat dari respon masyarakat yang ingin mengenal kebudayaan Jepang
lebih jauh dan peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di
Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang,
kemudian berbagai kegiatan eksebisi yang dilakukan Jepang melalui the Japan
Foundation Jakarta. Saat ini hubungan Jepang-Indonesia dinilai baik, dan
keberadaan the Japan Foundation Jakarta tidak menimbulkan kekhawatiran bagi
masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Skripsi ini menggunakan konsep diplomasi dalam bentuk second track
diplomacy, diplomasi kebudayaan menurut Martin Wight dan Winston Churchil,
politik luar negeri oleh J.R Childs dan kepentingan nasional menurut K.J Holsti
dan Hans J. Morgenthau. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis yang
menggunakan data berupa data primer seperti wawancara dengan narasumber
pada the Japan Foundation Indonesia. Sementara data sekunder berupa studi
kepustakaan, didapat melalui buku-buku, jurnal, majalah, dan jaringan internet.
Kata kunci: Diplomasi Kebudayaan, Politik Luar Negeri, Kepentingan
Nasional, The Japan Foundation.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang Di Indonesia Melalui The
Japan Foundation Tahun 2003-2011”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik
tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Kiky Rizky, M.Si. sebagai Pembimbing Skripsi penulis yang telah
memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Terutama untuk Ayahanda Tercinta Suparman dan Ibunda Muniroh selaku
orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat, berdoa
untuk kebaikan dan kesuksesan putra-putrinya, dukungan baik moral
maupun material selama penulis menuntut ilmu. Terimakasih Mah, Pak...
3. Bapak Prof. Dr.Bahtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua Program Studi Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris Program Studi
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., sebagai Dosen Pembimbing
Akademik penulis.
7. Bapak Badrus Sholeh, MA dan Bapak Armein Daulay M.Si. sebagai dosen
Program Studi Hubungan Internasional yang telah memberikan masukan
pada skripsi serta mengajarkan dan membimbing penulis sejak awal
memasuki Program Studi Hubungan Internasional.
8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam
meyelesaikan tugasnya sebagai mahasiwi.
9. Terimakasih untuk perpustakaan The Japan Foundation Jakarta khususnya
kepada Ibu Diana S. Nugroho dan Ibu Susanti Pogram Cultural Section
dan ketua perpustakaan The Japan Foundation Jakarta yang telah banyak
membantu memberikan bahan-bahan skripsi ini, Perpustakaan BPPK
Kementerian Luar Negeri Indonesia, PDHI UI, Miriam Budiardjo, PDII
LIPI, Perpustakaan Nasional, Freedom Institute, Perpustakaan IISIP,
Perpustakaan Budi Luhur, Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Pasca
Sarjana UIN, Perpustakaan Univ. Parahyangan Bandung, Perpurtakaan
Univ. Muhamadiyah Yogyakarta.
10. Teruntuk Pijay Wijaya, Yeni Purwanti, Aizar Arfa Wijaya, Laziah
Nurjamilah, Silmi Lisani Putri, Syafira Nurfadillah, selaku kakak,
v
keponakan, dan adik yang penulis sayangi, terimakasih atas dukungan dan
do’a kalian.
11. My Aunty Elsih Sukarsih dan Mimi Mulyanah, terimakasih telah
memberikan motivasi pada penulis untuk selalu berpikir positif dan
optimis.
12. Teruntuk sahabat-sahabat terbaik penulis di HI Puji Nia Rachmatika, Dwi
Wahyuni, dan Umi Kulsum. Kalian semua telah memberikan pertemanan
yang indah dengan segala suka duka dan canda tawa sejak awal
perkuliahan hingga saat ini, serta telah memberikan dorongan semangat di
saat penulis putus asa dalam pembuatan skripsi ini dan memberikan
banyak masukan hingga sampai menyelasaikan skripsi ini. “we are not
number one but we are the best”
13. Sahabat Rosy Kamalia, Maya Damayanti, Astrid Ismulyati, Starlet Ralisya
Injaya, Lilis Widya Sari, Yeyen Magreyeni S, dan Yeni Puspita Sari teman
seperjuangan penulis selama di HI yang telah banyak membantu penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan segala saran, kritikan, dan tidak
pernah lelah memberikan nasihat semangat. Jatuh bangun bersama
mencari data skripsi. “temannnn...! akan indah pada waktunya....”
14. Sahabat kost Pondok Sakinah Teh Iyam, Ai, dan kak reni, dan Pegasus
Kak Wiwin, Kak Kiki, dan Dilah kalian semua telah menjadi saksi dalam
proses penulisan skripsi ini. ’Thanks alot my best friends’
15. Kepada kawan-kawan di PSM (Paduan Suara Mahasiswa) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan sahabat Herda, Zakia, Nurul, kak Tutto, kak
Odoy, kak Secco, Kak Dilah, ka Ika, Kak Lily, dan kak jay kalian telah
memberikan hari-hari selama penulisan skripsi ini terasa menyenangkan,
”Thank You...!!!
16. Teman-teman Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2006,
2007, 2008, dan 2009 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
17. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini
namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat
imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan ke depan.
Jakarta, 20 Februari 2012
Iyul Yanti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 9
E. Metoda Penelitian ................................................................................... 18
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19
BAB II PASANG SURUT HUBUNGAN JEPANG-INDONESIA
A. Hubungan Jepang-Indonesia .................................................................. 21
a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia ................................................ 21
b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama ......................... 24
c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru ........................... 27
BAB III PERISTIWA MALARI DAN TERBENTUKNYA THE
JAPAN FOUNDATION INDONESIA
A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara ............................................ 34
B. Peristiwa Malari Tahun 1974 ................................................................. 36
C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation ..................... 39
BAB IV DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA
MELALUI THE JAPAN FOUNDATION
A. Peran The Japan Foundation di Indonesia ............................................. 46
B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia ............................. 49
C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011 ............ 57
BAB V
Penutup........................................................................................................ 66
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Gambar I.1 Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan. ............... 12
Tabel I.1 Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana
Diplomasi Kebudayaan ............................................................................... 13
Gambar struktur III. 2 The Japan Foundation pada Kementerian luar
negeri Jepang............................................................................................... 40
Gambar II.2 The Japan Foundation Worldwide ......................................... 44
Gambar Struktur IV. 2 The Japan Foundation Jepang ............................... 59
Tabel II.2 Kegiatan the Japan Foundation ................................................. 60
Tabel IV.4 Perkembangan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta
tahun 2003-2011 ......................................................................................... 65
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Transkrip Wawancara
Lampiran 2: Surat Keterangan Penelitian
ix
DAFTAR SINGKATAN
AS
Amerika Serikat
ASEAN
Association of South East Asian Nations
CIA
Central Inteligencie Agency
CRO
Cumulative Reles of Origin
EPA
Economic Partnership Agreement
GNP
Gross National Product
GSP
General Scheme of Preference
IMF
International Monetary Fund
JENESYS
Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths
JICA
Japan International Coorporation Agency
JLPT
Japanese Language Proficiency Test
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
Malari
Malapetaka Lima Belas Januari
MTN
Multilateral Trade and Tarif Negotiation
NGO
Non Government Organization
ODA
Official Development Assistance
PETA
Pembela Tanah Air
PM
Perdana Menteri
RUP
Rencana Urgensi Perekonomian
SLTA
Sekolah Tingkat Atas
SSIA
Society for the Study of Indonesian Art Japan
UUD
Undang-Undang Dasar
US
United State
WTO
World Tread Organization
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tahun 1939 antara pihak
Sekutu Amerika Serikat, telah membuat Jepang membentuk format hubungan
kerjasama baru, yaitu meningkatkan hubungan ekonomi, politik, dan sosial
budaya dengan negara-negara di dunia yang salah satunya dengan Indonesia.
Jepang yang pernah hancur dibom oleh Amerika Serikat menjadikan Jepang
porak-poranda dalam berbagai aspek, kemudian untuk kembali bangkit
meneruskan pembangunan Jepang membutuhkan bantuan dan kerjasama dari
pihak luar. Pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat memberi kesempatan
kepada Jepang untuk bekerjasama di berbagai bidang yaitu ekonomi, politik, dan
sosial budaya.1 Kondisi itulah yang melatarbelakangi kedekatan antara Jepang
dengan AS, kedekatan itu yang kemudian memberikan pengaruh bagi Jepang
untuk melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain di dunia.
Perkembangan hubungan politik Jepang pada tahun 1948 terhadap negaranegara lain tidak terlepas dari peranan Amerika Serikat, termasuk dengan
Indonesia. Amerika Serikat berhasil mengintervensi politik dalam negeri Jepang
melalui badan intelejen CIA (Central Intelligence Agency). Pada saat itu Jepang
dipimpin oleh PM Nobusuke Kishi sebagai ketua partai berkuasa, saat itu muncul
Yoshi Kodama yaitu seorang pemberontak di Jepang yang pernah melakukan aksi
melawan pemerintah, dan menjadi orang kepercayaan Amerika Serikat dalam
1
Mashashi Nishihara, Soekarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang: Hubungan
Indonesia- Jepang 1951-1966, h. 6.
2
membantu keinginannya menjadi badan intelejen CIA, kemudian mereka
membentuk politik Jepang Pasca Perang Dunia II.2
Dalam upaya meredam pengaruh komunis, Jepang dan Amerika Serikat
menjadi salah satu yang melatarbelakangi hubungan politik antara Jepang dengan
Indonesia.3 Dengan melalui perundingan secara bilateral antara Jepang dan
Indonesia terkait dengan pampasan perang merupakan latarbelakang juga atas
hubungan politik Jepang-Indonesia, perundingan itu pun sekaligus menjadi
langkah awal bagi Jepang untuk membuka hubungan diplomatiknya.
Dalam
melakukan hubungan politik tersebut, bagi masing-masing kedua negara JepangIndonesia memiliki kepentingan nasionalnya sendiri. Jepang tidak terlepas dari
pengaruh Amerika Serikat untuk meredam pengaruh komunis di Indonesia. Bagi
Indonesia, perjanjian pampasan perang sangat penting untuk meningkatkan
politiknya.4
Agenda politik Indonesia ini merupakan awal hubungan dengan
agenda-agenda lain dalam kepentingan Indonesia terhadap Jepang terutama
dibidang ekonomi.
Hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang diplomatik didasarkan pada
perjanjian perdamaian antara Republik Indonesia dan Jepang pada bulan Januari
1958, sejak itu hubungan bilateral antara kedua negara berlangsung baik dan terus
berkembang tanpa mengalami hambatan.
Eratnya hubungan bilateral kedua
negara tersebut juga tercermin dalam berbagai persetujuan yang ditandatangani
maupun pertukaran nota oleh kedua pemerintahnya, yang dimaksudkan untuk
2
Tim Winer, Membongkar Kegagalan CIA, pionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya,
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2008, h. 147.
3
Ibid, h. 222.
4
Departemen Lur Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia
Dari Masa ke Masa, h. 293.
3
memberikan landasan yang lebih kuat bagi kerjasama di berbagai bidang seperti
ekonomi, politik, dan sosial budaya.5
Pada tahun 1970-an Jepang telah tumbuh sebagai negara dengan
perekonomian yang modern didasari dengan ekspor impor yang dilakukan Jepang,
meskipun negara ini pada awalnya adalah negara miskin yang memiliki sumber
daya alam sangat terbatas, kekuatan ekonomi Jepang sebagian besar bertumpu
pada sektor industri manufaktur. Namun Jepang menyadari bahwa negaranya
memerlukan sumber daya alam, serta daerah pemasaran yang terdapat di negaranegara berkembang. Oleh karena itu, Jepang meningkatkan kerjasama ekonomi
perdagangan dan pembangunan, hal ini terlihat dari bantuan ODA (Official
Development Assistance) pada tahun 1960. Disamping itu bantuan ekonomi yang
diberikan telah membantu Jepang mengembangkan perdagangan dan hubungan
politik dengan negara-negara Asia.6
Kekalahan perang Jepang pada tahun 1945, sebenarnya adalah
kebangkitan bagi Jepang setelah kekalahannya pada Perang Dunia II, Jepang lebih
meningkatkan kekayaan bangsa dan memperkuat negara dengan angkatan
persenjataannya untuk mampu bersaing dengan
negara-negara Barat seperti
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kemudian investasi negara diperluas untuk
mengembangkan produksi sehingga pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat.
Berdasarkan ajaran semangat bushido (semangat budha) yang mengajarkan
5
Diakses dari http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCoorporation/DispForm.aspx?ID=
56, pada tanggal 31 Januari 2012, pukul 12.00.
6
Orr, Jr, Robert M, Japan’s Emergence as A Foreign Aid Power, New York: Colombia
University Press, 1990, h. 46.
4
kepatuhan kepada penguasa dan bermoral tinggi dengan menjunjung tinggi sikap
disiplin.7
Perdagangan Jepang meluas secara cepat sejak pertengahan 1960-an dan
bantuan ekonomi ke Asia Tenggara pun bertambah, berawal dari tujuan politik
yang kemudian membuka jalur bantuan keuangan dan investasi swasta pada tahun
1972.
Sesuai dengan statistik Kementerian Perdagangan Internasional dan
Industri, investasi swasta yang disetujui mencapai $858 juta di tahun 1971,
sedangkan pada tahun 1972 mencapai $2338 juta.8
Kemampuan Jepang untuk melakukan perdagangan internasional dengan
pertumbuhan ekonomi yang besar, membuatnya dijuluki oleh negara Asia sebagai
“Kekuatan Ekonomi Raksasa”. Hal ini didasarkan GNP-nya yang besar didapat
dari ( Gross national product) Pendapatan Kotor Nasional industri-industri berat
serta kimia dan perdagangan yang meningkat per kapita pada tahun 1979 sebesar
$6.300.9
Namun hubungan perdagangan dengan Asia Tenggara khususnya
Indonesia hanya menguntungkan bagi Jepang.
perdagangan yang seimbang memunculkan
Tidak adanya mekanisme
kelompok anti-Jepang, misalnya
investasi, bayaran buruh murah, mobil dan produk-produk Jepang telah menguasai
pasar Asia Tenggara. Korporasi-korporasi Jepang telah bergerak dan masuk ke
Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan dalam mencari buruh murah. Kemudian
negara-negara menuntut, bahwa Jepang menggunakan skala-skala upah rendah
7
Nandang Rahmat, In International Seminar Proceedings, Latar Belakang Persepsi
Orang Asing Terhadap Etos Kerja Bangsa Jepang, Surabaya: Research Center for Japanese
Studies- Institute of Reseaches The States University of Surabaya, 2006, h. 3.
8
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1981, h. 72.
9
Sayidiman Suryohadiprojo, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, Jakarta: PT. Gramedia,
1998, h. 199.
5
untuk memetik keuntungan besar.
Inilah yang menyebabkan Jepang disebut
sebagai kekuatan ekonomi raksasa karena telah dianggap memonopoli
perekonomian dunia.10
Pada tahun 1970-an Jepang juga disebut sebagai „hewan ekonomi‟ oleh
negara Asia artinya negara yang serakah dan menguasai perekonomian Asia
bahwa Jepang telah menggantikan agresi militer dengan agresi ekonomi.11
Kemudian untuk memulihkan citra baik, Jepang menyadari perlu adanya
keterlibatan internasional dengan negara-negara yang telah menganggapnya tidak
baik, sehingga Jepang melakukan perdagangan internasional, selain ekonomi dan
politik pemerintah Jepang juga melakukan keterlibatan internasional mengenai
kebudayaan. Karena tidak hanya hubungan internasional dalam bentuk kerjasama
ekonami dan politik saja, hubungan internasional kebudayaan sangat penting
untuk rakyat dan ketahanan negaranya.12
Untuk itu Jepang mendirikan sebuah lembaga kebudayaan yang dikenal
dengan nama The Japan Foundation pada bulan Oktober 1972 di Tokyo.
Lembaga ini bertujuan sebagai pusat pertukaran kebudayaan Jepang.13 Hingga
saat ini, the Japan Foundation telah mendirikan 23 kantor yang tersebar di 21
negara di seluruh dunia. Hal ini juga termasuk empat institusi di Jepang, yaitu di
Tokyo sebagai pusat kota, Kyoto karena dianggap sebagai pusat budaya Jepang,
Kansai sebagai pengembangan bahasa Jepang, dan Urawa, serta tiga di antaranya
di Amerika Serikat, yaitu satu di Los Angeles dan dua di New York. Kantor
terakhir yang didirikan, adalah kantor cabang Vietnam yang baru beroperasi pada
10
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 73.
Suryohadiprojo, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, h. 201.
12
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 91.
13
Ibid, h. 94.
11
6
tahun 2007.
Untuk kawasan Asia Tenggara, the Japan Foundation telah
memiliki lima kantor cabang, yaitu di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok,
dan Hanoi. Seiring dengan semakin pentingnya kawasan Asia Tenggara dalam
dunia internasional saat ini, maka the Japan Foundation meningkatkan
keterlibatannya di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu pada tanggal 1 April
2007 the Japan Foundation membuka biro Asia Tenggara yang bertempat di
Thailand (Bangkok).14 Dana operasional berasal dari bunga modal awal yang
diberikan oleh pemerintah Jepang ditambah dengan subsidi tahunan dari
pemerintah serta dari sektor swasta atau perusahaan-perusahaan Jepang.
Salah satu alasan Jepang mendirikan the Japan Foundation, yaitu untuk
melakukan kerjasama internasional tidak hanya melalui ekonomi dan politik saja,
melainkan perlu adanya kerjasama internasional di bidang kebudayaan. Hal ini
disebabkan kerjasama kebudayaan sangat penting bagi kepentingan nasionalnya,
dan sebagai pemulihan citra bagi negara yang pernah dijajahnya, maka Jepang
banyak mendirikan pusat kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation di
negara-negara yang dianggapnya penting untuk memperkenalkan kebudayaannya
di mata dunia.15
Kemudian, yang melatarbelakangi berdirinya the Japan Foundation di
Asia Pasifik, khususnya Indonesia adalah terjadinya konflik pada tanggal 15
Januari 1974 yang dikenal dengan nama Malari. Peristiwa ini dilatarbelakangi
oleh ketidakpuasan mahasiswa Indonesia terhadap dominasi modal asing Jepang,
sehingga menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia.
