Data MODIS * Reklamasi Lahan Singapura * Media Komunikasi

advertisement
Volume I No. 2, November 2002
ISSN 1412-4564
* Produk Baru LAPAN Tahun 2003: Data MODIS
* Reklamasi Lahan Singapura
* Media Komunikasi www.lapanrs.com
* Banjir Bandang Desa Padusan, Kec. Pacet, Mojokerto
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
1
BERITA INDERAJA, Vol. I No. 2, November 2002, ISSN 1412-4564
Diterbitkan oleh:
Bidang Penyajian Data
Pusat Data Penginderaan Jauh
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pelindung:
Kepala LAPAN
Deputi Bidang Penginderaan Jauh
Penanggung Jawab:
Kepala Pusat Data Penginderaan Jauh
Pimpinan Redaksi:
Drs. Mulyadi Kusumowidagdo, APU.
Wakil Pimpinan Redaksi:
Ir. Sri Utaminingsih, MEng.Sc.
Staf Redaksi:
Dra. Fitri Zainuddin, Dra. Munyati, Drs. Indra Felly,
Ir. Leo Kamilus Rijadi, Fadila Muchsin, ST.
Staf Sekretariat:
Arisdjoko Sarwanto, Liberson Pakpahan,
Mas Intenisal Said, BA.
Alamat Redaksi:
Bidang Penyajian Data
Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN
Jl. Lapan No. 70 Jakarta 13710
Telp.: (021) 8717715, 8717717, 8721870. Fax.: (021) 8717715
Website: http://www.lapanrs.com. Email: [email protected]
Majalah ini diterbitkan untuk pengguna data satelit penginderaan jauh LAPAN. Redaksi menerima
tulisan, saran, dan kritik dari para pembaca. Frekuensi terbit: 3 kali setahun
Dari Meja Redaksi:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan ridhoNya BERITA INDERAJA dapat menjumpai para pembaca malalui terbitan No. 2 ini, walaupun
mengalami keterlambatan. Tidak lupa terima kasih kepada semua pembaca yang telah memberikan
perhatian atas terbitan pertama, dan kami mencoba menyampaikan jawaban melalui terbitan ini.
Perlu diketahui bahwa pada setiap penerbitan, khususnya pada rubrik Topik Inderaja,
disajikan contoh pemanfaatan data inderaja yang mudah dikerjakan, dengan harapan agar topik
tersebut dapat disebarluaskan kepada para pembaca. Saran atau masukan apa saja untuk
menyempurnakan materi yang berkaitan dengan topik tersebut, diterima dengan senang hati.
Kami akan selalu berusaha meningkatkan kualitas penerbitan dengan memperhatikan saran dan
masukan tersebut dan dengan menyajikan topik-topik yang lebih menarik.Terima kasih.
Selamat membaca.
Wassalam,
Redaksi
2
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
ISSN 1412-4564
BERITA INDERAJA
Volume I Nomor 2, November 2002
DAFTAR ISI:
Halaman
Dari Meja Redaksi ................................................................................................... 2
Surat Pembaca ......................................................................................................... 4
Topik Inderaja
* Reklamasi Lahan Singapura: Permasalahan Bagi Indonesia ............................... 5
* Pembuatan Informasi Spasial Tematik Digital Dinamis ..................................... 9
* Daya Dukung DTA Cimandiri Mengalami Penurunan ...................................... 11
Aktualita Inderaja
* www.lapanrs.com: Media Komunikasi Interaktif LAPAN Pengguna Data Inderaja ..................................................................................
* Data MODIS: Produk Baru LAPAN yang Diharapkan Tersedia
Pada Awal Tahun 2003 .................................................................................
* Banjir Bandang Desa Padusan, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Tanggal 11 Desember 2002 ............................................................................
* Profil Kedeputian Inderaja ..............................................................................
16
20
22
26
Peristiwa dalam Gambar ....................................................................................... 28
Informasi Data Inderaja
* Distribusi Data Inderaja Periode Januari - November 2002 .............................. 31
* Jadwal Akuisisi Data Landsat-7 ETM Tahun 2003 .......................................... 32
Poster Inderaja
* Pembuatan Peta Dasar dan Interpretasi Lahan Skala 1:5000
di Wilayah Perkotaan Cikarang, Kabupaten Bekasi ......................................... 33
* Prakiraan Awal Musim Tanam dan Analisis Pergeseran
Awal Tanam Padi di Pulau Jawa dan Bali ........................................................ 34
* Pemanfaatan Data Inderaja untuk Peningkatan Ekonomi Nelayan ................... 35
Keterangan Sampul:
Sampul depan
Sampul belakang
: Data Modis Daerah Kalimantan
: Poster Informasi Perimbangan Ketersediaan Pangan
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
3
SURAT
PEMBACA
Sosialisasi Produk
Ketersediaan Data
Perlu sosialisasi produk LAPAN. Harga jual harus
dipertimbangkan untuk siswa dan mahasiswa
serta instansi.
FV. Jacobus
Pabandya Binpot Maritime Sintel
Berita Inderaja sangat bermanfaat bagi kami
terutama informasi ketersediaan data (katalog
data), serta daftar harga data tersebut dikaitkan
dengan kebutuhan data di instansi kami dalam
rangka menunjang program-program di instansi
kami (Ditjen Penataan Ruang, Dep. Kimpraswil).
Jenis produk inderaja LAPAN adalah
berupa data dan informasi inderaja dalam format
cetak dan digital. Sosialisasi produk telah kami
lakukan baik melalui media cetak, pameran,
maupun yang dipasang pada website kami dan
lain-lain.
Untuk mahasiswa dan perguruan tinggi yang
memesan data inderaja untuk kegiatan peneliti
yang dikerjakan di luar LAPAN kami memberikan
harga khusus, yaitu dengan membayar sebesar
25% dari PP tarif yang berlaku.
Untuk mahasiswa yang akan menyelesaikan
tugas akhir / tesis / disertasinya dengan
menggunakan data inderaja dan dikerjakan di
LAPAN, kami akan memberikan secara cumacuma terhadap data yang digunakan.
Sri Sarwoasih
Kasi Peran Masyarakat Dit. Tarunas Dep. KI
*****
Informasi Hotspot
Tolong bisa kirimkan informasi data hotspot
secara
reguler
ke
kami.
Email:
[email protected], di wilayah
Kalimantan Barat.
LSM Riak Bumi
Pontianak
Informasi mengenai hotspot dapat diperoleh
melalui www.lapanrs.com atau kontak langsung
dengan Ibu Ratih Dewanti (Telp. 021-8717714).
Katalog
Data
dapat
dilihat
pada
www.lapanrs.com. Mengenai harga data dapat
langsung menghubungi Bidang Penyajian Data
dengan alamat Redaksi Majalah Berita Inderaja.
*****
Wadah Pengkajian
LAPAN memuat informasi yang dapat bersifat
strategis, namun pengoptimalan data kadangkadang hanya sampai pada pengguna (professional people), belum sampai ke decision maker,
sehingga hal ini kadang-kadang menghambat
pengaplikasian-nya. Untuk itu perlu adanya
wadah pengkajian yang melibatkan LAPAN
dengan pengguna dan juga organisasi
penggunanya.
Sugito, M.Sc.
Direktur Sekolah Hidro-Oseanografi
Masukan yang baik untuk dipertimbangkan bagi
para pembaca yang pada saat ini menduduki
posisi sebagai decision maker.
*****
*****
Cross-check Data
Banyak data yang kami miliki untuk cross-check
mengenai dan melengkapi data oseanografi di
wilayah Indonesia.
Jaya Darmawan
Kasi Nautika Dishidros TNI-AL
Kami persilahkan Bapak menghubungi Kabid.
Penyajian Data Bpk. Drs. I.L. Arisdyo dengan
alamat Redaksi Majalah Berita Inderaja.
*****
4
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
Reklamasi Lahan Singapura: Permasalahan Bagi Indonesia
Drs. Mulyadi Kusumowidagdo, APU.
Belakangan ini banyak media masa yang
mengupas berbagai masalah yang timbul
berkenaan pelaksanaan reklamasi lahan di
Singapura seperti bisnis pasir laut, aspek-aspek
hukum, dan lain-lain. Kami mencoba
melengkapinya dengan memberikan gambaran
riil tentang proses reklamasi lahan di Singapura
khususnya informasi tentang dimana posisinya,
kemana arahnya, bagaimana melaksanakannya,
berapa luasnya, berapa banyak pasir, batu, atau
tanah yang digunakan, dan bagaimana trend
pengembangannya. Untuk melaksanakan hal
tersebut digunakan teknologi penginderaan jauh
dan analisanya. Dengan harapan pihak yang
terkait dapat melihat permasalahan secara utuh
sehingga dapat mensikapinya secara tepat.
Teknologi penginderaan jauh dengan
menggunakan wahana satelit sangat membantu
untuk mengungkapkan hal-hal disebutkan diatas
mengingat teknologi ini berkemampuan
mengindera ulang secara berkesinambungan.
Contohnya data penginderaan jauh Landsat
dimana Indonesia sejak 1984 dalam status uji
coba telah berhasil melaksanakan akuisisi,
pengolahan, dan distribusi data. Dalam tahapan
tersebut telah teruji kemanfaatan data inderaja
sehingga saat ini teknologi tersebut tetap
dipertahankan dan bahkan terus dikembangkan.
Landsat memiliki sensor pengindera pada
spektrum cahaya tampak, inframerah reflektif
(inframerah dekat), dan inframerah thermal.
