16 Juli 2006 Text untuk direnungkan pagi ini Kisah Para Rasul 22: 1-21. Tema: ”Walau Menghadapi Kesulitan Namun Maju Terus” Paulus telah ditahan oleh penguasa militer Romawi, namun ia tidak gentar menghadapi kesulitan. Ia tetap tegar dan maju terus dalam Tuhan. Pada Minggu yang lalu kita telah merenungkan kalau dalam kehidupan Paulus, ia tidak mengadakan pemisahan antara apa yang dianggap rohani, dengan apa yang dianggap bukan rohani. Bagi Paulus kerohanian adalah suatu keutuhan. Bukan saja demikian keberadaan orang percaya senantiasa mewujudkan pemberitaan Injil. Karena setiap orang percaya adalah saksi atau monumen kebesaran anugerah Allah. Apabila kita mengenal persepsi ini dengan jelas, maka kita akan lebih mudah untuk menyimak perikop yang kita baca dan akan dengan mudah untuk bisa kita hayati dan amalkan dalam kehidupan kita sehari-harinya. Mengapa Paulus dapat menghadapi kesulitan namun ia dapat maju terus? Apapula yang ia lakukan? Ada tiga hal yang perlu kita garis bawahi. (1). Ay 1-21 adalah ulasan kesaksian Paulus yang bertemu dan ditaklukkan oleh Kristus yang bangkit dari kematian. Pengalaman Paulus dalam perjalanan dari Yerusalem ke Damsyik bukan saja telah merubah dia secara radikal melalui proses pertobatan, tapi juga membuat dia takluk pada Tuhan Yesus secara total. Apabila Kristus Yesus yang ia layani adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia, yang mati bagi kita dan bangkit dari kematian dengan mengalahkan kematian, maka tak ada satu hal yang akan menciutkan hati Paulus. Itulah sebabnya mengapa ia menghadapi tantangan dan kesukaran yang terbentang di hadapannya namun ia tak gentar, ia maju terus dalam ketaatan akan pimpinan Tuhan. (Kesaksian John Sung, James Elliot). (2). Ay. 2 ”Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka.” Paulus mencoba untuk menjembatani perbedaan antara dia dengan orang Yahudi yang menentang dia dengan menggunakan faktor kesamaan. Ayat 2 menyatakan faktor kesamaan itu adalah bahasa Ibrani. Bahasa adalah alat berkomunikasi, maka Paulus mencoba untuk mengkomunikasikan hal ihwal pertobatannya kepada orang Yahudi yang sebangsa dengan dia. Injil itu apa? Mengapa ia berbalik dari posisi menentang Kristus Yesus serta membenci Injil menjadi tunduk serta percaya kalau Yesus adalah Messias serta ia giat mewartakan InjilNya. (3). Ay. 25 “Bolehkah kamu mencambuk seorang warga negara Roma, apalagi tanpa diadili?” Paulus selain percaya dan taat akan Allah, ia juga menggunakan hikmahnya dan haknya untuk tetap tegar dalam pemberitaan Injil. Sebagai orang percaya pada Tuhan Yesus, di mana kehidupan dan keberadaan kita adalah merupakan kesaksian Injil itu sendiri, maka kita harus menggunakan hak kita selaku warga negara untuk memasyhurkan Injil. Dimanapun kita berada, kita harus mengetahui akan hak kita, serta apa tugas dan kewajiban kita sebagai seorang warga masyarakat. Di dalam wawasan bermasyarakat inilah kita tetap menyandarkan diri kita kepada Tuhan. Karena adakalanya hak kewarganegaraan kita tidak dijunjung tinggi dan dihargai oleh penguasa atau warga yang mayoritas namun tak sepaham dengan kepercayaan kita. Namun jangan gentar menghadapi situasi seperti itu, karena pada akhirnya Dialah yang mengatur kendali kehidupan kita.