1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analgesik (obat

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Analgesik (obat penghilang rasa nyeri) merupakan suatu senyawa
yang dalam dosis terapetik dapat meringankan atau menekan rasa nyeri
yang timbul tanpa memiliki kerja sebagai anestesi umum (Mutschler, 1991).
Analgesik dapat dibedakan menjadi dua golongan menurut mekanisme kerja
pada tingkat molekul, yakni analgesik narkotik dan analgesik non-narkotik,
dimana analgesik narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang
berat sedangkan analgesik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa
sakit yang ringan, sehingga sering disebut sebagai analgesik ringan
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik yang
sering digunakan pada masyarakat, tetapi tidak digunakan secara oral
karena asam salisilat dapat mengiritasi lambung dan dapat menyebabkan
pendarahan pada saluran cerna, sehingga yang banyak digunakan sebagai
analgesik adalah senyawa turunan dari asam salisilat yaitu asam
asetilsalisilat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Gambar 1.1. Struktur asam asetilsalisilat (Departemen Kesehatan RI,
1995).
1
Asam asetilsalisilat merupakan obat yang banyak digunakan
sebagai analgesik dan antipiretik. Asam asetilsalisilat pada dosis terapi
bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Asam asetilsalisilat bermanfaat
untuk mengobati nyeri tidak spesifik seperti sakit kepala, nyeri sendi, dan
nyeri haid (Gunawan, 2009). Asam asetilsalisilat selain sebagai analgesik
juga mempunyai fungsi lain yang jika digunakan dengan dosis rendah
dalam jangka waktu yang lama dapat berfungsi untuk mencegah serangan
jantung dan sebagai antiplatelet trombosis. Asam asetilsalisilat mampu
menghambat prostaglandin yang dibentuk dari metabolisme asam
arakidonat dengan katalisator enzim siklooksigenase, sehingga gejala nyeri,
demam dan peradangan dapat dihambat (Furst dan Munster, 2002). Selain
menimbulkan efek terapi asam asetilsalisilat juga memiliki efek samping.
Efek samping yang sering muncul diantaranya tehadap pernafasan dan efek
terhadap saluran cerna yang dapat menyebabkan perdarahan lambung yang
berat (Gunawan, 2009).
Untuk
meningkatkan
aktivitas
analgesik-antipiretik
serta
menurunkan efek samping dari asam salisilat, maka dilakukan modifikasi
struktur dari senyawa turunan asam salisilat. Modifikasi dapat dilakukan
dengan cara mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam, ester,
atau amida; modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil; substitusi pada
gugus hidroksil; memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada
cincin aromatik atau dengan mengubah gugus fungsional (Siswandono dan
Soekardjo, 2000).
Pratiwi (2009) telah melakukan modifikasi struktur dengan
penambahan gugus 3-klorometilbenzoil klorida, menghasilkan senyawa
asam
3-klorometilbenzoil
salisilat
atau
disebut
juga
asam
2-(3-
(klorometil)benzoiloksi)benzoat yang diujikan pada hewan coba mencit.
Hasil uji aktivitas senyawa asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat
2
menunjukkan harga Effective Dose
50
(ED)50 sebesar 14,05 mg/kgBB
dimana hasil tersebut lebih kecil dibandingkan dengan ED50 dari asam
asetilsalisilat yaitu sebesar 20,83 mg/kgBB. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat lebih aktif dan
potensial sebagai analgesik dibandingkan asam asetilsalisilat.
Natalia dkk. (2013) memodelkan beberapa turunan senyawa asam
asetilsalisilat
yang
berinteraksi
dengan
reseptor
siklooksigenase-2
menggunakan program Glide (lisensi Schrodinger). Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan nilai Glide Score (GScore) senyawa asam 2-(3(klorometil)benzoiloksi)benzoat sebesar -9,48. Nilai tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan senyawa analgesik paten lain yang sudah beredar
seperti asam asetilsalisilat (GScore sebesar -5,88) dan celecoxib (GScore 9,47). Nilai GScore merupakan sistem penilaian empiris yang mendekati
energi bebas pengikatan ligan dan digunakan untuk menentukan peringkat
pose ligan yang berbeda. Semakin kecil nilai GScore maka semakin stabil
ikatan obat dan reseptor yang terbentuk (Natalia dkk., 2013). Stabilnya obat
dengan reseptor tersebut akan menghasilkan efek farmakologi yang lebih
baik.
Untuk
mengetahui
keamanan
dari
senyawa
asam
2-(3-
(klorometil)benzoiloksi)benzoat, Soekardjo dkk. (2011) telah melakukan uji
toksisitas akut guna mengetahui efek samping penggunaan senyawa asam 2(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat dosis besar yang diujikan pada mencit.
Dari hasil penelitian menunjukkan nilai Lethal Dose 50 (LD50) sebesar 2000
mg/kgBB. Secara keseluruhan mencit dapat bertahan hidup hingga akhir
percobaan dengan waktu yang telah ditentukan. Dari beberapa penelitian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
senyawa
asam
2-(3-
(klorometil)benzoiloksi)benzoat mempunyai aktivitas analgesik yang lebih
3
tinggi dan toksisitas yang lebih rendah dibandingkan senyawa asam
asetilsalisilat.
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas analgesik pada hewan
pengerat lain yaitu pada tikus wistar jantan dengan menggunakan metode
plantar test. Metode plantar test ini sesuai untuk evaluasi analgesik sentral
(Gupta et al., 2003).
1.2.
1.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah
senyawa
asam
2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat
mempunyai aktivitas analgesik yang lebih tinggi pada tikus wistar
jantan bila dibandingkan dengan asam asetilsalisilat?
2.
Berapa harga ED50 senyawa asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)
benzoat jika dibandingkan dengan ED50 senyawa asam asetilsalisilat?
3.
Apakah ada hubungan antara kenaikan dosis dengan peningkatan efek
analgesik pada tikus wistar jantan?
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Menentukan aktivitas analgesik senyawa asam 2-(3-(klorometil)
benzoiloksi)benzoat pada tikus wistar jantan dan membandingkan
aktivitas analgesiknya dengan asam asetilsalisilat.
2.
Menentukan harga ED50 senyawa asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)
benzoat sebagai analgesik dan membandingkan dengan ED50 senyawa
asam asetilsalisilat.
3.
Menentukan hubungan antara kenaikan dosis dengan peningkatan efek
analgesik pada tikus wistar jantan.
4
1.4.
1.
Hipotesis Penelitian
Senyawa asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat mempunyai efek
analgesik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan asam
asetilsalisilat.
2.
Senyawa
asam
2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat
mempunyai
harga ED50 yang rendah terhadap ED50 senyawa asam asetilsalisilat.
3.
Adanya hubungan antara kenaikan dosis dengan peningkatan efek
analgesik pada tikus wistar jantan.
1.5.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
asam 2-(3-(klorometil)benzoiloksi)benzoat sebagai calon obat analgesik
baru pengganti asam asetilsalisilat.
5
Download