Kanal biru/hijau dari cahaya tampak mampu
untuk memberikan informasi kedalaman laut
sampai beberapa meter (0 – 10 m) tergantung
pada kandungan polutannya. Kanal inframerah
dekat sangat responsif terhadap lahan, batuan,
dan vegetasi. Sedangkan kanal inframerah
thermal baik sekali untuk mendeteksi suhu
permukaan obyek. Dengan mengkombinasikan
data dari berbagai pita gelombang cahaya tadi
banyak sekali informasi yang bisa diperoleh
khususnya hal-hal yang berkaitan dengan
Gambar 1: Citra Singapura dari Data Landsat-5 MSS tahun 1985. Petunjuk Lokasi: A. Reservoir, 1.
Tanjung Gul, 2. Pantai Marina, 3. Changi, 4. Pulau Tekong, 5. Serangoon, 6. Pulau Jurong,
7. Pulau Bukum.
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
5
TOPIK INDERAJA
Gambar 2: Perbandingan
Lokasi No. 1 (Tanjung Gul)
antara tahun 1994 dan 2001.
Gambar 3:
Perbandingan Lokasi
No. 3 (Changi) antara
tahun 1994 dan 2001.
reklamasi lahan, seperti luas lahan dan letaknya,
kapan terjadi, serta kedalaman air. Juga
informasi keadaan umum daerah yang sangat
berguna didalam proses analis.
Untuk mendapatkan informasi tentang
reklamasi lahan di Singapura dipilih 3 data
Landsat perolehan tahun 1985, 1994 dan tahun
2001. Ketiga data tersebut ditampilkan dalam
bentuk kombinasi kanal cahaya tampak dan
inframerah dekat untuk mendapatkan citra warna
asli, sehingga vegetasi tampak dengan warna
hijau, air berwarna biru, lahan hasil reklamasi
tampak dengan warna coklat muda, crem agak
gelap. Dari kenampakan itu perkembangan yang
terjadi berkenaan dengan reklamasi dapat
diketahui.
Agar informasi akurat, pengolahan data
yang tepat harus dilaksanakan meliputi
pengolahan untuk meningkatkan kualitas citra
(ketelitian geometrik dan radiometrik) sehingga
informasi yang dihasilkan baik yang berkaitan
dengan obyek maupun posisi geografisnya
mempunyai ketelitian yang tinggi. Kombinasi
kanal perlu dilakukan agar informasi sesuai
dengan yang dibutuhkannya. Setelah itu
dilakukan penajaman untuk ekstraksi informasi.
Pekerjaan pengolahan di atas dilakukan dengan
menggunakan piranti lunak ER-Mapper yang
berbasiskan personal computer. Tahap
6
berikutnya adalah interpretasi dan analisis data,
sehingga menghasilkan informasi reklamasi.
Dari perkiraan berdasarkan citra Landsat
tahun 1985 menunjukkan hampir 50% daratan
Singapura
yang
luasnya
640
Km 2
dikonservasikan sebagai daerah tangkapan air
untuk mensuplai kebutuhan air, sehingga untuk
mengantisipasi pertambahan penduduk,
pengembangan industri, pengembangan
kawasan bisnis, transportasi dan lain-lain
ketersediaan lahan sangat terbatas, terlebihlebih untuk menjaga dan melestarikan kualitas
lingkungan hidupnya. Berkenaan dengan itu
pengembangan tataruang Singapura ditetapkan
dengan konsep dasar mengefisienkan
penggunaan lahan yang ada dan mereklamasi
lahan untuk menghadapi pengembangan
mendatang. (periksa Gb.1)
Pemanfaatan
lahan
untuk
pengembangan daerah urbanisasi dilakukan
dengan cara membangun gedung-gedung
bertingkat (storey building) untuk mencukupi
kebutuhan: perumahan, perkantoran dan
industri, dengan menyisakan lahan kosong untuk
menghijaukan daerah tersebut. Hal ini
menyebabkan hampir seluruh Singapura
terkesan hijau. Perhatikan kawasan yang diberi
kode A yaitu daerah tangkapan air disekitar
reservoir. Daerah hunian di bagian Selatan juga
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
Gambar 4:
Perbandingan Lokasi No.
6 (Pulau Jurong) antara
tahun 1994 dan 2001.
Gambar 5:
Perbandingan Lokasi No.
7 (Pulau Bukum) antara
tahun 1994 dan 2001.
telah hijau, demikian juga disekitar Bandara
Changi. Bahkan daerah-daerah hijau yang ada
pada tahun 1994 dan 2001 tampak lebih luas
dibandingkan tahun 1985.
Reklamasi lahan Singapura adalah
kreasi untuk mendapatkan lahan baru melalui
penimbunan rawa dan atau laut dengan
menggunakan “landfill method” yaitu suatu cara
untuk mereklamasi lahan dengan membuat
tanggul-tanggul melingkar kemudian ditimbun
dengan pasir, batu, atau tanah. Cara tersebut
dipakai juga untuk mengkluster beberapa pulau
menjadi satu, pulau baru luasnya sampai
puluhan kali sebelumnya. Memang metode
klustering sangat cocok dilakukan terutama
didaerah dimana banyak pulau-pulau kecil di
bawah permukaan laut disekitar pulau-pulau
yang ada. (periksa Gb. 1, no.7)
Dalam upaya mereklamasi lahan
Pemerintah
Singapura
mengambil
kebijaksanaan impor pasir, batu, atau tanah
bukan menggunakan cadangan yang ada
didalam negeri karena hal ini dapat merusak
lingkungan hidup mereka. Mudah diyakini bahwa
kebutuhan pasir/batu sebagian terbesar
didatangkan dari Indonesia, karena arah
reklamasi lahan adalah ke selatan mendekati
wilayah Indonesia. Karena wilayah Indonesia
yang luas sehingga kegiatan tersebut tidak
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
mudah dipantau, dan yang tidak kalah penting
biayanya menjadi murah.
Reklamasi lahan Singapura telah lama
dilakukan, pada Gb. 1 (dari data Landsat tahun
1985) memberikan indikasi bahwa pada saat itu
banyak pulau ataupun pantai yang telah
direklamasi seperti perluasan daerah-daerah Tg.
Gul (no. 1), 7 pulau didekat pantai Jurong (no.
6), Pantai Marina (no. 2), Pantai Changi (no. 3),
P. Tekong di Timur - laut Singapura (no. 4) dan
beberapa pulau kecil di sebelah selatan
Singapura (no. 7). Pertambahan luas daratan
Singapura saat itu diperkirakan 2750 Ha atau
kira-kira menambah luas daratan 4,5%.
Dari data Landsat perolehan tahun 1994
kelihatan perubahan signifikan terjadi di Tanjung
Gul dengan reklamasi pantai maju kearah laut
lebih dari 2 Km, perluasan daerah Changi tahap
lanjutan, perluasan pantai (baik di Selatan
maupun Utara), dan perluasan pulau-pulau
disebelah Selatan sudah dimulai. Selanjutnya
dari data tahun 2001 (Juni) hasil perluasan lahan
Singapura yang sangat menonjol terjadi di
Tanjung Gul (Gb. 2a, 2b), pengklusteran 7 pulau
menjadi satu disebelah selatan Pantai Jurong
(Gb. 4a, 4b). Perluasan tahap lanjut daerah
Changi (Gb. 3a, 3b) dan pengembangan lahan
di P. Bukum, P. Sekeng dan P. Sebakum yang
perencanaannya sudah sangat jelas terlihat pada
7
TOPIK INDERAJA
citra tersebut (Gb.5a, 5b). P. Tekong telah
dijadikan daerah reklamasi yang dihijaukan.
Hasil perhitungan pertambahan luas lahan
Singapura melalui reklamasi sampai tahun 2001
mencapai 7500 Ha atau daratan Singapura
bertambah luas 12%.
Bila ketinggian tanggul rata-rata 10
meter maka pasir, batu, atau tanah yang
digunakan untuk menimbun adalah 750 juta
meter kubik, dan bila yang dipakai untuk
menimbun dibagian luar tanggul diperkirakan 20
persen, maka total material (pasir, batu, tanah)
yang digunakan adalah 900 juta meter kubik atau
4,5 milyar ton. Reklamasi diperkirakan telah
berjalan 30 tahun, oleh karenanya secara pukul
rata Singpura impor pasir, batu, tanah tiap
tahunnya sebesar 30 juta meter kubik atau
sekitar 150 juta ton untuk memperluas lahan 250
Ha. Kalau diambil data perbulan, Singapura
impor pasir, batu, atau tanah sebanyak 12,5 juta
ton untuk memperluas lahan 20 Ha. Angkaangka tersebut menunjukkan begitu besar jumlah
pasir atau batu yang telah raib dari Bumi
Indonesia khususnya Riau yang telah
berlangsung sekian lama (30 Thn.). Benarkah
8
dari sisi hukum kalau sampai merusak kondisi
lingkungan Indonesia (Riau).
Kondisi seperti diatas semestinya
menjadikan renungan bagi pihak-pihak terkait
atas munculnya permasalahan baru. Hal-hal
yang patut diperhatikan antara lain :
1. Garis batas negara antara Indonesia dan
Singapura dapat berubah, karena arah
reklamasi Singapura pada umumnya ke
selatan. Bagaimana pihak-pihak terkait
mensikapi hal ini.
2. Dari sektor ekonomi ada 2 hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: Bagaimana prospek
pengembangan ekonomi Pulau Batam yang
dijadikan penyangga Singapura dan
bagaimana untung ruginya antara penjualan
rata-rata 12,5 juta ton pasir per bulan dengan
kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.
