BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut George R. Terry (2004) manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan Asumberdaya lainnya. Menurut Daft (2009) “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumber daya organisasi. Menurut Robin, Stephen P. (2007), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan – kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Efisiensi adalah memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil, digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan – kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai, digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu dengan benar. Dari beberapa pengertian manajemen menurut para ahli, peneliti berpendapat bahwa, manajemen adalah suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam mencapai tujuan atau sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efisien dan efektif. 2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi Manajemen menurut Geroge Terry (2003) adalah POAC: 1. Perencanaan (Planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan 11 12 matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan. 2. Pengorganisasian (Organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan. 3. Penggerakan (Actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan. 4. Pengawasan (Controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari sebuah organisasi sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana. 2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Gerry Dessler (2011) “Human resource management is the process acquiring, training, appraising, and compensating employees and attending to their labor relations, health and safety and fairness concerns”. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah proses dari memperoleh, melatih, menilai, dan pemberian kompensasi kepada karyawan dan memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keselamatan, serta masalah tentang keadilan. Menurut Legge (2009) “ Human resourcespolicies should be integrated with strategy is planning and used to reinforce an appropriate (or change an inappropriate national culture, that human resources are valuable and a sourer of competitive, advantage, that they may be tapped most effectively by mutually consistent policies that promote commitment and which, as a consequence, foster a willingness in employees to net flexibily in the interest of the ‘adaptive organization’s’ pursuit of excellence.” Kebijakan sumber daya manusia harus diintegrasikan antara perencanaan strategis bisnis dan digunakan untuk memperkuat suatu budaya yang sesuai (atau mengubah budaya) dalam organisasi, bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya yang berharga dan sumber daya unggulan kompetitif, bahwa sumber daya manusia mungkin paling eektif 13 dikembangkan dan di dorong oleh kebijakan yang konsisten, yang mendorong munculnya komitmen, akibat dari hal tersebut kemauan karyawan akan berkembang, untuk bertindak lebih fleksibel dalam menyesuaikan dengan kepentingan organisasi untuk meraih keunggulan. Menurut Bohlander dan Snell (2010) manajemen sumber daya manusia (MSDM) yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang memiliki kemampuan, menidentifikasi suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dalam bekerja. Menurut Laksmi,Gani, dan Budiantoro (2015) sumber daya manusia adalah unsur paling penting, sebab manusia menjadi subjek penggerak organisasi. Perlakuan yang manusiawi sangat dibutuhkan. Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan SDM adalah dimulai dari rekrutmen, yang terdiri dari evaluasi keadaan tenaga kerja, penyebaran iklan lowongan, testing, penempatan, orientasi, spesifikasi, sistem penggajian, pelatihan, pemberian penghargaan, hingga promosi. 2.2.2 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2005) ada beberapa peran dari manajemen sumber daya manusia (MSDM), antara lain : • Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job specification, dan job evaluation. • Menetapkan recruitment, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan asas the right man in the right job. • Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian. • Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. • Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan pada khususnya. • Memonitor dengan cermat undang undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan – perusahaan sejenis. 14 • Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh. • Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh. • Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan. • Mengatur mutasi karyawan baik vertical maupun horizontal. • Mengatur pension, pemberhentian, dan pesangonnya. 2.3 Manajemen Pengetahuan 2.3.1 Pengertian Manajemen Pengetahuan Menurut Sulistyorini, Dyah (2015) manajemen pengetahuan proses mencipta, menyimpan, membagi, menerapkan, dan menggunakan kembali pengetahuan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Barclay dan Murray (2009) mendefinisikan knowledge management sebagai suatu aktivitas bisnis yang mempunyai dua aspek penting, yaitu: 1. Memperlakukan komponen pengetahuan dalam aktivitas-aktivitas bisnis yang direfleksikan dalam strategi, kebijakan, dan berbagai praktek perusahaan secara keseluruhan. 2. Membuat suatu hubungan langsung antara aset intelektual perusahaan baik yang explicit maupun tacit untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Dyah Sulistyorini (2015) mengutip Ningky Munir bahwa manajemen pengetahuan tidah memiliki definisi tunggal karena MP bisa dilihat dari berbagai disiplin ilmu baik ilmu itu bidang/ilmu teknologi informasi atau pun ilmu manajemen umum. Sementara itu, definisi yang paling sering terdengar tentang manajemen pengetahuan (MP) sebagai berikut: Manajemen pengetahuan adalah pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau kinerja prima. 2.3.2 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Manajemen Pengetahuan Faktor yang penting dalam implementasi knowledge management: 1. Manusia Baik berupa tacit knowledge ataupun explicit knowledge yang mampu disharing/transfer dalam institusi atau organisasi. 