analisis faktor-faktor quality of work life (qwl )

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE (QWL)
SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PT DAFA TEKNOAGRO MANDIRI, CIAMPEA BOGOR)
Oleh
DIAN ANDITASARI
H24070074
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
DIAN ANDITASARI. H24070074. Analisis Faktor-Faktor Quality Of Work Life
(QWL) sebagai Pendukung Peningkatan Kinerja Karyawan. (Studi Kasus: PT
DaFa Teknoagro Mandiri, Ciampea Bogor). Di bawah bimbingan ANGGRAINI
SUKMAWATI.
Saat ini pelanggan PT DaFa Teknoagro Mandiri terus mengalami
peningkatan hampir ke seluruh kota di Indonesia. Sehingga dibutuhkan tenaga dan
pemikiran untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan pemasaran.
Mengingat peranannya yang besar, maka perusahaan harus betul-betul
memperhatikan SDM ini secara maksimal. Salah satu wujud nyata yang perlu
diperhatikan adalah dengan menciptakan situasi lingkungan kerja yang humanis
atau melakukan perbaikan kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life.
Oleh karena itu memanusiakan karyawan dengan menghargai harkat dan
martabatnya merupakan kunci mencapai peningkatan kinerja karyawan. Tujuan
penelitian ini: (1) Menganalisis persepsi karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri
terhadap kinerja karyawan. (2) Menganalisis kondisi faktor-faktor QWL PT DaFa
Teknoagro Mandiri berdasarkan persepsi karyawan. (3) Menganalisis hubungan
faktor-faktor QWL dengan kinerja karyawan sebagai pendukung peningkatan
kinerja karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri. Informasi dan jenis data yang
digunakan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung
dari sumbernya berupa data perusahaan yang mendukung penelitian, wawancara,
dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur melalui
buku, jurnal, internet, dan penelitian terdahulu. Pengambilan contoh dilakukan
secara sensus, yaitu mengambil keseluruhan populasi berjumlah 32 responden.
Persepsi karyawan secara umum terhadap faktor-faktor QWL dinilai cukup baik
dengan nilai rataan 3,752, yang artinya beberapa faktor-faktor QWL seperti
komunikasi, kebanggaan, dan lingkungan yang aman telah berjalan dengan baik.
Persepsi karyawan terhadap kinerja mulai dari yang tertinggi yaitu produktivitas,
tanggung jawab dan kerja sama, secara keseluruhan kinerja karyawan dinilai baik
dengan nilai skor yang tinggi sebesar 4,075. Melalui analisis crosstab
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan jabatan
memiliki hubungan nyata terhadap faktor-faktor QWL dengan. Namun tidak
demikian terhadap tingkat kinerja, yang hanya berhubungan nyata dengan
karakteristik responden adalah karakteristik berdasarkan jabatan. Berdasarkan
hasil uji Rank Spearman diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi positif yang
sangat kuat antara QWL dengan kinerja karyawan, yaitu pada faktor keselamatan
kerja, penyelesaian konflik, partisipasi karyawan dan kesehatan kerja. Dan faktorfaktor lainnya memiliki korelasi positif kuat antara QWL terhadap peningkatan
kinerja karyawan. Dengan demikian disimpulkan bahwa seluruh faktor-faktor
QWL berhubungan dengan kinerja karyawan, sehingga QWL bisa menjadi
alternatif yang tepat sebagai pendukung peningkatan kinerja karyawan.
Keyword : Quality of Work Life, PT. DaFa Teknoagro Mandiri, Pendukung
Peningkatan Kinerja Karyawan.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE (QWL)
SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN
(STUDI KASUS PT DAFA TEKNOAGRO MANDIRI, CIAMPEA BOGOR)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DIAN ANDITASARI
H24070074
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor Quality of Work Life (QWL) sebagai
Pendukung Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT
DaFa Teknoagro Mandiri, Ciampea Bogor)
Nama
: Dian Anditasari
NIM
: H24070074
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM)
NIP : 19671020 199403 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)
NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1989 di Jakarta. Penulis bernama lengkap
Dian Anditasari merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan ayahanda Triyanto
dan ibunda Niniek Pratiwi Hendrawati.
Penulis memulai pendidikan di TK. Harapan Kita, Bekasi pada tahun 1994.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Semplak 2 Bogor
pada tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 4 Bogor pada tahun 2001. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas
pada Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor pada tahun 2007. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
(TPB IPB), pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi internal dan
eksternal kampus, yaitu BEM KM IPB periode 2009-2010 sebagai staff Kementerian
Sosial Kemasyarakatan dan Ikatan Alumni Rohis SMAN 5 Bogor sebagai Bendahara
Umum periode 2008-2010. Disamping itu Penulis juga aktif dalam berbagai acara
kepanitiaan, diantaranya Seminar The Power Motivation Of Success 2007, Open House
IPB ‘SAPA 45’ 2008, Gema Alunan Syukur (GAS) Formasi FEM IPB 2008, MPF FEM
dan MPD Manajemen 2009, Malam Keakraban (Makrab) Departemen Manajemen 2009,
GAS Formasi 2009, Pemilihan Raya (PEMIRA) FEM IPB 2009, Sportakuler BEM FEM
IPB 2009, IPB Social Fair (ISF) BEM KM IPB 2009, Journalistic Fair 4th 2009 BEM KM
IPB, dan IPB-JobFair 2010. Selain itu penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar dan
pelatihan-pelatihan baik yang diadakan oleh tingkat IPB, Fakultas, Departemen, maupun
instansi lainnya. Selama menjalani perkuliahan, penulis juga memperoleh beasiswa
berprestasi dari PT Indonesia Power (2007-2009), Beasiswa IKAM Foundation (2011),
dan beasiswa penelitian dari Yayasan Karya Salemba Empat (2011).
v Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Quality of
Work Life (QWL) sebagai Pendukung Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus
PT DaFa Teknoagro Mandiri, Ciampea Bogor).” Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin
terbaik bagi umat manusia.
Pada era globalisasi, keunggulan kompetitif merupakan kunci kesuksesan sebuah
perusahaan. Pencapaian keunggulan kompetitif dapat terwujud ketika pihak manajemen
memperhatikan posisi karyawan dari pengabaian unsur manusiawi agar tercipta kinerja
yang diharapkan perusahaan. Oleh sebab itu salah satu pendekatan terbaik untuk
peningkatan kinerja yang unggul dapat diwujudkan melalui penerapan Quality of Work
Life. Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis persepsi kinerja karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri, menganalisis persepsi karyawan terhadap QWL PT DaFa
Teknoagro Mandiri, dan menganalisis hubungan QWL dengan kinerja karyawan.
Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak
baik penulis, perusahaan, maupun pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan keterbatasan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka. Kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih.
Bogor, Mei 2011
Penulis.
vi Ucapan Terima Kasih
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
senantiasa mengiringi perjalan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
motivasi, doa dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala waktu
dan bimbingan, masukan, koreksi, serta bantuan selama pra, pelaksanaan, hingga
setelah pelaksanaan skripsi ini.
2. Ir. Nursyamsu Mahyuddin, M.Si selaku Direktur Utama dan Ety Sulistianti, S.Si selaku
Manajer Operasional PT DaFa Teknoagro Mandiri atas kesempatan, bimbingan dan
pengetahuan yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian. Dan karyawan
PT DaFa Teknoagro Mandiri atas keceriaan dan sharing-nya selama penelitian.
3. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA dan Erlin Trisyulianti, S.Tp, M.Si
sebagai penguji pada sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Seluruh staf dosen yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama penulis
menjalani perkuliahan dan seluruh staf TU yang telah membantu kelancaran
administrasi selama penulis menjalani pendidikan.
5. Tante Heni dan Tante Muri atas ‘tempat sampahnya’, Om Fadjar dan Tante Ita atas
dukungan serta semangatnya di bidang akademik, Bude Anies yang membuat penulis
menjadi lebih berarti.
6. Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungan doa dan moral serta pengorbanan
yang tak tergantikan.
7. Mahadi’s Child (Mas Rio, Mba Aske, Mas Randy, Mba Nancy, Reno, Mas Diar, Mba
Vera, Sigit, Laras, Dety, Ikhsan, Nia, Ulfah, Dzaki, Dika, Karin, Alif dan Nazwa), atas
inspirasi, motivasi dan keceriaan yang diberikan dikala kejenuhan datang menghampiri.
8. Geni Wilandari, Sinta Erythrina, Wida, Vb, Arca, Mae, Rina, dan Ocidah, atas segala
sharing, doa, dukungan, tawa canda, dan pengertiannya yang tidak pernah bosan
mendengarkan dan berbagi keluh kesah dengan penulis selama menjalani pendidikan.
9. Azwar, ‘sobatku tetanggaku’ Thank you for trusting n chance me to be a better person !
vii 10. 316 Community (Rima, Dessy, n Tanti), ga kan pernah ada kata bosan sekamar dengan
kalian,,hanya tawa, canda, dan semangat jika berada di dekat kalian, hahha.
11. Teman2 Seperjuangan 1 bimbingan sekaligus Tim Sukses (Dini, Nanda, Leily, Bunga,
Vq), ga ada kalian ga rame dah, slalu ada keceriaan di tengah ketegangan. Dan
k’Bagus,,meski sebentar tapi berkesan,,(^_^)v
12. Formasi 2007, perjuangan dan persaudaraan yang telah kita lalui sangat mahal
harganya, u’r too sweet to forget
13. Akang, teteh, ade dan kawan seperjuangan di Arroja’, melalui kebersamaan ini,
keistiqomahanlah yang penulis dapatkan, syukron jiddan.
14. Soskemas BEM KM IPB 2009-2010 (K’Izan atas motivasi dan kesabarannya, Mba
Gege dengan ke’childish’-annya, Atiq yang menginspirasi, Anies partner terbaikku,
Nisa yang easy going, Siska orang pertama yang selalu aku tanya, Puji dengan
keceriwisan dan ide briliannya, Otri, Syihab, K’Asep, Andi atas tawa canda dan
keunikan kalian.
15. Ka Ega, Ka Dwi, Ka Thifa dan Ka Bryan melalui warisan yang diberikan mampu
memberikan kemudahan dan semangat tersendiri bagi penulis selama menjalani
pendidikan.
16. Teman-teman Manajemen 44, B22, Lorong 4 Asrama Putri A3, dan Keluarga besar
BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi (2009-2010) atas persaudaraan, perjuangan,
kebersamaan, keceriaan dan warna-warninya di IPB.
17. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas kontribusinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata, Thank you God for what I have in life with them. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan-kebaikanmu dengan kebaikan yang melimpah dalam hidupmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
viii DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................................
1.2. Perumusan Masalah..............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
1
3
4
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Quality of Work Life .............................................................................
2.2. Kinerja ..................................................................................................
2.2.1. Pengertian Kinerja ......................................................................
2.2.2. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Kinerja ................................
2.2.3. Unsur-Unsur Kinerja ..................................................................
2.3. Hubungan QWL terhadap Kinerja .......................................................
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................................
6
11
11
12
13
13
15
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran .............................................................................
3.2. Metode Penelitian .................................................................................
3.5. Pengujian Kuesioner .............................................................................
3.3.1. Uji Validitas ...............................................................................
3.3.2. Uji Reliabilitas............................................................................
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................
3.4.1. Analisis Deskriptif......................................................................
3.4.2. Analisis Chi-Square ...................................................................
3.4.3. Analisis Kruskal-Wallish ...........................................................
3.4.4. Analisis Rank Spearman ............................................................
17
20
21
22
23
23
24
25
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ..............................................................
4.1.1. Sejarah Perusahaan ....................................................................
ix
29
29
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan .............................................
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan .................................................
4.1.4. Ruang Lingkup Usaha ................................................................
4.2. Karakteristik Responden.......................................................................
4.2.1. Jenis Kelamin .............................................................................
4.2.2. Usia.............................................................................................
4.2.3. Tingkat Pendidikan ....................................................................
4.2.4. Masa Kerja .................................................................................
4.2.5. Jabatan ........................................................................................
4.3. Pengujian Kuesioner .............................................................................
4.3.1. Uji Validitas Kuesioner ..............................................................
4.3.2. Uji Reliabilitas Kuesioner ..........................................................
4.4. Analisis Persepsi karyawan Terhadap QWL dan Kinerja Karyawan...
4.4.1 Analisis Persepsi Karyawan terhadap QWL ..............................
4.4.2 Analisis Persepsi Karyawan terhadap Kinerja ............................
4.5. Analisis Karakteristik Responden terhadap QWL dan Kinerja............
4.6. Analisis Uji Beda Karakteristik Responden terhadap QWL dan Kinerja
4.7. Analisis Korelasi Faktor-Faktor QWL dengan Kinerja........................
4.8. Implikasi Manajerial.............................................................................
30
31
34
35
35
35
36
37
38
38
38
39
40
40
48
52
54
58
60
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
64
LAMPIRAN ..........................................................................................................
67
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Klasifikasi Alpha Cronbach ...............................................................
23
2. Kualifikasi Karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri ..........................
31
3. Kompensasi Karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri ........................
34
4. Persepsi Karyawan terhadap QWL .....................................................
40
5. Persepsi Karyawan terhadap Kinerja ..................................................
48
6. Korelasi Karakteristik Responden dengan Faktor QWL ....................
53
7. Korelasi Karakteristik Responden dengan Kinerja .............................
55
8. Uji Beda Kruskal-Wallish ...................................................................
55
9. Korelasi QWL dengan Kinerja ............................................................
58
10. Korelasi antara Faktor-faktor QWL dengan Kinerja ...........................
58
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Model Quality of Work Life ............................................................
7
2. Kerangka Pemikiran Penelitian .........................................................
19
3. Karakteristik Berdasarkan Usia .......................................................
36
4. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Akhir....................................
37
5. Karakteristik Berdasarkan Jabatan ....................................................
38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Uji Validitas ............................................................................
68
2. Hasil Uji Reliabilitas .........................................................................
69
3. Kuesioner ..........................................................................................
70
4. Hasil Uji Khi-Kuadrat .......................................................................
74
5. Hasil Uji Kruskal-Wallish .................................................................
81
6. Hasil Korelasi Rank Spearman .........................................................
85
7. Struktur Organisasi PT DaFa Teknoagro Mandiri ............................
86
xiii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat, berimbas pada
fenomena tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, khususnya
pada kalangan masyarakat menengah ke atas. Hal ini dapat terlihat dari tren
pola hidup masyarakat yang dikenal dengan sebutan vegetarian dengan
mengutamakan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk menjaga
kesehatan mereka. Akibatnya, permintaan terhadap sayur-sayuran dan buahbuahan pun meningkat melebihi tingkat produksinya (Andayani, 2010).
Kondisi demikian tentunya merupakan peluang baik bagi perusahaan
hortikultura, khususnya PT DaFa Teknoagro Mandiri sebagai salah satu
perusahaan swasta nasional pionir yang terutama bergerak dalam produksi
berbagai bibit tanaman unggul secara komersil dengan memanfaatkan
berbagai teknologi khususnya teknologi kultur jaringan. Dengan sumber daya
yang dimiliki, terutama tenaga-tenaga terdidik dan terampil didukung dengan
sarana dan fasilitas yang cukup memadai, diharapkan dapat memberi
sumbangan
memproduksi
yang
berarti
bibit–bibit
dalam
tanaman
mengidentifikasi,
unggul
yang
menyeleksi
hasil
dan
tanamannya
diorientasikan kepada pasar.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia berperan penting dalam
mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia ini tidak sebatas bertujuan untuk meningkatkan output
perusahaan pertanian semata, tetapi juga dengan meningkatkan kemampuan
karyawan perusahaan agar dapat lebih berperan dalam berbagai kegiatan
perusahaan yang komprehensif.
Sumber daya manusia merupakan input hasil rekruitmen yang
kemudian diproses melalui pelatihan dan memproses operasi perusahaan
sehingga mampu menghasilkan output yang mampu bersaing di pasar
domestik maupun global. Untuk dapat mendorong sumber daya manusia di
perusahaan agar memberikan kontribusi yang maksimal, kewajiban utama
2
yang perlu diperhatikan perusahaan adalah memenuhi kepuasan kerja
karyawannya.
Davis (1985) yang dikutip Mangkunegara (2001) mengemukakan
bahwa kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong
yang dialami pegawai dalam bekerja. Mangkunegara (2001) mengacu pada
Wexley dan Yuki (1977) mendefinisikan kepuasan kerja adalah cara pegawai
merasakan dirinya atau pekerjaannya. Berdasarkan pendapat tersebut,
kepuasan kerja merupakan perasaan yang mendorong pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Baik perasaan
yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti gaji,
kesempatan pengambangan karir, hubungan antar karyawan, maupun perasaan
yang berhubungan dengan dirinya, antara lain kondisi kesehatan, kemampuan,
pendidikan. Semua aspek yang bersifat jasmaniah dan rohaniah tersebut secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan terhadap peningkatan kinerja
karyawan sehingga berpengaruh pada volume kinerja perusahaan. Konsep
pemenuhan kepuasan yang memperhatikan harkat dan martabat karyawannya
inilah yang biasa disebut kualitas kehidupan kerja atau lebih dikenal dengan
istilah Quality of Work Life (QWL).
Quality of Work Life (QWL) terwujud ketika individu merasa puas
atas kebutuhan-kebutuhan penting mereka, seperti kebutuhan untuk bebas,
dimana mereka bekerja dalam suatu perusahaan. Dari konsep tersebut dapat
dipahami bahwa kualitas kehidupan kerja ditentukan oleh bagaimana pekerja
merasakan perannya dalam setiap organisasi. Peran disini diartikan bahwa
karyawan berpartisipasi di dalam setiap pengambilan keputusan yang
menyangkut masalah sikap dan terkait dengan pekerjaan, kegiatan, dan
organisasi mereka, sehingga peran tersebut mampu memberikan rasa tanggung
jawab dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap setiap pekerjaan yang
muncul dari kesepakatan dan keputusan bersama, sehingga peningkatan
kinerja karyawan pun dapat terwujud.
Kinerja karyawan memiliki kaitan erat dengan kinerja perusahaan
melalui produktivitas output yang dihasilkannya, karena produktivitas
merupakan salah satu indikator apakah perusahaan tersebut mampu bertahan
3
dan beroperasi secara efektif dan efisien di tengah persaingan yang terusmenurus mengalami perubahan. Perusahaan yang mampu bertahan adalah
perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif. Pencapaian keunggulan
kompetitif ini dapat terwujud ketika pihak manajemen memperhatikan posisi
karyawan dari pengabaian unsur manusiawi agar tercipta kinerja karyawan
yang diharapkan perusahaan. Oleh sebab itu salah satu pendekatan yang
terbaik untuk meningkatkan kinerja yang unggul dapat diwujudkan melalui
penerapan faktor–faktor QWL yang harapannya mampu membawa perusahaan
pada pencapaian visi misi dan tujuan perusahaan di masa mendatang.
1.2. Perumusan Masalah
Saat ini penjualan PT DaFa Teknoagro Mandiri terus meningkat
hampir ke seluruh kota di Indonesia mulai dari kota Bogor hingga mencapai
pelanggan di luar pulau, seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera, hal ini
tentunya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Namun tidak
demikian dengan apa yang dirasakan oleh karyawan staf, karena
ketidakpuasan kompensasi, kurangnya keselamatan kerja, dll masih dirasakan
oleh mereka selama bekerja. Padahal secara keseluruhan besar permintaan
pasar terhadap bibit dan tanaman terus berdatangan sehingga dibutuhkan
tenaga dan pemikiran untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan
pemasaran.