3. Teknologi penginderaan jauh ternyata dapat
untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh
negara tetangga secara kuantitatif, misalnya
reklamasi. Apabila teknologi yang sama
digunakan untuk keperluan dalam negeri,
akan menghasilkan informasi yang lebih teliti
karena adanya kemudahan melakukan
pengecekan lapangan (ground truth). ***
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
Pembuatan Informasi Spasial Tematik Digital Dinamis
Kustiyo, E. Parwati, S. Arifin, Wiweka, T. Kartika (Peneliti PUSBANGJA – LAPAN)
Pembuatan informasi spasial
digital merupakan hasil pengembangan
teknik pembuatan peta. Dimulai dengan
adanya pemantauan muka bumi
menggunakan wahana pesawat udara
(air borne) kemudian melalui satelit
(space borne). Pemantauan muka bumi
melalui satelit secara khusus dimulai
sejak diluncurkannya satelit Landsat
pada tahun 1972 oleh Amerika Serikat,
saat itu dinamakan ERTS-1 (Earth
Resources Technology Satellite-1).
Sebelumnya foto permukaan bumi
diperoleh melalui misi ruang angkasa
berawak milik Rusia dan Amerika
Serikat. Adanya satelit penginderaan
jauh memungkinkan dibuatnya informasi
spasial
tematik
tanpa
harus
mengadakan kontak langsung dengan
daerah yang diindera. Keuntungan lain
pembuatan informasi spasial tematik digital
menggunakan data satelit inderaja adalah
sifatnya yang dinamis, karena dapat diperbaiki
(update) secara periodik.
Informasi tematik menyajikan tema atau
topik tertentu, contohnya penutup lahan (land
cover). Istilah penutup lahan berkaitan dengan
jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi,
sedangkan penggunaan lahan (land use)
berkaitan dengan kegiatan manusia dilahan
tersebut. Informasi penutup / penggunaan lahan
antara lain dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan rencana tata ruang. Secara ideal,
informasi penutup lahan dan penggunaan lahan
disajikan secara terpisah. Jika data inderaja
digunakan sebagai sumber informasi utama,
maka akan lebih efisien untuk menggabungkan
kedua informasi tersebut (Lillesand and Kiefer,
1990). Informasi penutup lahan umumnya
mudah dikenali pada citra penginderaan jauh,
sedangkan informasi penggunaan lahan tidak
selalu dapat ditafsir secara langsung pada citra
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
Gambar 1. Liputan Citra Landsat Sumatera
akan tetapi dapat dideduksi dari kenampakan
penutup lahannya. Dalam hal ini klasifikasi
penutup lahan / penggunaan lahan didasarkan
pada pertimbangan bahwa obyek penggunaan
lahan yang sulit dikenali pada citra penginderaan
jauh hanya akan disajikan informasi penutup
lahannya.
Satelit inderaja Landsat yang kini
beroperasi adalah Landsat 7, diluncurkan pada
tahun 1999 membawa sensor Enhanced
Thematik Mapper (ETM). Data yang dihasilkan
oleh sensor ini dikirim ke stasiun bumi penerima
data, dibeberapa negara. LAPAN menerima dan
merekam data Landsat ETM melalui stasiun
bumi penginderaan jauh di Parepare – Sulawesi
Selatan, kemudian diolah di Jakarta. Satu
lintasan data LS-ETM tersebut kemudian
dipotong-potong menjadi ukuran scene yang
meliput areal seluas 185 km x 185 km per scene.
Satelit ini merekam daerah yang sama setiap
16 hari. Sensor ETM adalah sensor multi spektral
terdiri dari 6 kanal pada daerah cahaya tampak
9
TOPIK INDERAJA
Gambar 2. Penutup Lahan Propinsi Lampung
dengan resolusi spasial 30 meter, 1 kanal thermal
dengan resolusi spasial 60 meter dan 1 kanal
pankhromatik memiliki resolusi spasial 15 meter.
Keberadaan data Landsat 7 ETM sangat
mendukung untuk pembuatan informasi spasial
penutup lahan secara digital yang menjadi salah
satu program kegiatan Pusat Pengembangan
Pemanfaatan Dan Teknologi Penginderaan Jauh
(PUSBANGJA) LAPAN. Daerah yang dibuat
klasifikasi penutup lahan / penggunaan lahannya
saat ini adalah seluruh wilayah Sumatera dengan
metoda klasifikasi digital menggunakan data
multi spektral. Sebelumnya dilakukan proses
radiometri dan geometri. Informasi spasial kanal
pankhromatik digunakan untuk panduan editing
hasil klasifikasi dengan cara substitusi intensitas
pada kombinasi kanal 542. Untuk membantu
interpretasi digunakan beberapa peta. Data yang
digunakan untuk kegiatan ini adalah data Landsat
7 perolehan tahun 2000 – 2002, setiap scene
terdiri dari satu atau lebih tanggal perolehan
tergantung pada liputan awannya. Liputan citra
Landsat Sumatera dapat dilihat pada Gambar
1.
Klasifikasi penutup lahan / penggunaan
lahan adalah upaya pengelompokan penutup /
penggunaan lahan dalam penyajian data spasial.
Klasifikasi penutup / penggunaan lahan
menggunakan citra inderaja dilakukan dengan
interpretasi citra inderaja. Interpretasi citra
didefinisikan sebagai cara untuk memperoleh
10
informasi kualitatif dan kuantitatif melalui
pengenalan bentuk, lokasi, tekstur, fungsi,
kualitas, kondisi, hubungan antar obyek yang ada
serta menggunakan pengetahuan dan
pengalaman manusia (Murai,1993). Masih
menurut Murai, interpretasi citra dilakukan
melalui tiga tahap yaitu identifikasi obyek citra
(image reading), ekstraksi data (image
measurement) dan analisis (image analysis).
Untuk mengidentifikasi obyek pada citra
digunakan delapan kunci identifikasi yaitu
ukuran, bentuk, bayangan, rona, warna, tekstur,
pola dan asosiasi. Dengan mendasarkan pada
beberapa acuan klasifikasi penutup lahan /
penggunaan lahan yang sudah ada, serta dengan
pertimbangan bahwa obyek penggunaan lahan
yang sulit dikenali pada citra hanya akan
disajikan informasi penutup lahannya
sebagaimana dinyatakan di atas, maka diperoleh
11 (sebelas) kelas, meliputi 5 (lima) kelas
termasuk wilayah perairan dan 6 (enam) kelas
wilayah darat.
Sebagai contoh, ditampilkan hasil
pembuatan informasi spasial penutup /
penggunaan lahan digital propinsi Lampung
(Gambar 2). Bagi yang ingin memperoleh
informasi spasial penutup / penggunaan lahan
digital ini dapat langsung menghubungi
PUSBANGJA - LAPAN dengan alamat Jl. LAPAN
No. 70 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur
13710, telepon / fax.: 021-8722733. ***
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
Daya Dukung DTA Cimandiri Mengalami Penurunan
Drs. Mulyadi Kusumowidagdo, APU.
Daya dukung DTA (Daerah Tangkapan
Air) adalah kemampuan lahan DTA untuk
menampung, menyimpan, dan mendistribusikan
air untuk seluruh keperluan masyarakat di daerah
tersebut. Kemampuan lahan tersebut
dipengaruhi oleh morfologi lahan, kondisi
penutup lahan, kondisi sungai dan faktor
manusianya. Untuk melakukan evaluasi di DTA,
hal-hal yang perlu dipantau menggunakan data
inderaja satelit adalah perubahan penutup lahan,
perubahan kondisi sungai dan daya dukung
sungai. Selain itu, beberapa data pendukung
(sekunder) juga diperlukan.
Landsat adalah satelit penginderaan
jauh untuk deteksi sumber daya alam yang
beroperasi sejak tahun 1972 dan tahap demi
tahap kemampuan aplikasi terus ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan informasi sumber daya
alam yang terus dituntut makin rinci. Mampu
mengindera ulang daerah yang sama setiap 16
hari sekali.
Untuk menghasilkan sadapan informasi
obyek digunakan detektor yang sensitif terhadap
sinar matahari pada daerah cahaya tampak,
daerah infra merah dekat dan daerah infra merah
thermal (mata manusia sensitif pada daerah
cahaya tampak). Dipilihnya rentang spektrum
sinar matahari tersebut dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi lebih akurat (lengkap),
tidak hanya dari spektrum cahaya tampak tetapi
juga dari daerah infra merah. Dengan kanal
spektrum infra merah termal Landsat dapat
menghasilkan informasi sadapan yang dilakukan
pada malam hari, sehingga informasi yang
disadap menjadi lebih lengkap. Data hasil
sadapan direkam pada media perekam pada
saat yang bersamaan dikirimkan ke stasiun bumi
penerima (untuk Indonesia ada di Parepare,
Sulawesi Selatan).
Landsat-7 ETM menggunakan teknik
multispektral yang terdiri atas 6 kanal pada
daerah cahaya tampak dan infra merah dekat,
dengan ketelitian spasial 30 m, 1 kanal
pankromatik dengan ketelitian spasial 15 m, dan
1 kanal infra merah thermal dengan ketelitian
60 m. Dengan karakteristik seperti itu dapat
dihasilkan citra multispektral dengan skala 1 :
100.000 dan citra pankromatik skala 1 : 50.000.
Didukung kemampuan mengindera ulang 16 hari
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
sekali pada daerah yang sama, data Landsat
sangat cocok digunakan untuk inventarisasi dan
pemantauan sumber daya alam secara
berkelanjutan.
