CRM

advertisement
7 BAB II
Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Customer Relationship Management (CRM)
2.1.1.1 Pengertian Customer Relationship Management (CRM)
Salah satu topik pemasaran yang paling hangat sekarang adalah Customer
relationship management. Ditambah dengan perkembangan teknologi informasi yang
semakin merambah berbagai aplikasi bisnis, CRM menjadi salah satu proses bisnis
yang menarik untuk diperbincangkan. CRM merupakan suatu paradigma besar dalam
ilmu pemasaran untuk memuaskan pelanggan dengan alternatif terbaik yang ada di
dalam
pasar melalui
suatu proses pertukaran hubungan. CRM naik melebihi
pertukaran transaksional dan memungkinkan pemasar untuk memperkirakan
perasaan pelanggan dan niat untuk membeli sehingga pelanggan dapat disediakan
barang dan jasa sebelum memintanya (Tapan k. Panda, 2003).
Customer relationship management adalah proses mengelola informasi rinci
tentang pelanggan perorangan dan semua “titik kontak” pelanggan secara seksama
untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan (kotler&keller, 2009). Dimana yang
dimaksud dengan titik kontak pelanggan adalah semua kejadian dimana pelanggan
menghadapi merek dan produk dari pengalaman aktual ke komunikasi pribadi atau
masal hingga observasi biasa, namun terkadang titik kontak adalah tempat yang
paling tidak anda duga, seperti halnya tagihan pelanggan (kotler&keller, 2009).
Customer
relationship
management
memungkinkan
perusahaan
menyediakan layanan pelanggan real-time yang sempurna melalui penggunaan
8 informasi akan perorangan yang efektif. Berdasarkan apa yang mereka ketahui
mengenai
setiap
pelanggan
yang
dinilai,
perusahaan
dapat
menyesuaikan
penawaran pasar, layanan, program, pesan dan media. Customer relationship
management penting karena pendorong utama profitabilitas perusahaan adalah nilai
kolektif basis pelanggan perusahaan. Menurut Krisitin Anderson yang dikutip dalam
buku Amin Widjaja (2008) mendefinisakan customer relationship management
merupakan sebuah pendekatan komprehensif untuk menciptakan, memelihara, dan
memperluas hubungan pelanggan.
Customer relationship management is the dynamic process of managing a
customer company relationship such that customers elect to continue mutually
beneficial commercial exchanges and are dissuaded from participating in exchanges
that are unprofitable to the company (Bryan Bergeron, 2002) yang artinya customer
relationship management adalah proses dinamis mengelola hubungan perusahaan
dengan pelanggan untuk terus melakukan pertukaran perdagangan yang saling
menguntungkan dan dapat diminta untuk tidak berpartisipasi dalam pertukaran yang
tidak menguntukan bagi perusahaan.
Frederick Newell dalam buku Amin Widjaja (2008) mengartikan customer
relationship management is a process of modifyng customer behavior over time and
learning from every interaction, customizing customer treatment, and strengthening
the bond between the customer and the company. This is the principle of important
1 to 1 marketing. Artinya, customer relationship management adalah proses
memodifikasi perilaku konsumen dari waktu ke waktu dan belajar dari tiap interaksi,
merubah, mengatur perlakuan terhadap customer, dan memperkuat ikatan
pelanggan dengan perusahaan. Inilah prinsip penting dari pemasaran satu-satu.
9 Konsep dari CRM telah muncul dalam bidang marketing pelayanan dan
industri. Fenomena ini didukung oleh trend yang sedang berkembang dalam dunia
bisnis. CRM merupakan suatu stategi untuk menarik, memelihara, dan meningkatkan
hubungan dengan pelanggan. Tujuan dari CRM ini sendiri adalah untuk menciptakan
dan memelihara hubungan jangka panjang diantara perusahaan dengan pelanggan
yang menguntungkan kedua belah pihak (Ndubisi, Nelson Oly, 2007).
CRM muncul pada tahun 1980an sebagai suatu alternatif dalam melihat
pemasaran
sebagai
suatu
transaksi
yang
berkelanjutan,
karena
berbagai
perdagangan, terutama dalam industri pelayanan. Dalam penerapan didalam industri
perbankan, CRM dianggap sebagai suatu aktifitas yang dilakukan oleh bank dalam
rangka
menarik,
menguntungkan
berhubungan
atau
bernilai
dengan,
tinggi.
dan
CRM
memperoleh
bertujuan
konsumen
untuk
yang
meningkatkan
keuntungan yang diberikan kepada pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang
lebih baik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara CRM dengan kinerja perusahaan.
CRM tidak secara otomatis mengarah kepada hubungan yang lebih baik
dengan pelanggan. Pelanggan memiliki tingkatan yang berbeda akan kedekatan dan
kekuatan hubungannya dengan perusahaan. Untuk menjadi lebih menarik, strategi
CRM harus dapat meningkatkan pemahaman konsumen akan keuntungan yang
diperoleh dengan hubungan tersebut. Akan tetapi kenyataannya, hubungan baik
dengan pelanggan sangat jarang pada industri perbankan dan semakin melemah
dengan meningkatnya teknologi self-service sebagai fasilitator hubungan pelanggan.
Alternatif penggunaan teknologi dapat digunakan sebagai perantara hubungan
pelanggan dengan perusahaan dan menggunakannya sebagai alat dari penerapan
strategi CRM (Leverin, Liljander, 2006).
10 Beberapa dasar manajemen hubungan pelanggan dirumuskan Don Peppers
dan Martha Rogers dalam buku Kotler&Keller (2009) dalam kerangka kerja empat
langkah untuk pemasaran satu-satu yang dapat diterapkan ke pemasaran CRM yaitu:
1. Mengidentifikasi prospek dan pelanggan anda.
2. Mendiferensiasikan pelanggan berdasarkan kebutuhan mereka dan nilai mereka
untuk perusahaan anda.
3. Berinteraksi dengan pelanggan perorangan untuk meningkatkan pengetahuan
anda tentang kebutuhan perorangan mereka dan membangun hubungan yang
kuat.
