BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut American Marketing Association Tahun 1985 (Alma, 2007, p3) “Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang, jasa dan ide yang dapat memuaskan pelanggan secara menguntungkan.” Menurut Djaslim Saladin (2003, p1) “Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang – barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar serta tujuan perusahaan.” Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah keseluruhan proses bisnis yang bertujuan untuk memuaskan konsumen secara menguntungkan. 2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran Menurut Alma (2007, p205) “Bauran pemasaran ini merupakan strategi mencampur kegiatan – kegiatan marketing agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan yang terdiri dari Price, Product, Promotion, Place.” Menurut Djaslim Saladin (2003, p3) “Bauran pemasaran adalah serangkan dari variabel pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan dan digunakan untuk mencapa tujuan dalam pasar sasaran.” 6 7 Menurut Kotler Bauran pemasaran (2004 , p18) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan secara terus menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yang luas disebut ” 4P ” dalam pemasaran , yaitu : 1) Produk (Product) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk diperhatikan,dibeli, digunakan , atau dikonsumsi dimana dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan 2) Harga (Price) Harga adalah jumlah uang yang dikenakan untuk produk atau jasa tertentu, atau jumlah nilai yang ditukar konsumen untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa 3) Tempat ( Place ) Tempat merupakan alat pemasaran lain yang termasuk sebagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Memahami dimana, mengapa, kapan dan bagaimana pelanggan sasara membeli merupakan langkah penting. Pemasar harus memahami tingkat hasil pelayanan yang diinginkan pelanggan sasaran. 4) Promosi ( Promotion ) Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. Promosi memiliki alat- alat, yaitu : o Periklanan o Promosi penjualan o Personal sellinhg 8 o Publikasi o Penjualan Massal Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa pada setiap bauran pemasaran ini memiliki fungsi yang berbeda terhadap suatu perusahaan. Dan bauran pemasaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah bauran pemasaran produk. Pengertian tersebut dapat diperjelas pada gambar berikut ini : Sumber : Buku Manajemen Pemasaran (Kotler, 2004, p18) Gambar 2.1 Komponen empat P dalam bauran pemasaran 9 2.1.3 Produk Menurut W.J.Stanton (Alma, 2007, p139) “Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah warna, nama baik pabrik, serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.” Menurut Tjiptono (2008, p95) “Produk merupakan segala suatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.” Pengertian tersebut dapat diperjelas pada gambar berikut ini : Sumber : Buku Strategi Pemasaran (Tjiptono, 2008, p95) Gambar 2.2 Konsep Produk 2.1.3.1 Atribut Produk Kotler dan Armstrong (2004: p347) menyatakan bahwa atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan. 10 Pengertian atribut produk menurut Fandy Tjiptono (2001: p103) adalah “unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan”. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dansebagainya. Menurut Kotler (2004: p329) “Atribut produk adalah karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk”. Atribut produk meliputi merek (brand), pembungkusan (packaging), label, garansi atau jaminan (warranty) dan produk tambahan (service). Atribut dapat dipandang secara obyektif (fisik produk) maupun secarasubyektif (pandangan konsumen). Bilson Simamora (2001:167) mendefinisikan bahwa “Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat pada produk dan menjadi bagian dari produk itu sendiri”. Unsur – Unsur Atribut Produk: 1) Kualitas Produk Kotler dan Armstrong (2004: p347) menyatakan bahwa “Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsifungsinya”. Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsi-nya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik. Menurut Kotler (2004: p330), kebanyakan produk disediakan pada satu diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitassangat baik. Beberapa dari atribut diatas dapat diukur secara objektif. Namun demikian darisudut pemasaran kualitas harus diukur dari sisi persepsi pembeli tentang kualitas produk tersebut. Stanton (1991: p285-286) menyatakan bahwa perhatian pada kualitas produk makin meningkatkarena 11 keluhan konsumen selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini terjadi karenakeluhan konsumen makin lama makin terpusat pada kualitas yang buruk dari produk, baik bahannya maupun pekerjaannya.Kotler dan Armstrong (2004: p347) menyatakan bahwa “Kualitas adalah salah satu alat utamauntuk positioning menetapkan posisi bagi pemasar” 2) Fitur Produk Kotler dan Armstrong (2004: p348) sebuah produk dapat ditawarkan dengan beraneka macam fitur. Perusahaan dapat menciptakan model dengan tingkat yang lebih tinggi dengan menambah beberapa fitur. Fitur adalah alat bersaing untuk membedakan produk perusahaandari produk pesaing. Menurut Cravens (1998: p14) fitur juga dapat digunakan sebagai sarana untuk membedakansuatu merek dari pesaingnya. 3) Desain Produk Menurut Kotler dan Armstrong (2004: p348) cara lain untuk menambah nilai konsumen adalah melalui desain atau rancangan produk yang berbeda dari yang lain.(taufan darussalam : 2007) Desain merupakan rancangan bentuk dari suatu produk yang dilakukan atas dasar pandangan bahwa “bentuk ditentukan oleh fungsi” dimana desain mempunyai kontribusi terhadap manfaat dan sekaligus menjadi daya tarik produk karenaselalu mempertimbangkan faktor-faktor estetika, ergonomis, bahan dan lain-lain. Desain ataurancangan yang baik dapat menarik perhatian, meningkatkan kinerja produk, mengurangi biaya produk dan memberi keunggulan bersaing yang kuat di pasar sasaran.Kotler (2004: p332) berpendapat bahwa “Desain merupakan totalitas keistimewaan yangmempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk dari segi kebutuhan konsumen”. Menurut Stanton (1991: p285), 12 “Desain merupakan salah satu aspek pembentukan citra produk. Sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan satu-satunya ciri pembeda produk”.Menurut Stanton (1991: p285), desain produk yang baik dapat meningkatkan pemasaran produk dalam berbagai hal diantaranya: 1. Dapat mempermudah operasi pemasaran produk. 2. Meningkatkan nilai kualitas dan keawetan produk. 3. Menambah daya penampilan produk 2.1.3.2 Pendekatan Atribut Produk Menurut Donald R. Lehmann dan Russel S. Winer (Adi Haryadi, 2007, p22) “Konsumen memiliki sikap yang berbeda – beda dalam memandang atribut – atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda beda.” Analisis atribut pada perilaku konsumen merupakan teori permintaan yang cukup baru, yang mana analisis pendekatan atribut produk menyatakan bahwa kepuasan seseorang terhadap barang dan jasa yang dibeli sebenarnya bukan terletak pada barang atau jasa itu sendiri, tetapi dari karakteristik atau atribut yang melekat pada barang yang bersangkutan. Dengan kata lain konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentinganya (Simamora, 2002, p17). 13 2.1.3.3 Pengembangan Produk Baru Menurut Kotler (2000), produk baru adalah segala sesuatu yang ditawarkan untuk bisa memuaskan kebutuhan dan keinginan. Lebih jauh produk tersebut meliputi barang, jasa, pengalaman, event, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide-ide. Sedangkan menurut Alma (2007, p139) “Pengembangan produk adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh pabrikan atau produsen dalam menentukan dan mengembangkan produknya, memperbaiki produk lama, menambah produk baru atau jasa yang sudah ada, dan mengurangi biaya – biaya produksi dan biaya pembungkus.” Pengertian pengembangan produk antata lain dikembangkan oleh Gruenwald (2005), yaitu : a. Appearance or form improvement Pengembangan produk ini berkaitan dengan perbaikan bentuk dan penampilan sebuah produk. b. Performance improvement Pengembangan produk ini berkaitan dengan perbaikan baik dalam bentuk maupun penampilan. c. Ingridient Change Pengembangan produk ini berkaitan dengan modifikasi struktur, proses pembuatan dan formulasi. d. Price/ Value Change Pengembangan ini berkaitan ditambahkan pada sebuah produk. dengan nilai yang mampu 14 2.1.3.4 Kategori Produk Baru Menurut Kotler dan Keller (2006, p586), terdapat enam kategori produk baru, yaitu : 1) Produk yang baru bagi dunia Yaitu produk baru yang menciptakan pasar baru 2) Lini produk baru Yaitu produk baru yang mengijinkan perusahaan untuk masuk ke pasar yang sebelumnya sudah ada untuk pertama kalinya 3) Tambahan pada lini produk lama Yaitu produk baru yang memberikan tambahan atas lini produk lama (ukuran kemasan, rasa, dan sebagainya) 4) Peningkatan dan perbaikan atas produk lama Yaitu produk baru yang menunjukan peningkatan kinerja atau