DTA Cimandiri yang secara geografis
terletak pada 1060 32 ‘ - 1060 58 ‘ BT. dan 60 57’
- 70 03 ‘ LS. menurut referensi penomoran lokasi
citra (WRS) berada pada Lintasan ke 122 dan
Baris ke 65, yang mempunyai ukuran frame 185
km x 185 km. Untuk memantau DTA Cimandiri
digunakan data Landsat perolehan tahun 1994
(Landsat-5) dan tahun 2002 (Landsat-7). Melalui
penggabungan kanal multispektral band 542
(RGB) dapat dihasilkan citra komposit mirip
warna asli dengan skala 1 : 100.000. Citra
multispektral inilah yang digunakan untuk
berbagai analisis DTA Cimandiri. Kanal
pankromatik dapat menghasil citra dengan skala
1 : 50.000 baik sekali untuk enhance citra
multispektral, citra ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran tentang bentang lahan
DTA Cimandiri.
DTA Cimandiri sebagian besar terdiri
atas lahan pegunungan yang terbentang di
bagian Utara dari sebelah Barat mulai dari Gn.
Salak dan terus memanjang kearah Timur
sampai ke Gn. Gede dengan ketinggian yang
bervariasi. Di kawasan ini tutupan lahan
sebagian besar bervegetasi jarang/semak
belukar sebagian lain berupa hutan konservasi
terutama di Gn. Salak dan Gn. Gede. Dari sinilah
sebagian besar S. Cimandiri dan anak-anak
sungainya bermata air. Di bagian tengah serta
disebelah Barat merupakan bentangan lahan
relatif datar dan cekung disitulah daerah-daerah
permukiman, daerah persawahan berada. Di
bagian Selatan dan Barat / Barat Daya bentang
lahan bergelombang yang terdiri atas lipatanlipatan. Di daerah S. Cimandiri dan S. Citarik
berada, sebagian besar berupa daerah pertanian
tanah kering, lahan kritis daerah terbuka dan
sedikit persawahan terutama di sekitar alur
sungai Cimandiri.
Analisis citra dimaksudkan untuk
mendapatkan status daya dukung DTA Cimandiri
melalui evaluasi perubahan penutup lahan
antara tahun 1994 sampai tahun 2002. Untuk
melaksanakan hal itu, dilakukan analisis kedua
citra multispektral untuk mendapatkan status
akhir tentang :
11
TOPIK INDERAJA
* Perubahan tatanan lahan
* Perubahan kondisi sungai
* Daya dukung sungai
disupervisi peta yang ada. Cara visual digunakan
untuk menentukan batas-batas objek,
selanjutnya batas tersebut didijitasi sehingga
dipeoleh citra klasifikasi serta luas tiap-tiap kelas.
Hasil klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 1 dan
2. Perubahan penutup lahan yang terjadi
ditabelkan dalam Tabel 1.
Beberapa perubahan tersebut, antara
lain seperti:
1. Perkebunan karet menjadi tegalan / lahan
terbuka terlihat di daerah sekitar Cikembar
(sebelah timur S. Cicatih).
2. Konversi lahan bervegetasi (misal hutan /
perkebunan / kebun campuran) menjadi
lahan terbuka. Perubahan ini dapat ditemui
di daerah sebelah barat S. Citarik, bahkan
sampai ke dekat hutan.
3. Pemekaran / pemadatan permukiman
dijumpai di daerah sekitar Kelapanunggal,
Cikidang, perkotaan Sukabumi, dan Nagrak.
Pemadatan / pemekaran permukiman
Pengertian tatanan lahan yang dapat
diturunkan dari data penginderaan jauh adalah
tatanan keadaan penutup lahan yang
informasinya disadap menggunakan data
penginderaan jauh, dalam hal ini data Landsat.
Menggunakan data multispektral komposit band
542 dengan filter R, G, B skala 1:100.000,
tatanan lahan dibedakan menjadi 10 kelompok,
yaitu: Perkotaan, Perkampungan, Perkebunan,
Persawahan, Danau / tubuh air, Ladang / tegalan,
Hutan penggembala, Hutan, Lahan terbuka, dan
Lahan tandus.
Citra Landsat tahun 1994 dan 2002
diklasifikasi untuk membedakan penutup lahan
menjadi 10 kelas, seperti yang disebutkan di
atas. Metode klasifikasi yang digunakan adalah
gabungan antara visual dan dijital dengan
Tabel 1. Perubahan Penutup/Penggunaan Lahan dari Citra Landsat Tahun 1994 dan 2002
1994
2002
Perubahan
Nama Kelas
Ha
Ladang /Tegalan
%
Ha
%
Ha
%
23.520
12,4
25.430
13,5
1.910
8,1
5.840
3,1
4.260
2,2
-1.580
-25,7
Hutan
27.570
14,6
23.430
12,4
-4.140
-15
Sawah
44.700
23,7
45.160
23,9
450
10
Lahan Tandus
2.460
1,3
2.630
1,4
170
7
Permukiman
3.670
2
4.410
2,3
700
20
Hutan Penggembala
34.470
18,2
33.930
17,9
-530
-1,5
Perkebunan
46.720
24,7
49.660
26,3
2.940
6,2
8
0,0
11
0,1
3
37,5
Lahan Terbuka
Danau / Tubuh Air
(Catatan: angka-angka telah mengalami pembulatan, sehingga menimbulkan perbedaan penghitungan, kurang dari 1%)
Tabel 2. Perubahan Jenis Penutup Lahan DTA Cimandiri
No
12
Perubahan Penutup Lahan
Keterangan Perubahan
1
Hutan (-4.140 Ha)
Menjadi perkebunan, lahan terbuka
2
Lahan Terbuka (-1.580 Ha)
Menjadi lahan tandus, perkotaan, perkampungan
3
Hutan Penggembala (-530 Ha)
Menjadi perkebunan, ladang / tegalan
4
Sawah (+450 Ha)
Dari hutan, lahan terbuka
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
lainnya yang cukup luas terjadi di daerah
sekitar perkotaan Sukabumi merupakan
perkembangan alami yang terjadi pada
daerah perkotaan.
4. Pemekaran lahan sawah yang cukup
signifikan terjadi di kawasan DTA Cimandiri
sebelah timur.
Dari keterangan tadi, perubahan
signifikan terhadap parameter penutup lahan
bisa diperjelas seperti pada Tabel 2, yang
memberi indikasi awal bahwa DTA Cimandiri
mengalami perubahan lingkungan yang kurang
baik.
Perubahan kondisi sungai sangat
dipengaruhi oleh kondisi tatanan lahan dimana
alur sungai lewat. Sebgai contoh bila aliran
sungai melewati daerah pesawahan (seperti
Sungai Citarik, Cimandiri) maka endapan
Lumpur akan terbawa sampai daerah sekitar
muara. Sungai Cicarik lebih banyak melewati
daerah pemukiman sehingga limbah khususnya
sampah akan berperan mempercepat proses
sedimentasi Lumpur di daerah sekitar muara.
Dari dua contoh alur sungai tersebut, di daerah
Kecamatan Warung Kiara tepatnya di alur sungai
Cimandiri ditemukan beberapa hal antara lain:
a. Timbulnya delta baru.
b. Genangan air mengalami penyempitan
(Sungai Cimandiri, Sungai Citarik)
c. Makin banyaknya persawahan di bantaran
sungai.
Ketiga hal tersebut lebih diperparah oleh
pengurangan / penurunan debit air sungai karena
distribusi air untuk persawahan yang berlebihan
PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN DTA S. CIMANDIRI DARI CITRA LANDSAT 1994
U
Gambar 1. Hasil Klasifikasi Penutup/Penggunaan Lahan DTA Cimandiri (Citra Landsat 1994)
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
13
TOPIK INDERAJA
(sawah tetap mendapatkan air yang melimpah
walaupun musim kemarau).
Untuk mengetahui perubahan daya
dukung sungai, perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi daya dukung tersebut, antara
lain: a) volume air masuk (input), b) fisik sungai
(bentuk dan kemiringan), c) jenis batuan, dan d)
penutup / penggunaan lahan. Dari keempat
faktor di atas, jenis batuan relatif tidak berubah.
Dengan demikian faktor yang berpengaruh
terhadap perubahan daya dukung sungai adalah
volume air masuk (input) dan penutup /
penggunaan lahan, sedangkan kondisi fisik
sungai sudah dibicarakan sebelumnya.
Volume air masuk dapat diprediksi
melalui perhitungan curah hujan yang tercatat
oleh stasiun pengamat curah hujan. Curah hujan
dipengaruhi oleh kondisi klimatologis. Jika terjadi
lonjakan curah hujan, maka debit air sungai akan
meningkat dalam jangka waktu yang pendek. Hal
tersebut dapat mengakibatkan peningkatan
kekuatan aliran sungai terhadap proses erosi
tebing sungai. Pada tahun 1994 dan 2002 terjadi
kemarau yang menyebabkan kekeringan di
sebagian besar wilayah Indonesia karena
penaruh gejala El-Nino, dan pada tahun 2002
tampaknya lebih kering daripada tahun 1994. Hal
ini tercermin pada perbandingan kenampakan
tubuh air (air permukaan) yang terlihat pada
kedua citra satelit.
Jenis penutup / penggunaan lahan
mempengaruhi besar limpasan air permukaan.