Mengingat
peranannya
yang
begitu
besar,
maka
perusahaan
seharusnya betul-betul memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM) ini
secara maksimal. Dan sudah menjadi tuntutan setiap organisasi baik profit
maupun nonprofit untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Sebab, tanpa
adanya persiapan SDM yang berkualitas, sulit bagi organisasi untuk bersaing
dengan yang lain. Menurut Buller (1995) dikatakan bahwa kesuksesan
organisasi dapat dilihat melalui partnership yang baik, mampu mengenali
kebutuhan-kebutuhan para karyawan, menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan
karyawan dengan harapan-harapan perusahaan, dan berupaya keras untuk
melakukan langkah-langkah terbaik untuk mendorong agar kebutuhankebutuhan tersebut terpenuhi secara optimal. Kebutuhan dapat terpenuhi
manakala ketika pihak manajemen mampu menciptakan suasana kerja yang
4
dapat memberdayakan karyawan dan memotivasi mereka untuk memberikan
kontribusi terbaiknya kepada perusahaan. Mengingat peranannya yang begitu
besar, maka perusahaan harus betul-betul memperhatikan SDM ini secara
maksimal. Salah satu wujud nyata yang perlu diperhatikan adalah dengan
menciptakan situasi lingkungan kerja yang humanis atau melakukan perbaikan
kualitas kehidupan kerja atau Quality of Work Life (QWL) (Filippo, 1983). Quality of Work Life ditentukan oleh bagaimana pekerja merasakan
perannya dalam setiap organisasi. Peran di sini diartikan sebagai bagian dari
cara yang sistematis dimana karyawan berpartisipasi di dalam setiap
pengambilan keputusan yang menyangkut masalah sikap dan terkait dengan
pekerjaan, kegiatan, dan organisasi mereka, sehingga peran tersebut mampu
memberikan rasa tanggung jawab dan merasa memiliki terhadap setiap
pekerjaan
yang
muncul
dari
kesepakatan
dan
keputusan
bersama.
Memanusiakan manusia dengan mengakui dan menghargai harkat dan
martabat sebagai manusia dalam organisasi atau perusahaan merupakan
masalah yang sangat ditekankan dalam teori ini. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan, maka masalah yang akan
diteliti dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana persepsi karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri terhadap
penerapan faktor-faktor QWL ?
2. Bagaimana persepsi karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri terhadap
kinerja karyawan ?
3. Bagaimana hubungan faktor-faktor QWL dengan kinerja karyawan
sebagai pendukung peningkatan kinerja PT DaFa Teknoagro Mandiri ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis
penerapan
faktor-faktor
QWL
berdasarkan
persepsi
karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri.
2. Menganalisis tingkat kinerja karyawan berdasarkan persepsi karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri.
5
3. Menganalisis hubungan faktor-faktor QWL dengan kinerja karyawan
sebagai pendukung peningkatan kinerja karyawan PT DaFa Teknoagro
Mandiri.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemikiran bagi pihak
pihak terkait, seperti :
1. Bagi PT DaFa Teknoagro Mandiri, diharapkan dapat menjadi masukan
positif terutama untuk menyusun program QWL dalam rangka
meningkatkan kinerja karyawan yang lebih berkualitas.
2. Bagi umum, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi
yang membangun dalam bidang Sumber Daya Manusia, khususnya terkait
QWL yang membangun untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya yang mencakup
beberapa hal yaitu :
1. Penelitian ini berfokus pada analisis hubungan sembilan faktor-faktor
QWL dengan unsur-unsur kinerja yang dibutuhkan PT DaFa Teknoagro
Mandiri yang meliputi kedisiplinan, kerja sama, tanggung jawab, loyalitas,
pengetahuan kerja, produktivitas.
2. Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri, Ciampea Bogor. Serta didukung dengan teknik
wawancara dan studi literatur.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Quality of Work Life (QWL)
Menurut Bernardin dan Russel (1993) Quality of Work Life (QWL)
adalah tingkat individu-individu yang merasa puas atas kebutuhan-kebutuhan
penting mereka, seperti kebutuhan untuk bebas. Dimana mereka bekerja
dalam suatu perusahaan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kualitas
kehidupan kerja ditentukan oleh bagaimana karyawan merasakan perannya
dalam setiap organisasi. Peran di sini memiliki arti sebagai bagian atau
berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut
masalah sikap dan terkait dengan pekerjaan, kegiatan, dan organisasi mereka,
sehingga peran tersebut mampu memberikan rasa tanggung jawab dan merasa
memiliki terhadap setiap pekerjaan yang muncul dari kesepakatan dan
keputusan bersama. Kossen (1993) berpendapat bahwa QWL mengacu kepada bagaimana
efektifnya lingkungan pekerjaan memenuhi keperluan-keperluan pribadi dan
nilai-nilai para karyawan. Sedangkan menurut Nadler dan Lawler (1995)
yang dikutip Martel dan Dupuis (2006), QWL merupakan cara berpikir
tentang orang-orang, pekerjaan, dan organisasi. Yang mana terdapat elemen
khas meliputi, kekhawatiran tentang dampak bekerja pada masing-masing
orang serta pengaruhnya terhadap efektifitas organisasi dan ide partisipasi
dalam pemecahan masalah organisasi dan pengambilan keputusan.
Nawawi (2006) mengungkapkan Manajemen Sumber Daya Manusia
sebagai disiplin ilmu manajemen bertujuan untuk memberdayakan pekerja
atau karyawan agar tercapai kinerja yang tinggi. Kemampuan tersebut secara
komprehensif tidak dapat terwujud apabila hanya dilaksanakan oleh manajer
dan pekerja dari departemen SDM semata, tetapi harus didukung dan
dilaksanakan oleh semua manajer departemen, terutama manajer puncak.
Keikutsertaan para manajer dalam rangka meningkatkan kinerja dalam
kegiatan manajemen SDM antara lain dengan kesediaan menciptakan,
mewujudkan dan mengembangkan Kualitas Kehidupan Kerja atau Quality of
Work Life (QWL) yang positif dalam bekerja di masing-masing unit kerja.
7
Nawawi juga mengemukakan terdapat dua versi mengenai pengertian QWL,
yaitu:
1. QWL versi pertama terdiri dari 9 unsur mengacu pada Cascio (1995)
sebagai berikut:
Keterlibatan karyawan dalam tim
Partisipasi karyawan dalam rapat
Peningkatan mutu tim
Identitas perusahaan
Partisipasi kemasyarakatan
Kepedulian lingkungan
Kewarganegaraan yang sah
Gaji dan
Keuntungaan
yang kompetitif
Kebanggaan
Kompensasi
yang Layak
Tidak ada pemecatan
karyawan tetap
Program pensiunan karyawan
Pengembangan
Karir
QWL
Lingkungan
yang aman
Komite keamanan
Pertolongan gawat darurat
Kesehatan keselamatan kerja
Penilaian kemajuan
Promosi dari dalam
Partisipasi
Karyawan
Keselamatan
Kerja
Penyelesaian
Konflik
Komunikasi
Kesehatan
Kerja
Keterbukaan
Proses penyampaian
keluhan secara formal
Bertukar pendapat/
proses banding
Pertemuan individu
Pertemuan kelompok
Publikasi
Pusat pengobatan
Pusat kesehatan gigi
Program pusat kebugaran
Program rekreasi
Program konseling
Gambar 1. Quality of Work Life (Cascio, 1995)
a. Partisipasi Pekerja
Partisipasi ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan
untuk menyampaikan gagasan, saran, kritik, pendapat, kreativitas,
inisiatif, dll, dalam rangka mengembangkan dan memajukan organisasi,
sehingga nantinya dapat disampaikan di dalam dan di luar lingkungan
organisasi. Pengikutsertaan itu akan menimbulkan perasaan diterima
dan dihargai yang berdampak pada munculnya perasaan memiliki dan
perasaan ikut bertanggung jawab pada keberhasilan atau kegagalan
tujuan perusahaan, sebagai manifestasi dari kesediaan bekerja dengan
kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing.
8
b. Pembinaan Karir
Manajemen pada semua bidang dan jenjang harus menaruh
perhatian pada pembinaan karir para pekerja yang potensial dengan cara
pemberian kesempatan yang sama untuk mengikuti program pelatihan
dan pengembangan SDM, melaksanakan penilaian kinerja secara jujur
dan obyektif sebagai dasar dalam memberikan bonus, insentif,
melaksanakan konsultasi karir, mempromosikan karyawan untuk suatu
jabatan yang lebih tinggi berdasarkan prestasi kerja, dll. Karyawan yang
mendapat perhatian dalam pembinaan karirnya cenderung akan bekerja
dengan kinerja yang tinggi.
c. Penyelesaian Konflik
Konflik terbagi menjadi dua, pertama konflik yang tidak
fungsional dapat berdampak kinerja menjadi rendah,contohnya konflik
antarpekerja, pekerja dengan manajer, antarmanajer setingkat, dll.
Kedua konflik fungsional yang perlu dikelola (manajemen konflik)
dengan mendorong untuk meningkatkan prestasi agar berlangsung
persaingan secara sportif dan jujur sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja para pekerja. Untuk pencegahan terjadinya konflik
perlu ditetapkan prosedur penyelesaian konflik dengan menunjuk
kepada siapa dan bagaimana cara penyampaian masalah sebelum
menjadi konflik. Dan perlu ditetapkan pula siapa yang berkewajiban
dan berwenang menyelesaikan setiap terjadi konflik sesuai jenjang
jabatan manajerial yang ada di organisasi, agar tidak berpengaruh
negatif pada kinerja karyawan.
d. Komunikasi
Penciptaan dan pengembangan komunikasi yang efektif berfungsi
dalam proses pertukaran informasi, agar setiap pekerja memperoleh
informasi untuk meningkatkan kinerjanya.
e. Kesehatan Kerja
Penyelenggaraan poliklinik atau rumah sakit atau sekedar
menyediakan dana kesehatan untuk mengganti biaya pengobatan
9
pekerja maupun keluarganya, merupakan bentuk perhatian dan
perlindungan organisasi dalam mewujudkan kesehatan kerja.
f. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja
Kondisi lingkungan kerja merupakan faktor eksternal yang sulit
diprediksi apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu manajer perlu
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
dengan mengikutsertakan pekerja dalam asuransi cacat tubuh atau
asuransi jiwa. Perhatian dan pelaksanaan kesehatan lingkungan kerja
yang
memuaskan
akan
meningkatkan
kinerja
karena
pekerja
mengetahui bahwa diri dan keluarganya mendapat perlindungan yang
layak dalam bekerja.
g. Keamanan Kerja
Program
keamanan
kerja
antara
lain
dilakukan
dengan
menghindarkan rasa takut akan mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) secara sepihak dan penyelenggaraan program dana pensiun.
h. Kompensasi yang Layak
Penciptaan kinerja tinggi dapat diwujudkan dengan memperhatikan
kompensasi langsung, berupa upah tetap dan kompensasi tidak
langsung, berupa insentif, bonus, dll yang layak manusiawi dan layak
produksi untuk memberikan ketenangan dan kesediaan untuk bekerja
dengan kinerja terbaik sebagai kontribusi dalam mencapai tujuan
organisasi.
i. Kebanggaan.
Kebanggaan terhadap organisasi dapat ditumbuhkan pada para
pekerja dengan cara keikutsertaan organisasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan untuk kepentingan masyarakat, seperti program CSR.
2. Quality of Work Life versi kedua menurut Nawawi (2006) terdiri dari enam
unsur, sebagai berikut :
a. Supervisi yang baik
Manajer dan supervisor harus melaksanakan penilaian secara
jujur dan obyektif, sehingga tidak ada seorang pekerja pun yang merasa
dirugikan. Dengan kepercayaan bahwa supervise termasuk penilaian
10
kinerja dilakukan secara jujur dan obyektif, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja karyawan yang disupervisi menjadi lebih tinggi.
b. Upah dan insentif yang baik
Skala upah dan pemberian insentif, bonus dll, harus berdasarkan
prestasi dan kontribusi dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan kata lain upah dan insentif harus layak manusiawi dan layak
produksi. Layak manusiawi maksudnya jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimal dan kebutuhan hidup sesuai status
sosial ekonomi berdasarkan jabatan masing-masing. Layak produksi
berarti jumlahnya sesuai dengan prestasi kerja atau kontribusi dalam
mewujudkan tujuan organisasi.
c. Pekerjaan yang Dirasakan sebagai Hadiah
Manajer berusaha menempatkan pekerja pada bidang kerja yang
disukainya,
sehingga
dirasakannya
sebagai
hadiah
yang
akan
memberikan gairah dan motivasi dalam bekerja. Kondisi itu secara
langsung atau tidak langsung akan meningkatkan kinerja karyawan
yang bersangkutan dalam bekerja.
d. Pekerjaan yang Menantang
Manajer
memberikan
kesempatan
pada
pekerja
untuk
melaksanakan pekerjaan atau menempati jabatan yang tugas-tugasnya
bersifat menantang. Karena banyak pekerja yang menginginkan untuk
memperoleh kesempatan berprestasi dengan bekerja pada bidang yang
memerlukan
keinisiatifan,
kreativitas,
kemampuan
memecahkan
masalah, dll. Karyawan atau pekerja tersebut akan bekerja dengan
kinerja yang tinggi untuk membuktikan kemampuannya dalam
melaksanakan pekerjaan yang menantang, karena keberhasilannya akan
dirasakan sebagai sukses yang tidak dapat dicapai oleh semua orang.
e. Pekerjaan yang Menarik
Menempatkan pada posisi yang dirasa menarik bagi pekerja,
dalam artian sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki,
diharapkan para pekerja akan melaksanakan pekerjaannya dengan
kinerja yang tinggi.
11
f. Kondisi Lingkungan Kerja yang Baik
Lingkungan kerja yang kondusif baik secara fisik (penerangan
cukup, tempat yang bersih, nyaman, fasilitas memadai, dll) maupun
nonfisik (hubungan yang harmonis, dan saling menghargai baik
antarpekerja, pekerja dan manajer, maupun antar manajer) dapat
mempengaruhi motivasi dan menciptakan kinerja yang lebih tinggi.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Konsep kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar
kinerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebuh
dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2006).
Mangkunegara (2001) mengungkapkan kinerja merupakan hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Menurut Fattah (1999) kinerja atau prestasi kerja
(performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari
oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam
menghasilkan sesuatu.
Menurut Motowidlo, et al., (1997) dalam Beh dan Rose (2007),
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kinerja tugas dan kinerja
kontekstual. Kinerja tugas didefinisikan sebagai perilaku yang secara
formal diakui sebagai bagian dari pekerjaan dan secara langsung atau
tidak langsung berkontribusi terhadap inti teknis organisasi. Kinerja
kontekstual didefinisikan sebagai perilaku yang tidak langsung
mendukung kegiatan inti teknis, melainkan dukungan lingkungan
organisasi, sosial, dan psikologis di mana inti teknis harus berfungsi.
Memperhatikan
pengertian
kinerja
sebagaimana
yang
dikemukakan di atas, menurut Mangkuprawira dan Vitalaya (2007),
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan
12
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan
secara
legal,
tidak
melanggar
hukum,
dan
tidak
bertentangan dengan moral atau etika.
2.2.2. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Kinerja
Donnelly, et al., (1995) yang dikutip Mangkuprawira (2008)
mengungkapkan, kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor: (1) harapan mengenai imbalan; (2) dorongan; (3)
kemampuan; kebutuhan dan sifat; (4) persepsi tarhadap tugas; (5)
imbalan internal dan eksternal; (6) persepsi terhadap tingkat imbalan
dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan
oleh tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan dalam hidupnya
untuk berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri serta untuk orang lain
dalam lingkungannya. Dalam prosesnya, faktor diri sendiri dan faktor
luar sangat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang dalam
bekerja. Oleh sebab itu Mangkuprawira dan Vitalaya (2007)
menjelaskan bahwa terdapat dua unsur yang mempengaruhi kinerja
karyawan, yaitu: (1) unsur intrinsik, meliputi: tingkat pendidikan,
tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, sikap-motivasi terhadap
kinerja, tingkat pengalaman kerja. (2) unsur ekstrinsik, meliputi:
lingkungan keluarga, lingkungan sosial budaya, lingkungan ekonomi,
lingkungan belajar, lingkungan kerja termasuk budaya kerja dan
teknologi.
Selain itu McClelland yang dikutip Mangkunegara (2001)
berpendapat bahwa, ada hubungan yang positif antara motif berprestasi
dengan pencapaian kinerja. Selanjutnya, McClelland mengemukakan
enam karakteristik karyawan yang berprestasi tinggi, yaitu: (1)
memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, (2) berani mengambil
risiko, (3) memiliki tujuan yang realistis, (4) memiliki rencana kerja
yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, (5)
memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja
yang dilakukannya, (6) mencari kesempatan untuk merealisasikan
13
rencana yang telah diprogramkan. Berdasarkan pendapat McClelland
tersebut, karyawan akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia
memiliki motivasi berprestasi tinggi.
2.2.3. Unsur-unsur Kinerja
Menurut Hasibuan (2008) beberapa unsur-unsur yang menjadi
penilaian kinerja seorang karyawan meliputi : (1) Kesetiaan; (2)
Prestasi kerja; (3) Kejujuran; (4) Kedisiplinan; (5) Kreativitas; (6)
Kerjasama; (7) Kepemimpinan; (8) Kepribadian; (9) Prakarsa; (10)
Kecakapan; (11) Tanggung jawab. Demikian pula Aguinis (2009)
standar kompetensi kinerja yang dibutuhkan terdiri dari : (1)
Fleksibilitas; (2) Kerjasama; (3) Kemampuan komunikasi, (4)
Kemampuan menulis; (5) inisiatif; (6) Pengambilan keputusan, (7)
Pengetahuan pekerjaan; (8) Kualitas kerja; (9) Produktivitas.
2.3. Hubungan QWL terhadap Kinerja Karyawan
Setiap kita memiliki kebutuhan. Aspek QWL bertujuan sebagai suatu
cara untuk meningkatkan kepuasan kerja melalui peningkatan kualitas
kehidupan kerja yang hasilnya berujung pada
meningkatnya kinerja
karyawan yang tinggi. Kinerja yang dimaksud adalah kemampuan
perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas dan
karyawan mampu melayani konsumen sehingga berdampak pada kepuasan
dan loyalitas konsumen terhadap barang dan jasa perusahaan tersebut. Setiap proses pengambilan kebijakan, organisasi harus memperhatikan
aspek QWL agar tidak terjadi penurununan kinerja karyawan akibat
karyawan merasa haknya terkurangi untuk berkembang, berprestasi,
berpartisipasi, sistem upah, dan lingkungan kerja yang kondusif. Karyawan
tertarik pada organisasi-organisasi yang memiliki karakteristik yang mirip
atau sesuai dengan mereka sendiri, begitu pula organisasi yang memilih
orang-orang berkompetensi tertentu yang dibutuhkan untuk efektivitas
organisasi, dan orang-orang yang tidak sesuai organisasi cenderung akan
pergi (Beh dan Rose, 2007).
Konsep QWL mengungkapkan kesadaran terhadap pentingnya
penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian
14
peran penting program QWL diharapkan mampu mengubah iklim kerja
organisasi baik secara teknis maupun manusiawi sehingga dapat membawa
kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik. Peningkatan kualitas
kehidupan kerja ini diperlukan untuk menciptakan kepuasan kerja untuk
menghasilkan kinerja yang tinggi sesuai dengan tujuan perusahaan.
Penerapan QWL yang baik menghasilkan kinerja manajerial yang
baik. Oleh karena itu, semakin tinggi aspek QWL dapat terwujud dengan
baik maka semakin tinggi pula kinerjanya, baik tingkat manajer maupun
karyawan. Khususnya, manajer akan termotivasi untuk tampil baik ketika
sistem kerja dirancang berfokus pada kebutuhan pribadi karyawannya.
