BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai pendahuluan tesis penelitian. Bagian ini terdiri atas
latar belakang, rumusan permasalahan studi kasus, pertanyaan riset, tujuan
penelitian, kontribusi penelitian, dan jadwal penelitian.
1.1. Latar Belakang
Otonomi daerah secara langsung maupun tidak langsung telah membawa
perubahan dalam tata kelola pemerintahan termasuk dalam aspek perencanaan
pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program
perencanaan pembangunan daerah selalu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan program pembangunan pemerintah
adalah buruknya perencanaan anggaran dari masing-masing daerah.
Anggaran berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Peran
anggaran dalam perencanaan diwujudkan dalam nilai uang besarnya input yang
diperlukan untuk melaksanakan aktivitas yang direncanakan dalam periode
anggaran. Sebagai alat pengendalian, anggaran sektor publik digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi
kewajiban pemerintah dan digunakan untuk memberikan informasi sekaligus
meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien tanpa ada korupsi
dan pemborosan.
Dalam konteks organisasi sektor publik, anggaran mencakup rencanarencana tentang berapa biaya dan kuantitas serta sumber dana untuk membiayai
program dan kegiatan. Tahap penyusunan anggaran merupakan tahap yang sangat
penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja bisa
mengagalkan program yang telah disusun sebelumnya. Sering dijumpai dalam
praktek, penyusunan anggaran seolah-olah merupakan bagian yang terpisah
dengan perumusan dan perencanaan strategik sehingga keberhasilan penerapan
anggaran tidak sejalan dengan keberhasilan program dan tujuan organisasi.
Penganggaran seperti ini tidak bisa menghasilkan anggaran yang efektif sebagai
alat manajemen untuk menjembatani pencapaian tujuan organisasi (Basri, 2013)
Dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),
pemerintah daerah telah menerapkan partisipasi setiap satuan kerja dalam
penyusunan anggaran masing-masing Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
memuat Rencana Kerja Anggaran (RKA). Dalam RKA SKPD, masing-masing
SKPD telah membuat indikator yang akan dicapai untuk setiap program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan. RKA memuat input, output dan outcome dari
masing-masing program dan kegiatan (Pandjaitan, 2014).
Keselarasan antar dokumen-dokumen perencanaan anggaran dapat dilihat
dari keselarasan implementasi penyusunan materi dalam RKA SKPD yang
merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Adanya keselarasan dokumen
perencanaan dan penganggaran tersebut dapat mengaitkan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai yang dicantumkan dalam dokumen perencanaan strategis (Renstra
SKPD) dengan kegiatan-kegiatan operasional yang dilaksanakan SKPD.
Proses penyusunan RKA selama ini tidak didasarkan pada kebutuhan nyata,
pemangkasan anggaran tidak dikomunikasikan kepada unit kerja yang
mengusulkan, pelaksana kegiatan kurang dilibatkan dalam proses penetapan pagu
dana, dan daerah yang menjadi sasaran kegiatan tidak direncanakan dengan jelas
dan spesifik sehingga terdapat beberapa segmen batas daerah yang belum
terfasilitasi penyelesaiannya, belum terbukanya informasi, target kinerja tidak
jelas dan tidak terukur (Supriadi, et.al, 2014). Selain permasalahan diatas
permasalahan ini juga disebabkan adanya kesalahan penentuan akun sehingga
perlu revisi dokumen pelaksanaan anggaran, anggaran kegiatan diblokir, masa
penelaahan terlalu pendek sehingga belum siap data pendukung, penyusunan pagu
anggaran terlalu rendah, harga satuan barang/jasa yang ditetapkan dalam standar
perencanaan kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan, dan adanya penyesuaian
harga karena kebijakan pemerintah.
Permasalahan
penyusunan
RKA
SKPD
disebabkan
oleh
adanya
kesenjangan anggaran yang diciptakan masing-masing SKPD. Kesenjangan
anggaran terjadi karena adanya selisih antara sumber daya yang diperlukan
dengan sumber daya yang tersedia (Arfan, 2010: 241).