Semakin lebat tutupan vegetasinya, akan
PENUTUP/PENGGUNAAN LAHAN DTA S. CIMANDIRI DARI CITRA LANDSAT 2002
U
Gambar 2. Hasil Klasifikasi Penutup/Penggunaan Lahan DTA Cimandiri (Citra Landsat 2002)
14
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
TOPIK INDERAJA
semakin kecil limpasan air permukaannya,
demikian sebaliknya.
Banyaknya sungai / anak sungai yang
melewati areal permukiman dan persawahan,
sangat berpotensi menerima limbah sebagai
ekses kegiatan penggunaan lahan tersebut.
Limbah permukiman terutama di perkotaan,
dapat berasal dari berbagai kegiatan seperti
perindustrian, perdagangan, rumah tangga, dan
lain-lain. Sungai yang melewati areal sawah dan
permukiman antara lain S. Cigunung, S.
Cibulang, S. Cipelang Gede, S. Cimuncang, dan
S. Ciharempoy. Hasil buangan limbah ke sungai
dapat menurunkan daya dukung sungai tersebut.
Dari faktor besarnya masukan air,
kondisi fisik sungai serta daya dukungnya dapat
disimpulkan bahwa daya dukung DTA Cimandiri
secara umum mengalami penurunan yang
disebabkan oleh:
* Hutan yang ada saat ini kira-kira hanya 12%
luas DTA (± 23.430 Ha) jauh di bawah
ambang batas minimal 30%, dan turun
sebesar 15% dari luas yang ada, dan
digunakan sebagai areal perkebunan, areal
perladangan, dan lahan terbuka.
* Permukiman terdiri dari perkampungan dan
perkotaan tumbuh ± 20% dengan menggeser
lahan terbuka.
* Banyaknya sungai yang melewati daerah
persawahan dan perkotaan yang akan
menurunkan daya dukung sungai itu sendiri
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
karena faktor erosi, pembendungan tidak
legal, maupun dari berbagai buangan limbah
permukiman.
* Persawahan tumbuh 10% antara lain dengan
cara mengkonversikan hutan yang ada.
* Lahan tandus tumbuh 7% terutama di
perbukitan bagian selatan DTA, berasal dari
lahan terbuka.
Untuk melindungi tata lingkungan DTA
Cimandiri, perlu dilakukan langkah-langkah
nyata untuk :
a. Mengembalikan kawasan hutan dari 12%
menjadi 30 % luas DTA (58.600 Ha) dengan
upaya mengajak penduduk yang saat ini
mengusahakan
pengelolaan
lahan
perkebunan dan persawahan. Hal ini akan
berhasil bila diikuti upaya mengubah
masyarakat pekebun menjadi pengolah
hutan.
b. Menghentikan pengembangan lahan
permukiman yang tidak sesuai dengan
peruntukannya
dengan
cara
mengintensifkan upaya pengendalian dan
pengawasan terhadap IMB.
c. Memperbaiki pengaturan distribusi air guna
menyeimbangkan keperluan irigasi
persawahan dan penggunaan yang lain.
d. Memantau secara rutin terhadap DTA
Cimandiri dalam selang waktu 1 atau 2 tahun
untuk mengevaluasi kembali kondisi tata
lingkungannya. ***
15
AKTUALITA INDERAJA
www.lapanrs.com
Media Komunikasi Interaktif LAPAN - Pengguna Data Inderaja
Yayat Hidayat
World Wide Web atau Web merupakan
kumpulan informasi beberapa server komputer
yang terhubung satu dengan yang lain, di dalam
jaringan internet. Jaringan ini sesuai dengan
namanya, terhubungkan dengan setiap jaringan
internet yang tersebar di seluruh dunia melalui
jalur yang disediakan oleh ISP (Internet Service
Provider). Kedeputian Penginderaan Jauh telah
memiliki website pada salah satu jaringan
tersebut yang diberi nama www.lapanrs.com.
Penamaan DNS (Domain Name Server) ini
dibuat berdasarkan aturan standar demi
kemudahan pengelolaan. Ada berbagai
macamnama domain beserta jenis nama
organisasi yang mewakilinya, misalnya nama
domain berakhiran .com untuk organisasi
komersial, domain .go.id untuk lembaga
pemerintahan di Indonesia, dan masih banyak
lagi macamnya.
Fasilitas ini dikembangkan agar
berbagai produk Inderaja LAPAN dapat diketahui
dengan mudah dan cepat oleh para pengguna
dengan mengakses langsung melalui website.
Secara garis besar hubungan antara website
www.lapanrs.com
dengan
pengguna
digambarkan pada gambar 1.
Pengguna yang belum mempunyai
internet memerlukan satu set peralatan, seperti
terlihat pada gambar 2, yaitu satu unit komputer
lengkap, modem sebagai penghubung antara
komputer dengan jalur telepon, jalur telepon
sebagai jalur komunikasi dengan ISP, dan ISP
sebagai penyedia jasa akses ke internet. Untuk
keperluan opersional, perangkat keras komputer
dilengkapi dengan sistem operasi (misalnya
Microsoft Windows) dan browser.
Penggunaan browser, misalnya Internet
Explorer merupakan media untuk menampilkan
halaman informasi. Dengan menulis alamat
website www.lapanrs.com pada browser
pengguna, akan didapatkan tampilan pembuka
dari website Kedeputian Penginderaan Jauh.
Tampilan pembuka ini berisi informasi, gambar
dan link yang menghubungkan dengan informasi
lainnya.
Website www.lapanrs.com memiliki
informasi dan fasilitas yang sudah tersedia
dengan baik yaitu Browse Katalog, Media
Elektronik Berita Inderaja, dan Sistem Informasi
untuk Mitigasi Bencana Alam (SIMBA).
Browse Katalog adalah fasilitas untuk
mencari citra/data inderaja berdasarkan path,
Internet Service Provider (ISP)
Gambar 1. Pengguna Mengakses Website www.lapanrs.com
16
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
Gambar 1. Perangkat Lengkap Untuk Mengakses Internet
row dan tanggal akusisi.
Browse Katalog merupakan bagian dari
pelayanan bagi pengguna data Inderaja untuk
memudahkan pemesanan citra/data inderaja,
dan sebagai sarana pemasaran produk data
Inderaja.
Selain sebagai media pemasaran,
website LAPAN juga memuat Berita Inderaja
dalam format digital. Berita Inderaja telah
disebarkan ke berbagai instansi dan lembaga
pemerintah maupun swasta dalam bentuk
cetakan.
Website Kedeputian Penginderaan Jauh
juga memuat Sistem Informasi untuk Mitigasi
Bencana Alam (SIMBA). Melalui SIMBA dapat
diperoleh informasi mengenai hotspot (indikator
kebakaran hutan), pergerakan Intertropical
Convergence Zone (ITCZ), Pemantauan
Kekeringan, Awal Musim Tanam, Zona Rawan
Banjir, dan beberapa informasi lain yang menarik
Gambar 3. Tampilan Browser Internet Explorer Mengakses www.lapanrs.com
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
17
AKTUALITA INDERAJA
Gambar 4. Fasilitas Browse Katalog
Publikasi Majalah Kedeputian Penginderaan Jauh
Home
Profil
Produk
ISSN 1412-4564
BERITA INDERAJA
Volume 1 Nomor 1, Maret 2002
DAFTAR ISI:
HAL.
Pengantar Redaksi
Search
Penelitian
Pemberitaan
Publikasi
Berita Inderaja
* Topik Inderaja
- Inventarisasi Lahan Pertanian P.Lombok
- Pemantauan Daerah Pengaliran S. Citarum
* Aktualita Inderaja
- Informasi Cuaca di Meja Anda Melalui:
http://www.lapansmba.org
- Profil PUSDATA
- Citra Inderaja Ketelitian Spasial Tinggi
* Berita Ringan
- Peserta Diklat Penginderaan Jauh
1
6
8
12
13
14
* Informasi Data Inderaja
15
- Distribusi Data Inderaja Tahun 1997 s/d 2001
17
- Peta Liputan Landsat
18
- Katalog Data Landsat 5 dan 7 tahun 2000-2001
20
- Daftar Harga Landsat - TM
21
- Browse Katalog Landsat-7/ETM
* Peristiwa dalam Gambar
- Kunjungan Menristek Ir. Hatta Rajasa
*
22
Gambar sampul: Kabupaten Bandung, Landsat-7/ETM, tanggal perekaman 12 Mei 2001. Inset: data satelit
yang diperbesar dan foto udara daerah aliran Sungai CItarum di Kecamatan Ketapang, dari kedua data tersebut
Gambar 5. Media Elektronik Berita Inderaja
18
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
Gambar 6. Sistem Informasi Untuk Mitigasi Bencana Alam (SIMBA)
serta berguna bagi masyarakat.
Dengan kemudahan memperloleh
informasi
yang termuat dalam website
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
www.lapanrs.com diharapkan pemanfaatan
teknologi penginderaan jauh menjadi lebih
berkembang.
19
AKTUALITA INDERAJA
Data MODIS: Produk Baru LAPAN
yang Diharapkan Tersedia Pada Awal Tahun 2003
Leo Kamilus Rijadi
Sejak tahun 1978 LAPAN telah
menerima data satelit NOAA-AVHRR. Data
satelit NOAA mempunyai resolusi spektral 8
kanal, resolusi radiometrik 8 bit, resolusi spasial
1000 meter, dan ditransmisikan dalam S-band.