Kondisi kerja harus bermakna, menantang, dan beragam, dan pekerja harus
memiliki keterampilan, otonomi, dan sumber daya untuk melakukannya
dengan baik. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sistem yang
selaras parameter individu, sosial, dan teknis dari organisasi, atau QWL.
Teori motivasi berprestasi, disempurnakan oleh McClelland (1961)
dan Atkinson (1964) dikutip oleh Beh dan Rose (2007), juga menjelaskan
proses motivasi mempengaruhi kinerja karyawan. Teori motivasi berprestasi
ini menjelaskan bahwa karyawan dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi
akan cenderung lebih menanggapi secara baik terhadap pekerjaannya yang
diperkaya daripada pada karyawan dengan kebutuhan rendah untuk
berprestasi. Pengayaan pekerjaan merangsang motivasi berprestasi, biasanya
yang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi kinerja, keterlibatan, dan
kepuasan. Pekerjaan yang membosankan atau berulang-ulang dapat
menyebabkan tingkat kinerja rendah karena mereka gagal untuk memotivasi.
Sebaliknya, pekerjaan yang lebih diperkaya mengarah kepada keadaan
motivasi yang tinggi dengan peningkatan hasil kinerja.
Korman, et al. (1981) dikutip oleh Beh dan Rose (2007) menunjukkan
bahwa karyawan, terutama manajer, menekankan pada pendapatan, posisi,
dan pertumbuhan pribadi sebagai indikator potensi sukses. Jika ini kriteria
keberhasilan penting, mereka harus menghubungkan antara kinerja seseorang
terhadap faktor-faktor QWL dan selanjutnya pada pekerjaannya. 15
Penting untuk disadari bahwa ada
hubungan ketika faktor-faktor
QWL organisasi yang dinamis secara teori dan kemudian dikembangkan
secara aplikatif terhadap kinerja karyawan. Perusahaan dengan QWL-nya
mampu menjamin kebutuhan karyawannya baik secara jasmaniah maupun
rohaniah. Dengan adanya dorongan tersebut karyawan senantiasa akan
terpacu ketika mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Kondisi demikian
menunjukkan
pentingnya
saling
ketergantungan
karyawan
dengan
lingkungan organisasi mereka. Oleh karena itu, mereka tidak independen satu
sama lain.
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Mutiara (2008) tentang Analisis Penerapan Faktor-Faktor
QWL dalam Meningkatkan Kinerja Tenaga Kependidikan Direktorat dan
Kantor IPB. Hasil pengujian menggunakan korelasi Rank Spearman
diperoleh bahwa terdapat korelasi antara faktor-faktor Quality of Work Life
dengan peningkatan kinerja tenaga kependidikan. Faktor-faktor yang
berkorelasi tersebut meliputi partisipasi dalam pemecahan masalah dan
sistem imbalan yang inovatif. Kesimpulannya, meskipun terdapat empat
faktor yang menjadi fokus penelitian, yaitu restrukturisasi kerja, partisipasi
dalam pemecahan masalah, sistem imbalan yang inovatif dan perbaikan
lingkungan kerja, namun hanya dua faktor yang memiliki korelasi.
Penelitian Dhamayanti (2007) tentang Kepuasan Karyawan Melalui
Faktor-faktor QWL di PT Inti Abadi Kemasindo. Melalui pengujian
menggunakan yang menunjukkan bahwa kedelapan faktor QWL terbukti
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepuasan karyawan. Sementara
hasil dari analisis regresi logistik biner menunjukkan bahwa hanya dua faktor
yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan yaitu faktor kondisi dan
lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat. Kesimpulan yang diperoleh
menyatakan bahwa meskipun diketahui kedelapan faktor QWL memiliki
hubungan terhadap kepuasan karyawan, ternyata dari delapan faktor QWL
yang dianalisis hanya dua faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan,
yaitu faktor kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat dan
faktor ketaatan pada berbagai ketentuan formal dan normatif.
16
Dewi (2006) meneliti tentang Pengaruh QWL terhadap Motivasi
Berprestasi Karyawan Studi Kasus Kantor Pusat PT Pos Indonesia.
Disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat memotivasi berprestasi menurut
persepsi karyawan adalah partisipasi dalam pemecahan masalah, sistem
imbalan yang inovatif, perbaikan lingkungan, dan restrukturisasi. Dengan
menggunakan metode Regresi Linear Berganda diketahui bahwa ke-empat
faktor QWL tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
karyawan, ternyata faktor-faktor lainnya mempunyai pengaruh yang lebih
besar dibandingkan ke-empat faktor QWL tersebut. Melalui regresi linear
berganda ini diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
adalah faktor perbaikan lingkungan kerja, sedangkan faktor partisipasi dalam
penyelesaian masalah dan sistem imbalan yang inovatif memiliki pengaruh
yang sangat kecil, dan faktor lainnya tidak berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi.
Noviandari (2007) meneliti tentang Analisis Pengaruh Stress Kerja
terhadap Kinerja Karyawan, studi kasus di PT. Pos Indonesia (Persero)
Jakarta Timur 13000. Diperoleh kesimpulan bahwa tingkat stres kerja yang
dialami karyawan dinyatakan rendah dan tingkat kinerja karyawan yang
tergolong tinggi. Adapun melalui uji Chi-Square terhadap karakteristik
responden diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan nyata antara
karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, lama kerja dan gaji terhadap
kinerja karyawan. Persepsi karyawan dan pihak manajemen menunjukkan
bahwa upaya pencegahan stres kerja yang terkait dengan beban kerja dan
penghargaan kurang dirasakan penerapannya. Oleh sebab itu pihak
manajemen perusahaan perlu melakukan dua pendekatan organisasional dan
tinjauan ulang tentang kondisi fisik dan psikologis karyawan secara periodik.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bagi petani Indonesia, fenomena globalisasi bukanlah hal yang baru.
Mereka sadar akan tuntutan perubahan yang merupakan hasil dari persaingan
global, salah satunya berupa meningkatnya jumlah permintaan pasar terhadap
produk pertanian yang terjadi bukan hanya dalam ruang lingkup ekspor impor
saja melainkan perubahan jenis tanaman yang ditanam, sistem tataniaga, dan
teknologi juga harus dibenahi agar output pertanian nantinya dapat terus
bertahan dengan keunggulan kompetitif yang dimilikinya.
Salah satu perusahaan di bidang pertanian adalah PT DaFa Teknoagro
Mandiri yang melalui visinya yaitu “Menjadi produsen bibit unggul berbasis
bioteknologi terbaik dan terdepan” dengan misi : (1) Menggunakan induk
terpilih ; (2) Memelihara dan ketepatan kerja ; (3) Melakukan inovasi yang
berkelanjutan dan ; (4) Memelihara kepuasan konsumen, telah menjadi
perusahaan swasta nasional pionir yang terutama bergerak dalam produksi
berbagai bibit tanaman unggul. Dan hingga sekarang permintaan terhadap
produknya telah mencapai hampir seluruh kawasan di Indonesia baik di
dalam Pulau Jawa maupun Luar Pulau Jawa.
Untuk mencapai visinya tentu suatu organisasi memerlukan sumber
daya manusia sebagai pengelola sistem, agar sistem ini berjalan efektif dan
efisien maka perlu perhatian khusus terkait kebutuhan sumber daya manusia
yang tidak hanya semata-mata dimotivasi oleh hal-hal yang bersifat materi
seperti upah, bonus, dan tunjangan, tetapi manusia juga memperhatikan
aspek-aspek berupa kondisi lingkungan yang aman, kesehatan, pengakuan,
serta mampu meningkatkan kekaryaannya, dll. Sehingga pihak manajemen
sadar akan pentingnya penerapan QWL dalam rangka pemenuhan kebutuhan
karyawan.
Merujuk pada tujuan penelitian, maka penelitian ini mengukur tingkat
hubungan faktor-faktor QWL yang bersumber dari Cascio (2003) dan unsurunsur kinerja yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Secara ringkas
penelitian ini dilakukan melalui empat tahap analisis. Analisis pertama
18
adalah menganalisis persepsi karyawan terhadap kinerja yang dibutuhkan PT
DaFa Teknoagro Mandiri dan sembilan faktor-faktor QWL menurut Cascio
(2003) dengan menggunakan alat analisis deskriptif, dimana data-data yang
diperoleh nantinya akan diterjemahkan sehingga menghasilkan informasi yang
lebih mudah dimengerti. Kedua, adalah menganalisis hubungan faktor-faktor
QWL terhadap unsur-unsur kinerja karyawan yang dikaitkan dengan
karakteristik karyawan seperti jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,
jabatan, dan pengalaman kerja dengan menggunakan analisis Khi-Kuadrat.
Analisis ketiga yaitu menganalisis lebih jauh ada tidaknya perbedaan secara
signifikan terhadap QWL maupun kinerja pada masing-masing karakteristik
responden. Dan analisis ke empat yaitu menghubungkan faktor-faktor QWL
dengan unsur-unsur kinerja karyawan dengan menggunakan analisis korelasi
Rank Spearman. Agar nantinya output dari penelitian ini dapat menjadi
rekomendasi untuk PT DaFa Teknoagro Mandiri dalam mewujudkan visi misi
perusahaan tanpa harus mengesampingkan keinginan dan kebutuhan
karyawannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pemikiran
penelitian ini pada Gambar 2.
19
Permintaan Pasar
Input Perusahaan
Visi, misi, SDM berkualitas
Karakteristik SDM :
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Pendidikan terakhir
4. Jabatan
5. Pengalaman kerja
6. Status perkawinan
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif
Quality of Work Life :
1. Partisipasi karyawan
2. Pengembangan karir
3. Penyelesaian konflik
4. Komunikasi
5. Kesehatan kerja
6. Keselamatan kerja
7. Lingkungan
yang
aman
8. Kompensasi
yang
layak
9. Kebanggaan
Analisis Chi-Square
dan Uji beda
Kruskal-Wallish
Analisis Rank Spearman
Umpan balik
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kinerja Karyawan :
1. Kedisiplinan
2. Kerjasama
3. Tanggung jawab
4. Loyalitas
5. Pengetahuan
6. Produktivitas
20
3.2. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. DaFa Teknoagro Mandiri,
Kecamatan Ciampea, Bogor. Dengan pertimbangan karena PT. DaFa
Teknoagro Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pertanian dengan jumlah total karyawan sebanyak 32 orang.
Dengan jumlah karyawan yang tidak tergolong banyak tersebut, namun
pasarnya telah mencapai hampir di seluruh kawasan Indonesia. Sehingga
Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana caranya agar perusahaan
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada dan terbatas
jumlahnya sehingga mampu memenuhi permintaan pasar terhadap output
produksi yang semakin meningkat. Waktu yang diperlukan untuk
pengambilan data dan penelitian dimulai sejak Desember 2010 – Maret
2011.
2. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di
lapangan, baik dalam bentuk arsip data perusahaan yang mendukung
terkait penelitian, wawancara maupun melalui pengisian kuesioner.
Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen dan seluruh karyawan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dibutuhkan untuk
penelitian. Sedangkan kuesioner berisikan daftar pernyataan yang terkait
dengan hubungan faktor-faktor QWL terhadap kinerja karyawan.
Pernyataan yang diajukan bersifat tertutup, hal ini dikarenakan untuk
mempermudah responden pada saat menjawab serta pada proses
pengolahan data. Setiap jawaban ditentukan skornya menggunakan skala
Likert. Skala Likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak
senang, dan lainnya (Umar, 2005). Bobot yang digunakan dalam setiap
pertanyaan adalah:
5 = Sangat setuju
4 = Setuju
21
3 = Ragu-ragu
2 = Tidak setuju
1 = Sangat tidak setuju
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur melalui internet,
buku, jurnal yang memuat teori-teori, dan hasil penelitian terdahulu.
3. Teknik Pemilihan Responden
Jumlah total karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri, baik
karyawan tetap maupun karyawan harian adalah 32 orang. Melihat
populasi yang relatif sedikit dan mudah dijangkau maka metode
pengambilan responden menggunakan metode sensus. Sensus adalah cara
pengumpulan data dimana seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu
(Sevilla, et al.,1993). Sehingga yang diperoleh sebagai hasil pengolahan
sensus merupakan data yang sebenarnya pada perusahaan tersebut.
3.3. Pengujian Kuesioner
3.3.1. Uji Validitas
Menurut Sevilla, et al., (1993) Validitas adalah derajat ketepatan
suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur.
Demikian pula menurut Sumarsono (2004), penyebaran kuisioner
merupakan salah satu cara untuk memperoleh informasi. Untuk
memperoleh
informasi
yang
relevan
dengan
cukup
tinggi
kesahihannya, maka kuisioner yang akan digunakan perlu diuji lebih
dulu. Uji validitas berfungsi untuk menunjukkan sampai dimana
ketepatan dan kecermatan alat ukur melakukan fungsi pengukurannya.
Berikut Langkah-langkah pengukuran validitas kuesioner menurut
Umar ( 2005) :
1. mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur
2. melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden.
3. mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing
pertanyaan/pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat
diketahui dengan menggunakan korelasi product moment. Rumus
dari korelasi product moment yang digunakan yaitu:
22
(1)
r = Angka korelasi
Xi = Skor masing–masing pernyataan ke-i
Y = Skor total
n = jumlah responden
Kesahihan uji validitas terjadi apabila nilai rhitung > rtabel yaitu
lebih besar dari 0,361 dengan selang kepercayaan 95% atau tingkat
toleransi kesalahan sebesar 5%. Pengujian ini dapat dilakukan melalui
Software Microsoft Excel atau SPSS.
3.3.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas biasanya didefinisikan sebagai konsistensi dari tes.
Ketika suatu instrumen memperoleh hasil yang sama dari dua
pengujian di bawah kondisi yang sama, maka tes tersebut dikatakan
konsisten, dan karena itu dapat diandalkan. Instrumen dikatakan
reliabel apabila instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Teknik Cronbach Alpha digunakan untuk mencari
reliabilitas dengan instrumen yang skornya merupakan rentangan
beberapa nilai, seperti 0 – 10 atau 0 – 1000 atau bentuk skala 1-3, 1-5,
dan seterusnya (Nasution, 2003).
(2)
r11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyak butir pernyataan
σ t²
= Varian total
∑σ b²
= Jumlah varian pernyataan
Rumus varian dapat diperoleh dari rumus :
(3)
n
= Jumlah responden
23
Xi
= Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor–nomor butir
pernyataan.
Reliabilitas dapat diterima apabila memiliki nilai Cronbach
Alpha lebih dari 0,7, jika alat ukur atau kuesioner terbukti lebih dari
0,7 maka kuesioner dapat diandalkan sebagai alat ukur penelitian.
Berikut pemaparan klasifikasi nilai Cronbach Alpha (George, 2003)
Tabel 1. Klasifikasi Cronbach Alpha
R Alpha
Klasifikasi
α > 0,9
Sempurna (Excellent)
α > 0,8
Baik (Good)
α > 0,7
Dapat diterima (Acceptable)
α > 0,6
Diragukan (Questionable)
α > 0,5
Lemah (Poor)
α > 0,4
Tidak dapat diterima (Unacceptable)
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1. Analisis Deskriptif
Digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi
kinerja karyawan dan QWL PT. DaFa Teknoagro Mandiri. Untuk
memperoleh kesimpulan atau informasi dari data, berikut langkahlangkah dalam pengolahan dan analisisnya:
1. Berikan skor pada setiap jawaban sesuai dengan bobot pada skala
Likert.
2. Lakukan tabulasi atau perhitungan dari skor-skor nilai yang telah
ditentukan sebelumnya.
3. Lakukan pengkategorian dari hasil tabulasi dengan rumus menurut
Simamora (2002) :
(4)
(5)
Keterangan :
RS
= Rentang skala
24
M
= Angka tertinggi dalam pengukuran
N
= Angka terendah dalam pengukuran
B
= banyaknya kelas
Pada rentang : 1,00 – 1,80 = sangat tidak setuju
1,81 – 2,60 = tidak setuju
2,61 – 3,40 = ragu-ragu
3,41 – 4,20 = setuju
4,21 – 5,00 = sangat setuju
4. Masukkan nilai tersebut ke dalam rentang skala yang telah
ditentukan, maka informasi terhadap tingkat kinerja dan QWL akan
diperoleh.
3.4.2. Korelasi Khi-Kuadrat
Menurut Sevilla, et al., (1993), Uji Khi-Kuadrat Asosiasi (ChiSquare) digunakan untuk menentukan apakah ada atau tidak ada
asosiasi atau hubungan satu sama lain dua variabel yang dihubungkan.
Dalam penelitian Khi-Kuadrat berguna untuk mengetahui hubungan
karakteristik responden terhadap seperti jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir, jabatan, dan pengalaman kerja terhadap faktorfaktor QWL dan kinerja karyawan. Uji ini sangat sesuai untuk tipe
data nominal atau ordinal. Prosedur uji Khi-Kuadrat adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan frekuensi sel harapan dengan menggunakan rumus KhiKuadrat ini:
(5)
χ2
= Chi-Square
O
= nilai observasi dari baris dan kolom
E
= nilai harapan dari baris dan kolom
2. Setelah diketahui nilai χ2 melalui perhitungan, kemudian gunakan
tabel nilai χ2.
3. Setelah membandingkan antara nilai χ2hitung perhitungan dengan
nilai χ2tabel, gunakan hipotesis sebagai berikut :
25
H0
= tidak ada hubungan antara dua variabel
H1
= ada hubungan antara dua variabel
Bila nilai χ2hitung sama atau lebih besar dari pada χ2tabel untuk tingkat
signifikansi tertentu, maka tolak H0. Bila terjadi sebaliknya maka
H0 diterima (Sevilla, et al., 1993). Sebelum melakukan
perbandingan nilai χhitung dengan χtabel tentukan terlebih dahulu
tingkat signifikansi (α) dan tingkat keabsahan (df) melaui rumus :
(6)
r
= jumlah baris
c
= jumlah kolom
3.4.3. Uji Kruskal-Wallish
Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan nyata antara
dua atau lebih kelompok atau sampel independen (karakteristik
responden) dari data yang berupa data ordinal (Sulaiman, 2002).
Adapun prosedur untuk perhitungan uji Kruskal-Wallish, yaitu :
1. Seluruh case dari seluruh grup dikombinasikan dan dibuat ranknya.
2. Untuk masing-masing grup, rank-rank tersebut dijumlahkan, dan
statistik Kruskal-Wallish dihitung dari jumlah-jumlah yang
dihasilkan tersebut. Statistik uji yang digunakan adalah :
(7) H mendekati distribusi χ2 dengan db = k-1
Keterangan :
ni
= banyaknya nilai pengamatan (ulangan) pada tiap sampel
(perlakuan)
k
= banyaknya sampel (perlakuan) yang diuji
Ri
= jumlah ranking tiap sampel
N
= total pengamatan
3. Tentukan hipotesis
H0 : tidak ada perbedaan antara QWL atau kinerja berdasarkan
karakteristik responden tertentu.
26
H1
: ada perbedaan QWL atau kinerja berdasarkan karakteristik
responden tertentu.
4. Tentukan keputusan
Jika nilai sig. > taraf nyata (α)=0,05, maka terima H0 yang
mengindikasikan terdapat perbedaan signifikan.
Jika nilai sig. ≤ taraf nyata (α)=0,05, maka tolak H0 yang
mengindikasikan tidak terdapat perbedaan signifikan.
