BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIK
1. Deskripsi Konseptual
a. Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan
untuk memberitahu pendapat atau gagasan baik secara langsung melalui
lisan maupun tak langsung melalui suatu media. Sedangkan pengertian
komunikasi
matematis
merupakan
kecakapan
siswa
dalam
mengungkapkan ide-ide matematika secara lisan, tertulis, gambar,
diagram, menggunakan benda nyata, atau menggunakan simbol
matematika. Selain itu, menurut Leonard M. Kennedy (2008) komunikasi
adalah dasar untuk belajar matematika seperti membaca dan seni bahasa.
Dalam setiap pelajaran, anak-anak berbagi pemikiran dan memperbaiki
penalaran mereka melalui diskusi lisan, deskripsi tertulis, jurnal, tabel
dan grafik.
Siswa yang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan ide
atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung mempunyai
pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang
dipelajari (NCTM, 2000).
7
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
8
Wichelt & Kearney (2009) menyatakan bahwa ada dua komunikasi
yaitu secara lisan dan tulisan. Komunikasi lisan dapat berupa
pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika.
Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa misalnya
dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok. Sedangkan
komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel,
dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi
tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian
matematika
yang
menggambarkan
kemampuan
siswa
dalam
mengorganisasikan berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah
(Mahmudi, 2009). Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
siswa dapat menyampaikan informasi dengan bahasa matematika.
Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk mempelajari
matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas,
memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of
Education, 2010).
Melihat pentingnya komunikasi matematis bagi siswa, NCTM
(2000) menuliskan standar komunikasi program pengajaran dari Pra-TK
sampai kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk:
1. Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui
komunikasi.
2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika secara koheren dan jelas
kepada teman, guru dan orang lain.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
9
3. Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain.
4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika
dengan tepat.
Indikator kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu acuan
kompetensi komunikasi matematis dapat tercapai atau tidak. Indikatorindikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis yang
diungkapkan oleh NCTM (2000) terdiri dari:
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan,
tulisan dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara
visual.
2. Kemampuan
dalam
memahami,
menginterpretasikan,
dan
mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan, tulisan maupun
dalam bentuk visual lainnya.
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model situasi.
Lestari dan Yudhanegara (2015) menyatakan bahwa indikator
kemampuan komunikasi matematis terdiri dari :
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau
tulisan dengan benda nyata, gambar grafik dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
10
4. Mendengar, diskusi, dan menulis tentang matematika
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6. Menyusun pertanyaan matematika yang relevan dengan situasi
masalah.
7. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generaslisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan
ide-ide matematis yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan
yang dapat berupa gambar, simbol, notasi, istilah, grafik, benda nyata,
aljabar ataupun dengan bahasa sehari-hari dan disertai dengan penjelasan
untuk
memperjelas ide-ide matematis
siswa.
Adapun indikator
kemampuan komunikasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Mendeskripsikan benda nyata atau gambar ke dalam ide matematika
secara tertulis.
Siswa dikatakan mampu mendeskripsikan benda nyata atau gambar
ke dalam ide matematika apabila siswa mengenal atau memahami
nama maupun karakteristik yang dimiliki benda nyata atau gambar,
kemudian mendeskripsikannya ke dalam bentuk tulisan. Benda nyata
yang dimaksud adalah benda yang terdapat di sekitar lingkungan
sekolah atau kehidupan sehari-hari.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
11
Contoh soal :
Perhatikan permukaan yang sesungguhnya dari gambar meja di
bawah ini. Sifat-sifat apa saja yang dimiliki bangun datar tersebut?
Jawaban :
Bentuk dari permukaan meja di atas adalah bangun trapesium sama
kaki. Sifat-sifat yang dimiliki terdiri dari :
a) Diagonal-diagonalnya sama panjang.
b) Sudut-sudut alasnya sama besar.
c) Dapat menempati bingkai dengan dua cara.
Berdasarkan contoh soal tersebut siswa diharapkan mampu
mengetahui jenis bangun datar apa yang membentuk permukaan meja,
kemudian mendeskripsikan sifat-sifat yang dimiliki bangun datar itu
ke dalam bentuk tulisan.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan dalam
bentuk gambar dan aljabar.