Dari sudut pandang
mahasiswa hal ini dipandang sebagai wujud konflik kepentingan antar-kelompok
14
Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=comcontent&taks=blogcategory
&id-19&Itemid=31 pada tanggal 05 April 2011, pukul 21.05.
15
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 90.
7
yang mempunyai pengaruh besar dalam elit politik Indonesia saat itu. Kelompok
tersebut dapat diwakili oleh kelompok Jenderal Sumitro yang mewakili modal
Amerika Serikat melawan kelompok Jenderal Ali Murtopo yang mewakili modal
Jepang. Konflik ini kemudian dimenangi oleh kelompok Ali Murtopo, sehingga
konsekuensinya modal Jepang menjadi dominan dalam membantu perubahan
ekonomi Indonesia.16 Peristiwa Malari pada tahun 1974 itu memaksa Jepang
untuk introspeksi terhadap kebijakan yang selama ini dijalankannya jika Jepang
ingin tetap membina hubungan baik dengan negara-negara Asia Tenggara,
khususnya dengan Indonesia. Maksud baik Jepang kemudian dibuktikan dengan
kunjungan Perdana Menteri Fukuda ke negara-negara ASEAN (Association of
South East Asian Nation) pada tanggal 18 Agustus 1977 di Manila yang berakhir
dengan dikeluarkannya Doktrin Fukuda, yang salah satu isinya adalah Jepang
akan berusaha keras untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara
ASEAN.17 Hubungan ini ditekankan sebagai hubungan persahabatan, tidak hanya
di bidang ekonomi dan politik, melainkan juga di bidang sosial budaya. Salah
satunya dengan didirikan pusat kebudayaan untuk membangun citra baik bangsa
Jepang dan sebagai alat diplomasi Jepang.
Diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia yang dilakukan the Japan
Foundation
melalui beberapa proses terlebih dahulu. Hal ini untuk melihat
respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang mulai dari tahun 1974
setelah
peristiwa Malari sampai tahun 1979. Tujuannya untuk memberikan kontribusi
bagi lingkungan internasional yang lebih baik dan untuk memelihara serta
16
A, Yahya Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi di Indonesia 19501980, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 39.
17
J, Panglaykim, Doktrin Fukuda: Suatu Pandangan Bisnis, Analisa, Vol. VI No.10
Oktober 1997, h. 8.
8
mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang.18 Hal ini menjadi
keuntungan tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan
Indonesia.19
Persahabatan dua negara dapat terjalin dengan baik dan saling
menguntungkan kedua belah pihak merupakan tantangan tersendiri bagi
pelaksanaan diplomasi kedua negara.
Jepang melakukan diplomasi kebudayaannya ke berbagai negara melalui
pertukaran kebudayaan, yang diharapkan dapat mempererat hubungan bilateral
Jepang, dalam berbagai bidang, yaitu diplomatik, ekonomi, dan juga aspek
kebudayaan.20 Hubungan kebudayaan dapat meningkatkan kemampuan manusia
untuk tidak melakukan kekerasan pada suatu persengketaan dan juga dapat
mempertinggi kesadaran manusia untuk saling ketergantungan bagi semua bangsa
dan negara.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan meneliti dan menganalisis
lebih dalam mengenai tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation terkait
masalah diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program yang
telah dilaksanakan dengan mengacu pada fakta-fakta yang telah ada, batasan
waktu yang diambil dalam penelitian ini, yaitu pada tahun 2003-2011 karena pada
tahun tersebut the Japan Foundation mengalami perubahan struktur menjadi
lembaga administratif independen. Oleh karena itu penelitian ini dijadikan sebuah
skripsi dengan judul “Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The
Japan Foundation Tahun 2003-2011”.
18
The Japan Foundation, Nuansa, Jakarta: edisi Januari-Februari-Maret 2011, h. 1.
Ibid, h. 2- 3.
20
Budi Saranto, Gaya Manajemen Jepang, Berdasarkan azas Kebersamaan dan
Keakraban, h. 58.
19
9
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:
Apa tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation dan bagaimana perannya di
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation sebagai
diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program the Japan
Foundation yang menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan di Indonesia.
D. Kerangka Pemikiran
Dalam skripsi ini, penulis menganalisis keberadaan the Japan Foundation
sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia.
Untuk menganalisis hal
tersebut, penulis menggunakan konsep diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik
luar negeri dan kepentingan nasional.
Konsep adalah kata yang menggambarkan suatu gagasan, klarifikasi, atau
memperkenalkan suatu sudut pandang dan mengamati suatu fenomena yang
empiris. Konsep dalam ilmu sosial adalah bersifat objek seperti orang, kelompok,
negara, atau organisasi internasional.21
Diplomasi Menurut the Oxford English Dictionary diplomasi adalah
manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang erat kaitannya dengan
politik internasional, yaitu seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam
hubungannya dengan negara lain.22 Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan
James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yag berdaulat
21
22
Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990, h. 94- 95.
SL, Roy, Diplomacy, h. 2.
10
melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional.23 Dari dua
pengertian tersebut, dapat disimpulkan diplomasi adalah negosiasi yang dilakukan
aktor-aktor internasional untuk menyelesaikan permasalahan nasional atau
internasional dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri.
Terdapat dua bentuk diplomasi secara spesifik, yaitu first track diplomacy,
adalah sebuah komunikasi yang bersifat resmi dan rahasia dalam menyelesaikan
konflik dengan negara lain, yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah
(goverment to goverment).24
Kemudian second track diplomacy yaitu upaya
negosiasi dalam penyelesaian konflik antarnegara yang dilakukan oleh organisasi
non-pemerintah (non-govermental organozations/ NGOs) atau masyarakat dengan
masyarakat (people to people).25 Dalam tulisan ini penulis menggunakan second
track diplomacy, yaitu organisasi yang tidak melibatkan pemerintah yang bersifat
independen, untuk mencapai kepentingan dan tujuan berpengaruh terhadap
negara.
Tujuan utama diplomasi yang efektif adalah untuk menjamin keuntungan
negara sendiri, demi kepentingan nasionalnya untuk memelihara keamanan.
Selain itu, untuk memajukan ekonomi perdagangan dan kepentingan komersial
perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan kebudayaan
dan ideologi, meningkatkan prestasi nasional, dan mempererat persahabatan
dengan negara lain. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi adalah untuk
23
Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New York:
Palgrave Macmillan, 2003, h. 69- 70.
24
Diakses dari http://www.beyondintractability.org/essay/track1_diplomacy/, pada 15
Maret 2010, pukul 18.00.
25
Geoff Berridge and Alan James, h. 260.
11
mencapai tujuan-tujuannya secara damai, tetapi apabila hal tersebut tidak
memungkinkan, maka tindakan-tindakan lain seperti perang, diperbolehkan.26
Diplomasi Kebudayaan
Diplomasi sangat erat kaitannya dengan hubungan internasional. Hal ini
disebabkan karena diplomasi merupakan instrumen yang digunakan oleh negaranegara untuk melaksanakan politik luar negeri agar mencapai kepentingan
nasionalnya. Dengan kata lain, diplomasi merupakan alat untuk melaksanakan
hubungan internasional.
Secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara
untuk memperjuangkan kepentingan nasional di kalangan internasional. 27 Dalam
hal ini diplomasi tidak hanya diartikan sebagai perundingan melainkan semua
upaya hubungan luar negeri.
Begitu pula dengan diplomasi kebudayaan,
diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik
secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian.
Sedangkan secara makro sesuai dengan ciri khas utama. Misalnya propaganda.
Kegiatan diplomasi kebudayaan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,
melainkan oleh lembaga-lembaga seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh kelompok, masyarakat, individuindividu, termasuk warga negara. Dilihat pada skema berikut ini,
26
27
2007, h. 2.
SL, Roy, Diplomacy, h. 9-10.
Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak,
12
Gambar I.1
Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan
Pemerintah
Pemerintah
Kekuatan Nasional
Kepentingan Nasional
Kepentingan Nasional
Masyarakat
Strategi Kebudayaan
Masyarakat
Sumber: TulusWarsito& Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak,
2007.
Keterangan:
Diplomasi kebudayaan dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, dan sasaran utamanya
adalah masyarakat suatu negara bukan semata-mata langsung kepada pemerintah dengan tujuan
kepentingan nasional.28
Diplomasi kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu diplomasi
kebudayaan makro dan diplomasi kebudayaan mikro.29 Diplomasi kebudayaan
makro, menurut pengertian umum adalah segala hasil dan upaya budidaya
manusia terhadap lingkungan dapat diartikan kebudayaan sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
yang kemudian dapat dipelajari untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya
melalui dimensi kebudayaan.30 Sedangkan diplomasi kebudayaan mikro
merupakan hasil dari diplomasi kebudayaan makro, berupa pendidikan, ilmu
pengetahuan, olahraga dan kesenian.
Diplomasi kebudayaan, dapat dipakai oleh semua masyarakat resmi atau
tidak resmi, melalui pemerintah atau pun non pemerintah terhadap negara yang
dituju.31 Melalui sarana yang relatif mudah dan efektif dalam menciptakan opini
masyarakat dunia terhadap kepentingan nasional, seperti melalui propaganda yang
28
Ibid, h. 17.
Ibid, h. 3.
30
Ibid, h. 19.
31
Ibid, h. 71.
29
13
merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, maupun nilai-nilai sosial suatu bangsa kepada bangsa lain.
Ada beberapa konsep dalam diplomasi kebudayaan yang terdapat dalam
tabel sebagai berikut, diantaranya:
Tabel I.1
Hubungan antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi
Kebudayaan32
SITUASI
DAMAI
KRISIS
KONFLIK
PERANG
BENTUK
TUJUAN
SARANA
- Eksebisi
- Kompetisi
- Pertukaran Misi
- Negosiasi
- Konferensi
- Propoganda
- Pertukaran Misi
- Negosiasi
- Pengakuan
- Hegemoni
- Persahabatan
- Penyesuaian
- Pariwisata
- Olah Raga
- Pendidikan
- Kesenian
- Persuasi
- Penyesuian
- Pengakuan
- Ancaman
- Teror
- Penetrasi
- Pertukaran Misi
- Boikot
- Negosiasi
- Ancaman
- Subversi
- Persuasi
- Pengakuan
- Politik
- Media Massa
- Diplomatik
- Misi Tingkat Tinggi
- Opini Publik
- Opini Publik
- Perdagangan
- Paramiliter
- Forum Resmi
- Pihak Ke tiga
- Kompetisi
- Teror
- Penetrasi
- Propaganda
- Embargo
- Boikot
- Blokade
- Dominasi
- Hegemoni
- Ancaman
- Subversi
- Pengakuan
- Penaklukan
- Militer
- Paramiliter
- Penyelundupan
- Opini Publik
- Perdagangan
- Suplai Barang Konsumtif
(termasuk senjata)
Sumber: Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak,
2007.
Keterangan:
- Semakin negatif hubungan antara dua (atau lebih) negara-negara, maka akan semakin banyak
intensif bentuk diplomasi kebudayaan yang dipakai.
- Dalam pengertian konvensional, diplomasi kebudayaan dilakukan pasca -perang dengan damai.
Salah satu bentuk diplomasi kebudayaan adalah eksebisi atau pameran
dapat dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa.
Eksebisionistik adalah bahwa setiap negara dianggap mempunyai keinginan untuk
32
Ibid, h. 31.
14
memamerkan keunggulan yang dimilikinya, sehingga mempunyai citra bangsa
yang bernilai. Eksebisi dapat dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri.
Melalui pameran, dapat memperoleh pengakuan yang kemudian dikaitkan dengan
kepentingan nasional, baik melalui perdagangan maupun pameran kebudayaan.33
Selain eksebisi, bentuk dari diplomasi kebudayaan adalah kompetisi yang
merupakan perlombaan dalam arti positif, seperti pertandingan dalam suatu
cabang olah raga.
Diplomasi kebudayaan dalam bentuk pertukaran pelajar merupakan salah
satu jenis hasil dari negosiasi yang telah dilakukan. Pertukaran pelajar ini,
mencakup masalah kerjasama beasiswa antar-negara.
Hal ini memberikan
gambaran bahwa negara-negara yang bersangkutan mempunyai kepentingan
timbal-balik dalam aspek kebudayaan, khususnya dibidang pendidikan. Dalam
hubungannya antara nagara maju dengan negara sedang berkembang, dikenal
adanya “expert-export”. Expert adalah negara penerima, sedangkan export adalah
negara pengirim.
Export merupakan pakar atau ahli yang dikirim melalui
lembaga-lembaga pendidikan tinggi di negara. Selama belajar di negeri tuan
rumah, calon expert diharapkan mempelajari disiplin ilmu yang ditekuninya dan
dapat memberikan informasi sosial, ekonomi, serta politik pada masyarakat di
negara asalnya.34
Menurut Martin Wight, diplomasi kebudayaan dibagi menjadi tiga
bagian.35
Pertama, setelah Perang Dingin, adanya peraturan pola kekuasaan
internasional terbagi oleh dua negara yang berkuasa, yaitu Amerika Serikat dan
33
Ibid, h. 21.
Ibid, h. 59.
35
Soedjatmoko and Kenneth W Thompson dalam World Politics, Cultural Diplomacy,
An Introduction, 1976, h. 405.
34
15
Uni Soviet. adanya kekuatan besar di antara negara yang kecil yang memiliki
kekuasaan di bidang politik.
Ke dua, suatu bangsa harus membangun
pertumbuhan jaringan keamanan di seluruh dunia untuk tujuan ilmiah, pendidikan,
dan teknologi. Ke tiga, diplomasi kebudayaan dapat dijadikan kekuatan utama
dalam membentuk suatu sistem internasional yang baru dan subsistem regional.
Beberapa tujuan dari diplomasi kebudayaan yaitu:36 pertama tujuan
diplomasi kebudayaan lebih luas dari pada pertukaran kebudayaan, hal tersebut
mencakup mengirim utusan ke luar negeri untuk memperkenalkan kebudayaan
satu negara ke negara lain. Seperti yang digambarkan oleh The Marshall Plan37
pada Winston Churchil, yaitu tindakan suatu bangsa yang tidak menggunakan
kekerasan merupakan bentuk dari diplomasi kebudayaan. Ke dua, tujuan
diplomasi kebudayaan adalah membangun pengetahuan baru dan kepekaan
terhadap negara lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik antara
masyarakat dengan bangsanya.
Ke tiga, diplomasi kebudayaan adalah untuk
mempengaruhi pendapat umum (masyarakat negara lain) guna mendukung suatu
kebijakan luar negeri tertentu.
Biasanya, terjadi dalam hubungan diplomasi
kebudayaan antara masyarakat dengan masyarakat lain. Diplomasi Kebudayaan
dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami,
menginformasikan, dan mempengaruhi atau membangun citra bangsa melalui
kebudayaan. Sebenarnya, tindakan yang paling efektif untuk memulihkan citra
bangsa dengan cara mengubah realitas.
Dengan dilakukannya diplomasi
kebudayaan tersebut, dapat meningkatkan aspiriasi dan pemahaman untuk
36
Ibid, h. 406.
The Marshal Plan adalah program ekonomi tahun 1947 oleh Amerika Serikat yang
bertujuan untuk membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di eropa dan Asia setelah
Perang Dunia II.
37
16
peningkatan citra positif, membangun saling pengertian serta memperbaiki citra
bangsa.38 Menyangkut politik luar negeri dan kepentingan nasional.
Politik luar negeri setiap negara yang memiliki hubungan dengan negara
lain harus memisahkan politik dalam negerinya dengan politik luar negeri, definisi
dari politik luar negeri adalah kepentingan suatu negara terhadap negara lain.
Menurut Gibson dalam bukunya the Road to Foreign Policy politik luar negeri
adalah rencana komprehensif yang dibentuk baik didasarkan pada pengetahuan
dan pengalaman, untuk menjalankan bisnis pemerintahan dengan negara lain dan
politik luar negeri ditunjukan pada peningkatan dan perlindungan kepentingan
bangsa.39
Politik luar negeri dalam aspek yang dinamis adalah sebuah sistem
tindakan suatu pemerintahan terhadap negara lain, termasuk dalam jumlah
keseluruhan
hubungan
luar
negeri
suatu
bangsa,
bentuk,
dan
tujuan
kepentingannya. Diplomasi dan politik luar negeri menurut J. R Childs adalah
substansi hubungan luar negeri suatu negara, sedangkan diplomasi adalah proses
kebijakan yang dilaksanakan, artinya politik luar negeri mengambil keputusan
mengenai hubungan luar negeri sedangkan diplomasi sebagai pelaksana.40 Politik
luar negeri suatu bangsa ditunjukan untuk memajukan dan melindungi
kepentingan negara, begitupun dengan diplomasi yang mempunyai kepentingan
dan fungsinya sama.
Potilik luar negeri Jepang sesudah Perang Dunia II lebih mengarah pada
cinta damai, hal ini didasarkan pada perekonomiannya yang tergantung pada
impor sumber daya alam dan ekspor barang kemudian dapat menjamin jalur lalu
38
Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, h. 4.
SL, Roy, Diplomacy, h. 31.
40
Ibid, h. 33.
39
17
lintas perdagangan agar tidak terganggu.41 Karena jalur perdagangan yang aman
dapat menjamin dan memelihara hubungan damai dengan semua negara di dunia.
