BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan teknologi saat ini berdampak pada semakin maju dan kompleksnya aktivitas operasional serta tanggung jawab sosial perusahaan.Hal ini mengakibatkan tuntutan terhadap perusahaan juga semakin besar.Perusahaan yang baik tidak hanya dituntut untuk menghasilkan laba yang besar (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people), ini dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya perusahaan akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan konsep triple bottom line yang dipopulerkan oleh Jhon Elkington (1997) dalam Agoes (2011) dimana tanggung jawab sosial perusahaan mencakup 3 dimensi utama yaitu mencari keuntungan (profit) bagi perusahaan, memberdayakan masyarakat (people) dan memelihara kelestarian alam/bumi (planet). Eipstein dan Freedman (1994) dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan.Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan berkelanjutan (sustainability). Corporate social responsibility merupakan salah satu bentuk sustainability reporting yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line , yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple Universitas Sumatera Utara bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008; dalam Badjuri, 2011). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Johannesburg Afrika Selatan pada tahun 2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Peranan CSR dapat dipandang sebagai upaya untuk mewujudkan good corporate governance, good corporate citizenship dan good business ethics dari sebuah entitas bisnis.Sehingga perusahaan tidak cukup hanya memikirkan kepentingan shareholder (pemilik modal), tetapi juga mempunyai orientasi untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholders (Amba-Rao, 1993; Anderson, Jr., 1989; Kim, 2000; dan Raynard & Forstater, 2002). Dalam pengungkapannya, informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) bersifat wajib atau mandatory.Hal ini ditunjukkan dalam dua pasal yang terdapat pada Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.Pertama, pasal 74 yang menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib untuk melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan.Undang-undang ini mengatur perusahaan- perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Agar dapat berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangkan lingkungan sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan.Kedua, pasal 66 yang menetapkan kewajiban bagi perseroan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab tersebut dalam laporan tahunan. Universitas Sumatera Utara Sejak diterapkannya undang-undang tersebut satu demi satu perusahaan perseroan terbatas di Indonesia mulai mengungkapkan aktivitas tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan tahunan.Khususnya perusahaan yang bidang usahanya yang berkaitan dengan lingkungan. Dimana pada umumnya dilakukan oleh perusahaan yang telah go public terutama perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui annual report ataupun sustainability report. Perusahaan mengungkapkan informasi sosial lingkungannya kepada publik selain karena adanya aturan, tetapi juga karena ketertarikan akan banyaknya manfaat dalam pengimplementasian dan pengungkapan CSR. Corporate social responsibility dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, dimana dengan melakukan aktivitas CSR perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk perusahaan sehingga reputasi perusahaan juga meningkat dimata masyarakat. Jadi masyarakat akan berkeinginan untuk membeli produk perusahaan. Semakin laku produk perusahaan di pasaran maka laba (profit) yang dapat dihasilkan perusahaan akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya profitakan dapat menarik investor, karena profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor, karena profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya (Kusumadilaga, 2010). Hal ini akan secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Riset yang dilakukan oleh Roper Starch Worldwide (1997) menunjukkan 75% responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan.Sekitar 66% responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada perusahaan yang memiliki citra yang positif. Adapula hasil survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics Universitas Sumatera Utara International (Toroto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sangat berperan sedangkan 40% citra perusahaan dan brand image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Belkaoui dan Karpik dalam Anggraini (2006) mengemukakan perusahaan melakukan pengungkapan informasi sosial dengan tujuan untuk membangun citra pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Dalam proyek pembangunan citra perusahaan untuk menarik perhatian masyarakat melalui pengungkapan informasi social tersebut, manajer memerlukan insentif yang akan mempengaruhi laba yaitu dapat menjadikan laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah. Tetapi, karena kurangnya pengawasan pada sistem pengawasan perusahaan, manajer dapat dengan mudah melakukan tindakan manajemen laba dengan mengintervensi penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual (Cespa dan Cestone, 2007) maupun melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil (Graham, Harvey, dan Rajgopal, 2005). Dalam pelaksanaan kegiatan CSR ini bahkan dimanfaatkan juga oleh manajer perusahaan sebagai tameng atau strategi untuk mempertahankan diri (entrenchment strategy) dari tindakannya dalam mengelola laba perusahaan.Strategi pertahanan diri manajer merupakan upaya untuk tetap mempertahankan reputasi