ANALISIS PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) SEBAGAI DASAR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Saham-Saham Perbankan Yang Listing Di BEI Periode 2013-2014) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh : Ongki Vebyan Crisdianto NIM. 115020113111001 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 ANALISIS PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) SEBAGAI DASAR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Saham-Saham Perbankan Yang Listing Di BEI Periode 2013-2014) Ongki Vebyan C Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar-belakangi oleh kemajuan perekonomian Indonesia yang ikut mendorong perkembangan industri jasa keuangan. Sebelum investor melakukan keputusan investasi, Hendaknya perlu mempertimbangkan resiko-resiko yang harus ditanggung oleh investor sehingga diperlukan alat untuk mengukur resiko dan tingkat pengembalian saham sebagai alternatif untuk menentukan keputusan investasi saham salah satunya adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Sampel yang digunakan adalah 24 saham dari Perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek pada periode tahun 2013-2014. Hasil Analisis menunjukkan, Saham emiten Bank Bukopin Tbk (BBKP) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham tertinggi, yaitu sebesar 0,11184865 atau 11,1848%. Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) memiliki indeks beta yang tertinggi sebesar 1.644 dan termasuk saham yang agresif karena beta lebih dari satu (β>1). Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) memiliki Expected return yang tertinggi sebesar 0.016234095atau 1,623%. Terdapat 18 emiten saham yang efisien pada perusahaan sektor perbankan yang memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan. Kata kunci: beta, Capital Asset Pricing Model, Risiko, Tingkat Pengembalian Saham, tingkat pengembalian saham individu, tingkat pengembalian saham yang diharapkan. ABSTRACT This research background by progress the economy that urges industrial development financial services.Before investors do an investment decision, should need to consider resiko-resiko had drawn by investors leading to the need for an instrument for measuring risk systemic posted shares as an alternative to determine various stock investments one is capital asset pricing model (CAPM).Methods used in research is descriptive method the sample quantitative used is 24 shares of perusahaan-perusahaan the banking sector listed on the effect on the period 2013-2014. The analysis shows, issuers stock Bukopin Tbk (BBKP) having average shares highest rate of return, which is 0,11184865 atau 11,1848%. Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) having index beta the highest of 1.644 and including shares aggressive because beta more than one (β>1 Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) have expected to return the highest 0.016234095atau 1,623 % .There are 18 issuers efficient shares at the banking sector has the individual outstanding shares larger than the rate of return expected . Keywords: beta, Capital Asset Pricing Model, Risk, Return, individual stock return, expected ret pada suatu periode tunggal yang 1. PENDAHULUAN Status Indonesia yang kini termasuk Negara layak investasi dapat mendorong masuknya investasi asing ke dalam negeri dalam jumlah besar. Hal itu tentu saja harus diantisipasi dengan baik oleh para pemangku kepentingan, Baik pemerintah maupun swasta. Para pelaku bisnis termasuk di pasar modal harus benar-benar siap menghadapi arus modal asing yang akan masuk dalam jumlah besar agar berguna bagi kemajuan bangsa. Pasar modal dan pasar keuangan merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Sunariyah (2006:5) menyatakan bahwa, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.Pasar modal memiliki pengaruh besar menjaga perekeonomian nasional.Kondisi pasar modal juga dapat dijadikan indikator kondisi perekonomian suatu Negara. Pada setiap bentuk investasi pasti memiliki resiko yang berbeda.Ketika investor menanamkan modalnya dengan membeli saham perusahaan yang sudah listing di bursa efek terkadang mengalami kesulitan untuk memprediksi saham mana yang menghasilkan resiko yang kecil tapi dengan keuntungan besar.Ada beberapa metode yang digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM memberikan prediksi antara hubungan resiko sebuah asset dan tingkat tingkat harapan pengembalian (expected return). Oleh karena itu CAPM dapat digunakan untuk memperkirakan keuntungan suatu sekuritas yang dianggap sangat penting. Menurut Jogiyanto (2014:518) Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Dengan banyaknya perusahaan yang listing di BEI, membuat para investor mempunyai lebih banyak pilihan berinvestasi di saham mana yang layak untuk dibeli, aman, dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan yang sudah go-public dan telah listing di BEI akan melakukan penawaran saham yang di perdagangkan. IHSG merupakan cerminan informasi mengenai kinerja perusahaan dan menjadi tolak ukur investor dalam mencermat saham yang berkualitas dan memberikan imbal hasil yang besar. Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki 30 emiten perbankan pada tahun 2013, namun peneliti mengambil sampel 24 emiten unggulan dari BEI yang dipilih berdasarkan asset yang dimiliki bank Prospek saham sektor perbankan dinilai masih positif. Investor bisa mengandalkan sektor ini untuk mendongkrak nilai investasinya. Dari sisi fundamental perekonomian Indonesia, sector perbankan dinilai masih menguntungkan terlihat dari membaiknya fundamental perekonomian Indonesia dan mampu bertahan dari guncangan krisis keuangan pada 2012. Maka dari itu Saham-saham perusahaan perbankan di bursa efek banyak diminati oleh para investor, yang mengakibatkan saham-saham perbankan cukup banyak yang memiliki kategori saham unggulan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis kelayakan investasi pada saham-saham perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan judul; “ANALISIS PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) SEBAGAI DASAR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada SahamSaham Perbankan Yang Listing Di BEI Periode 2013-2014)”. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Menurut (Jogiyanto,2013:33) Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 2.2 Investasi Menurut Jogiyanto (2013:5) Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Pada umumnya seseorang akan melakukan investasi dengan harapan menuai keuntungan di masa depan dengan menanam modal dari sekarang. 2.3 Saham Menurut Jogiyanto (2013:141) saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan,dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. 2.4 Resiko Premium (risk premium) Menurut Tandelilin (2010:10) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return expectation. Resiko premium merupakan pengembalian investasi yang dikurangi oleh pengembalian bebas resiko (Rf). Resiko premium adalah tambahan resiko yang harus ditanggung oleh investor.dalam perhitungan CAPM resiko premium digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian yang diharapakan dalam hal ini terdapat keterkaitan dalam perhitungan CAPM 2.5 Tingkat Pengembalian Pasar Investor selaku pihak yang mempunyai dana lebih dapat mengetahui informasi terkatual mengenai kinerja emiten yang berkembang. Untuk mengetahui perkembangan harga saham, para investor akan mengamati perubahan yang terjadi pada indeks harga saham. Menurut Jogiyanto (2013:160) nilai saham adalah Harga dari saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. pengembalian bebas risiko, maka performance investasi portofolio dikatakan tidak baik. Rumus yang digunaka untuk menghitung tiingkat pengembalian pasar, yaitu sebagai berikut.(Jogiyanto, 2003:330) 2.6 Tingkat Pengembalian Investasi Saham Dalam setiap bentuk investasi motivasi investor adalah memaksimalkan pengembalian saham (return) dan meminimalisir resiko yang akan mengurangi return saham tersebut. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi dan juga hal yang merupakan imbal hasil atas keberanian investor mengambil risiko (Tandelilin, 2001: 47). 2.7 Capital Asset Pricing Model Pada dasarnya jika seseorang mengambil suatu risiko, maka dia mengharapkan return yang sesuai dengan risiko yang diambilnya tersebut. Dalam pasar modal, investor mengharapkan additional return (disebut risk premium) jika mereka harus menanggung additional risk. Husnan (2005:177) berpendapat bahwa Capital Asset Apricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset. Rm = ( – ) 4. Risiko Premium (Rp) 3. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Tujuan dari metode kuantitatif deskriptif ini adalah mengumpulkan informasi aktual secara rinci, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan, dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah dan belajar dari pengalaman mereka (Fauzi, 2010: 25). Dimana peneltian deskriptif berusaha meneliti masalah-masalah yang berupa fakta-fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Dalam penelitian deskriptif datanya berupa kualitatif dan data kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini lebih diarahkan menunjukkan hubungan antar variable, memverifikasi prediksi, dan generalisasi (Rianse dan Abdi, 2008:19) Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) 2. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf) 3. Tingkat Pengambalian Pasar (Rm) 4. Risiko Premium (Rp) 5. Tingkat Pengembalian yang diharapkan {E(Ri)} Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Menghitung Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri) Ri = ( ) 2. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf) ∑ Rf= 3. Tingkat Pengambalian Pasar (Rm) Rp = {(ERm) – Rf}βi 5. Tingkat Pengembalian diharapkan {E(Ri)} yang E(Ri) = Rf +{(ERm) – Rf}βi 6. Mengolongkan efisiensi Keputusan Investasi Saham dan Saham yang efisien adalah sahamsaham yang memiliki tingkat pengembalian individu lebih besar daripada tingkat pemngembalian diharapkan {(Ri) > E(Ri)}. Keputusan terhadap saham yang efisien adalah mengambil atau membeli saham (underpriced), sedangkan keputusan terhadap saham yang tidak efisien adalah menjual saham sebelum harga saham turun (overpriced) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Penelitian Umum Objek Pengambilan sampel dalam penelitian ini, dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria tertentu, penelitian ini menggunakan kriteria Perusahaanperusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara terus-menerus selama periode penelitian tahun 2013-2014. 4.2 Tingkat pengembalian Saham Individu (Ri) Periode 2013-2014 Hasil perhitungan dari tingkat pengembalian saham individu (Ri) periode 2013-2014, menunjukkan bahwa 18 saham memiliki rata-rata tingkat pengembalian positif [(Ri) > 0]. Bank Bukopin Tbk (BBKP) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham tertinggi, yaitu sebesar 0,11184865 atau 11,1848%. Sedangkan perusahaan Bank CIMB Niaga Tbk.. (BNGA) memiliki rata-rata tingkat pengembalian saham terendah, yaitu sebesar -0.008414255 atau - 0,841%. 4.3 Tingkat Pengembalian Periode 20013-2014 Pasar Tingkat pengembalian pasar pada periode 2013-2014 dapat diketahui ratarata tingkat pengembalian pasar selama periode 2013-2014 adalah sebesar 0.012370505 atau 1,23%. Tingkat pengembalian pasar tertinggi selama periode 2013-2014 terjadi di bulan January 2013, yaitu sebesar 0.10801182 atau 10,801%. Pada bulan January 2013 menunjukkan bahwa transaksi perdagangan di bursa efek sangat aktif. Sedangkan, tingkat pengembalian pasar terendah terjadi pada bulan Juni 2014, yaitu sebesar -0.00545496 atau -0,545%. Pada bulan Juni 2014 menunjukkan bahwa transaksi perdagangan di bursa efek mengalami Penurunan/kelesuan. 4.4 Tingkat Risiko (Rf) Pengembalian Bebas Hasil Perhitungan tingkat pengembalian bebas resiko selama periode 2013 – 2014 sebagai berikut : Tingkat suku bunga Bank Indonesia pada bulan November 2013 – July 2014 berada di tingkat tertinggi, yaitu dikisaran sebesar 7,25%. Sedangkan, tingkat suku bunga Bank Indonesia terendah terjadi pada tahun 2013 (bulan Januari hingga April), yaitu sebesar 4,85%. Rata-rata tingkat suku bunga Bank Indonesia selama 2013 - 2014 adalah sebesar 153,664%. Sedangkan besarnya return bebas risiko adalah 6.40%. return bebas risiko tersebut diperoleh dari Rf = 153,664%/24 = 6.40%. 4.5 Tingkat Risiko Premium (Rp) Berdasarkan pengamatan terhadap nilai Premium Risk selama periode penelitian sebagai berikut : Pertama,dari 24 perusahaan yang termasuk kedalam Indeks Harga Saham sektor perbankan Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) memiliki premi resiko yang tertinggi sebesar 0.009862953. yaitu, perusahaan tersebut mempunyai selisih antara tingkat pengembalian portofolio pasar E(Rm) dengan tingkat pengembalian bebas resiko (Rf). Kedua,dari 24 perusahaan yang termasuk kedalam Indeks Harga Saham sektor perbankan Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) memiliki premi resiko yang terendah sebesar 0.004439529.yaitu,perusahaan tersebut mempunyai tambahan resiko paling rendah. Tingkat pengembalian yang diharapkan (ERi). 4.5 Tingkat Pengembalian diharapkan {E(Ri)} yang Pertama,dari 24 perusahaan yang termasuk kedalam Indeks Harga Saham sektor perbankan Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD) memiliki Expected return yang tertinggi sebesar 0.016234095 atau 1,623%.Kedua,dari 24 perusahaan yang termasuk kedalam Indeks Harga Saham sektor perbankan Bank Nusantara Parahyangan Tbk. (BBNP) memiliki E(Ri) yang terendah sebesar -0.006851091 atau -0,685% dengan tingkat resiko (β) CAPM sebesar (0.08) yang merupakan beta terkecil dari 24 sampel penelitian yang termasuk Indeks Harga Saham sektor perbankan. 