Kepentingan Nasional (national interest) adalah suatu konsep analisa
hubungan luar negeri, sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku hubungan luar
negeri suatu negara.42 Konsep kepentingan nasional menjelaskan bahwa demi
kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan
negaranya yaitu mencapai kepentingan nasional. Tercapainya kepentingan
nasional negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi,
sosial, maupun pertahanan keamanan dan negara akan tetap mendapatkan
kelangsungan hidup (survival).43
Kepentingan menurut K.J. Holsti merupakan konsep untuk menentukan
masa depan suatu negara melalui para pembuat keputusan dalam merumuskan
kebijakan luar negeri.44 Sementara menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan
nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan untuk mendapatkan pertahanan
suatu negara di atas negara lain.45 Demikian halnya dengan Jepang yang telah
memberikan bantuan keuangan kepada Indonesia karena kepentingan nasionalnya,
yaitu menjamin kelancaran pasokan bahan dasar untuk industrinya. Hal serupa
dengan the Japan Foundation yang dapat dilihat dari berbagai jenis program yang
dijalankannya semata-mata tidak hanya ingin mengenalkan budaya Jepang saja,
didalamnya juga terdapat unsur kepentingan nasional, diplomasi, politik luar
negeri dan pencitraan baik setelah terjadinya konflik Malari 1974. Seperti yang
41
Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, h. 279.
Ibid, h. 139.
43
Jackson Robet and Sorensen Georg, Pengantar studi hubungan Internasional, pustaka
pelajar, Yogyakarta, 2005, h. 88.
44
K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1987, h. 206.
45
Hans Morgenthau, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace,
Michigan University: A. A. Knopf, 1948, h. 45.
42
18
dikatakan oleh Hans J. Morgentau strategi diplomasi harus didasarkan pada
kepentingan nasional, ia juga mengatakan bahwa kepentingan nasional adalah
setiap negara mengejar kekuasaan yaitu dapat membentuk pengendalian diri dan
mempertahankan suatu negara dari negara lain.46
Dari definisi dan tujuan diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar
negeri dan kepentingan nasional di atas dapat dilihat pada negara Jepang. Jepang
yang telah melakukan diplomasi kebudayaan pada negara-negara lain melalui the
Japan Foundation karena Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya
yang begitu besar, maka Jepang dianggap telah mendominasi perekonomian
negara-negara yang sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya, sehingga
menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang melakukan
diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu Jepang ingin
budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya dengan
melakukan diplomasi kebudayaan melalui lembaga the Japan Foundation.
E. Metoda Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu cara untuk membuat
gambaran dan situasi yang menjadi bagian permasalahan yang akan diteliti.47
Jenis penelitian ini menggunakan metoda analisis kualitatif.48 Penelitian tersebut
didukung dengan berbagai sumber seperti buku, jurnal, majalah, dan internet.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber
46
Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, h. 140.
John W Creswell, Qualitative and Quantitative Approach,
(California: Sage
Publication), 1994, h. 148.
48
Lissa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana), 2007, h. 87.
47
19
pada The Japan Foundation Indonesia yang dapat dipercaya sebagai sumber
utama dan menggali informasi yang akan menyempurnakan skipsi ini.49
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini,
dibagi dalam lima bab, dengan perincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
E. Metoda Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia
A. Hubungan Jepang-Indonesia
a. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia
b. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Lama
c. Hubungan Jepang-Indonesia pada Masa Orde Baru
BAB III Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foundation
Indonesia
A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara
B. Peristiwa Malari Tahun 1974
C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation
49
Ibid, h. 104.
20
BAB IV Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia Melalui The
Japan Foundation
A. Peran The Japan Foundation di Indonesia
B. Program-Program The Japan Foundation Indonesia
C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011
BAB V
Penutup
21
BAB II
Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia
A. Hubungan Jepang-Indonesia
Dalam bab II skripsi ini, penulis akan membahas mengenai pasang surut
hubungan Jepang-Indonesia pada masa penjajahan, masa Orde lama, dan masa
Orde baru. Penjelasan tersebut disajikan untuk memberi gambaran kepada
pembaca mengenai perkembangan hubungan Jepang dan Indonesia dalam bidang
ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia pada tahun 1970-an,
mempunyai arti yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada era
pembangunan seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Hubungan
Jepang-Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, baik pada masa
sebelum Indonesia merdeka maupun setelah merdeka. Meskipun demikian, untuk
menekankan perkembangan hubungan Jepang-Indonesia.
A. 1. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia
Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, tujuan Jepang
menyerang dan menduduki Hndia-Belanda (Indonesia) adalah untuk menguasai
sumber-sumber alam, terutama minyak bumi guna mendukung potensi perang
Jepang serta mendukung industrinya. Pulau Jawa dirancang sebagai pusat
penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan di Sumatera
sebagai sumber minyak utama.50
50
Diakses pada http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/02pproof%20masa_pendudukan
_jepang. pdf, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.30.
22
Kebijakan Jepang ternyata tidak berjalan lama, Jenderal Imamura mengubah
semua kebijakannya yang kemudian kegiatan politik dilarang dan semua
organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk
organisasi-organisasi baru bertujuan untuk kepentingan Jepang itu sendiri.
Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain, Gerakan Tiga A adalah
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942. Gerakan Tiga A terdiri dari
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.
Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran
bersama.
Putera, bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat
Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi
bangsa Indonesia dari pada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian
rakyat kepada kemerdekaan dari pada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh
karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebangkitan
Jawa) pada bulan Maret 1944 Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi
pemerintah sehingga kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan.
Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan kegiatan dengan bukti yang nyata.
Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat untuk
mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku
pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In
(Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo
Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tujuannya untuk mengajukan usul kepada
23
pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu
dilakukan oleh pemerintah militer.51
Dampak negatif kependudukan Jepang di antaranya,
- Ekonomi
Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan
masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah
dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari
pemasaran untuk hasil-hasil industrinya.
- Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.
Politik atau pemerintahan Meskipun ada organisasi politik yang masih terus
berjuang menentang Jepang.
- Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh
Jepang
- Didirikan/dibentuknya berbagai organisasi Jepang
- Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang
- Rakyat kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa
tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena
penyakit.
- Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada
masa itu.
Dampak positif kependudukan Jepang di antaranya,
- Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang
tergabung dalam Ku (desa)
51
Diakses dari http://finnme6.detik.com/2001/01/17/masa-pendudukan-jepang-diindonesia/, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.00.
24
- Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat pendidikkan Jepang
yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
- Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang
lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan
masih dalam pengawasan Jepang.
- Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun
pemerintah
- Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
- Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA
(Pembela Tanah Air).
A. 2. Hubungan Jepang-Indonesia Masa Orde Lama
Masa Kabinet Natsir pada tahun 1945-1947 di Indonesia adanya program
yang dinamakan Program Benteng, ini merupakan bagian integral dari RUP.
Program Benteng adalah salah satu upaya untuk membentuk suatu kelas
menengah nasional dengan jalan membatasi alokasi impor, gagasan utama
program Benteng ini adalah untuk mendorong para importir nasional agar mampu
bersaing dengan perusahaaan-perusahaan asing. Program ini juga memberikan
bantuan dalam bentuk keuangan kepada indonesia memiliki modal besar untuk
mengimpor.52
Setelah pelaksanaan Program Benteng, sistem perekonomian diarahkan
pada Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama antara tahun 1955/19561960/1961, yang kemudian menjadi Rencana Nasional pada kabinet Ali
Sastroamidjyo tahun 1956. Tujuan utama dari Rencana Lima Tahun adalah untuk
52
Ibid, 29.
25
mendorong industri dan pembangunan perusahaan-perusahaan pelayanan umum,
dan jasa dalam sektor publik yang diharapkan akan merangsang penanaman
modal sektor swasta.53
Pola perdagangan sebelum dan sesudah perang,
menunjukkan Jepang lebih menguntungkan dari pada Asia selama periode perang
antara 48%-68% dari ekspor dan 41%-43% dari impornya, dibandingkan selama
periode setelah perang antara 28%-52% dari ekspor dan 26%-37% dari impor
Jepang.54 Dari semua negara Asia, Indonesia merupakan negara yang paling
menarik perhatian bagi Jepang karena kekayaan alam dan letak geografisnya yang
begitu stategis untuk jalannya perdagangan Jepang.55 Diplomasi Jepang setelah
Perang Dunia II adalah meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, dan
kebudayaan.
Nobukuse Kishi adalah seorang perdana menteri yang pertama
mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 1957, telah menyusun tiga prinsip
kebijakan luar negeri Jepang, yaitu kerjasama dengan dunia bebas, mendukung
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi pemelihara perdamaian, dan
melindungi kepentingan Asia dengan menekankan bahwa “Jepang adalah
masyarakat Asia”.56 Pada kunjungan tersebut, Kishi membawa proposal mengenai
dana untuk pengembangan Asia dengan Jepang, namun rencana ini tidak pernah
terwujud karena hampir semua negara di Asia mencurigai dana tersebut akan
digunakan kepentingan Jepang sendiri untuk menguasai perekonomian Asia.
Meskipun demikian, secara bertahap Jepang menjalin hubungan dengan Indonesia
53
Ibid, h. 39.
Masashi Nishisara, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan
Indonesia-Jepang 1951-1966, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993, h. 12.
55
LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974, h. 17.
56
Masashi Nishisara, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 1951-1966,
Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University Kyoto, 1976, h. 7.
54
26
menggunakan berbagai cara yang dianggap dapat menguntungkan kedua belah
pihak, salah satunya dengan bantuan ekonomi.
Bantuan ekonomi yang diberikan Jepang mengalami perubahan pada
pertengahan tahun 1950-1965, bantuan ekonomi diberikan dalam bentuk
pembayaran rugi perang kepada Indonesia yang pernah di jajah oleh Jepang pada
Perang Dunia II.
kepentingan
Kebijakan bantuan ekonomi Jepang difokuskan pada
nasional
Jepang,
dan
dalam
kerjasama
ekonomi
dapat
mempromosikan ekspor untuk penanaman investasinya di luar negeri.57 Bantuan
ekonomi Jepang pada masa sebelum Orde Baru selain bertujuan untuk
mempererat hubungan diplomatik, kerjasama ekonomi juga sebagai pembayaran
pampasan perang. Pembayaran pampasan perang sedikitnya telah menimbulkan
beban bagi Jepang namun menguntungkan perkembangan industrinya karena
pembayaran pampasan perang dalam bentuk jasa, barang modal, yang pada
kenyataannya memaksa Indonesia untuk menggunakan produk-produk Jepang.
Pembayaran dua puluh juta dollar AS pertahun merupakan 30% dari keseluruhan
ekspor Jepang ke Indonesia, pada masa pembayaran pampasan ini, ekspor barang
Jepang telah mendominasi produk Indonesia.
Hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia dimulai sejak tahun 1958
belum intensif, oleh karena politik luar negeri Indonesia cenderung antikolonialisme/imperialisme. Sebagai negara yang pernah dijajah Jepang, Indonesia
selalu waspada terhadap bantuan ekonomi yang diberikan Jepang, pampasan
perang sendiri sebenarnya merupakan hak bagi Indonesia yang harus dibayar
untuk pembangunan nasionalnya.
57
Dennis T. Yasutomo, The Manner of Giving: Strategic Aid and Japanese Foreign
Policy, Lexington: Health, 1986, h. 9.
27
B. 3. Hubungan Jepang Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru muncul, usaha pembangunan ekonomi sangat
memegang peranan dalam setiap pengambilan keputusan dan politik luar negeri.
Arti dari pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan pendapatan perkapita
dan menaikkan produksi perkapita dengan menambah modal dan kemampuan.58
Politik luar negeri adalah salah satu peranan yang sangat besar sebagai
pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam menjalin
hubungan yang lebih baik dengan negara-negara industri. Salah satu misi politik
luar negeri Indonesia yaitu untuk pembangunan ekonominya sebagai penarik
modal asing agar dapat menanamkan modalnya di Indonesia serta memperluas
pemasaran hasil dari produksinya ke luar negeri, sesuai dengan kebijakan
ekonomi Indonesia yang mengarah pada dukungan para kreditor, yaitu negara
Barat dan Jepang.59
Hubungan bilateral Jepang-Indonesia, khususnya dalam kerjasama
ekonomi pada awal pemerintahan Orde Baru telah meningkat, hal ini dapat dilihat
bahwa Indonesia telah berhasil mengembangkan perkapita dan menaikan produksi
perkapitanya dengan modal dan kemampuan.
Di lain pihak, Jepang sebagai
negara industri yang maju pun membutuhkan tempat pemasaran dari hasil
produksinya, jadi hubungan ekonomi kedua negara adalah saling meningkatkan
kesejahteraan anggota masyarakat di masing-masing negaranya tersebut.
Kebijakan pemerintah Orde Baru telah melaksanakan politik pintu terbuka yang
artinya bebas membuka hubungan ekonomi dengan negara lain, melalui Peraturan
58
Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1995,
h. 39.
59
Mochtar Mas‟oed, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta:
LP3ES, 1989, h. 71.
28
Penanaman Modal Asing tahun 1967.
Kemudian memberikan peluang bagi
Jepang untuk melakukan investasi dalam bidang infastruktur dan industri
manufaktur, seperti jalan, jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar
menginvestasikan industri-industri manufaktur.60
Bantuan ekonomi Jepang
memiliki peranan yang penting dalam memperlancar masuknya investasi sektor
swasta, salah satu contoh proyek Jepang yang besar yaitu bekerjasama dengan
sektor swasta adalah proyek Asahan.
Indonesia sebagai negara yang sedang malaksanakan pembangunan,
banyak memanfaatkan hubungan bilateral, untuk menunjang pembangunan
ekonominya. Tindakan ini diambil pemerintah karena menyadari akan
kekurangannya terutama dalam masalah pendanaan.
Karena perekonomian
sebelum Orde Baru mengalami perkembangan yang kurang baik, hal ini dapat
terlihat dari pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
penduduknya yang mengakibatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan rakyat
secara keseluruhan sangat rendah.
Untuk mengejar ketinggalan dari negara-
negara yang sedang berkembang, maka pemerintah meningkatkan hubungan
ekonomi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi bangsa secara
keseluruhan, kemudian pemerintah Indonesia berusaha menarik negara-negara
asing untuk menanamkan modalnya melalui sebuah keputusan yang telah
disepakati.
Kemudian ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru mengalami
peningkatan, ini adalah sebagian dari dampak positif masuknya modal asing,
hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang ekonomi merupakan salah satu faktor
kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia.
60
h. 52.
Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980,
29
Dampak negatif dari bantuan asing yaitu ekonomi telah didominasi oleh pasar
luar negeri seperti Jepang, kemudian pada 15 Januari 1974, muncul gejala antiJepang yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi
modal asing dan anti modal asing. Konflik ini tidak hanya terjadi di Indonesia
melainkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Kemudian Jepang mencoba menjalin hubungan yang lebih baik dengan Asia
Tenggara upaya memperbaiki citra Jepang terhadap nagara-negara di Asia
Tenggara.61
Bagi Jepang mempertahankan hubungan dengan Asia Tenggara,
khususnya Indonesia sangat penting karena Indonesia memiliki ideologi non
komunis
bersistem
ekonomi
terbuka
dan
mempunyai
kemauan
untuk
meningkatkan hubungan Indonesia dengan Jepang. Mengingat Jepang dengan
Indonesia saling membutuhkan, maka pada tahun 1977 Perdana Menteri Takeo
Fukuda mengeluarkan Doktrin Fukuda. Isi dari Doktrin Fukuda terhadap kawasan
Asia Tenggara (khususnya kepada ASEAN) yaitu,62
1. Jepang sebagai negara yang terikat pada perdagangan menolak peranan
sebagai kekuatan militer dan atas dasar itu bertekad bulat akan
memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia
Tenggara serta masyarakat dunia.
2. Jepang sebagai teman sejati negara-negara Asia Tenggara akan berusaha
sebaik-baiknya untuk memperoleh hubungan saling percaya, yang
didasarkan pada pengertian dari hati kehati dengan negara-negara Asia
61
Bambang, Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007, h. 184-185.
62
Hubungan Indonesia-Jepang Masa Pemerintahan Takeo Fukuda, Laporan Penelitian
LIPI, h. 47.
30
Tenggara, khususnya ASEAN dan dengan berbagai bidang yang luas yang
tidak hanya mencakup area politik ekonomi tetapi juga sosial.
3.
Jepang akan menjadi mitra sama derajat dengan ASEAN dan negaranegara anggotanya, akan bekerjasama secara positif dalam usaha-usaha
mereka sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka
bersama-sama dengan bangsaa lain yang berjiwa sama di luar kawasan,
sementara membina tujuan menunjang hubungan yang didasarkan atas
saling pengertian dengan bangsa-bangsa Indonesia.
Dengan demikian
akan memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan
Asia Tenggara.
Dari pernyataan doktrin tersebut, dapat dikemukakan bahwa usaha Jepang
untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran tanpa mempergunakan peranan
militer benar-benar merupakan sikap yang baik. Di samping itu Jepang tidak
ingin dipandang sebagai negara militer yang berambisi perang, namun Jepang
lebih senang jika disebut sebagai kekuatan ekonomi dunia yang akan
mensejahterakan masyarakat di dunia.
Doktrin Fukuda kemudian diterapkan dalam Japan ASEAN Joint
Statement yaitu,63
1. Jepang bersedia membantu keuangan kelima proyek ASEAN sebesar 1
milyar US $ (akan diberikan setelah kelayakan studi disetujui) dan
diberikan berdasarkan syarat lunak dan bertahap sesuai kondisi dan
kebutuhan masing-masing.
63
Ibid h. 48.
31
2. Jepang akan mempertimbangkan program stabilitas penghasil ekspor
negara-negara ASEAN Staber (Stabilization exsport earing) yang akan
mencakup dana ratusan dollar Amerika Serikat.
3. Kerjasama bilateral antara Jepang dengan setiap negara-negara ASEAN
tidak akan terpengaruh oleh keputusan Jepang diatas.