perusahaan dan melindungi karier manajer secara pribadi.Prior et al. (2008) menyatakan bahwa manajer yang memanipulasi pendapatan menggunakan kegiatan tanggung jawab social perusahaan sebagai salah satu strateginya untuk menjaga hubungan dan mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan. Handajani et al. (2010) juga menyatakan bahwa manajer opportunis yang melakukan manipulasi laba akrual Universitas Sumatera Utara akanmenggunakan pengungkapan CSR sebagai perilaku etis untuk mendapatkan dukungan dari para stakeholder. Manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh manajer atau para penyusun laporan keuangan lainnya dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan. Watt dan Zimmerman (1978) menetapkan manajemen laba sebagai tindakan manajer dalam menggunakan kebijakan akuntansi terhadap pelaporan angka-angka akuntansi yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya, dan menyebabkan angka laba tersebut menyesatkan stakeholdersdalam pengambilan keputusan ekonomik. Bagaimanapun manajer dapat melaporkan laba yang lebih tinggi atau lebih rendah dari angka laba yang sesungguhnya, tanpa melanggar Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU), karena PABU memberikan kebebasan bagi manajer untuk menentukan kebijakan akuntansi dalam rangka menentukan angka laba yang dilaporkan. Untuk itu Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan manajer yang menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi perusahaan untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Pendapat tersebut secara implisit dapat diartikan bahwa manajemen laba erat kaitannya dengan motivasi-motivasi yang mendasari manajer melakukan manajemen laba. Motivasi manajemen laba mengindikasikan secara eksplisit praktik manajemen laba yang disengaja oleh manajer, yang pada akhirnya membawa konsekuensi negatif terhadap shareholder, karyawan, komunitas dimana perusahaan beroperasi, masyarakat, karier dan reputasi manajer yang bersangkutan (Zahra, Priem, dan Rasheed, 2005). Salah satu konsekuensi paling fatal akibat tindakan manajemen yang memanipulasi laba adalah perusahaan Universitas Sumatera Utara akankehilangan dukungan dari para stakeholder-nya. Stakeholder akan memberikan respon negatif berupa tekanan dari investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negative media massa (Prior et al., 2008). Tindakan tersebut wujud ketidakpuasan stakeholders terhadap kinerja perusahaan yang dimanipulasi, dan pada akhirnya berimbas merusak reputasi perusahaan di pasar modal (Fombrun, Gardberg dan Barnett, 2000). Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, konteks permasalahan yang digunakan penelitian ini adalah adanya dugaan bahwa manajer menggunakan mekanisme CSR sebagai alat yang ampuh untuk pertahanan diri ketika melakukan tindakan yang merusak kepentingan stakeholder.Cespa dan Cestone (2007) menjelaskan bahwa manajemen yang memanipulasi laba mempunyai insentif untuk memproyeksikan socially-friendly image melalui aktivitas CSR untuk memperoleh dukungan dari stakeholder. Dengan strategi tersebut, manajer akan mengurangi kemungkinan mendapat tekanan akibat ketidakpuasan stakeholder yang kepentingannya dirusak dengan adanya praktik manajemen laba. Selanjutnya Prior et al. (2008) melaporkan bahwa pengaruh antara manajemen laba dan CSR pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu menyediakan sumber keuangan yang memadai. Atas dasar fenomena tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang menjelaskan pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan, dan selanjutnya meneliti dampak CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dimoderasi (diperkuat atau diperlemah) dengan adanya praktik manajemen laba. Selain karena hal tersebut, penelitian ini menarik karena CSR dianggap penting sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder dan juga agar perusahaan tetap dapat berkelanjutan (sustainable) dimasa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sani (2015). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan tahun yang lebih up-date yaitu tahun 2013 sampai tahun 2014. 2. Penelitian ini memasukkan variabel moderating manajemen laba. 3. Pada penelitian ini menggunakan populasi dan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang banyak listing dan juga perusahaan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dan cepat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti PENGARUH CORPORATE KEUANGAN DENGAN SOCIAL RESPONSIBILITY MANAJEMEN LABA TERHADAP SEBAGAI KINERJA VARIABEL MODERATINGPADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013-2014. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan? 2. Apakah manajemen laba mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lainsebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Menguji dan menganalisis pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan. 2. Menguji dan menganalisis peran variabel manajemen laba dalam memoderasi pengaruh antara Corporate Social Responsibility (CSR) dan kinerja keuangan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013- 2014. 2. Dapat memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami CSR serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan bagi penyelenggara perusahaan dan dapat membantu proses pengambilan keputusan bagi pemakai laporan keuangan. 3. Bagi manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan variabel-variabel penelitian ini dalam membantu meningkatkan kinerja keuangan. 4. Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khususnya yang ingin meneliti tentang kinerja keuangan maupun variabel-variabel yang berpengaruh terhadapnya. Universitas Sumatera Utara