BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang peraturan Tenaga Kesehatan,
dijelaskan bahwa perawat termasuk tenaga kesehatan jenis tenaga keperawatan.
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tenaga perawat
yang merupakan The Caring Profession mempunyai kedudukan penting dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang
diberikannya berdasarkan pendekatan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
(Departemen Kesehatan RI, 2001). Perawat bekerja selama 24 jam sehari dan 7 hari
dalam seminggu untuk merawat dan melayani masyarakat (Hamid, 2008). Hal
tersebut menjadikan perawat sebagai orang yang paling dekat dengan pasien,
sehingga mereka harus siap melayani setiap pasien yang ada (Citra, 2009).
Perawat berorientasi kepada pelayanan dalam bentuk jasa yang diberikan
kepada klien yang mencakup individu, keluarga dan masyarakat, sehingga diperlukan
suatu keterampilan manajemen emosi agar pelayanan yang diberikan meliputi
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Keterampilan tersebut dikenal dengan istilah
kecerdasan emosional. Keterampilan yang berhubungan dengan emosi (dikenal
dengan istilah soft-skills) hampir terlupakan dalam sistem dunia pendidikan kita
dibandingkan dengan penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi (hard-skills).
Keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuannya menguasai berbagai
keterampilan yang berhubungan dengan kecerdasan emosi.
Yosep (2009) mengatakan bahwa emosi biasanya memicu seseorang untuk
berprestasi. Kecerdasan emosional menjadi lebih penting dibandingkan dengan
kecerdasan intelektual atau prestasi akademik. Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan sosial
(Goleman, 2001). Pekerjaan seperti perawat yang harus selalu berinteraksi langsung
dengan pasien, diperlukan kemampuan mengenali emosi, kemampuan mengelola
emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain
dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain, sehingga akan terjalin
hubungan saling percaya dan saling membantu antara perawat dengan pasien, perawat
dengan keluarga, perawat dengan dokter, perawat dengan tim kesehatan yang lainnya.
IQ (Intelligence Quotions) tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi
penghayatan emosional terhadap kinerja perawat. Namun biasanya kedua inteligensi
itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci
keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan (Goleman, 2002). Masalah
yang dihadapi seseorang, termasuk yang dihadapi seorang perawat, biasanya disertai
oleh emosi-emosi negatif. Perawat yang secara cerdas emosional akan cepat
mendapatkan insight mengenai emosi yang dialaminya dan dengan segera dapat
mengelola emosi yang muncul. Keberhasilan mengelola emosi ini akan membuat
perawat yang bersangkutan menjadi lebih fokus dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya (Rudyanto, 2010).
Perawat dalam pekerjaan sehari-hari hampir selalu melibatkan perasaan dan
emosi, sehingga setiap memberikan perawatan kepada pasien dituntut untuk memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi. Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan
emosi yang tinggi dapat ditandai dengan sikap emosi yang tinggi, cepat bertindak
berdasarkan emosinya, dan tidak sensitif dengan perasaan dan kondisi orang lain.
Pelayanan keperawatan sangat memerlukan sosok perawat yang memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasien yang mencakup kebutuhan
biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual (Rudyanto, 2010).
Kita sering mendengar baik itu dari surat kabar maupun kerabat, bahwa ketika
pasien dirawat oleh perawat yang ramah-ramah, mereka akan merasa senang dan
sepertinya penyakit mereka akan cepat sembuh. Sebaliknya, saat pasien dirawat oleh
perawat yang judes, pasien akan merasa tertekan berada di rumah sakit (Bharata,
2010). Kata-kata tersebut tidak jarang kita dengar saat ini dari masyarakat. Tidak
dipungkiri fenomena tersebut juga berhubungan dengan kecerdasan emosional
perawat.
Hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 10 pasien di RSUP
Haji Adam Malik pada tanggal 20 September 2010, masih ditemukan banyak keluhan
dari pasien atau keluarga pasien tentang perawat yang kurang ramah, kurang peduli
suka marah-marah, cerewet, serta masih ada kecenderungan perawat bersikap
emosional saat memberikan saran tentang kesehatan dan saat mendapat laporan
keluhan dari pasiennya. Perawat juga sering bersikap emosional pada pasien jika
saran dan anjurannya tidak dilaksanakan oleh pasien. Peneliti juga menemukan
perawat jarang bahkan cenderung tidak melakukan komunikasi teapeutik dengan baik
terhadap pasiennya, komunikasi hanya dilakukan sekedarnya saja. Pasien juga
mengungkapkan bahwa perawat jarang mendatangi pasien, menemui pasien hanya
untuk rutinitas saja saat ada tindakan keperawatan serta kurang lama berinteraksi
dengan pasien. Perawat yang tidak mampu menguasai emosinya, kemungkinan besar
akan berdampak pada pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan
Kecerdasan Emosional Perawat dengan Kinerja Perawat menurut Persepsi Pasien di
Rindu B2 RSUP Haji Adam Malik Medan”.
2. Pertanyaan Penelitian
2.1
Bagaimana tingkat kecerdasan emosional perawat di Rindu B2 RSUP Haji
Adam Malik Medan?
2.2
Bagaimana kinerja perawat menurut persepsi pasien di Rindu B2 RSUP Haji
Adam Malik Medan?
2.3
Bagaimana hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja perawat menurut
persepsi pasien di Rindu B2 RSUP Haji Adam Malik Medan?
3. Tujuan Penelitian
3.1
Mengidentifikasi tingkat kecerdasan emosional perawat di Rindu B2 RSUP
Haji Adam Malik Medan.
3.2
Mengidentifikasi kinerja perawat menurut persepsi pasien di Rindu B2 RSUP
Haji Adam Malik Medan.
3.3
Mengidentifikasi hubungan kecerdasan emosional dengan kinerja perawat
menurut persepsi pasien di Rindu B2 RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Manfaat Penelitian
4.1
Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perhatian bagi mahasiswa
mahasiswa perawat. Idealnya seorang perawat harus dapat menguasai
keterampilan kognitif dan sekaligus keterampilan emosional. Penelitian ini
juga dapat memberikan informasi tentang kecerdasan emosional dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4.2
Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi
penelitian yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
4.3
Tenaga Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para perawat
dalam meningkatkan profesionalisme perawat dalam asuhan keperawatan.
Perawat juga diharapkan untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri
orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya,
dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku.
Download