4.4.1. Korelasi Rank Spearman
Teknis korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan
suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu
variabel dengan variabel lain (Umar, 2005). Pada umumnya korelasi
terjadi secara positif atau negatif. Korelasi yang positif berarti
perubahan pada kedua variabel menunjukkan arah yang sama, yaitu
bila nilai satu variabel naik akan diikuti oleh naiknya nilai variabel
yang kedua. Sedangkan korelasi yang negatif menunjukkan perubahan
arah yang bertentangan, yaitu jika nilai satu variabel naik akan diikuti
oleh turunnya nilai variabel yang kedua, atau sebaliknya jika nilai
salah satu variabel turun akan diikuti oleh naiknya nilai pada variabel
yang kedua (Pudjirahardjo, 1993).
Derajat korelasi dinyatakan dalam suatu koefisien korelasi (r).
Nilai r selalu akan berkisar antara -1 dan +1. Koefisien korelasi 0
berarti tidak ada korelasi linear, atau dengan kata lain secara linear
dua variabel dengan nilai koefisien korelasi 0 tak ada hubungan satu
dengan lainnya.
Berikut langkah proses penggunaan korelasi Rank Spearman
menurut Umar (2005) :
1. Menentukan hipotesis
H0
: tidak ada hubungan antar kedua komponen
H1
: ada hubungan yang berarti antara kedua komponen
2. Lakukan statistik hitung
Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut :
(8)
27
rs
= koefisien korelasi Rank Spearman
2
3.
= selisih antara Rank bagi X dan Y
di
Lakukan statistik tabel
Tentukan statistik hitung dengan menggunakan tabel Rank
Spearman, kemudian bandingkan antara nilai rhitung dengan rtabel
4.
Simpulkan
Jika nilaihitung > nilaitabel, maka tolak H0 dan simpulkan bahwa ada
hubungan dari dua variabel tersebut di atas. Untuk data yang sama,
nilai
rs
perlu
dikoreksi
melalui
rumus
berikut
:
(9)
(10)
(11)
Dalam persamaan di atas, tx dan ty berturut-turut adalah banyaknya
nilai pengamatan Y yang berangka sama untuk suatu peringkat.
Bila koreksi ini digunakan, statistik uji berubah menjadi :
(12)
T
= Faktor koreksi
Tx
= Banyaknya observasi untuk X tertentu yang sama
Ty
= Banyaknya observasi untuk Y tertentu yang sama
Menurut
Nugroho
(2005)
keeratan
korelasi
dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. 0,00 – 0,20 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
antara peubah X dengan peubah Y.
2. 0,21 – 0,40 : berarti korelasi memiliki keeratan lemah antara
peubah X dengan peubah Y.
3. 0,41 – 0,70 : berarti korelasi memiliki keeratan kuat antara
peubah X dengan peubah Y.
4. 0,71 – 0,90 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
antara peubah X dengan peubah Y.
28
5. 0,91 – 0,99 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
sekali antara peubah X dengan peubah Y.
6. 1 : berarti korelasi sempurna.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT DaFa Teknoagro Mandiri merupakan usaha berbentuk
perseroan terbatas yang dimiliki oleh Yayasan Pesantren Darul Fallah
(YPPDF). Yayasan ini didirikan oleh KH. Soleh Iskandar (Alm.) dan
KH. Abdul Gaffar Ismail (Alm.). Area pesantren merupakan tanah
wakaf dari R.H.O. Djunaedi dibangun pada bulan Juni 1960 dan
disahkan oleh Kepala Pengawas Agraria Karesidenan Bogor pada
tanggal 20 Juni 1961. Tanah wakaf ini terletak di blok Gunung Leutik
Desa Banteng. Area pesantren seluas 26,5 ha di kampong Lemah Duhur
Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Sarana
pendidikan di YPPDF menempati areal 10 ha, sedangkan sisanya untuk
perumahan, lahan pertanian dan kehutanan. Lahan memanjang 1 km
dari tepi jalan raya kampong Kebon Eurih masuk kea rah Gunung
Leutik, dibatasi secara alami oleh sungai Cinangneng dan sungai
Ciampea.
Kegiatan pendidikan di Pesantren Darul Fallah didukung dengan
adanya laboratorium kultur jaringan yang diresmikan pada bulan Maret
1996. Laboratorium ini merupakan satu-satunya laboratorium kultur
jaringan yang dimiliki oleh pesantren di Indonesia pada saat itu.
Laboratorium ini selain untuk sarana pendidikan, juga untuk
pelaksanaan kegiatan produksi komersial dalam mendukung kegiatan
pendidikan di pesantren. Usaha kultur jaringan ini dikembangkan lebih
lanjut dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) dan di beri nama PT DaFa
Teknoagro Mandiri. Perusahaan ini merupakan unit usaha otonom yang
dimiliki sepenuhnya oleh YPPDF.
Legalitas perusahaan PT DaFa Teknoagro Mandiri didukung oleh
surat-surat sebagai berikut: akta pendirian dari Notaris Supiah Nurbaiti,
SH., no. 124, 21 Maret 2001; akta Perubahan Anggaran Dasar dari
30
Notaris Husna Darwis, SH., no. 8, 12 September 2001; Pengesahan
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, no: C-09550HT. 01.
01. TH.2001, 28 September 2001; TDP. No: 10. 20. 1. 01. 02114, 20
Desember 2002; SIUP no: 083/10-20/PB/IX/2005, 19 September 2005;
NPWP no: 02. 059. 489. 1-404.000.
PT DaFa Teknoagro Mandiri dibentuk untuk mengoptimalkan
sistem yang telah ada berupa sarana, sumber daya manusia dan lainnya
dengan cara peningkatan usaha secara komersial. Usaha yang dilakukan
adalah dengan memperbesar skala bisnis sampai ke tingkat lebih
komersial yang didukung oleh suasana kerja lebih bussines oriented
serta pengelolaan yang professional. Upaya peningkatan kualitas bibit
yang diproduksi didukung oleh tim ahli yang senantiasa berinovasi
meneliti produk baru.
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan Perusahaan
1. Visi
“Menjadi produsen bibit unggul berbasis bioteknologi terbaik
dan terdepan.”
2. Misi
a. Menggunakan induk terpilih.
b. Memelihara dan ketepatan kerja.
c. Melakukan inovasi yang berkelanjutan.
d. Memelihara kepuasan konsumen.
3. Tujuan
Tujuan didirikannya PT DaFa Teknoagro Mandiri adalah
sebagai sarana untuk :
a. mendukung kegiatan pendidikan Politeknik, khususnya jurusan
Hortikultura.
b. komersialisasi produk-produk unggulan bioteknologi tanaman.
c. menyelenggarakan program-program penelitian.
d. jasa pengembangan dan konsultasi.
31
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT DaFa Teknoagro Mandiri terdiri atas,
Komisaris, Direktur Utama, Direktur Operasional, Manager Produksi
Kultur Jaringan beserta staf, Manajer Penelitian dan Pengembangan
beserta staf , Manajer Nursery beserta staf, Penasehat Ahli beserta staf,
dan Staf Administrasi dan Keuangan beserta staf (Lampiran 7). Dalam
menjalankan usahanya, PT DaFa Teknoagro Mandiri mempekerjakan
32 orang karyawan, yang terdiri dari 17 karyawan tetap dan 15
karyawan lepas. Dengan berbagai latar belakang pendidikan mereka,
mulai dari SD, SMP, SMA, S1, S2 hingga S3. Penempatan kerja
karyawan disesuaikan pada kebutuhan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas usahanya. Untuk lebih jelasnya, berikut tabel kualifikasi
struktur organisasi PT DaFa Teknoagro Mandiri.
Tabel 2. Kualifikasi Karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri
Jumlah
Divisi Pekerjaan
Lulusan
(Orang)
Staf Ahli
4
S3 dan S2
Inisiasi dan Sub Kultur
1. Manajer Produksi
1
S1
2. Staf Inisiasi dan Sub
6
SMP dan
kultur
SMA
Penelitian dan
Pengembangan (Litbang)
1. Kabag. Litbang
1
S1
2. Staf Litbang
3
SMA
Media
1. Babag. Media
1
D3
2. Staf Media
5
SD dan
SMP
Nursery/Lapangan
1. Manajer Nursery
1
1
2. Staf Nursery
7
SMP dan
SMA
Keuangan dan Administrasi
1. Manajer
1
S1
Kebersihan
2
SD dan
SMP
32
Adapun
fungsi
masing-masing
bagian
menurut
Standart
Operational Procedure (SOP) PT DaFa Teknoagro Mandiri sebagai
berikut :
1. Komisaris
Komisaris bertugas mengawasi semua tindakan direksi agar tindakan
direksi tidak merugikan perusahaan.
2. Direktur Utama
a. Menetapkan
dan
menggerakkan
sistem
jaminan
mutu,
memberikan pengarahan dan keyakinan agar sistem jaminan
mutu dapat dilaksanakan semua jajaran karyawan.
b. Mendelagasikan penerapan sistem jaminan mutu kepada Manajer
Operasional sebagai wakil manajemen.
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan sistem jaminan mutu.
d. Bertugas mencari pemasaran dan menerapkan teknologi baru.
3. Staf Administrasi
a. Mendokumentasikan
seluruh
rencana
pengeluaran
dan
pendapatan perusahaan.
b. Bertanggung jawab dan melaksanakan keuangan perusahaan.
c. Mendokumentasikan
seluruh
pembelian
dan
pengeluaran
perusahaan.
4. Manajer Produksi Kultur Jaringan
Bertugas mengawasi stafnya untuk menginisiasi dan meng-Subkultur
eksplan, berikut juga teknik inisiasi dan subkultur yang tepat kepada
stafnya. Manajer Produksi Kultur Jaringan
juga bertugas
menghitung persentase kontaminasi dan persentase survive.
5. Kapala Litbang (Penelitian dan Pengembangan)
Menemukan formula yang tepat untuk campuran media. Selain itu
Kapala Litbang juga bertugas menemukan teknik inisiasi dan
subkultur
yang
dikembangkan.
tepat
untuk
komoditas
baru
yang
akan
33
6. Manajer Nursery
Bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan di lapangan dan
menyelesaikan keperluan karyawan baik di lapang maupun di kebun.
Selain itu Manajer Nursery juga bertanggung jawab terhadap teknis
produksi di lapangan.
7. Kepala Media
Membuat campuran media berdasarkan pengawasan kepala Litbang.
Kepala Media juga bertugas membuat larutan stok yang akan
digunakan untuk 3-4 hari ke depan.
8. Tenaga Kultur Jaringan
Menginisiasi dan meng-subkultur eksplan
9. Tenaga Media
Membuat media agar-agar dan menyiapkan botol kultur. Selain itu
bertugas mensterilkan botol kultur, peralatan inisiasi dan subkultur,
dan gelas-gelas ukur.
10. Tenaga Lapang
Menyeleksi bibit siap tanam yang berkualitas, menyiapkan planlet
untuk
aklimatisasi,
penyungkupan,
menyiram
tanaman,
dan
membuat campuran polybag.
11. Kebersihan
Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keasrian lingkungan PT
DaFa Teknoagro Mandiri.
12. Keamanan
Menjaga keamanan lingkungan perusahaan.
Pegawai PT DaFa Teknoagro Mandiri berjumlah 32 orang
karyawan tetap termasuk manajer dan penasehat ahli, staf, dan 15 orang
tenaga kerja harian. Setiap orang bertanggung jawab terhadap bidang
pekerjaannya. Karyawan bekerja enam hari selama seminggu. Jam kerja
bagian nursery dimulai pukul 07.00 - 15.00 WIB, sedangkan bagian
kultur dan bagian media dimulai pukul 08.00 - 16.00 WIB. Jam istirahat
dimulai pukul 12.00 - 13.00 WIB kecuali hari Jumat dimulai pukul
11.00 - 13.00 WIB.
34
Untuk karyawan tetap pemberian gaji dilakukan setiap sebulan
sekali ditambah uang makan setiap minggunya. Karyawan lepas
pemberian gaji setiap seminggu sekali, namun tanpa ditambah uang
makan. Berikut rincian kompensasi karyawan PT DaFa Teknoagro
Mandiri.
Tabel 3. Kompensasi Karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri
No.
Status Pekerjaan
Besar Penghasilan/Bulan (Rp)
1 Direktur Utama/Pemasaran
5.000.000
2 Manajer
2.000.000
3 Karyawan
600.000
4.1.4. Ruang Lingkup Usaha
Ruang lingkup usaha yang dijalankan sebagi usaha inti yaitu
produksi dan perbanyakan tanaman hortikultura, perkebunan, dan
kehutanan secara konvensional maupun melalui teknik kultur jaringan.
Bibit yang dihasilkan secara konvensional (vegetative) dan generative
antara lain nangka, melinjo, durian, alpukat, mengkudu, kopi, sukun,
rambutan, petai, mangga, duku, cempedak, cengkeh, sawo, manggis,
pala, kayu putih, jati, pinus, sengon, kemiri, agathis, angsana,
flamboyant, trembesi, dan meranti. Bibit yang dihasilkan secara kultur
jaringan antara lain jati kencana fast growing, pisang serat (pisang
Abaka), pisang buah (Tanduk, Tanduk super, Nangka, Mas, Kepok,
kuning, Raja bulu, Ambon Kuning, Ambon Lumut, Ambon Hijau,
Barangan Merah, dan Cavendish), kentang, anggrek, dan krisan.
Bidang jasa yang dijalankan PT DaFa Teknoagro Mandiri yang
berkaitan dengan bidang usaha utama, antara lain jasa perbanyakan
bibit kultur jaringan dengan tanaman induk dari pemesan, jasa
perbanyakan bibit konvensional, pelatiahan kultur jaringan, serta
bimbingan penanaman dan pengembangan kebun.
Program lain PT DaFa Teknoagro Mandiri yaitu adanya
kerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi Pengembangan
Bioteknologi (Bioisland) di Batam, di atas areal 600 ha, kerjasama
produksi bibit kentang bermutu dengan LSM Bina Desa pembangunan
kebun sebagai contoh di Riau, kerjasama uji coba produksi bibit ubi dan
35
talas eks Jepang dengan Mitra Sita Fallah, jasa landscaping, magang
atau penelitian mahasiswa, serta pengajaran di Madrasah Aliyah (MA)
dan Sekolah Tinggi Teknologi Pertanian (STTP) Darul Fallah.
Pemasaran produk PT DaFa Teknoagro Mandiri dilakukan
dengan menerima pemesanan bibit tanaman buah, sayuran, perkebunan,
dan tanaman hias. Pemesanan dapat dilakukan dengan menelepon atau
mendatangi PT DaFa Teknoagro Mandiri. Pemesanan dapat dalam
bentuk bibit siap tanam atau bibit yang masih dalam botol berupa
planlet.
4.2. Karakteristik Responden
Analisis karakteristik responden berperan untuk memahami faktorfaktor QWL apa saja yang mendukung dalam mencapai peningkatan kinerja
karyawan. Karakteristik responden yang dibutuhkan meliputi : jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, jabatan, dan masa kerja. Sehingga karakteristik
responden tersebut dianalisa secara deskriptif.
4.2.1. Jenis Kelamin
Sensus yang dilakukan kepada 32 responden baik karyawan tetap
maupun karyawan lepas PT DaFa Teknoagro Mandiri pada kategori
jenis kelamin diperoleh hasil bahwa karakteristik responden jenis
kelamin laki-laki, sebanyak 20 orang atau 62%, dan karyawan berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 38%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Hal
ini disebabkan sebagai bentuk penyesuaian dari kebutuhan perusahaan
dalam menjalankan kegiatan produksi yang sebagian besar dilakukan di
lapangan, sehingga butuh tenaga lapang untuk mencapai target
produksi.
4.2.2. Usia
Karakteristik responden berdasarkan kategori usia dibagi menjadi
lima kelompok, yaitu usia di bawah 20 tahun sebanyak 12 orang atau
36
38%, 20–30 tahun sebanyak 12 orang atau 38%, 31–40 tahun sebanyak
3 orang atau 9%, 41 –50 tahun sebanyak 2 orang atau 3% dan usia di
atas 50 tahun sebanyak 3 orang atau 9%. Perbandingan sebaran usia
dari responden dapat dilihat pada Gambar 3.
12
10
8
6
4
2
0
jumlah
<20 tahun
20‐30
41‐50 tahun
Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan usia
Dari Gambar 3 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden berada pada kelompok usia di bawah 20 tahun dan 20–
30 tahun, sehingga dengan demikian karyawan perusahaan didominasi
oleh kelompok umur produktif.
4.2.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan menjadi tolok ukur perusahaan
dalam menentukan posisi kerja di unit perusahaan dan jabatan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, karakteristik responden dibagi menjadi
5 kelompok, yaitu: jenjang pendidikan di bawah SMP sebanyak 13
orang atau 41%, SMA sebanyak 11 orang atau 35%, Diploma sebanyak
2 orang, Sarjana Strata 1 sebanyak 2 orang, Sarjana Strata 2 sebanyak 1
orang atau 3%, dan sarjana Strata 3 sebanyak 9%. Perbandingan dari
sebaran berdasarkan kelompok tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Gambar 4.
37
15
10
5
Pendidikan
0
≤ SMP
S2
Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan akhir
Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri memiliki tingkat
pendidikan di bawah SMP (SMP dan SD). Hal ini dikarenakan
perusahaan ingin memajukan warga di sekitar lingkungan perusahaan
yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah sebagai
bentuk upayanya di bidang sosial, sehingga perusahaan mengangkat
masyarakat setempat untuk menjadi karyawan perusahaan.
4.2.4. Masa Kerja
Lamanya masa kerja berpengaruh pada pengalaman, pengetahuan
dan memiliki hubungan terhadap tingkat loyalitas karyawan terhadap
perusahaan. Masa kerja responden terbagi ke dalam lima kelompok,
yaitu kelompok masa kerja di bawah 5 tahun sebanyak 22 orang atau
71%, kemudian kelompok 5–15 tahun sebanyak 8 orang atau 26%,
selanjutnya kelompok 16–25 tahun berjumlah 1 orang atau 3% dan
yang terakhir tidak ada responden yang termasuk ke dalam kelompok
masa kerja 26 –35 tahun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden telah menjalani masa kerja selama kurang dari 5 tahun, hal
ini disebabkan perusahaan baru resmi menjadi sebuah PT sejak tahun
2001 atau baru 10 tahun yang lalu. Disamping itu masalah turn over
yang cukup tinggi juga menjadi salah satu penyebab ketidakloyalan
karyawan terhadap perusahaan.
38
4.2.5 Jabatan
Tingkat jabatan memiliki hubungan yang sangat kuat dalam setiap
pengambilan keputusan, khususnya kebijakan perusahaan. Semakin
tinggi posisi jabatan maka peranannya pun akan semakin kuat, begitu
pula dengan tanggung jawab terhadap pekerjaannya yang semakin
besar.
25
20
15
10
5
0
Jabatan
Staf
staf ahli
Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan jabatan
Berdasarkan Gambar 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden adalah staf, hal ini disebabkan untuk mencapai target
produksi yang banyak maka diperlukan tenaga fisik yang lebih banyak
pula.
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner
4.3.1. Uji Validitas
Uji validitas alat ukur berupa kuesioner digunakan untuk
mengetahui apakah suatu alat ukur telah memenuhi syarat ketepatan
dan kecermatan dalam menjalankan fungsinya. Alat ukur dapat
dikatakan baik jika alat tersebut telah dinyatakan valid, yaitu ketika alat
ukur mampu melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Metode uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
Microsoft Excel, melalui korelasi product moment pearson kemudian
hasilnya dibandingkan dengan angka kritik tabel (nilai r-hitung). Tujuan
melakukan uji validitas ini untuk mengetahui apakah pernyataan yang
diajukan dalam kuesioner telah memenuhi syarat atau tidak, yang
39
kemudian hasilnya dapat dijadikan data utama dan data untuk penelitian
selanjutnya.