4. Memodifikasi produk,layanan, dan pesan kepada setiap pelanggan.
Don Pepers dan Martha Rogers dalam buku
Amin Widjaja (2008)
mejelaskan perbedaan antara pemasaran massal dan pemasaran satu-satu yaitu:
Tabel 2.1 Perbedaan Pemasaran Massal dan Pemasaran satu-satu
Pemasaran Massal
Pemasaran satu-satu
•
Pelanggan rata-rata
•
Pelanggan individu
•
Anonimitas pelanggan
•
Profil pelanggan
•
Produk standar
•
Tawaran pasar sesuai kebutuhan
•
Produk masal
•
Produksi berdasarkan pelanggan
•
Distribusi masal
•
Distribusi individual
•
Iklan massal
•
Pesan individual
•
Promosi masal
•
Insentif individual
•
Pesan satu arah
•
Pesan dua arah
•
Skala ekonomi
•
Lingkup ekonomi/penghematan
•
Pangsa pasar
karena lingkupnya
11 •
Semua pelanggan
•
Pangsa pelanggan
•
Menarik pelanggan
•
Pelanggan yang mampu
menghasilkan laba
•
Mempertahankan pelanggan
Sumber : Don Pepeers dan Martha Rogers dalam Amin Widjaja (2008)
CRM bukanlah database marketing tradisional. CRM memerlukan sekelompok
keterampilan yang baru dan berbeda dengan paradigma direct marketing yang lama.
CRM melebihi dari product selling yang kita lihat di internet, CRM memerlukan alatalat baru untuk berkomunikasi dengan pelanggan. CRM berkonsentrasi pada apa
yang dinilai pelanggan (what customers value), bukanlah pada apa yang perusahaan
jual. Banyak kegagalan program loyalitas terjadi karena organisasi perusahaan tidak
mengetahui bagaimana pelanggan memperoleh manfaat dari program tersebut. CRM
bukanlah pengobatan sementara, akan tetapi merupakan penghasil laba jangka
panjang (Amin Widjaja, 2008).
Menurut Lukas (2001) customer relationship management adalah :
1. Suatu
aktivitas
yang
melibatkan seluruh
sumber
daya
manusia
untuk
mempertahankan pelanggan yang ada.
2. Suatu startegi untuk mengelola dan menjaga hubungan dengan pelanggan.
3. Suatu usaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Dalam buku “ Principles of Customer Relationship Management ” (Roger J.
Baran, Robert J. Galka dan Daniel Strunk, 2008) memaparkan bahwa dengan
mengingat bahwa manajemen hubungan pelanggan adalah yang baru dan
12 mencakup semua teknik, tidak mengherankan bahwa ada banyak definisi. Definisi
manajemen hubungan pelanggan dapat dikelompokkan sebagai:
1. Those that equate CRM with a software package, process, system, or
technology.
2. Those the equate CRM with a focus on data storage and analysis.
3. Those that equate CRM with a change in corporate culture from a transaction
focus to a relationship or customer centric focus ( the key focus here is on
establishing a dialogue with each customer on a one-to-one basis as opposes to
generating merely a corporate monologue with segments of customers ).
4. Those the equate CRM with the important concept of “managing demand”.
5. Those that equate CRM with new strategies focused on current customers
( identification, selection, acquiring, developing, cross-selling and up-selling,
managing migration, and win back ).
Secara
umum,
dapat
disimpulkan
bahwa
customer relationship
management merupakan strategi dan usaha untuk menjalin hubungan
dengan pelanggan dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
peanggan.
2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat dari Customer Relationship Management
(CRM)
Dalam penerapannya Customer Relationship Management (CRM) memiliki
beberapa tujuan menurut Lukas (2001), diantaranya:
1. Mendapatkan pelanggan.
2. Mengetahui pelanggan.
13 3. Mempertahankan pelanggan yang menguntungkan.
4. Mengembangkan pelanggan yang menguntungkan.
5. Merubah pelanggan yang belum menguntungkan menjadi menguntungkan.
Pada dasarnya customer relationship management bertujuan untuk proses
adaptasi antara perusahaan dengan pelangganya. Program customer relationship
management yang diterapkan dengan baik adalah seperti benang yang menjalar
keseluruh perusahaan. Jadi departement apapun sebenarnya bertanggaung jawab
menjalankan program customer relationship management , setiap divisi, setiap
departement, dan setiap anggota karyawan harus tahu tentang program tersebut,
tujuan-tujuannya, dan yang paling penting apa peranan mereka dan bagaimana
mereka dapat memberikan konstribusi dalam menjalankan program itu. Akhirnya
tujuan customer relationship management
adalah untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan satu pelanggan.
Penerapan CRM menjanjikan sejumlah manfaat utama, seperti cost
effectiveness, kepuasan dan loyalitas pelanggan, profitabilitas, komunikasi gethok
tular positif dan sinergi kemitraan bisnis (Tjiptono, 2007).
a. Efisiensi biaya dalam melayani repeat customer. Biaya yang dibutuhkan untuk
menarik pelanggan cenderung lebih mahal dibandingkan mempertahankan
pelanggan lama.
b. Kepuasan dan loyalitas pelanggan. Adanya dukungan dan kepercayaan
pelanggan menjadi salah satu sumber kekuatan dalam mempengaruhi daya
survival perusahaan.
14 c.
Gethok tular positif, berdasarkan konsep loyalitas, dimana pelanggan yang puas
dan loyal terhadap produk/jasa perusahaan sangat berharga bagi perusahaan
dan berpotensi menyebarluaskan pengalaman positif kepada orang lain.
d. Perusahaan berusaha menjalin relasi dengan pelanggan tujuan mendapatkan
laba melalui penjualan produk dan jasa.
Dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa dampak terbesar program CRM
adalah pada terciptanya pelanggan yang loyal dan peningkatan brand saliance, yang
dapat berkontribusi pada peningkatan share-of market dan share-of-customer.