2. Kepemimpinan 15 Keberhasilan KM didukung peran pemimpin dalam membangun visi yang kuat dengan menggalang dan mengarahkan partisipasi semua anggota organisasi dalam mewujudkan visinya. 3. Teknologi Dukungan infrastruktur yang kuat dalam penyebaran informasi pada orang yang tepat dan waktu yang tepat pula. 4. Organisasi Aspek pengaturan yang jelas dalam hal ini termasuk penghargaan yang berpartisipasi dalam penyebaran informasi 5. Pembelajaran Kemauan belajar untuk setiap individu sehing-ga muncul ide-ide, inovasi dan knowledge baru, yang menjadi komoditas utama dalam KM. 2.3.3 Dimensi Manajemen Pengetahuan Dimensi manajemen pengetahuan menurut Shannak (2009), yaitu: 1. Human Pengukuran knowledge management diawali dengan fokus pada People, atau orang-orang yang terlibat di dalamnya. 2. Process Proses merupakan salah satu fokus yang sangat penting dalam knowledge management karena berkaitan dengan kualitas pengetahuan yang dikelola. Integrasi proses knowledge management ke dalam proses bisnis juga dapat mendorong semakin berkembangnya knowledge management di perusahaan. 3. Technology Sebagai perekat antara kedua area sebelumnya, Teknologi Informasi mempunyai peranan penting untuk mendorong implementasi knowledge management yang efisien dan efektif. 2.3.4 Indikator Manajemen Pengetahuan Menurut Shannak (2009), knowledge management memiliki beberapa indicator, diantaranya, yaitu: 1. Indikator berdasarkan dimensi Human A. Perilaku Knowledge Sharing 16 Kegiatan dimana karyawan terbiasa memberikan pengetahuan mereka untuk membantu yang lain. B. Aktivitas Knowledge Sharing Jumlah jam dalam sebulan, karyawan berparsitipasi dalam kegiatan workshop, seminar, atau aktivitas lain. C. Kesadaran Karyawan merasakan bahwa mereka telah diberikan informasi ataupun edukasi mengenai prosedur baru dan Knowledge database yang baru. D. Partisipasi dalam aktivitas Karyawan merasakan bahwa partisipasi dalam aktivias Knowledge Sharing dapat memberikan relasi baru dan pengalaman baru. 2. Indikator berdasarkan dimensi Process A. Kualitas Pengetahuan Karyawan merasa bahwa pengetahuan yang tersimpan berguna. B. Efisiensi akibat proses baru Karyawan merasa mengalami penghematan waktu dalam mencari informasi. C. Kontributor Perlakuan khusus tertentu yang diberikan kepada karyawan yang sering memberikan kontribusi terhadap knowledge management dalam perusahaan. 3. Indikator berdasarkan dimensi Technology A. Keterlibatan Aktif Jumlah akses ke dalam sistem. B. Knowledge Structure Jumlah kategori dan topic yang ada. C. Usability Karyawan merasa bahwa sistem yang dibangun mudah untuk digunakan. 2.4 Lingkungan Kerja 2.4.1 Pengertian Lingkungan Kerja Menurut Handoko, Hani (2008) Lingkungan kerja adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi dalam dirinya untuk menjalankan tugasnya. Hal pertama yang 17 harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja karyawan adalah menjamin karyawan dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi syarat, sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya tanpa mengalami ketegangan – ketegangan, atau dengan kata lain perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang baik bagi karyawan. Menurut Sopiah (2008) lingkungan kerja juga merajuk pada hal hal yang berada di sekeliling dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pemimpin. Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh budaya organisasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja perawat ‘ Rumah Sakit Mata Dr. YAP’ Yogyakarta dengan motivasi dan kepuasan kerja sebagai variable pemediasi” (2007) menyebutkan bahwa lingkungan kerja adalah variable – variable terkait dengan pekerjaan yang berpengaruh terhadap sikap individu karyawan dalam bekerja. Menurut Sedarmayanti (2009) lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. 2.4.2 Jenis – Jenis Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: pusat kerja, kursi, meja, dan sebagainya.) b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: rumah, kantor, pabrik, sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain). Lingkungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi 18 kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna dan lain-lain. 2. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur lingkungan kerja non fisik: a. Hubungan Atasan dengan Bawahan Contoh kegiatan dari hubungan atasan dengan bawahan adalah pemberian tugas untuk dikerjakan. Menurut Hariandja (2002:298) penyampaian informasi dari pimpinan ke bawahan bisa meliputi banyak hal seperti tugas-tugas yang harus dilakukan bawahan, kebijakan organisasi, tujuantujuan yang ingin dicapai dan adanya perubahan-perubahan kebijakan. b. Hubungan antar Karyawan Contoh hubungan antar karyawan adalah dalam penyelesaian suatu tugas. Menurut Hariandja (2002:299) hubungan antar karyawan adalah hubungan kesamping antara karyawan dengan tingkat yang sama dalam organisasi tetapi mereka mempunyai tugas yang berbeda. Menjalin hubungan yang baik dan harmonis sesama karyawan merupakan sarana untuk dapat lebih meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan. 2.4.3 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan manusia / pegawai, diantaranya adalah : 1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan berjalan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang 19 efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. 2. Temperatur di Tempat Kerja Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. 3. Kelembaban di Tempat Kerja Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam presentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara,dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak, dan radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di sekitarnya. 4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesak napas, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh 20 secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 5. Kebisingan di Tempat Kerja Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: lamanya kebisingan, intensitas kebisingan, dan frekuensi kebisingan. 