Dalam kuesioner sebagai langkah awal penelitian, terdapat 57
pernyataan tertutup meliputi 30 pernyataan berkaitan dengan sembilan
faktor QWL meliputi kompensasi, pengembangan karir, komunikasi,
lingkungan
yang
aman,
kesehatan
kerja,
keselamatan
kerja,
penyelesaian konflik, kebanggaan, dan partisipasi karyawan serta 27
pernyataan tentang kinerja yang meliputi kedisiplinan, kerja sama,
dengan skala pengukuran menggunakan skala Likert yang disebarkan
kepada 32 responden. Setelah dilakukan pengujian validitas maka
diperoleh hasil yang valid untuk semua pernyataan (Lampiran 1), yaitu
pada kondisi rhitung > rtabel, dimana rtabel 0,361 untuk selang kepercayaan
95%. Sehingga 57 pernyataan tersebut dapat digunakan dalam
penelitian selanjutnya.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan
terhadap alat ukur. Suatu alat ukur memiliki tingkat kepercayaan atau
konsistensi yang tinggi jika hasil dari pengujian alat ukur tersebut
menunjukkan hasil yang tetap. Tujuan dilakukannya uji reliabilitas
untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur. Hasil pengukuran
dapat dipercaya jika digunakan dalam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.
Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
dari nilai Cronbach Alpha dengan bantuan software SPSS melalui
instrument atau kuesioner yang disebarkan kepada 32 responden. Hasil
perhitungan diperoleh αcronbach sebesar 0,970 pada seluruh pernyataan
dalam kuesioner itu artinya kuesioner yang disebarkan bersifat sangat
reliabel, mengacu pada klasifikasi tabel alpha George (2003),
selanjutnya perhitungan reliabilitas dilakukan secara lebih merinci
untuk faktor-faktor QWL, sehingga diperoleh nilai αcronbach sebesar
0,954 dan untuk kinerja memiliki nilai αcronbach sebesar 0,955. Dari
kedua nilai tersebut memberikan bukti bahwa pernyataan kuesioner
40
baik aspek QWL maupun kinerja bersifat sangat reliabel. Hasil
perhitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.4. Analisis Persepsi karyawan Terhadap QWL dan Kinerja Karyawan
Penilaian persepsi karyawan diperoleh dari hasil penyebaran instrument
kuesioner menggunakan skala Likert dengan skor 1 sampai 5. Skor 1
menunjukkan penilaian “sangat tidak setuju”, skor 2 menunjukkan penilaian
“tidak setuju”, skor 3 menunjukkan penilaian “ragu-ragu” terhadap
pernyataan, skor 4 menunjukkan pernyataan “setuju”, dan skor 5
menunjukkan penilaian “sangat setuju” terhadap pernyataan. Lakukan
perhitungan dengan mengalikan jumlah jawaban karyawan berdasarkan skor
dengan nilai skor tersebut, kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan
dan dibagi dengan total karyawan. Nilai rataan tertimbang diperoleh melalui
pengukuran yang menunjukkan persepsi karyawan terhadap faktor-faktor
QWL dan kinerja karyawan.
4.4.1. Analisis Persepsi terhadap Quality of Work Life
Analisis persepsi ini dimulai dengan merinci dan memaparkan
faktor-faktor yang berperan penting dalam mewujudkan QWL.
Terdapat sembilan faktor yang menjadi obyek penelitian, meliputi :
kompensasi, pengembangan karir, komunikasi, lingkungan yang aman,
kesehatan kerja, keselamatan kerja, penyelesaian konflik, kebanggaan,
partisipasi karyawan (Cascio, 2003). Kesembilan faktor tersebut dibuat
dalam bentuk pernyataan kuesioner, sehingga hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Persepsi Karyawan terhadap QWL
Indikator
Kompensasi sesuai jenis
pekerjaan
Adanya tunjangan dari
perusahaan
Bonus bagi karyawan
berprestasi
Kompensasi
Adanya rotasi pekerjaan
Adanya peningkatan jabatan
Pelatihan sesuai bidang
1
Bobot Nilai
2
3
4
5
6
4
2
14
6
2
4
1
17
8
1
8
6
12
5
1
2
0
6
6
7
3
7
1
18
13
15
4
4
9
Rataan
Tertimbang
3,156
Kesimpulan
Ragu-ragu
3,781
Setuju
3,375
Ragu-ragu
3,437
3,562
3,344
3,812
Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Setuju
41
Lanjutan Tabel 4.
pekerjaan
Penugasan kerja berdasarkan
tim
Pengembangan karir
Kejelasan dalam informasi
Kemudahan penjelasan ulang
terkait penugasan
Tidak segan mengutarakan
kebutuhan kepada rekan kerja
Komunikasi
Pemberhentian tidak mudah
dilakukan oleh perusahaan
Kenyamanan suasana tempat
kerja
Lingkungan yang aman
Adanya tunjangan kesehatan
Adanya P3K untuk
pertolongan
Kondisi ventilasi cukup baik
Kondisi suhu udara cukup baik
Kondisi penerangan cukup
baik
Kesehatan kerja
Adanya pelatihan penggunaan
peralatan kerja
Adanya pelatihan pencegahan
dan penanggulangan kerja
Sosialisasi tanda peringatan
bahaya
Adanya alat pelindung ketika
bekerja
Ketidakhawatiran terjadinya
kecelakaan karena sarana
pengamanan lengkap
Keselamatan kerja
Kebebasan mengemukakan
keluhan
Perusahaan menciptakan
lingkungan yang harmonis
Komunikasi antara atasan dan
bawahan berjalan secara dua
arah dengan baik
Penyelesaian Konflik
Karayawan merasa senang dan
bangga bekerja di PT DaFa
teknoagro Mandiri
Bersedia menjaga nama baik
perusahaan
Kebanggaan
Adanya kewenangan karyawan
terkait pekerjaannya
4,156
Setuju
8
10
3,718
3,937
4,250
22
7
4,031
Setuju
Setuju
Sangat
setuju
Setuju
5
23
2
4,073
3,781
Setuju
Setuju
1
5
18
8
4,031
Setuju
2
8
6
7
9
1
4
7
12
8
3,906
3,406
3,687
Setuju
Setuju
Setuju
0
2
1
1
3
0
23
25
5
4
0
2
3
23
4
3,844
3,844
3,844
Setuju
Setuju
Setuju
1
3
3
21
4
3,725
3,750
Setuju
Setuju
1
10
5
12
4
3,250
Ragu-ragu
2
8
4
14
4
3,312
Ragu-ragu
1
4
2
15
10
3,906
Setuju
3
6
6
15
2
3,218
Ragu-ragu
3,487
3,437
Setuju
Setuju
0
1
1
22
8
3
0
0
0
1
2
20
20
1
1
1
0
2
0
4
4
4
9
10
0
7
4
14
7
3,656
Setuju
1
3
6
15
7
3,719
Setuju
Setuju
Setuju
0
3
4
15
10
3,604
4
0
2
2
20
8
4,062
Setuju
1
2
3
20
6
4,031
3,78
Setuju
Setuju
42
Lanjutan Tabel 4.
2
4
4 13
9
Adanya peranan pengambilan
keputusa terkait kebijakan
perusahaan
1
4
3 14 10
Karyawan berpeluang
mendapat pengakuan atas
pekerjaannya
Partisipasi karyawan
Rata-Rata keseluruhan persepsi Quality of Work Life
3,719
Setuju
3,875
Setuju
3,791
3,752
Setuju
Setuju
Berdasarkan pemaparan Tabel 4 di atas, tanggapan karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri terhadap QWL sebagai pendukung peningkatan
kinerja karyawan dinilai baik dengan skor keseluruhan 3,752. Dari hasil
wawancara kepada beberapa karyawan, persepsi demikian muncul bukan
karena tanpa alasan, melainkan mengingat betapa pentingnya sebuah
perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan karyawannya baik itu yang
sifatnya materi maupun immateril agar tercipta lingkungan dan suasana
yang
mampu
meningkatkan
kinerja
karyawan,
sehingga
dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan. Persepsi karyawan terhadap QWL
akan dibahas berikut ini :
1. Kompensasi
Kompensasi
yang
layak
merupakan
salah
satu
bentuk
memanusiakan karyawan. Penciptaan kinerja tinggi dapat terwujud
dengan memperhatikan kompensasi langsung, berupa upah tetap dan
kompensasi tidak langsung, berupa insentif, bonus, dll yang layak
manusiawi dan layak produksi untuk memberikan ketenangan dan
kesediaan untuk bekerja dengan. Namun tidak demikian pada apa yang
dirasakan oleh beberapa karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri, bagi
mereka kompensasi yang diberikan perusahaan masih kurang jauh
harapan.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa secara umum nilai persepsi
karyawan terhadap kompensasi berada pada skor terkecil yaitu 3,437
yang artinya karyawan setuju dengan persepsi ini. Namun karyawan
masih meragukan pernyataan bahwa besarnya kompensasi yang
diberikan telah sesuai dengan jenis pekerjaan, dengan nilai persepsi
3,156. Karyawan menyatakan setuju memperoleh tunjangan dari
43
perusahaan, contohnya THR dengan nilai persepsi 3,781. Keraguan
terhadap adanya bonus bagi karyawan yang berprestasi ditunjukkan
dengan nilai persepsi 3,375 (Tabel 4). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa persepsi karyawan terhadap kompensasi belum
seutuhnya terpenuhi, seperti upah dan bonus bagi karyawan yang
berprestasi. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian khusus bagi
pimpinan untuk memenuhi kebutuhan karyawannya terkait kompensasi
dalam rangka mewujudkan peningkatan kinerja karyawan demi
peningkatan kinerja perusahaan.
2. Pengembangan Karir
Pekerjaan
bukanlah
sebuah
karir,
pekerjaan
lebih
menunjukan pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
atau bagian dari karir itu sendiri, sedangkan karir lebih kepada
pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai
panggilan hidup, yang meresapi pikiran dan perasaan seseorang,
serta diwarnai seluruh gaya hidupnya. Oleh karena itu, pemilihan
karir lebih memerlukan persiapan perencanaan yang matang
daripada sekedar mendapatkan pekerjaan yang sifatnya sementara
waktu. Pengembangan karir di PT DaFa Teknoagro Mandiri lebih
terfokus pada tujuan pemahaman karyawan atas pekerjaannya,
contoh pelatihan yang dilakukan ketika karyawan berada pada
setiap pekerjaan barunya yaitu ketika terjadi rotasi pekerjaan dan
kelompok penugasan. Sehingga karyawan PT. DaFa Teknoagro
Mandiri memiliki persepsi setuju terhadap adanya rotasi pekerjaan
dengan nilai rataan sebesar 3,562. Pernyataan setuju juga
ditunjukkan untuk program pelatihan yang sesuai bidang
pekerjaan, dengan nilai rataan sebesar 3,812. Dan penugasan kerja
berdasarkan tim pun dirasakan oleh karyawan, terbukti dengan
hasil perolehan nilai rataan sebesar 4,156 yang berarti setuju.
Namun peningkatan jabatan yang dilakukan baik secara rutin
maupun kondisional diragukan menurut persepsi karyawan dengan
nilai rataan sebesar 3,344. Sehingga nilai total untuk persepsi
44
karyawan terhadap pengembangan karir sebesar 3,718 yang berarti
setuju. Namun dari wawancara yang dilakukan masih banyak
karyawan yang belum sadar pentingnya sebuah karir yang
berkembang, terutama karyawan staf. Mereka hanya fokus dan
melakukan aktivitas secara rutin. Oleh sebab itu diperlukan arahan
dan program dari perusahaan yang dapat menunjang masa depan
karir karyawan yang lebih baik ke depannya.
3. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dan
merupakan aspek yang paling kompleks dalam menyampaikan
tujuan perusahaan. Komunikasi vertikal maupun horizontal yang
terjalin dengan baik akan memperlancar proses pencapaian tujuan
perusahaan tanpa harus mengesampingkan kebutuhan karyawan itu
sendiri. Karena itu komunikasi sangat vital untuk pihak manapun,
maka sudah sepatutnya komunikasi mendapat perhatian yang
sungguh sungguh.
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan persepsi karyawan yang
setuju pada pernyataan bahwa mereka memperoleh kejelasan
dalam penyampaian informasi dengan nilai rataan sebesar 3,937.
Sehingga ketika dirasa masih ada yang kurang jelas tentang yang
diinformasikan, karyawan merasa adanya kemudahan untuk
memperoleh penjelasan ulang terkait penugasan, hal ini dibuktikan
dengan nilai rataan sebesar 4,250 yang artinya karyawan merasa
sangat setuju tentang pernyataan tersebut. Dan dalam keseharian
pun karyawan merasa tidak segan mengutarakan kebutuhan kepada
rekan kerja, dengan nilai rataan 4,031 yang berarti setuju. Sehingga
total skor persepsi karyawan terhadap komunikasi di PT DaFa
Teknoagro Mandiri sebesar 4,073, yang artinya karyawan merasa
setuju terhadap kondisi demikian.
45
4. Lingkungan yang Aman
Kondisi lingkungan yang aman menggambarkan adanya
keamanan dan kenyamanan dalam bekerja, baik terhadap suasana
tempat bekerja maupun status keberlangsungan sebagai karyawan.
Pada Tabel 4 menunjukkan persepsi karyawan yang setuju bahwa
perusahaan tidak mudah melakukan pemberhentian kepada
karyawannya dengan nilai persepsi sebesar 3,781. Dalam hal
rekruitmen karyawan, perusahaan menyesuaikan jumlah karyawan
yang akan dipekerjakan dengan kebutuhan
proyek perusahaan
yang sedang atau akan dijalankan. Sehingga ada karyawan yang
berstatus sebagai karyawan tetap dan karyawan harian atau lepas.
Kenyamanan di tempat kerja juga dirasakan oleh karyawan,
persepsi ini ditunjukkan dengan nilai skor persepsi sebesar 4,031
yang berarti setuju. Sehingga nilai total persepsi untuk kondisi
lingkungan yang aman sebesar 3,906, yang mengindikasikan
karyawan setuju terhadap pernyataan tersebut.
5. Kesehatan Kerja
Kondisi kesehatan kerja di sini meliputi upaya penyesuaian
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik
maupun psikis dalam hal metode atau cara kerja. Beberapa upaya
seperti adanya tunjangan kesehatan telah dirasakan oleh karyawan
dengan skor persepsi sebesar 3,406 yang menunjukkan kesetujuan
pernyataan dengan kondisi di lapangan. Karyawan juga setuju
terhadap tersedianya kotak P3K untuk pertolongan pertama,
dengan nilai persepsi sebesar 3,687. Disamping itu kondisi
ventilasi ruangan, suhu udara, dan penerangan dirasa baik dengan
nilai persepsi sebesar 3,844. Sehingga total nilai persepsi karyawan
terhadap kesehatan kerja sebesar 3,725 yang berarti menyatakan
kesetujuannya dengan kondisi di tempat kerja.
Berdasarkan hasil observasi di PT DaFa Teknoagro
Mandiri, kondisi lingkungan di sekitar perusahaan memang terasa
46
sejuk dan asri dengan banyaknya tanaman hijau dan ventilasi yang
cukup sehingga keluar masuknya udara dirasa baik serta cahaya
yang terpancar pun baik dan tidak mengganggu penglihatan di saat
bekerja.
6. Keselamatan Kerja
Berdasarkan hasil wawancara, pernah terjadi kasus
kecelakaan tabung gas di tempat kerja yang sudah tidak menjadi
rahasia umum lagi di kalangan karyawan. Hal demikian bisa
muncul karena adanya keterbatasan fasilitas keselamatan kerja,
juga karena kelemahan pemahaman faktor-faktor prinsip yang
perlu diterapkan perusahaan kepada karyawannya. Padahal
berdasarkan hasil perolehan nilai persepsi pada Tabel 4, karyawan
setuju
bahwa
perusahaan
menerapkan
adanya
pelatihan
penggunaan peralatan kerja dengan nilai persepsi sebesar 3,750 dan
tersedianya alat pelindung ketika bekerja dengan nilai persepsi
sebesar 3,906. Namun ternyata itu semua dirasa belum cukup
untuk menjamin keselamatan kerja, karena karyawan masih
meragukan pernyataan terkait adanya pelatihan pencegahan dan
penanggulangan kerja dengan nilai persepsi 3,250. Kemudian
sosialisasi tanda peringatan bahaya di beberapa tempat juga belum
dirasa baik, sehingga nilai persepsi sebesar 3,312 yang
mengindikasikan keraguan pernyataan tersebut terhadap kondisi di
perusahaan
yang
sebenarnya.
Akibatnya,
ketidakhawatiran
terjadinya kecelakaan karena sarana pengamanan lengkap pun
masih diragukan oleh karyawan, dengan nilai persepsi sebesar
3,218. Namun secara keseluruhan persepsi karyawan terhadap
keselamatan kerja dirasa cukup baik dengan nilai 3,487 yang
mengindikasikan setuju, meskipun berada pada urutan skor kedua
dari bawah. Dengan demikian faktor keselamatan kerja perlu
mendapat perhatian perusahaan agar menjamin keselamatan dan
kenyamanan karyawan dalam bekerja.
47
7. Penyelesaian Konflik
Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya,
harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik
antar perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar
kelompok. Pada Tabel 4 menunjukkan karyawan setuju memiliki
kebebasan mengemukakan keluhan dengan nilai persepsi 3,437.
Komunikasi antara atasan dan bawahan berjalan secara dua arah
memiliki nilai persepsi yang baik, yaitu sebesar 3,719. Sehingga
karyawan setuju bahwa perusahaan dianggap mampu menciptakan
lingkungan yang harmonis dengan nilai persepsi sebesar 3,656.
Secara keseluruhan persepsi karyawan untuk atribut penyelesaian
konflik dianggap baik meskipun berada pada urutan skor ketiga
terendah dengan nilai persepsi sebesar 3,604 yang berarti setuju
dengan kondisi perusahaan dalam penyelesaian konflik. Dengan
demikian, keterlibatan karyawan dalam penyelesaian konflik
melalui penyampaian aspirasi, saran dan kritik perlu menjadi
perhatian perusahaan agar karyawan memiliki rasa tanggung jawab
dan merasa memiliki terhadap setiap pekerjaan yang muncul dari
kesepakatan dan keputusan bersama, sehingga peningkatan kinerja
karyawan pun dapat terwujud.
8. Kebanggaan
Kebanggaan menyangkut pada citra perusahaan di mata
masyarakat maupun konsumen. Karyawan merasa senang dan
bangga bekerja di PT DaFa Teknoagro Mandiri dengan nilai
persepsi 4 yang berarti setuju, hal ini terlihat dari program sosial
yang
dilakukan
perusahaan
seperti
bantuan
sosial
untuk
pembangunan sarana prasarana di desa sekitar dan membantu
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa tersebut serta bibit-bibit
berkualitas yang dihasilkan mampu membuat konsumen menjadi
loyal untuk tetap melakukan pemesanan kembali. Kebanggaan itu
yang membuat karyawan setuju untuk menjaga nama baik
48
perusahaan dengan nilai persepsi sebesar 4,062. Sehingga secara
keseluruhan tingkat kebanggaan karyawan terhadap perusahaan
dinilai baik dengan skor persepsi 4,031.
9. Partisipasi Karyawan
Partisipasi karyawan di PT DaFa Teknoagro Mandiri secara
keseluruhan berdasarkan persepsi karyawan memiliki nilai sebesar
3,791 yang berada pada rentang setuju. Hal ini terlihat dengan
adanya kewengan karyawan terkait pekerjaannya dengan nilai
persepsi 3,780 yang mengindikasikan setuju. Kemudian juga adanya
keikutsertaan peran dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan
perusahaan dengan nilai persepsi sebesar 3,719, meskipun penentu
kebijakan berada di tangan pimpinan, namun kerap kali karyawan
diminta saran terhadap kebijakan untuk keberlangsungan jalannya
perusahaan ke depannya. Dan karyawan setuju perusahaan
memberikan peluang memperoleh pengakuan atas pekerjaan
masing-masing karyawan dengan nilai persepsi sebesar 3,875, hal
ini dikarenakan karyawan dianggap telah berpengalaman dalam
memahami
dan
bertanggung
jawab
terhadap
tugas
yang
diselesaikannya.