2.1.1.3 Komponen Customer Relationship Management (CRM)
Lukas (2001), mengatakan bahwa keberhasilan CRM ditentukan oleh tiga
faktor utama yaitu, manusia, proses dan teknologi untuk mengoptimalkan hubungan
organisasi dengan semua tipe pelanggan. Pembagian CRM kedalam tiga komponen
utama, yaitu :
1. Manusia (People)
Manusia adalah faktor nomor satu, karena CRM sebenarnya adalah
bagaimana mengelola hubungan atau relasi antara manusia sehingga diperlukan
“personal touch ” atau sentuhan-sentuhan pribadi dan manusiawi. Diperlukan
“attitude” dan semangat dari dalam pelaku bisnis untuk lebih proaktif menggali
dan mengenal pelanggannya lebih dalam agar dapat lebih memuaskan mereka.
Perusahaan yang menerapkan CRM perlu memiliki pimpinan yang dapat
menjelaskan dan menanamkan nilai-nilai yang benar mengenai pentingnya
loyalitas pelanggan dengan jelas dan tepat. Dalam CRM diperlukan tim-tim kecil
untuk menyederhanakan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam pengambillan
keputusan sehingga sangat diperlukan kehati-hatian dalam pemilihan karyawan
15 untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Tetapi karyawan juga perlu diberikan
kesempatan untuk menyampaikan kritik dan masukan secara terus terang.
2. Proses (Process)
Disamping itu dibutuhkan proses yaitu sistem dan prosedur yang
membantu manusia untuk dapat menjalin hubungan dekat dengan pelanggan.
Struktur organisasi, kebijakan operasional serta system reward punishment
harus dapat mencerminkan apa yang akan dicapai dengan CRM. Implementasi
CRM akan merubah proses usaha yang telah ada sebelumnya. Baik proses
usaha yang melibatkan pelanggan secara langsung maupun tidak. Pada CRM
seluruh fungsi usaha yang ada harus berfokus pada pelanggan. Tahap pada
proses dalam CRM meliputi :
1) Identifikasi (Identification)
Pada aktivitas proses ini perusahaan dituntut memiliki analisa yang
cukup kuat terhadap prospek, siapa pelanggan yang menguntungkan,
mengapa dia menguntungkan dan sebagainya. Kebanyakan perusahaan
hanya melihat banyak pelanggan yang dimiliki sehingga berfikir bahwa
mereka telah sukses dan akan mendapatkan profit yang besar. Namun perlu
diperhatikan tidak semua pelanggan membawa keuntungan. Ada beberapa
hal yang perlu diketahui tentang pelanggan seperti :
a. Firmagrafik ; yaitu informasi mengenai konsumen yang melakukan
bisnis dengan kita, seperti misalnya bidang bisnis.
b. Demografi dan Psikografi ; terutama info yang menyangkut pribadi
konsumen. Seperti umur, sex dan pendekatan psikologis yang
diinginkan.
16 c.
Infografi ; bagaimana konsumen menginginkan cara interaksi dalam
mendapatkan informasi yang ia butuhkan.
Semakin baik perusahaan dapat mengidentifikasi konsumen yang
mempunyai potensi menguntungkan, semakin besar pula kesempatan
perusahaan memperoleh profit yang besar.
2) Diferensiasi (Differentiation)
Aktivitas dalam proses kedua ini lebih memperjelas manakah
konsumen yang memberikan kontribusi yang besar pada perusahaan.
Caranya adalah dengan membagi konsumen berdasarkan tingkah laku,
demografi dan ekspektasi pelanggan. Pembagian tersebut disebabkan
karena ada kemungkinan pelayanan serta produk yang ditawarkan tidak
sesuai dengan harapan dan kebutuhan konsumen. Secara sederhana
pelanggan dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
a. Most valuable Customer (MVC) ; adalah pelanggan yang saat ini
memberikan profit besar bagi perusahaan.
b. Most Growable Customer (MGC) ; adalah pelanggan yang akan menjadi
sangat berharga bila kita mampu menjalin lebih banyak lagi bisnis
dengan mereka.
c.
Below Zero Customer (BZC) ; adalah pelanggan yang membuat rugi
karena biaya untuk melayani lebih besar daripada pemasukan.
Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat lebih fokus pada segmen
konsumen yang memberikan keuntungan terbesar dan sedikit demi sedikit
mengurangi konsumen yang merugikan meskipun hal ini tidak baik untuk
dilakukan.
17 3) Interaksi (Interaction)
Menjalin interaksi dengan pelanggan agar terjadi hubungan yang lebih
intim adalah hal yang harus dilakukan karena komunikasi dapat menjadi
jembatan penghubung antara apa yang diharapkan konsumen dengan
program perusahaan. Interaksi ini dapat didasarkan pada konteks dari
interaksi sebelumnya.
Disinilah peran teknologi yaitu membantu perusahaan melihat kembali
interaksi yang telah terjadi sebelumnya. Seberapa sering ia membeli,
seberapa sering ia mengikuti produk yang sama dan seberapa besar uang
yang dikeluarkan untuk membeli serta apakah ia pernah mengajukan
keluhan dan sebagainya, dapat diketahui dengan pengelolaan database yang
baik.
4) Personalitas (personalization/Customization)
Produk maupun program loyalitas akan disesuaikan dengan keinginan
pelanggan secara terus menerus dengan menggunakan semua informasi
yang telah didapat sebelumnya untuk membuat barang atau jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Konsep sederhananya
adalah perlakukan pelanggan dengan cara seperti yang dia inginkan. Dalam
melakukan personalisasi perusahaan dapat melakukan empat pendekatan,
yaitu pertama, perusahaan berbicara dengan pelanggan untuk mengetahui
kebutuhan mereka berdasarkan pilihan yang sudah ada. Kedua, perusahaan
menyediakan produk dasar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan tanpa intervensi pelanggan. Ketiga, perusahaan menyediakan
produk dasar dan tambahan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan dan yang keempat, adalah perusahaan merubah barang atau
layanan dengan cara mengamati pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya.
18 3. Teknologi (Technology)
Setelah manusia dan prosesnya dipersiapkan, teknologi diperkenalkan untuk
lebih membantu mempercepat dan mengoptimalkan faktor manusia dan proses
dalam aktivitas CRM sehari-hari. Perlu disadari bahwa teknologi adalah alat
penunjang dalam melengkapi nilai tambah CRM.