Siswa mampu membuat gambar sebagai wujud kemampuannya
dalam menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika. Siswa
dikatakan mampu memberi penjelasan jika siswa memahami apa yang
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
12
diketahui,
apa
yang
ditanyakan
dan
proses
penyelesaian
(menggambarkannya).
Contoh soal :
Sebuah kolam renang berbentuk persegi panjang dengan panjang
20 𝑚 dan lebar 12 𝑚. Di sekeliling kolam dibuat jalan dengan lebar
1 𝑚. Dari permasalahan tersebut, coba ilustrasikan ke dalam bentuk
gambar.
Jawaban :
𝑝 = 20 𝑚
1𝑚
𝑙 = 12 𝑚
1𝑚
Siswa diharapkan mampu mengilustrasikan kolam renang yang
diinginkan sesuai dengan apa yang diketahui dari soal yang disajikan.
3. Menyatakan hasil gagasan, ide ataupun pendapat dan solusi dalam
bentuk tulisan dengan bahasa dan simbol matematika secara benar dan
tepat.
Siswa mampu menggunakan simbol matematika dan menuliskan
satuan secara tepat. Siswa dikatakan mampu apabila siswa dapat
memahami apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan menjelaskan
langkah penyelesaian menggunakan bahasa dan simbol matematika
secara benar dan tepat.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
13
Contoh soal :
Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat adalah 10 𝑐𝑚 dan
(𝑥 + 4)𝑐𝑚. Jika luas belah ketupat tersebut 35 𝑐𝑚2 , maka berapa
panjang diagonal keduanya?
Jawaban :
Dik :
𝑑1 = 10 𝑐𝑚
𝑑2 = (𝑥 + 4)𝑐𝑚
𝐿 = 35 𝑐𝑚2
Dit : 𝑑2 ?
Jwb :
𝐿=
1
2
35 =
×𝑑1 ×𝑑2
1
2
×10×(𝑥 + 4)
35 = 5×(𝑥 + 4)
35 = 5𝑥 + 20
35 − 20 = 5𝑥
15 = 5𝑥
15
5
=𝑥
𝑥= 5
Jadi, panjang diagonal kedua 5 𝑐𝑚
Berdasarkan uraian soal yang diberikan, siswa diharapkan mampu
memahami keterangan apa saja yang disajikan dari belah ketupat,
kemudian
siswa
mampu
menjelaskan
langkah
penyelesaian
menggunakan bahasa dan simbol matematika secara benar dan tepat.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
14
b. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wena (2012) pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran yang berusaha memanfaatkan siswa lain sebagai sumber
belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya. Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan
saling
mengajar
sesamanya
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya.
Nurhadi dan Senduk (Wena, 2012) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar mencipatakan interaksi
yang saling berbagi sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya
guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Menurut Lie (Wena, 2012)
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak
sebagai fasilitator.
Tujuan dibentuknya kelompok dalam pembelajaran kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Para ahli
telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
15
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif juga
sangat tepat digunakan untuk melatih ketrampilan-ketrampilan kerja
sama dan kolaborasi dan juga ketrampilan-ketrampilan tanya jawab
(Trianto, 2009).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran
yang
memungkinkan
siswa
untuk
belajar
secara
berkelompok, mengembangkan solidaritas dan tanggung jawab yang
tinggi untuk keberhasilan kelompok dalam belajar.
Menurut Ibrahim, dkk dalam (Trianto, 2009), menyatakan bahwa
terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Aktifitas Guru
Langkah
Langkah-1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru
menyampaikan
semua
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Langkah-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Langkah-3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Lagkah-4
Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugasbekerja dan belajar
tugas mereka.
Langkah-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
16
Langkah-6
Memberikan
penghargaan
c. Pembelajaran
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
Kooperatif
tipe
Formulate-Share-Listen-Create
(FSLC)
Strategi
pembelajaran
Formulate-Share-Listen-Create
(FSLC)
merupakan bentuk belajar kooperatif dalam kelompok kecil dan
merupakan modifikasi dari strategi Think Pair Share (TPS) yang pertama
kali dirancang oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland, Arends dalam (Trianto, 2009). Perbedaan pembelajaran FSLC
dibanding pembelajaran TPS adalah dalam pembelajaran FSLC siswa
secara individu tidak sekedar memikirkan jawaban atas pertanyaan yang
telah diajukan oleh guru (think), tetapi siswa juga harus merumuskan atau
menuliskan jawaban atas pertanyaan guru secara individu (formulate).