LAPAN memiliki dua stasiun bumi penerima data
NOAA. Yang pertama berada di Jakarta, yang
dapat menerima data cakupan Pulau Sumatera,
Kalimantan, Jawa, dan sebagian Sulawesi. Yang
kedua berada di Biak, yang dapat menerima
cakupan Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Irian Jaya. Karena data NOAA
mempunyai skala cakupan regional, maka
aplikasi-aplikasi yang sesuai antara lain adalah
pemantauan kebakaran hutan dan sebaran asap,
suhu permukaan laut, liputan awan, dan indeks
vegetasi.
Namun demikian, seri satelit NOAA
secara berangsur-angsur direncanakan untuk
dihentikan. Sebagai gantinya sejak tahun 2000,
NASA meluncurkan satelit Earth Observation
System (EOS) dengan instrumen utama
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer
(MODIS).
MODIS memiliki karakteristik data yang
sedikit berbeda dari sensor yang dipasang pada
NOAA. MODIS mempunyai resolusi spektral
yang tinggi (36 kanal) dan resolusi spasial yang
bervariasi, yaitu 250 meter (untuk kanal 1 dan
2), 500 meter (kanal 3-7), dan 1000 meter (kanal
8-36). Penerimaan data MODIS menggunakan
transmisi dalam X-band. Resolusi radiometrik 16
bit untuk data terolah, lebih unggul daripada
sensor NOAA. Oleh karena itu, dari sisi
pemanfaatannya, data MODIS dapat
menggantikan data NOAA, bahkan dengan
kemampuan yang lebih tinggi.
Tujuan utama penggunaan data MODIS
adalah untuk memantau bumi sebagai satu
sistem terpadu (skala global), di mana prosesproses yang terjadi di daratan, lautan, dan
atmosfer berinteraksi dengan erat. Dengan
demikian dapat diprediksi perubahan di masa
depan, dan dibedakan antara pengaruh manusia
dan pengaruh alami pada lingkungan, cuaca, dan
iklim.
Dari sisi pengoperasian, MODIS yang
berteknologi lebih canggih memerlukan sumber
20
daya ekstra daripada NOAA. Namun dengan
pengalaman 24 tahun mengoperasikan stasiun
bumi penerima data NOAA, LAPAN diharapkan
tidak mengalami kesulitan yang berarti pada saat
terjadi peralihan penerimaan dari data NOAA
menjadi data MODIS. LAPAN berencana untuk
menempatkan sistem penerima data MODIS di
Parepare (Sulawesi) supaya dengan satu antena
saja dapat menerima data seluruh wilayah
Indonesia.
Keunggulan-keunggulan teknis yang
telah disebutkan di atas menyiratkan bahwa data
MODIS memang dirancang untuk mengamati
fenomena dan mendukung penelitian pada skala
global. Algoritma aplikasi data MODIS sudah
siap pakai sebelum satelit EOS dioperasikan,
sehingga output aplikasinya menjadi sama di
seluruh dunia (global standard). Sensor MODIS
mengamati perubahan luas lahan produktif dan
lahan tandus, indeks vegetasi, persediaan
senyawa karbon, pemantulan sinar matahari,
peningkatan suhu global, kebakaran hutan, dan
tutupan es (di darat dan di laut).
Di lautan, MODIS memantau suhu
permukaan, yang dapat dimanfaatkan untuk
aplikasi prediksi tangkapan ikan dan prediksi
dampak fenomena El-Nino. MODIS juga
mengamati atmosfer, terutama liputan awan dan
kadar aerosol (partikel padat/cair yang
mengambang di udara). Data atmosfer dapat
dimanfaatkan dalam aplikasi pemantauan polusi,
peningkatan suhu global (global warming), dan
kerusakan lapisan ozon.
Secara lebih rinci, sensitivitas masingmasing kanal data MODIS adalah sebagai
berikut: kanal 1-2 untuk perbatasan daratan /
awan, kanal 3-7 untuk sifat-sifat daratan / awan,
kanal 8-16 untuk warna lautan, phytoplankton,
biogeochemistry. Kanal 17-19 untuk uap air di
atmosfer, kanal 20-23 untuk suhu permukaan /
awan, kanal 24-25 untuk suhu atmosfer. Kanal
26 untuk awan cirrus, kanal 27-29 untuk uap air,
kanal 30 untuk ozon. Kanal 31-32 untuk suhu
permukaan / awan, kanal 33-36 untuk ketinggian
permukaan awan.
Bila data MODIS sudah dioperasikan,
maka produk-produk standar berikut ini
diharapkan dapat dihasilkan:
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
1.
2.
3.
4.
5.
Tutupan awan (resolusi 250 m dan 1000 m
siang hari, dan 1000 m malam hari).
Kadar aerosol dan sifat-sifat optis (resolusi
5 km di lautan, dan 10 km di daratan siang
hari).
Sifat-sifat awan (ketebalan optis, radius
partikel efektif, fasa termodinamik,
ketinggian puncak awan, suhu puncak
awan), resolusi 1-5 km siang hari dan 5 km
malam hari.
Kondisi dan produktivitas vegetasi, dirinci
menjadi: a) indeks vegetasi terkoreksi
terhadap efek atmosfer, debu, polarisasi, dan
efek direksional; b) produktivitas primer
bersih, leaf area index (LAI), dan radiasi aktif
fotosintesis yang terhalang.
Penutup lahan dirinci oleh reflektansi jenis
permukaan.
6.
7.
8.
9.
Suhu permukaan (resolusi 1 km, siang dan
malam, dengan sasaran ketelitian 0,3°C –
0,5°C di laut, dan 1°C di darat).
Warna lautan (radiansi spektral yang
meninggalkan lautan) berdasarkan data
yang diperoleh dari kanal tampak dan
inframerah-dekat MODIS (kanal 8—16).
Kadar klorofil-a, dari 0,05 sampai 50 mg/m3
untuk air bersih bebas dari polutan (misalnya
laut lepas).
Fluorisensi klorofil, pada kadar air
permukaan 0,5 mg/m3 klorofil-a.
Mengingat begitu luasnya aplikasi yang
dapat dilaksanakan dengan data MODIS, dan
untuk dapat tetap melanjutkan usaha
pemantauan lingkungan dan cuaca regional,
serta menjamin kelangsungan pelayanan kepada
pengguna (user/customer), LAPAN berencana
mulai menerima data MODIS pada tahun 2003.
***
Gambar 1: Contoh data MODIS (wilayah bagian Selatan Sumatra) yang sudah diolah di LAPAN.
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
21
AKTUALITA INDERAJA
Banjir Bandang Desa Padusan, Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Tanggal 11 Desember 2002
Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN
Gambar 1.
Citra Landsat
Kecamatan
Pacet, Mojokerto
(tanggal akuisisi
13 September
1995)
Keterangan:
1 = Pucak
Kaldera,
2 = Hutan lebat
& sedang,
3 = Perkotaan,
perkampungan,
persawahan, dan
daerah pertanian
lain,
4 = Semak
belukar, daerah
terbuka, tegalan.
Padusan
U
Banjir bandang adalah banjir yang terjadi
akibat arus air yang membawa endapan tanah
atau lumpur yang sangat deras, seperti yang
terjadi di Desa Padusan akhir tahun 2002.
Permasalahannya adalah mengapa banjir
bandang ini terjadi pada bulan Desember 2002,
sedangkan kawasan wisata Padusan telah
dibangun sejak sepuluh tahun yang lalu. Untuk
menjelaskannya perlu dipelajari bentuk lahan
daerah sekitar, geologi permukaan, penutup
lahan dan keadaan cuaca. Keempat jenis
informasi tersebut akan diturunkan dari data
penginderaan jauh maupun data pendukung
lainnya.
22
Untuk mempelajari bentuk fisik lahan di
sekitar Kecamatan Pacet digunakan citra
inderaja Landsat sebagai sumber informasinya.
Dari citra pada Gambar 1, daerah dibedakan
menjadi 2 bagian, dengan tengah-tengahnya
adalah Kecamatan Pacet. Di sebelah utara,
sebagian besar lahan berupa lahan datar dengan
penutup lahannya antara lain perkotaan,
perkampungan, persawahan, dan areal pertanian
lain. Perkotaan dan perkampungan terus
berkembang pesat di daerah ini terutama yang
terkait dengan pariwisata. Demikian juga areal
pertanian berkembang karena didukung oleh
sumber daya air yang cukup banyak di daerah
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
Gambar 2.
Citra Landsat
Kecamatan
Pacet, Mojokerto
(tanggal akuisisi
23 Agustus
2002)
Padusan
Keterangan:
1 = Pucak
Kaldera,
2 = Hutan lebat
& sedang,
3 = Perkotaan,
perkampungan,
persawahan, dan
daerah pertanian
lain,
4 = Semak
belukar, daerah
terbuka, tegalan.
U
ini. Di sebelah selatan, dimana berada Gunung
Arjuno dan Gunung Welirang (3156 m), sebagian
besar berupa dataran tinggi. Sungai Krecek
bermata air di gunung ini, alur sungai menurun
dengan tajam sampai di kaki gunung di mana
Desa Padusan berada. Dengan memperhatikan
faktor ini, maka daerah tersebut tergolong rawan
bencana bila banjir bandang terjadi.
Untuk memantau kondisi perubahan
penutup lahan, digunakan citra Landsat tahun
1995 dan 2002 yang meliput daerah yang sama.
Keadaan hutan pada tahun 1995 masih cukup
baik, hanya saja dilereng utara Gunung Arjuno
lahan hutan banyak yang kosong. Kekosongan
tersebut diakibatkan oleh penebangan hutan
diantara 2 puncak gunung yang dijadikan sebagai
ladang/tegalan.