Peran teknologi dalam CRM Pertama adalah membangun database
pelanggan mulai dari sistem operasi hingga transaksi. Ini disebut operational
CRM. Kedua, adalah menganalisis siapa pelanggan yang paling potensial,
program yang sering diikuti, frekuensi pembelian, tempat pembelian, dan
lainnya.
Termasuk
didalamnya
customer
profitability,
trend
analysis,
segmentation prospensity modeling dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan
analytical CRM. Ketiga adalah melaksanakan aktivitas penjualan, marketing dan
customer service dengan menyatukan saluran komunikasi berbeda. Hal ini
disebut dengan collaborative CRM.
CRM terdiri dari tiga komponen, yaitu, pelanggan, hubungan, dan manajemen.
Dengan meningkatkan kemampuan dalam interaksi dengan konsumen (termasuk di
dalamnya komunikasi tatap muka, telepon, fax, surat, dan email), suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa akan mampu menciptakan kepuasan dari nasabahnya (Sarlak
dan Fard, 2009).
2.1.2
Customer Satisfaction
2.1.2.1 Pengertian Customer satisfaction
Kata kepuasan telah lama menjadi suatu konsep yang kritis dalam dunia
pemasaran dan dalam penelitian selalu dihubungkan dengan perilaku pembelian.
19 Bagi perusahaan yang berpusat pada pelanggan, kepuasan pelanggan merupakan
tujuan dan saran pemasaran. Dewasa ini perusahaan harus lebih baik lagi
memperhatikan tingkat kepuasan pelanggannya karena internet menyediakan sarana
bagi konsumen untuk menyebarkan berita buruk dengan cepat dan juga berita baik
ke seluruh penjuru dunia (Khotler&Keller, 2009). Kepuasan bisa diartikan sebagai
“upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Solvang (2007)
menyatakan bahwa pada umumnya bila pembeli merasa puas dengan produk atau
layanan yang didapatnya, maka kemudian akan melakukan pembelian ulang atas
apa yang didapatnya dan mungkin akan menambah kuantitas dari pembeliannya
tersebut.
Pelanggan yang puas akan memberitahukan kepada orang lain tentang
pengalamannya tersebut. Akan tetapi pelanggan yang tidak puas tersebut akan
berakibat berpindah ke lain merk dan menghasilkan informasi yang negatif
dikemudian hari (Liu dan Wu, 2007). Definisi satisfaction menurut kotler&keller
(2009) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena
membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi
mereka. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas. Jika
kinerja melebihi ekspektasi, maka pelanggan akan sangat puas atau senang.
Buttle (2007) mendefinisikan Customer satisfaction is customers fulfilment to
a consumption expeience, or some part of it, customer satisfaction is a pleasurable
fulfilment response, dissatisfaction is an unpleasurable fulfilment response.
Maksudnya adalah kepuasan pelanggan merupakan tanggapan atas pemenuhan
pelanggan terhadap sebuah pengalaman konsumsi atau sebagian kecil dari
pengalaman itu, kepuasan pelanggan merupakan tanggapan yang menyenangkan
20 dari pelanggan karena yang di harapkan terpenuhi, sedangkan ketidakpuasan
merupakan tanggapan berupa kekecewaan karena yang di harapkan tidak terpenuhi.
Selama beberapa tahun, kepuasan konsumen menjadi tujuan utama dalam
suatu bisnis, karena kepuasan pelanggan akan mempertahankan konsumen dan
mempengaruhi pangsa pasar perusahaan. Secara umum, konsumen yang puas
adalah konsumen yang tidak sensitif terhadap harga, tidak terpengaruh oleh
pesaing, membeli produk/jasa tambahan, dan menjadi pelanggan yang loyal lebih
lama (Dimitriades, 2006).
Dalam kajian literatur kepuasan pelanggan yang dilakukan Gies & Cote yang
dikutip dalam tjiptono (2007) menemukan kesamaan komponen dalam setiap
pengidentifikasian definisi customer satisfaction, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan merupakan respons (emosional atau kognitif)
2. Respon tersebut menyangkut fokus tertentu (ekspektasi)
3. Respon terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan
produk/jasa, berdasarkan pengalaman akumulatif, dll)
Secara singkat, kepuasan pelanggan terdiri atas 3 komponen yaitu respon
menyangkut fokus tertentu yang ditentukan pada waktu tertentu (tjiptono, 2007).
2.1.2.2 Alat-alat Untuk Melacak dan Mengukur Kepuasan Pelanggan
Philip kotler dalam buku Amin Widjaja (2008) mengemukakan berbagai
metode yang digunakan untuk melacak kepuasan pelanggan yaitu :
1. System keluhan dan saran ( complaint and suggestion systems)
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah
pelanggannya untuk memberikan saran dan keluhan. Banyak restoran dan hotel
21 menyediakan formulir bagi tamu mereka untuk melaporkan hal-hal yang mereka
sukai dan tidak sukai.
2. Survey kepuasaan pelanggan ( customers satisfaction)
Penelitian menunjukan bahwa bila para pelanggan tidak puas dengan satu
dari setiap empat pembelian, kurang dari 5% pelanggan yang tidak puas akan
mengeluh. Kebanyakan pelanggan akan membeli lebih sedikit atau berganti
pemasok daripada mengajukan keluhan. Karenanya, perusahaan-perusahaan
tidak dapat menggunakan banyaknya keluhan sebagai ukuran kepuasan
pelanggan. Perusahaan-perusahaan yang responsif memperoleh ukuran survei
berkala. Mereka mengirim daftar pertanyaan atau menelepon pelanggan
pelanggan terakhir mereka sebagai sampel acak dan menanyakan apakah
mereka amat puas, biasa saja, kurang puas, atau amat tidak puas dengan
berbagai aspek kinerja perusahaan. Mereka juga meminta pendapat pembeli
tentang kinerja para pesaing mereka.
Selain mengumpulkan informasi tentang kepuasan pelanggan, juga
berguna untuk mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur keinginan
pelanggan untuk membeli kembali, hal ini biayanya tinggi jika kepuasan
pelanggan tinggi. Juga bermanfaat untuk mengukur kemungkinan atau
kebersediaan pelanggan untuk merekomendasikan perusahaan dan merek
kepada orang lain. Nilai positif tinggi dari informasi pelanggan menunjukkan
bahwa perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan yang tinggi.
