I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan kerapu

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan komoditas perikanan laut dengan nilai ekonomis
tinggi dan telah dapat
dikembangkan di Indonesia melalui teknologi
pengembangan budidaya. Penggunaan ikan rucah sebagai sumber utama pakan
telah dapat digantikan dengan pakan buatan yang teknologi pembuatannya telah
dikembangkan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Sulawesi
Selatan (Nur 2007). Demikian pula perangkat lunak dalam penentuan lokasi
budidaya yang sesuai dengan pengembangan budidaya ikan kerapu yang
berkesinambungan (Halide 2007). Daerah produksi benih ikan kerapu macan
terletak di wilayah Bali, Situbondo, Lampung, sedangkan daerah budidaya atau
pembesaran terletak di wilayah Jakarta, Lombok dan Makassar. Karena jarak
antara daerah pembenihan dan daerah pembesaran relatif jauh, maka diperlukan
suatu teknologi transportasi yang dapat mempertahankan tingkat kelangsungan
hidup benih agar tetap tinggi dan waktu yang selama mungkin.
Pada umumnya transportasi ikan hidup dilakukan dengan dua sistem yaitu
sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada pengangkutan dengan sistem terbuka
digunakan drum atau bak yang dilengkapi dengan aerasi, sedangkan pada
pengangkutan ikan dengan sistem tertutup digunakan kantong plastik
stirofom.
dan
Transportasi ikan hidup dapat diartikan sebagai suatu tindakan
memindahkan ikan dalam keadaan hidup dengan memberikan perlakuan tertentu
untuk menjaga kelangsungan hidup ikan tetap tinggi sampai ke lokasi tujuan
(Syamdidi et al. 2006).
Selanjutnya Berka (1986) menyatakan, bahwa
transportasi ikan hidup dipengaruhi oleh kualitas air yaitu parameter fisika dan
kimia air seperti oksigen terlarut, suhu, pH, karbondioksida, dan amoniak (NH 3 ).
Teknologi transportasi benih ikan kerapu yang umum digunakan saat ini dengan
sistem tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transportasi sistem tertutup
benih ikan kerapu ukuran 7-8 cm dengan kepadatan 25 ekor dalam 2 liter air
selama 12 jam memberikan kelangsungan hidup sebesar 92,99%. Selanjutnya
dinyatakan, pengangkutan benih ukuran 6-7 dan 7-8 cm sering mengalami kendala
kantong plastik yang bocor dan kempes karena tertusuk duri sirip punggung
(Slamet et al. 2002).
2
Penelitian ini merupakan aplikasi dari peningkatan teknologi pengangkutan
yang sering dilakukan oleh pembudidaya. Dengan meningkatnya kepadatan ikan
yang diangkut, maka tingkat
metabolisme
juga akan meningkat, dan
mengakibatkan tingginya tingkat stres yang dialami oleh ikan karena menurunnya
kualitas air. Oleh karena itu diperlukan metode yang dapat menurunkan aktivitas
metabolisme dan respirasi, sehingga ikan tidak banyak bergerak dan tidak banyak
memerlukan oksigen untuk respirasinya. Salah satu metode yang digunakan
untuk menurunkan aktivitas tersebut adalah dengan anastesi (Suryaningrum et al.
2005).
Penggunaan bahan anastesi seperti penggunaan ether, propoxate dan
quinaldine sulfat serta MS-222 telah menurunkan tingkat mortalitas selama
pengangkutan ikan hidup. Akan tetapi, bahan anestesi tersebut telah dilarang
penggunaannya karena dapat meninggalkan residu dalam tubuh ikan. Hal ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan, Nomor:
KEP.20/MEN/2003 tanggal 9 Juni 2003, tentang larangan penggunaan bahan
kimia sintetis sebagai obat bius.
Berdasarkan hal tersebut perlu ada bahan anastesi
alternatif
misalnya
bahan anastesi alami. Minyak sereh (Cymbopogon sp.) merupakan salah satu
tanaman dengan manfaat yang beragam.