nilai yang menggantikan produk lama 5) Penetapan kembali posisi Yaitu produk lama yang diarahkan pada dasar atau segmen pasar baru. 6) Penurunan biaya Yaitu produk baru yang memberikan kinerja yang sama pada biaya yang lebih rendah 15 2.1.4 Harga Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tuturkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2004, p430). Menurut Kotler (2001, p439), harga telah menjadi faktor penting yang mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak, dan berapa jumlah yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen membeli suatu produk, mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu nilai lainnya (manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk). Harga sering dijdikan indikator kualitas bagi konsumen. Orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara 2 barang sejenis, karena beranggapan kualitasnya lebih baik. Harga terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan kedua pihak : produsen dan konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya produksinya. Konsumen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan keinginannya (misalnya prestisius, hemat, syarat pembayaran). Bagi produsen, penetapan harga sangat penting dan peka. Keputusannya dapat mempengaruhi perkembangan, keberadaan dan kemajuan usahanya. Oleh karena itu penentuan harga perlu diperhitungkan dengan cermat dan hati-hati. 16 2.1.4.1 Peranan Harga Harga memiliki peran penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Menurut Sutojo (2001: p64-69) peranan harga adalah sebagai berikut : 1. Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar. Dalam kehidupan sehari-hari harga dapat bersifat elastis dan tidak elastis terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis apabila permintaan berubah setiap kali harga naik atau turun. Sedangkan harga tidak elastis apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga. Termasuk dalam kategori produk yang elastis adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. 2. Harga menentukan hasil penjualan dan keuntungan. Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan jumlah satuan yang terjual dikali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama . 3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi distribusi produk. Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor dalam mendistribusikan produk. Dimana harga tersebut harus kompetitif, dalam arti tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk yang setara. Apabila perbandingan harga tersebut terlalu besar maka kelancaran 17 penjualan produk dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor lebih besar dibandingakan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor, mendistribusikan produk yang bersangkutan, apalagi jika syarat penjualan adalah kredit penjualan bukan konsinyasi. 4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar dan dapat menembus perusahaan. Melebarkan sayap pemasaran produk sengan memasuki segmen pasar lain yang belum pernah ada sebelumnya dapat menambah keuntungan. Dengan penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar dibanyak negara yang digunakan sebagai sarana melebarkan jangkauan pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah. Harga telah menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk (jasa) tersebut atau tidak. Harga memiliki beberapa indikator yaitu, kuantitas (elastisitas harga) dan segmen pasar (jaminan kualitas dan kesesuaian harga). 2.1.5 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan berbagai alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk orang yang kepentingan utamanya adalah pemasaran. Tidak mengherankan jika studi tentang perilaku konsumen ini 18 memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan terlebih lagi dalam pemasaran. Dengan demikian, perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah sebagai berikut : Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. 2.1.5.1 Peran Pembelian Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli, yaitu (Simamora, 2002, p15): 1) Pemrakarsa (Initiator). Orang yang pertama kali menyarankan membeku suatu produk atau jasa tertentu. 2) Pemberi pengaruh (Influencer). Orang yang pandangan / nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. 3) Pengambil keputusan (Decider). Orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membekum dan dimana akan membeli. 4) Pembeli (Buyer). 19 Orang yang melakukan pembelian nyata. 5) Pemakai (User). Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. 2.1.5.2 Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler (Simamora, 2002, p15) “Terdapat lima tahap yang dilaui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pembelian.” Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Gambar berikut ini melukiskan proses tersebut. Sumber : Buku Panduan Riset Perilaku Konsumen (Simamora, 2002,p15) Gambar 2.3 Proses Keputusan Pembelian 1) Pengenalan Masalah Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara yang nyata dengan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. 20 2) Pencarian Informasi Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau mungkin juga tidak, mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk itu berada didekatnyam mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis menurut tingkatannya. Yang pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan informasi yang sedang – sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. 3) Evaluasi Alternatif Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan terakhir. Pertama, kita melihat bahwa konsumen mempunyai kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Kemudian konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek. Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri. Dan akhirnya konsumen akan tiba pada sikap ke arah alternatif merek melalui prosedur tertentu. Proses evaluasi dalam diri konsumen untuk memutuskan suatu keputusan pembelian berdasarkan atribut produk sulit untuk diketahui, 21 adapun penjelasan yang dapat dijabarkan dalam pemasaran adalah asumsi – asumsi sebagai berikut (Simamora, 2002, p17): • Diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut. • Tingkat kepentingan atribut berbeda – beda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing – masing konsumen memiliki penekanan yang berbeda – beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. • Konsumen mengebangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk pada setiap atribut. • Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai dengan perbedaan atribut. • Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda dengan atribut yang berbeda melalui prosedur evaluasi. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa bila terdapat beberapa barang atau jasa yang akan dikonsumsi, pertimbangan pertama yang dilakukan adalah membandingkan nilai – nilai atribut pada masing – masing barang atau jasa. 4) Keputusan Pembelian Pada tahap evaluasi konsumen menyusun merek – merek dalam himpunan pilihan serta membentuk niat pembelian. Biasanya konsumen akan memilih merek yang disukai. Tetapi ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan faktor – faktor keadaan yang tidak terduga. 22 5) Perilaku Sesudah Pembelian Sesudah pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Para pemasar harus terus memantau kepuasan sesudah pembelian, karena kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut. Tindakan setelah pembelian dimana konsumen yang puas akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli ulang pada produk tersebut. 2.1.5.3 Preferensi Konsumen Menurut Chaplin (2002), “Preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Penilaian preferensi adalah teknik penelitian dengan menyajikan dua atau lebih perangsang yang harus dipilih subjek yang dapat diukur lewat tes verbal atau lisan.” Preferensi konsumen berkaitan erat pada penilaian konsumen akan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap produk atau jasa bahkan juga pada perusahaan tertentu, dalam mengevaluasi tingkat kepuasan terhadap produk ada beberapa indikator yang sering digunakan antara lain (Tjiptono, 2008) : a. Kinerja (Performance). Karakteristik operasi pokok dari produk inti yang dibeli, misalnya produk yang dikonsumsi praktis untuk dibawa. 23 b. Ciri –ciri atau keistimewaan tambahan (Features). Karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya tekstur yang halus, desain kemasan dan bentuk produk yang menarik serta harga yang murah. c. Keandalan (Reliability). Kemungkinan kecil produk yang dipakai akan mengalami kerusakan, seperti produk yang dikonsumsi tidak sering rusak atau tidak dapat dikonsumsi lagi. d. Kesesuaian dengan spesifikasi (Confomance to specification). Seperti apa ciri desain dan bentuk produk yang memenuhi standar, dan sesuai dengan ketentuan yang adam misalnya produk makanan harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan atau memiliki sertifikat halal. e. Daya tahan (Durability). Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan, seperti kadaluarsa produk. f. Pelayanan (Service ability). Meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, dan kemudahan. g. Estetika (Aistethic). Faktor – faktor yang menjadi daya tarik produk terhadap panca indra seperti bentuk fisik, warna, dan model. h. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality) Merupakan citra dan reputasi produk, misalnya merek. 24 Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu tindakan evaluasi untuk mengambil keputusan mengenai barang yang akan dipilih, hal ini dilakukan oleh konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan alternatif produk yang terbaik, sehingga dari produk tersebut konsumen dapat memperoleh kepuasan yang maksimum. 2.1.6 Analisis Konjoin (Conjoint Analysis) Analisis konjoin merupakan salah satu teknik analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap suatu produk baik berupa barang atau jasa. Namun berbeda dengan Analisis Multivariat lainnya, proses konjoin tidak membutuhkan ujis asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas daln lainnya. Teknik analisis konjoin penting karena ada banyak faktor yang mempengaruhi penilaian konsumen dalam menentukan pilihan suatu produk. Pada dasarnya, tujuan analisis konjoin adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil utama Conjoint Analysis adalah suatu bentuk (desain) produk barang atau jasa, atau objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar Responden. Conjoint Analysis pada awalnya populer digunakan pada Riset Pemasaran, khususnya pada berbagai riset untuk mengetahui bagaimana preferensi Konsumen terhadap berbagai desain produk. 25 Menurut Hair et al. (2006) “Conjoint analysis is a multivariate technique developed specifically to understand how respondents develop preferences for any type of object (products, services, or ideas). It is based on the simple premise that consumers evaluate the value of an object (real or hypothetical) by combining the seperate amounts of value provided by each attribute. (Analisis konjoin adalah salah satu teknik multivarian yang khusus digunakan untuk mengetahui bagaimana responden mengembangkan preferensinya terhadap semua jenis objek (produk, jasa, atau ide). Analisis ini berdasarkan alasan yang sederhana karena konsumen dapt mengevaluasi nilai – nilai dari produk tersebut (nyata atau hipotesis) melalui kombinasi beberapa nilai yang terpisah – pisah dari setiap atribut).” Menurut Aaker (2003, p607-608) “Dalam menentukan pilihannya untuk membeli suatu produk, konsumen sering mempertimbangkan berbagai faktor. Bagi konsumen faktor tersebut bersifat trade-off yang membuat konsumen serba salah. Misalnya antara harga dan kualitas, mana yang harus dipilih, haruskah memilih harga rendah dengan kualitas rendah atau harga tinggi dengan kualitas prima tergantung dari preferensi konsumen. Menurut Santoso (2010, p281) “Conjoint termasuk dalam Multivariate Dependance Method”, dengan model : Y1 X1 + X2 + ... + Xn Metrik / Non Metrik Non Metrik Dimana : • Variabel independen (X1 dan seterusnya) adalah Faktor, yang berupa data non-metrik (Aroma Parfum, Harga Parfume, dan sebagainya). Termasuk disini adalah bagian dari Faktor (Level) 26 • Variabel Dependen (Y1) adalah pendapat keseluruhan (overall preference) dari seorang responden terhadap sekian faktor dan level dari sebuah produk. Variabel dependen ini juga mencakup tingkat kepentingan faktor dari seorang responden terhadap atribut – atribut produk. Secara umum model dasar dalam analisis konjoin dapat diltuliskan dalam bentuk persamaan berikut (Surjandari, 2010, p31): Dimana : U(x)= Utilitas total Βij = Part-worth atau nilai kegunaan dari atribut ke-i taraf ke-j Ki = Taraf ke-j dari atribut ke-i M Jumlah atribut = Xij = Dummy variable atribut ke-i taraf ke-j (bernilai 1 bila taraf yang berkaitan muncul dan 0 bila tidak) Untuk menentukan tingkat kepentingan atribut ke-i (Wi), ditentukan melaluipersamaan berikut (Surjandari, 2010, p32): Dimana: Ii=(max(βij) - min(βij)), untuk setiap i. 27 Dalam pemasaran teknik analisis conjoint biasanya digunakan untuk halhal sebagai berikut : 1) Menentukan tingkat kepentingan relatif atribut-atribut pada proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen. 2) Membuat estimasi pangsa pasar suatu produk tertentu yang berbeda tingkat atributnya. 3) Untuk menentukan komposisi produk yang paling disukai oleh konsumen. 4) Untuk membuat segmentasi pasar yang didasarkan pada kemiripan preferensi terhadap tingkat-tingkat atribut. Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan analisis konjoin ini adalah produsen dapat mencari solusi kompromi yang optimal dalam merancang atau mengembangkan suatu produk. Menurut Green & Krieger (1991) analisis ini dapat juga dimanfaatkan untuk: 1) Merancang harga 2) Memprediksi tingkat penjualan atau penggunaan produk (market share), uji coba konsep produk baru. 3) Segmentasi preferensi 4) Merancang strategi promosi Proses dasar analisis konjoin menurut Singgih Santoso: a. Menentukan Faktor (atribut spesifik) kemudian Level (bagian-bagian dari faktor) b. Mendesain Stimuli. Kombinasi antara Faktor dengan Level disebut sebagai satu Stimuli atau Treatment. c. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada 28 d. Melakukan proses konjoin. Dari pendapat responden atas sekian stimuli, dilakukan proses konjoin untuk memperkirakan (prediksi) bentuk produk yang diinginkan responden e. Menentukan Predictive Accuracy (Ketepatan Prediksi) Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti sebelum mengumpulkan data (Hair et.al, 2006, p485-492) . Peneliti harus menentukan tipe presentasi stimuli (trade-off, full profile, atau pairwise comparison), tipe variabel respon, dan metode pengumpulan data (Hair et al., p493-494). Terdapat 3 metode presentasi stimuli, yaitu: 1. Metode presentasi berpasangpasangan trade-off, dengan yang membandingkan mengurutkan semua atribut secara kombinasi level. Kelebihannya adalah sederhana bagi responden dan mudah untuk dilakukan, dan menghindari pembebanan informasi dengan merepresentasikan atribut secara berpasangan. 2. Metode presentasi full-profile, merupakan metode yang paling popular, terutama karena realisme yang didapatkan dan kemampuannya untuk mengurangi jumlah perbandingan dengan menggunakan desain faktorial. Kelebihan metode ini adalah deskripsi yang lebih realistis dengan mendefiniskan stimulus sebagai level untuk setiap faktor, penggambaran yang eksplisit terhadap trade-off diantara semua faktor dan korelasi keadaan yang ada diantara atribut, dan kemungkinan penggunaan tipe penilaian preferensi yang lebih banyak, seperti kehendak untuk membeli, keinginan untuk mencoba, dan kemungkinan untuk mengganti pilihan – semua ini sulit dijawab melalui metode trade-off. 29 3. Metode presentasi pairwise comparison, yang menggabungkan kedua metode sebelumnya. Karakteristik paling khusus dari metode ini adalah profil ini tidak mengandung semua atribut, namun hanya beberapa atribut per kesempatan yang digunakan dalam membangun profil. Berikutnya adalah membuat stimuli. Berikut ini dijelaskan cara merancang stimuli untuk setiap metode presentasi (Hair et al., 2006, p495496): 1. Metode presentasi trade-off, dimana jumlah matriks trade-off ditentukan berdasarkan jumlah faktor dan dihitung sebagai berikut: Jumlah matriks trade-off = Dimana N adalah jumlah faktor. 2. Metode presentasi full-profile atau pairwise comparison, dengan desain yang paling umum digunakan adalah faktorial fraksional, yang memilih sampel stimuli yang mungkin dengan jumlah stimuli tergantung pada tipe aturan omposisional. Desain yang optimal adalah yang bersifat orthogonal (tidak ada korelasi antar level pada atribut) dan seimbang (tiap level dalam faktor muncul dalam jumlah yang sama). Jika jumlah faktor dan level sedikit, maka responden dapat mengevaluasi semua stimuli yang mungkin atau disebut desain faktorial. Metode pengukuran preferensi konsumen secara umum dapat dilakukan dengan melakukan pengurutan (rank-ordering) atau dengan pemberian nilai (rating). Metode trade off hanya menggunakan metode ranking, sedangkan metode pairwise comparison dapat mengevalusai preferensi dengan rating terhadap stimuli yang lebih disukai. Metode full-profile juga mengakomodasi baik metode ranking maupun rating. 30 Berikut, masalah sering dihadapi dalam analisis konjoin, yaitu: • Menentukan jumlah stimuli Menurut Aaker (2003, p608) “Jumlah stimuli yang terlalu banyak akan menimbulkan kesulitan bagi responden untuk menilai setiap profil stimuli yang ditanyakan, hingga menyebabkan responden akan mengacuhkan variasi stimuli yang kurang penting serta membutuhkan waktu yang lama untuk menjawabnya.” Menurut Santoso (2010, p 281) “Untuk jumlah stimuli yang terlalu banyak, bisa dilakukan pengurangan stimuli dengan ketentuan stimuli minimal, yaitu : Minimum Stimuli = Jumlah level – Jumlah factor + 1 • Menentukan jumlah level Jumlah level antar faktor – faktor yang ada harus diusahakan seimbang. Telah ditemukan bahwa tingkat kepentingan relatif yang diestimasi dari suatu variabel meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah level. Diasumsikan bahwa dengan adanya jumlah level yang lebih banyak, konsumen akan lebih fokus pada atribut tersebut. Jumlah stimuli yang dilibatkan dalam analisis berakibat langsung terhadap efisiensi statistik dan reliabilitas hasilnya. Dengan bertambahnya faktor dan level, meningkatkan jumlah parameter yang harus diestimasi membutuhkan stimuli yang lebih banyak atau terjadi pengurangan dalam reliabilitas hasil. 