3. Belanja Siluman ( ghost shopping )
Perusahaan-perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak
sebagai pembeli potensial untuk melaporkan temuan-temuan mereka tentang
kekuatan dan kelemahan yang mereka alama dalam membeli produk perusahaan
dan produk pesaing. Para pembelanja siluman ini bahkan dapat menyampaikan
22 masalah-masalah tertentu untuk menguji apakah staf penjualan perusahaan
menangani situasi tersebut dengan baik. Jadi, seorang pembelanja siluman
dapat mengeluh tentang makanan restoran untuk menguji bagaimana restoran
itu menagani keluhan ini. Bukan saja perusahaan harus membayar pembelanja
siluman, tetapi para manajer sendiri terkadang harus meninggalkan kantor
mereka, melihat situasi penjualan perusahaan dan pesaing dimana mereka tak
dikenal, dan mengalami sendiri secara langsung perlakuan yang mereka terima
sebagai “pelanggan” variasi dari hal ini adalah para manajer menelpon
perusahaan mereka sendiri dengan berbagai pertanyaan dan keluhan untuk
melihat bagaimana telepon ini ditangani.
4. Analisis kehilangan Pelanggan ( lost customer analysis)
Perusahaan- perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang
berhenti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya. Ketika
kehilangan pelanggan, perusahaan itu melakukan usaha yang mendalam untuk
melakukan wawancara keluar ketika pelanggan pertama kali berhenti membeli,
tetapi juga harus memperhatikan tingkat kehilangan pelanggan, yaitu jika
meningkat,
jelas
menunjukkan
bahwa
perusahaan
gagal
memuaskan
pelanggannya.
2.1.3
Customer Loyalty
2.1.3.1 Pengertian Customer
Hubungan antara bank dengan nasabah sebagai customer membutuhkan
perhatian yang teliti. Saling menghargai merupakan unsur vital dalan hubungan ini,
seperti kebutuhan satu dengan yang lain. Semakin besar jurang antara kedua belah
pihak ini maka semakain buruk pula prestasi bank dalam memenuhi kebutuhan
23 nasabahnya. Tjiptono (2007) menyatakan bahwa pelanggan adalah orang yang
selalu membeli barang atau jasa perusahaan. Danardatu (2003) mengemukakan
pelanggan adalah seseorang yang berulang kali atau teratur melakukan pembelian
kepada seorang pedagang. Jadi pelanggan adalah orangnya (dalam hal ini tidak
disinggung tentang kepuasan, mahal murahnya pembelian dll). Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang
membeli dan atau menggunakan barang atau jasa perusahaan.
Menghadapi permintaan konsumen yang beragam untuk mencapai loyalitas
pelanggan adalah masalah utama dalam manajemen saat ini. Customer loyalty
menjadi mungkin melalui pengembangan yang dilakukan dalam jangka panjang
melalui hubungan yang menguntungkan pelanggan. Customer loyalty dipandang
sebagai komitmen yang dipegang oleh pelanggan untuk melakukan pembelian ulang
atau berlangganan produk secara konsisten di masa depan. Pelanggan yang loyal
cenderung memiliki keinginan rekomendasi yang lebih tinggi dan keinginan untuk
melakukan pembelian ulang. Loyalitas meningkatkan perilaku pembelian berulang
karena pelanggan yang loyal cenderung mampu melawan negatif WOM (Word Of
Mouth). Pelanggan yang loyal terkadang merupakan konsumen yang tidak sensitif
terhadap harga, dan cenderung tidak mudah beralih ke produk pesaing. Customer
loyalty merupakan keinginan melakukan pembelian berulang melalui produk/jasa
tanpa memperdulikan pengaruh situasi yang beragam atau aktivitas pemasaran. (Ou,
Shih, dan Chen, 2011).
Peningkatan keuntungan dari loyalitas pelanggan datang dari pengurangan
biaya-biaya marketing, peningkatan penjualan, dan pengurangan biaya-biaya
operasional. Para pelanggan yang setia dapat berlaku sebagai “Pendorong kegiatan
marketing yang baik” dengan menghasilkan rekomendasi dan menyebarkan word of
mouth yang positif, kegiatan semacam ini merupakan cara yang terbaik bagi sebuah
24 perusahaan. Para pelanggan yang setia meningkatkan pembelian dengan lebih
bervariasi dan membuat peningkatan pada frekuensi pembelian. Pelanggan yang
setia mempunyai tingkat pembelian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang tidak setia. Karena itu pada akhirnya, para pelanggan yang setia
tidak memerlukan biaya yang tinggi/besar untuk dilayani, karena mereka tidak
membutuhkan banyak informasi mengenai produk atau jasa karena sudah mengenal
produk atau jasa dari perusahaan tersebut (Bowen dan Chen, 2001).
2.1.4.1 Definisi Loyalitas pelanggan
Loyalitas dapat terbentuk karena kesan kualitas, asosiasi atau karena nama
yang terkenal. Loyalitas juga terbentuk karena adanya pengalaman dalam
menggunakan suatu produk atau jasa. Loyalitas tidak bisa terbentuk bila tidak atau
belum melakukan proses pembelian terlebih dahulu.
Mempertahankan pelanggan yang loyal akan membawa banyak keuntungan
bagi perusahaan. Selain memberikan profitabilitas dalam jangka waktu yang panjang
mereka juga dapat bertindak sebagai promotor bagi orang lain untuk ikut
mengkonsumsi produk perusahaan bahkan menjadi pelanggan perusahaan.
Menurut Kotler (2003), loyalitas adalah sebuah komitmen untuk membeli
kembali produk atau jasa dimasa yang akan datang meskipun dipengaruhi oleh
situasi dan keadaan pasar yang dapat menyebabkan perubahan perilaku. Chan
(2003) mengatakan bahwa pelanggan yang loyal selain akan membeli lebih banyak
dan lebih sering, juga bertindak seperti penasehat bagi keluarga dan temantemannyanya untuk menjadi pelanggan. Tandjung (2002) mendefinisikan loyalitas
pelanggan adalah sebagai berikut :
25 1. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur.