4. Secara teknis Jepang bersedia membantu penyelesaian projek bersama
ASEAN.
5. Perdagangan antara Jepang dengan ASEAN harus terus diperluas demi
keuntungan kedua belah pihak.
6. Jepang
akan
bekerjasama
dengan
negara-negara
ASEAN
untuk
memperbaiki masuknya produk-produk ke pasar Jepang, baik berupa
barang-barang ekspor jadi maupun barang setengah jadi.
7. Dalam konteks perundingan multilateral (MTN) Multilateral Trade and
Tarif Negotiation, Jepang bersedia menanggapi usaha-usaha ASEAN untuk
meningkatkat ekspor melalui berbagai cara termasuk mempelajari lebih
lanjut permintaan ASEAN yang mendesak agar perdagangan bersifat tarif
maupun non tarif dihapuskan.
8. Jepang bersedia memperbaiki sistem preferensi umum (GSP) General
Scheme of Preference, serta memasukkan persetujuan ASEAN mengenai
peraturan-peraturan asal barang yang kumulatif (CRO) Cumulative Rales of
Origin kedalam preferensi umum/GSP Jepang.
9. Jepang bersedia menggalakan ekspor ASEAN.
10. ASEAN tetap menghendaki agar penanaman modal swasta Jepang
diteruskan dan digalakkan.
32
Japan ASEAN Statement merupakan upaya meningkatkan hubungan secara
bilateral dalam kerangka penerapan Doktrin Fukuda terhadap Indonesia, untuk
meningkatkan hubungan kedua belah pihak antara Jepang-Indonesia dalam segala
bidang. Peningkatan hubungan tersebut tertulis dalam “Joint message SoehartoFukuda” yaitu,64
1. Membantu stabilitas dan perdamaian di Asia dan dunia lainnya sesuai
dengan semangat kerjasama dan solidaritas.
2. Kerjasama yang erat di segala bidang.
3. Kerjasama yang luas di bidang ekonomi, sosial budaya, akademi untuk
mencapai “heart to heart contact” yang harus ditingkatkan dalam segala
bidang.
4. Saling mempercayai dan equal partnership.
Dari pernyataan diatas, dapat dikemukakan bahwa hubungan JepangIndonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk Jepang yang dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia, ini dapat memperoleh keuntungan bagi Indonesia sendiri
karena dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan, namun telah
menyebabkan pula ketergantungan Indonesia terhadap modal asing. Maka dapat
dilihat dari uraian diatas hubungan Jepang-Indonesia dari masa Orde Lama
sampai Orde Baru mengalami kemajuan, karena pada masa Orde Lama hubungan
Jepang-Indonesia belum begitu intensif dikarenakan kebijakan luar negerinya
lebih menekankan pada kekuatan mandiri dan rasa nasionalisme yang tinggi saja
dan rasa saling mencurugai satu sama lain. Sedangkan pada masa Orde Baru
64
Direction of Trade Year Book, tahun 1978, h. 17.
33
lebih menekankan pada pembangunan ekonominya sehingga membutuhkan dana
yang besar untuk itu Indonesia menjalin hubungan dengan Jepang. Meskipun
Jepang memberikan bantuan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia,
disamping itu Jepang mempunyai kepentingan nasionalnya yaitu agar Indonesia
tetap mensuplai bahan-bahan mentah dan perluasan pasar luar negeri bagi Jepang.
34
BAB III
Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foudation Indonesia
A. Krisis Politik dan Ekonomi Asia Tenggara
Pada tahun 1970 Jepang bangkit menjadi kekuatan ekonomi kedua di
dunia menyusul Amerika Serikat, kebangkitan ini terjadi skarena ekspor impor
yang dilakukan terhadap negara-negara menjadikan industrinya meningkat,
Jepang sangat tergantung pada Asia Tenggara khususnya pada wilayah ASEAN.
ASEAN merupakan partner dagang penting bagi Jepang, 30% ekspor ASEAN
yang dikirim ke Jepang termasuk seluruh ekspor LNG (gas alam cair), dan 25%
impor ASEAN dari Jepang.65
Pada awal tahun 1974 terjadi peristiwa anti-Jepang di Thailand, Malaysia,
Vietnam, Filipina, dan Indonesia selama kunjungan Perdana Menteri Tanaka
kelima negara ASEAN (Perhimpunan negara-negara Asia Tenggara). Pada saat
itu nama-nama perusahaan Jepang telah bermunculan menguasai Indonesia,
Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Perusahaan tersebut telah berkuasa
dan menggali sumber-sumber alam yang tidak dapat diganti oleh Jepang, berawal
dari janji dan ingin membantu perekonomian Asia Tenggara secara tidak langsung
telah menyusahkan rakyat di kawasan ini.66
Globalisasi telah menyatukan ekonomi nasional, terutama sektor keuangan
dalam sebuah unit tunggal yang beroperasi secara global.67 Pengaruh investasi
dan industri Jepang di Asia Tenggara khususnya Indonesia telah mengakibatkan
Jepang menjadi negara maju dan membantu perekonomian Jepang, sehingga
65
Robert A, Scalapino & Jusuf Wanandi, Asia Tenggara dalam Tahun 1980-an, Jakarta:
Yayasan Proklamasi, Center for Strategic and International Studies, 1985, h. 76.
66
Mochtar Lubis,Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 63.
67
Diakses pada http://www.prakarsa-rakyat.org/download/buku/merespon/krisis/ekonomi/
dan/politik/elektoral .pdf, pada tanggal 23 Maret 2012, pukul 21.00.
35
dominasi produk Jepang di pasar Indonesia.
Selama lebih dari 30 tahun
pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP
per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter
dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil, dan
pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran
pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan
kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal
dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan
di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7%
dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi
industri dan pasar yang berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi
Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk
menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan.
Aktivitas bank sangat sederhana dengan peminjaman berdasarkan batasan
peminjaman menyebabkan perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas
peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara,
subsidi domestik, hambatan ke perdagangan domestik, dan hambatan ekspor
seluruhnya menciptakan gangguan perekonomian.
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997
dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama
Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik
36
untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan
memperketat kebijakan keuangannya.
Pada Oktober 1997 Indonesia dan International Monetary Fund (IMF)
mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada
penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang
dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli yang
melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam
jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa
mengundurkan diri pada Mei 1998 digantikan oleh B.J Habibie. Pada Agustus
1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden
B.J Habibie. Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an memiliki andil
atas jatuhnya rezim Soeharto pada bulan Mei 1998, keuangan Indonesia telah
mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi
ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan dalam pengeluaran
masyarakat, kemudian hutang dan subsidi meningkat secara drastis sementara
belanja pembangunan dikurangi.
A. Peristiwa Malari 1974
Dampak dari bantuan ekonomi yang dominan berimbas besar terhadap
persoalan politik, kemudian muncul konflik yang disebut dengan peristiwa
“Malari” Malapetaka Lima Belas Januari 1974, adalah puncak kemarahan
mahasiswa terhadap kesewenang-wenangan pemerintah menggunakan dana asing
dalam pembangunan negara yang manfaatnya tidak diperoleh rakyat.68 Peristiwa
ini menjadi puncak ketegangan perpolitikan dalam negeri dalam waktu enam
68
2011, h. 9.
M. Aref Rahmat, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, Jakarta: PT. Buku Seru,
37
bulan, saat itu politik dalam negeri diwarnai dengan permasalahan mulai dari
kritik atas jalannya pemerintahan, aksi-aksi demonstrasi atas ketidakpuasan pada
kekuasaan pemerintah Soeharto termasuk Ali Moertopo yaitu orang kepercayaan
presiden Soeharto pada masa Orde Baru.69
Peristiwa ini merupakan kejadian pertama yang menunjukkan sikap tidak
setia jenderal-jenderal dilingkungan kepresidenan selama masa pemerintahan
Soeharto.
Kenaikan tarif listrik terus meningkat, beras semakin langka dan
harganya semakin tidak menentu, serta proyek-proyek bangunan sipil mulai
dikuasai perusahaan asing terutama dari Jepang, produk-produk Jepang makin
menguasai pasar-pasar nasional, yang kemudian menjatuhkan ekonomi dalam negeri.
Hutang Indonesia sebesar tujuh miliar dollar yang dipinjam dari IMF (International Monetary
Fund) harus terus dibayar beserta bunganya. Masalah-masalah sosial di tahun
1974 menjadi awal yang serius bagi Indonesia, stabilitas nasional melemah dan
aksi-aksi protes mulai bermunculan.70 Pada tahun 1971 muncul kelompok Golput
(golongan putih) yaitu reaksi masyarakat terhadap pemilu dinilai janggal, karena
dimenangkan oleh partai Golkar dengan perolehan suara 62,8%.
Berbagai
peristiwa yang muncul pada tahun 1974 ini presiden Soeharto saat itu mengambil
sikap kepada kelompok-kelompok yang bermaksud akan menjatuhkannya,
diantaranya kelompok Jenderal Ali Moertopo dan kelompok Jenderal Soemitro.71
Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka
berkunjung ke Indonesia pada tanggal 15 Januari 1974.72 Pada saat itu, terjadi
69
Ibid h. 10.
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia
Dari Masa ke Masa, Buku 1V B, Jakarta: Departemen Luar Negeri, 2005, h. 1088-1089.
71
M. Aref Rahmat, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, h. 11.
72
Diakses dari http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78106 pada
tanggal 21 April 2011 pukul. 12.05.
70
38
peristiwa kerusuhan di Jakarta, banyak pihak yang mengatakan bahwa peristiwa
itu merupakan bentuk sentimen terhadap Jepang, namun ada juga yang
beranggapan itu merupakan akumulasi dari berbagai perkembangan termasuk
pertentangan antara elit politik di Indonesia. akan tetapi pada dasarnya peristiwa
itu memicu masyarakat akan ketidak puasan terhadap dominasi ekonomi Jepang
di Indonesia.
Kerusuhan itu mengakibatkan berbagai kerusakan infrastruktur, sebelas
orang meninggal, 117 orang luka berat, 120 orang luka ringan, dan 775 orang
ditahan. Segala hal yang berhubungan dengan Jepang menjadi sasaran utama
kerusuhan.73 Peristiwa itu membuat Jepang berintrospeksi sehingga hubungan
Jepang-Indonesia sempat mengalami kemunduran, namun Jepang kembali
memperbaiki citranya salah satunya mendirikan pusat budaya Jepang sebagai alat
diplomasinya. Setelah meredanya Peristiwa Malari, Jepang dan Indonesia mulai
memasuki format baru dalam hubungan kerjasamanya.
Hubungan Jepang-Indonesia terus berlangsung bahkan hingga masa
revolusi yang telah mengalami beberapa kali pergantian perdana menteri Jepang.
Perkembangan hubungan Jepang-Indonesia yaitu pada tahun 2008 pasca
peringatan 50 tahun hubungan bilateral kedua negara.
Selain melakukan
intensifitas hubungan dalam bidang politik dan ekonomi, Jepang-Indonesia pun
melakukan kerjasama dibidang budaya dan pendidikan.74
73
Diakses dari http://www.scribd.com/doc/46642948/Pers-Dalam-Peristiwa-Malari-1974
pada tanggal 21 April 2011 pukul. 12.00.
74
Anhar Gonggong, Peran Pemerintah dalam Mewujudjan Social Welfare and
Protection dalam Menyikapi ASEAN Socio-Culture Community, Jakarta: Lemhannas,2009, h. 56.
39
C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation
Politik luar negeri Jepang merupakan hasil dari suatu proses yang melibatkan
tujuan-tujuan politik, berbentuk pada konsep kepentingan nasional. Kemudian
kabinet yang menempati suatu peranan dalam pengambilan keputusan kebijakan
luar negeri yang diterapkan oleh kementerian luar negeri.75
Tujuan yang dilakukan oleh Jepang membentuk the Japan Foundation adalah
sebagai pertukaran internasional dibidang kebudayaan, khususnya pada negaranegara jajahannya sebagai pemulihan citra Jepang pasca-perang. Berawal dari
pertukaran mahasiswa, saat itu sedikit mahasiswa yang tertarik untuk belajar dan
mengenal budaya Jepang maka the Japan Foundation berusaha melakukan dan
merancang program kerjanya dan kemudian pemerintah Jepang mendirikan
sebuah lembaga pusat studi Jepang pada Universitas-universitas, karena dianggap
akan efektif.76
Kemudian untuk memudahkan masyarakat di negara-negara luar, Jepang
mendirikan lembaga kebudayaan Jepang the Japan Foundation yang sekaligus
dijadikan sebagai kerjasama pertukaran kebudayaan internasional. 77 The Japan
Foundation didirikan pada tahun 1972 sebagai sebuah badan hukum yang
bertujuan untuk mempromosikan kegiatan pertukaran kebudayaan antara Jepang
dengan negara-negara lain di dunia. Dasar pendirian untuk the Japan Foundation
adalah Ketetapan Khusus dari Diet (Parlemen Jepang) di bawah kementerian luar
negeri pada divisi informasi dan budaya sebagai pengawasan.
75
Ibid, h. 155.
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 96.
77
Diana, S. Nugroho, tanggal 02 Juni 2011, pukul 10.00.
76
40
The Japan Foundation pada Kementerian Luar Negeri Jepang
sejak Tahun 1972-2002 yaitu,
Gambar III. 2
Prime Minister
Ministry of Foreign Affairs
Treaties Bureau
Minister’s Secretariat
United Nations Bureau
Research and Planning
Department
Public Information and Cultural
Affairs Bureau
The Japan Foundation
Consular and Emigration
Affairs Department
Cultural Affair Department
Asian Affairs Bureau
American Affair Bureau
Foreign Service
Personnel Committee
Overseas
Establishments
European and Oceanic Affairs
Bureau
Foreign Service
Training Institute
Embassies
Middle Eastern and African
Affairs Bureau
Osaka Lesion Office of the
Ministry of Foreign Affairs
ConsulatesGeneral
Economic Affairs Bureau
Consulate
Economic Cooperation Bureau
Permanent Mission
or Delegations
Sumber: Diolah dari berbagai sumber seperti,
R. P. Barston, Modern Diplomacy, Longman: London and New York 1988 dan
http://www.mofa.go.jp/policy/culture/index.html, pada tanggal 03 Februari 2012, pukul
15.30.
41
Keterangan:
The Japan Foundation adalah Institusi kebudayaan Jepang yang didirikan tahun 1972 dan
ditetapkan langsung oleh Presiden (Parlemen Jepang) melalui kementerian luar negari Jepang pada
biro informasi dan kebudayaan. Susunan yang terdapat pada struktur dengan garis terputus-putus
yang berarti bukan sebagai divisi khusus kementerian luar negeri. The Japan Foundation berada di
bawah pengawasan Perdana menteri atas jalannya kinerja the Japan Foundation dalam melakukan
penyebaran dan pertukaran kebudayaan internasional antara Jepang dengan negara-negara lain di
dunia.
Program the Japan Foundation pada tahun 1972 yaitu: menginformasikan
kepada kantor luar negeri the Japan Foundation untuk melakukan pertukaran
kebudayaan dengan negara lain di luar Jepang, mempromosikan studi Jepang
melalui kantor luar the Japan Foundation dan memberikan anggaran untuk
kegiatan tersebut, melakukan kusrus bahasa Jepang dan memberikan pembekalan
bagi pengajar bahasa Jepang melalui kantor luar negeri Jepang, ikut aktif dalam
kegiatan seperti eksebisi, pameran, seminar dan pertukaran kebudayaan. Kegiatan
tersebut disetujui oleh pemerintah melalui kementerian luar negeri Jepang yang
kemudian akan dapat dijalankan oleh the Japan Foundation dengan baik.78
Pada Oktober 2003 terjadi perubahan status the Japan Foundation, karena
semakin luasnya kantor cabang the Japan Foundation sehingga pemerintah
menjadikan lembaga ini menjadi lembaga administratif independen, yang
diharapkan akan lebih mandiri dalam melaksanakan kegiatannya dan lebih mudah
berkonsentrasi untuk tujuan pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negaranegara lain. Kewenangan the Japan Foundation dikhususkan sebagai lembaga
pertukaran kebudayaan antara Jepang dengan negara-negara lain, yang diharapkan
mampu menjadi lembaga yang memberika kontribusi bagi kebudayaan Jepang
diseluruh negara.
78
The Japan Foundation, Annual Report tahun 2002, h. 11-12.
42
Institusi ini dipimpin oleh Presiden Direktur the Japan Foundation yang
memiliki kewenangan untuk pembentukan pertukaran internasional antara Jepang
dengan negara-negara yang telah memiliki wilayah operasional the Japan
Foundation di 21 negara, kemudian mengawasi jalannya pertukaran kebudayaan
Jepang terhadap negara-negara secara keseluruhan serta sekitar masyarakat
internasional yang menjadi anggota the Japan Foundation.79 Untuk memudahkan
kegiatannya maka disusun kedalam struktur the Japan Foundation yang memiliki
subdivisi, diantaranya: Divisi seni dan kebudayaan, divisi bahasa Jepang, divisi
pertukaran
intelektual dan pengembangan studi Jepang.
Koordinasi dengan
wilayah operasional yang ada di 23 kantor tersebar di 21 negara, melalui kantor
Kyoto yang bertugas menginformasikan seluruh kegiatan dan jalannya the Japan
Foundation pusat kepada kantor luar negeri (overseas offices).
The Japan Foundation berkontribusi dengan kantor luar negeri yang
menjadi anggota the Japan Foundation di 21 negara melalui JFIC (the Japan
Foundation Information Center), yang bertujuan untuk memberikan informasi
seperti pertukaran kebudayaan internasional melalui majalah, laporan tahunan,
website, blog, e-mail, dan berita mengenai kegiatan terbaru dari the Japan
Foundation pusat di Tokyo kemudian bekerjasama untuk membuat kegiatan
mengenai kebudayaan dengan LSM di negara-negara lain.80
The Japan Foundation bercita-cita menjadi pusat pertukaran kebudayaan
internasional di seluruh dunia, kemudian menyampaikan hal yang menarik dalam
budaya Jepang untuk negara lain, serta mempromosikan empati berimbang dan
79
Diakses dari http://pf.go.jp/e/about/president/indext.html, pada tanggal 04 Februari,
pukul 19.00.
