SKRIPSI-Armando Paolo Rosy Samosir-111101060

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stigma
2.1.1 Pengertian Stigma
Stigma adalah memberikan label sosial yang bertujuan untuk
memisahkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan
yang buruk. Dalam prakteknya, stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi,
yaitu tindakan tidak mengakui atau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak
dasar individu atau kelompok sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang
bermartabat (Kemenkes, 2012).
Stigma dan diskriminasi terjadi karena adanya persepsi bahwa mereka
dianggap sebagai musuh, penyakit, elemen masyarakat yang memalukan, atau
mereka yang tidak taat terhadap norma masyarakat dan agama yang berlaku.
Implikasi dari stigma dan diskriminasi bukan hanya pada diri orang atau
kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga dan pihak-pihak yang terkait
dengan kehidupan mereka.
Beberapa bentuk diskriminasi dan Stigmatisasi terhadap ODHA dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Dukungan bagi ODHA dan keluarga
ODHA mengalami proses berduka dalam kehidupannya -sebuah
proses yang seharusnya mendorong pada penerimaan terhadap kondisi
mereka. Namun, masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini
negatif serta memperlakukan ODHA dan keluarganya sebagai warga
7
Universitas Sumatera Utara
8
masyarakat kelas dua. Hal ini menyebabkan melemahnya kualitas hidup
ODHA.
2) Tempat layanan kesehatan
Sering terjadi, lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan
dukungan, pada kenyataannya merupakan tempat pertama orang
mengalami stigma dan diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu
perawatan medis yang kurang baik, menolak memberikan pengobatan seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang salah kaprah. Contoh
dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan dan
penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa
didaftar berarti secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label
nama atau metode lain yang mengidentifikasikan seseorang sebagai
HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf,
penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja
kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit.
3) Akses untuk perawatan
ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti
masyarakat umum dan kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai
akses untuk pengobatan ARV mengingat tingginya harga obat-obatan
dan kurangnya infrastruktur medis di banyak negara berkembang untuk
memberikan perawatan medis yang berkualitas. Bahkan ketika
pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa
mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang kemampuan
Universitas Sumatera Utara
9
mereka untuk mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi
pada kelompok pengguna narkoba suntikan.
2.1.2 Jenis-jenis stigma (Kemenkes, 2012) :
1)
Stigma aktual (actual) atau stigma yang dialami (experienced)
yaitu jika ada orang atau masyarakat yang melakukan tindakan
nyata, baik verbal maupun non verbal yang menyebabkan orang
lain dibedakan dan disingkirkan.
2)
Stigma potensial atau dirasakan (felt)
yaitu jika tindakan stigma belum terjadi tetapi ada tanda atau
perasaan
tidak
nyaman.
Sehingga
orang cenderung tidak
mengakses layanan kesehatan.
3)
Stigma internal atau stigmatisasi diri
yaitu seseorang menghakimi dirinya sendiri sebagai orang yang
tidak berhak disukai masyarakat.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma terhadap ODHA
(Kemenkes, 2012) :
1) HIV/AIDS adalah penyakit mematikan.
2) HIV/AIDS adalah penyakit karena perbuatan melanggar susila,
kotor, tidak bertanggung jawab.
3) Orang HIV/AIDS dengan sengaja menularkan penyakitnya.
4) Kurangnya pengetahuan yang benar tentang cara penularan HIV.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.4 Dimensi stigma menurut Breitkopf tahun 2004 yakni:
1) Concealability, yakni sampai sejauh mana suatu kondisi dapat
disembunyikan atau tidak tampak oleh orang lain.
2) Course, menjelaskan bagaimana kondisi terstigmatisasi berubah dari
waktu ke waktu.
3) Strains, menjelaskan bagaimana hubungan interpersonal seseorang
menjadi tegang.
4) Aesthetic Qualities, menjelaskan bagaimana penampilan seseorang
sangat dipengaruhi oleh kondisi stigmatisasi.
5) Cause, menjelaskan apakah seseorang mengalami stigmatisasi
karena bawaan dari lahir atau didapatkan.
6) Peril, menjelaskan kemungkinan keberbahayaan pada orang lain
terkait dengan kondisi terstigmatisasi.
2.1.5 Anggapan yang salah mengenai HIV (Kemenkes RI, 2012)
Banyak anggapan yang salah di masyarakat mengenai penyebaran HIV
pada manusia. Walaupun HIV menyebar melalui cairan tubuh yaitu: cairan
kelamin dan ASI, tetapi tidak semua cairan tubuh dapat membawa HIV.