2. Pelanggan yang membeli produk dari lini produk yang lain, misalnya di samping
membel buku tulis, juga membeli eskrim di tempat yang sama.
3. Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain.
4. Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah.
Tjiptono
(2001),
mendefinisikan
customer
loyalty
adalah
komitmen
pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang
sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
Griffin (2005) mengemukakan loyalitas menunjukkan
perilaku pembelian
yang didefinisikan sebagai pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke
waktu oleh beberapa unit pengambilan keputusan. Pelanggan yang loyal merupakan
asset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang
dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin (2005) pelanggan yang loyal
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian secara teratur atau pembelian ulang, adalah pelanggan
yang telah melakukan pembelian suatu produk atau jasa sebanyak dua kali atau
lebih (repeat purchase).
2. Membeli diluar lini produk atau jasa (pembelian antar lini produk), adalah
membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan.
Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah
kuat dan berlangsung lama serta membuat mereka tidak terpengaruh oleh
produk pesaing (reward).
3. Merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain. Adalah membeli barang
atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan
pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong orang lain agar membeli
26 barang atau jasa perusahaan tersebut. Secara tidak langsung, mereka telah
melakukan pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen kepada
perusahaan (recommendation).
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis, atau dengan
kata lain mudah terpengaruh oleh tarikan pesaing (refuse)
2.1.4.2 Tingkatan Pelanggan
Terdapat empat tingkatan pelanggan berdasarkan keuntungan (profit) yang
diberikan pelanggan kepada perusahaan menurut chan (2003), yaitu :
1. Emas (gold), merupakan kelompok pelanggan yang memberikan keuntungan
terbesar kepada perusahaan. Biasanya kelompo ini adalah heavy user yang
selalu membeli dalam jumlah besar dan frekuensi pembeliannya tinggi. Mereka
tidak sensitif terhadap harga, tidak segan untuk mengeluarkan uang untuk
sesuatu yang hanya bisa dinikmati pada masa yang akan datang, mau mencoba
sesuatu yang baru yang ditawarkan oleh perusahaan, dan yang paling penting
punya komitmen untuk tidak berpaling ke pesaing.
2. Perak (silver), kelompok ini masih memberikan keuntungan yang besar walaupun
posisinya masih dibawah level gold tier. Mereka mulai memperhatikan tawaran
potongan harga (kalau ada), karena mereka cenderung agak sensitif terhadap
harga. Mereka juga tidak seloyal gold. Walaupun mereka sebenernya heavy user,
tetapi pemenuhan kebutuhannya didapat lebih dari satu tempat, tergantung
penawaran yang lebih baik.
3. Perunggu (bronze), kelompok yang paling besar jumlahnya. Mereka ini adalah
kelompok yang spending levelnya relatif rendah. Driver terkuatnya untuk
bertransaksi semata mata didorong oleh potongan harga besar, sehingga
27 mereka juga dikenal sebagai kelompok pemburu diskon. Dengan demikian
margin yang diterima perusahaan relatif kecil. Akibatnya perusahaan tidak
berpikir untuk memberikan pelayanan premium kepada mereka. Terlepas dari
average spending level yang rendah, kelompok ini masih dibutuhkan oleh
perusahaan untuk menggenapkan pemenuhan target penjualan tahunan.
4. Besi
(iron),
adalah
kelompok
pelanggan
yang
bukannya
menghasilkan
keuntungan justru membebani perusahaan. Kecendrungannya untuk meminta
perhatian lebih besar dan cenderung bermasalah, membuat perusahaan berpikir
lebih baik menyingkirkan mereka dari daftar pelanggan.
2.1.4
Kartu kredit
2.1.4.1 Pengertian Kartu Kredit
Kartu kredit merupakan fasilitas kartu yang diberikan oleh bank atau issuer
kepada pemegang kartu kredit yang namanya tercetak dalam kartu kredit,
sehingga yang bersangkutan dapat menggunakannya untuk berbelanja di tempat
yang telah ditentukan, maupun untuk menarik uang tunai di bank issuer atau
yang telah ditunjuk oleh issuer. Setiap bulan pada tanggan yang telah
ditentukan, issuer akan mengirimkan tagihan atas pemakaian kertu kredit
tersebut dalam bentuk billing statement. Pembayaran oleh pemegang kartu
dapat dilakukan sekaligus atau diangsur sesuai ketentuan yang berlaku pada
issuer card yang bersangkutan.
28 2.1.4.2 Jenis dan macam kartu kredit
Dari wilayah berlakunya dan dari cara-cara pembayarannya pada waktu
penagihan, suatu credit card menurut Siamat (2001) dapat dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu:
•
Dilihat dari wilayah berlakunya
o
Domestic card, yaitu suatu kartu kredit yang hanya dapat digunakan pada
suatu negara itu saja atau berlaku secara lokal. Seperti ALFA card, Astra
card, Carrefour card.
o
International card, yaitu suatu kartu kredit yang dapat digunakan diseluruh
dunia atau berlau secara international. Seperti VISA, Master card, American
Express card.
•
Dilihat dari cara pembayarannya
o
Charge card, yaitu jenis kartu kredit yang mengharuskan kepada
pemegangnya untuk membayar sekaligus kepada penerbit atas jumlah
tagihan yang dikirimkan oleh issuer kepada pemegang kartu kredit sebelum
batas waktu jatuh tempo. Kartu ini hanya dikeluarkan oleh suatu lembaga
keuangan international.
o
Credit card, yaitu jenis kartu kredit yang mana si pemegang kartu dapat
membayar sekaligus maupun angsuran dan dikenakan bunga sebagaimana
layaknya kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Biasanya
kartu ini dikeluarkan oleh banyak lemnbaga perbankan melalui program
perjanjian franchise. Misalnya VISA dan Master card.
•
Dilihat credit limit
o
Tradisional card, yaitu kartu yang mempunyai komposisi warna biru, putih
dan emas, dimana dalam pemakaiannya berdasarkan limit kartu kredit
tertentu.
29 o
Premium card, yitu kartu yang mempunyai komposisi warna emas, dimana
dalam pemakaiannya tidak mempunyai limit kredit, jadi card holder bebas
untuk berbelanja sampai jumlah berapapun.