4.4.2. Analisis Persepsi Karyawan terhadap Kinerja
Indikator kinerja yang menjadi bahan penelitian ini diperoleh dari
lembar kinerja dan berbagai teori kinerja yang kemudian disesuaikan
berdasarkan kebutuhan PT DaFa Teknoagro Mandiri, sehingga
indikator tersebut meliputi kedisiplinan, kerjasama, produktivitas,
pengetahuan dan tanggung jawab. Hasil analisis persepsi karyawan
terhadap kinerja dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Persepsi Karyawan terhadap Kinerja
Indikator
Kesediaan bekerja keras sesuai
jam kerja untuk tujuan
perusahaan
Tepat waktu dalam bekerja
Memastikan tidak ada
1
Bobot Nilai
2
3
4
5
Rataan
Tertimbang
Kesimpulan
0
3
1
17
11
4,125
Setuju
0
0
1
2
5
2
20
17
6
11
3,969
4,156
Setuju
Setuju
49
Lanjutan Tabel 5.
kesalahan dalam bekerja
Menerima sanksi jika bersalah
Kedisiplinan
Memberi semangat dan saran
kepada rekan kerja
Mampu mengembangkan kerja
sama
Mampu menerima kritik dan
saran
Saling membantu satu sama lain
Di luar kerja, hubungan dengan
rekan kerja tetap berjalan baik
Kerja sama
Menjaga integritas dalam
bekerja
Bersemangat untuk berprestasi
Orientasi pada kepuasan
pelanggan
Perhatian terhadap kejelasan
penugasan
Produktivitas
Tetap bekerja dengan baik,
meski gaji tidak sesuai
keinginan
Menjaga nama baik perusahaan
Berkomitmen pada tujuan
perusahaan
Bangga dan berusaha loyal
terhadap perusahaan
Loyalitas
Menguasai sistem dan metode
kerja yang berlaku di
perusahaan
Pengetahuan bertambah setelah
bekerja
Tingkat pendidikan sesuai
dengan jenis pekerjaan
Tingkat pendidikan dan
keterampilan sangat mendukung
jenis pekerjaan
Paham prosedur pekerjaan
Pengetahuan
Bertanggung jawab terhadap
tugas
Tugas diselesaikan dengan baik
sesuai rencana dan dapat
dipertanggungjawabkan
Sadar dan peduli terhadap tugas
yang diberikan
Dapat diandalkan dalam bekerja
Bersedia diberi tanggung jawab
1
1
1
20
9
4,094
4,086
Setuju
Setuju
1
0
2
19
10
4,156
Setuju
1
0
3
21
7
4,031
Setuju
1
0
0
19
12
4,250
Sangat setuju
1
0
2
19
10
4,125
Setuju
1
0
1
14
16
4,250
Sangat setuju
4,162
Setuju
0
0
1
20
11
4,312
Sangat setuju
0
0
5
17
10
4,156
Setuju
0
1
2
17
12
4,250
Sangat setuju
0
0
4
18
10
4,187
Setuju
4,226
Sangat setuju
2
1
2
20
7
3,906
Setuju
1
3
1
18
9
3,969
Setuju
1
1
2
21
7
4
Setuju
1
2
9
13
7
3,719
Setuju
3,898
Setuju
0
3
8
12
9
3,844
Setuju
0
2
2
16
12
4,187
Setuju
0
10
6
9
7
3,406
Setuju
0
3
3
18
8
3,969
Setuju
0
1
5
18
8
4,031
3,887
Setuju
Setuju
0
0
2
20
10
4,250
Sangat setuju
0
0
1
21
10
4,281
Sangat setuju
0
0
1
21
10
4,281
Sangat setuju
0
0
0
1
4
6
19
17
9
8
4,156
4
Setuju
Setuju
50
Lanjutan Tabel 5.
lebih besar dari sebelumnya
Tanggung jawab
Rata-rata persepsi terhadap kinerja
4,194
4,075
Setuju
Setuju
Budaya kedisiplinan yang diterapkan PT DaFa Teknoagro
Mandiri dirasa sangat kental oleh seluruh karyawan dalam menjalankan
aktivitas keseharaian. Hal ini dapat terlihat dari kesediaan bekerja keras
sesuai jam kerja demi mencapai tujuan dan target produksi perusahaan
dengan nilai persepsi sebesar 4,125 yang artinya setuju dengan
pernyataan tersebut. Karyawan setuju bahwa senantiasa tepat waktu
dalam bekerja dengan nilai persepsi 3,969, yaitu dari pukul 08.00 WIB
hingga 16.00 WIB. Karyawan setuju bahwa mereka berusaha
memastikan tidak ada kesalahan dalam bekerja dengan nilai persepsi
4,156, hal ini dapat terlihat ketika awal hingga akhir sebelum dan
sesudah
melakukan
pekerjaan
mereka
senantiasa
memastikan
lingkungan, alat, dan tangan terjaga kesterilannya agar tanaman
terhindar dari hal-hal yang menyebabkan terjadinya kontaminasi. Dan
mereka setuju dikenakan sanksi jika terjadi kesalahan dalam bekerja
dengan nilai 4,094, contohnya pecah atau rusaknyanya peralatan.
Sehingga dapat disimpulkan indikator kedisiplinan PT DaFa Teknoagro
Mandiri tergolong baik dengan nilai persepsi sebesar 4,086, dimana
karyawan menyatakan setuju sesuai dengan apa yang mereka rasakan di
PT DaFa Teknoagro Mandiri.
Suasana tidak akan terasa harmonis apabila tidak terjalin kerja
sama antar rekan kerja. Hal ini dapat terlihat ketika mereka saling
memberi semangat dan saran kepada rekan kerja dengan nilai persepsi
sebesar 4,156, yang mengindikasikan kesetujuan terhadap pernyataan
ini. Karyawan setuju bahwa mereka merasa mampu mengembangkan
kerja sama dengan nilai persepsi sebesar 4,031. Dalam bekerja
karyawan mampu menerima kritik dan saran baik itu dari sesama. rekan
kerja maupun pimpinan dengan nilai persepsi sebesar 4,250. Saling
membantu satu sama lain dengan nilai persepsi sebesar 4,125. Bahkan
di luar kerja pun, hubungan dengan rekan kerja tetap berjalan baik
51
dengan nilai persepsi sebesar 4,250. Dengan demikian hubungan kerja
sama antar karyawan di PT DaFa Teknoagro Mandiri dapat dinilai baik
dengan skor total persepsi sebesar 4,162.
Produktivitas dalam bekerja sangat dituntut dalam perusahaan ini,
hal ini disebabkan oleh adanya target-target per bulan untuk dapat
menghasilkan barang sesuai pesanan konsumen. Oleh sebab itu
karyawan sangat setuju bahwa mereka senantiasa menjaga integritas
dalam bekerja dengan nilai persepsi sebesar 4,312. Setuju untuk tetap
bersemangat meraih prestasi, dengan nilai persepsi sebesar 4,156.
Bonus uang tambahan adalah reward manakala prestasi itu dapat diraih
oleh karyawan tersebut. Dan mereka sangat setuju menjadikan
kepuasan pelanggan sebagai orientasi mereka dalam bekerja, dengan
nilai persepsi sebesar 4,250. Oleh sebab itu karyawan setuju untuk tetap
memperhatikan kejelasan penugasan yang diberikan oleh pimpinan
kepada karyawan, dengan nilai persepsi sebesar 4,187. Sehingga dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan
persepsi
karyawan
terhadap
produktivitas dinilai baik, dengan total skor persepsi sebesar 4,226 yang
artinya sangat setuju dengan kondisi demikian.
Loyalitas merupakan harapan terbesar karyawan terhadap PT
DaFa Teknoagro Mandiri. Hal ini dapat terlihat dari kesetujuan
karyawan untuk tetap bekerja dengan baik, meski gaji yang diberikan
tidak sesuai keiinginan mereka, dengan nilai persepsi sebesar 3,906.
Setuju untuk menjaga nama baik perusahaan, dengan nilai persepsi
sebesar 3,969. Berkomitmen pada tujuan perusahaan, dengan nilai
persepsi 4. Dan setuju bahwa karyawan merasa bangga dan berusaha
loyal terhadap perusahaan, dengan nilai persepsi sebesar 3,719. Dengan
demikian tingkat loyalitas karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri dapat
dikatakan baik, dengan nilai persepsi 3,898 yang artinya karyawan
setuju dengan persepsi ini.
Pengetahuan merupakan aset pendukung agar dapat menghasilkan
bibit yang berkualitas. Oleh sebab itu selama bekerja di PT DaFa
Teknoagro Mandiri karyawan setuju bahwa mereka mampu menguasai
52
metode kerja yang berlaku di perusahaan sesuai dengan jenis
pekerjaannya, dengan nilai persepsi 3,844. Selama menjalani rutinitas
di perusahaan, karyawan setuju bahwa pengetahuan mereka bertambah
setelah
melakukan
pekerjaannya dengan
nilai
persepsi
4,187.
Penempatan kerja yang tepat membuat karyawan setuju bahwa tingkat
pendidikan yang mereka jalani telah sesuai dengan jenis pekerjaan,
dengan nilai persepsi 3,406. Hal ini didukung pula oleh program
pelatihan kerja yang diberikan perusahaan sehingga ketrampilan dan
pendidikan yang mereka peroleh sangat mendukung mereka dalam
bekerja, dengan nilai persepsi 3,969. Sehingga mereka paham dengan
prosedur pekerjaan yang harus mereka kerjakan, dengan nilai persepsi
4,031 yang artinya mereka setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan
demikian nilai kondisi pengetahuan karyawan terkait jenis pekerjaannya
dinilai baik dengan skor persepsi 3,887 yang mengindikasikan
kesetujuan terhadap persepsi ini.
Bertanggung jawab terhadap tugas, dengan menyelesaikannya
secara baik sesuai rencana dan dapat dipertanggungjawabkan serta
sadar dan peduli terhadap tugas yang diberikan merupakan bentuk
tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan, dengan nilai persepsi
4,250, 4,281, 4,281 yang artinya karyawan memiliki persepsi sangat
setuju dengan ketiga pernyataan tersebut. Selain itu karyawan setuju
bahwa mereka dapat diandalkan dalam bekerja dan dapat diberi
tanggung jawab yang lebih besar dari sebelumnya, dengan nilai persepsi
4,156 dan 4.
4.5. Analisis Karakteristik
Karyawan
Responden
terhadap
QWL
dan
Kinerja
Hubungan antara karakteristik responden dengan faktor-faktor QWL
dan kinerja dapat diketahui dengan analisis menggunakan tabulasi silang
(analisis crosstab) atau Khi-Kuadrat. Adapun karakteristik responden yang
diuji meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan akhir, jabatan, dan masa
kerja yang dikorelasikan dengan QWL dan kinerja karyawan. Adapun hasil
uji Khi-Kuadrat terhadap QWL secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 6.
53
Tabel 6. Korelasi Karakteristik Responden dengan Faktor QWL
Quality Of Work Life
Khi-Kuadrat
Karakteristik
Hitung (χ2)
15,348
16,307
32,819
16.067
13,042
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Jabatan
Masa Kerja
Khi-Kuadrat
Tabel (χ2)
9,488
26,296
31,410
15,507
15,507
df
Sig.
4
16
20
8
8
0,004
0,432
0,035
0,041
0,110
Kesimpulan
Tolak H0
Terima H0
Tolak H0
Tolak H0
Terima H0
Berdasarkan analisis menggunakan Khi-Kuadrat diperoleh hasil
bahwa terdapat tiga karakteristik responden yang memiliki hubungan nyata
dengan QWL. Hal ini terbukti dengan nilai χ2hitung > χ2tabel atau sig < α, yaitu
karakteristik berdasarkan jenis kelamin dengan tingkat signifikansi 0,004 <
0,05, kemudian tingkat pendidikan dimana tingkat signifikansi 0,035 < 0,05,
dan karakteristik jabatan dengan tingkat signifikansi 0,041 < 0,05. Sehingga
diperoleh kesimpulan tolak H0 terima H1 yang mengandung arti tinggi
rendahnya penerapan faktor-faktor QWL berhubungan dengan karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan jabatan.
Berdasarkan hasil wawancara, Hal ini disebabkan bahwa meskipun jenis
kelamin karyawan laki-laki dan perempuan memiliki beban kerja yang
berbeda, tapi kebutuhan terhadap QWL tetap ada karena jenis kelamin tidak
menentukan
perbedaan
pendidikan,
yang
tingkat
kebutuhan.
mempengaruhi
Kemudian
bagaimana
pada
perusahaan
tingkat
melakukan
penempatan posisi kerja, karena manajemen menganggap pendidikan adalah
modal awal dalam menilai pengetahuan karyawan untuk ditempakan pada
posisi yang sesuai. Dan setiap jenis maupun level atau posisi memiliki
konsekuensi pekerjaan, sehingga QWL berhubungan dan dibutuhkan pada
masing-masing
tingkat
pendidikan
karyawan
tersebut.
Selanjutnya
karakteristik responden berdasarkan Jabatan, QWL memiliki peranan penting
pada posisi jabatan, khususnya dalam hal partisipasi karyawan, kompensasi,
pengembangan karir, penyelesaian konflik, dan komunikasi. Semakin tinggi
tingkat jabatan maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan karyawan
terhadap QWL. Namun karakteristik berdasarkan usia dan masa kerja tidak
memiliki hubungan signifikan terhadap QWL, hal ini dibuktikan dengan nilai
siginifikansi > 0,05, yaitu 0,432 dan 0,110.
54
Karakteristik responden berdasarkan jabatan merupakan satu-satunya
karakteristik yang memiliki hubungan dengan kinerja karyawan (Tabel 7).
Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,008 < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan tolak H0 terima H1, yang artinya jabatan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan dalam bekerja, hal ini disebabkan
karena semakin tinggi tingkat jabatan maka semakin tinggi pula peranan dan
tanggung jawab karyawan dalam setiap pekerjaan dan pengambilan
keputusan perusahaan, sehingga besarnya kompensasi yang ditawarkan juga
semakin meningkat, akibatnya karyawan merasa tertantang untuk dapat
bekerja lebih sehingga dengan motivasi tersebut dapat meningkatkan kinerja
karyawan
dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
Lain
halnya
dengan
karakteristik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja yang
memiliki nilai signifikansi > 0,05, artinya tidak memiliki hubungan dengan
kinerja karyawan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari penelitian ini
antara karakteristik responden dengan kinerja karyawan sesuai dengan hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Noviandari (2007), yang mengatakan
bahwa karakteristik jenis kelamin, umur, pendidikan, lama kerja dan gaji
tidak memiliki hubungan dengan kinerja karyawan, karena karakteristik
karyawan bukan hal yang mendasari tinggi rendahnya kinerja karyawan.
Berikut pemaparan dari hubungan karakteristik responden dengan kinerja
karyawan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Korelasi Karakteristik Responden dengan Kinerja
Kinerja Karyawan
Karakteristik
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Jabatan
Masa Kerja
Khi-Kuadrat
Hitung (χ2)
5,349
18,251
22,192
20,667
18,818
Khi-Kuadrat
Tabel (χ2)
9,488
26,296
31,410
15,507
15,507
df
Sig.
4
16
20
8
8
0,253
0,309
0,330
0,008
0,087
Kesimpulan
Terima H0
Terima H0
Terima H0
Tolak H0
Terima H0
4.6. Analisis Uji Beda Karakteristik Responden terhadap QWL dan Kinerja
Setelah diketahui korelasi karakteristik responden dengan QWL dan
tingkat kinerja karyawan dari nilai uji Khi-Kuadrat. Selanjutnya akan dilihat
signifikansi perbedaan antara masing-masing kelompok dalam satu grup
55
karakteristik dan tingkat kebutuhan QWL dan tingkat kinerja berdasarkan
nilai rata-rata dari skor jawaban karyawan yang berasal dari kuesioner dengan
melakukan uji Kruskal-Wallish (Tabel 8).
Tabel 8. Hasil Uji Beda Kruskal-Wallish
Jenis Karakteristik
Sig. QWL
Laki-laki
Perempuan
0,054
≤ 20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
¾ 50 tahun
0,282
≤ SMP
SMA
D3
S1
S2
S3
0,046
Manajer
Staf
Staf Ahli
0,001
< 5 tahun
5-15 tahun
16-25 tahun
0,005
QWL
Jenis Kelamin
18,98
12,38
Usia
14,41
15,00
18,83
17,00
27,33
Pendidikan
16,27
11,86
11,50
29,00
23,00
27,33
Jabatan
27,75
13,00
26,25
Masa Kerja
13,07
25,06
15,00
Sig.
Kinerja
Kinerja
0,114
18,52
13,12
0,086
11,68
16,42
19,33
20,17
28,00
0,025
16,12
10,77
16,75
27,25
28,00
28,00
0,001
26,00
13,00
28,00
0,006
13,02
24,94
17,00
Dari pemaparan Tabel 8 di atas, dapat dijelaskan bahwa pada
karakteristik jenis kelamin tingkat kebutuhan QWL pada laki-laki lebih tinggi
(18,98), hal ini disebabkan oleh sebagian besar karyawan laki-laki memiliki
aktivitas di lapangan yang mana tenaga ekstra dan keselamatan dalam bekerja
lebih dibutuhkan. Sehingga berpengaruh terhadap kinerja yang juga memiliki
tingkat kinerja yang lebih tinggi pada karyawan laki-laki (18,52). Namun dari
nilai signifikansi terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara
karyawan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, hal ini dapat dilihat dari
nilai sig. < 0,05 yang berarti Tolak H0.
Pada karakteristik usia, berdasarkan nilai rataan diperoleh hasil bahwa
tingkat pemenuhan kebutuhan QWL tertinggi berada pada rentang usia >50
56
tahun (27,33). Secara umum usia manusia merupakan faktor yang memiliki
pengaruh terhadap cara berfikir, emosi, beban keluarga, dan kekuatan badan
yang sehat. Sehingga tidak heran jika semakin tinggi kelompok usia memiliki
nilai rata-rata semakin tinggi, yang mengindikasikan bahwa tingkat
kebutuhan QWL yang semakin tinggi. Demikian pula pada tingkat
kinerjanya, karyawan yang merasa telah terpenuhi kebutuhan QWL-nya
senantiasa memiliki motivasi dan semangat untuk bekerja lebih baik,
sehingga berakibat pada tingkat kinerja yang semakin tinggi pula dimana
kelompok usia <20 tahun (11,68), 21-30 tahun (16,42), 31-40 tahun (19,33),
41-50 tahun (20,17), dan kelompok usia >50 tahun (28,00). Namun
berdasarkan nilai signifikansi, QWL dan tingkat kinerja pada kelompok usia
tidak memiliki perbedaan yang nyata, dimana nilai sig. QWL 0,282 dan nilai
sig. kinerja 0,086 yang memiliki nilai > 0,005.
Pendidikan memiliki pengaruh dalam penguasaan pengetahuan, cara
berfikir dan penempatan posisi kerja di PT. DaFa Teknoagro Mandiri.