Salah satu SKPD yang melakukan penyusunan RKA adalah Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Wonogiri. DPU Kabupaten Wonogiri
merupakan
salah satu SKPD yang menjalankan fungsi penting dalam sektor
insfrastruktur yang didanai oleh APBD. DPU Kabupaten Wonogiri diwajibkan
menyusun RKA sebagai dokumen yang digunakan untuk penyusunan rencana
kerja dan anggaran yang antara lain memuat rencana program dan kegiatan, serta
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan SKPD. Selain itu, RKA SKPD
juga memuat informasi urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya,
prestasi kerja dan kegiatan.
Dalam proses penyusunan RKA, DPU Kabupaten Wonogiri masih memiliki
banyak permasalahan sehingga belum tercipta penyusunan secara optimal.
Permasalahan tersebut antara lain:
1. Minimnya sumber daya manusia (baik kuantitas maupun kualitas) pada
SKPD yang profesional atau sesuai bidang pekerjaannya.
2. Perencanaan/penyusunan anggaran SKPD belum efektif.
3. Alokasi anggaran dalam SKPD belum menunjukkan eksistensinya sebagai
anggaran kinerja, yang berorientasi kepada hasil.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah
mengenai penyusunan RKA pada DPU Kabupaten Wonogiri dengan model logika
melalui pendekatan Ongoing Performance Management and Measurement
(OPM&M).
1.2. Rumusan Permasalahan
Latar belakang di atas menunjukkan bahwa adanya permasalahan serapan
anggaran di DPU kabupaten Wonogiri.
Permasalahan tersebut antara lain
minimnya sumber daya manusia (baik kuantitas maupun kualitas) pada SKPD
yang profesional atau sesuai bidang pekerjaannya, perencanaan/penyusunan
anggaran SKPD belum efektif dan alokasi anggaran dalam SKPD belum
menunjukkan eksistensinya sebagai anggaran kinerja, yang berorientasi kepada
hasil. Permasalahan yang terjadi dalam penyusunan RKA menyebabkan
ketidaksesuaian rencana anggaran dengan realisasi program.
Ketidaksesuaian rencana anggaran dengan realisasi program sering dialami.
Analisis terhadap kesenjangan anggaran dan realisasi tentu tidak sederhana,
karena mencakup banyak permasalahan yang saling terkait, misal perkembangan
dan proporsi alokasi belanja, kesesuaian antara pengeluaran publik dan aparatur
dengan Rencana Strategis Daerah, keterlibatan masyarakat dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) dalam proses penyusunan APBD.
Untuk menguraikan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi
penyusunan rencana kerja dan anggaran dengan model logika melaui melalui
pendekatan OPM&M. Model logika melalui pendekatan OPM&M merupakan
salah satu model yang umum digunakan karena dipandang sebagai metoda yang
efektif untuk merencanakan dan mengevaluasi suatu program karena model logika
dipandang mampu menjelaskan keterkaitan antara masukan, aktivitas, hasil dan
dampak dari suatu program.
1.3.Pertanyaan Penelitian
Dari permasalah diatas, maka peneliti mengangkat pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
a. Bagaimana proses penyusunan rencana kerja anggaran Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Wonogiri?
b. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dari proses penyusunan
rencana kerja anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Menganalisis proses penyusunan rencana kerja anggaran yang terjadi di
DPU Kabupaten Wonogiri.
b. Mengevaluasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dari proses
penyusunan rencana kerja anggaran DPU Kabupaten Wonogiri.
1.5. Kontribusi Riset
a. Kontribusi Praktis
Dapat memberi kontribusi dan masukan bagi SKPD khususnya Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri sebagai evaluasi atas penyusunan
rencana kerja anggaran dengan model logika.
b. Kontribusi Keilmuan
Dapat menjadi bahan referensi bagi akademisi lain yang tertarik mengenai
kajian pada sektor publik.
Download