BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu wujud kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan yaitu salah satunya untuk menggali potensi dalam negeri. Dalam pemerintahan, Negara Indonesia mempunyai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diwujudkan dengan menjalankan pemerintahan yang baik dan melaksanakan pembangunan di segala bidang, tentunya dengan didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Salah satu sumber pembiayaan negara yaitu dari sektor pajak. Pengertian pajak menurut Dr. N. J. Feldmann mendefinisikan bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan secara sepihak oleh dan terhutang kepada Penguasa, tanpa adanya kontra-prestasi semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran umum (Resmi:2009: hal.2). Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (Waluyo, 2008). Pemungutan pajak di Indonesia didasarkan pada UUD 1945 Pasal 23A yang berisi bahwa pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk keperluan Negara yang diatur oleh undangundang. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Selain itu, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban warga Negara dalam pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menjelaskan bahwa wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Resmi:2009:h.21). Sesuai ketentuan dalam undang-undang perpajakan, membayar pajak bukanlah hanya kewajiban, tetapi juga merupakan hak bagi setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam terhadap pembiayaan negara dan pembangunan. Pajak merupakan sumber penerimaan dan pendapatan Negara yang paling besar. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai dari penerimaan pajak. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Terjadi karena pajak adalah sumber yang benar dalam memberikan kontribusi dana kepada negara yang merupakan cerminan dari kegotong- royong masyarakat dalam pembiayaan negara. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak adalah faktor pendidikan, faktor kesadaran keberagaman, faktor kesadaran perpajakan, faktor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 pemahaman terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan dan faktor rasional. Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak, seperti situasi dan lingkungan di sekitar Wajib Pajak. Hasil penelitian Suyatmin (2004) menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak PBB. Pelayanan fiskus yang baik diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, seperti diatur melalui Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 tentang pelayanan prima. Dalam penelitian yang dilakukan Supadmi (2006) disebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan fiskus yang baik akan memberikan kenyamanan bagi Wajib Pajak. Di Indonesia kasus tentang tingkat kepatuhan wajib pajak RI yang rendah menyebabkan penerimaan pajak meleset pada triwulan I 2015. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memaparkan, penerimaan pajak Januari-Maret 2015 hanya Rp 170 triliun (13 persen). Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan untuk Ditjen Pajak sebesar Rp 1.296 triliun. Tingkat kepatuhan wajib pajak RI yang rendah menyebabkan penerimaan pajak meleset pada triwulan I 2015. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memaparkan, penerimaan pajak Januari-Maret 2015 hanya Rp 170 triliun (13 persen). Jumlah ini masih jauh dari target yang ditetapkan untuk Ditjen Pajak sebesar Rp 1.296 triliun. "Tak tercapainya target penerimaan pajak masih disebabkan kepatuhan wajib pajak,’’ kata Bambang seusai melaporkan penerimaan pajak kepada Presiden Joko http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 Widodo, Rabu (8/4). Dibandingkan dengan penerimaan pajak tahun sebelumnya pun, perolehan Ditjen Pajak pada triwulan I 2015 masih lebih kecil. Pada triwulan I 2014, Ditjen Pajak bisa meraup Rp 188,5 triliun. Menkeu menjelaskan, data informasi pajak yang dihimpun Ditjen Pajak sudah baik dan akurat. Namun, tingkat kepatuhan wajib pajak yang rendah membuat setoran pajak tersendat. Menyikapi fenomena ini, Bambang berjanji melakukan pembinaan terhadap wajib pajak sehingga setoran pajak bisa meningkat signifikan. Dengan target ambisius nyaris Rp 1.300 triliun tahun ini Ditjen Pajak memang harus kerja ekstrakeras. Minimal Ditjen Pajak harus bisa menarik pajak Rp 108 triliun per bulan untuk bisa mencapai target. Sehingga, idealnya pada tiga bulan pertama tahun ini setoran yang masuk sudah mencapai Rp 324,9 triliun. Agar bisa memenuhi target, sembilan bulan ke depan Ditjen Pajak harus menggenjot penagihan minimal Rp 125 triliun per bulan.Bagaimana bila target pajak tahun ini tidak tercapai? Menkeu dengan tegas mengatakan tunjangan yang diberikan ke pegawai Ditjen Pajak akan dipangkas. Presiden telah menandatangani Perpres Nomor 37 Tahun 2015 tentang Tunjangan Kinerja di Lingkungan Ditjen Pajak. Besarnya tunjangan untuk tingkat pelaksana Rp 8.457 juta sedangkan Dirjen Pajak Rp 117.375 juta. Berdasarkan data Ditjen Pajak per 2013 total wajib pajak terdaftar sebanyak 25.857.390 yang terdiri atas 2.218.573 wajib pajak badan, 555.995 wajib pajak bendahara, dan sisanya wajib pajak perorangan. Namun, dari total 24 juta, yang menyampaikan surat pemberitahuan pajak hanya 17 juta. Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita mengatakan, kepatuhan membayar pajak tidak hanya bertumpu pada pengusaha http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 namun juga pribadi. Melihat penerimaan pajak yang berkurang juga disebabkan banyaknya peraturan baru yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, pada periode Januari-Maret 2015 dunia usaha secara umum mengalami penurunan sekitar 10 sampai 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu. "Bisnis sedang menurun, properti turun 40 persen dan penjualan mobil juga turun 20 persen, akibatnya penerimaan pajak juga ikut turun," kata Suryadi. Pemahaman pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham juga wajib pajak terhadap sanksi yang akan di terima bila melalaikan atau melupakan kewajiban perpajakan mereka, sedangkan orang yang tidak paham terhadap peraturan perpajakan maka akan cenderung tidak akan menjadi wajib pajak yang tidak taat. Pada wajib pajak bertujuan untuk menjaga kepuasan wajib pajak dalam memenuhi kewajiaban perpajakannya. Jika pelayana wajib pajak baik maka dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dari wajib pajak dan akan berdampak kepada penerima pajak pada tahun-tahun berikutnya. Sanksi pajak memiliki peran penting memberikan pelajaran bagi pelenggaran pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakannya. Sanksi perpajakan merupakan suatu kebijakan yang efektif untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak. Akan tetapi, banyak wajib pajak yang melanggar dengan kewajibannya dalam membayar pajak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 Sapriadi (2013) berpendapat bahwa, kualitas pelayanan adalah perbandingan antara pelayanan konsumen dengan kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen. Para wajib pajak akan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan terbaik kepada wajib pajaknya.Oleh karena itu, aparat pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas pelayanan mereka dengan tujuan agardapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan menempatkan masyarakat wajib pajak sebagai pelanggan yangharus dilayani dengan sebaik-baiknya, layaknya pelanggan dalam organisasi bisnis. Penelitian yang dilakukan Syahril (2013) mengenai pengaruh pemahaman wajib pajak dan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak, didapatkan hasil bahwa pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak . Sedangkan penelitian yang dilakukan Pranadata (2014) didapatkan hasil bahwa peran pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dan penelitian yang dilakukan Zulaikha (2013) didapatkan hasil bahwa peran kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang di lakukan Supatmi (2010) menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus di tingkatkan oleh aparat pajak. Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh kualitas pajak, pemahaman peraturan pajak, dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan pajak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermotivasi di lakukannya penelitian mengenai faktor kepatuhan wajib pajak dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN PAJAK DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI“ B. Rumusan Masalah Penelitian Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai perilaku dari seorang wajib pajak dalam melakukan semua kewajiban perpajakan dan menggunakan hak perpajakannya dengan tetap berpatokan kepada peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu, perlu dilakukan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan wajib pajak yang rendah, dan variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini adalah pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: 1. Apakah pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 2. Apakah kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi ? 3. Apakah sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 C. Tujuan dan Kontribusi penelitian 1. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah yang telah di rumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin di capai adalah untuk mengasumsi : a. Pengaruh manfaat pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi b. Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi c. Pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang di peroleh adalah sebagai berikut: a. Bagi Wajib Pajak Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai cerminan bagi wajib pajak untuk menjadi wajib pajak yang patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia. b. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang mempunyaikeinginan untuk melakukan pengamatan secara mendalam,khususnya pada permasalahan serupa c. Bagi Peneliti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 Menambah dan mengembangakan wawasan peneliti, khususnya dalam hal pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pelayanan pajak dan sanksi perpajakan dengan cara membandingkan teori yang diperoleh dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. http://digilib.mercubuana.ac.id/