Minyak atsiri yang dikandung oleh
Cymbopogon olivieri dapat membunuh larva nyamuk Anopheles stepensi vector
malaria (Hadjiakhoondi et al. 2003). Minyak sereh (Cymbopogon citratus)
berperan sebagai anti jamur dan protozoa (Mahanta et al. 2007).
Minyak sereh merupakan minyak atsiri yang mampu menurunkan tingkat
metabolisme ikan dengan cara memingsankan atau menenangkan ikan. Menurut
de Sousa et al. (2005) tanaman sereh bersifat menenangkan (sedatif) dan
membantu proses pencernaan serta berbau harum dengan aroma yang khas.
Senyawa geraniol dan sitronelol yang terkandung dalam minyak sereh berperan
penting dalam mekanisme anastesi melalui jaringan pernafasan. Minyak sereh
dianggap cukup potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pembius dalam
proses transportasi organisme akuakultur. Efektifitas minyak sereh sebagai obat
bius pada kepiting bakau (Scylla serata Forskal) telah dilaporkan oleh Semarlan
(2008). Namun demikian, informasi mengenai kegunaan minyak sereh sebagai
3
salah satu bahan anastesi dalam kegiatan transportasi ikan kerapu macan belum
tersedia sehingga dianggap perlu untuk dilakukan penelitian ini.
1.2 Perumusan masalah
Transportasi ikan hidup adalah salah satu upaya memindahkan ikan dalam
keadaan hidup dengan memberikan perlakuan tertentu untuk menjaga agar
kelangsungan hidup ikan tinggi serta efek negatif pasca transportasi tetap rendah
sampai ke tujuan. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin dituntut suatu
teknologi yang mampu mempertahankan ikan agar tetap hidup dalam waktu yang
lama. Jadi semakin lama ikan dapat dipertahankan hidupnya, maka semakin jauh
jarak yang dapat dijangkau sehingga dapat meningkatkan jangkauan distribusi.
Penggunaan bahan anastesi kimia sintetis mampu menurunkan tingkat
mortalitas ikan hidup selama pengangkutan. Akan tetapi penggunaan bahan
anestesi tersebut telah dilarang penggunaannya karena dapat meninggalkan residu
dalam tubuh ikan. Berdasarkan hal tersebut perlu ada bahan anastesi alternatif
misalnya bahan anastesi alami. Minyak sereh (Cymbopogon sp.) merupakan salah
satu tanaman dengan manfaat yang beragam. Dinyatakan oleh de Sousa et al.
(2005) bahwa tanaman sereh (Cymbopogon schoenanthus) bersifat menenangkan
(sedatif) dan membantu proses pencernaan serta berbau harum dengan aroma
yang khas.
Namun demikian, informasi mengenai kegunaan minyak
sereh sebagai
salah satu bahan anastesi dalam kegiatan akuakultur, khususnya dalam kegiatan
transportasi ikan kerapu macan belum tersedia. Dengan demikian dianggap perlu
untuk dilakukan penelitian ini terutama pengangkutan benih ikan kerapu macan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak penggunaan
minyak sereh terhadap respon fisiologi berupa gambaran darah (sel darah merah,
sel darah putih, hemoglobin, N:L rasio dan glukosa), histologi jaringan (insang),
serta pertumbuhan dan kelangsungan hidup
pengangkutan.
benih ikan kerapu macan pasca
4
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang
konsentrasi minyak sereh yang efektif dalam kegiatan transportasi ikan kerapu
macan dan pengembangannya.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah pemberian minyak sereh
yang tepat dalam media transportasi tertutup dapat mengurangi tingkat stres dan
kondisi fisiologi ikan tetap terjaga sehingga tingkat kelangsungan hidup dan
pertumbuhan pasca pengangkutan tetap tinggi.
Download