2.1.5
Hubungan antara Customer Relationship Management dengan Customer
Satisfaction
Penggunaan teknologi yang tinggi oleh nasabah di bank membuat peran customer
service menjadi lebih penting karena nasabah berhubungan dengan teknologi yang bukan
manusia. Kenyataannya, pemberian customer service yang tepat membentuk perilaku
nasabah secara signifikan. Customer Service memiliki dampak yang besar kepada kepuasan
pelanggan dibandingkan dengan penggunaan teknologi yang reliabel dan mudah digunakan.
Akan tetapi, manfaat dari penggunaan teknologi yang mudah dan dapat dipercaya juga
sangat penting. Ini diakibatkan karena jika konsumen menganggap bahwa teknologi yang
disediakan dapat dipercaya dan mudah digunakan, pengalaman penggunaan produk/jasa
akan positif dan pelanggan akan merasa puas dengan penggunaan teknologi berbasis bank
ini, ini akan memacu kepercayaan diri pelanggan (Ganguli dan Roy, 2011).
Salah satu tujuan utama dari CRM adalah untuk mempertahankan kepuasan
pelanggan. Jika proses CRM menunjukkan kinerja yang tinggi, kepuasan pelanggan akan
meningkat (Oztaysi, Sezgin, dan Ozok, 2011).
Selain itu, program manajemen hubungan yang berfokus pada pelanggan akan
meningkatkan aliran informasi diantara bank dan nasabahnya dan meningkatkan persepsi
positif akan bank yang bersangkutan. Selain itu, ini akan menciptakan kepuasan nasabah
dan hubungan yang kuat diantara nasabah dengan bank (Leverin dan Liljanter, 2006).
30 2.1.6
Hubungan antara Customer Relationship Management dengan Customer
Loyalty
Dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa dampak terbesar program CRM adalah
pada terciptanya pelanggan yang loyal dan peningkatan brand saliance, yang dapat
berkontribusi pada peningkatan share-of market dan share-of-customer. Kotler&Keller (2009)
mendefinisikan customer relationship management adalah proses mengelola informasi rinci
tentang pelanggan perorangan dan semua “titik kontak” pelanggan seacara seksama untuk
memaksimalkan loyalitas pelanggan.
Customer loyalty mewakili komitmen pelanggan terhadap perusahaan. Karena
pelanggan menjadi loyal, maka keuntungan dari pada transaksi berulang akan meningkat
(Oztaysi, Sezgin, dan Ozok, 2011).
Hanya jika pelanggan puas dengan program CRM yang diberikan, pelanggan akan
terus loyal dan menggunakan produk/jasa yang sama di masa depan. CRM dengan
kemampuannya untuk membentuk pelanggan yang loyal (melalui pemahaman yang lebih
baik dan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan) dapat berdampak
pada pengurangan biaya. Ini diakibatkan karena biaya dalam pelayanan pada pelanggan
yang loyal lebih sedikit dari biaya yang dikeluarkan dalam menarik dan melayani pelanggan
baru. Melalui CRM, perusahaan dapat mengurangi biaya pemasaran, distribusi, dan logistik,
dan sekaligus memperoleh keuntungan kompetitif melalui biaya yang rendah dan biaya
diferensiasi pelayanan yang rendah (Ganguli dan Roy, 2011).
Kualitas hubungan dengan pelanggan merupakan gabungan dari nilai yang tidak
tampak, yang menyertai produk/jasa dan menciptakan transaksi antara penjual dengan
pembeli. Kualitas CRM juga mengarah kepada persepsi pelanggan mengenai seberapa baik
keseluruhan hubungan dengan pelanggan memenuhi harapan, prediksi, tujuan, dan
keinginan dari pelanggan. CRM membentuk kesan konsumen secara keseluruhan terhadap
31 keseluruhan interaksi dengan perusahaan termasuk di dalamnya transaksi yang berbedabeda. Kualitas CRM merupakan hal yang penting dalam membangun hubungan jangka
panjang yang sukses.
Khusus industri perbankan, pelanggan akan loyal teradap bank hanya jika teknologi
yang disediakan mudah untuk digunakan, dapat dipercaya, dan nasabah merasa nyaman
dengan pelayanan yang diberikan (Ganguli dan Roy, 2011). Dengan membangun kualitas
CRM yang baik, bank akan mampu untuk memelihara konsumen yang loyal. Lebih jauh, CRM
mampu meningkatkan komitmen dan kemampuan penanganan keluhan oleh bank (Ndubisi,
Wah, dan C. Ndubisi, 2011).
2.1.7 Hubungan antara Customer Satisfaction dengan Customer Loyalty
Kepuasan pelanggan diperoleh melalui sudut pandang kumulatif dari kepuasan dan
didefinisikan sebagai pengalaman keseluruhan dalam berinteraksi dengan produk/jasa
(Ganguli dan Roy, 2011).
Menurut fullerton (2005) yang dikutip dalam jurnal “Peran Kepercayaan pada Merek
dan Kepuasan dalam Menjelaskan Loyalitas pada Merek” (Usahawan No. 01 Th.XXXVII
Januari, 2008) menyebutkan bahwa kepuasan adalah sikap konsumen yang mempunyai
dampak langsung maupun tidak langung terhadap loyalitas dan niat beli.
Customer satisfaction merupakan salah satu hasil penting yang diharapkan dari
seluruh aktivitas marketing di dalam perusahaan yang berorientasi pada pemasaran. Studi
yang telah dilakukan dalam sektor pelayanan seperti perbankan, usaha cuci pakaian dan
makanan cepat saji, telah menemukan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh
yang signifikan dalam kecenderungan pembelian dalam keempat sektor tersebut. Penelitian
menemukan bahwa kecenderungan pelanggan untuk merekomendasikan suatu produk
32 diakibatkan oleh persepsi positif mereka akan kepuasan dari pelayanan yang diberikan
perusahaan (Kandampully dan Suhartono, 2001).
Kepuasan pelanggan akan mendorong penciptaan WOM yang positif dan perilaku
pembelian berulang oleh konsumen. Loyalitas pelanggan secara langsung pasti didahului
oleh kepuasan pelanggan. Pelanggan akan cenderung melakukan rekomendasi jika mereka
puas terhadap produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan (Cater, 2009).