6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh pegawai dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekuensinya. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal konsentrasi bekerja, datangnya kelelahan, timbulnya beberapa penyakit diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain. 7. Bau-bauan di Tempat Kerja Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggangu di sekitar tempat kerja. 21 8. Tata Warna di Tempat Kerja Menata warna di tempat kerja perlu dopelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri. 9. Dekorasi di Tempat Kerja Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hiasan ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan dan lainnya untuk bekerja. 10. Musik di Tempat Kerja Menurut para pakar,musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang pegawai untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja. 11. Keamanan di Tempat Kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM). 2.4.4 Dimensi Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan kerja memiliki dimensi yang terbagi atas 2 skala pengukuran, yaitu: 1. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 22 2. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan. 2.4.5 Indikator Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti (2011) lingkungan kerja memiliki indikator yang terbagi atas 2 (dua) skala pengukuran, yaitu: 1. 2. 2.5 Lingkungan kerja fisik yang terbagi atas : a. Penerangan/cahaya b. Temperatur/suhu udara c. Kelembaban d. Sirkulasi udara e. Kebisingan f. Getaran mekanis g. Bau tidak sedap h. Tata warna i. Dekorasi j. Musik k. Keamanan Lingkungan kerja non fisik yang terbagi atas : a. Pengaruh kerja dengan atasan b. Pengaruh kerja dengan sesama Kinerja Karyawan 2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2007) bahwa istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. 23 Menurut Simanjuntak (2005) kinerja adalah tingkatan pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. 2.5.2 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Simanjuntak (2005) kinerja dipengaruhi oleh : 1. Kualitas dan kemampuan pegawai. Yaitu hal – hal yang berhubungan dengan pendidikan/ pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental, dan kondisi fisik pegawai. 2. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja (keselamatan, kesehatan, darana produksi, teknologi) dan hal – hal yang berhubungan dengan kesejahteraan pegawai (upah/gaji, jaminan sosial, keamanan kerja) 3. Supra sarana, yaitu hal – hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintah dan hubungan industrial manajemen. Tiga faktor utama yang memengaruhi kinerja individu menurut Mathis dan Robert L (2006) adalah kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi. 2.5.3 Penilaian Kinerja Karyawan Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan setiap karyawan dalam melaksanakan kewajiban atau tugas merasa bahwa hasil kerja mereka tidak terlepas dari penilaian atasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kinerja seorang karyawan. Menurut (Rivai, 2005 : 55 ) manfaat penilaian kinerja adalah : 1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai antara lain : a. Meningkatkan motivasi. b. Meningkatka kepuasaan kerja. c. Adanya kejelasan standar hasil yang diharapkan. d. Adanya kesempatan berkomunikasi ke atas. e. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi. 24 2. Manfaat bagi penilai: a. Meningkatkan kepuasan kerja. b. Untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan kinerja karyawan. c. Meningkatkan kepuasan kerja baik dari para manajer ataupun karyawan. 3. d. Sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan. e. Bisa mengidentifikasikan nkesempatan untuk rotasi karyawan. Manfaat bagi perusahaan a. Memperbaiki seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan. b. Meningkatkan kualitas komunikasi. c. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan. d. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan untuk masing-masing karyawan. 2.5.4 Dimensi dan Indikator Kinerja Karyawan Soedjono (2005) menyebutkan 5 (lima) indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pegawai secara individu yakni : 1. Kualitas kerja Hasil pekerjaan yang dilakukan mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang diharapkan dari pekerjaan tersebut. 2. Kuantitas kerja Jumlah yang dihasilkan atau jumlah aktivitas yang dapat diselesaikan. 3. Ketepatan waktu Apakah karyawan dapat menyelesaikan pada waktu yang telah ditetapkan serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain. 4. Efektivitas kerja Pemanfaatan secara maksimal sumber daya yang ada pada organisasi untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian. 5. Kemandirian Apakah karyawan dapat melaksanakan kerja tanpa bantuan guna menghindari hasil yang merugikan.. 25 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian Menurut Sugiono (2014:93) kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Sumber: Peneliti (2016) 2.7 Hipotesis Menurut Sugiyono (2014:99) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah: T.1 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara Manajemen Pengetahuan terhadap Kinerja Karyawan. H0 : Manajemen Pengetahuan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering. Ha :Manajemen Pengetahuan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering. T.2 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. 26 H0 : Lingkungan Kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering. Ha : Lingkungan Kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering. T.3 Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Manajemen Pengetahuan dan Lingkungan Kerja secara bersama – sama terhadap Kinerja Karyawan H0 : Manajemen Pengetahuan dan Lingkungan Kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering. Ha : Manajemen Pengetahuan dan Lingkungan Kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Truba Jaya Engineering.