Sehingga dari Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa karyawan dengan tingkat
pendidikan ≤SMP memiliki nilai rerata QWL sebesar 16,27, hal ini
disebabkan oleh asumsi latar belakang pendidikan, pengetahuan dan
pemahaman yang lebih rendah terhadap jenis pekerjaan, sehingga kebutuhan
QWL (terutama komunikasi, keselamatan kerja, pelatihan) memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan karyawan dengan tingkat pendidikan SMA
memiliki nilai rerata QWL sebesar 11,86, dan D3 sebesar 11,50 yang pada
umumnya mereka telah lebih paham terhadap prosedur dan konsekwensi atas
pekerjaan yang diberikan. Lain hal pada karyawan dengan tingkat pendidikan
S1, S2, dan S3 yang memiliki nilai rerata QWL 29,00, 23,00, 27,33, artinya
memiliki tingkat kebutuhan QWL yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan para
karyawan dengan tingkat pendidikan Sarjana memiliki posisi kerja strategis
yang memiliki peranan dan tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap
keberlangsungan perusahaan, oleh sebab itu pemenuhan QWL dirasa
memiliki tinggi sebagai bentuk penunjang, jaminan, dan motivasi karyawan
tersebut. Semakin tinggi pemenuhan tingkat kebutuhan QWL maka semakin
tinggi pula tingkat kinerjanya. Hal ini dapat terlihat dari rerata tingkat kinerja
57
karyawan yang berpendidikan ≤SMP sebesar 16,12, kemudian karyawan
dengan pendidikan SMA dengan rerata kinerja sebesar 10,77, selanjutnya
karyawan yang berpendidikan D3 dengan rerata nilai kinerja sebesar 16,75,
diikuti oleh karyawan dengan latar belakang tingkat pendidikan S1 dengan
nilai rerata kinerja sebesar 27,25, serta nilai rerata kinerja untuk karyawan
berpendidikan S2 sebesar 28,00 dan tertinggi dimiliki oleh karyawan dengan
tingkat pendidikan S3 dengan rerata tingkat kinerja sebesar 28,00.
Berdasarkan nilai signifikansi pada Tabel 8, diperoleh hasil bahwa QWL dan
kinerja memiliki perbedaan yang nyata jika dilihat dari karakteristik
responden berdasarkan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
QWL sebesar 0,046 dan Kinerja sebesar 0,025, yang keduanya memiliki nilai
sig. lebih kecil dari α=0,05 (Tolak H0).
Quality of Work Life memiliki perbedaan yang nyata jika dilihat dari
karakteristik responden berdasarkan jabatan (nilai sig. 0,001<0,05). Jabatan
berperan penting dalam keberlangsungan perusahaan, baik sebagai staf,
manajer, maupun staf ahli. Dan biasanya semakin tinggi tingkat jabatan
semakin tinggi pula tanggung jawab yang dipikulnya, oleh sebab itu
kebutuhan QWL pun semakin dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat pada rerataan
QWL berdasarkan jabatan, dimana staf dengan nilai rerataan sebesar 13,00,
staf ahli 26,25 dan manajer 27,75. Begitu pula dengan tingkat kinerja
karyawan, berdasarkan nilai rerataan kinerja diperoleh hasil bahwa semakin
tinggi jabatan karyawan maka semakin tinggi pula tingkat kinerjanya. Staf
dengan nilai rerata sebesar 13,00, manajer dengan nilai rerata sebesar 26,00,
dan staf ahli dengan nilai rerata sebasar 28,00. Tingkat kinerja karyawan
memiliki perbedaan yang nyata jika dilihat dari karakteristik responden
berdasarkan jabatan, hal ini dapat dibuktikan dengan nilai sig. 0,001<0,05.
Masa kerja pada rentang 5-15 tahun merupakan kelompok karakteristik
yang memiliki rerataan QWL tertinggi yaitu sebesar 25,06. Hal ini
disebabkan oleh tingkat kejenuhan yang sering timbul selama menjalani
aktivitas. Oleh sebab itu tidak heran apabila kelompok karakteristik
responden ini membutuhkan QWL yang lebih tinggi, agar kedepannya
karyawan bisa termotivasi untuk bekerja lebih baik dan loyal kepada
58
perusahaan. Begitu pula pada tingkat rerataan kinerja, dimana karyawan yang
memiliki rentang masa kerja 5-15 tahun memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar
24,94, hal ini disebabkan karyawan yang telah berkecimpung di perusahaan
selama rentang tersebut pada umumnya telah memiliki pengalaman,
pengetahuan, prosedur kerja di perusahaan sehingga keahlian yang handal
telah mereka miliki dan ini berimbas pada kinerja karyawan yang semakin
tinggi. Tingkat kinerja karyawan berdasarkan karakteristik masa kerja.
4.7. Analisis Korelasi Faktor-Faktor QWL dengan Kinerja Karyawan
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan faktor-faktor QWL terhadap peningkatan kinerja karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri. Pengolahan data dilakukan dengan analisis Rank
Spearman yang merupakan analisis korelasi non-parametrik yang variabelnya
bersifat ordinal, sehingga faktor-faktor QWL akan dikorelasikan terhadap
kinerja karyawan, kemudian dari hasil tersebut dapat diketahui seberapa kuat
dan bagaimana arah hubungan antara kedua aspek tersebut. Berikut hasil
korelasi faktor-faktor QWL dengan kinerja karyawan (Tabel 9 dan Tabel 10).
Tabel 9. Korelasi QWL dengan Kinerja
QWL
Kinerja
QWL
1,000
.
0,745
0,000
Koefisien Korelasi
Signifikansi
Koefisien Korelasi
Signifikansi
Kinerja
0,745
0,000
1,000
.
Berdasarkan Tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan
korelasi (r) antara QWL dengan kinerja karyawan memiliki nilai koefisien
korelasi 0,745, artinya keeratan hubungan kedua variabel tergolong sangat
kuat (Nugroho,2005) dan bersifat positif. Dengan demikian semakin baik
tingkat QWL yang diterapkan PT. DaFa Teknoagro Mandiri maka semakin
baik pula kinerja karyawan. Hasil ini sekaligus menguatkan penelitian
Mutiara (2008) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman diperoleh bahwa terdapat korelasi antara faktor-faktor Quality of
Work Life dengan peningkatan kinerja.
Tabel 10. Korelasi antara Faktor-faktor QWL dengan Kinerja
No.
1
Indikator Quality of
Work Life (QWL)
Kompensasi yang layak
Koefisien
Korelasi (r)
0,517
Sig.
0,002
Kesimpulan
Hubungan
positif,
59
Lanjutan Tabel 10.
2
Pengembangan karir
0,664
0,000
3
Komunikasi
0,592
0,000
4
Keamanan Kerja
0,596
0,000
5
Kesehatan kerja
0,732
0,000
6
Keselamatan kerja
0,801
0,000
7
Penyelesaian konflik
0,783
0,000
8
Kebanggaan
0,470
0,007
9
Partisipasi karyawan
0,764
0,000
kuat
Hubungan
kuat
Hubungan
kuat
Hubungan
kuat
Hubungan
sangat kuat
Hubungan
sangat kuat
Hubungan
sangat kuat
Hubungan
kuat
Hubungan
sangat kuat
positif,
positif,
positif,
positif,
positif,
positif,
positif,
positif,
Pada Tabel 10 terlihat bahwa secara merinci untuk faktor kompensasi
yang layak, pengembangan karir, komunikasi, keamanan kerja, dan
kebanggaan memiliki kisaran nilai koefisien korelasi berada pada rentang
0,40 < r ≤ 0,70, yang berarti keeratan hubungan tergolong kuat (Nugroho,
2005). Dan untuk variabel kesehatan kerja, keselamatan kerja, penyelesaian
konflik dan partisipasi karyawan memiliki kisaran nilai koefisien korelasi
berada pada rentang 0,71 < r ≤ 0,90, yang berarti keeratan hubungan kedua
variabel tergolong sangat kuat (Nugroho,2005). Kemudian nilai peluang atau
signifikansi dari faktor-faktor QWL (p) < α (0,05), yang mengindikasikan
terdapat hubungan nyata antar keduanya. Adapun faktor-faktor QWL yang
memiliki nilai koefisien korelasi terbesar adalah faktor keselamatan kerja,
dengan nilai 0,801 yang berarti faktor ini memiliki keeratan hubungan sangat
kuat dan bahkan sangat mendukung bagi peningkatan kinerja karyawan
selama pekerjaan dilakukan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nawawi
(2006) yang menyatakan bahwa perhatian dan pelaksanaan kesehatan serta
keselamatan lingkungan kerja yang memuaskan akan mampu meningkatkan
kinerja. Terutama PT. DaFa Teknoagro Mandiri merupakan perusahaan yang
memproduksi bibit-bibit tanaman dengan menggunakan teknik kultur
jaringan, sehingga selama proses produksi berlangsung, karyawan tidak
terlepas dari alat dan bahan kimia yang tentunya menuntut kehati-hatian
dalam menggunakannya pada saat melakukan pekerjaan.
60
Namun dalam kenyataannya, berdasarkan analisis persepsi karyawan
terhadap QWL yang mereka rasakan, kompensasi dan keselamatan kerja
merupakan dua faktor yang memiliki nilai skor terendah, hal ini
mengindikasikan bahwa kepuasan karyawan terhadap kompensasi dan
keselamatan kerja tergolong rendah. Oleh karena itu perlu menjadi perhatian
pimpinan khususnya dan karyawan umumnya untuk memperbaiki dan
menerapkan QWL seutuhnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan kerja, baik
secara materi maupun imateril agar peningkatan kinerja karyawan dapat
terwujud sehingga kinerja perusahaan pun akan semakin meningkat di tengah
persaingan pasar domestik maupun global.
4.8. Implikasi Manajerial
Sebuah kualitas kehidupan kerja yang baik adalah hal yang sangat
penting
dan
mendasar
di
dalam
perusahaan
untuk
menarik
dan
mempertahankan para karyawan atau pekerjaanya. Terutama pada PT DaFa
Teknoagro Mandiri yang mana karyawan sangat dituntut untuk memiliki
tenaga ekstra terutama tenaga fisik untuk melakukan kerja lapang yang
cenderung monoton setiap harinya. Oleh sebab itu melalui empat fungsi
manajemmen dirumuskan suatu strategi sebagai implikasi manajerial dari
penelitian ini untuk peningkatan program QWL sebagai pendukung dalam
peningkatan kinerja karyawan, meliputi :
1. Perencanaan :
a. Menimbang dampak positif dan negatif dari program QWL di masa
mendatang.
b. Memahami kompetensi unik dari PT DaFa Teknoagro Mandiri.
c. Membuat strategi yang efektif dan efisien dalam menerapkan QWL.
2. Pengorganisasian :
Pembentukan Manajemen SDM di PT DaFa Teknoagro Mandiri, yang
kemudian manajemen ini akan fokus dan bertanggung jawab pada program
QWL dengan membangun sistem dan lingkungan perusahaan yang
kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam perusahaan bisa
bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan perusahaan.
61
3. Pengimplementasian:
Perusahaan diharapkan tetap memperhatikan kebutuhan karyawan, baik
kebutuhan fisik maupun psikis melalui penerapan sembilan faktor-faktor
QWL sehingga karyawan dapat termotivasi untuk terus meningkatkan
kinerja mereka dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
4. Pengendalian:
Memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai target.
Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya: melakukan
penilaian kinerja secara rutin, pemberian sanksi jika terdapat pelanggaran,
dan evaluasi untuk ke depannya.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penelitian ini
diperoleh hasil terdapat hubungan yang positif kuat dan sangat kuat antara
QWL terhadap peningkatan kinerja karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri.
Artinya semakin baik tingkat QWL yang diterapkan maka semakin baik pula
peningkatan kinerja karyawan. Namun pada persepsi karyawan terhadap
QWL yang mereka rasakan, keselamatan kerja merupakan salah satu faktor
yang memiliki nilai skor kedua terendah, hal ini mengindikasikan bahwa
kepuasan karyawan terhadap keselamatan kerja tergolong rendah. Padahal
faktor keselamatan kerja merupakan faktor yang memiliki nilai koefisien
korelasi tertinggi dengan tingkat keeratan hubungan sangat kuat terhadap
kinerja, bahkan sangat dibutuhkan selama pekerjaan dilakukan. Oleh karena
itu, dari hasil penelitian ini harapannya dapat menumbuhkan kesadaran dan
dapat menjadi salah satu pertimbangan pimpinan untuk mempertimbangkan
didirikannya divisi yang fokus menangani SDM demi peningkatan kinerja
karyawan dan perusahaan ke depannya melalui program QWL ini. Kinerja
karyawan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan setiap kebutuhan
karyawan baik secara fisik maupun psikis, terutama dalam hal keselamatan
kerja yang menyangkut jiwa dan kenyamanan karyawan dalam bekerja. Hasil
penelitian ini sekiranya dapat dijadikan rekomendasi sebagai salah satu
masukan yang membangun bagi pimpinan, manajer maupun karyawan PT
DaFa Teknoagro Mandiri. Karena untuk menarik dan mempertahankan
62
pekerja yang berkualitas ke dalam sebuah perusahaan tersebut perlu
peningkatan loyalitas para pekerja untuk mengabdi kepada perusahaan,
bekerja dengan nyaman dan aman sehingga dapat mempengaruhi iklim kerja
yang bagus yang akan berimbas pada efektivitas dan produktivitas. Para
pekerja menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi dan melakukan
kreativitas sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang meski hanya
dengan keterbatasan sumber daya manusia secara kuantitas.
63
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Secara keseluruhan persepsi karyawan PT. DaFa Teknoagro Mandiri
terhadap QWL dinilai baik. Dengan urutan berdasarkan nilai koefisien korelasi
terbesar, yaitu: komunikasi, kebanggaan, lingkungan yang aman, partisipasi
kerja, kesehatan kerja, pengembangan karir, penyelesaian konflik, keselamatan
kerja dan terakhir kompensasi.
Persepsi tingkat kinerja karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri secara
keseluruhan dinilai baik. Adapun urutan persepsi mulai dari yang terbesar
untuk indikator kinerja adalah produktivitas, tanggung jawab, kerja sama,
disiplin, loyalitas, dan pengetahuan.
Terdapat korelasi yang sangat kuat antara QWL dengan kinerja
karyawan, yaitu pada faktor keselamatan kerja, penyelesaian konflik,
partisipasi karyawan, dan kesehatan kerja. Hal ini terkait dengan jenis
pekerjaan yang tidak terlepas dari alat dan bahan laboratorium yang menuntut
pekerja untuk bekerja dengan aman. Dan untuk faktor-faktor lainnya memiliki
korelasi kuat antara QWL terhadap peningkatan kinerja karyawan, sebagai
pemicu motivasi dan semangat yang berimbas pada kinerja karyawan.
2. Saran
1. Perusahaan perlu membangun manajemen SDM agar QWL dapat terfokus
dan berjalan optimal, sehingga hasil yang berkualitas secara komprehensif
dapat tercapai.
2. Perusahaan perlu menerapkan QWL terutama program Kesehatan,
Keselamatan, dan Keamanan kerja (K3)
secara resmi dan nyata untuk
meminimalisir kekhawatiran terjadinya kecelakaan dan untuk meningkatkan
kinerja karyawan.
3. Perlu ada penelitian lanjut tentang Strategi Penerapan QWL di PT
DaFaTeknoagro Mandiri dengan pendekatan SWOT, PHA dan SEM
sehinggadapat membantu perusahaan dalam perumusan strategi untuk
mewujudkanpeningkatan kinerja perusahaan yang lebih baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Aguinis, H. 2009. Performance Management. Pearsa Prentice hall, New Jersey.
Andayani, A. 2010. Analisis Pengembangan Komoditas Unggulan Utama
Hortikulura di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Tesis pada Jurusan Manajemen Teknologi Agribisnis, Manajemen Bisnis,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://repository.mb.ipb.ac.id/14/5/R4105-Asti-BabIPendahuluan.pdf. [2 April 2011]
Bernadin, R dan Joice E. A. 1993. Human Resources Management, An
Experiential Approach. By McGraw-Hill, Inc. Newyork, USA. Buller, P. F. 1995, Successful Partnerships : HR and Strategic Planning at Eight
Top Firms, Academy of Management Executive, Vol 9. No.2.
Cascio, W. F. 2003. Managing Human Resources : Productivity, Quality of Work
Life, Profits, Sixth Edition. McGraw-Hill.Inc., United States. Davis, K. dan J. W. Newstrom. 1996. Perilaku dalam Organisasi. Erlangga,
Jakarta.
Dewi, T. A. 2006. Analisis Pengaruh Quality of Work Life terhadap Motivasi
Berprestasi Karyawan (studi kasus Kantor Pusat PT POS Indonesia).
Skripsi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dhamayanti, A. 2007. Analisis Kepuasan Karyawan Melalui Faktor-Faktor
Quality of Work Life di PT Inti Abadi Kemasindo. Skripsi pada Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Fattah, N. 1999. Landasan Manajemen. Rosda Karya, Bandung.
Filippo B. E. 1983. Personal Management, Sixth Edition. McGraw-Hill.
International Book Company, USA. Hasibuan, M. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
Kossen, S. 1993. Aspek Manusiawi dalam Organisasi, Edisi Ketiga. Erlangga,
Jakarta.
Mangkunegara, P. A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
65
Mangkuprawira, S. dan A. V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.
Mangkuprawira, S. dan A. V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.
Mangkuprawira, S. 2008. Bisnis, Manajemen dan SDM. IPB Press, Bogor.
Martel, J. P dan G. Dupuis. 2006. Quality of Work Life: Theoretical and
Methodological Problems, and Presentation of New Model and
Measuring Instrument. Social Indicator Research. Vol. 77. Hlm 333-368.
DOI 10.1007/s11205-004-5368-4 [2 Desember 2010].
Mutiara, B. 2008. Analisis Faktor-Faktor Quality of Work Life (QWL) dalam
meningkatkan kinerja Tenaga Kependidikan Direktorat dan Kantor
Institut Pertanian Bogor. Skripsi pada Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nawawi, H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan
dan Industri. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Noviandari, R. R. 2007. Analisis Pengaruh Stress Kerja terhadap Kinerja
Karyawan, studi kasus di PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur
13000. Skripsi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.
Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori
ke Praktek. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Rose, C. dan L-S. Beh. 2007. Linking QWL and Job Performance: Implication for
Organizations. Performance Improvement. Vol 46(6). Hlm 30-35.
DOI:10.1002/pfi.139 [22 November 2010].
Pudjirahardjo, W. J. 1993. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Airlangga
University, Surabaya.
Sevilla, C. G, dan Alimudin T. 1993. Pengantar Metode Penelitian (Terjemahan).
UI-Press, Jakarta.
Simamora, B. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sulaiman, W. 2002. Statistik Non Parametrik: Contoh Kasus dan Pemecahannya
dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta.
66
Sumarsono, S. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
67
68
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji Validitas Kuesioner QWL
Uji Validitas Kuesioner Kinerja Pertanyaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Pertanyaan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 Skor 0,745 0,764 0,712 0,727 0,712 0,679 0,400 0,564 0,576 0,371 0,444 0,655 0,812 0,801 0,509 0,501 0,654 0,414 0,680 0,633 0,604 0,706 0,792 0,786 0,821 0,526 0,649 0,768 0,788 0,780 Keterangan
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Skor 0,656 0,804 0,786 0,612 0,843 0,867 0,825 0,807 0,723 0,511 0,535 0,535 0,523 0,598 0,704 0,790 0,741 0,680 0,738 0,661 0,710 0,679 0,677 0,705 0,735 0,619 0,557 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 69
Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Uji Reliabilitas kuesioner QWL
Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
,954
30
Uji Reliabilitas kuesioner Kinerja
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,955
N of Items
27
70
Lampiran 3. Kuesioner
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR “QUALITY OF WORK LIFE (QWL)”
SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN
DI PT DAFA TEKNOAGRO MANDIRI
KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
Kepada Responden yang Terhormat
Dalam rangka menyelesaikan studi akhir dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Departemen
Manajemen,
Institut
Pertanian
Bogor,
diperlukan
dukungan
dari
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk mengisi kuesioner ini.