Konsumen yang loyal memberikan sumbangan pada keuntungan perusahaan dengan
menghabiskan lebih banyak produk/jasa perusahaan, melalui pembelian berulang dan
rekomendasi perusahaan kepada orang lain. Dalam industri yang sedang berkembang ke
dalam skala internasional, seperti pelayanan, pengembangan standarisasi pengukuran yang
memadai dalam menciptakan kepuasan, loyalitas, dan komitmen pelanggan contoh:
keuangan, hiburan, pelayanan transportasi, dll (Dimitriades, 2006).
The relationship between customer loyalty and customer satisfaction menyatakan
bahwa setiap pemasar harus menyadari bahwa memiliki pelanggan yang puas saja tidak
cukup, tetapi mereka harus terus menerus meningkatkan kepuasan pelanggan dan memiliki
pelanggan yang sangat puas. Hal ini akan meningkatkan loyalitas konsumen.
Dalam hubungannya dengan bank, kepuasan nasabah terhadap hubungan dengan
bank merupakan dasar yang kuat dalam pembentukkan loyalitas pelanggan, walaupun tidak
dijamin, karena bahkan pelanggan yang puas mampu berganti bank. Salah satu alasan
pergantian bank adalah karena harga. Karenanya, bank menjalankan suatu program loyalitas
pelanggan dengan menyediakan insentif (Leverin dan Liljanter, 2006).
Lebih lanjut, karena produk yang ditawarkan kepada nasabah bank disesuaikan
dengan faktor eksternal, bank merasa bahwa mereka perlu membedakan dirinya dengan
pesaing dalam kriteria tertentu yang dapat mendorong kepuasan dan loyalitas nasabah. Ini
diakibatkan karena kepuasan dan loyalitas nasabah terbukti merupakan hal yang paling
33 penting dalam menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (Ganguli dan Roy,
2011).
Dengan membedakan dirinya dengan pesaing, suatu perusahaan mampu memiliki
keunggulan kompetitif dibandingkan perusahaan lainnya yang cenderung akan mendorong
loyalitas pelanggan.
2.1.8
Hubungan antara Customer Relationship Management dengan Customer
Satisfaction serta dampaknya pada Customer Loyalty.
Customer relationship management adalah suatu kemampuan untuk mengenali
pengalaman transaksi yang dihadapi oleh pelanggan selama bertransaksi dengan perusahaan
kita dimana CRM berusaha meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga loyalitas dan
kecenderungan pelanggan untuk membeli semakin meningkat (Greenberg, 2002).
Program CRM secara terbukti mampu meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggannya dengan manajemen target dan kustomisasi pelayanan. Manajemen target
terfokus pada perolehan informasi dan evaluasi potensi pelanggan. Karena perusahaan
melakukan targeting dan memperoleh konsumen yang tepat, kepuasan dan loyalitas
pelanggan dapat dengan mudah dipelihara dan performa ekonomi dapat meningkat.
Sedangkan kustomisasi produk diperuntukkan pada kemampuan dalam membuat perbedaan
pada produk dan pelayanan berdasarkan kebutuhan pelanggan. Kustomisasi diinterpretasikan
sebagai alat untuk memelihara kepuasan dan loyalitas pelanggan. Secara umum, kustomisasi
diperuntukkan bagi pelanggan yang bernilai tinggi bagi perusahaan. CRM harus dibuat
dengan baik dan benar karena bertujuan untuk memelihara keefektivitasan kustomisasi.
(Oztaysi, Sezgin, dan Ozok, 2011).
CRM dengan menggunakan teknologi merupakan faktor yang penting dalam
menciptakan kepuasan dan loyalitas nasabah. Bank menerapkan berbagai teknologi yang
34 berbeda dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Contohnya: ATM, Internet
Banking, dan Phone Banking (Ganguli dan Roy, 2011).
2.2
Kerangka Penelitian
PT. BANK NEGARA INDNESIA
CRM (X) People, Process, Customer Satisfaction (Y) Technology Respon, Fokus Waktu Customer Loyalty (Z) Repeat purchase Reward Recommendation Refuse Gambar 2.1 Kerangka Penlitian
Sumber : Penulis, 2011
35 2.3
Hipotesis
Pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapat
dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji.
Variabel :
X = Customer Relationship Management
Y = Customer Satisfaction
Z = Customer Loyalty
Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian, maka rancangan uji hipotesis yang dapat
dibuat adalah:
Tujuan 1
•
Hipotesis pengujian secara individual hubungan antara X terhadap y
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel customer relationship
management terhadap customer satisfaction kartu kredit BNI.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel customer relationship
management terhadap customer satisfaction kartu kredit BNI.
•
Hipotesis pengujian secara individual hubungan antara X terhadap Z
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel customer relationship
management terhadap customer Loyalty kartu kredit BNI.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel customer relationship
management terhadap customer Loyalty kartu kredit BNI.
36 •
Hipotesis pengujian secara individual hubungan antara Y terhadap Z
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel customer satisfaction
terhadap customer loyalty kartu kredit BNI.
Ha : ada hubungan yang signifikan antara variabel customer satisfaction terhadap
customer loyalty kartu kredit BNI.
•
Hipotesis pengujian secara simultan antara X dan Y terhadap Z
Ho : Tidak ada pengaruh atau kontribusi antara variabel customer relationship
management dan customer satisfaction secara simultan dan signifikan terhadap
variabel customer Loyalty Kartu Kredit BNI.
Ha : ada pengaruh atau kontribusi antara variabel customer relationship management
dan customer satisfaction secara simultan dan signifikan terhadap variabel customer
Loyalty Kartu Kredit BNI.
Tujuan 2
•
Hipotesis pengujian secara individual pengaruh antara X terhadap Z
melalui Y
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel customer relationship
management terhadap customer loyalty kartu kredit BNI melalui customer
stisfaction.
Ha : ada hubungan yang signifikan antara customer relationship management
terhadap
customer
loyalty
kartu
kredit
BNI
melalui
customer
stisfaction.
Download