Afrilianto (2014) mengungkapkan bahwa strategi FSLC merupakan salah
satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dalam kelompok-kelompok
kecil dan merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe
TPS. Kemudian dalam perkembangannya pada tahun 1991, Johnson,
Johnson dan Smith mengembangkan TPS menjadi FSLC. Selain itu,
Prayitno, dkk (2012) juga berpendapat bahwa FSLC adalah salah satu
pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan keleluasaan siswa untuk
berpikir secara aktif dan kreatif.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
17
Beberapa ahli sependapat dengan langkah-langkah strategi FSLC
yang diungkapkan oleh Johnson dan Smith (1991), antara lain:
1. Formulate
Kegiatan mencatat informasi yang berkaitan dengan tugas dan
membuat rencana penyelesaian.
2. Share
Siswa berbagi pendapat dengan pasangannya.
3. Listen
Saling mendengar pendapat pasangan lainnya, dan mencatat
perbedaan dan persamaan pendapat.
4. Create
Siswa berdiskusi untuk mencapai kesimpulan yang merupakan ide
atau jawaban terbaik.
Strategi FSLC dapat berhasil jika dalam penerapannya guru dapat
memotivasi
dan
memfasilitasi
siswa
untuk
dapat
aktif
mengkomunikasikan pengetahuannya melalui langkah-langkah yang ada
dalam strategi FSLC dan perlu diperhatikan ketika guru membagi siswa
untuk berkelompok, siswa harus dikelompokkan secara heterogen agar
share dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran FSLC adalah suatu strategi pembelajaran kooperatif dalam
kelompok kecil dan merupakan modifikasi dari strategi Think Pair Share
(TPS) dengan langkah-langkah : mencatat pendapat atau informasi yang
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
18
berkaitan dengan tugas (formulate), berbagi pendapat dengan rekannya
(share), mendengarkan dan mencatat perbedaan dan kesamaan pendapat
rekan yang lainnya (listen), dan menyusun kesimpulan dengan cara
menggabungkan ide-ide terbaik mereka (create). Berikut uraian langkahlangkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe FSLC:
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe FSLC
Tahapan
Fase 1 :
Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2 :
Menyajikan
informasi
Fase 3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok
kooperatif
Fase 4 :
Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
Perilaku Guru
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran.
1. Guru menampilkan beberapa gambar
mengenai benda-benda yang berbentuk
segiempat dan segitiga dalam kehidupan
sehari-hari dengan LCD.
2. Guru meminta setiap siswa mengamati
gambar yang disajikan untuk membangun
rasa ingin tahu siswa dalam memahami
materi.
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok dengan anggota kelompok
masing-masing 4-6 siswa.
2. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok
(LKK) dan membantu siswa dalam
mengidentifikasi dan mengkoordinasi LKK
yang diberikan.
1. Guru mengarahkan setiap siswa untuk
merumuskan atau menuliskan jawaban atas
pertanyaan yang ada di LKK mereka
sebelum berbagi pendapat dengan rekan di
kelompoknya masing-masing (formulate).
2. Guru meminta siswa untuk berbagi pendapat
dengan rekan di kelompoknya (share).
3. Guru membimbing atau mengarahkan siswa
untuk
mendengarkan
dan
mencatat
perbedaan dan kesamaan pendapat rekan
yang lainnya (listen).
4. Guru mengarahkan siswa untuk menyusun
kesimpulan yang merupakan ide atau
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
19
jawaban terbaik (create).
Fase 5 :
Evaluasi
Fase 6 :
Memberikan
penghargaan
1. Guru meminta perwakilan dari masingmasing kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas yang
memungkinkan terjadi tanya jawab antar
siswa.
2. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk berpatisipasi aktif
menanggapi hasil diskusi yang sedang
dipresentasikan.
3. Guru mengarahkan siswa untuk menyusun
kesimpulan hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari dengan cara
menggabungkan ide-ide terbaik atau
jawaban yang terbaik dari semua siswa
(create).