80
The Japan Foundation, Annual Report, h. 32.
43
rasa saling pengertian.81 Kemudian dapat menjadi katalisator/pertukaran
internasional dan sebagai jembatan yang menghubungakan budaya Jepang dengan
budaya-budaya diseluruh dunia, menyampaikan hal yang menarik dalam budaya
Jepang kepada negara lain, serta mempromosikan rasa saling pengertian kepada
masyarakat. Dalam rangka mempromosikan studi Jepang, program ini
memberikan dukungan kepada ilmuwan yang luar biasa dalam studi Jepang
dengan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Jepang.
Tujuan dari the Japan Foundation yaitu memberikan kontribusi bagi
lingkungan internasional yang lebih baik, dan untuk memelihara serta
mengembangankan kaharmonisan hubungan luar negeri dengan Jepang malalui
pendalaman dan pemahaman bangsa lain tentang Jepang.
Institusi ini
mempromosikan rasa saling pengertian yang lebih baik di antara bangsa-bangsa
dan menumbuhkan persahabatan yang baik di antara masyarakat dunia di bidang
budaya melalui pertukaran budaya internasional yang menyeluruh.82
81
82
Brosur, The Japan Foundation, Edisi 2011, h. 1-2.
Ibid, h. 5.
44
The Japan Foundation saat ini mempunyai 23 kantor cabang kemudian
tersebar di 21 negara yang tersebar diseluruh dunia dapat dilihat peta di bawah ini,
Gambar II.2
Sumber: http://www.jpf.go.jp/world/en/ pada tanggal 15 Oktober 2011, pukul 10.00.
Keterangan warna: Untuk mencirikan the Japan Foundation yang tersebar di 21 negara dan
wilayah operasionalnya yaitu ungu adalah negara Jepang sebagai kantor pusat the Japan
Foundation yang terbesar, Hijau yaitu wilayah operasional the Japan Foundation yang tersebar di
negara Asia Pasifik, biru yaitu wilayah operasional the Japan Foundation yang tersebar di negara
bagian Eropa dan Afrika, kemudian merah tua yaitu wilayah operasional the Japan Foundation
yang tersebar di negara bagian Amerika Serikat.
45
The
Japan
Foundation
adalah
Institusi
pertama
di
Jepang
yang
mengkhususkan dalam pertukaran kebudayaan internasional Jepang. Sebagai
organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972 dengan tujuan
mempromosikan pertukaran budaya, saling menguntungkan antara Jepang dengan
negara-negara lain yang kemudian didirikan 23 kantor di luar negeri diantaranya:
London, Paris, New York, Beijing, Cologne, Roma, Los Angeles, Toronto, Seoul,
Bangkok, Jakarta, Kuala Lumpur, Sydney, Manila, Kairo, Budapest, New Delhi,
Meksiko City, dan terakhir di Sao Paulo.83 Kegiatan yang telah membuat the
Japan Foundation berkembang diantaranya pertukaran Budaya Seni &,
Pendidikan Bahasa Jepang atau Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual.
The Japan Foundation pertama berpusat di Tokyo (Jepang), karena sebagai
pusat kota. Kemudian didirikan tiga kantor cabang di antaranya,
-
Kyoto
sabagai
pusat
kebudayaan
Jepang
yang
bertujuan
untuk
memperkenalkan Jepang kepada negara lain yang berada di Jepang, dan
juga menyediakan perpustakaan.
- Kansai dan Urawa sebagai pengembangan bahasa yang bertujuan untuk
mendukung penyelenggaraan kursus dan belajar bahasa Jepang, sedangkan
lebih kepada pengembangan dan penguasaan teknik bahasa bagi para
pengajar bahasa Jepang.84
83
Diakses dari http://www.jfcairo.org/aboutjf.html, pada tanggal 15 Oktober 2011, pukul
84
The Japan Foundation, Annual Report tahun 2009-2010, h. 22.
13.00.
46
BAB IV
Diplomasi Kebudayaan Jepang di Indonesia
Melalui The Japan Foundation
Bab ini membahas mengenai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia
melalui the Japan Foundation. Untuk memberi gambaran kepada masyarakat
Indonesia mengenai peran the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan
Jepang di Indonesia. Selain itu pengenalan kebudayaan Jepang melalui programprogram yang dilakukan the Japan Foundation. Hal inilah yang dilakukan Jepang
untuk menjalin hubungan internasional dalam kebudayaan, karena bagi Jepang
bukan hanya hubungan dalam bidang ekonomi dan politik saja untuk memajukan
negaranya, diplomasi kebudayaan juga sangat penting sebagai pertahanan negara
dan sebagai pengakuan budaya asli Jepang. Oleh karena itu, pada tahun 1972 The
Japan Foundation didirikan pertama kali di Tokyo sebagai pusat kebudayaan
Jepang.85
Diplomasi kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation Indonesia
dilatarbelakangi terjadinya konflik Malari sehingga menimbulkan anti-Jepang.
Kemudian Jepang melakukan berbagai cara untuk pemulihan citra baik dan
mempererat hubungan luar negeri Jepang terhadap negara-negara di dunia.
Seperti meningkatkan hubungan kerjasama di bidang ekonomi, politik, sosial dan
kebudayaan. Mengembangkan kegiatan pertukaran kebudayaan antara JepangIndonesia dengan saling memahami budaya masing-masing negaranya.
The
Japan Foundation Indonesia didirikan pada tahun1979 dengan jangka waktu lima
tahun pasca-malari 1974, pendirian ini dilakukan dengan beberapa proses di
85
Mochtar Lubis, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang, h. 94.
47
antaranya, melakukan survei dan melihat respon masyarakat terhadap anti-Jepang
di Indonesia, dan mengantisipasi supaya tidak terjadi hal serupa seperti peristiwa
Malari 1974, Jepang mengharapkan dengan melakukan diplomasi kebudayaan
melalui the Japan Foundation, dapat memulihkan serta mengharmoniskan
hubungan dengan Indonesia. Karena dalam hal ini perlu dipelajari dan mengenal
kebudayaan asing setempat, dengan demikian barulah akan mengetahui macammacam kebudayaan yang cocok disatu negara yang belum tentu dapat diterapkan
di negara lain.86
A. Peran The Japan Foundation di Indonesia
Jepang merupakan negara maju dalam bidang sosial budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi. Kemajuan ini didasari atas kekalahan Jepang pada perang
tahun 1945 mengalami kehancuran dengan pengeboman di kota Hiroshima dan
Nagasaki oleh tentara Sekutu. Jepang mampu bangkit kembali untuk memajukan
negaranya, sehingga perekonomian Jepang dapat bersaing dengan negara Amerika
Serikat. Menurut Bank Dunia pada tahun 2004 pendapatan per-kapita Jepang
sebesar US $ 30.000, sedangkan Amerika Serikat sebesar US $ 24.000.87
Keberhasilan Jepang menjadi negara maju, yaitu penanaman Modal Asing
tahun 1967 dilakukan Jepang memberikan peluang bagi Jepang untuk melakukan
investasi dalam bidang infastruktur dan industri manufaktur, seperti jalan,
jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar menginvestasikan industriindustri manufaktur. Disamping itu kemajuan ekonomi Jepang didasarkan pada
tingkat ekspor impor yang dilakukan Jepang terhadap negara-negara Asia demi
86
Diana, S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011, pukul 15.00.
Widyastuti, In International Seminar Proceedings, Kontribusi Etos Kerja Jepang
Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Abdi Masyarakat di Indonesia, Surabaya: Research
Center for Japanese Studies-Institute of Reseaches The States University of Surabaya, 2006, h.
201.
87
48
mendapatkan pertahanan negara dan kebutuhan industrinya. Hal inilah yang
menjadikan prekonomian Jepang menjadi berkembang, dapat meningkatkan
kemajuan teknologi.
Namun pertumbuhan ekonomi Jepang saat itu telah dianggap negatif oleh
negara-negara Asia, karena terjadinya ketidakseimbangan neraca perdagangan
antara Jepang dengan negara-negara di Asia Tenggara, sehingga Jepang disebut
sebagai binatang ekonomi, yaitu hanya mengejar keuntungan di atas segalanya.
Pandangan ini muncul ketika Jepang bermaksud ingin membantu memulihkan
perekonomian negara-negara, khususnya Indonesia. Karena bagi Jepang memiliki
hubungan dengan Indonesia akan saling menguntungkan, Jepang yang
membutuhkan bahan mentah sedangkan Indonesia membutuhkan modal untuk
membangun perekonomian negaranya. Hubungan Jepang-Indonesia menimbulkan
ketidakseimbangan, pada tahun 1974 terjadi peristiwa Malari yang menjadi
puncak kemarahan mahasiswa terhadap modal asing dan dominasi produk-produk
Jepang.
Peristiwa ini diawali ketika perdana menteri Jepang Kakuei Tanaka
datang ke Indonesia pada tanggal 14 Januari 1974, pada saat itu mahasiswa
berdemonstrasi didepan
kantor Ali Murtopo dan membakar boneka Tanaka
kemudian menyerang perusahaan/pabrik Jepang, membakar kendaraan-kendaraan
buatan Jepang, dan merampok pusat pertokoan Jepang.
The Japan Foundation Indonesia didirikan pada Oktober 1979 sebagai
diplomasi kebudayaan yang dilakukan Jepang, diharapkan dapat memulihkan
cara pandang masyarakat terhadap Jepang yang lebih baik.88 Peran The Japan
Foundation, yaitu untuk memuluskan jalannya kerjasama di bidang kebudayaan,
88
Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011,pukul 14.00.
49
memberikan kontribusi bagi lingkungan internasional yang lebih baik, dan untuk
memelihara serta mengembangkan keharmonisan hubungan luar negeri Jepang
melalui pendalaman dan pemahaman bangsa lain terhadap Jepang.89 Institusi ini
bertujuan untuk mempromosikan persahabatan dengan rasa saling pengertian di
dunia internasional, ini merupakan organisasi pertama dalam bidang pertukaran
kebudayaan internasional di Jepang yang mencakup pertukaran dengan tujuan
akademik, seni, publikasi, media audiovisual, olah raga, dan kebudayaan pada
umumnya.90
The Japan Foundation yang memiliki wilayah operasional yang berada di
negara-negara Asia Pasifik, Amerika Serikat, Eropa dan Afrika memiliki peran
tersendiri, sesuai dengan peristiwa dan alasan the Japan Foundation berada di
negara tersebut namun tujuannya sama, yaitu memelihara keharmonisan hubungan
luar negeri Jepang. Melalui konsep bushido yang diterapkan oleh orang Jepang
pada kebudayaan menjadikan hubungan Jepang dengan negara-negara di dunia
membaik, konsep bushido merupakan filsafat dari sikap yang mengajarkan
ketenangan hati, seperti kesetiaan, kesederhanaan, kerajinan, dan pencarian
ilmu.91
Saat ini the Japan Foundation juga lebih giat berperan sebagai media dalam
pertukaran antara organisasi di Jepang dan Indonesia, seperti penyelenggaraan
program kolaborasi anatara Jepang-Indonesia.
Perubahan struktur the Japan
Foundation saat ini menjadi lembaga pusat informasi untuk berbagai kalangan,
89
Laporan, Undang-undang Institusi Administrasi Independen The Japan Foundation,
pasal 3.
90
Diakses dari http://www.lp3es.or.id/direktori/fund/jpf.htm, pada tanggal 01 Oktober
2011, pukul 16.44.
91
Retnani, Implikasi Lakon Yoosai Terhadap Budaya Etos Kerja Masyarakat Jepang
dalam Cerita Anak, h. 165.
50
misalnya informasi tentang pertukaran ahli studi Jepang di Indonesia atau
sebaliknya, di masa depan the Japan Foundation Indonesia diharapkan dapat
menjadi pintu gerbang informasi bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan
masukan menyangkut berbagai informasi tentang Jepang dan Indonesia.
B. Program The Japan Foundation Indonesia
Perspektif kebudayaan suatu bangsa perlu dipahami untuk saling memahami
budaya bangsa lain dengan komunikasi internasional, yang memungkinkan
terjaganya persahabatan antar-negara. Melalui upaya saling memahami budaya
seperti, festival film internasional di Cannes (Prancis), lomba berselancar
internasional di Kuta Bali, dan festival bunga di Pasadena Amerika Serikat.92
Demikian halnya dengan Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaannya
melalui the Japan Foundation Indonesia.
Program-program the Japan Foundation saat ini dilaksanakan tidak hanya
dengan lembaga pemerintah ataupun lembaga besar saja, namun lebih berfokus
pada lembaga berskala kecil bahkan lembaga yang berlokasi di daerah-daerah
terpencil. Di antara program-program yang telah dilakukan dan berdampak sangat
positif
bagi upaya pemahaman di antara Jepang-Indonesia adalah program
revitalisasi budaya lokal yang memberikan kesempatan bagi kebudayaan tradisi di
Indonesia untuk diperhatikan dan dijaga kelestariannya.
Hal inilah yang
sebenarnya berakar kuat dalam proses memahami dan saling pengertian antar
bangsa.93 Dengan adanya rasa saling pengertian yang tulus, persahabatan kedua
92
Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional (Perspektif Jurnalistik), Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2009, h. 34.
93
Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011, pukul 15.00.
51
bangsa semakin erat dan tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan politik
maupun ekonomi.94
Program-program the Japan Foundation Indonesia kegiatannya diagendakan
melalui Nuansa (buletin/agenda yang dipublikasikan untuk masyarakat Indonesia
tentang Jepang). Kegiatan tersebut diagendakan per-tiga bulan dan pertahun
diantaranya,
Program Seni dan Budaya salah satunya mengenalkan pemeran Ikebana
(seni merangkai bunga tradisional Jepang).
Ikebana memiliki unsur penting
dalam rangkaian bunga, sehingga menghasilkan rangkaian bunga yang indah dan
memiliki nilai seni yang tinggi. Ikebana adalah seni tradisi Jepang yang secara
historis, selain bertujuan untuk menghias ruangan ikebana juga wajibkan bagi
wanita Jepang yang belum menikah, yang merupakan persiapan sikap baik untuk
sebuah pernikahan, karena dalam ikebana mencerminkan kepribadian seorang
wanita dalam mengurus rumah tangga.95 Melihat semakin banyaknya peminat
ikebana, the Japan Foundation Indonesia mengadakan pameran dan kursus
ikebana yang sekaligus menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali. Tujuannya
untuk mengenalkan budaya Jepang dan mengajarkan nilai-nilai budaya yang
terkandung didalamnya, sehingga masyarakat Indonesia dapat mempelajarinya.
Pada tanggal 26-28 November 2010 the Japan Foundation Indonesia
bekerjasama dengan Perhimpunan Ikebana Ikebono Jepang ke-30 mengadakan
pameran Ikebana Ikebono di hotel Nikko Jakarta. Dihadiri oleh Sen‟in Ikebono
94
Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com.content&task=31, pada
tanggal 17 Mei 2011, pukul 11.00.
95
The Japan Foundation, Nuansa, Juni-Agustus-September 2011, h. 25.
52
(head master Ikebono Jepang ke-45), Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan
Director General the Japan Foundation Indonesia.96
Cha no yu (upacara minum teh) berupa upacara yang elegan dan memiliki
nilai filsafat hidup dengan tingkat kesopanan yang sangat tinggi sebagai budaya
minum teh yang menjadi kebiasaan masyarakat Jepang, cha no yu merupakan seni
teh yang mengajarkan keharmonisan, penghormatan, kemurnian, keterampilan,
dan kelembutan jiwa adalah prinsip yang dipegang teguh dalam kehidupan seharihari Jepang.97 Menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa budaya Jepang
memiliki filsafat yang tinggi sampai saat ini masih diterapkan. Sejak tahun 2008
the Japan Foundation Indonesia menyelenggarakan kursus upacara minum teh
yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan dan usia, seni ini menjadi sangat
populer sehingga setiap kegiatan ini menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali
di the Japan Foundation Indonesia.98
Diskusi dan pemutaran film pada home teater the Japan Foundation
Indonesia. Jenis film yang diputar antaranya, tentang sejarah seperti film yang
menceritakan kehancuran dan kekalahan Jepang pada tahun 1945, ditandai dengan
pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh tentara sekutu.
Kehancuran
Jepang pada masa itu tidak membuat negaranya menjadi buruk, akan tetapi
pemerintah Jepang mampu bangkit dan memajukan negaranya sendiri tanpa
menjajah negara lain, dengan mengandalkan semangat nasionalisme yang tinggi
dan keinginan maju yang tinggi.
Film dokumenter contohnya „Prison and
Paradise‟ pada tanggal 20 Januari 2012 yang menceritakan tentang bom Bali pada
tahun 2002. Menjadi perdebatan panjang tentang jihad, gerakan Islam, terorisme,
96
The Japan Foundation, Nuansa, edisi, Januari-Februari-Maret 2010, h. 8.
The Japan Foundation, Nuansa, April-Mei-Juni 2011, h. 22.
98
The Japan Foundation, Nuansa Juli-Agustus-September 2011, h.22.