1) Keringat, menempelnya keringat penderita HIV positif pada kulit
orang sehat tidak akan menularkan virus tersebut. HIV tidak terdapat
pada keringat, tetapi pada darah, cairan kelamin dan ASI.
2) Saliva/liur, tidak dapat menularkan HIV.
Universitas Sumatera Utara
11
3) Bersin dan batuk, merupakan kasus yang sama dengan air liur,
dimana cairan hidung bukanlah media penularan HIV, selama tidak
mengandung darah
4) Menggunakan WC, jika menggunakan wc yang sama itu tidak akan
menyebabkan tertular HIV sebab kotoran dan air seni tidak dapat
membawa HIV.
5) Makan dengan alat makan yang sama, tidak akan menularkan HIV
karena air liur tidak dapat membawa virus HIV.
6) Gigitan nyamuk dan serangga lain, tidak akan menukarkan HIV.
Nyamuk hanya menghisap darah yang digigitnya dan hanya
memasukkan liurnya dalam tubuh yang berupa bentol. Nyamuk tidak
menginjeksikan darah yang sudah dihisap ke tubuh lain.
7) Berenang bersama, tidak menularkan HIV.
2.2 HIV/AIDS
2.2.1 Pengertian HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang salah satu
jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih
Universitas Sumatera Utara
12
atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk
ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan
yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin
lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)
(Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel
mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara
lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing
grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara
evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang
paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Zein, 2006).
2.2.2 Pengertian AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,
sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
Universitas Sumatera Utara
13
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
2.2.3 Etiologi dan Patogenesis
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus
penyebab AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota subfamili
lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid
yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen
yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih
dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis
penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam
transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional
dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk
menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk
ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus
yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh
makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005). Setelah virus
masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus
mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai
kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA
Universitas Sumatera Utara
14
dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit
CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.
Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang
progresif (Borucki, 1997).
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa
dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama
masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid.
Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun
terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma
menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu
menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa
berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus
yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan
dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6
jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi
memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan
angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan
bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis
harian (Brooks, 2005).
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan
penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level
virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi
yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap
Universitas Sumatera Utara
15
infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal
infeksi (Brooks, 2005). Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para
pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang
sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang
bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini
komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit (Zein, 2006).
2.2.4 Cara Penularan
HIV
berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan
air susu ibu (KPA, 2007). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara,
yaitu melalui cairan tubuh seperti darah ,cairan genitalia, dan ASI. Virus
terdapat juga dalam saliva, air mata dan urin (sangat rendah). HIV tidak
dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah di sunat
memiliki resiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak
disunat (Widoyono, 2008).
Selain melalui cairan tubuh, HIV ditularkan juga melalui :
1) Ibu Hamil
a. Secara interaurin, intrapartum, dan postpartum (ASI)
b. Angka transmisi mencapai 20-50%
c. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
d. Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI adalah 1129%
Universitas Sumatera Utara
16
e. Sebuah studi meta-analisis prosfektif yang melibatkan penelitian
pada dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak
awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah
beberapa waktu usia bayinya, melaporkan angka penularan HIV
pada bayi yang belum dissusui adalah 14% (yang diperoleh dari
penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan
angka HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya dissusui. Bayi
normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya
selama 6-15 bulan
2) Jarum Suntik
a. Pervalensi 5-10 %
b. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum
suntik karena penyalahgunaan obat
c. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa,
pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di
Bogor 25% dan di Bali 53%
3) Transfusi Darah
a. Resiko penularan sebesar 90%
b. Prevalensi 3-5%
4) Hubungan seksual
a. Prevalensi 70-80%
b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
Universitas Sumatera Utara
17
c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung
menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur penasun
(pengguna narkoba suntik)
2.2.5 Infeksi HIV
HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara
vertical, horizontal dan transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi
sistemik secara langsung dan diperantai benda tajam yang mampu menembus
dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung nelalui dan mukosa yang
tidak intake seperti yang terjadi kontak seksual. Begitu mencapai atau berada
dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat
dideteksi di dalam darah.
1) HIV tidak menular melalui kontak sosial seperti :
a. Bersentuhan dengan pengidap HIV.
b. Berjabat tangan dengan ODHA.
c. Berciuman, bersin, dan batuk.
d. Melalui makanan dan minuman.
e. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
f. Berenang bersama ODHA di kolam renang.
2) HIV mudah mati diluar tubuh karena terkena air panas, sabun dan
bahan pencuci hama.