31 2.2 Kerangka Penelitian PERSIAPAN PENELITIAN Menentukan topik penelitian Perumusan masalah Penentuan tujuan penelitian Penentuan ruang lingkup penelitian Studi literatur Metode analisis Preferensi Conjoint Analysis Teori Riset Pemasaran Atribut Produk Parfum SURVEY Melalukan penelitian pendahuluan Perancangan kuesioner Penyebaran kuesioner Pengolahan dan analisa data dengan analisis konjoin Kesimpulan dan saran Gambar 2.4 Kerangka Penelitian Sumber : Penulis 32 2.3 Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif.Menurut Sugiyono (2001, p83-86) “Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang suatu nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.” Ho : Tidak ada korelasi atau hubungan antara preferensi produsen dengan preferensi konsumen Ha : Ada korelasi atau hubungan antara preferensi produsen dengan preferensi konsumen 2.4 Riset Sebelumnya 1. Dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Analisis Konjoin untuk Mengukur Preferensi Konsumen Minyak Goreng” Agritech Vol. 22, No. 3: halaman 104-110; Marina Herawati, Guntarti Tatik Mulyati, Suharno. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa kajian sikap konsumen menghasilkan adanya lima faktor penting yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng yaitu: 1) harga, 2) kejernihan, 3) rasa dan Aroma, 4) warna dan 5) kemudahan mendapatkan minyak goreng dengan nilai pembobotan sebesar 25,72%; 23,51%; 21,84%; 16,5%; dan 12,4%. 2. Dalam jurnal yang berjudul “Analisis Conjoint Dalam Penentuan Preferensi Pemirsa Berita Televisi Untuk Pengembangan Program Berita Liputan 6 SCTV” Jurnal Ekonomi : Media Ilmiah Indonusa Vol. 13, No. 1, Mei 2008 : 40-56; Sri Handayani. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa program berita yang sebaiknya dikembangkan adalah program berita televisi yang 33 mempunyai karakteristik durasi 75 menit, presenter yang menguasi materi, dan narasumber pengamat. 3. Dalam jurnal yang berjudul “Conjoint Analysis and MDS Approach to Brand Improvement of an Aerosol Product”Journal of CENTRUM Cathedra: Volume 4, Issue 1, 2011 : 27-4; Tulika Anand. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa atribut yang dianggap penting dalam mempengaruhi pembelian konsumen terhadap Produk Aerasol adalah aroma, keawetan aroma, titik semprot, harga, desain kemasan, dan Botol material. Atribut aroma, ditemukan menjadi atribut yang paling penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian, diikuti dengan keawetam, desain, harga, titik semprot, dan bahan botol. Sedangkan kombinasi terbaik dari atribut, menurut konsumen, adalah kombinasi dari aroma Sandalwood, harga wajar, awet minimal 6 jam, desain kemasan dengan topi,titik semprot maju, dan botol dengan bahan kaca. Adapun beberapa penelitian terdahulu terangkum pada tabel berikut : Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Alat Judul Penelitian dan Tahun Hasil Penelitian Analisis Penerapan Marina Analisis Konjoin Herawati, untuk Mengukur Analisis Guntarti Tatik Preferensi Konjoin Mulyati, Konsumen Suharno Minyak Goreng Adanya lima faktor penting yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng yaitu: 1) harga, 2) kejernihan, 3) rasa dan Aroma, 4) warna dan 5) kemudahan mendapatkan minyak goreng dengan nilai pembobotan sebesar 34 25,72%; 23,51%; 21,84%; 16,5%; dan 12,4%. Analisi Conjoint Dalam Penentuan Preferensi Sri Handayani Pemirsa Berita Analisis (2008) Televisi Untuk Konjoin Pengembangan Program Berita Liputan 6 SCTV Program berita yang sebaiknya dikembangkan adalah program berita dengan karakteristik durasi 75 menit, presenter yang menguasi materi, dan narasumber pengamat Conjoint Analysis and MDS Approach to Analisis Brand Konjoin, Improvement of MDS, an Aerosol Product Atribut yang dianggap penting dalam mempengaruhi pembelian konsumen terhadap Produk Aerasol adalah aroma, keawetan aroma, titik semprot, harga, desain kemasan, dan Botol material. Tulika Anand (2011)