97
53
dan kemanusiaan. Pada dasarnya aksi bom bunuh diri di Indonesia bukan
memerangi jihad melainkan melahirkan anak-anak yang kehilangan orang tuanya,
baik secara psikologi, kehidupan sosial membuat mereka merasa terancam. The
Japan Foundation mengundang seorang wartawan the Woshington Post yaitu
Noor Huda Ismail dan alumni pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki teman dari
Mubarok seorang teroris, menceritakan hal tentang bom bunuh diri dan film
dokumenter tersebut. Drama kehidupan „Chichi to Kuraseba‟ pada tanggal 16
September 2011 yang menceritakan tentang seorang perempun yang trauma pasca
pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima, selalu merasa bersalah karena tidak
ikut mati dalam peristiwa tersebut bersama orang-orang yang dikasihinya
termasuk ayahnya yang selalu memberikan semangat dalam hidupnya. Kemudian
roh ayahnya selalu muncul untuk membantu dan bangkit dari rasa bersalahnya,
film ini diputar setiap tiga bulan yang menjadi program pemutaran film di the
Japan Foundation Indonesia.
Pameran disain produk terkini dari Jepang yang diadakan setiap tahun
dinamakan (Japanese Design Today 100) pada 18 Januari-6 Februari 2011 yaitu,
pameran yang menampilkan 100 desain kontemporer Jepang dan produk-produk
yang digunakan sehari-hari masyarakat Jepang.
memperkenalkan
produk
yang
digunakan
Pameran ini bertujuan untuk
dalam
kehidupan
sehari-hari
diantaranya perabotan, pakaian, peralatan makan, dan peralatan elektronik buatan
Jepang yang sudah masuk pasar internasional. Hal ini terlihat bahwa budaya
Jepang masuk dalam kehidupan masyarakat yang secara tidak langsung telah
menggunakan produk Jepang dan mempergunakannya sehari-hari. Objek disain
dalam pameran ini adalah ringkasan dari kehidupan di Jepang saat ini, dan
54
mencirikan produk-produk asli Jepang dengan negara-negara lain, contohnya
mobil sport Daihatsu berbeda dengan Porsche Jerman atau Morgan Inggris. Ini
mencirikan karakter budaya nasional muncul dalam desain, sehingga dapat
mengenal perbedaan budaya dalam karakteristik desain yang berbeda.
Program Bahasa Jepang atau dapat juga disebut Japanese Language
Proficiency Test (JLPT) dan Nihongo Nouryoku Shiken, merupakan ujian yang
diselenggarakan oleh The Japan Foundation Indonesia bekerjasama dengan Japan
Educational Exchange and Services, untuk mengukur kemampuan berbahasa
Jepang bagi peminat bahasa Jepang.
Sejak tahun 2010 pelaksanaan JLPT
memiliki sistem baru berupa penambahan tingkat ujian dari 4 tingkatan (tingkat 1
sampai tingkat 4) menjadi 5 tingkatan (tingkat 1 sampai tingkat 5), selain itu
penyelenggaraan JLPT menjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli dan
Desember. Saat ini buku-buku latihan soal JLPT yang ada di Indonesia sangat
terbatas, kemudian the Japan Foundation Indonesia menambah koleksi buku baru
yang sama tingkatannya dengan buku soal JLPT di Jepang untuk membantu para
mahasiswa/umum yang ingin mempersiapkan ujian kemampuan bahasa Jepang.
Salah satunya adalah buku yang berjudul Nihongo Soumatome yaitu tata bahasa,
kanji, dan kosa kata untuk masing-masing tingkatan.99 Kemudian berdasarkan
survei yang dilaksanakan the Japan Foundation Jakarta tingkat peminat bahasa
dan budaya Jepang meningkat pada tahun 2006 di luar negara Jepang terdapat
lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang. Di Indonesia tercatat
sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang.100 Hal ini menunjukan
bahwa peminat bahasa Jepang meningkat setiap tahunnya.
99
The Japan Foundation, Nuansa, edisi April-Mei-Juni 2011, h. 27.
Diana S, Nugroho, tanggal 30 Juni 2011, pukul. 14.00.
100
55
Program lomba pidato bahasa Jepang bagi siswa SLTA tingkat nasional
pada tanggal 19 Februari 2011 ke-10, kegiatan ini dilakukan oleh the Japan
Foundation Jakarta setiap tahun bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMA,
Direktur Jenderal Manajemen, dan Kementerian Pendidikan Nasional. Tujannya
untuk memberikan kesempatan kepada para siswa yang ingin mengembangkan
kemampuannya dalam berbahasa Jepang dengan baik.
Kelompok studi Jepang dan pertukaran intelektual telah melakukan
program kunjungan yang disebut dengan JENESYS (Japan- East Asia Network of
Exchange for Students and Youths), pada Juli-Agustus 2011 merupakan program
dari the Japan Foundation Jakarta setiap tahun. Bagi para intelektual muda dari
Asia Timur berkesempatan mengikuti penelitian di Jepang, untuk memperdalam
pemahaman mengenai berbagai aspek dalam masyarakat Jepang termasuk politik,
diplomasi, ekonomi, dan budaya sebagai dasar untuk mempromosikan
pemahaman mutual diantara generasi muda di Asia Timur.101
Program JENESYS bekerjasama dengan Community Revitalization Group
2011 (LSM Jepang), mengadakan kunjungan dan mengundang negara-negara lain
sehingga dapat belajar dari pengalaman warga negaranya untuk bangkit dan
melakukan transformasi bagi bangsa Jepang maupun komunitasnya.
Negara-
negara yang ikut berpartisipasi dalam program JENESYS ini diantaranya Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura (BIMPS), Vietnam,
Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos (Mekong group), Australia, Selandia Baru,
Korea Selatan, Cina dan Jepang. Peserta ini berprofesi sebagai desen, pegawai
negeri sipil dan aktivis NGO (Non-Government Organization).
101
Nuansa, edisi Oktober–November-Desember 2011, h. 14.
Kegiatan ini
56
difokuskan pada LSM Soshisha dan Jimotogaku Network adalah contoh
masyarakat Jepang, tantangan dan lingkungannya sendiri, artinya tantangan itu
adalah diskriminasi yang pernah menimpa Jepang
diwilayah Minata karena
penyakit yang kemudian diolah menjadi kekuatan kolektif. Kemudian kegiatan
pada Jimotogaku Network adalah tantangan menurunnya angkatan kerja produktif
yang bermukim di Okawa, sehingga energi untuk mengolah sumber daya menjadi
terbatas.102
Pengalaman yang berkesan pada dua komunitas Jepang tersebut, banyak sekali
pembelajaran bagi negara-negara yang ikut berpartisipasi khususnya Indonesia
negara yang sedang berkembang saat ini. Kegiatan ini ditunjukkan berdayanya
para manula Jepang di publik serta disiplin warganya dalam melakukan usaha
penyelamatan lingkungan, contohnya saat Jepang mengalami gempa dan tsunami
pada 11 Maret 2011 bocornya reaktor nuklir di Fukushima, bencana ini membuka
ruang belajar baru bagi masyarakat Jepang, yang memiliki persepsi positif dengan
apa yang telah dialaminya.103
Kemudian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa
Museum diantaranya Kura museum, Minata museum, Shoshisha museum, dan
Yushukan museum. Empat museum tersebut memiliki keunikan dan mengangkat
cara pandang yang berbeda. Salah satunya yaitu Kura museum memberikan
gambaran sebuah komunitas memilih mempertahankan nilai historis disebuah
kawasan mereka tinggal, kemudian pemerintah daerah meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan menjadikan daerahnya sebagai tempat wisata. Minata
museum yang dikelola oleh pemerintah lokal memberikan gambaran umum
102
103
Ibid, 2011, h. 12-13.
The Japan Foundation, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret, 2012, h. 13.
57
mengenai profil keseharian nelayan. Dari kegiatan JENESYS ini yang diikuti oleh
masing-masing peserta dari perwakilan negara dapat mempelajari dan mengambil
pengalamannya yang kemudian dapat diterapkan pada negaranya.
Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk saling mengenal lebih dekat dan
memperkenalkan diri (negara, bangsa, kelompok, organisasi, perusahaan).
Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antara negara
dengan negara lain, dengan saling menghormati hasil cipta seni budaya negara
dan menimbulkan perdamaian internasional.104
Selain melaksanakan program yang dirancang oleh the Japan Foundation
Tokyo, the Japan Foundation Indonesia memiliki sarana penunjang seperti galeri
mini, ruang kelas bahasa, dan ruang serba guna.
Fasilitas ini dipergunakan
untuk,105
1. Memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat Indonesia
2. Menjembatani kedua negara untuk saling pengertian
3. Ikut mendukung pengembangan kebudayaan Indonesia.
Penjalasan mengenai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia melalui the
Japan Foundation dikembangkan lagi dalam sub bab peran the Japan Foundation
sebagai pemulihan citra, peran the Japan Foundation, pengaruh kebudayaan
Jepang melalui the Japan Foundation Indonesia terhadap masyarakat,
perkembangan the Japan Foundation di Indonesia.
104
105
Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional (Perspektif Jurnalistik), h. 35.
Brosur The Japan Foundation, Edisi 2010, h. 4.
58
C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011
Pada tahun 1942-1945 Jepang negara penjajah Indonesia, pascapenjajahan Jepang melakukan hubungan kerjasama dalam bidang ekonomi,
politik, dan sosial budaya dengan Indonesia, diawali dengan pampasan perang
tahun 1960-an. Seiring dengan berkembangnya hubungan Jepang-Indonesia yang
saling menguntungkan, yaitu Jepang membutuhkan bahan mentah Indonesia
membutuhkan
modal.
Hubungan
kerjasama
dalam
bidang
ekonomipun
ditingkatkan dengan alasan Jepang akan memulihkan perekonomian Indonesia.
Pada tahun 70-an hubungan Jepang dengan negara-negara Asia, khususnya
Indonesia mengalami masalah sehingga memunculkan anti-Jepang dan peristiwa
Malari tahun 1974 di negara-negara Asia termasuk Indonesia.
Kemudian
pemerintah Jepang berupaya untuk meredam peristiwa tersebut, salah satunya
dengan mendirikan pusat kebudayaan Jepang yang diharapkan dapat memulihkan
citra Jepang di mata Asia khususnya Indonesia dan menjadi salah satu tujuan
diplomatis Jepang dalam menjalin hubungan yang lebih baik.
Pada tahun 1972-2002 dana operasional the Japan Foundation dibiayai
oleh pemerintah Jepang, kemudian pada tahun 2003 status the Japan Foundation
ini berubah menjadi lembaga administratif independen dan tidak lagi sepenuhnya
dibiayai pemerintah melainkan oleh donasi sektor swasta dan the Japan
Foundation sendiri. Perubahan status the Japan Foundation pada tahun 1972
yaitu bagian dari tugas divisi informasi dan kebudayaan pada kementerian luar
negeri Jepang, yang kemudian pada tahun 2003 menjadi institusi administratif
independen, maka struktur institusi the Japan Foundation berubah.
59
Gambar IV. 2
Stuktur the Japan Foundation Jepang sejak Tahun 2003-sekarang
General Affairs Div.
(Information Systems Office)
Information Disclosure Office
(Research Office)
Personnel Div.
General Affairs Departmenet
Planning and Evalution Div.
Office for the Project Development
And Corporate Partnership
Budged and Finance Div.
(Budgetary Control Office)
Financial Affairs Dept
Accounting and Contract Managing Div.
Overseas Liaison Div.
Overseas Program Coordination Div.
Overseas Policy Planning Dept.
Office for the Japanese Cultural Institute in Paris
Arts and Culture Dept.
Arts and Culture Dept.
President
|
Executive Vice President
Headquarters
China Center
Japanese Language
Planning and Coordination Section
Culture and Society Section
Visual Arts Section
Performing Arts Section
Film, TV and Publication Section
International Triennale Saction
Pop Culture Section
(Japanese- Language)
Teacher in Institutional
Support Dept.
Planning and Coordination Section
Japanese- Language Course Section
Sakura Network Section
Administrative Section
Teacher Training Section
(Japanese- Language Institute. Urawa)
(Japanese- Language)
Learner Support Dept.
EPA Training Section
Research and Development Section
(Japanese- Language Institute. Urawa)
Education Training Section
(Japanese- Language Institute. Kansai)
Test Operation Section
(Center for Japanese Language- Testing)
Test Development Section
(Center for Japanese Language- Testing)
Japanese Studies and Intellectual Exchange
Japanese Studies and
Intellectual Exchange Dept.
Planning Coordination Section
America Section
Asia and Oceania Section
Europe, Middle, Eats Africa Section
Center for Global Partnership
The Japan Foundation Information Center (JFIC)
Audit Bureau
Affiated Organizations
Japanese Language Institute. Urawa
Japanese Language Institute. Kansai
Kyoto Office
Overseas Offices
The Japan Cultural Institute in Rome
The Japan Cultural Institute in Cologne
The Japan Foundation Seoul
The Japan Foundation Beijing
The Japan Foundation Jakarta
The Japan Foundation Bangkong
The Japan Foundation Manila
The Japan Foundation Kuala Lumpur
The Japan Foundation New Delhi
The Japan Foundation Sydney
The Japan Foundation Toronto
The Japan Foundation New York
The Japan Foundation Los Angeles
The Japan Foundation Mexico
The Japan Foundation Sao Paulo
The Japan Foundation Madrid
The Japan Foundation Budapest
The Japanese Culture Department- Japan Foundationof the All- Russia State Library of Foreign Literature
The Japan Foundation Cairo
The Japan Foundation Center for Cultural Exchange in Viet Nam
Sumber: http://www.jpf.go.jp/world/en/, pada tanggal 01 Januari 2012, pukul 22.00.
60
Organisasi ini disusun melalui kegiatan the Japan Foundation yaitu,
Tabel II.2
Kegiatan the Japan Foundation dipusatkan pada empat area kegiatan yang
sekaligus menjadi empat tujuan utama the Japan Foundation, yaitu:
Kegiatan
Pertukaran kebudayaan
Tujuan
mempromosikan kebudayaan Jepang dan
pertukaran kebudayaan dengan negara
lain melalui pameran dan pertunjukan.
Pendidikan bahasa Jepang
membantu
pengembangan
dan
pembuatan bahan ajaran bahasa Jepang
dan pelaksanaan kursus bahasa Jepang
untuk umum dan pengajar bahasa
Jepang.
Pertukaran
Intelektual
pengembangan studi Jepang
dan pertukaran intelektual,
penelitian studi Jepang.
Pengoleksian dan penyediaan informasi
dan
projek
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
pertukaran internasional dan media untuk
menyebarkan informasi mengenai the
Japan Foundaton yang ada diberbagai
negara.
Sumber: Diana S. Nugroho, Program Cultural Section, Jakarta: The Japan Foundation,
tanggal 09 Juni 2011.
Berdasarkan empat pengelompokan kegiatan tersebut, maka struktur
organisasi the Japan Foundation terbagi dalam tiga divisi utama, yaitu: Divisi
Kebudayaan yang dibentuk dengan tujuan untuk memperkenalkan beragam seni
dan budaya Jepang ke negara-negara, dalam bidang ini merupakan keseharian dari
tradisi orang-orang Jepang mulai dari seni, kerajinan tangan, drama, tari, musik,
media audio visual. Selain itu, kelompok seni ini pun secara aktif terlibat dalam
kerjasama budaya internasional untuk mempromosikan aspek budaya Jepang di
dunia, kemudian mengembangkan pertukaran seni dan budaya serta memberikan
kontribusi bagi pencipta seni dan budaya di Jepang maupun luar negeri, di
antaranya: mempromosikan pertukaran para ahli dan kerjasama dibidang budaya
internasional, pendistribusian beragam film Jepang dalam bahasa asing,
61
mendukung festival film dan didiskusikan.106 Divisi Bahasa Jepang yang berupaya
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bahasa Jepang antara lain melalui
penempatan tenaga ahli bahasa Jepang di berbagai lembaga pendidikan dan
pelatihan bahasa Jepang bagi pengajar bahasa Jepang. Di antaranya, pengiriman
tenaga ahli bahasa Jepang untuk membantu pengembangan pengajaran bahasa
Jepang pada tingkat sekolah maupun lembaga kursus bahasa Jepang, pelaksanaan
pelatihan dan seminar bagi pengajar bahasa Jepang, bekerjasama dengan berbagai
lembaga/institusi dalam pelaksanaan ujian kemampuan bahasa Jepang, lomba
pidato bahasa Jepang (untuk SLTA & umum).107 Divisi Studi Jepang &
Pertukaran Intelektual merupakan divisi yang dibentuk dengan tujuan untuk
memperdalam pemahaman tentang Jepang melalui kegiatan-kegiatan seperti
seminar, kuliah umum, dan lainnya. Sumber dana utama untuk kegiatan the
Japan Foundation adalah dari pemerintah Jepang. Namun, adanya perubahan
struktur, anggaran dana dari pemerintah mulai dikurangi. Saat ini, pendanaan
untuk aktivitas the Japan Foundation sebagian besar berasal dari dana tetap the
Japan Foundation, sumbangan dan subsidi tahunan pemerintah, serta sumbangan
dari sektor swasta dan pribadi. Dengan cara ini, the Japan Foundation akan dapat
lebih memastikan kemandirian dalam melaksanakan kegiatannya.108
Sejak berdirinya the Japan Foundation Indonesia tahun 1979, program
yang dilaksanakan semakin berkembang pada awalnya hanya menjadi pusat
pengenalan kebudayaan dan pertukaran budaya internasional. Pada 1 Oktober
2003 lembaga ini menjadi lembaga administratif independen dan menggunakan
106
Diakses dari http://www.jpf.or.id/artikel/budaya, pada tanggal 22 Agustus 2011,
pukul 23.00.
107
Diakses dari http:/ /www.jpf.or.id/bahasa, pada tanggal 22 Agustus 2011, pukul 01.00.
108
Di akses dari http://www.jpf.or.id/ studi-jepang-pertukaran-intelektual, pada tanggal
22 Agustus 2011, pukul 07.05.
62
nama the Japan Foundation Jakarta, dengan subsidi tahunan dari pemerintah serta
donasi dari sektor swasta Jepang. Mengacu pada tujuan awal pendirian lembaga
ini, yaitu menjalin rasa saling pengertian antar-bangsa. Di Indonesia programprogram pertukaran yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan
Indonesia.