Kuesioner ini diedarkan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor QWL dengan
kinerja karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri. Oleh karena itu,saya mengharapkan
kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Masukan
dan informasi yang jujur, benar dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang
disajikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
berikan tidak akan berpengaruh terhadap hubungan Anda dengan pihak PT DaFa
Teknoagro Mandiri karena kuesioner ini semata-mata untuk keperluan penelitian.
Nama
: Dian Anditasari
NIM
: H24070074
Bagian I. Data Responden
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin*
: a. Laki-laki
b. Perempuan
Usia*
: a. <20 tahun
b. 20-30 tahun
d. 41-50 tahun
Pendidikan Terakhir*
c. 31-40 tahun
e. > 50 tahun
: a. ≤ SMP
b. SMA
d.Sarjana S1
e. S2
c. Diploma
Unit Kerja/Bagian
: .................................................................
Jabatan sekarang
: .................................................................
Lama Bekerja*
: a. < 5 tahun
b. 5-15 tahun
c. 16-25 tahun
d. 26-35
tahun
*) beri tanda silang pada salah satu jawaban
71
Lanjutan Lampiran 3.
Bagian II. Lembar Pertanyaan
Berilah tanda silang pada kotak jawaban yang anda anggap paling sesuai.
Keterangan :
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
R
: Ragu-ragu
S
SS
: Setuju
: Sangat Setuju
QUALITY OF WORK LIFE
No
1.
2.
3.
No
4.
5.
6.
7.
No
8.
9.
10.
Kompensasi
Pernyataan
Perusahaan memberikan kompensasi sesuai
dengan level dan jenis pekerjaan
Setiap karyawan mendapat tunjangan dari
perusahaan
perusahaan akan memberikan bonus bila
karyawannya berprestasi
STS
Pengembangan Karir
Pernyataan
STS
Perusahaan melakukan rotasi pekerjaan bagi
karyawan sesuai volume pekerjaan
Perusahaan memberikan kesempatan untuk
peningkatan jabatan bagi karyawan
Pelatihan diberikan kepada karyawan sesuai
dengan bidang pekerjaannya
Perusahaan menugaskan pekerjaan
berdasarkan tim
Komunikasi
Pernyataan
Saya merasa jelas dengan informasi dari
perusahaan mengenai pekerjaan
Saya dapat meminta penjelasan ketika ada
penugasan yang kurang dimengerti kepada
atasannya
Saya tidak merasa segan dalam mengutarakan
kebutuhan kepada rekan kerja
STS
TS
R
TS
S
R
SS
S
SS
TS
R
S
SS
72
Lanjutan Lampiran 3.
No
11.
12.
Lingkungan yang Aman
Pernyataan
STS
Karyawan tidak mudah diberhentikan dari
pekerjaan oleh perusahaan
Suasana di tempat kerja membuat saya
merasa nyaman
TS
R
S
SS
TS
R
S
SS
TS
R
S
SS
TS
R
S
SS
No
13.
14.
15.
16.
17.
Kesehatan Kerja
Pernyataan
STS
Karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan
dari perusahaan.
Perusahaan menyediakan fasilitas P3K untuk
pertolongan pertama.
Kondisi ventilasi di ruang kerja cukup baik,
sehingga tidak mengganggu pernafasan saya
selama bekerja.
Suhu udara di ruang kerja cukup baik untuk
kenyamanan bekerja.
Kondisi penerangan di ruang kerja cukup
baik dan tidak mengganggu penglihatan
dalam bekerja
No
18.
19.
20.
21.
22.
Keselamatan Kerja
Pernyataan
STS
Perusahaan memberikan pelatihan
penggunaan peralatan kerja dengan baik.
Perusahaan memberikan pelatihan
pencegahan dan penanggulangan bahaya.
Perusahaan mensosialisasikan/menempel
tanda peringatan di tempat yang berpotensi
bahaya.
Perusahaan menyediakan alat pelindung diri
untuk bekerja.
Dalam bekerja saya tidak merasa khawatir
terjadi kecelakaan karena alat atau sarana
pengamanannya lengkap.
No
23.
24.
25.
Penyelesaian Konflik
Pernyataan
STS
Karyawan diberikan kebebasan dalam
mengemukakan keluhan kepada pimpinan
Perusahaan menciptakan lingkungan yang
harmonis di tempat kerja
Komunikasi antara atasan dan karyawan
berjalan dua arah (saling menghargai dan
menghormati) sehingga masalah pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik dan terbuka
73
Lanjutan Lampiran 3.
Kebanggaan
No
26.
27.
No
28.
29.
30.
Pernyataan
Karyawan merasa senang dan bangga bekerja
di PT DaFa Teknoagro Mandiri.
Bersedia menjaga nama baik perusahaan.
STS
TS
R
S
SS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
STS
TS
R
S
SS
Partisipasi Karyawan
Pernyataan
STS
Karyawan memperoleh wewenang yang
memadai atas pekerjaannya
Karyawan memiliki peranan dalam
pengambilan keputusan terkait kebijakan
perusahaan
Karyawan memiliki peluang memperoleh
pengakuan atas pekerjaannya
KINERJA KARYAWAN
No
1.
2.
3.
4.
Kedisiplinan
Pernyataan
Bersedia bekerja keras sesuai dengan jam
kerja yang diterapkan dan memberikan yang
terbaik bagi tujuan perusahaan
Selalu tepat waktu dalam melakukan aktivitas
kerja
Berusaha memastikan tidak terdapat
kesalahan dalam setiap pekerjaan
Saya bersedia menerima sanksi jika
melakukan kesalahan.
Kerja Sama
No
Pernyataan
5. Anda sering memberikan dorongan/semangat
dan saran kepada rekan kerja
6. Anda mampu mengembangkan kerja sama
yang harmonis
7. Anda dapat membuka diri untuk menerima
pendapat dan kritik
8. Anda dan rekan-rekan selalu saling membantu
satu sama lain
9. Diluar kerja, hubungan anda dengan rekan
kerja berjalan baik
74
Lanjutan Lampiran 3.
No
10.
11.
12.
13.
No
14.
15.
16.
17.
No
18.
19.
20.
21.
22.
Produktivitas
Pernyataan
STS
Menjaga integritas dalam bekerja
Memiliki semangat untuk berprestasi
Berorientasi pada kepuasan pelanggan
Perhatian terhadap kejelasan penugasan
Loyalitas
Pernyataan
Saya tetap melakukan pekerjaan dengan baik
dan benar walaupun gaji yang diterima tidak
sesuai dengan keinginan
Saya selalu berusaha menjaga nama baik
perusahaan
Saya selalu berkomitmen pada tujuan
perusahaan
Saya merasa bangga dan berusaha untuk tetap
loyal bekerja di perusahaan
Pengetahuan
Pernyataan
Menguasai sistem dan metode kerja yang
berlaku di perusahaan
Pengetahuan bertambah setelah melakukan
penelitian
Pendidikan saya sesuai dengan pekerjaan
saya saat ini
Tingkat pendidikan dan keterampilan yang
saya kuasai sangat mendukung dalam
pelaksanaan pekerjaan
Saya memahami prosedur dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari
TS
R
S
SS
TS
R
S
SS
STS
STS
TS
R
S
SS
No
23.
24.
25.
26.
27.
Tanggung Jawab
Pernyataan
STS
Saya bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Tugas diselesaikan dengan baik, sesuai
rencana dan dapat dipertanggungjawabkan.
Memiliki kesadaran dan kepedulian yang
tinggi terhadap tugas yang diberikan
Dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
Bersedia diberi tanggung jawab tugas yang
lebih besar dari yang sebelumnya
TS
R
S
SS
75
Lampiran 4. Analisis Crosstab (Khi-Kuadrat)
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
0
,0%
0
,0%
0
,0%
0
,0%
Valid
N
JK * QWL
usia * QWL
pendidikan * QWL
jabatan * QWL
masa_kerja * QWL
32
32
32
32
32
Percent
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Total
N
32
32
32
32
32
Percent
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
JK * QWL
Crosstab
Count
JK
laki -laki
perempuan
Total
59<=y<=77,2 77,2<y<=95,4
0
0
1
5
1
5
QWL
95,4<y<= 113,6<y<
113,6
=131,8 131,8<y<=150
10
8
1
2
2
3
12
10
4
Total
19
13
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
15,348a
17,910
1,548
4
4
Asymp. Sig.
(2-sided)
,004
,001
1
,213
df
32
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,41.
usia * QWL
Crosstab
Count
usia
Total
<=20th
21-30th
31-40th
41-50th
>50th
59<=y<=77,2
0
1
0
0
0
1
77,2<y<=95,4
1
3
0
1
0
5
QWL
95,4<y<=
113,6
7
3
2
0
0
12
113,6<y<
=131,8
2
4
0
2
2
10
131,8<y<=150
1
1
1
0
1
4
Total
11
12
3
3
3
32
76
Lanjutan Lampiran 4
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
16,307a
19,373
16
16
Asymp. Sig.
(2-sided)
,432
,250
1
,141
df
2,165
32
a. 25 cells (100,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,09.
Pendidikan * QWL
Crosstab
Count
pendidikan
<=SMP
SMA
S1
S2
S3
6,00
Total
59<=y<=77,2
0
0
1
0
0
0
1
77,2<y<=95,4
1
4
0
0
0
0
5
QWL
95,4<y<=
113,6
7
5
0
0
0
0
12
113,6<y<
=131,8
4
1
1
1
1
2
10
131,8<y<=150
1
1
0
1
0
1
4
Total
13
11
2
2
1
3
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
32,819a
25,644
3,362
20
20
Asymp. Sig.
(2-sided)
,035
,178
1
,067
df
32
a. 30 cells (100,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03.
jabatan * QWL Crosstab
Count
jabatan
Total
manajer
karyawan
staf ahli
59<=y<=77,2
0
1
0
1
77,2<y<=95,4
0
5
0
5
QWL
95,4<y<=
113,6
0
12
0
12
113,6<y<
=131,8
2
5
3
10
131,8<y<=150
2
1
1
4
Total
4
24
4
32
77
Lanjutan Lampiran 4
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
16,067a
18,169
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,041
,020
1
,725
df
,124
32
a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,13.
Masa_kerja * QWL
Crosstab
Count
QWL
95,4<y<= 113,6<y<
=131,8 131,8<y<=150
59<=y<=77,277,2<y<=95,4 113,6
masa_kerja <5th
1
4
11
5
1
5-15th
0
1
0
5
3
16-25th
0
0
1
0
0
Total
1
5
12
10
4
Total
22
9
1
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
13,042a
16,001
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,110
,042
1
,041
df
4,166
32
a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03.
Hubungan Karaktersitik Responden dengan Kinerja
Case Processing Summary
Valid
N
JK * kinerja
usia * kinerja
pendidikan * kinerja
jabatan * kinerja
masa_kerja * kinerja
32
32
32
32
32
Percent
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
0
,0%
0
,0%
0
,0%
0
,0%
Total
N
32
32
32
32
32
Percent
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
78
Lanjutan Lampiran 4
JK * kinerja
Crosstab
Count
JK
laki -laki
perempuan
Total
67<=x<=80,6
1
0
1
80,6<x<=94,2
0
2
2
kinerja
94,2<x<=
107,8
7
7
14
107,8<x<
=121,4
5
2
7
121,4<x<=135
6
2
8
Total
19
13
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
5,349a
6,448
4
4
Asymp. Sig.
(2-sided)
,253
,168
1
,199
df
1,647
32
a. 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,41.
usia * kinerja
Crosstab
Count
usia
Total
<=20th
21-30th
31-40th
41-50th
>50th
67<=x<=80,6
1
0
0
0
0
1
80,6<x<=94,2
2
0
0
0
0
2
kinerja
94,2<x<=
107,8
4
7
2
1
0
14
107,8<x<
=121,4
3
3
0
1
0
7
121,4<x<=135
1
2
1
1
3
8
Total
11
12
3
3
3
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
18,251a
18,887
7,761
16
16
Asymp. Sig.
(2-sided)
,309
,275
1
,005
df
32
a. 24 cells (96,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,09.
79
Lanjutan Lampiran 4
pendidikan * kinerja
Crosstab
Count
pendidikan
67<=x<=80,6
1
0
0
0
0
0
1
<=SMP
SMA
S1
S2
S3
6,00
Total
80,6<x<=94,2
1
1
0
0
0
0
2
kinerja
94,2<x<=
107,8
5
8
1
0
0
0
14
107,8<x<
=121,4
4
1
1
1
0
0
7
121,4<x<=135
2
1
0
1
1
3
8
Total
13
11
2
2
1
3
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
22,192a
22,868
20
20
Asymp. Sig.
(2-sided)
,330
,295
1
,003
df
8,752
32
a. 29 cells (96,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03.
Jabatan * kinerja
Crosstab
Count
jabatan
manajer
karyawan
staf ahli
Total
67<=x<=80,6
0
1
0
1
80,6<x<=94,2
0
2
0
2
kinerja
94,2<x<=
107,8
0
14
0
14
107,8<x<
=121,4
2
5
0
7
121,4<x<=135
2
2
4
8
Total
4
24
4
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
20,667a
22,068
,460
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,008
,005
1
,498
df
32
a. 12 cells (80,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,13.
80
Lanjutan Lampiran 4
Masa_kerja * kinerja
Crosstab
Count
masa_kerja
<5th
5-15th
16-25th
Total
67<=x<=80,6
1
0
0
1
80,6<x<=94,2
2
0
0
2
kinerja
94,2<x<=
107,8
12
1
1
14
107,8<x<
=121,4
5
2
0
7
121,4<x<=135
2
6
0
8
Total
22
9
1
32
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
13,818a
14,622
5,563
8
8
Asymp. Sig.
(2-sided)
,087
,067
1
,018
df
32
a. 13 cells (86,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03.
81
Lampiran 5. Analisis Uji Beda Kruskal-Wallish
Kruskal-Wallis Test
Test Statisticsa,b
Ranks
Jk
qwl_jk
N
qwl_jk
Mean Rank
1
20
18.98
Chi-Square
2
12
12.38
df
Total
32
3.716
1
Asymp. Sig.
.054
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Jk
Ranks
usia
qwl_usia
Test Statisticsa,b
N
Mean Rank
qwl_usia
1
11
14.41
2
12
15.00
3
3
18.83
Asymp. Sig.
4
3
17.00
a. Kruskal Wallis Test
5
3
27.33
b. Grouping Variable:
Total
Chi-Square
df
4
Test Statisticsa,b
pendidi
qwl_pend
.282
usia
32
Ranks
kan
5.053
qwl_pend
N
Mean Rank
Chi-Square
11.306
≤SMP
13
16.27
SMA
11
11.86
D3
2
11.50
a. Kruskal Wallis Test
S1
2
29.00
b. Grouping Variable:
S2
1
23.00
pendidikan
S3
3
27.33
Total
df
Asymp. Sig.
5
.046
32
82
Lanjutan Lampiran 5
Test Statisticsa,b
Ranks
Jabatan
qwl_jab
N
Mean Rank
Manajer
Staf
Staf ahli
Total
qwl_jab
4
27.75
Chi-Square
24
13.00
df
4
26.25
Asymp. Sig.
13.427
2
.001
a. Kruskal Wallis Test
32
b. Grouping Variable:
Jabatan
Ranks
Test Statisticsa,b
Masa_
Kerja
qwl_mk
N
qwl_mk
Mean Rank
22
13.07
Chi-Square
5-15
9
25.06
df
16-25
1
15.00
Total
32
<5
10.466
Asymp. Sig.
2
.005
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Masa_Kerja
Ranks
Jk
kinerja_Jk
N
Mean Rank
1
20
18.52
2
12
13.12
Total
32
Test Statisticsa,b
kinerja_Jk
Chi-Square
2.493
df
Asymp. Sig.
1
.114
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Jk
83
Lanjutan Lampiran 5
Test Statisticsa,b
Ranks
usia
kinerja_usia
N
kinerja_usia
Mean Rank
≤20
11
11.68
Chi-Square
21-30
12
16.42
df
31-40
3
19.33
Asymp. Sig.
41-50
3
20.17
>50
3
28.00
Total
32
4
b. Grouping Variable: usia
Test Statisticsa,b
pendidi
kinerja_pend
.086
a. Kruskal Wallis Test
Ranks
kan
8.169
N
kinerja_pend
Mean Rank
Chi-Square
1
13
16.12
2
11
10.77
3
2
16.75
4
2
27.25
b. Grouping Variable:
5
1
28.00
pendidikan
6
3
28.00
Total
df
Asymp. Sig.
12.801
5
.025
a. Kruskal Wallis Test
32
Ranks
Jabatan
kinerja_jab
N
Mean Rank
1
4
26.00
2
24
13.00
3
4
28.00
Total
32
84
Lanjutan Lampiran 5
Test Statisticsa,b
kinerja_jab
Chi-Square
13.497
df
2
Asymp. Sig.
.001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Jabatan
Ranks
Masa_
Kerja
kin_masa
N
Mean Rank
1
22
13.02
2
9
24.94
3
1
17.00
Total
32
Test Statisticsa,b
kin_masa
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
10.351
2
.006
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Masa_Kerja
85
Lampiran 6. Analisis Korelasi Rank Spearman
Correlations
Spearman's rho
QWL
kinerja
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
QWL
1,000
.
32
,745**
,000
32
kinerja
,745**
,000
32
1,000
.
32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Spearman' y1
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y2
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y3
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y4
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y5
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y6
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y7
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y8
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y9
Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
kinerj Correlation Co
Sig. (2-tailed)
N
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9 kinerja
1,000 ,764** ,587** ,481** ,643** ,582** ,627** ,502** ,658** ,517**
. ,000 ,000 ,005 ,000 ,000 ,000 ,003 ,000 ,002
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,764** 1,000 ,729** ,562** ,679** ,673** ,698** ,533** ,714** ,664**
,000
. ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,002 ,000 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,587** ,729** 1,000 ,402* ,503** ,596** ,533** ,475** ,535** ,592**
,000 ,000
. ,022 ,003 ,000 ,002 ,006 ,002 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,481** ,562** ,402* 1,000 ,792** ,735** ,614** ,511** ,523** ,596**
,005 ,001 ,022
. ,000 ,000 ,000 ,003 ,002 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,643** ,679** ,503** ,792** 1,000 ,715** ,642** ,648** ,679** ,732**
,000 ,000 ,003 ,000
. ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,582** ,673** ,596** ,735** ,715** 1,000 ,693** ,569** ,680** ,801**
,000 ,000 ,000 ,000 ,000
. ,000 ,001 ,000 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,627** ,698** ,533** ,614** ,642** ,693** 1,000 ,442* ,808** ,783**
,000 ,000 ,002 ,000 ,000 ,000
. ,011 ,000 ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,502** ,533** ,475** ,511** ,648** ,569** ,442* 1,000 ,496** ,470**
,003 ,002 ,006 ,003 ,000 ,001 ,011
. ,004 ,007
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,658** ,714** ,535** ,523** ,679** ,680** ,808** ,496** 1,000 ,764**
,000 ,000 ,002 ,002 ,000 ,000 ,000 ,004
. ,000
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
,517** ,664** ,592** ,596** ,732** ,801** ,783** ,470** ,764** 1,000
,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,007 ,000
.
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
86
Lampiran 7. Struktur Organisasi PT DaFa Teknoagro Mandiri, Ciampea Bogor.
Komisaris
Direktur Utama
PT DaFa Teknoagro Mandiri
Staf Ahli
Manajer Produksi Kultur
Jaringan
Staf
Manajer Penelitian dan
Pengembangan (Litbang)
Manajer Nursery
(Lapangan)
Kepala Bagian Media
Staf
Staf
Staf
Staf Keuangan dan
Administrasi
Kebersihan/
Keamanan
84
Download