Universitas Sumatera Utara
18
3) Cara hubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV dan
AIDS adalah sebagai berikut :
a. Anogenital pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke
lubang dubur pasangan.
b. Anogenital aktif. Penis masuk ke lubang dubur mitra seksual
pengidap HIV.
c. Genetia-genetia pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke
vagina.
d. Genetia-genetia aktif. Penis masuk ke vagina mitra seksual
pengidap HIV.
e. Senggama terputus dengan mitra pengidap HIV dan AIDS.
f. Hubungan antara mulut pelaku seksual dengan kelamin mitra
seksual pengidap HIV (orogenital) belum tentu aman.
2.2.6 Tanda-tanda terkena HIV
Gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2
gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi) :
1) Gejala Mayor :
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
e. Demensia / HIV enselopati.
2) Gejala Minor :
Universitas Sumatera Utara
19
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
b. Dermatitis generalisata.
c. Adanya herpes zotermultisegmental dan herpes zoster berulang.
d. Kandidas orofaringeal.
e. Herpes simpleks kronis progresif.
f. Limfadenopati generalista.
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
h. Retinitis virus sitomegalo.
2.2.7 Tahapan seseorang terkena HIV (Noviana, 2013):
Bila seseorang dewasa (> 12 tahun) dianggap AIDS apabila
menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeeriksaan yang sesuai
dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini
bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.
Pada orang yang telah terinfeksi HIV tidak bisa langsung terlihat secara
fisik. Terdapat tahap-tahap seseorang terkena HIV.
1) Tahap Jendela (Window Period)
Yaitu masa dari masuknya virus, sampai ketika dilakukan tes,
hasilnya positif. Masa jendela pada beberapa orang berbeda-beda,
bervariasi antara 2 minggu sampai 6 bulan. Pada masa jendela ini,
meskipun hasil tes negatif, apabila seseorang terinfeksi HIV, maka
ia dapat menularkan HIV pada orang lain.
2) Masa tanpa Gejala
Universitas Sumatera Utara
20
Masa tanpa gejala ini berkisar antara 5-12 tahun, dimana
seseorang telah benar-benar terinfeksi HIV tetapi tidak ada gejala
apapun secara fisik yang berkaitan dengan infeksi.
3) Masa Pembesaran kelenjar limfe
Pada
tahapan
ini,
seorang
ODHA
akan
mengalami
pembengkakan pada kelenjar limfa. Biasanya terjadi beberapa kali
secara berulang.
4) Tahap AIDS
Tahap akhir atau yang disebut full blown AIDS, pada umumnya
muncul gejala yang khas, yaitu adanya gejala mayor dan minor.
Gejala mayor antara lain : demam berkepanjangan, diare kronis
yang berulang dan terus menerus, penurunan berat badan lebih dari
10% dalam satu bulan. Sedangkan gejala minor antara lain : batuk
kronis,infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan, pembengkakan
kelenjar getah bening yang menetap, kanker khususnya kanker kulit
yang disebut sebagai sarkoma kaposi, munculnya Herpes zoster.
2.2.8 Upaya Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
Cara pencegahan penularan HIV yang paling efektif adalah dengan
memutus rantai penularan. Pencegahan dikaitkan dengan cara-cara penularan
HIV.Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang
panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, maka
pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui
Universitas Sumatera Utara
21
pendidikan kedehaatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai
patofisiologi HIV dan cara penularannya.
Penanggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Seperti
diketahui penyebaran virus HIV melalui hubungan seks, jarum suntik yang
tercemar, transfusi darah, penularan dari ibu ke anak maupun donor darah
atau donor organ tubuh (Noviana, 2013)
1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
Infeksi HIV terutama terjadi melaui hubungan seksual, sehingga
pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Agar
terhindar dari tertularnya HIV dan AIDS seseorang harus berperilaku
seksual yang aman dan bertanggung jawab. Yaitu hanya mengadakan
hubungan seksual dengan pasangan sendiri. Apabila salah seorang
pasangan sudah terinfeksiHIV maka dalam melakukan hubungan seksual
harus menggunakan kondom dengan benar. Melakukan tindakan seks yang
aman dengan pendekatan ABC. Abstinent yaitu tidak melakukan hubungan
seksual, Be faithful tidak berganti-ganti pasangan, use Condom yaitu
menggunakan kondom dengan baik dan benar.
2) Pencegahan penularan melaui darah :
a. Transfusi darah
Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak
tercemar HIV.
Universitas Sumatera Utara
22
b. Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit
Desinfeksi atau membersihkan alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat
tusuk untuk tindik dan lain-lain dengan pemanasan atau larutan
desinfektan.
c. Pencegahan penularan dari ibu anak
Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama
masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran
melalui ASI. Pemberian ASI meningkatkan resiko penularan sekitar
10-15%. Resiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja
bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.