Bekerjasama dengan lembaga pemerintah, organisasi kebudayaan,
lembaga pendidikan, LSM, dan individu terkait lainnya.
Adanya perubahan
struktur the Japan Foundation Jakarta yang semula hanya sebagai pusat
pengenalan budaya Jepang dan pertukaran kebudayaan internasional, namun
beberapa program yang dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas tetap
dipertahankan, bahkan the Japan Foundation Jakarta berusaha meningkatkan
program-program dan fasilitas untuk memudahkan masyarakat Indonesia
mengenal Jepang dengan baik, bukan hanya masyarakat Indonesia saja yang dapat
melihat perkembangan budaya Jepang, masyarakat Jepang sendiri yang tinggal di
Indonesia lebih mudah mencari informasi mengenai pertukaran kebudayaan
Jepang-Indonesia ataupun sebaliknya yang dilaksanakan oleh the Japan
Foundation Jakarta.109
Perubahan struktur the Japan Foundation tidak berpengaruh terhadap
diplomasi kebudayaan karena selain pada the Japan Foundation, Jepang
sebelumnya melakukan diplomasi kebudayaan melalui Keduta Besar Jepang yang
ada di negara-negara lain. Untuk lebih memudahkan masyarakat yang ingin
mengenal Jepang maka the Japan Foundation secara lebih spesifik, untuk itu
lembaga ini menjadi lembaga independen pada tahun 2003 yang berkonsentrasi
109
Diakses dari http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com_content&task=31, pada
tanggal 27 Desember 2011.
63
mengenai pertukaran kebudayaan.110 Garis besar program yang mengacu pada the
Japan Foundation pusat yaitu, Seni dan Budaya, Bahasa Jepang, Studi Jepang dan
Pertukaran Intelektual. Tujuannya untuk memberikan kontribusi bagi lingkungan
internasional yang lebih baik dan untuk memelihara serta mengembangkan
keharmonisan hubungan luar negeri Jepang.
Hal ini menjadi keuntungan
tersendiri bagi Jepang dalam mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia.
Program-program the Japan Foundation dapat menjadikan diplomasi budaya
Jepang di Indonesia karena di dalamnya sangat terlihat jelas diplomasi
kebudayaan Jepang yang telah mempengaruhi masyarakat Indonesia, salah
satunya bahasa Jepang yang banyak diminati para pelajar khususnya bagi yang
ingin belajar di Jepang.111 Memperkenalkan budaya tradisional Jepang ditengah
budaya modern saat ini tidak mudah, karena semakin berkembangnya budaya
populer Jepang yang banyak diminati masyarakat, untuk itu the Japan Foundation
mendirikan kantor operasionalnya di berbagai negara yang diharapkan masyarakat
dapat mengetahui kebudayaan dan dapat mengakui budaya asli Jepang.112
Keberhasilan the Japan Foundation Jakarta dalam diplomasi kebudayaan
yaitu terlihat dari program-program yang telah dilaksanakan, dengan melakukan
kegiatan dan pertukaran intelektual bagi para peneliti yang tertarik mempelajari
kebudayaan serta bahasa Jepang.113
The Japan Foundation Jakarta dapat
dikatakan berhasil dalam melaksanakan tugasnya sebagai institusi budaya Jepang
karena sampai saat ini respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang sangat baik
contohnya terlihat pada pameran-pameran dan peminat bahasa Jepang yang
110
Diana S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011, pukul 13.00.
Diana S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011, pukul 14.00.
112
Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011, pukul 10.00.
113
Diana S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011, pukul 15.00.
111
64
meningkat, meskipun Indonesia dengan Jepang memiliki sejarah yang kurang baik
namun saat ini tidak ada pengaruhnya bagi hubungan ke dua negara tersebut.
Perkembangan the Japan Foundation Jakarta contohnya dapat terlihat pada
peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun 2006 di luar negara
Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang. Di
Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang. Pada
tahun 2009 dalam pertukaran kebudayaan Jepang-Indonesia the Japan Foundation
Jakarta berhasil mengadakan pameran yang diberi tema „Japan Festival in Jakarta
2009’, menampilkan kolaborasi pertunjukan seni Jepang-Indonesia seperti,
Garibaba’s Strange World.
Penampilan ini dinilai sukses dengan total
pengunjung sebanyak 2,100 orang.
Program-program the Japan Foundation Jakarta akan terus ditingkatkan
contohnya kegiatan yang akan dilakukan oleh divisi seni dan budaya mengenai
lokakarya animasi yang diberi nama ’Daumenreise Workshop‟ pada tanggal 2-4
Maret 2012. Kegiatan ini adalah projek lokakarya animasi dengan metoda wiener
wuast, yaitu cara mengambil gambar yang sesungguhnya, kegiatan dilakukan
bersama para pelajar di berbagai negara, seperti Israel, Polandia, Taiwan, dan
Indonesia.
Hal terlihat bahwa keberhasilan Jepang melakukan diplomasi
kebudayaan melalui the Japan Foundation Jakarta sebagai pusat kebudayaan
Jepang dapat berjalan baik khususnya saat perubahan status pada tahun 2003 yang
lebih fokus dalam melakukan hubungan kebudayaan dengan Indonesia, adanya
kegiatan tersebut diharapkan dapat menjalin hubungan kerjasama lainnya seperti
ekonomi dan politik yang harmonis karena didasari kedekatan budaya dengan
saling menjalin hubungan pengertian antara kedua negara. Keberhasilan the Japan
65
Foundation Jakarta juga dapat dilihat pada laporan pengunjung perpustakaan the
Japan Foundation Jakarta yang mengalami perubahan setiap tahunnya dapat
dilihat di bawah ini,
Perkembangan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta
tahun 2003-2011
Tabel. IV.4
Tahun
2003-2004
2004-2005
2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
Keterangan Pengunjung
a. Mahasiswa anggota JF : 1479
b. Mahasiswa non anggota : 602
c. Umum
- Orang Indonesia
: 1358
- Orang Jepang
: 583
a. Mahasiswa anggota JF : 1375
b. Mahasiswa non anggota : 326
c. Umum
- Orang Indonesia : 1637
- Orang Jepang
: 362
a. Mahasiswa anggota JF : 837
b. Mahasiswa non anggota : 27
c. Umum
- Orang Indonesia : 415
- Orang Jepang
: 258
a. Mahasiswa anggota JF : 1459
b. Mahasiswa non anggota : 87
c. Umum
- Orang Indonesia : 717
- Orang Jepang : 129
a. Mahasiswa anggota JF : 1315
b. Mahasiswa non anggota : 174
c. Umum
- Orang Indonesia : 5611
- Orang Jepang
: 213
a. Mahasiswa anggota JF : 1180
b. Mahasiswa non anggota : 69
c. Umum
- Orang Indonesia : 542
- Orang Jepang : 186
a. Mahasiswa anggota JF : 876
b. Mahasiswa non anggota : 16
c. Umum
- Orang Indonesia : 435
- Orang Jepang
: 207
a. Mahasiswa anggota JF : 1366
b. Mahasiswa non anggota : 183
c. Umum
- Orang Indonesia : 677
- Orang Jepang
: 236
Sumber: Laporan Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta 2003-2011.
Jumlah
4022
3700
1537
2392
7313
1977
1534
2462
66
Keterangan: Perkembangan dari tahun 2003-2004 setelah statusnya berubah menjadi institusi
administratif independen perpustakaan the Japan Foundation Jakarta masih membuat sistem baru
banyaknya 4022 pengunjung, pada tahun 2007-2008 mengalami peningkatan drastis mencapai
90% yaitu 7313 pengunjung, karena pada saat itu perpustakaan the Japan Foundation mengadakan
kursus bahasa Jepang gratis pada anggota perpustakaan. Pada tahun 2008 sampai saat ini kembali
mengalami penurunan tidak seperti pada awal tahun pertama perubahan institusi independen
karena perpustakaan saat ini hanya menyediakan buku-buku referensi bagi para peneliti atau
pembaca mengenai Jepang/non Jepang.
Perpustakaan the Japan Foundation Jakarta memiliki berbagai referensi
seperti buku-buku tentang Jepang dan non Jepang, komik, buku tes bahasa Jepang
dan majalah Jepang. Ditunjang dengan fasilitas seperti aoudio visual, internet,
pinjaman buku dan majalah Jepang/non Jepang, informasi beasiswa ke Jepang dan
informasi mengenai pendidikan Jepang.
The Japan Foundation yang berada di negara-negara memiliki peran
tersendiri, sesuai dengan peristiwa dan alasan the Japan Foundation didirikan
dengan tujuan yang sama, yaitu memelihara keharmonisan hubungan luar negeri
Jepang. Berbagai kegiatan dan perkembangan budaya Jepang yang dilakukan
oleh the Japan Foundation Jakarta, dalam kaitannya dengan hubungan antara
Jepang-Indonesia adalah bahwa Jepang telah mengembangankan kaharmonisan
hubungan luar negerinya dengan negara-negara khususnya Indonesia.
67
BAB V
PENUTUP
Skripsi ini telah membahas mengenai diplomasi kebudayaan Jepang
melalui the Japan Foundation di Indonesia pada tahun 2003-2011 yaitu untuk
menjalin hubungan kerjasama-kerjasama dalam bidang ekonomi dan politik
semakin erat didasari dengan rasa saling pengertian antarbangsa melalui
pengenalan dan pertukaran kebudayaan. The Japan Foundation dapat dikatakan
sebagai diplomasi kebudayaan Jepang yang secara spesifik mengenai kebudayaan
Jepang secara langsung kepada masyarakat Indonesia melalui eksebisi, pameran,
festival, majalah bulanan (Aneka Jepang), dan media internet seperti website.
Dapat dilihat secara langsung bahwa yang dilakukan the Japan Foundation
Jakarta adalah suatu diplomasi kebudayaan atau second track diplomacy yaitu
diplomasi yang dilakukan organisasi non-pemerintah atau masyarakat dengan
masyarakat. Penulis dapat menyimpulkan di antaranya yaitu,
Pertama hubungan kerjasama yang dilakukan Jepang-Asia Tenggara
khususnya Indonesia dibidang ekonomi, politik, sosial dan budaya berjalan
dengan baik.
Kemudian pada tahun 70-an hubungan ini dinilai banyak
menguntungkan Jepang, karena tidak adanya mekanisme perdagangan yang
seimbang
sehingga
memunculkan
kelompok
anti-Jepang.
Menimbulkan
ketidakpuasan masyarakat terhadap dominasi ekonomi Jepang, sehingga Jepang
dijuluki hewan ekonomi oleh negara Asia karena dinilai hanya mengejar
keuntungan diatas segalanya. Namun dalam peristiwa ini memiliki unsur politik
yaitu oleh kelompok Jenderal Sumitro yang mewakili modal Amerika Serikat
melawan kelompok Jenderal Ali Murtopo yang mewakili modal Jepang. Konflik
68
ini kemudian dimenangkan oleh kelompok Ali Murtopo, sehingga konsekuensinya
modal Jepang menjadi dominan dalam membantu perubahan ekonomi Indonesia.
Ke dua, Jepang melakukan diplomasi kebudayaannya ke berbagai negara
melalui pertukaran kebudayaan, yang diharapkan dapat mempererat hubungan
bilateral Jepang, dalam berbagai bidang yaitu diplomatik, ekonomi, dan juga
aspek kebudayaan. Instrumen dalam suatu negara melalui diplomasi kebudayaan
dapat diartikan sebagai pemulihan tradisi dan kebudayaan suatu negara, yang
didasari oleh institusi dari kebijakan luar negeri maka kebudayaan merupakan
konsep dan komitmen suatu bangsa terhadap dirinya sendiri dan terhadap dunia.
Ke tiga, Jepang melakukan berbagai hubungan internasional, Jepang
menyadari perlu adanya keterlibatan hubungan internasional dengan negaranegara yang telah menganggapnya tidak baik, sehingga Jepang melakukan
perdagangan internasional, selain ekonomi dan politik pemerintah Jepang juga
melakukan keterlibatan internasional mengenai kebudayaan. Karena tidak hanya
hubungan internasional dalam bentuk kerjasama ekonomi dan politik saja,
hubungan
internasional
mengenai
kebudayaan
mensejahterakan rakyat dan ketahanan negaranya.
sangat
penting
untuk
Oleh karena itu Jepang
mendirikan the Japan Foundation sebagai pusat kebudayaan, yang diharapkan
masyarakat Indonesia dapat melihat bahwa Jepang adalah negara yang maju dan
memiliki nilai-nilai tradisi yang tinggi. Dapat dilihat dari program-program the
Japan Foundation sebagai bentuk diplomasi kebudayaan yang telah mengenalkan
dan mempromosikan kebudayaan tradisional dan modern Jepang secara
menyeluruh.
69
Dalam hal ini pula kepentingan nasional dan politik luar negeri ikut
berperan, karena dilihat pada negara Jepang yang telah melakukan diplomasi
kebudayaan pada negara-negara lain melalui the Japan Foundation karena suatu
negara harus mengejar kepentingan nasionalnya untuk mendapatkan pertahanan di
negara lain. Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya khususnya
pada tahun 70-an, maka telah dianggap sebagai negara yang menguasai
perekonomian negara-negara sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya,
sehingga menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang
melakukan diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu
Jepang ingin budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya
dengan melakukan diplomasi kebudayaan melalui the Japan Foundation.
Pelaksanaan kebudayaan di luar negeri salain menunjukan kepada masyarakat
asing juga dapat diarahkan kepada masyarakat Jepang di luar negeri.
Dengan demikian dengan kebudayaan nasional, dapat menimbulkan rasa
kebanggaan akan kekayaan kebudayaan sendiri hal ini yang dilakukan oleh
Jepang melalui the Japan Foundation. The Japan Foundation Jepang adalah
institusi
pertama
yang
mengkhususkan
dalam
pertukaran
kebudayaan
internasional. Sebagai organisasi mitra kerja yang didirikan pada tahun 1972
dengan tujuan mempromosikan pertukaran kebudayaan saling menguntungkan
antara Jepang dengan negara-negara lain. Pada tahun 2003 the Japan Foundation
mengalami perubahan struktur menjadi lembaga administratif independen yang
diharapkan akan lebih fokus terhadap keterlibatan hubungan mengenai
kebudayaan Jepang, sedangkan pemerintah Jepang hanya sebagai pengawasan
atas jalannya the Japan Foundation, saat ini mempunyai 23 kantor di luar negeri
70
yang beroperasional di 21 negara.
Kegiatan yang telah membuat the Japan
Foundation berkembang di antaranya pertukaran Seni Budaya, Pendidikan Bahasa
Jepang, Studi Jepang dan Pertukaran Intelektual.
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa, tujuan Jepang
mendirikan the Japan Foundation Jakarta adalah sebagai bentuk diplomasi
kebudayaan di Indonesia untuk lebih meningkatkan hubungan baik dalam bidang
lainnya seperti ekonomi dan politik yang didasari oleh kedekatan budaya masingmasing negara. Keberhasilan Jepang dalam melakukan diplomasi kebudayaan di
Indonesia dapat dilihat dari respon msyarakat yang ingin mengenal kebudayaan
Jepang lebih jauh dan peminat bahasa Jepang yang terus meningkat, pada tahun
2006 di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang,
kemudian berbagai kegiatan eksebisi yang dilakukan Jepang melalui the Japan
Foundation Jakarta. Saat ini hubungan Jepang-Indonesia baik, dan keberadaan
the Japan Foundation Jakarta tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat
Indonesia hingga saat ini.
Dengan adanya the Japan Foundation Jakarta,
masyarakat Indonesia dapat belajar dari Jepang tentang nilai saling menghargai
budaya asli dan sikap disiplin. Budaya yang diajarkan Jepang terhadap
masyarakatnya telah diterapkan hingga saat ini adalah semangat Bushido yaitu
disiplin, bekerja keras, dan saling menghormati. Dengan saling menguntungkan
ke dua negara yaitu Jepang-Indonesia melakukan berbagai misi pertukaran
kebudayaan sehingga adanya timbal balik hubungan ke dua negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amira, Agustin, K, dkk, International Seminar Proceedings, Latar Belakang
Persepsi Orang Asing Terhadap Etos Kerja Bangsa Jepang, Surabaya:
Research Center for Japanese Studies- Institute of Researches The States
University of Surabaya, 2006.
Barston, R. P, Modern Diplomacy, Longman: London and New York, 1988.
Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New
York: Palgrave Macmillan, 2003.
Creswell, W John, Research Design: Qualitative and Quantitative Approach,
California: Sage Publication, 1994.
Cipto, Bambang, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Djojohadikusumo, Sumitro, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan,
1995.
Gonggong, Anhar, Peran Pemerintah dalam Mewujudjan Social Welfare and
Protection dalam Menyikapi ASEAN Socio-Culture Community,
Jakarta: Lemhannas, 2009.
Harrison, Lissa, Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007.
Holsti, K.J. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1987.
LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974.
Lubis, Mochtar, Kekuatan yang Membisu: Kepribadian dan Peranan Jepang,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1981.
Mas’oed, Mochtar, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta:
LP3ES, 1989.
Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990.
Morgenthau, Hans, J, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace,
Michigan University: A. A. Knopf, 1948.
Muhaimin, Yahya, A, Bisnis Dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi di Indonesia
1950-1980, Jakarta: LP3ES, 1989.
xi
Nishisara, Masashi, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang:
Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
1993.
Nishisara, Mashashi, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 19511966, Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University Kyoto,
1976.
Nicholson, Harold, Sir, Diplomacy, Institute for the Study of Diplomacy, Edition
with Foreword by Nigel Nicholson, 1988.
Rahmat, M. Aref, Ali Moertopo & Dunia Intelijen Indonesia, Jakarta: PT. Buku
Seru, 2011.
Robert M, Jr, Orr, Japan’s Emergence as A Foreign Aid Power, New York:
Colombia University Press, 1990.