1. Guru memberi penghargaan kepada siswa
atau kelompok yang telah berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Husna, dkk (2013) dengan judul
“Peningkatan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
dan
Komunikasi
Matematis Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe
THINK-PAIR-SHARE
(TPS)”
bahwa
secara
signifikan
kemampuan
komunikasi matematis siswa menggunakan model TPS lebih baik
dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional, ditinjau dari
keseluruhan siswa dan peringkat siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2011) diperoleh hasil bahwa:
a. Pembelajaran dengan FSLC mempunyai perbedaan yang signifikasi
terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
20
b. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunkan FSLC
termasuk kategori baik dengan persentase 83% dan tanggapan siswa yang
menggunakan small group discussion termasuk kategori cukup baik
dengan presentase 77,5%.
Hasil penelitian dari Prayitno, dkk (2012) menunjukkan bahwa strategi
FSLC efektif diterapkan pada pembelajaran matematika. Anggraini (2013)
menyatakan bahwa pembelajaran FSLC lebih baik daripada pencapaian dan
peningkatan
kemampuan
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
konvensional.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aini, dkk (2015) dengan
judul “Analisis Komunikasi Matematis dan Tanggung Jawab pada
Pembelajaran
Formulate
Share
Listen
Create
Materi
Segiempat”
memperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan FSLC efektif terhadap
kemampuan komunikasi matematis dan karakter tanggung jawab.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa
strategi FSLC dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis.
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran kooperatif tipe FSLC terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
3. Kerangka Pikir
Strategi
pembelajaran
Formulate-Share-Listen-Create
(FSLC)
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dalam
kelompok-kelompok
kecil
dan
merupakan
modifikasi
dari
model
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
21
pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kemudian dalam perkembangannya pada
tahun 1991, Johnson, Johnson dan Smith mengembangkan TPS menjadi
FSLC. Pada strategi Formulate Share Listen Create (FSLC) terdiri atas
beberapa tahap, yaitu : Pada tahap Formulate, siswa secara pribadi
mencermati, memikirkan, dan juga menuliskan informasi yang berkaitan
dengan materi atau permasalahan yang disajikan oleh guru. Kegiatan ini
akan mendorong tercapainya indikator kemampuan komunikasi matematis
siswa khususnya kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan relasi
matematika secara tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
Selain itu, dengan menulis siswa akan terlatih untuk mereflasikan pekerjaan
mereka dan mereflesikan ide mereka sehingga mendorong tercapainya
indikator komunikasi matematis khususnya kemampuan menggunakan
simbol dan operasi matematika dengan tepat, mengekspresikan ide secara
tertulis.
Tahap berikutnya Share, pada tahap ini siswa berbagi ide atau
informasi tentang apa yang telah ia dapatkan kepada siswa lain yang
merupakan teman sekelompoknya. Hal ini mendorong tercapainya indikator
kemampuan komunikasi matematis yaitu kemampuan mengekspresikan ideide matematika melalui lisan dan menyusun argumen.
Dilanjutkan ke tahap Listen, pada tahap ini siswa diminta untuk
mendengarkan dan mencermati pendapat lain dari temannya kemudian
siswa mencatat persamaan maupun perbedaaan pendapat atau ide. Siswa
belajar untuk mendengarkan, ini merupakan salah satu aspek dalam
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
22
ketrampilan berkomunikasi, jika seorang mampu mendengarkan dengan
baik maka ia akan mendapatkan informasi dengan jelas.
Tahap terakhir adalah Create, pada tahap ini siswa diminta untuk
berdiskusi dan kemudian menyimpulkan apa yang menjadi hasil dari
penyelesaian masalah yang disajikan oleh guru dan pengetahuan apa yang
didapatkan dalam bentuk tulisan maupun lisan untuk disampaikan kepada
semua teman di depan kelas sehingga mendorong tercapainya indikator
komunikasi matematis khususnya kemampuan menjelaskan ide, situasi, dan
relasi matematika secara tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan
aljabar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kerangka pikir bahwa
melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe Formulate Share Listen Create
(FSLC) dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa sehingga menjadi lebih baik.
4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan para ahli dan kerangka
berfikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Formulate Share Listen Create
(FSLC) dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa apabila kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe FSLC lebih baik daripada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif..., Yuni Kurniawati, FKIP UMP, 2017
Download