Degradasi hutan terus
berlangsung, sehingga pada tahun 2002 hutan
yang masih baik hanya tinggal yang di sebelah
Timur puncak Gunung Welirang dan disekitar
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
puncak gunung Arjuno. Sedangkan lainnya
sudah menjadi semak belukar. Dimusim
kemarau yang panjang tahun 2002 semak
belukar mengering, pada citra tampak sebagai
warna merah yang menjelaskan bahwa lahan
telah menjadi lahan kosong. Lahan kosong ini
tersebar dilereng sebelah utara Gunung Arjuna
dan diantara dua puncak gunung. Kawasan
permukiman juga berkembang kearah selatan
terutama dari Pacet dan Tretes. Dengan
demikian kawasan Padusan, Pacet, rentan
terhadap bencana banjir. Periksa citra Landsat
Gb 1 dan 2.
Berdasarkan informasi dari “Volcanologic Survey of Indonesia” Departeman Energi
dan Sumber Daya Mineral, diketahui bahwa
batuan di daerah Padusan, Pacet, berasal dari
produk vulkanik Gunung Arjuno dan Welirang
berupa lahar dan material bahan pasir batu yang
terbawa pada saat terjadi letusan (letusan
23
AKTUALITA INDERAJA
Awan tebal di
atas Jawa Timur
Gambar 3a. Citra GMS 9 Desember 2002, pk. 10.00
terakhir terjadi pada tanggal 30 Oktober 1950).
Material tersebut mudah runtuh dan tererosi bila
hujan lebat. Dari uraian di atas menunjukkan
bahwa kondisi geologi daerah tersebut tergolong
rawan terkena dampak banjir.
Hal terakhir yang perlu mendapat
perhatian lebih adalah kondisi cuaca. Walaupun
3 hal sebelumnya mengidentifikasi bahwa lokasi
Padusan, Pacet, rawan terkena bencana banjir,
namun kalau cuaca cerah tidak ada hujan,
bencana banjir tidak akan terjadi. Tetapi cuaca
menjelang tanggal 11 Desember 2002 tidak
cerah, hujan lebat telah terjadi di daerah Gunung
Welirang sejak tanggal 9 Desember 2002 (lihat
citra GMS gambar 3a dan 3b). Hujan yang terjadi
sebelum tanggal 11 menyebabkan tanah terbuka
menjadi jenuh dan rentan longsor. Ketika tanggal
11 terjadi hujan lebat maka ikatan tanah sudah
sangat lemah sehinga menjadi mudah tergerus
dan menimbulkan banjir bandang.
Banjir bandang yang terjadi di Desa
Padusan Kecamatan Pacet Mojokerto tanggal
24
11Desember 2002 penyebab utamanya adalah
cuaca khususnya curah hujan, seperti yang telah
dijelaskan diatas. Tidak semua intensitas curah
hujan dapat menyebabkan banjir bandang tetapi
tergantung tingkatan curah hujan tersebut. Hal
penting kedua (2) adalah kondisi hutan sudah
banyak yang berubah menjadi semak belukar
sehingga limpasan air cukup besar dan tidak
terserap oleh penutup lahan. Hal penting ketiga
(3) adalah kondisi geologi permukaan, berkaitan
dengan ikatan internal material lapisan
permukaan tadi. Sedangkan hal penting keempat
(4) adalah kelerengan lahan cukup tinggi (± 30
%), berarti arus air mengalir menuruni lereng
dengan kecepatan makin tinggi membawa serta
material permukaan, hanyut ke Sungai Krecek
dan langsung menimpa pengunjung kawasan
wisata Padusan yang letaknya sangat dekat
dengan alur sungai tersebut.
Peristiwa banjir bandang seperti ini pada
dasarnya bisa terjadi di gunung-gunung lain di
Indonesia. Ciri utamanya adalah adanya
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
Awan tebal di
atas Jawa Timur
Gambar 3b. Citra GMS 9 Desember 2002, pk. 16.00
kelerengan yang tinggi dan lapisan geologi
permukaannya terdiri dari hasil letusan gunung
api. Daerah seperti di atas harus diwaspadai
terhadap kemungkinan longsor dan banjir
bandang terutama pada saat musim hujan.
Desa Padusan dapat diklasifikasikan
sebagai daerah bahaya untuk pemukiman
karena letaknya di kaki gunung dengan
kemiringan sangat tinggi serta geologi
permukaan tanah diatasnya yang rentan dengan
bahaya longsor dan erosi bila terjadi hujan.
Keduanya merupakan faktor alam yang
permanen di desa Padusan dan daerah kaki
Gunung Welirang lainnya. Kondisi hutan adalah
satu-satunya faktor yang bisa menurunkan
tingkat bahaya desa Padusan dan lingkungan
sekitarnya dari ancaman banjir bandang, karena
curah hujan tidak akan pernah bisa diatur
intensitasnya.
Perluasan persawahan, pemukiman,
dan perladangan mempunyai kecenderungan
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
melanggar tata guna lahan seperti adanya
perladangan di lereng gunung bahkan dekat
puncak, serta pemukiman dan pesawahan di
daerah-daerah dengan kelerengan tinggi. Hal itu
semua terjadi karena kurangnya pemahaman
akan pentingnya tata guna lahan yang jelas dan
pasti.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut di
atas :
a. Diperlukan upaya perlindungan yang
memadai bila daerah tersebut tetap dijadikan
sebagai daerah pemukiman.
b. Penghutanan kembali daerah dataran tinggi
di sekitar Gunung Welirang dan Arjuna
dengan jenis tanaman hutan yang sesuai
dengan kondisi lahan di daerah tersebut.
c. Tata guna lahan yang sudah ada perlu
ditinjau ulang apakah masih sesuai dengan
kondisi
lapangan,
ataukah
perlu
diperbaharui, karena mungkin sudah tidak
sesuai lagi. ***
25
AKTUALITA INDERAJA
Profil Kedeputian Inderaja LAPAN
Inderaja LAPAN adalah salah satu
kedeputian
teknis
LAPAN
(Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional) yang
melakukan penelitian, pengembangan dan
pemanfaatan teknologi penginderaan jauh
(inderaja), melakukan pelayanan pengguna data
dan informasi inderaja dan mengembangkan
bank data inderaja nasional. Kedeputian
Penginderaan Jauh dipimpin oleh Deputi Kepala
LAPAN bidang Penginderaan Jauh yang
merupakan pejabat setingkat eselon I, terdiri atas
2 pusat, yaitu Pusat Data Penginderaan Jauh
dan Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan
Teknologi Penginderaan Jauh.
Pusat Data Penginderaan Jauh bertugas
melaksanakan kegiatan akuisisi data satelit,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi data
Inderaja, serta melaksanakan pengembangan
bank data penginderaan jauh nasional yang
berfungsi sebagai:
a. Penyiapan program akuisisi data satelit,
produksi, distribusi, dan perawatan
peralatan.
b. Administrasi sewa satelit penginderaan
jauh.
c. Penerimaan dan perekaman data satelit
penginderaan jauh.
d. Pengolahan data digital dan data
tematik.
e. Pemrograman satelit, browse katalog
dan peyimpanan data penginderaan
jauh.
f. Evaluasi dan penyusunan laporan hasil
pelaksanaan program.
Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan
Teknologi Penginderaan Jauh melaksanakan
kegiatan Litbang dan pengembangan bidang
pemanfaatan, teknologi informasi penginderaan
jauh untuk menyelenggarakan:
a. Penyiapan program penelitian dan
pengembangan di bidang penginderaan
jauh.
b. Penelitian
dan
pengembangan
pemanfaatan data Inderaja dan sistem
informasi geografi untuk inventarisasi
dan pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan.
c. Penelitian dan pengembangan teknologi
Inderaja masa depan.
d. Inventarisasi dan pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan.
26
e.
f.
g.
Pelayanan dan pemanfaatan informasi
Inderaja.
Pengamatan, pengumpulan informasi
dan analisis kemajuan ilmu pengetahuan
dan
teknologi
dalam
rangka
pengembangan pemanfaatan teknologi
Inderaja.
Evaluasi dan penyusunan laporan hasil
pelaksanaan program.
LAPAN berusaha menjadi profesional di
bidang Inderaja dengan mengusahakan
kepuasan bagi pengguna atas dasar pengalaman
sebagai penyedia data dan informasi bagi para
perencana dan pembuat keputusan dalam
penyusunan kebijakan nasional.
VISI LAPAN:
Sains dan teknologi dirgantara untuk
kesejahteraan
masyarakat
dan
pelestarian
lingkungan hidup.
MISI Penginderaan Jauh LAPAN:
a. Melaksanakan perumusan kebijakan di
bidang
pengembangan
dan
pemanfaatan penginderaan jauh.
b. Melaksanakan pengembangan Bank
Data penginderaan jauh nasional
c. Melaksanakan kerjasama teknis serta
pemasyarakatan
dalam
bidang
penginderaan jauh.
d. Melaksanakan
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
dan
pemanfaatan penginderaan jauh.
e. Melaksanakan inventarisasi dan
pemantauan SDA dan lingkungan.
f. Melaksanakan
pelayanan
bagi
pengguna data dan informasi
penginderaan jauh.