Roy, SL, Diplomasi, Jakarta: Rajawali Press, 1991.
Saranto, Budi, Gaya Manajemen Jepang, Berdasarkan Azas Kebersamaan dan
Keakraban, Jakarta: HECCO Mitra Utama, 2005.
Scalapino, Robert A, & Wanandi Jusuf, Asia Tenggara dalam Tahun 1980-an,
Jakarta: Yayasan Proklamasi, Center for Strategic and International
Studies, 1985.
Soedjatmoko, Asia di Mata Soedjatmoko, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara,
2009.
Soedjatmoko, and Kenneth, W, Thompson, dalam World Politics, “Cultural
Diplomacy” An Introduction, New York: The Free Press,1976.
Shoelhi,
Mohammad, Komunikasi Internasional
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009.
(Perspektif
Jurnalistik),
Suryohadiprojo, Sayidiman, Masyarakat Jepang Dewasa Ini, Jakarta: PT.
Gramedia, 1998.
Tim Winer, Membongkar Kegagalan CIA, pionase Amatiran Sebuah Negara
Adidaya, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2008.
Warsito, Tulus & Kartikasari, Wahyuni, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta:
Ombak, 2007.
Yasutomo, Dennis T, The Manner of Giving: Strategic Aid and Japanese Foreign
Policy, Lexington: Health, 1986.
xii
Jurnal
Wiranto, Daulah, Siti, Kebijaksanaan Bantuan Ekonomi Jepang Kepada
Indonesia, Jurnal Studi Jepang, Vol. I/I, tahun 1991.
Multimedia
Brosur The Japan Foundation, tahun 2011.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri, Diplomasi
Kebudayaan, Jakarta, 1983.
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik
Indonesia Dari Masa ke Masa, Buku 1V B, Jakarta: Departemen Luar
Negeri, 2005.
Direction of Trade Year Book, tahun 1978.
Dokumentasi tentang Hubungan Jepang- Indonesia 1994, No. 428/HI/XI/1995,
Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.
Hubungan Indonesia-Jepang Masa Pemerintahan Takeo Fukuda, Laporan
Penelitian LIPI.
The Japan Foundation, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret 2011.
__________________, Nuansa, edisi April-Mei-Juni 2011.
__________________, Nuansa, edisi Oktober-November-Desember 2011.
__________________, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret 2012.
__________________, Annual Report tahun 2002
__________________, Annual Report tahun 2009-2010.
Panglaykim, J, Doktrin Fukuda: Suatu Pandanga Bisnis Analisa, Vol. VI No.10
Oktober Tahun 1977.
Rix, Alan, Japan Economic Aid, London: Croom Helm Ltd, 1989.
OECD/DAC, Japan’s Official Development Assistance (ODA) White Paper 2007,
Departemen Luar Negeri Jepang, IMF, Biro Pusat Statistik Indonesia
(BPS).
Undang-undang Institusi Administrasi Independen Japan Foundation, pasal 3.
xiii
Wawancara
Wawancara Diana S. Nugroho, Program Cultura Section, Jakarta: The Japan
Foundation.
Wawancara Siuaji Raja, Directorate of Public Diplomacy, Jakarta: Kementerian
Luar Negeri, tanggal 03 November 2011.
Internet
http://www.beyondintractability.org/essay/track1_diplomacy/, pada 15 Maret
2010.
http://www.deplu.go.id/Lists/BilateralCooperation/DispForm.aspx?ID=56, pada
30 Januari 2012.
http://www.jpf.or.id/id/index.php?option=com content&taks=31, pada tanggal 05
April 2011.
http://www.scribd.com/doc/46642948/Pers-Dalam-Peristiwa-Malari-1974
pada
tanggal 21 April 2011.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78106 pada tanggal
21 April 2011.
http://www.lp3es.or.id/direktori/fund/jpf.htm, pada tanggal 01 Oktober 2011.
http://www.jpf.or.id/artikel/budaya, pada tanggal 22 Agustus 2011.
http:/ /www.jpf.or.id/bahasa, pada tanggal 22 Agustus 2011.
http://www.jpf.or.id/ studi-jepang-pertukaran-intelektual, pada tanggal 22 Agustus
2011.
http://www.jf.cairo.org/aboutjf.html, pada tanggal 15 Oktober 2011.
http://www.paradisearmy.com/doujin/pasok3n.cosplay.htm pada tanggal 30
November 2011,
http://www.id.emb-japan.go.jp/oda/id/datastat_01.htm, pada tanggal 27 November
2011, 01 November 2011.
http://www.id.shovoong.com/social-sciences/communication-mediastudies/2181313-definisi-atau-pengertian-citra/#ixzz1kp6Z8eM,pada
tanggal 31 Januari 2012.
http://www.prakarsa-rakyat.org/download/buku/merespon/krisis/ekonomi/
dan/politik/elektoral .pdf, pada tanggal 23 Maret 2012.
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/02pproof%20masa_pendudukan _jepang. pdf,
pada tanggal 22 Maret 2012.
http://pf.go.jp/e/about/president/indext.html pada tanggal 04 Februari 2012.
http://www.mofa.go.jp/policy/culture/index.html, pada tanggal 03 Februari 2012.
xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR THE JAPAN FOUNDATION SEBAGAI
DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG DI INDONESIA
Diana S. Nugroho, Program Cultura Section, Jakarta: The Japan Foundation,
tanggal 02 Juni 2011.
1. Bagaimana sejarah The Japan Foundation di Jepang?
Jepang memiliki kebudayaan yang begitu unik, budaya tradisional dan modern
dapat diharmonisasikan, dapat dilihat dari budaya seperti upacara pernikahan di
Jepang yaitu dijalankan sesuai dengan adat agama shinto yaitu mengikuti ajaran
budha, kemudian diberkati di gereja. Upacara ini sebagian kecil dari budaya
tradisional Jepang, maskipun negara Jepang sebagai negara kecil namun mengenai
informasi Jepang tidak pernah tertinggal, bahkan Jepang disebut sebagai negara
pencari informasi.
2. Apa tujuan didirikannya The Japan Foundation di Indonesia?
Berdirinya The Japan Foundation hanya ingin memperluas pengenalan budaya
Jepang dan memuluskan jalannya diplomasi budaya Jepang kepada masyarakat
dunia, untuk itu Jepang banyak mendirikan pusat kebudayaan di berbagai belahan
dunia. The Japan Foundation berkonsentrasi pada pertukaran dan pengenalan
budaya saja, namun disamping itu ada unsur politik luar negeri seperti kepentingan
nasional dan diplomasi karena diplomasi sebagai alat yang menjalankan politik
luar negeri.
3. Bagaimana peran The Japan Foundation di dua puluh satu negara dan di
Indonesia?
Peran The Japan Foundation dalam segi politik adalah untuk memuluskan jalannya
kerjasama di bidang kebudayaan, dan sebagai diplomasi kebudayaan Jepang ke
Indonesia. Dengan adanya peristiwa Malari dan anti-Jepang pada tahun 1947 yang
telah menimbulkan rasa kecewa terhadap masyarakat Indonesia, maka dengan adanya
the Japan Foundation diharapkan dapat mengembalikan cara pandang masyarakat
terhadap Jepang yang lebih baik.
Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni, pukul, 13.00.
1. Apa tujuan diplomatis didirikannya The Japan Foundation di Indonesia?
Tujuan diplomatis didirikannya The Japan Foundation Indonesia adalah untuk
memperkenalkan budaya Jepang mulai dari budaya tradisional hingga modern saat
ini, melalui media majalah, seperti Aneka Jepang dan Nuansa Jepang (yang
diterbitkan setiap tiga bulan untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan di the
Japan Foundation Indonesia.
berbagai kursus seperti
Selain itu the Japan Foundation mengadakan
Ikebana (seni merangkai bunga Jepang), Cha no yu
(upacara minum teh), Origami (seni melipat kertas). Selain mengenalkan budaya
Jepang, tujuan diplomatis The Japan Foundation, yaitu memberikan kontribusi
bagi lingkungan internasional yang baik serta memelihara keharmonisan bagi
hubungan luar negeri Jepang.
2. Bagaimana program-program The Japan Foundation dapat menjadi bagian dari
diplomasi budaya Jepang di Indonesia?
Program-program yang baru dibuat dan hubungan kerjasama dilaksanakan tidak
hanya dengan lembaga pemerintah ataupun lembaga besar saja, namun lebih
berfokus pada lembaga berskala kecil bahkan lembaga yang berlokasi di daerahdaerah terpencil. Di antara program-program yang telah dilakukan dan berdampak
sangat positif bagi upaya pemahaman di antara kedua bangsa adalah program
revitalisasi budaya lokal yang memberikan kesempatan bagi kebudayaan tradisi di
Indonesia untuk diperhatikan dan/ atau diselamatkan dari kepunahan. Rasa seperti
itulah sebenarnya yang berakar kuat dalam proses memahami dan saling
pengertian antar bangsa.
3. Mengapa The Japan Foundation Indonesia didirikan pada tahun 1979 sedangkan
di Jepang berdiri pada tahun 1972?
mendirikan the Japan Foundation di Indonesia, melalui beberapa proses terlebih
dahulu pasca konflik Malari 1974 pemerintah Jepang berusaha memperbaiki citra
baik, kemudian melihat respon masyarakat Indonesia terhadap Jepang, yang
kemudian didirikan Japan Foundation pada tahun 1979 di Jakarta.
Diana S. Nugroho, tanggal 26 Mei 2011.
1. Apakah dengan adanya The Japan Foundation, hubungan ekonomi dan politik
berpengaruh?
Jika dikaitkan sebagai ekonomi the Japan Foundation tidak menangani masalah
tersebut, karena Jepang memiliki lembaga- lembaga tersendiri dalam menangani
masalah ekonomi seperti bantuan ekonomi resmi yaitu ODA (Official
Development Assistance), Perundingan resmi EPA (Economic Partnersip
Agreement).
2. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai the Japan Foundation sejauh ini?
Pandangan masyarakat Indonesia terhadap Jepang pun semakin meningkat, ini
ditunjukan pada setiap pameran ataupun beberapa program yang telah
dilaksanakan oleh the Japan Foundation.
Untuk itu, the Japan Foundation
Indonesia mempunyai beberapa kantor cabang di Indonesia yaitu Medan, Surabaya
dan Makassar untuk memudahkan masyarakat Indonesia mengenal Jepang lebih
dalam. Kebanyakan masyarakat yang menyukai kebudayaan Jepang yaitu anakanak dan remaja karena berawal dari kartun-kartun Jepang, animasi yang telah
mendominasi pasar di Indonesia.
3. Apa yang melatarbelakangi the Japan Foundation didirikan di Indonesia?
The Japan Foundation didirikan di Indonesia, sebagai pemulihan citra Jepang
pasca-Malari 1974 yaitu kerusuhan yang diwarnai dengan ketidakpuasan
mahasiswa terhadap dominasi modal asing khususnya Jepang.
Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011.
1. Bagaimana pengaruh dari budaya Jepang terhadap budaya Indonesia?
Adapun pengaruh-pengaruh budaya Jepang yang dapat dilihat melalui masyarakat
Indonesia seperti kebiasaan hidup dan mengkonsumsi barang-barang dari Jepang, secara
tidak langsung masyarakat Indonesia telah terpengaruh oleh budaya Jepang tersebut.
Untuk itu budaya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana cara the Japan Foundation mempertahankan budaya tradisional
Jepang, ditengah masyarakat modern?
3. Bagaimana sejarah the Japan Foundation, sampai tersebar di 21 negara?
Untuk wilayah Asia Tenggara, karena adanya peristiwa Malari/ anti Jepang.
Sedangkan di kawasan Amerika dan Eropa hanya memperluas untuk mengenalkan
budaya Jepang.
Diana S. Nugroho, tanggal 10 November 2011.
Bagaimana sejarah berdirinya Japan Foundation yang mempunyai 23 kantor yang
tersebar di 21 negara?
Sejarah The Japan Foundation yang mempunyai 23 kantor tersebar di 21 negara
memiliki latar belakang yang sama, yaitu untuk memuluskan jalannya diplomasi
budaya yang efektif dengan tidak melakukan kekerasan. Meskipun pernah terjadi
sebuah konflik di masing- masing negara, namun keberadaan the Japan Foundation
tidak berpengaruh bagi konflik yang pernah ada di masing- masing negara, dengan
diplomasi kebudayaan yang dijalankan oleh the Japan Foundation diharapkan akan
mengembalikan citra baik bagi negara Jepang yang telah dianggap sebagai negara
yang mendominasi perekonamian dunia. Selain ingin mempromosikan budaya,
Jepang ingin mengembalikan citra pada negara-negara Asia Tengggara yang telah
menganggapnya sebagai negara yang telah memonopoli perekonomian Asia, yaitu
Thailad, Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia. Telah menimbulkan anti Jepang
pada konflik Malari tahun 1974.
Diana S, Nugroho, The Japan Foundation, 30 Juni 2011.
1. Program apa yang dapat dilihat dari Japan Foundation sehingga program tersebut
dapat dikatakan berhasil?
Menurut survei yang dilaksanakan the Japan foundation Jakarta pada tahun 2006
di luar negara Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa
Jepang, dan jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat
sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang, untuk itu the Japan
foundation berupaya untuk membantu kebutuhan pendidikan bahasa Jepang di luar
negara Jepang. Program ini dapat dikatakan sebagai keberhasilan the Japan
Foundation sebagai lembaga budaya Jepang.
Diana S. Nugroho, tanggal 30 Juni 2011.
1. Bagaimana pengaruh budaya Jepang di Indonesia?
Mengenai pengaruh budaya Jepang dalam masyarakat Indonesia dapat dilihat
pengaruhnya dari kebiasaan orang Indonesia memakai barang- barang atau produk
dari Jepang. Secara tidak langsung masyarakat yang mulai terbiasa menggunakan
produk Jepang maka budaya Jepang pun telah berpengaruh didalamnya.
Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011.
1. Bagaimana cara the Japan Foundation bekerja dan membagi divisi untuk
menjalankan tugasnya masing- masing? The Japan Foundation membagi Kegiatan
yang dipusatkan pada empat area kegiatan sekaligus menjadi empat tujuan utama
the Japan Foundation, yaitu:
- Divisi Pertukaran Kebudayaan, tujuannya untuk mempromosikan budaya
Jepang dan pertukaran kebudayaan dengan negara lain
- Divisi Pendidikan Bahasa Jepang, yaitu membantu pengembangan bahasa
Jepang dan pelaksanaan kursus bahasa Jepang untuk umum dan pelajar.
- Divisi Pertukaran Intelektual dan Pengembangan Studi Jepang, tujuannya
sebagai pertukaran intelektual dan proyek penelitian studi Jepang.
- Divisi Pengoleksian
dan Penyediaan Informasi, yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan pertukaran internasional dan menyebarkan informasi
mengenai the Japan Foundation.
Diana, S. Nugroho, tanggal 31 Mei 2011.
Bagaimana peran the Japan Foundation yang ada di negara bagian Asia Pasifik?
The Japan Foundation yang berada di Seoul, Beijing, Kuala Lumpur, Jakarta, New
Delhi dan Sydney, hanya sebagian lingkungan kecil sebagai lembaga pusat
kebudayaan Jepang, yang memiliki Divisi dan kegiatan yang sama dengan the Japan
Foundation lainnya. Kemudian bagaimana the Japan Foundation dapat dikatakan
berhasil mengembalikan citra Jepang?
Dapat dilihat dari program-program yang telah kami buat, selama ini sangat baik dan
tidak ada efek negatif bagi Jepang maupun Indonesia sendiri.
Adanya perubahan struktur pada the Japan Foundation, apakah berpengaruh bagi
pemerintah Jepang melalukan diplomasi kebudayaan Jepang?
Perubahan struktur pada tidak berpengaruh dengan diplomasi kebudayaan Jepang,
karena selain pada the Japan Foundation, Jepang sebelumnya melakukan diplomasi
kebudayaan melalui keduta besar yang ada di negara-negara lain. Untuk lebih
memudahkan masyarakat yang ingin mengenal Jepang maka melalui the Japan
Foundation secara lebih spesifiknya.
LEMBAR PERTANYAAN SEPUTAR KERJASAMA THE JAPAN
FOUNDATION INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN REPUBLIK
INDONESIA
Siuaji Raja,
Directorate of Public Diplomacy, Jakarta: Kementerian Luar
Negeri, tanggal 03 November 2011.
1. Mengenai The Japan Foundation yang ada di Indonesia. Apakah ada kerjasama
secara tertulis kerjasama antara Jepang dengan Indonesia terkait dengan berdirinya
the Japan Foundation?
Berdirinya The Japan Foundation di Indonesia memang tidak ada kerjasama
secara tertulis, namun mereka hanya ijin kepada kami untuk mendirikan lemaga
budaya Jepang, yang bertujuan untuk mempererat hubungan bilateral antara
Jepang dengan Indonesia saja tanpa adanya kekerasan.
2. Apakah diplomasi budaya yang dilakukan the Japan Foundation dapat dikatakan
efektif untuk memulihkan citra bangsa Jepang di negara Asia khususnya Indonesia
terkait dengan peristiwa Malari?
Yang dilakukan The Japan Foundation sudah dapat dikatkan sebagai alat
diplomasi budaya yang efektif, karena dapat kita lihat bahwa program yang
dilaksanakan sejauh ini positif. Bahkan saat ini negara Jepang dengan Indonesia
sangat baik, meskipun pada tahun 1942 Jepang pernah menjajah negara kita
namun tidak ada pengaruhnya saat ini.
3. Selain melalui The Japan Foundation, diplomasi apakah yang dilakukan Jepang
kepada Indonesia?
Selain the Japan Foundation, diplomasi atau kerjasama yang dilakukan Jepang
terhadap Indonesia banyak. Contohnya kerjasama ekonomi seperti bantuan ODA,
IJEPA dan bantuan ekonomi lainnya.
Download