Redenominasi Rupiah By: Tasya and Madeline 6B Topik yang sedang menarik perhatian publik saat ini adalah redenominasi rupiah. Rencana Bank Indonesia untuk melakukan redenominasi rupiah banyak mengundang kritik dari berbagai pihak dari ahli ekonomi, pengamat bursa saham, pelaku bisnis dan lain-lainnya. Bank Indonesia mengatakan, redenominasi rupiah tidak sama dengan sanering atau pemotongan nilai mata uang. Sebab, dalam redenominasi meski tiga angka nol terakhir dihilangkan, tapi nilainya sama.Apa sih redenomiasi rupiah? Inti dari redenomiasi rupiah adalah penyederhanaan nilai mata uang atau dengan kata lain pengurangan nilai mata uang, tetapi tidak mengurangi nilai tukar dari mata uang yang dikurangi tersebut.Sebagai contoh Nilai Mata Uang Rupiah Rp. 1.000,- (seribu rupiah) nantinya akan menjadi Rp. 1,- (satu) rupiah saja, Rp. 10.000,- akan menjadi Rp. 10,- (intinya nilai mata uang sekarang dikurangi dengan tiga digit nominal). Memang saat ini masih ada pembahasan, berapa digit yang akan dihilangkan. 3 digit atau 2 digit.Walaupun hal ini baru merupakan wacana saja karena pemerintah juga belum menyetujuinya, tetapi pastinya hal ini akan menjadi perbincangan di mana-mana. Baik itu ditingkat pebisnis kelas kakap sampai pedagang kecil kelas teri. Tak dapat dibayangkan betapa lama dan repotnya sosialisasi yang harus dilakukan jika nantinya program redenominasi rupiah tersebut betul-betul dilaksanakan. Belum lagi terkait biaya yang harus dikeluarkan sebagai pengganti uang rupiah lama dengan yang baru. JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan, redenominasi atau penyederhanaan nilai nominal rupiah mempunyai beberapa manfaat, di antaranya kebanggaan sebagai bangsa. Menurut dia, dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih besar, terdapat penilaian bahwa perekonomian Indonesia masih terbelakang. "Indonesia itu nilai tukarnya masih besar, jadi ada persepsi bahwa negara yang memiliki nilai tukar masih besar memiliki perekonomian terbelakang. Apalagi, nilai tukar yang masih besar-besar ini dipersepsikan sebagai negara berkembang," kata Destry kepada Kompas.com saat ditemui di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (30/1/2013). Ia menilai kebijakan redenominasi akan memberikan manfaat ekonomis kepada masyarakat. Manfaat paling utama adalah kebanggaan (pride). Jika dapat melakukan redenominasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang saat ini Rp 9.680 per dollar AS menjadi hanya Rp 9,6 per dollar AS. Kondisi ini akan sebanding dengan nilai ringgit Malaysia terhadap dollar AS sebesar 3,05 ringgit, peso Filipina yang sebesar 41,92 peso, baht Thailand sebesar 30,52 baht, dan dollar Singapura sebesar 1,23 dollar Singapura. "Jangan sampai seperti Zimbabwe yang masih memiliki lembaran senilai 1 juta. Mereka kan inflasinya juga tinggi," tuturnya. Dengan kondisi tersebut, bank sentral dinilai memang harus segera menerapkan wacana redenominasi ini dengan sebaik-baiknya. Untuk mempercepat informasi, bank sentral juga harus segera mengedukasi masyarakat agar mereka tahu manfaat redenomasi secara utuh. Kekhawatiran yang muncul, menurut Destry, adalah kesiapan perbankan ataupun institusi keuangan yang harus mengeluarkan biaya investasi untuk sistem elektronik nilai tukarnya, misalnya dari Rp 10.000 menjadi Rp 10. Nantinya, pihak bank juga harus mengeluarkan investasi sistem di jaringan anjungan tunai mandiri (ATM). "ATM nanti juga harus bisa mengambil dua-duanya, jangan sampai hilang salah satu. Nantinya ATM ini juga bisa mengambil uang dalam denominasi baru ataupun lama," katanya. Wacana redenominasi mata uang yang digulirkan oleh Bank Indonesia sejak tiga tahun lalu, kembali menguat setelah pada bulan ini pemerintah dan bank sentral memutuskan untuk melakukan sosialisasi mengenai kebijakan ini.Aturan hukum untuk penyederhanaan nilai mata uang dikabarkan telah disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Redenominasi adalah penyederhanaan kembali pecahan mata uang yang berlaku di suatu negara, misalnya Rp 1.000 akan disederhanakan menjadi Rp 1 dengan makna dan nilai yang tidak berubah. Redenominasi tidak sama dengan sanering.Sanering adalah pemotongan nilai mata uang. Sanering sama saja memotong daya beli masyarakat karena tingginya tingkat inflasi yang terjadi di suatu negara.Dari sisi tujuannya pun berbeda. Redenominasi bertujuan agar mata uang lebih efisien dalam transaksi dan pencatatan administrasi. Sementara sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar karena inflasi yang sangat tinggi.Pemerintah dan Bank Indonesia sudah menyusun tahapantahapan dalam proses redenominasi. Butuh waktu lama untuk bisa menerapkan ini. Di beberapa negara berhasil, tapi ada pula yang gagal menerapkan ini. Thinking Hats Red hats: Masih banyak masyarakat yang bingung mengenai keputusan pemerintah untuk redenominasi rupiah. Sebagian orang yang telah mengerti makna dari redenominasi tersebut tetap bingung, khawatir dengan konsekuensi dari redenominasi rupiah. Menurut saya, melakukan redenominasi rupiah adalah keputusan yang betul karena dengan begitu rupiah akan lebih sederhana. Black hats: Dampak negatif dari redenominasi rupiah adalah harga sembako akan otomatis naik karena kemungkinan pedagang akan membulat kan harga ke nominal bawah. Selain itu harga saham akan menjadi lebih murah dan pedagang pasar akan berperilaku negatif agar bisa menjaga kestabilan eknomi. Masyarakat harus beradaptasi degan nilai pecahan uang baru tersebut. Yellow hats: Keuntungan dari melakukan redenominasi rupiah adalah masyarakat, dan juga pemerintah akan menghadapi nilai uang rupiah yang tidak besar, dan masyarakat dapat menghadapi nilai uang rupiah dengan gampang. Dengan melakukan redenominasi rupiah, dapat mengangkat citra rupiah di mata internasional. Green hats: Saya kurang setuju jika diadakan redenominasi karena akan mengakibatkan banyak harga barang meningkat sangat drastic dan nilai uang akan turun. Jadi, menurut pendapat saya lebih baik jika tidak diadakan redenominasi agar harga barang tetap stabil. Blue hats: Akhir kata, saya ingin menyampaikan sebuah pesan kepada bapak bahwa redenominasi sebaik nya tidak di jalankan karena masih banyak dampak negatif nya kepada rakyat kecil dan harga barang. White hats: Jaman dahulu mata uang Indonesia paling besar adalah 100, tetapi sekarang 100 adalah pecahan rupiah terkecil. Tetapi dari masa ke masa nominal pecahan rupiah bertambah. Akibat dari peristiwa tersebut adalah ekonomi Indonesia tidak seimbang dengan negara lain. Karena itu, DPR telah merencanakan untuk melakukan redenominasi rupiah, yaitu menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1.