Fasilitas yang tersedia:
* Instalasi Inventarisasi Sumberdaya
Alam (Stasiun Bumi Inderaja) Parepare
- Sulsel
* Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Stasiun
Bumi) Jakarta & Biak
* Fasilitas produksi data standard (digital
dan hardcopy)
* Instalasi pengolahan dan analisis data
inderaja dan SIG (ERDAS, ER-Mapper,
Arc-View, Arc Info, Map Info, dan PCI)
* Browse katalog Data Inderaja dari tahun
1994
* Peralatan akuisisi data sekunder ...>>
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
AKTUALITA INDERAJA
Bila ada pertanyaan mengenai produk data dan informasi yang tersedia, silakan menghubungi:
* homepage : http://www.lapanrs.com
* Pusat Data Inderaja: 021-8717717
* Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Inderaja: 021-8722733
Hubungi kami:
Jakarta: Jl. Pejompongan Raya No. 7, Telp/Fax: 021-5719311
Bogor: Jl. Penataran No. 12, Telp/Fax: 0251-317192
E-mail: [email protected]
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
27
Peristiwa dalam Gambar
Penandatanganan Kerjasama LAPAN - Kimpraswil - Bakosurtanal - Dep. Pertanian Dep. Komunikasi - Dep. Pertambangan, tanggal 8 April 2002 di Kantor Kimpraswil, Jakarta.
Tampak dalam gambar Deputi Penginderaan Jauh, Drs. Bambang Tejasukmana, Dipl.Ing tengah
menandatangani Naskah Kerjasama.
Kepala LAPAN Ir. Mahdi Kartasasmita, MS. Ph.D sedang menyerahkan kenang-kenangan citra
satelit Landsat-7 ETM kepada Menteri PPKTI, dalam acara penandatanganan kesepakatan bersama
antara Kementerian PPKTI dengan LAPAN, tanggal 14 Juni 2002 di Menara Saidah, Jakarta
28
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
PERISTIWA DALAM GAMBAR
Penandatanganan Nota Kesepakatan Kerjasama antara LAPAN - LIPI - Bakosurtanal Litbang ESDM - ITB - UNMUL, tanggal 30 Juli 2002 di Gedung LIPI, Jakarta. Tampak dari kiri ke
kanan Kepala Balitbang ESDM, Kepala LAPAN dan Kepala Bakosurtanal.
Serah terima peralatan JERS-1 dari NASDA yang diwakili oleh Mr. Moriyama kepada
Kepala LAPAN disaksikan oleh Sesmenristek Dr. Ir. Aswin Sasongko, tanggal 8 Juli 2002
di Hotel Mid Plaza, Jakarta
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
29
PERISTIWA DALAM GAMBAR
Prof. DR. Yacub Rais, MSc dari Dewan Riset Nasional (DRN), sedang memberikan sambutan pada
acara Lokakarya Sinkronisasi dan Penajaman Sasaran Program Pengembangan Pemanfaatan dan
Teknologi Penginderaan Jauh, tanggal 29 Agustus 2002 di Hotel Atlet Century Park, Jakarta
Acara pembukaan Pelatihan Sistem Informasi Geografi Perkebunan (SIGBUN) Proyek KIMBUN
NTT dalam rangka kerjasama LAPAN dengan DISBUN NTT, tanggal 2 – 14 September 2002
di Kupang NTT
30
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
Distribusi Data Inderaja
Periode Januari - November 2002
Data Landsat masih mendominasi pemesanan data oleh pengguna pada periode Januari sampai
dengan November 2002. Secara nasional kelompok pengguna swasta masih merupakan pengguna
terbesar (64,36%). Dilihat dari pemanfaatannya oleh keempat kelompok pengguna, sebagian besar
data digunakan untuk sektor kehutanan (38%) diikuti oleh aplikasi bidang land use / pengembangan
wilayah (21%) dan pertanian / perkebunan (18%). Berikut adalah distribusi data inderaja Landsat dan
data inderaja SPOT serta JERS-SAR berdasarkan kelompok pengguna dan pemanfaatan data, disajikan
dalam bentuk diagram.
62,50%
1,39%
17,59%
1,86
1,85%
0,46%
16,20%
Pemerintah (LS)
Swasta (Non-LS)
Lemb. Int'l (LS)
Perg. Tinggi (LS)
Swasta (LS)
Perg. Tinggi (Non-LS)
Diagram 1. Distribusi data inderaja berdasarkan kelompok pengguna.
18.48%
11.37%
38.40%
8.06%
1.42%
21.80%
0.47%
Kehutanan
Geologi/ pertambangan
Kelautan
Penelitian
Pertanian/ perkebunan
Landuse/ pengembangan wilayah/ tata ruang
Transmigrasi
Diagram 2. Distribusi data inderaja berdasarkan kelompok pemanfaatan data.
Seperti halnya di tahun 2001, daerah yang banyak dipesan untuk tahun 2002 ini adalah daerah
Kalimantan Timur yang terliput pada scene 116/58, 116/59, 117/58, 117/59, dan 118/59 disusul oleh
daerah Riau, Jambi, dan Lampung, masing-masing tercakup pada scene 127/59, 126/60, 126/61,
125/61, 125/62 dan 123/63. Sedangkan untuk daerah Sulawesi dan Papua terbanyak dipesan adalah
Sulawesi Selatan scene 114/62 dan 114/63 serta Jayapura scene 101/62.***
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
31
Jadwal Akuisisi
Data Landsat-7 ETM Tahun 2003
32
Path
Tanggal Akuisisi
100 dan 116
16 Jan; 1&17 Feb; 5&21 Mar; 6&22 Apr; 8&24 Mei; 9&25 Jun;
11&27 Jul; 12&28 Agt; 13&29 Sep; 15&31 Okt; 16 Nov; 2&18 Des.
101 dan 117
7&23 Jan; 8&24 Feb; 12&28 Mar; 13&29 Apr; 15&31 Mei; 16 Jun;
2&18 Jul; 3&19 Agt; 4&20 Sep; 6&22 Okt; 7&23 Nov; 9&25 Des.
102 dan 118
14&30 Jan; 15 Feb; 3&19 Mar; 4&20 Apr; 6&22 Mei; 7&23 Jun;
9&25 Jul; 10&26 Agt; 11&27 Sep; 13&29 Okt; 14&30 Nov; 16 Des.
103 dan 119
5&21 Jan; 6&22 Feb; 10&26 Mar; 11&27 Apr; 13&29 Mei; 14&30 Jun;
16 Jul; 1&17 Agt; 2&18 Sep; 4&20 Okt; 5&21 Nov; 7&23 Des.
104 dan 120
12&28 Jan; 13 Feb; 1&17 Mar; 2&18 Apr; 4&20 Mei; 5&21 Jun;
7&23 Jul; 8&24 Agt; 9&25 Sep; 11&27 Okt; 12&28 Nov; 14&30 Des.
105 dan 121
3&19 Jan; 4&20 Feb; 8&24 Mar; 9&25 Apr; 11&27 Mei; 12&28 Jun;
14&30 Jul; 15&31 Agt; 16 Sep; 2&18 Okt; 3&19 Nov; 5&21 Des.
106 dan 122
10&26 Jan; 11&27 Feb; 15&31 Mar; 16 Apr; 2&18 Mei; 3&19 Jun;
5&21 Jul; 6&22 Agt; 7&23 Sep; 9&25 Okt; 10&26 Nov; 12&28 Des.
107 dan 123
1&17 Jan; 2&18 Feb; 6&22 Mar; 7&23 Apr; 9&25 Mei; 10&26 Jun;
12&28 Jul; 13&29 Agt; 14&30 Sep; 16 Okt; 1&17 Nov; 3&19 Des.
108 dan 124
8&24 Jan; 9&25 Feb; 13&29 Mar; 14&30 Apr; 16 Mei; 1&17 Jun;
3&19 Jul; 4&20 Agt; 5&21 Sep; 7&23 Okt; 8&24 Nov; 10&26 Des.
109 dan 125
15&31 Jan; 16 Feb; 4&20 Mar; 5&21 Apr; 7&23 Mei; 8&24 Jun;
10&26 Jul; 11&27 Agt; 12&28 Sep; 14&30 Okt; 15 Nov; 1&17 Des.
110 dan 126
6&22 Jan; 7&23 Feb; 11&27 Mar; 12&28 Apr; 14&30 Mei; 15 Jun;
1&17 Jul; 2&18 Agt; 3&19 Sep; 5&21 Okt; 6&22 Nov; 8&24 Des.
111 dan 127
13&29 Jan; 14 Feb; 2&18 Mar; 3&19 Apr; 5&21 Mei; 6&22 Jun;
8&24 Jul; 9&25 Agt; 10&26 Sep; 12&28 Okt; 13&29 Nov; 15&31 Des.
112 dan 128
4&20 Jan; 5&21 Feb; 9&25 Mar; 10&26 Apr; 12&28 Mei; 13&29 Jun;
15&31 Jul; 16 Agt; 1&17 Sep; 3&19 Okt; 4&20 Nov; 6&22 Des;
113 dan 129
11&27 Jan; 12&28 Feb; 16 Mar; 1&17 Apr; 3&19 Mei; 4&20 Jun;
6&22 Jul; 7&23 Agt; 8&24 Sep; 10&26 Okt; 11&27 Nov; 13&29 Des;
114 dan 130
2&18 Jan; 3&19 Feb; 7&23 Mar; 8&24 Apr; 10&26 Mei; 11&27 Jun;
13&29 Jul; 14&30 Agt; 15 Sep; 1&17 Okt; 2&18 Nov; 4&20 Des;
115 dan 131
9&25 Jan; 10&26 Feb; 14&30 Mar; 15 Apr; 1&17 Mei; 2&18 Jun;
4&20 Jul; 5&21 Agt; 6&22 Sep; 8&24 Okt; 9&25 Nov; 11&27 Des;
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
33
34
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
35
36
BERITA INDERAJA Vol. I, No. 2, November 2002
Download