4.6 Penentuan Saham Berdasarkan Periode 2013-2014 Berdasarkan Perhitungan yang telah dilakukan,dari 24 emiten perusahaan yang diteliti secara bertahap selama periode 2013 - 2014. Diperoleh 18 emiten yang termasuk dalam saham efisien yaitu Bank Ekonomi Raharja Tbk. ,Bank Central Asia .Tbk ,Bank Bukopin Tbk. ,Bank Negara Indonesia .Tbk ,Bank Nusantara Parahyangan Tbk. ,Bank Rakyat Indonesia Tbk. ,Bank Danamon Tbk. ,Bank Jawa barat Banten Tbk. ,Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk. ,Bank Mandiri Tbk. ,Bank Permata ,Bank Sinarmas Tbk. ,Bank of India Indonesia Tbk. ,Bank Victoria Indonesia Tbk. ,Bank Mayapada Tbk. ,Bank Windu Kentjana Tbk. ,Bank Mega Tbk. ,Bank Woori Saudara I Tbk. Dari 18 emiten tersebut dikatakan efisien dikarenakan memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapakan. Selama periode 2013– 2014 terdapat 6 emiten perbankan yang memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih kecil daripada tingat pengembalian yang diharapkan yaitu Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. ,Bank MNC Internasioanl .Tbk ,Bank Pundi Indonesia Tbk. ,Bank CIMB Niaga Tbk. ,Bank Internasional Indonesia Tbk. ,Bank Artha Graha Internasioan Tbk. 4.7 Pengujian Akurasi Metode Capital Asset Pricing Model Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Peneliti ingin melakukan pengujian terhadap metode Capital Asset Pricing Model terhadap saham - saham perbankan dengan metode pembanding sebagai alat atau gambar perwujudan akurasi kelayakan model penelitian. Untuk itu peneliti memilih salah satu model analisis investasi yaitu Single Index Model sebagai pembanding dari model CAPM. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa metode capital asset pricing model memiliki standard deviasi paling rendah yaitu 0.002547967 atau 0,254% diabanding metode single index model yaitu 0.07424828 atau 7,42%. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam penelitian ini perusahaan pada sektor perusahaan perbankan pada periode 2013–2014 menjadi populasi pada penelitian ini,yang kemudian dipakai 24 emiten sebagai sampel penelitian Pada periode 2013–2014,rata– rata tingkat pengembalian pasar yang diharapkan E(Rm) adalah sebesar 0.012370505 atau 1,23%.Dan rata – rata tingkat pengembalian bebas resiko (Rf) adalah sebesar 6.40%. rata-rata beta dari 24 emiten perbankan yaitu sebesar 0.845125 sehingga dapat disimpulkan bahwa β<1. Hasil dari penelitian ini periode 2013–2014 menyatakan bahwa saham perusahaan pada sektor finance terdiri dari beberapa saham yang efisien,hal ini dapat dibuktikan dari hasil perbandingan antara perhitungan tingkat pengembalian yang diharapakan dan tingkat pengembalian saham individu. Dimana dari 24 saham emiten perbankan terdapat 18 saham emiten perbankan yang menggambarkan tingkat pengembalian saham individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor,sedangkan 6 saham lainnya menggambarkan tingkat pengembalian saham individu lebih kecil. Hal ini berarti bahwa investor dapat mengelompokan dan menilai saham yang efisien dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa metode capital asset pricing model memiliki standard deviasi paling rendah yaitu 0.002547967 atau 0,254% diabnding metode single index model yaitu 0.07424828 atau 7,42%. Maka dapat disimpulkan bahwa Capital Asset Pricing Model merupakan metode yang baik atau layak digunakan dalam analisis penerapan Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai dasar dalam menentukan risk premium dan pengambilan keputusan investasi (Studi Pada Saham-Saham Perbankan Yang Listing Di BEI Periode 2013 - 2014). 5.2 Saran 1. Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai penerapan metode CAPM diharapkan dapat memilih sampel yang berbeda dan menambah jumlah periode penilitian sehingga dapat memperkaya ilmu mengenai penerapan metode CAPM. 2. Bagi investor Dalam membentuk sebuah portofolio sebaiknya investor tidak hanya mengacu pada data tingkat pengembalian historis, namun juga tetap mengikuti informasi tentang kinerja perusahaan dan isu-isu yang berkembang seputar kondisi perusahaan ke depan DAFTAR PUSTAKA Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPPAMP YKPN. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Rianse dan Abdi. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung: Alfabeta Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D). Bandung: alfabeta. Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio. Jakarta: Salemba Empat