3) Pemahaman
dan
Penerapan
kewaspadaan
universal
(universal
precaution) disarana pelayanan kesehatan untuk mengurangi resiko
infeksi yang ditularkan melalui darah.
Kewaspadaan universal, meliputi :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
tindakan/perawatan.
b. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan.
c. Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati.
d. Pengelolaan limbah yang tercemar, darah/ cairan tubuh dengan
aman.
e. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi yang benar.
Universitas Sumatera Utara
23
4) Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran
melalui darah, produk darah dan donor darah.
5) Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu ke anak yang dapat
terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui.
WHO mencanangkan empat strategi pencegahan penularan HIV
terhadap bayi, yaitu :
a. Mencegah seluruh wanita jangan sampai terinfeksi HIV.
b. Bila sudah terinfeksi HIV, cegah jangan sampai ada kehamilan yang
tidak diinginkan.
c. Bila sudah hamil, cegah penularan dari ibu bayi ke anaknya.
d. Bila ibu dan anak sudah terinfeksi perlu diberikan dukungan dan
perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
6) Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT), yakni merupakan
program pencegahan sekaligus jembatan untuk mengakses layanan
manajemen
kasus
dan
CST
(Care,
Support,
Trade)
atau
perawatan,dukungan dan pengobatan bagi ODHA.
2.3 Masyarakat
2.3.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan trikat oleh rasa suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat, 1990).
Universitas Sumatera Utara
24
2.3.2 Ciri-ciri Masayarakat
1) Interaksi
Di dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
perseorangan, antara kelompok maupun antara perseorangan dengan
kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat,
yaitu kontak sosial dan komunikasi.
2) Wilayah Tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu
menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya,
baik dalam ruang lingkup yang kecil RT/RW, desa kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi, dan bahkan negara.
3) Saling Ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling
tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan
sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Mereka hidup
saling melengkapi, saling memenuhi agar tetap berhasil dalam
kehidupannya.
4) Adat Istiadat dan Kebudayaan
Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan
kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas
diantar tata cara berinteraksi antara kelompok yang ada di masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
25
apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem
kekerabatan dan sebagainya.
5) Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali
oleh anggota masyarakat lainnya, hal ini penting untuk menopang
kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok
dapat berupa lambang-lambang bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu
dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian, mata uang,
senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.
2.3.3 Tipe-Tipe Masyarakat
Tipe-tipe masyarakat menurut Effendy tahun 1998 dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yang terdiri atas :
1) Dilihat dari sudut perkembangannya
a. Cresive Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer merupakan lembagalembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat
masyarakat, misalnya yang menyangkut hak milik, perkawinan,
agama dan sebagainya.
b. Enacted Institution
Lembaga
kemasyarakatan
yang
sengaja
dibentuk
untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya yang menyangkut lembaga
utang piutang, lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang
kesemuanya
berakar
kepada
kebiasaan
dalam
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
26
Pengalaman dalam melaksanakan kebiasaan tersebut disistematisasi
yang kemudian dituangkan kedalam lembaga yang disahkan oleh
negara.
2) Dari Sudut Sistem Nilai yang Diterima oleh Masyarakat
a. Basic Institution
Adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai
institusi dasar yang pokok.
b. Subsidiary Institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi dianggap
kurang penting karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu
saja, misalnya pembentukan panitia rekreasi, pelantikan/wisuda
bersama dan sebagainya.
3) Dari Sudut Penerimaan Masyarakat
a. Approved atau social sanctioned institution
Adalah lembaga yang diterima masyarakat seperti disekolah,
perusahan, koperasi dan sebagainya.
b. Unsanctioned institution
Adalah
lembaga-lembaga
masyarakat
yang
ditolak
oleh
masyarakat, walaupun kadang-kadang masyaarakat tidak dapat
memberantasnya, misalnyakelompok penjahat, pemeras, pelacur,
gelandangan, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
27
4) Dari Sudut Penyebarannya
a. General institution
Adalah
lembaga
masyarakat
didasarkan
atas
faktor
penyebarannya, misalnya agama karena dikenal hampir semua
masyarakat dunia.
b. Restricted institution
Adalah lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat
tertentu saja misalnya Budha banyak dianut olkeh Muangthai,
Vietnam, Kristen katolik banyak dianut oleh masyarakat Itali,
Perancis, Islam oleh masyarakat arab dan sebagainya.
5) Dari Sudut Fungsi
a. Operative institution
Adalah lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau
tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan, seperti lembaga industri.
b. Regulative institution
Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat istiadat
atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada
lembaga
itu
sendiri,
misalnya
lembaga
hukum diantaranya
kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Download